cooling tower
DESCRIPTION
ctTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada jaman yang semakin modern dan teknologi semakin maju maka banyak dibutuhkan
untuk menjalankan teknologi tersebut,oleh karena itu energi sangat dibutuhkan dalam segala hal
termasuk manusia pasti memanfaatkan teknologi maka tingkat konsumsi energi juga semakin
tinggi. Energi listrik merupakan salah satu energi yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Berbagai macam fasilitas yang ada sekarang ini memerlukan energi listrik dalam
penggunaannya. Bahkan tanpa adanya listrik kegiatan manusia akan menjadi terhambat, oleh
sebab itu banyak Pembangkit listrik yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan energi
listrik Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin bertambah juga membuat kebutuhan akan
energi listrik juga semakin bertambah. oleh sebab itu diperlukan suatu altrnatif untuk mengubah
energi lain menjadi energi listrik Adalah Panas Bumi.
Panas bumi merupakan salah satu sumber energi yang dapat dikategorikan sebagai energi
terbarukan (renewable) dikarenakan tingkat ketersediaan uap panas bumi sangat tinggi dan
rendahnya emisi (ramah lingkungan).
Berbagai penelitian menyatakan bahwa di Indonesia memiliki kekayaan alam berupa
sumber energi panas bumi, karena Indonesia termasuk daerah ring of fire. Daerah ring of fire
adalah suatu daerah gunung berapi yang membentuk cincin dan melingkari samudera pasifik,
dimana Indonesia termasuk didalmnya. Menurut Kementrian ESDM, di Indonesia terkandung
40% sumber energi panas bumi yang dimiliki oleh dunia, besarnya mencapai 29GW.
Lapangan Panas Bumi Gunung Salak merupakan Dominasi Uap Yaitu 80% air
serta 20% Uap. Sehingga dalam suatu PLTP kapasitas 60MW di supply oleh Banyak sumur
Produksi. Dalam mengalirkan uap dari sumur produksi itu memerlukan jarak yang sangat jauh
ini dimungkinkan terjadi drop tekanan dan temperatur apalagi untuk sumur produksi yang
mengasilkan uap sangat kecil dimungkinkan ketika dialirkan tekanan dan temperature akan turun
oleh karena itu perlunya adanya teknologi pembangkitan panas bumi langsung artinya didekat
sumur produksi ada PLTP atau biasa disebut Wellhead Geothermal ada teknologi baru untuk
memudahkan mobilitas pembngkit. PLTP bisa di pindah-pindah dari suatu sumur produksi satu
ke sumur yang lainnya ini lah yang disebut Porteble Geotehermal.
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pendidikan program Diploma IV program
studi Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik.
Perancangan sistem Portable (wellhead) PLTP sistem Double Flash Steam dengan
kapasitas 5 MW.
Perancangan sistem pendingin utama dengan menentukan dimensi suatu Cooling tower
tipe Mechanical draft, Induced draft, counterflow.
Perancangan cooling tower dilihat dari aspek termodinamika.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan Proposal rumusan masalah yang akan di bahas yaitu Perancangan
Cooling Tower tipe Mechanical draft, Induced draft, counterflow pada sistem pendingin utama
Portable (wellhead) PLTP.
1.4 Batasan Masalah
Dalam tugas akhir yang dilakukan akan dibahas aspek termodinamika dan konstruksi dari
Cooling Tower.
1.5 Metodologi Penelitian
1. Metode Observasi
Dengan melakukan observasi langsung ke lokasi PLTP Gunung Salak dimana
proses berlangsung. Dengan cara ini kita dapat langsung mengamati alat-alat dan bahan
yang terlibat dalam proses tersebut.
2. Metode Interview
Metode ini cukup efektif dilakukan caranya langsung saja bertanya atau
berdiskusi kepada pembimbing dan staf pengajar lainya, serta seluruh jajaran staff di
industri mengenai PLTP Gunung salak.
3. Metode Studi Pustaka
Metode ini dapat dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku
literatur (manual book, vendor) serta buku-buku yang berkaitan dengan Cooling Tower.
4. Metode Penggunaan Software
2
Untuk metode ini dilakukan dengan merancang sistem dengan menggunakan
software cycle tempo. Dimana di dalam Software tersebut, dapat dilakukan simulasi dan
heat balance pada system dapat langsung diketahui.
1.6 Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan skripsi, batasan
masalah, metode yang digunakan dalam pembuatan skripsi, dan sistematika penulisan
skrpsi.
BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang berkaitan dengan Cooling Tower
yang diambil oleh penulis yaitu perancangan, serta terdapat formula-formula yang dapat
membantu penulis dalam merancang sebuah Cooling Tower Untuk Portable PLTP.
BAB III PERANCANGAN COOLING TOWER
Pada bab ini berisi tentang tahapan-tahapan perancangan dari sebuah Cooling Tower
tipe Mechanical draft, Induced draft, counterflow.
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisa-analisa dari perancangan dari sebuah Cooling
Tower tipe Mechanical draft, Induced draft, counterflow.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang simpulan dari hasil perancangan dari sebuah Cooling
Tower tipe Mechanical draft, Induced draft, counterflow.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
3
LANDASAN TEORI
2.1 Energi Panas Bumi
Panas bumi merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, panas bumi tidak
tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya tinggi. Dari
segi pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilatas yang tinggi karena dalam
memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi, Panas Bumi adalah sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas
lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Komponen utama pembentuk suatu sistem panas bumi (Dwikorianto, 2006) adalah:
1. Sumber panas (heat source)
2. Batuan reservoir (permeable rock)
3. Batuan penutup (cap rock)
4. Serta aliran fluida (fluida circulation)
2.2 Sistem Hidrothermal
Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan Sistem Hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225˚ C), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperature sedang (150‐225˚ C). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk
sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara
konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan,
sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung
(Bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak
kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi
perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.
Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. (Saptadji.2009)
4
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya,sistim
hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa.
Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap.
a. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas
buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa
airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air.
Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi
uapnya.
b. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana
reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun pemanasan sering
terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai
temperatur dan tekanan tinggi.
2.3 Tipe Pembangkit Listrik Panas Bumi
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan
menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panasbumi. .Apabila
fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa
cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan
dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa
cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.
5
Gambar Skema diagram siklus uap hasil pemisahan
Gambar . Diagram T- S untuk sistem konversi uap hasil pemisahan
1-2 Penguapan (Flashing) mengubah fasa cair yang terkandung dalam uap menjadi uap
dengan cara menurunkan tekanan tetapi dengan kondisi entalpi yang sama.
Titik 2 terjadi proses pemisahan uap (separasi), uap kering dan kandungan air dipisahkan.
2-3 injeksi (Injection), kandungan air yang terkandung dalam uap kemudian dipisahkan
dan diinjeksikan kembali kedalam perut bumi.
2-4 uap kering yang telah dpisahkan, dialirkan menuju turbin.
4-5 proses ekspansi, uap kering memutar turbin, lalu uap berubah menjadi fasa campuran
dengan fraksi tertentu dan masuk kedalam kondensor.
5-6 Proses pendinginan, pendinginan uap utama dikondensor sampai uap utama menjadi
cair jenuh.
2.4 Sistem Pendingin Utama
6
Sistem Pendinginan terdiri atas dua macam sistem, yaitu : Primary water cooling system
yang melayani tentang pendinginan untuk kondensor. Yang kedua yaitu Secondary water
cooling system yang membantu sistem pendinginan peralatan bantu yaitu seperti : oil cooler,
generator oil cooler, dan kompresor oil cooler.
Sistem pendingin utama terdiri dari condenser, cooling-water-pump (CWP) dan cooling
tower. Sistem ini mempertahan vakum, dengan cara mengkondensasikan uap bekas turbin
dengan air dingin juga mendinginkan non-condnesable gas di kondensor oleh ejektor tingkat satu
dan dua.
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin dengan kondisi
tekanan yang hampa. Uap bekas dari turbin masuk dari sisi atas kondensor, kemudian mengalami
kondensasi sebagai akibat penyerapan panas oleh air pendingin yang diinjeksikan melalui spray
nozzle. Uap bekas yang tidak terkondensasi dikeluarkan dari kondensor oleh ejector. Ejector ini
juga berfungsi untuk mempertahankan hampa kondensor pada saat operasi normal dan membuat
hampa kondensor sewaktu start awal. Air kondensat dipompakan oleh dua buah pompa
pendingin utama (Main Cooling Water Pump) ke menara pendingin (Cooling tower) untuk
didinginkan ulang sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor.
2.5 Cooling tower
Secara umum cooling tower dapat dikategorikan sebagai pendingin evaporatif yang
digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya sampai bertemperatur mendekati
temperatur bola basah udara sekitar. Kegunaan utama dari cooling tower adalah untuk
membuang panas yang diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang digunakan pada
pembangkit daya, kilang petroleum, pabrik petrokimia, pabrik pemrosesan gas alam, pabrik
makanan, pabrik semikonduktor, dan fasilitas-fasilitas industri lainnya.(www.wikipedia.org,
2002)
Jika suatu pabrik tidak dilengkapi dengan cooling tower dan hanya menggunakan
sirkulasi air pendingin sekali pakai, air pendingin yang telah digunakan dan mengalami
kenaikkan temperatur selanjutnya dibuang ke laut, danau atau sungai yang ditentukan.
Pembuangan sejumlah air hangat tersebut dapat meningkatkan temperatur sungai atau danau
tersebut sehingga dapat merusak ekosistem lokal. Cooling tower dapat digunakan untuk
7
membuang panas ke atmosfir sebagai pengganti angin serta difusi udara yang menyebarkan
panas ke area yang lebih luas.
2.6 Klasifikasi Cooling tower
Cooling tower dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal, antara lain:
1. Menurut metode perpindahan panas
a. Wet cooling tower (pendingin basah)
Pada cooling tower jenis ini, air panas didinginkan sampai pada temperatur yang
lebih rendah dari temperatur bola basah udara sekitar, jika udara relatif kering. Seperti
udara jenuh yang melewati aliran air, kedua aliran akan relatif sama. Udara, jika tidak
jenuh, akan menyerap uap air lebih banyak, meninggalkan sedikit panas pada aliran
b. Dry cooler (pendingin kering)
Cooling tower ini beroperasi dengan pemindahan panas melewati permukaan
yang memisahkan fluida kerja dengan udara ambient. Dengan demikian akan terjadi
perpindahan panas konveksi dari fluida kerja, panas yang dipindahkan lebih besar
daripada proses penguapan.
c. Fluid cooler (pendingin fluida)
Pada cooling tower ini saluran fluida kerja dilewatkan melalui pipa, dimana air
hangat dipercikkan dan kipas dihidupkan untuk membuang panas dari air. Perpindahan
panas yang dihasilkan lebih mendekati ke cooling tower basah, dengan keuntungan
seperti pada pendingin kering yakni melindungi fluida kerja dari lingkungan terbuka.
2. Menurut metode pembangkitan aliran udara
a. Natural draft (penggerak udara alami)
Udara dialirkan dengan memanfaatkan gaya buoyancy melewati cerobong yang
tinggi. Udara campuran secara alami meningkat sampai terjadi perbedaan densiti dengan
udara kering, pendingin udara luar. Udara campuran panas memiliki densiti yang lebih kecil
daripada udara yang lebih kering pada temperatur dan tekanan yang sama. Buoyancy udara
campuran tersebut menghasilkan arus udara melewati menara.
b. Mechanical draft (penggerak udara mekanik)
8
Menara draft mekanik memiliki fan yang besar untuk mendorong atau
mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air jatuh turun diatas permukaan bahan
pengisi, yang membantu untuk meningkatkan waktu kontak antara air dan udara. hal ini
membantu dalam memaksimalkan perpindahan panas diantara keduanya.
c. Hybrid Draft Cooling tower
Sekilas terlihat seperti natural draft tower dengan cerobong yang relative pendek. Tetapi
di bagian dalamnya terdapat Mechanical draft fan untuk memperbesar aliran udara yang
melewati tower. Sehingga Hybrid darft Tower ini sering disebut juga sebagai fan-assisted
natural draft tower. Gambar untuk hybrid draft cooling tower dapat dilihat pada gambar 2.9
di berikut :
Tujuan dari desainnya ialah untuk meminimalisir daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan udara, dengan mempertimbangkan penggunaan biaya untuk cerobong asap
sesedikit mungkin. Jadi fan dioperasikan hanya saat high ambient dan beban puncak.
Menurut letak kipasnya jenis ini terbagi menjadi dua, antara lain:
1. Induced draft
Kipas pada cooling tower ini berada di bagian keluaran yang menghisap udara
melintasi menara. Hal ini menghasilkan kecepatan udara masukan rendah dan kecepatan
udara keluaran yang tinggi, sehingga mengurangi kemungkinan resirkulasi udara.
2. Forced draft
Pada cooling tower ini kipas terletak pada bagian masukan tower, sehingga
menyebabkan kecepatan udara yang tinggi pada bagian masukan dan kecepatan yang
rendah pada bagian keluaran. Kecepatan yang rendah pada bagian keluaran
menyebabkan lebih mudah terjadi resirkulasi udara. Kerugian lainnya desain penggerak
paksa membutuhkan daya motor yang lebih tinggi daripada desain kipas pada tipe
induced draft.
3. Menurut arah aliran udara terhadap aliran air
a. Aliran crossflow
9
Pada tipe ini, aliran udara bergerak memotong secara tegak lurus terhadap aliran
air pada bahan pengisi. Kemudian udara melintasi menara melalui bagian keluaran
udara akibat gaya tarik dari fan yang berputar. Gambar 2.10 menunjukkan desain tipe
cooling tower dengan aliran crossflow.
Gambar Cooling tower tipe aliran crossflow
b. Aliran counterflow
Pada tipe ini, aliran udara pada saat melewati bahan pengisi (fill material) sejajar
dengan aliran air dengan arah yang berlawanan.
Gambar Cooling tower tipe aliran counterflow
Komponen Cooling Tower
1. Rangka dan wadah
Cooling tower memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya.
10
2. Fill bar
Air jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik horisontal, secara terus
menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil membasahi permukaan Fill bar
sehingga akan membantu mempercepat penguapan air. Fill bar percikan dari plastik
memberikan perpindahan panas yang lebih baik daripada bahan pengisi percikan dari
kayu.
3. Louver
Pada umumnya, menara dengan aliran crossflow memiliki saluran masuk louver.
Kegunaan louver adalah untuk menyamakan aliran udara ke Fill bar dan menahan air
yang jatuh dari fill bar agar tidak keluar dari menara pendingin. Louver dibuat miring
agar air jatuh secara perlahan sehingga air akan masuk ke dalam cold water basin dan
aliran udara akan lebih cepat masuk ke dalam cooling tower.
4. Drift eliminator
Drift eliminator ini berfungsi sebagai pencegah butiran – butiran air yang tidak
teruapkan atau tidak berfungsi sebagai penyerap kalor dan terbawa oleh udara yang
keluar melalui cerobong udara. Jika tidak dicegah air pendingin itu akan banyak
berkurang. Pencegah hanyutan ini berupa sekat – sekat yang dipasang beberapa baris.
Sekat ini menyebabkan udara akan terpaksa berubah arah dengan tiba – tiba.
5. Nosel
Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi. Distribusi air yang
seragam pada puncak Fill bar adalah penting untuk mendapatkan pembasahan yang
benar dari seluruh permukaan bahan pengisi. Nosel dapat dipasang dan menyemprot
dengan pola bundar.
6. Fan
Kipas pada cooling tower ini yaitu berfungsi sebagai alat untuk menarik atau
mendorong udara pendingin yang masuk melalui kisi, sehingga uap panas akan dengan
cepat keluar dan diganti dengan udara yang lebih dingin. Dan kipas ini diputar
menggunakan motor yang dioperasikan dari ruang kontrol.
7. Fan Stack
Cerobong ini juga merupakan alat yang cukup penting, karena memiliki fungsi
sebagai penyalur pembuangan uap panas menuju udara bebas, dan selain itu mempunyai
11
fungsi sebagai pelindung blade atau dapat dikatakan sebagai rumah blade pada cooling
tower tersebut.
2.5 Pengkajian Terhadap Cooling tower
Bagian ini menjelaskan tentang bagaimana kinerja tenaga pendinginan dapat dikaji.
Kinerja menara pendingin dievaluasi untuk mengkaji tingkat approach dan range saat ini
terhadap nilai desain, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan energi dan memberikan saran
perbaikan.
Selama evaluasi kinerja, peralatan pemantauan yang portable digunakan untuk mengukur
parameter-parameter berikut:
a. Suhu udara wet bulb
b. Suhu udara dry bulb
c. Suhu air masuk menara pendingin
d. Suhu air keluar menara pendingin
e. Suhu udara keluar
f. Pembacaan listrik motor pompa dan fan
g. Laju alir air
h. Laju alir udara
12
Gambar 2.12 Range dan Approach Temperature
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja menara
pendingin dengan beberapa cara. Yaitu:
a. Range
Ini merupakan perbedaan antara suhu air masuk dan keluar menara pendingin. Range CT
yang tinggi berarti bahwa menara pendingin telah mampu menurunkan suhu air secara efektif,
dan kinerjanya bagus.
Range CT (°C) = [Tin (°C) – Tout (°C)] ....................................................... (Persamaan 2.1)Dimana :Tin = Temperatur masuk cooling towerTout = Temperatur keluar cooling tower
b. Approach
Merupakan perbedaan antara suhu air dingin keluar menara pendingin dan suhu wet bulb
ambien. Semakin rendah approach semakin baik kinerja menara pendingin. Walaupun, range
dan approach harus dipantau, approach merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja
menara pendingin.
Approach CT (°C) = [Tout (°C) – Twb (°C)] ……..……………………….. (Persamaan 2.2)Dimana :Tout = Temperatur keluar cooling towerTwb = Temperatur wet bulb cooling tower
c. Efektivitas
Merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam persentase), yaitu
perbedaan antara suhu masuk air pendingin dan suhu wet bulb ambien, atau dengan kata lain
adalah = Range/ (Range + Approach). Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi
efektivitas menara pendingin.
Efektivitas Cooling tower(%) =(Tin – Tout )
(Tin – Tout)+(Tout – Twb)x100 ……………….(Persamaan 2.3)
d. Kapasitas Pendinginan (Qw)
13
Merupakan jumlah panas yang dibuang dari air, sebagai hasil dari kecepatan aliran massa
air, panas spesifik (cpw) dan perbedaan suhu.
Qw = ṁ x (Tin - Tout) ………………………………………………...…… (Persamaan 2.4)Dimana :ṁ = Kecepatan aliran massa air kg/h
e. Rugi Penguapan (E)
Merupakan jumlah air yang diuapkan agar terjadi pendinginan. Jumlah air yang menguap
dipengaruhi oleh panas laten air (hfg) itu sendiri:
Rugi penguapan (m3/jam) = 0,00085 x 1,8 x v (m3/jam) x (Tin - Tout) ….. (Persamaan 2.5)
f. Rugi Blowdown (B)
Rugi blowdown adalah kerugian yang diakibatkan oleh pembuangan sejumlah air
sirkulasi untuk mencegah terjadinya konsentrasi larutan atau zat-zat lain pada air sirkulasi. Akibat
konsentrasi larutan tersebut, maka larutan akan menjadi gumpalan-guimpalan yang dapat
menyumbat saluran air sirkulasi, sehingga proses sirkulasi air terganggu. Besar nilai blowdown
yang dibutuhkan bergantung pada range pendinginan yang dihasilkan dan komposisi zat-zat yang
ada pada air make-up (suplai air pengganti). Tabel 2.1 menunjukkan nilai persentase blowdown
menurut nilai konsentrasi air dan range pendinginan yang terjadi.
Tabel 2.1 Persentase blowdown (Sumber : Marley Corp.2009)
g. Drift Loss (D)
Yaitu kerugian massa air akibat terbawa aliran udara yang melintasi cooling tower.
Jumlah drift loss terjadi relatif dan dapat diperkecil dengan penggunaan drift eliminators pada
14
cooling tower. Berikut nilai persentase untuk drift loss yang dapat dipakai saat informasi nilai
persentase drift loss yang direkomendasikan dari pabrikan tidak diketahui.
D = 0.3 – 1.0 persen dari L untuk cooling towerpenggerak udara alami (natural draft) tanpa drift
eliminators.
D = 0.1 – 0.3 persen dari L untuk induced draft cooling towertanpa drift eliminators.
D = sekitar 0.005 persen dari L (atau kurang) jika cooling towerdilengkapi
dengan drift eliminators.
h. Laju Aliran Air Pengganti (Make-up)
Merupakan suplai air pengganti akibat kerugian air untuk terjadinya proses pendinginan.
Laju aliran air make-up minimum yang diperlukan merupakan
jumlah akumulasi total kerugian yang terjadi.
Make-up = Rugi Blowdown + Drift Loss + Rugi Penguapan ………………. (Persamaan 2.6)
i. Perbandingan Cair/Gas (L/G)
Perbandingan L/G menara pendingin merupakan perbandingan antara laju aliran massa
air dan udara. Menara pendingin memiliki nilai desain tertentu, namun variasi karena musim
memerlukan pengaturan dan perubahan laju aliran air dan udara untuk mendapatkan efektivitas
terbaik menara pendingin. Aturan termodinamika menyatakan bahwa panas yang dibuang dari air
sama dengan panas yang diserap oleh udara sekitarnya. Oleh karena itu persamaan berikut dapat
digunakan:
L x cpw x (Tin– Tout) = G x (hout – hin) ………………………………….. (Persamaan 2.7)
Dimana:
L = aliran massa air
G = aliran massa udara
Cpw = panas spesifik
Hout = entalpi udara keluaran (kJ/kg)
hin = entalpi udara masukan (kJ/kg)
15
BAB III
RENCANA PERANCANGAN
1
1.1 Rencana Sistem PLTP
Gambar Rencana Perancangan Sistem Portable PLTP Sistem Double Flash. Gambar
menggambarkan rencana sistem Portable PLTP yang akan dibuat, sistem ini nantinya akan
disimulasikan menggunakan software cycle tempo 5.0. Diperkirakan kapasitas listrik yang
dihasilkan yaitu 5 MW.
Keterangan :
1. Cooling Tower 8. Sumur Injeksi
2. Main Cooling Water Pump 9. Turbin Uap
3. Condensor 10. Separator
4. Sambungan 11.Sumur Injeksi
5. Kolam Basin Air dingin 12. Sumur Produksi
6. Udara yang di buang ke Lingkungan 13. Valve
7. Udara masuk dari Lingkungan 14. Water Make-up
16
Berikut rencana kegiatan dalam pembuatan laporan skripsi
1. Mencari parameter yang dibutuhkan setiap komponen untuk menjalankan sistem yang
telah dibuat menggunakan software cycle tempo 5.0.
2. Mencari data karakteristik lokasi PLTP yang akan digunakan (Gung salak).
3. Menentukan jenis serta spesifikasi komponen – komponen yang digunakan dalam system.
4. Mencari data karakteristik air di wilayah lokasi yang akan digunakan dalam sistem
pendingin.
5. Menentukan jenis sistem pendingin yang cocok dengan sistem.
6. Menghitung ketersediaan serta kebutuhan air dalam sistem.
7. Menentukan jenis Cooling Tower yang akan digunakan sebelum dirancang.
8. Menentukan dimensi dan material apa yang cocok digunakan dalam sistem ini.
9. Menghitung kefektifitas dari Cooling Tower dan pengaruhnya terhadap efisiensi termal
sistem.
17