coobs
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
1. Judul
Rancang Bangun Sistem koordinasi Proteksi pada Jaringan Tegangan Rendah Direct Current
2. Latar belakang
Di era abad 20 dimana teknologi serba digital dan juga isu perubahan iklim
yang dikarenakan pemansan global yang semakin sering terdengar dan dibahas saat ini,
dan juga penggunaan bahan bakar fosil yang semakin lama akan membuat cadangan
bahan bakar fosil semakin berkurang. Sehingga hal ini menjadi tantangan bagi sarjana
teknik untuk terus berkembang dan menciptakan konsep tentang energi terbarukan yang
tidak berasal dari bahan bakar fosil. Semakin berkembangnya teknologi energi yang
menggunakan listrik dc belakangan ini termasuk salah satunya metode sistem distribusi
jaringan tegangan rendah direct current. Sistem distirbusi jaringan tegangan rendah
direct current adalah sistem yang tegangan dasarnya berupa dc dan memiliki rating
tegangan dibawah 100 volt. Sistem jaringan tegangan rendah direct current ini juga bisa
menjadi solusi dalam rangka penghematan energi, karena pada sistem distribusi
jaringan tegangan rendah direct current tidak banyak digunakannya alat konversi energi
seperti halnya pada sistem ac yang mana pada setiap konversi energi akan
menimbulkan rugi-rugi. Meskipun belum memiliki standar yang baku tentang sistem
jaringan tegangan rendah direct current, belakangan ini semakin dikembangkan karena
semakin banyaknya kajian-kajian terhadap energi terbarukan. Energi terbarukan
sebagian besar manghasilkan tegangan dan arus berupa DC sehingga metode smart grid
ini sangat membantu dalam pengkordinasian antar energi terbarukan dalam suatu
wilayah.
Namun dalam setiap sistem diperlukan suatu peralatan pengaman atau proteksi
dari sistem tersubut guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa
mengganggu stabilitas dari sistem tersebut. Selain itu juga diperlukan koordinasi antar
sub sistem agar apabila terjadi gangguan yang terjadi pada ssalah satu sub sistem tidak
mengganggu keseluruhan sistem. Misalnya suatu sistem terdiri dari 5 sub sistem dan
terjadi gangguan pada sub sistem 3, maka agar sub sistem 3 tersebut tidak berdampak
ke sub sistem lain maka sub sistem 3 tersebut harus dimatikan sehingga sub sistem
lainnya dapat tetap berjalan dengan semestinya.
Selain itu respon alat proteksi terhadap gangguan juga harus cepat agar
gangguan tidak merambat ke sub sistem yang lain, karena bila terlambat beberapa detik
1
saja bisa menyebabkan kerusukan pada sub sistem lain, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan kerugian baik dari segi energi maupun materi. Dalam proteksi smart grid
ini dibutuhkan sensor-sensor sebagai acuan alat proteksi untuk bekerja, sensor-sensor
tersebut antara lain sensor arus dan tegangan. Sedangkan komponen-komponen lain
yang di butuhkan seperti mikrokontroler, circuit breaker, fuse, kapasitor sebagai filter
grounding jiika dibutuhkan. Sedangkan untuk jenis-jenis gangguan yang terjadi pada
jaringan tegangan rendah direct current antara lain, gangguan beban lebih (overload),
gangguan hubung singkat , dan gangguan tegangan lebih.
Tujuan akhir dari yang diharapkan dari penelitian adalah merancang alat
proteksi pada sistem distribusi jaringan tegangan rendah direct current sehingga dapat
terciptanya suatu sistem yang aman.
3. Rumusan masalah
Agar dapat diketahui apa yang akan dikaji dalam rancang bangun ini, terdapat beberapa
perumusan masalah. Rumusan masalah tersebut antara lain:
1. Bagaimana jenis-jenis gangguan yang ada pada sistem jaringan tegangan rendah direct
current.
2. Bagaimana rancang sistem proteksi untuk sistem jaringan tegangan rendah direct current.
3. Bagaimana koordinasi proteksi pada sistem jaringan tegangan rendah direct current.
4. Bagaimana respon waktu alat proteksi dalam mengatasi gangguan.
4. Batasan masalah
Akibat banyaknya kemungkinan yang akan terjadi dalam rancang bangun ini,
dibutuhkan batasan-batasan masalah. Batasan masalah tersebut antara lain:
1. Sensor yang digunakan sensor arus dan sensor tegangan.
2. Tegangan dasar distribusi adalah 48 volt.
3. Diasumsikan baterai berada pada kondisi terisi penuh.
4. Jenis relay yang digunakan adalah solid state relay
5. Kontroler untuk kordinasi proteksi menggunakan ATMEGA 32 atau arduino
5. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sistem proteksi pada jaringan
tegangan rendah direct current dengan menggunakan solid state relay
2
6. Manfaat
Manfaat dari penulisan penelitian ini adalah untuk memberikan rujukan perancangan
sistem proteksi pada jaringan tegangan rendah direct current.
7. Sistematika penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi dasar teori yang digunakan untuk dasar penelitian dan untuk
mendukung permasalahan yang diteliti.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tahapan penyelesaian skripsi yang meliputi studi literatur,
perancangan alat, pengujian alat, pengambilan data, perhitungan, dan
analisis data.
BAB IV : PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN ALAT
Berisi tentang pembahasan, analisis, dan perancangan alat yang
diajukan dalam penelitian.
BAB V : PENGUJIAN DAN ANALISIS
Berisi pengujian dan pengambilan data hasil perancangan alat yang
kemudian digunakan untuk analisis
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari perancangan dan pembangunan alat serta saran untuk penelitian
selanjutnya.
8. Tinjauan Pustaka
8.1 Sistem jaringan tegangan rendah direct current
Sistem distribusi jaringan tegangan rendah direct current merupakan salah satu sistem
yang dipertimbangkan sebagai solusi yang menjanjikan untuk mendapatkan keandalan dan
efisiensi energi yang bagus. Dengan semakin banyaknya energi terbarukan dengan keluaran
dc, maka hal ini akan semakin menguntungkan untuk mendukung sistem dc. Meskipun belum
ada standar yang jelas mengenai tegangan dasar pada jaringan tegangan rendah direct current
tapi penelitian semakin banyak dilakukan untuk meninjau tentang sistem ini. jaringan
tegangan rendah direct current biasanya memiliki tegangan di bawah 100 Vdc, sistem
3
jaringan tegangan rendah direct current mempunyai beberapa keuntungan sebegai berikut:
1. Efisiensi sistem, dikarenakan pengurangan energi yang hilang karena konversi energi
menggunakan inverter.
2. Komponen yang lebih sedikit, tidak butuh pertimbangan tentang skin effect,
sinkronisasi, dan daya reaktif
3. Energi terbarukan, hampir semua energi terbarukan menghsailkan keluaran dc maka
tidak perlu konversi karena sistem bus menggunakan dc, hal ini dapat menghilangkan
rugi-rugi daya 2.5% sampai 10%
4. Mengurangi rugi-rugi yang tidak penting, pada sistem dc dengan banyaknya langkah
konversi yang dihindari dan pada setiap langkah mengakibatkan rugi-rugi dan
mengurangi keandalan sistem. Kerana juga tidak adanya arus yang reaktif maka
hampir seluruhnya arus yang dihasilkan sumber sampai ke beban tanpa adanya
legging atau leading.
(a)
(b)
Gambar 8.1 Jenis koneksi jaringan tegangan rendah direct current. (a) koneksi
unipolar;(b) koneksi bipolar
Sumber: P. Salonen (2008:1)
Sistem distribusi jaringan tegangan rendah direct current dapat dibuat dengan 2 tipe
jenis koneksi yaiut sistem uni polar dan sistem bipolar. Perbedaan dari kedua sistem
tersebut adalah level tegangannya. Pada sistem unipolar hanya mempunyai satu level
tegangan, sehingga beban akan terkoneksi dengan satu level tegangan tersebut. Sedangkan
tipe bipolar terdiri dari 2 sistem unipolar yang terhubung seri. Pada sistem bipolar beban
4
dapat terhubung diantara kedua level tegangan tersebut dengan beberapa cara antara lain
diantara kutub positif, diantara kutub negatif, diantara kutub positif dan negatif, dan diantara
kutub positif dan negatif dengan netral.
8.2 Tujuan Dasar Sistem Proteksi
Tujuan mendasar dari sistem proteksi adalah untuk menyediakan isolasi dari masalah
yang ada dengan cepat, sehingga gangguan meyeluruh terhadap sistem dapat di minimalisir.
Perlu diperhatikan dengan adanya sistem proteksi bukan berarti peralatan tersebut dapat
mencegah terjadinya gangguan atau masalah. Alat-alat proteksi akan hanya bekerja saat
terjadi keaadan-keaadan abnormal pada sistem dengan indikasi-indikasi tertentu yang telah
ditentukanm pada sistem. Lima aspek dasar dari sistem ptroteksi adalah
1. Reliability: kehandalan dari alat proteksi dalam mengatasi gangguan.
2. Selectivity: kemampuan proteksi dalam memaksimalkan kontunuitas sistem dengan
pemutusan sistem yang minimum.
3. Speed of operation: Meminimalkan durasi gangguan, kerusakan alat, dan
ketidakstabila sistem.
4. Simplicity: meminimalkan alat proteksi dan rangkain sirkuit yang terkait dengan
tujuan dari proteksi
5. Economics: memaksimalkan proteksi dengan biaya seminimal mungkin.
8.2.1 Reliability
Reliability mempunyai dua aspek yaitu dependability dan security. Dependability
didefinisikan sebagai “tingkat kepastian bahwa rele atau sistem rele akan beroprasi secara
benar”(IEEE C 37.2). Security “ berkaitan dengan tingkat kepastian bahwa rele atau
sistem rele tidak akan beroprasi secara benar”(IEEE C37.2). Dengan kata lain,
dependability mengindikasikan kemampuan dari sistem proteksi bekerja secara maksimal
ssat dibutuhkan, sedangkan security adalah kemampuan untuk mennghindari operasi yang
tidak perlu saat sistem dalam keadaan normal.
Dependebility sangat gampang untuk memastikannya, dengan cara melakukan
pengujian terhadap sistem proteksi untuk memastikan sistem proteksi tersebut beoperasi
sebagaimana mestinya ketika ambang operasi telah terlewati. Untuk security lebih susah
untuk memastikannya, akan terdapat hampir berbagai macam variasi dari keadaan
transient yang mungkin mengacaukan sistem proteksi dan kesimpulan dari semua
kemungkinan akan sulit dan tak terprediksi.
5
Gambar 8.2 Sistem koneksi AC dengan proteksi sirkuit DC trip.
Sumber: T.J Domin(2007:46)
Sebagaimana pada umumnya, meningkatkan security akan cenderung mengurangi
dependability dan juga sebaliknya. Sebagai ilustrasi, rele tunggal kontak trip yang ada
pada Gambar 8.2 merepresentasikan dependability yang bagus, tapi mempunyai potensi
yang tidak sengaja tertutup dikarenakan keadaan transient yg tidak diantisipasi atau
karena kesalahan manusia yang tidak dikehendaki dalam operasi. Untuk menimalisasi
potensi tersebut, rele kedua seperti detektor gangguan, dapat digunakan dengan
kontaknya di seri deng sirkuit trip DC. Sehingga sekarang kedua kontak harus tertutup
untuk membuat circuit breaker trip, dimana harus terjadi untuk kondisi yang tidak bisa
ditoleransi. Hal ini meningkatkan tingkat security dari sistem, sehingga agak kurang
mungkin jika terjadi gangguan akan menyebabkan kedua rele tersebut beroprasi secara
bersamaan. Bagaimanapun, dependability telah berkurang, untuk itu sekarang
memerlukan kedua rele bekerja secara benar. Pengaturan ini digunakan karena nilai dari
dependability masih cukup tinggi bersamaan dengan peningkatan securrity. Security
dengan demikian sangat penting(sama pentingnya dengan dependability).
6
8.2.2 Selectivity
Rele telah ditetapkan sebuah area sebagai zona proteksi primer, tapi rele-rele tersebut
mungkin juga dapat beroperasi dalam menanggapi kondisi diluar zona primer. Dalam
contoh ini, rele-rele menyediakan proteksi cadangan untuk area diluar zona primernya. Ini
ditujukan sebagai backup atau diluar batas zonanya.
Selectivity (dikenal juga sebagai koordinasi rele) adalah sebuah proses dalam
menetapkan dan mengatur rele proteksi yang diluar jangkuan rele lain sehingga rele-rele
tersebut beroperasi secepat mungkin dalam zona primernya masing-masing, tapi agak
terlambat pada zona cadangannya. Hal ini penting untuk memberikan izin kepada rele
primer yang di tugaskan beroperasi pada zona cadangannya. Sebaliknya kedua set rele
dapat beroperasi terhadap gangguan pada areayang ada diluar jangkuan. Operasi dari
proteksi cadangan adalah salah dan tidak diinginkan kecuali kalau proteksi primer dari
area tersebut gagal untuk menghilangkan gangguan. Karena itu, selectivity atau
koordinasi rele sangat penting untuk memaksimalkan keberlangsungan sistem dengan
minimum sistem yang terputus.
8.2.3 Speed
Sangat jelas yang diinginkan sebuah sistem proteksi yang dapat menghilangkan
gangguan secepat mungkin. Dalam beberapa hal ini adalah hal yang sangat
memungkinkan tapi disisi lain dengan termasuknya selectivity pada alat proteksi, semakin
cepat operasi alat proteksi dapat tercapai dengan sistem proteksi yang kompleks dan
harga yang lebih mahal. Zero time atau kecepatan yang sangat tinggi oleh alat proteksi,
mungkin dapat menyebabkan penambahan angka dari operasi yag tidak diinginkan.
Seperti pada umumnya, semakin cepat kerja proteksi maka kemungkinan yang semakin
besar pula terhadap hasil operasi atau kerja alat proteksi yang tidak secara benar, karena
perbedaan keadaan transient yang bisa ditoleransi dan tidak bisa ditoleransi merupakan
selisih waktu yang sangat kecil, hal ini bisa menyebabkan kemungkina alat proteksi
bekerja tidak benar.
Sebuah rele yang bekerja dengan kecepatan yang sangat tinggi, bekerja dengan waktu
kurang dari 50 mili detik(tiga siklus pada 60 Hz)(IEEE 100). Istilah “instanteneous”
didefinisikan untuk indikasi tidak ada waktu delay yang sengaja dikenalkan terhadap
perlatan(IEEE 100). Pada prakteknya, istilah “instanteneous” “high dan speed” yang
digunakan secara bergantian untuk mendeskripsikan rele proteksi yang bekerja dibawah
50 mili detik.
Circuit breaker modern dengan kecepatan tinggi bekerja pada waktu antara 17-50 mili
7
detik(1-3 siklus pada 60 Hz);ada juga yang bekerja pada 83 milidetik(5 siklus pada 60
Hz). Dengan demikian, total waktu untuk menghilangkan gangguan(rele dan breaker)
berkisar antara 35-130 mili detik(2-8 siklus pada 60 Hz).
Pada sistem dengan tegangan yang lebih rendah, dimana koordinasi waktu yang
dibutuhkan antara rele proteksi, waktu operasi rele pada umumnya akan melambat;
biasanya 0.2-1.5 detik untuk zona primer. Waktu rele zona primer jika lebih dari 0.2-1.5
tidak biasa untuk gangguan pada zona primer, tapi hal itu mungkin dan bisa terjadi.
Dengan demikian speed merupakan hal yang penting, tapi tidak harus selalu dibutuhkan
speed, maupun speed akan selalu diusahakan untuk mendapatkan speed yang tinggi
tanpaa biaya tambahan dan kompleksitas.
Kecepatan rele akan sangat penting saat fasilitas proteksi berada dalam area stabilitas
sensitif jaringan sistem listrik. Semakin cepat gangguan yang dihilangkan mengurangi
umlah generator yang dapat berfugsi selama gangguan.
8.3.4 Simplicity
Sistem proteksi rele harus terjaga tetap simpel atau sederhana dan semudah mungkin
selama masih bisa mencapai tujuan dari sistem proteksi. Setiap penambahan unit atau
komponen yang mungkin bisa mingkatkan sistem dari proteksi, tapi belum tentu
bersig=fat persyaratan dasar dari proteksi harus dipertimbangkan secara hati-hati. Seperti
yang telah ditekankan, kesalahan operasi atau tidak tersedianya proteksi dapat
menyebabkan bencana dalam sistem daya. Masalah dalam sistem proteksi bisa menimpa
sistem secara keseluruhan.
Peningkatan terhadap penggunaan solid state dan teknologi digital dalam rele
proteksi memberikan banyak kemungkinan untuk peningkatan peralatan yang semakin
canggih. Mungkin akan ada beberapa penambahan baik pada proteksi maupun
komponennya, namu dala setiap penambahan harus di evaluasi secara hati-hati untuk
memastikan penambahan tersebut akan berkontibusi dalam meningkatkan sistem
proteksi.
8.3.5 Economic
Ekonomis adalah hal yang sangat mendasar, sebisa mungkin membuat sistem proteksi
dengan maximum tapi juga dengan biaya yang minimum, dan biaya selalu menjadi salah
satu faktor yang harus diperhatikan. Pertimbangan harga proteksi akan sangat
diperhatikan berkaitan dengan kualitas sistem yang akan dibuat. Harga proteksi akan
terlihat mahal jika hanya diliat dari satu sisi, namu jika dilihat dari sisi lain yaitu
kerusakan alat bahkan sistem yang mungkin terjadi jika tidak ada proteksi mungkin
8
proteksi akan mempunyai harga yang sepadan dengan tanggung jawab proteksi tersebut
terhadap keberlangsungan sistem.
8.3 Jenis Gangguan Pada Sistem DC
Gambar 8.3 Jenis gangguan hubung singkat line to line
Sumber: J.M Candelaria (2012:12)
untuk sistem dc terdapat beberapa jenis gangguan yang dapat menyebabkan keadaan
abnormal pada sistem, jenis gangguannya antara lain, line to line/hubung singkat, beban
lebih, tegangan lebih, dan tegangan kurang . Gangguan line to line terjadi saat bagian negatif
dan positif saling berkenaan atau short, line to ground terjadi saat bagian dari negatif atau
positif short terhadap ground, beban lebih sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila
dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus
tersebut, pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan
listrik dan pengaman yang terpasang. Tegangan kurang dalam sistem ini biasanya terjadi saat
cuaca yang berawan atau hujan sumber berupa baterai lama kelamaan akan habis sehingga
tegangan pada baterai akan berkurang sehingga beban tidak bisa mendapatkan level tegangan
yang seharusnya jika hal ini terus menerus dibiarkan makan baterai akan bocor.
8.3.1 Line to Line
Gangguan line to line sistem koneksi kabel mungkin akan jarang terjadi pada kabel
tersebut, tapi jika di udara gangguan line-to line dapat terjadi karena gangguan dari objek
lain yang dapat membuat kabel positif dan negatif short. Gangguan ini juga dapat terjadi
jika ada kesalahan switching pada peralatan sehingga dapat menyebabkan hubungsingkat.
8.3.2 Beban Lebih
Gangguan beban lebih pada prinsipnya hampir sama dengan dua gangguan di atas
yaitu menyebabkan arus lebih. Sama halnya dengan gangguan yang lain gangguan beban
9
lebih ini juga dapat menyebabkan kelainan pada sistem yang dapat menyebabkan sistem
rusak. Salah satu kasus yang tejadi semisal terjadi gangguan sehingga memaksa salah satu
baterai harus mati sedangakan beban yang dipikul sama sehingga hal ini akan menyebabkan
arus meningkat tinggi sehingga dapat menyebabkan peralatan-peralatan rusak. Sehingga
dalam kasus ini diperlukan proteksi.
8.4 Sistem Proteksi DC
Pada sistem AC keamanan dari sistem baik terhadap manusia maupun terhadap
peralatan-perlatan merupakan hal yang penting. Pada sistem dc yang mulai dikembangkan
secara pesat selama 1 dekade terakhir keamanan atau proteksi juga akan menjadi sangat
penting dimana sistem dc sangat memungkinkan untuk menggantikan sistem ac yang selama
ini kita gunakan. Tidak jauh berbeda dengan jenis- jenis gangguan yang ada pada sistem ac,
pada penelitian ini akan ada beberapa jenis gangguan yang mungkin terjadi pada sistem dc
antara lain short circuit yaitu konduktor antar kabel fasa dengan netral saling bersentuhan
yang meyebabkan gangguan short circuit dan ada juga gangguan ground(konduktor-ground).
Meskipun penetapan standar tentang bagaimana sistem proteksi pada sistem dc belum di
tetapkan, banyak metode yang telah dikemukakan, tapi kebanyakan metode yang
dikemukakan di peruntukan HVDC. Hal ini dikarenakan HVDC telah ada yang di buat pada
beberapa wilayah selain itu topik tentang HVDC telah mengemuka terlebih dahulu.
Bagaimanapun secara konsep dan ide tidak terlalu jauh dari sistem jaringan tegangan rendah
direct current. Berikut beberapa metode yang telah dikemukakan.
8.4.1 Proteksi DC Dengan Peralatan DC
Proteksi dc dengan menggunakan peralatan dc merupakan suatu pilihan yang lebih
bagus dibanding dengan proteksi dc dengan menggunakan peralatan dc. Peralatan proteksi
dc dapat bertindak lebih cepat dibanding menggnakan peralatan ac. Beberapa proteksi
dengan menggunakan peralatan dc akan dijelaskan di bawah ini.
8.4.1.1 IBGT Circuit Breaker
Sebuah IGBT (IGBT-CB)circuit breaker memanfaatkan kemampuan blocking
daris solid state drives. Sama seperti IGBT lainnya dalam konverter, IGBT-CB di
konfigurasikan dengan dioda anti paralel. Satu-satunya kekurangan dari IGBT-CB
adalah sebuah alat uni-directional. Ilustrasi nya ada pada gambar 3.4 dibawah. Ketika
gangguan terjadi pada saluran dc IGBT dapat menahan arus
gangguan(direpresentasikan pada gambar 3.4 dengan garis putus-putus). Jika terjadi
10
pada sisi konverter, maka dioda anti paralel akan mengalirkan arus(direpresentasikan
dengan garis solid pada gambar 3.4. pada skenario ini IGBT-CB harus mengandalkan
blocking yang dilakukan oleh IGBT dalam konverter.
Untul sistem dua terminal, IGBT-CB dapat ditempatkan pada masing-masing
konverter, satu pada sisi positif dan satunya lagi pada sisi negatif seperti yang terlihat
pada gambar 3.4. saklar dc yang cepat digunakan pada IGBT-CB, dimana itu
digunakan untuk mengisolasi saluran setelah arus gangguan telah dihilangkan. Harus
diperhatikan bahwa saklar tidak bisa memutus arus dan hanya bisa terbuka setelah
gangguan telah dihilangkan. Ketika sistem kontrol mendeteksi gangguan pada saluran,
IGBT-CB akan meneriman sinyal gate untuk membatasi arus. Ketika arus gangguan
telah dihilangkan saklar dc akan terbuka dan mengisolasi saluran. Untuk menentukan
jika gangguan sementara atau permanen, saklar dc dan IGBT-CB akan tertutup. Jika
gangguan telah dihilangkan dari sistem maka sistem akan bekerja seperti normal.
Ketika gangguan masih ada, saluran akan terisolasi lagi dan gangguan permanen akan
diketahui.
Keuntungan menggunaka IGBT-CB adalah seluruh konverter tidak mati pada
kasus gangguan ground. IGBT-CB juga dapat terbuka lebih cepat dibading dengan
peralatan ac. Tapi setiap alat memiliki kelemahan begitu juga dengan IGBT-CB,
kelemahannya adalah tidak dapt memproteksi rel dc pada rectifier.
Gambar 8.4 Rangkaian IGBT-CB
Sumber: J.M Candelaria (2012:19)
11
8.4.1.2 Converter Embedded Devices
Converter embedded devices memproteksi komponen yang ada di dalam VSC
untuk mendeteksi dan mengisolasi gangguan dc. Metode ini menghilangkan beberapa
alat tambahan, dan juga mengurangi biaya. Bagaimanapun desain ulang konverter
diperlukan. Konverter menggunakan dua buah ETO dalam sebuah konfigurasi paralel
untuk agar bisa melakukan switching dan juga proteksi. ETO memilik rating tegangan
dan arus yang lebih tinggi dibanding dengan IGBT. Gambar 3.5 mengilustrasikan
konfigurasi konverter. Dalam operasi normal tand X pada ETO beroperasi sebagai
saklar, sedangkan Y sebagai dioda anti paralel. Jika terjadi gangguan ETO X akan
melblokir sedangkan ETO Y akan membiarkan ganggua. Setelah ganngguan tersebut
di identifikasi sebagai gangguan permanen maka ETO Y akan terbuka.
Proteksi lain dengan menerapkan IGBT dan dioda antiparalel dapat dilihat
pada gambar 3.6. submodul konverter menyediakan dua level proteksi. Level pertama
memproteksi konverter agar tidak mati selama saklar gagal beroprasi. Pada kasus
saklar gagal, submodul akan menutup saklar K1. Pada level kedua proteksi beroperasi
pada keadaan dibawah gangguan, seperti yang telaj dikemukakan sebelumnya, saklar
memblokir dan dioda antiparalel mengalikrkan gangguan dibawah kondisi gangguan.
Dioda freewheeling dalam VSC tidak dapat menahan arus lonjak yang tinggi dan
dapat berbahaya sebelum gangguan dihilangkan. Soludi untuk memotong IGBT dan
dioda anti paralel dengan menggunakan thyristor k2. Tujuannya adalah untuk
menahan lonjakan arus yang tinggi. Memproteksi dioda anti parelel sampai gangguan
hilang.
Proteksi ini mengijinkan kontrol konverter tambahan dan menambah rating
arus dari alat pensaklraran, dan juga mengurangi jumlah komponen yang dibutuhkan
untuk proteksi. Kelemahan dari cara ini adalah harys mematikan seluruh konverte
ketika terjadi gangguan permanen. Sistem ini akan bekerja secara maksimal pada
sistem dua terminal tapi dapat mnyebakan msalah pada sistem multi terminal.
12
Gambar 8.5 ETO pada VSC-HVDC
Sumber: J.M Candelaria (2012:20)
Gambar 8.6 Modul konverter VSC-HVDC
Sumber: J.M Candelaria (2012:20)
13
8.4.1.3 Rele Arus Lebih
Berdasarkan karakteristik rele arus lebih dibagi menjadi tiga yaitu, rele
definite current, rele definite time, rele inverse time
Gambar 8.7 Karakteristik rele arus lebih
Sumber: electrical-engineering-portal.com
Rele definite current bekerja dengan cepat ketika arus mencapai batas nilai
yang telah di tentukan, sehingga jika arus telah mencapai batas yang di tentukan maka
circuit breaker akan langsung membuka rangkaian. Rele jenis ini memiliki tingkat
selektivitas yang rendah, jika pengaturan rele berdasarkan kondisi gangguan
maksimum pengaturan ini mungkin tidak sesuai untuk kondisi kondisi gangguan
tingkat yang rendah.
Rele definite time beroprasi pada waktu tertentu. Pengaturan bisa disesuaikan
untuk mengatasi berbagai level arus yang menggunakan perbedaan waktu operasi.
Kerugian dari rele ini adalah rele ini berada pada dekat sumber utama sehingga
memungkinkan waktu yang lebih lama dalam menghilangkan gangguan.
Rele invers time beroprasi sesuai dengan waktu yang ditentukan, dimana rele
berbanding terbalik dengan arus gangguan. Rele ini biasanya untuk mengantisipasi
arus starting motor yang cukup besar namun hanya butuh waktu singkat. dengan
menggunakan rele ini cicuit breaker tidak akan langsung trip saat starter motor karena
rele ini akan menyesuaikan dengan karakteristik motor itu sendiri. Kelebihan rele ini
adalah rele ini mempunyai tingkat selectivity yang bagus.
14
8.5 Perhitungan Arus Hubung Singkat
Perhitungan arus hubung singkat pada dc telah ditetapkan sesuai dengan IEC 61660-1.
Pada prinsipnya arus hubung singkat dapat didefinisikan dalam fungsi waktu, i1(t)
menggambarkan rentang waktu tp dari awal mula hubung singkat sampai arus maksimal
hubung singkat ip(arus puncak hubung singkat) dan fungsi waktu i2(t), menggambarkan
waktu penurunan arus hubung singkat sampai keadaan hampir steady state. Peralatan yang
berpengaruh terhadapa arus hubung singkat pada dc antara lain:
Kapasitor
Baterai(umumnya tipe lead acid)
Rectifier(IEC 61660-1untuk sistem 50 Hz, pada sistem 60 Hz masih dalam
pertimbangan lebih lanjut)
Motor dc penguat terpisah
Gambar 8.8 grafik standard arus hubung singkat( IEC 61660-1:1997)
Sumber: J. Schlabbach (2008;167)
Fungsi waktu pada grafik diatas dapat di hitung dengan rumus:
i1 (t )=i p∗1−e−t /τ 1
1−etp / τ1
untuk 0≤ t ≤tp (8-1a)
i2(t)¿ ip ¿ untuk t p≤ t ≤ T k (8-1b)
Jika tidak ada beda maksimum dari arus hubung singkat, maka ip = ik.
8.5.1 Arus Hubung Singkat dari Baterai
waktu naik(rise-time) konstan dari arus hubung singkat pada baterai selalu
15
bernilai di bawah 100 ms, arus Ik dihitung untuk waktu saat 1 detik setelah awal dari
hubung singkat.
I KB=0.95∗EB
RBBr+0.1∗RB (8-2)
Dimana EB adalah tegangan hubung buka dari baterai, RBBr resistansi dari
baterai, dan RB resistansi yang dibebankan baterai.
Gambar 8.9 Faktor k1C untuk perhitungan waktu naik konstan( IEC 61660-1:1997)
Sumber: J. Schlabbach (2008:171)
Gambar 8.10 Perhitungan k2C untuk perhitungan penurunan waktu konstan (IEC 61660-
1:1997)
Sumber: J. Schlabbach (2008:171)
16
Arus puncak hubuf singkat ipB dihitung menggunakan tegangan baterai EB
dengan rumus ; i pB=EB
RBBr (8-3)
Kemungkinan batas dari nilai konstan waktu naik τ1 B dan waktu puncak τ pB , keduannya
tergantung pada δ
1δ= 2
RBBr
LBBr
+1/T B (8-4)
Gambar 8.11 Waktu konstan naik τ1 B dan waktu puncak τ pB dari arus hubung singkat dari
baterai(IEC 61660-1:1997)
Sumber: J. Schlabbach (2008:172)
Dimana LBBr adalaah reaktansi baterai dan TB adalah waktu konstan dari baterai
diasumsikan TB = 30 ms. Waktu konstan penurunan di set pada τ 2B = 100 ms.
8.6 Solid State Relay
Sebuah solid state relay (SSR) adalah saklar elektronik, yang tidak seperti sebuah relay
elektromekanis tidak berisi bagian yang bergerak. Jenis SSR adalah foto-coupled SSR,
transformer-coupled SSR, dan hibrida SSR Sebuah foto-digabungkan SSR dan dikontrol oleh
sinyal tegangan rendah yang terisolasi secara optik dari beban. Sinyal kontrol dalam foto
17
yang biasanya digabungkan dengan SSR energi adalah sebuah LED yang mengaktifkan
sebuah foto-dioda sensitif. Dioda berputar pada back-to-back thyristor, silikon penyearah
terkendali, atau MOSFET transistor untuk mengaktifkan beban. Solid state relay dibangun
dengan isolator untuk memisahkan bagian input dan bagian saklar. Solid state relay tidak
akan terjadi percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional. Keuntungan solid-state
relay :
1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada
relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan
bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no
contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada
solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan
kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak
adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah
keadaan.
3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat
hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan
mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata
lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing
detektor.
4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay
mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena
goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.
5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi
yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan
dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah
solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat
rendah, yaitu mendekati nol volt.
18
7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan
menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain
kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.
8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil
sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada
peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.
Kerugian solid-state relay adalah sebagai berikut :
1. Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay
benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal
sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang
dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level
tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay
tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas
dari selenoid valve dan lain sebagainya.
2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat
tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut
kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya
yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
3. Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau
keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang
mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang
sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada
level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
4. Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
5. Lebih mudah rusak jika terkena radiasi nuklir.
19
8.7 Rangkaian Op-Amp
Gambar 8.12 Rangkaian sederhana op-amp
Sumber: www.chegg.com
Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen
analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-
amp yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator
dan differensiator. Pada Op-Amp memiliki 2 rangkaian feedback (umpan balik) yaitu
feedback negatif dan feedback positif dimana Feedback negatif pada op-amp memegang
peranan penting. Secara umum, umpanbalik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan
umpanbalik negatif menghasilkan penguatan yang dapat terukur. Op-amp memiliki tipe-tipe
bermacam-macam tergantung dari kegunaan yang diperlukan. Tipe-tipe opm-amp antara lain
op-amp sebagai komparator, penguat pembalik, penguat tak pembalik, penguat differensiator,
penguat penjumlah, penguat integrator, dan differensiator. Pada penelitian ini op-amp akan
digunakan pada sensor arus dan sensor tegangan dan op-amp yang digunakan adalah op-amp
jenis penguat tak pembalik.
20
Gambar 8.13 Op-amp penguat tak pembalik
Sumber: en.wikipedia.org
Penguat non pembalik merupakan kebalikan dari penguat pembalik, dimana input
dimasukkan pada input non inverting sehuingga polaritas output akan sama dengan polaritas
input tapi memiliki penguatan yang tergantung dari besarnya R feedback dan R input. Rumus
penguat tak pembalik adalaha sebagai berikut
V out=V ¿( R1+R2
R2) (8-5)
Dengan demikian, penguat tak pembalik memiliki penguatan minimum bernilau 1 karena
tegangan sinyal masukan pada penguat operasional maka impedansi masukan bernilai Z¿≈ ∞.
8.8 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah piranti elektronik berupa IC (integrated circuit)yang memiliki
kemampuan manipulasi data (informasi) berdasarkan suatu urutan instruksi (program). Dalam
sebuah struktur mikrokontroler akan kita temukan juga komponen-komponen seperti
processor, memory, clock, dll.
Salah satu arsitektur mikrokontroler yang terdapat di pasaran adalah jenis AVR
(Advanced Virtual RISC). Arsitektur mikrokontroler jenis AVR ini pertama kali
dikembangkan pada tahun 1996 oleh dua orang mahasiswa Norwegian Institute of
Technology yaitu Alf-Egil Bogen dan Vegard Wollan. Dalam perkembangannya, AVR dibagi
menjadi beberapa varian yaitu AT90Sxx, ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang
membedakan masing-masing varian adalah kapasitas memori dan beberapa fitur tambahan
saja.
Pemrograman mikrokontroler AVR dapat menggunakan low level language (assembly)
dan high level language (C, Basic, Pascal, JAVA, dll) tergantung compiler yang digunakan.
Salah satu yang banyak dijumpai di pasaran adalah AVR tipe ATmega, yang tediri dari
beberapa versi, yaitu :ATmega8535, ATmega16, ATmega162, ATmega32, ATmega324P,
ATmega644, ATmega644P, dan ATmega128.
Pada pembahasan ini mikrokontroler yang digunakan adalah AVR ATmega32. Berikut
21
ini adalah tampilan ATmega32:
(a) (b)
Gambar 8.14 (a) Bentuk fisik ATMEGA 32 (b) Daftar pin yang ada di ATMEGA 32
Sumber:ATMEGA 32 datasheet (2011:2)
Untuk meningkatkan kemampuan, mikrokontroler AVR ATmega32 menggunakan
teknologi RISC (reduced instruction set computer) di mana set instruksi dikurangi lebarnya
sehingga semua instruksi mempunyai panjang 16 bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi
dalam single clock,serta pengurangan kompleksitas pengalamatan. Mikrokontroler AVR
menggunakan arsitektur harvard dengan memisahkan memori dan jalur bus untuk program
dan data agar meningkatkan kemampuan karena dapat mengakses program memori dan data
memori secara bersamaan.Mikrokontroler AVR memiliki fast access register file dengan 32
register x 8 bit. Dengan 32 register AVR dapat mengeksekusi beberapa instruksi sekali jalan
(single cycle). 6 dari 32 register yang ada dapat di gunakan sebagai indirect address register
pointer 16 bit untuk pengalamatan data space, yang memungkinkan penghitungan alamat
yang efisien.
Mikrokontroler merupakan suatu alat yang di dalamnya sudah terintegrasi dengan I/O
port, RAM, ROM sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan kontroler.
Mikrokontroler AVR ATmega32 merupakan low power CMOS mikrokontroler 8 bit yang di
kembangkan oleh atmel dengan arsitektur RISC(reduced instruction SET computer) sehingga
dapat mencapai troughput eksekusi instruksi 1 MIPS (million instruction per second).
Mikrokontroler AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu kelas ATtiny, kelas AT90xx,
keluarga ATmega, dan kelas AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing
22
kelas adalah memori, peripheral, speed, operasi tegangan, dan fungsinya. Sedangkan dari
segi arsitektur dan instruksi yang di gunakan bisa di katakan hampir sama.
Penjelasan konfigurasi pin pada mikrokontroler AVR ATmega32 secara umum:
1. Pin 1 sampai 8 (port B) merupakan port paralel 8 bit dua arah (bidirectional) yang dapat
di gunakan untuk general purpose dan special feature.
2. Pin 9 (reset) jika terdapat minimum pulse pada saat active low.
3. Pin 10 (VCC) di hubungkan ke VCC (2,7-5,5 Volt).
4. Pin 11 dan 31 (GND) di hubungkan ke ground.
5. Pin 12 (XTAL 2) adalah pin masukan ke rangkaian osilator internal, sebuah osilator
kristal, atau sumber osilator luar dapat di gunakan.
6. Pin 13 (XTAL 1) adalah pin keluaran ke rangkaian osilator internal, pin ini di pakai bila
menggunakan osilator kristal.
7. Pin 14 sampai 21 (port D) adalah port 8 bit dua arah (bi-directional I/O) port dengan
internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose dan special feature.
8. Pin 22 sampai 29 (port C) adalah port 8 bit dua arah (bi-directional I/O) port dengan
internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose dan special feature.
9. Pin 30 adalah AVCC, pin penyuplai daya untuk port ADC jika menggunakan ADC
dengan referensi VCC.
10. Pin 32 adalah A REF pin yang berfungsi sebagai referensi untuk pin analog jika ADC
digunakan.
11. Pin 33 sampai 40 (port A) adalah port 8 bit dua arah arah (bi-directional I/O) port dengan
internal pull-up resistors digunakan untuk general purpose.
Pin pada ATMEGA 16 dapat memiliki beberapa fungsi, tergantung program yang
mengoperasikan. Lebih lengkapnya, daftar konfigurasi port ATMEGA 32 dapat dilihat pada
gambar 8.18 (b).
23
9. Metodologi Penelitian
Kajian yang dilakukan dalam skripsi adalah perancangan kordinasi proteksi untuk
pada sistem jaringan tegangan rendah direct current. Metode yang digunakan untuk
mewujudkan perancangan alat proteksi tersebut seperti pada diagram alir di bawah ini.
Gambar 9.1 Diagram alir metodologi penelitian
9.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang segala
sesuatu yang mendukung perancangan serta pembuatan alat ini. Pembuatan sistem ini
menggunakan referensi dari buku-buku maupun artikel/jurnal dari internet agar mengetahui
prinsip kerja, karakteristik komponen, serta teori yang menunjang.
24
9.2 Perancangan Alat
9.2.1 Perancangan Sistem
Perancangan ini bertujuan untuk membuat sebuah sistem proteksi pada sistem
jaringan tegangan rendah direct current, dimana pada perancangan ini akan di perlukan
beberapa alat yang nantinya akan menunjang penelititan. Untuk perancangan sistem akan
terbagi menjadi 3 antara lain blok diagram sistem, komponen-komponen pada sistem, dan
single line diagram sistem.
9.2.1.1 Blok Diagram Sistem
Gambar 9.2 Blok diagram sistem
Blok diagram diatas menjelaskan secara garis besar bagaimana alat proteksi akan
bekerja nantinya. Sistem menggunakan baterai yang berupa lead acid sumber utama yang.
Sebelum ke beban akan ada sensor arus dan sensor tegangan yang dipasang secara paralel
dengan baterai, jika tidak ada gangguan maka arus akan mengalir sampai ke beban. Jika
terjadi keadaan abnormal dikarenakan gangguan maka sensor arus dan sensor tegangan akan
25
memberikan sinyal ke mikrokontroler dan mikrokontroler akan memberikan perintah
kepada rele untuk bekerja. Fungsi-fungsi dari setiap blok adalah sebagai berikut
1. Baterai = menyimpan energi yang dihasilkan PV
2. Sensor tegangan = membaca setiap tegangan untuk di proses di mikrokontroler
3. Sensor arus= membaca nilai arus untuk di proses di mikrokontroler
4. Mikrokontroler = memberi perintah ke rele apabila terjadi kondisi abnormal
5. Rele = membuka rangkaian jika telah mendapat perintah dari mikrokontroler
6. Driver = konverter untuk menyesuaikan tegangan sumber dengan beban
7. Beban dc = beban yang menggunakan sumber dc
9.2.1.2 Perancangan Komponen-Komponen Pada Sistem
Untuk membuat suatu sistem maka akan di perlukan komponen-komponen atau
peralatan yang dapat menunjang dan mewujudkan terciptanya suatu sistem yang terpadu
dan juga terkoordinasi dengan baik. Pada sistem proteksi jaringan tegangan rendah direct
current alat yang digunakan salah satunya adalah rele yang akan di tempatkan pada tiap-
tiap titik yang telah di tentukan. Seperti yang telah dijelaskan pada blok diagram diatas
tentang bagaimana sistem bekerja secara keseluruhan. Berikut komponen-komponen yang
akan digunakan pada sistem beserta dengan fungsinya masing-masing:
1. Perancangan Baterai (Lead acid)
Penelitian ini akan menggunakan baterai tipe lead acid atau aki. Pemilihan jenis
baterai lead acid dipertimbangkan dari segi ekonomi dan juga baterai jenis lead acid
yang cukup awet. Lead acid yang akan diguakan adalah lead acid kering dikaenakan
tidak butuh biaya lagi dibandingkan dengan lead acid yang tipe basah yang masih
memerlukan isi ulang cairan elektrolit jika cairan elektrolit yang ada pada lead acid
habis. Lead acid yang di gunakan untuk sistem mempunyai tegangan 48 volt yang
terdiri dari 4 buah lead acid 12 volt yang pasang secara seri.
2. Perancangan Sensor Arus dan Tegangan
Sensor arus pada sistem ini berfungsi untuk mendeteksi arus sehingga rele
akan bekerja jika sensor arus membaca nilai arus yang melebihi set point. Untuk set
point dari sensor arus sendiri akan di tentukan dari pemograman mikrokontroler.
Pada sistem ini sensor arus yang di gunakan menggunakan resistor, nilai resistor
yang dipakai adalah 0.1Ω, nilai tersebut digunakan agar nilai jatuh tegangan pada
sisi beban tidak terlalu besar. Nilai arus yang terbaca dari resistor tersebut akan di
26
besarkan agar bisa terbacan oleh mikrokontroler dengan menggunakan op-amp
AD620. Sedangkan untuk sensor tegangan hanya menggunakan sistem pembagi
tegangan. Berikut adalah rangkaian sensor arus dan tegangan
Gambar 9.3 Rangkaian Sensor arus dan tegangan
27
3. Perancangan Solid State Relay(SSR)
Pada perancangan ini alat proteksi yang digunakan adalah solid state relay,
pemilihan ini didasarkan karena kemampuan ssr dalam bekerja yang lebih cepat
dibandingkan dengan relay elektromekanis. Selain itu pada ssr tidak terjadi percikan
api seperti halnya pada relay elektromekanis.
Gambar 9.4 Rangkaian sederhana SSR
Sumber: http://electronics.stackexchange.com
4. Perancangan Sistem Mikrokontroler
Mikrokontroler pada sistem ini akan berfungsi menerima sinyal dari sensor
arus dan sensor tegangan, dimana sudah di tentukan set point untuk nilai arus dan
tegangan yang ada pada kondisi normal sistem. Sehingga jika terjadi kondisi nilai
arus atau tegangan berada di luar set point maka mikrokontroler akan merespon
dengan memberi perintah ke rele untuk bekerja sehingga gangguan dapat diatasi.
Berikut adalah rancangan minimum sistem mikrokontroler.
28
Gambar 9.5 Rangkaian sistem mikrokontroler
5. Perancangan Algoritma Mikrokontroler
Mikrokontroler yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
mikrokontroler AVR yang akandi program menggunakan bahasa C. Pemilihan AVR
di karenakan fleksibilitas komponen untuk di program dan juga pertimbangan dari
segi harga yang cukup murah. Berikut adalah diagram alir atau flow chart dari
mikrokontroler
29
Gambar 9.6 Flowchart algoritma mikrokontroler
6. Perancangan beban
Beban yang digunakan pada sistem ini akan terbagi menjadi 2 yaitu beban dc
dan juga beban ac, tapi sebagian besar beban yang digunakan pada sistem ini adalah
beban dc. Beban dc bersifat resistif yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan
ohm, contohnya seperti elemen pemanas(heater), dan lampu. Beban jenis ini hanya
mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu.
Karakteristik dari beban resistif dapat di rumuskan sesuai dengan hukum Ohm yaitu
30
V=R . I (9-1)
Sedangkan untuk beban ac sebenarnya beban tipe ini sangat gampang
didapatkan karena pada saat ini mayoritas beban yang digunakan adalah beban ac ,
walaupun beban tersebut sebenarnya dc tapi sudah ada konverter dari ac ke dc
dikarenakan input ac yang selama ini diterapkan. Beban yang akan digunakan dapat
dilihat pada tabel 9.1
Tabel 9.1 Jenis-jenis beban pada sistem
No
.
Nama beban Jenis beban
1. Lampu led DC
2. lampu pijar DC
3. Tahanan geser DC
9.2.1.3 Single line diagram sistem
Dengan komponen-kompone yang telah di jelaskan di atas, maka setelah
perancangan komponen selesai akan dibuat perancangan single line diagram sistem. Pada
setiap jalur akan di beri breaker agar menghindari jika terjadi gangguan pada salah satu
beban tidak mengganggu keberlangsungan beban lain. Koordinasi antar breaker sangat
diperlukan pada sistem ini, karena breaker yang terdekat dari gangguan harus trip terlebih
dahulu sebelum terlambat yang bisa mengakibatkan sistem mati. Koordinasi antar alat
proteksi ini akan menggunakan mikrokontroler sehingga dapat dengan cepat merespon
breaker mana yang harus terbuka. Secara umum kesluruhan fungsi proteksi adalah untuk
mendeteksi keadaan abnormal dan menghilangkan keadaan abnormal tersebut secepat
mungkin. single line diagram pada sistem dapat dilihat pada gambar 9.7
31
Gambar 9.7 Single Line Diagram Sistem
9.3 Simulasi
Sebelum melakukan pembuatan alat, kita membutuhkan simulasi guna memperkecil
kemungkinan kegagalan. Berikut simulasi yang akan dilakukan pada penelitian ini.
1. Simulasi Mikrokontroler
2. Simulasi sensor arus
3. Simulasi sensor tegangan
4. Simulasi rele
9.4 Pembuatan alat
1. Perangkat keras
Perangkat keras yang dibuat adalah rangkaian dari masing-masing blok diagram sistem
yang telah dirancang dan disimulasikan sebelumnya.
2. Perangkat lunak
32
Perangkat lunak yang dibuat adalah program yang telah dirancang dan disimulasikan
sebelumnya untuk mengendalikan kinerja dari alat proteksi dan sistem koordinasi
proteksi sistem.
9.5 Pengujian Alat
Pengujian alat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
sistem maka diperlukan pengujian rangkaian, dan juga pengujian pada penelitian ini juga
untuk menganalisis kinerja dari sistem apakah sudah sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Berikut adalah beberapa pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini.
9.5.1 Pengujian Sensor Arus dan Tegangan
Pengujian pertama yang dilakukan adalah pengujian untuk sensor arus dan
sensor teganngan, pengujian ini dilakukan pada tahap paling awal dikarenakan
sensor arus dan sensor tegangan merupakan komponen yang akan memberikan input
kepada mikrokontroler, sehingga ketepatan untuk komponen sensor arus dan sensor
tegangan akan sangat di perlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap
pembacaan mikrokontroler. Format tabel pengujian sensor arus dan tegangan dapat
dilihat pada tabel 9.1 dan 9.2
Tabel 9.1 Format hasi pengujian sensor arus
Sensor Arus
No. Tegangan (V) Arus (A) Beban (Ω)
1. 48
2. 48
3. 48
4. 48
5. 48
6. 48
Tabel 9.1 Format hasi pengujian sensor tegangan
Sensor tegangan
No. Tegangan (V) Arus (A) Beban (Ω)
1.
2.
3.
33
4.
5.
6.
9.5.2 Pengujian Mikrokontroler
Pengujian untuk tahap kedua yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
pengujian mikrokontroler. Pengujian ini dilakukan agar mengetahui kinerja dari
mikrokontroler apakah sudah sesuai dengan perancangan secara hardware maupun
program yang telah dirancang. Kemampuan mikrokontroler untuk merespon input
dari sensor arus dan sensor tegangan juga penting karena mikrokontroler akan
memberi perintah ke rele untuk bekerja berdasarkan input arus dan tegangan yang
masuk ke port adc1 dan adc2 mikrokontroler. Selain itu pengujian mikrokontroler
juga untuk mengetahui sistem koordinasi proteksi dari rele, yaitu mikrokontroler
mempunyai kemampuan untuk memilih rele mana yang harus bekerja berdasarkan
letak terjadinya gangguan.
9.5.3 Pengujian Rele
Pengujian untuk tahap berikutnya yang dilakukan adalah pengujian terhadap
rele proteksi. Pengujian ini dilakukan setelah pengujian mikrokontroler karena
mikrokontroler yang akan memberikan perintah ke rele untuk bekerja atau tidak.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan rele dalam menghilangkan
gangguan, karena rele harus bekerja dengan cepat agar gangguan yang terjadi tidak
mengganggu keseluruhan sistem. Untuk pengujian rele ini akan terbagi menjadi 4
berdasarkan jenis gangguan yaitu
1. Gangguan hubung singkat
2. Gangguan beban lebih
3. Gangguan overvoltage
4. Gangguan undervoltage
9.5.3.1 Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat ini bisa terjadi karenan beberapa hal antara lain
hubung singkat karena kutub positif dan negatif atau bisa juga diakibatkan oleh
hubung singkat pada beban. Gangguan hubung singkat akan menghasilkan arus
yang sangat besar yang dapat merusak peralatan pada sistem. Oleh karena itu
perlu proteksi agar sistem bisa tetap berfungsi. Format tabel pengujian untuk
gangguan hubung singkat dapat dilihat pada tabel 9.3.
34
Tabel 9.3 Format hasil pengujian hubung singkat
Gangguan hubung singkat
Rele
No. Tegangan (V) Arus(A) Beban (Ω) Waktu(ms) Open Close
1. 48
2. 48
3. 48
4. 48
5. 48
6. 48
9.5.3.2 Gangguan Beban Lebih
Gangguan beban lebih, bisa terjadi karena mungkin beban melebihi
daya seharusnya sehingga jika beban yang di gunakan semankin meningkat,
daya yang dibutuhkan kan beban bisa melebihi kemampuan sumber sehingga
arus akan semakin meningkat. Oleh karena itu hal ini juga perlu diproteksi agar
sumber tidak mati total yang dapat menyebabkan keseluruhan sistem akan
padam. Format tabel pengujian untuk gangguan beban lebih dapat dilihat pada
tabel 9.4.
Tabel 9.4 Format hasil pengujian beban lebih
Gangguan beban lebih
Rele
No. Tegangan(V) Arus (A) Beban (Ω) Daya(W) Waktu(ms) Open Close
1. 48
2. 48
3. 48
4. 48
5. 48
6. 48
35
9.5.3.3 Gangguan Undervoltage
Gangguan undervoltage/tegangan kurang merupakan gangguan yang
mungkin terjadi pada sistem. Pada sistem yang dirancang ini baterai sebagai
sumber utama akan mungkin habis sehingga saat baterai mau habis tegangan
nominal pada baterai akan turun dan hal tersebut akan menimbulkan gangguan
undervoltage. Dimana hal ini juga akan merusak baterai itu sendiri, atau juga
bisa desebabkan oleh beban yang berlebih sehingga tegangan yang dirasakan
oleh beban akan berkurang dan dapat merusak peralatan elektronik yang
menjadi beban tersebut. Oleh karena itu hal ini juga perlu diproteksi karena
dapat menyebabkan kerugian pada sistem. Format tabel pengujian untuk
gangguan undervoltage dapat dilihat pada tabel 9.5.
Tabel 9.5 Format hasil pengujian gangguan undervoltage
Gangguan undervoltage
Rele
No. Tegangan
sumber (V)
Tegangan
beban(V)
Arus (A) Beban
(Ω)
Waktu
(ms)
Open Close
1.
2.
3.
4.
5.
6.
9.5.3.4 Gangguan Overvoltage
Gangguan overvoltage/tegangan lebih bisa terjadi karena beberapa hal
antara lain gangguan yang disebabkan oleh surja petir. Dengan adanya hubung
surja atau petir maka hal itu akan menyebabkan terjadinya tegangan lebih
36
dimana tegangan lebih tersebut dapat merusak peralatan elektronik. Hal lain
yang dapat menyebabkan gangguan tegangan lebih yaitu surjahubung atau
switching beban yang besar, oleh karena itu perlu diperhatikan pembebanan
maksimum yang diperbolehkan pada sistem karena jika tidak saat pelepasan
beban atau swtching bisa saja terjadi tegangan lebih karena melebihi
pembebanan maksimu dari sistem. Walaupun gangguan ini hanya bersifat
sementara tapi jika ini terjadi makan dapat merusak perlatan atau komponen
elektronik yang ada pada sistem. Oleh karena ini diperlukan juga proteksi agar
dapat mengatasi jenis gangguan tegangan lebih. Format tabel pengujian untuk
gangguan overvoltage dapat dilihat pada tabel 9.5.
Tabel 9.5 Format hasil pengujian untuk gangguan overvoltage
Gangguan overvoltage
Rele
No. Tegangan
sumber (V)
Tegangan
beban(V)
Arus (A) Beban
(Ω)
Waktu
(ms)
Open Close
1.
2.
3.
4.
5.
6.
9.6 Pengambilan kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian sistem secara
keseluruhan. Jika hasil yang didapatkan telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya,
maka sistem tersebut telah berhasil memenuhi harapan dan tentunya memerlukan
pengembangan lebih lanjut untuk penyempurnaan.
37
10. Rencana Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan dalam waktu dua bulan dengan kegiatan setiap
bulannya ditunjukkan dalam Tabel 10.1.
Tabel 10.1 Rencana kegiatan
No KegiatanBulan ke-
I II III1 Seminar proposal
2 Studi literatur
3 Perancangan sistem
4 Simulasi
5 Pembuatan sistem
6 Pengujian alat
7 Pengambilan kesimpulan
8 Penyusunan laporan
9 Seminar hasil
11. Daftar Pustaka
Schlabbach, Jurgen. 2008. Short-Circuit Currents. London: The Institution an
Technology.
Blackburn, J.L. & Domin T.J. (2006). Protective Relaying Principles and Aplications
Third Edition. Florida: CRC Press
Candelaria, Jared M.(2012). FAULT DETECTION AND ISOLATION IN LOW-
VOLTAGE DC-BUS MICROGRID SYSTEM. A thesis submitted to the University of
Colorado Denver. Colorado:tidak diterbitkan
38
Salonen P, Kaipia T, Nuutinen P, Peltoniemi, Partanen J.An LVDC Distribution System
Concept. http://lib.tkk.fi/Conf/2008/urn011603
Han J, Oh Y, Gwon G, Kim D, Kim C, Park K. A Study on the Fault Characteristics of
Line Fault in LVDC Distribution System, IEEE Developments in Power System
Protection 12th IET International Conf. Copenhagen, Denmark, march 31 2014- April
3 2014.
39