contoh proposal penelitian
DESCRIPTION
Penentuan Metode Penetapan Kadar Capsaicin dalam Berbagai Buah CabaiTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
PENENTUAN METODE PENETAPAN KADAR CAPSAICIN
DALAM BERBAGAI BUAH CABAI (CAPSICUM) DENGAN
INSTRUMEN HPLC
Oleh
Arif Budiman
NIM 1621112001
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANDUNG RAYA
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang karena nikmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul ”Penentuan Metode
Penetapan Kadar Capsaicin dalam berbagai Buah Cabai (Capsicum) dengan
instrumen HPLC” ini. Dalam proposal ini dibahas cara menentukan metode yang tepat
dalam penentuan kadar capsaicin dalam cabai menggunakan instrumen HPLC, serta
perbandingan hasil tingkat kepedasan dari berbagai macam jenis cabai.
Tidak lupa dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini.
Bandung, 9 November 2015
Penyusun
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................3
E. Pembatasan Masalah...................................................................................................3
F. Kerangka Pemikiran...................................................................................................3
G. Metodologi Penelitian.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Spektrum Capsaicin.............................................................................................5
Gambar 2. Perhitungan Resolusi...........................................................................................6
Gambar 3. Cabai Merah.........................................................................................................9
Gambar 4. Struktur Capsaicin..............................................................................................10
Gambar 5. Struktur 3D Capsaicin........................................................................................11
Gambar 6. HPLC Agilent Infinity 2200..............................................................................11
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Kapsaisinoid.................................................................................................10
Tabel 2. Skala SHU.............................................................................................................12
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai (Capsicum) merupakan salah satu buah yang penting karena sudah sejak
lama dikenal sebagai bumbu yang memberikan rasa pedas pada aneka masakan serta
obat. Bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Minangkabau, produk cabai
ini merupakan salah satu bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan makanan sehari-
hari. Cabai juga berkhasiat mengobati berbagai penyakit, seperti reumatik, sariawan,
sakit gigi, flu, dan dapat pula sebagai stomatik atau peningkat nafsu makan.
Cabai juga dapat mencegah penyakit strok dan jantung koroner karena
kapsaisin bersifat anti koagulan yang bekerja untuk menjaga darah tetap encer dan
mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Kapsaisin (8-methyl-N-
vanillyl-6-nonenamide)2 merupakan komponen utama alkaloid lipofilik yang
memberikan rasa pedas pada cabai. Ukuran pedas dari cabai tergantung pada
kandungan kapsaisin dan senyawa kapsaisinoid lain yang dikandungnya. Kapsaisin
mencapai 90% dari total kapsaisinoid yang terdapat dalam cabai.
Kandungan kapsaisin dari masing-masing cabai berbeda-beda. Tingkat rasa
pedas pada cabai awal mulanya diukur menggunakan satuan Scoville, diambil dari
nama Wilbur Scoville. Ia mengembangkan teknik pengukuran secara organoleptik.
Kapsaisin murni diberi nilai 16.000.000 satuan Scoville. Ada lima tingkat kepedasan
yang diklasifikasikan menggunakan satuan pedas Scoville (SHU) : non pedas (0-700
SHU), agak pedas ( 700-3000 SHU), cukup pedas (3000-25000 SHU), sangat pedas
(25000-70000 SHU) dan sangat sangat pedas (>80000 SHU).
Penyebab rasa pedas dalam buah cabai adalah adanya kandungan senyawa
kapsinoid. Kapsinoid dalam buah cabai memiliki berbagai macam bentuk senyawa,
namun kandungan kapsinoid terbesar dalam buah cabai adalah senyawa Capsaicin.
Oleh karena itu dalam menetukan tingkat rasa pedas dari cabai dapat diidentifikasi
dari besarnya kandungan atau kadar Capsaicin dalam buah cabai tersebut.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 1
Kandungan komponen “pedas” yang terdapat pada cabai bisa dianalisis dengan
menggunakan metoda KCKT untuk penentuan senyawa kapsaisin. Satu ppm
sebanding dengan 16 satuan Scoville. Disamping itu, untuk penentuan senyawa
kapsaisin juga dapat dilakukan dengan menggunakan metoda Kromatografi Gas.
Pada sistem KCKT data yang dihasilkan adalah waktu retensi dan luas area
dari komponen-komponen sampel. Analisa kuantitatif pada KCKT dilakukan dengan
cara membandingkan luas puncak standar senyawa murni dengan sampel, sedangkan
analisa kualitatif pada KCKT dilakukan dengan cara mencari kesamaan komponen
kapsaisin sampel dengan standar. KCKT dioperasikan dalam sistem proses elusi,
dimana beberapa μL sampel diinjeksikan dengan syringe kepada injektor. Setelah itu,
akan terjadi pemisahan komponen pada kolom dan detektor akan mendeteksi
komponen sampel dengan waktu yang berbeda.
Metode KCKT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode
konvensional yaitu metode yang sensitif, akurat, analisa yang dilakukan dalam waktu
yang cepat, daya pisahnya baik, cocok untuk analisa senyawa yang memiliki molekul
besar maupun kecil, bisa untuk senyawa yang mudah menguap dan yang tidak
menguap, senyawa organik dan anorganik, senyawa ionik dan non ionik, senyawa
polar dan non polar waktu analisis singkat serta sampel yang dibutuhkan sedikit.
Keakuratan dari metoda yang digunakan untuk menganalisis kandungan
senyawa kapsaisin tersebut menggunakan parameter standar deviasi relatif, nilai batas
deteksi dan batas kuantisasi serta nilai perolehan kembali.
Dari uraian di atas, maka peneliti mencoba mengembangkan penelitian ini
dengan judul ”Penentuan Metode Penetapan Kadar Capsaicin dalam berbagai
Buah Cabai (Capsicum) dengan instrumen HPLC”
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menentukan metode yang sesuai dalam penentuan kadar capsaicin
dalam buah cabai ?
2. Bagaimana cara membandingkan kadar yang didapat dengan satuan sekala Scovile
atau SHU ?
3. Jenis buah cabai manakah yang memiliki tingkat rasa pedas tertinggi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan metode analisis yang paling sesuai untuk menetapkan kadar capsaicin
dalam buah cabai.
2. Menentukan kandungan capasaicin dalam berbagai buah cabai.
3. Mengetahui jenis buah cabai yang memiliki tingkat rasa pedas tertinggi
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diperoleh beberapa manfaat, antara lain: ditemukannya
metode penentuan kadar capsaicin dalam cabai sebagai indikator kadar rasa pedas, dan
menggantikan fungsi penilaian pedas organoleptik dengan pengukuran menggunakan
instrumen sehingga lebih akurat.
E. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini diambil batasan permasalahan berupa :
1. Sampel buah cabai yang digunakan adalah cabai rawit padang, cabai rawit jawa,
cabai hijau, cabai merah padang, cabai merah medan, cabai hijau medan.
2. HPLC yang digunakan berjenis fase terbalik (reverse phase).
3. Validasi metode analisis meliputi penentuan limit deteksi, limit kuantitasi, std
deviasi relatif RT & Luas area, uji presisi, dan rekoveri.
F. Kerangka Pemikiran
Untuk melakukan penetapan kadar suatu zat aktif menggunakan instrument
HPLC diperlukan percobaan hingga di dapat metode yang sesuai. Sesuai at+au
tidaknya metode yang digunakan dapat diamati dari hasil validasi metode analisis
tersebut. Setelah didapatkan metode yang sesuai, maka metode tersebut digunakan
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 3
untuk menetapkan kadar capsaicin dalam cabai, dan hasilnya dibandingkan terhadap
standar murni capsaicin serta konversi kadar tersebut menjadi skala scoville, sehingga
diperoleh kesimpulan tingkat kepedasan yang lebih akurat.
G. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu PenelitianKegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium Research and Development
PT. Meprofarm, yang meliputi preparasi sampel, ekstraksi sampel, trial metode,
validasi metode, dan penentuan metode yang sesuai, serta penentuan kadar
capsaicin dalam buah cabai.
Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian akan berlangsung selama satu
bulan, mulai 1 Oktober 2015 hingga 1 November 2015, dengan jam kerja perhari
selama 8 jam, dan lima hari perminggu.
2. Sampel
Pada penelitian ini digunakan beberapa jenis buah cabai sebagai sampel,
antara lain: cabai rawit padang, cabai rawit jawa, cabai hijau, cabai merah padang,
cabai merah medan, dan cabai hijau medan.
3. Alat dan Bahana. Alat
1) HPLC Agilent tipe 1260 Infinity (Quat Pump with Autosampler)
2) Corong pisah
3) Minisart / milipore disposable ukuran 0.45 μm.
4) Labu ukur
5) Pipet volumetri
6) Erlenmeyer
7) Neraca semi mikro Metler-Toledo
8) Ultrasonic Branson
9) Spektrofotometri UV-VIS Shimadzu
b. Bahan
1) Sampel buah cabai
2) Standar Capsaicin Murni
3) Aquadest
4) Asetonitrile HPLC grade
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 4
5) Metanol HPLC grade
6) Etanol 97 %
4. Metode Kerja
a. Penentuan Panjang Gelombang Optimum Secara Spektrofotometri UV
Larutan kapsaisin diukur serapannya dari panjang gelombang 220 s/d
400 nm menggunakan spektrofotometer UV, didapatkan spektrum serapannya.
Kemudian ditentukan panjang gelombang untuk analisis dimana senyawa
tersebut memberikan serapan yang baik.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 5
Gambar 1. Spektrum Capsaicin
b. Penentuan Komposisi Fasa Gerak
Larutan yang mengandung kapsaisin 100 mg/L diencerkan denganfasa
gerak asetonitril dan air 1 : 1 diinjeksikan sebanyak 20 μL ke dalam kolom KCKT
dengan kecepatan alir 1 mL/menit pada kondisi panjang gelombang optimum yang
telah ditentukan sebelumnya. Dibuat komposisi fasa gerak asetonitril dan akuabides
40 : 60 ; 45 : 55 ; 50 : 50 dan 55 : 45. Untuk menentukan senyawa tersebut
memiliki resolusi yang bagus dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Jika semakin besar nilai R yang diperoleh maka pemisahannya semakin
baik. Selain dari nilai R, perlu juga dipertimbangkan dari nilai waktu retensi suatu
senyawa tersebut.
c. Penentuan Standar Deviasi Relatif
Larutan kapsaisin 5 mg/L diinjeksikan sebanyak 20 μL ke dalam kolom
KCKT sebanyak 6 kali pengulangan menggunakan kondisi analisis yang telah
ditentukan sebelumnya. Standar deviasi relatif ditentukan berdasarkan waktu
retensi dan luas puncak yang dihasilkan dengan menggunakan rumus :
S=√ Σ(x−ẍ)2
n−1
SDR= sẍ
x 100 %
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 6
Gambar 2. Perhitungan Resolusi
Keterangan :
S = Standar deviasi / simpangan baku
SDR = Standar Deviasi relatif
ẍ = Rata-rata
d. Penentuan Batas Deteksi (Limit Of Detection) dan Batas Kuantisasi (Limit Of
Quatification).
Penentuan batas deteksi dan batas kuantisasi dari senyawa kapsaisin
dilakukan dengan pengukuran dari masing-masing larutan standar dengan rentang
konsentrasi 0, 1, 2, 3, 5, mg/L dan 8 mg/L. Kemudian ditentukan batas deteksi dan
kuantisasinya.
e. Proses ekstraksi sampel dan analisis sampel Ekstraksi sampel
Masing-masing sampel yang sudah dikering anginkan kemudian dihaluskan
dengan menggunakan blender sehingga diperoleh sampel bubuk halus. Masing-
masing sampel yang sudah halus dalam bentuk bubuk ditimbang sebanyak 0,1
gram dan dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi dengan volume
tabungnya berukuran 10 mL. Tambahkan 3 mL etanol ke dalam masing-masing
tabung. Kemudian di shaker selama 10 menit agar sampel terekstrak dengan baik.
Dilakukan sentrifus selama 5 menit agar hasil ekstrak yang didapatkan
terpisah antara filtrat dan endapan. Filtrat yang diperoleh, disaring dengan
menggunakan kertas saring yang porinya berukuran 0,45 μm dan dimasukkan
kedalam labu ukur berukuran 250 mL. Proses ekstrak ini dilakukan sampai enam
kali ekstrak. Semua filtrat yang didapatkan dari masing-masing sampel
dicampurkan ke dalam labu ukur yang berbeda dan diencerkan dengan
menggunakan etanol p.a sampai tanda batas. Sampel ini dipersiapkan untuk
diijeksikan ke KCKT.
f. Analisis Sampel
Filtrat yang dikumpulkan dengan proses ekstrak sampai enam kali ekstrak
yang dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL dan diencerkan sampai tanda batas
diinjeksikan pada KCKT untuk masing-masing sampel.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 7
g. Penentuan Perolehan Kembali (recovery)
Dilakukan pengukuran terhadap masing-masing sampel konsentrasinya
kemudian dilakukan adisi standar 0,3 mg/L yang ditambahkan kepada larutan
sampel sebanyak 5 mL dengan menggunakan labu ukur 10 mL. Kocok dengan
sempurna dan diencerkan sampai tanda batas. Ambil 20 μL larutan tersebut,
diinjeksikan pada KCKT sehingga didapatkan kromatogram.
Persen perolehan kembali diperoleh dari perbandingan konsentrasi sampel
setelah adisi dengan sejumlah konsentrasi standar ang ditambahkan dan konsentrasi
sampel.
.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cabai atau dalam bahasa Inggris disebut Chili adalah buah dan tumbuhan
anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun
bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas
sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan
padang, cabai bahkan dianggap sebagai bahan makanan pokok. Sangat sulit bagi
masakan padang dibuat tanpa cabai.
Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh bdari
serangan radikal bebas. Kandungan terbesar dari antioksidan ini terdapat pada jenis
cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan
sebagai zat anti kanker.
Kapsaisin (8-metil-N-vanilil-6-nonenamida) termasuk di dalam
Kapsaisinoid, yaitu zat kimia yang menimbulkan rasa pedas yang ada dalam
tumbuh-tumbuhan, seperti cabai. Rasa pedas ini muncul karena kapsaisin
menciptakan isyarat yang sama bagi otak seperti saat kulit terkena panas. Berbeda
dengan panas, rasa panas dari lidah ini hanya "rasa", bukan terbakar sesungguhnya.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 9
Gambar 3. Cabai Merah
Kapsaisin adalah kapsaisinoid yang utama di dalam cabai yang diikuti oleh
dihidrokapsaisin. Dua campuran ini juga adalah kapsaisinoid yang dua kali lebih
panas dari nordihidrokapsaisin, homodihidrokapsaisin, dan homokapsaisin.
Jenis kapsaisinoid Singk.Persentasekandunganrata-rata
SkalaScoville
Struktur Kimia
Kapsaisin C 69% 15.000.000
Dihidrokapsaisin DHC 22% 15.000.000
Nordihidrokapsaisin NDHC 7% 9.100.000
Homodihidrokapsaisin HDHC 1% 8.600.000
Homokapsaisin HC 1% 8.600.000
Tabel 1. Jenis Kapsaisinoid
Kapsaisin adalah zat nonpolar, tidak bisa dicampur air, persis seperti
minyak. Jadi jika terasa pedas tidak akan sembuh dengan meminum air karena
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 10
Gambar 4. Struktur Capsaicin
Gambar 5. Struktur 3D Capsaicin
kapsaisin tidak larut, bahkan dengan air kapsaisin bisa merata di dalam rongga
mulut.
Cara terbaik menghilangkan pedas adalah dengan lemak atau minyak.
Kedua zat itu melarutkan kapsaisin sehingga mudah lenyap dari dalam mulut.
Kapsaisin juga memiliki efek antikoagulan. Susu juga dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa pedas. Kasein dalam susu memilki kemampuan menyerap dan
menggumpalkan kapsaisin yang ada di lidah.
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang lebih dikenal
dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan teknik
analisis pemisahan sekaligus penentuan kualitatif maupun kuantitatif yang banyak
digunakan pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih tinggi yang tidak
dapat dilakukan dengan analisis secara kromatografi gas.
Prinsip pemisahannya sama dengan prinsip kromatografi pada umumnya
yaitu berdasarkan pada perbedaan sifat dalam distribusi kesetimbangan (K) dari 2
komponen yang berbeda fasanya (fasa diam dan fasa gerak). HPLC terdiri dari fasa
diam dengan permukaan aktifnya yang berupa padatan, resin penukar ion, atau
polimer berpori yang ditempatkan pada kolom serta dialiri fase gerak cair dengan
aliran yang diatur oleh suatu pompa. Analisis dengan HPLC dilakukan pada
temperatur rendah serta dengan adanya kompetisi 2 fasa (gerak dan diam). Migrasi
dari molekul komponen akan sebanding dengan koefisien distribusinya, maka
komponen dengan distribusi tinggi pada fasa diam akan bergerak lebih perlahan
didalam kolom sehingga dapat terpisah dari komponen yang distribusinya rendah.
Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 11
Gambar 6. HPLC Agilent Infinity 2200
menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja
sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data hasil pengukuran HPLC.
Satuan Scoville, diambil dari nama Wilbur Scoville. Ia mengembangkan teknik
pengukuran secara organoleptik. Kapsaisin murni diberi nilai 16.000.000 satuan
Scoville. Ada lima tingkat kepedasan yang diklasifikasikan menggunakan satuan
pedas Scoville (SHU). Berikut tabel Perbandingan besaran skala Scoville dengan
kadar Capsaicin
Tabel skala
SHUIdentifikasi
0 - 700 non pedas
700 - 3000 agak pedas
3000 - 25000 cukup pedas
25000 - 75000 sangat pedas
> 80000 sangat sangat pedas
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 12
Tabel 2. Skala SHU
DAFTAR PUSTAKA
1. Meriiam, 2015 Medical Definition of Capsaicin, http://www.merriam-
webster.com/medical/capsaicin. Diakses Pada 9 November 2015 16.22
2. Stanley, Fehling. 1987. Standart Operational Procedure of HPLC Agilent 2200.
Washington: Agilent Publisher.
Proposal Penelitian Penentuan Kadar Capsaicin dalam Buah Cabai 13