contoh proposal penelitian tindakan kelas

33
A. Judul Penelitian Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas X/E SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. B. Bidang Kajian Sehubungan dengan judul penelitian di atas maka bidang kajian dari penelitian ini adalah Pendidikan Matematika. C. Latar Belakang Masalah Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang. Tidak disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dari faktor-faktor inilah muncul masalah belajar. Begitu pula dengan belajar yang mengandalkan guru sebagai satu- satunya sumber belajar telah membawa siswa benar-benar bergantung pada guru. Interaksi pembelajaran yang terjadi hanya searah, ide atau gagasan tidak berkembang, bahkan siswa merasa takut bila jawab pertanyaan. Sehingga suasana kelas sangat pasif. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap guru sangat tinggi, sehingga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik kurang. Pembelajaran yang menekankan pada kemandirian siswa akan dapat mendorong siswa termotivasi untuk belajar, dan selalu 1

Upload: alexandra-yunita-kristanti

Post on 21-Oct-2015

136 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

A. Judul Penelitian

Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika dengan

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas X/E SMA

Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

B. Bidang Kajian

Sehubungan dengan judul penelitian di atas maka bidang kajian dari

penelitian ini adalah Pendidikan Matematika.

C. Latar Belakang Masalah

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap

orang. Tidak disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak

faktor. Dari faktor-faktor inilah muncul masalah belajar. Begitu pula dengan belajar

yang mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar telah membawa siswa

benar-benar bergantung pada guru. Interaksi pembelajaran yang terjadi hanya searah,

ide atau gagasan tidak berkembang, bahkan siswa merasa takut bila jawab pertanyaan.

Sehingga suasana kelas sangat pasif.

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap guru

sangat tinggi, sehingga kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik kurang.

Pembelajaran yang menekankan pada kemandirian siswa akan dapat mendorong siswa

termotivasi untuk belajar, dan selalu siap untuk saling bekerjasama dalam

pembelajaran sehingga menambah kepercayaan diri dan kreatif.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas X/E SMA Negeri 6 Yogyakarta,

diperoleh informasi tentang prestasi belajar matematika yang masih rendah. Begitu

pula dengan keaktifan para siswa yang cenderung kurang. Guru masih bersifat

informatif, guru yang aktif dalam proses pembelajaran, sementara siswa terlihat pasif.

Dengan kata lain guru hanya menggunakan model pembelajaran langsung yang

sifatnya monoton, tidak menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya bervariasi,

sehingga siswa hanya diam, pasif, bahkan cenderung telihat bosan.

Melihat kenyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

belum tercapai secara maksimal. Dan dari beberapa fakta di atas, maka penulis

mencoba mencari solusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT). Dengan model ini diharapkan adanya peningkatan

aktifitas serta prestasi belajar dalam pembelajaran matematika.

1

Page 2: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari belakang masalah di atas faktor-faktor yang menyebabkan

belum tuntasnya pembelajaran matematika siswa kelas X/E SMA Negeri 6

Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

1. Siswa masih menganggap bahwa mata pelajaran matematika sulit.

2. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika sangat

membosankan.

3. Masih ditemui tindakan yang sifatnya berkelompok sehingga sangat

individual antar siswa maupun antar kelompok sehingga komunikasi saat

pembelajaran matematika kurang baik.

E. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi pada aspek upaya meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) siswa kelas X/E SMA Negeri 6 Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014.

F. Rumusan Masalah

Bagaimana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

matematika siswa kelas X/E SMA Negeri 6 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 ?

G. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)  pada siswa kelas X/E SMA Negeri 6 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

H. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan daat memberi manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Melalui hasil penelitian ini, diharapkan guru dan calon guru

memiliki pengetahuan tentang teori model pembelajaran kooperatif

khususnya tipe Numbered Heads Together (NHT) yang merupakan

salah satu bentuk inovasi pembelajaran.

2

Page 3: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

b. Hasil penelitian ini diharapkan guru dan calon guru memiliki teori

serta model maupun metode pembelajaran yang dapat dijadikan

acuan untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar

matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan rasa senang dan termotivasi untuk belajar

matematika, serta menghilangkan rasa jenuh saat

pembelajaran.

2) Dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran dan

tertarik dengan mata pelajaran matematika.

3) Dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

4) Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal

baru bagi dirinya dalam pembelajaran matematika.

b. Bagi Guru

1) Memberikan pengalaman, menambah wawasan,

pengetahuan dan keterampilan dalam merancang metode

yang tepat dan menarik serta mempermudah proses

pembelajaran matematika.

2) Dapat meningkatkan minat untuk melakukan penelitian

dalam upaya meningkatkan profesionalisme.

I. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar-Mengajar

1.1. Pengertian Belajar

Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar

terutama di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar.

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi

termasuk ahli psikologi pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari

3

Page 4: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek

tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksidengan lingkungannya “ (Slameto, 2004:2).

1.2. Pengertian Mengajar

Mengajar didefinisikan oleh Nana Sudjana (2000 : 37) sebagai

alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi

yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar

seoptimal mungkin.

Menurut Slameto (2004 : 29) mengajar adalah penyerahan

kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita.

Adapun definisi lain di negara-negara modern yang sudah maju

mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam

proses belajar. Definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah

siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing,

menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa.

Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan

kepada siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah

suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar

anak didik, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang

memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.

2. Keaktifan Belajar

Menurut Nana Sudjana (2000:72), keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang dihadapinya.

4

Page 5: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika

sangat penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan

masalah yang menuntut kreatifitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik

adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Implikasi keaktifan bagi siswa terwujud perilaku-perilaku seperti

mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisa hasil, ingin

mengetahui hasil. Implikasi keaktifan guru sebagai pengelola dan

penyelenggara dari belajar mengajar adalah memberikan kesempatan

belajar kepada siswanya. Setelah mencermati pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa keaktifan belajar matematika adalah aktivitas

melakukan matematisasi yang melibatkan fisik, intelektual, dan

emosional.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi“ dan “belajar” prestasi

berarti hasil yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan

sebagainya). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh

kepandaian atau lmu. Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi

dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh

siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka

yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang

diberikan padanya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan

5

Page 6: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar

adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu.

Seorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar matematika,

dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut

dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar matematika

merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari

matematika dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan

alat evaluasi (tes).

4. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina (2006 : 240), Pembelajaran Kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim

kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar

belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang

berbeda (heterogen).

Pembelajaran Kooperatif mempunyai dua komponen, yaitu

komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur

insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif

berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif

merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individuuntuk bekerja

sama mencapai tujuan kelompok.

Jadi, hal yang menarik dari Pembelajaran Kooperatif adalah

adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa

peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga

mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial,penerimaan terhadap

peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik,

penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang

lain.

6

Page 7: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

4.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina (2006 : 242-243) karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagai berikut.

a. Pembelajaran Secara Tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Semua

anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran

ditentukan oleh keberhasilan tim.

Setiap tim bersifat heterogen. Hal ini dimaksudkan agar

setiap anggota dapat saling memberikan pengalaman, saling

memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat

memberi kontribusi terhadap keberhasilan tim.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat

fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi

pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi

pelaksanaan menunjukkan pembelajaran kooperatif harus

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah

pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan

yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan

pembelajaran kooperatif adalahh pekerjaan bersama antar setiap

anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung

jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes

maupun nontes.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses

pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja

harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi

juga ditanamkan perlunya saling membantu.

7

Page 8: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan

melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam

keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu

didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi

dengan anggota lain.

4.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut Wina

(2006:244-245), seperti dijelaskan di bawah ini.

a. Prinsip Ketergantungan Positif ( Positive Interdependence)

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap

anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai

dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan

dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat

ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa

diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan

tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari

masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang

mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu

membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang

pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada

anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki

tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus

memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk

mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap

individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan

tetapi penilaian kelompok harus berbeda.

8

Page 9: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan

yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka

saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi

tatap muka akan memberikan pengalaman berharga kepada setiap

anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap

perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan

mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif

dibentuk s ecara heterogen, yang berasal dari budaya, latar

belakang sosial, dan kemampuan akademik yng berbeda.

Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses

saling memperkaya antar anggota kelompok.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat

penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat

kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu

membekali siswa dengan kemampuan komunikasi.

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa

perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi.

Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah

pendapatorang lain secara santun, tidak memojokkan; cara

menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baikdan

berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu.

Siswa tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap.

Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada

akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi

komunikator yang baik.

9

Page 10: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum

oleh Ibrahim (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan

hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil

belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik

pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja

bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,

kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang

dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab

saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

10

Page 11: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

4.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model

pembelajaran kooperatif yang diuraiakan oleh Arends (1997) adalah

sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 :

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaian semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut

dan memotivasi siswa belajar

Fase 2 :

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada

siswa dengan jalan demostrasi atau lewat

bahan bacaan

Fase 3 :

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok - kelompok

belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase 4 :

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

Fase 5 :

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

belajarnya.

Fase 6 :

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagen pada

tahun 1993. Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode

11

Page 12: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

diskusi kelompok yang sangat baik untuk membuat siswa memiliki rasa

tanggung jawab besar terhadap keberhasilan kelompoknya.

5.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Numbered Heads Together

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Numbered

Heads Together (NHT)  atau disebut kepala bernomor menurut Kagen

(Riyanto 2009:273) yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

tiap kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui

jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor

yang lain.

6) Kesimpulan.

J. Kerangka Berfikir

Pembelajaran dengan Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur yang heterogen.

Agar diperoleh maksimal maka pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh siswa itu

sendiri sesuai petunjuk guru atau dalam bentuk pertanyaan yang tertulis yang tertuang

dalan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, sikap,dan keterampilannya dalam suasana belajar yang

bersifat terbuka, demokratis, serta mampu mengembangkan dan melatih berbagai

sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan

dimasyarakat.

12

Page 13: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Menurut beberapa ahli pendidikan nilai – nilai positif yang terkadung dalam

pembelajaran koopertif seperti Numbered Heads Together (NHT) antara lain, siswa

bekerja sama dalam mencapai tujuan dan menjunjung tinggi norma kelompok, siswa

aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil, siswa aktif

berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok, dan

interaksi siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Selain memiliki nilai positif pembelajaran kooperatif dengan Numbered Heads

Together (NHT), memiliki kelemahan yang harus dihindari, yakni adanya anggota

kelompok yang tidak aktif. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara :

1. Masing–masing anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian-

bagian tertentu dari permasalahan kelompok.

2. Masing-masing anggota kelompok harus mempelajari materi secara

keseluruhan. Hal ini karena skor perkembangan tidak hanya pada

kelompok tetapi juga masing-masing individu dalam kelompok.

Berdasarkan kerangka berfikir diatas diharapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together mampu meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar matematika.

K. Metodologi Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 6 Yogyakarta yang

beralamatkan di Jl. C. Simanjuntak 2 Yogyakarta.

b. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XE SMA N 6

Yogyakarta, dimana dalam satu kelas terdapat 35 siswa yang

terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Kondisi

siswa kelas XE adalah

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

13

Page 14: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitan ini teknik dan alat pengumpul data yang digunakan

adalah :

a. Observasi

Teknik observasi ini dilakukan dengan cara mengamati

secara langsung proses pembelajaran matematika yang

berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) maupun pada saat tidak menggunakan

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

b. Tes

Teknik tes pada umumnya digunakan untuk menilai

kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan keterampilan

hasil belajar. Demikian pula teknik tes ini dilakukan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

matematika melalui penggunaan model pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT). Tes ini berisi pertanyaan tertulis yang

dberikan pada akhir tindakan setiap siklus dengan isi tes berbeda.

Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus

memenuhi prasyarat tes (Suharsimi Arikunto, 2006: 57-63) yaitu

memiliki:

1) Validitas Tes

Menurut (Suharsimi Arikunto, 2010:211) validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan/kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen

atau tes dikatakan valid apabila mempunyai validitas

tinggi dan sebaliknya untuk instrumen atau tes dikatakan

tidak valid apabila mempunyai validitas rendah. Adapun

untuk menghitung validitas item yaitu dengan cara

mengkorelasikan skor butir dan skor total. Dalam hal ini

peneliti menggunakan teknik korelasi product momen

dari pearson dengan angka kasar sebagai berikut :

14

Page 15: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Dengan:

r xy : koefisien korelasi producy moment

N : jumlah peserta tes

∑Y : jumlah skor total

∑ X : jumlah skor butir soal

∑ X2 : jumlah kuadrat skor butir soal

∑ XY : jumlah hasil kali skor butir soal

2) Reliabilitas

Reliabilitas menurut (Suharsimi Arikunto,

2006:178) menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya atau dapat

diandalkan.

Untuk mengetahui koefisian reliabilitas instrumen

tes digunakan rumus Alpha Cronbanch. Rumus ini lebih

bersifat umum dibandingkan dengan KR-20 karena

dapat digunakan baik untuk instumen jawabannya

bersekala misal (1-4, 1-5) maupun dikhotomis (0 dan 1)

Adapun rumus koefisien Alpha Cronbanch

adalah

r=( kk−1 )(1− σ b

2

σ t2 )

15

Page 16: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

dimana

r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σ b2

=jumlah varians skor tiap butir

σ t2

=varians skor total

Tes dianggap reliabel jika r hit > r tabel

(Suharsimi Arikunto, 2010 :238-241)

3) Obyektivitas

Sebuah tes dikatakan memililiki obyektivitas

apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor

subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi

pada sistem skoringnya.

4) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang

tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah

pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah

bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan

biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang

lama.

4. Validasi Data

Untuk mendapatkan data yang valid atau kesahihan data, maka

dalam menyusun tes tulis perlu membuat kisi-kisi terlebih dahulu. Dengan

menyusun kisi-kisi maka soal tidak akan mengelompok, sesuai dengan

kurikulum,sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan indikator

16

Page 17: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk menyusun non tes yaitu

observasi, perlu membuat lembar observasi.

5. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini digunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis tingkat

keberhasilan setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan

evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir siklus.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana

yaitu :

a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh

siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di

kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat

dirumuskan :

X=∑ X

∑ N

Dengan :

X = Nilai rata-rata

∑ X = Jumlah seluruh nilai siswa

∑ N = Jumlah siswa

b. Untuk lembar observasi

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas siswa

digunakan rumus sebagai berikut :

%= X

∑ X×100 %

dengan

X= jumlah hasil pengamatanjumla h pengamat

Dimana :

% = presentase angket

X = rata-rata

17

Page 18: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

?

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

∑ X = jumlah data

6. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setelah tindakan, ada

peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika dari siklus ke

siklus, dan telah mencapai kategori baik. Menurut ketentuan Depdiknas,

apabila terdapat 85% siswa yang memperoleh skor minimal 65 maka kelas

dianggap tuntas secara klasikal.

7. Prosedur Penelitian

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan 4 tahap dalam PTK

sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2007: 16) :

a. Perencanaan (Planning),

b. Pelaksanaan (Acting),

c. Pengamatan (Observing) dan

d. Refleksi (Reflecting).

Adapun siklus yang peneliti rencanakan ada dua siklus, model dan

penjelasan untuk masing-masing tahap pada setiap siklus adalah sebagai

berikut:

18

Tahapan Penelitian Tindakan Kelas

Page 19: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun rencana

tindakan sesuai dengan temuan masalah dengan pembelajaran kooperatif

Numbered Heads Together (NHT). Adapun rencana tindakan sebagai

berikut :

a. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

b. Menyiapkan media pembelajaran

c. Penyusunan lembar kerja siswa

d. Penyusunan lembar observasi

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru, pada tahapan ini akan

dilakukan pengimplementasian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang telah dibuat.

3. Pengamatan

Kegiatan ini dilakukan oleh observer pada saat pelaksanaan

tindakan dengan pedoman lembar observasi. Sehingga tindakan dan

pengamatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

4. Refleksi

Setelah dilakukan tindakan dan pengamatan, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisis data hasil observasi, hasil evaluasi

pembelajaran, evaluasi siswa dalam aktivitas dalam proses pembelajaran,

baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Hasil analisis yang berkaitan

dengan keberhasilan dan kekurangan pada saat tindakan yang telah

dilakukan, dipakai untuk merumuskan dan menentukan tindakan

selanjutnya pada dengan menitikberatkan pada masalah yang belum

terselesaikan.

19

Page 20: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

L. Jadwal Penelitian

No

.Kegiatan Penelitian

Waktu Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Bulan

Januari

Bulan

Februari

Bulan

Maret

Bulan

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A. Persiapan

1. Pendekatan/identifikasi

masalah

2. Penyusunan konsep

pelaksaan/proposal

3. Penyusunan instrumen

4. Perizinan

5. Pertemuan dengan pihak

sekolah

B. Pelaksanaan

1. Persiapan kelas dan alat

2. Pelaksanaan siklus I

3. Pelaksanaan siklus II

4. Pengumpulan data

C. Penyusunan dan Evaluasi PTK

1. Analisis Data

2. Penyusunan Skripsi

3. Ujian Skripsi

4. Revisi dan Penggandaan

Skripsi

5. Penyerahan Skripsi

20

Page 21: contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Daftar Pustaka

Arikunto Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media

Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan II.

Jakarta: Rineka Cipta

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT

Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algensindo

21