contoh analisa data penelitian kualitatif, bu bina

52
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Informan Informan adalah ibu yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum yang berjumlah 3 orang dan informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan Rumah Bersalin Budi Indah yang berjumlah 2 orang. Untuk lebih terperinci mengenai karakteristik informan dan informan kunci dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Karakteristik informan (hiperemesis gravidarum) menurut umur, pendididkan dan pekerjaan No. Inisial Umur Pendididka n Pekerjaan Riwayat kehamilan 1. ”A” 25 tahun SMP IRT G1 P0 A0 2. ”W” 33 tahun SMA IRT G2 P1 A0 3. ”P” 28 tahun SMA IRT G1 P0 A0 Tabel 4.2 Karakteristik informan petugas kesehatan menurut umur, pendidikan No. Inisial Umur Pendidikan 1. ”RA” 24 tahun D III Kebidanan 2. ”RN” 27 tahun D III Kebidanan 4.2 Hasil Penelitian dengan Informan (Hiperemesis Gravidarum) Pada penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu : (1). Perilaku ibu mengatasi hiperemesis gravidarum, (2) Hambatan dalam

Upload: psikb2

Post on 21-Jan-2016

199 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Informan

Informan adalah ibu yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum yang berjumlah 3

orang dan informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan

Rumah Bersalin Budi Indah yang berjumlah 2 orang. Untuk lebih terperinci mengenai

karakteristik informan dan informan kunci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1Karakteristik informan (hiperemesis gravidarum) menurut umur, pendididkan dan

pekerjaanNo. Inisial Umur Pendididkan Pekerjaan Riwayat kehamilan1. ”A” 25 tahun SMP IRT G1 P0 A0

2. ”W” 33 tahun SMA IRT G2 P1 A0

3. ”P” 28 tahun SMA IRT G1 P0 A0

Tabel 4.2Karakteristik informan petugas kesehatan menurut umur, pendidikan

No. Inisial Umur Pendidikan

1. ”RA” 24 tahun D III Kebidanan

2. ”RN” 27 tahun D III Kebidanan

4.2 Hasil Penelitian dengan Informan (Hiperemesis Gravidarum)

Pada penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu : (1). Perilaku ibu mengatasi hiperemesis

gravidarum, (2) Hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum, (3) dukungan keluarga

atau orang terdekat (4) Pendidikan kesehatan

4.2.1 Cara ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 1. Perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Pada tema perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum didapat 4 kategori

yaitu :

Page 2: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Wawancara :”...Nanyo-nanyo ke wong tuo, lari ke petugas kesehatan tu la...”.(A)” ...pegi ke bidan..”.(W)”..majalah ibu dan anak, tapi akhirnyo kan kito ke petugas kesehatan tu la.”(P)

Observasi : - Melihat ke ibu- Menunjukkan majalah yang ada

Fieldnote :- melihat ke atas (berpikir)- senyum

Wawancara : ”...istirahat be..”(A)”..nguling bae, males-malesan..”(W)“..istirahat be, nguling-nguling..”(P)

Fieldnote :- Melihat ke atas- Memperhatikan dengan seksama

Wawancara :- Makanan yang dikonsumsi”...minum air putih, nasi makan la sedikit cak duo tigo sendok. Men ado roti yo roti...”(A)”...makan nasi jugo, roti kadang tu buah-buahan..”(W)”..nyari yang asem-asem, kadang jugo roti apo buah-buah...”(P)- Makanan selingan” Biskuit atau roti-roti tu la...”(A)”..makan roti, buah cak itu lah...”(W)”...seneng makan roti, men dak tu makan buah b...”(P)- Makanan yang dianjurkan”..sering-sering makan..”(A)”...jangan makan yang biso buet kito tu muntah..”(W)”jangan makan yang dingin Atau yang beminyak.”(P)- Makanan yang memicu”Makanan yang baunyo nyenget”(A)” yang amis-amis cak itu na”(W)”...pazti yang dimakan tu nak muntah tu la”(P)

Fieldnote :- Senyum- Mengerutkan kening- Menunjukkan tidak senang

Tinjauan pustaka :

- Didinkaem (2009 dalam Nordvist 2010) menyatakan wanita hamil

yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak mengetahui

cara mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang,

mereka hanya membiarkannya saja dan tetap melakukan

aktivitasnya. Apabila keluhan tersebut sudah mengganggu

aktivitas, mereka akan pergi ke Rumah sakit, Klinik atau

Puskesmas terdekat.

Kategori Tema

Mencari informasi tentang mual muntah

Tindakan mengatasi mual muntah

Makanan yang dikonsumsi saat mual muntah

Perilaku ibu hiperemesis gravidarum

Wawancara :“ditimbang tiap bulan,pertamo lum hamil tu berat badan ayuk ne 53 kg sudah dari muntah-muntah tu jadi 46..”(A)“Setiap merikso kehamilan, drastis nian turun berat badan..”(W)”waktu masuk klinik, kiro-kiro turun 5 kg dari berat badan biaso..”(P)

Fieldnote :-mengerutkan kening-cemas-menggelengkan kepala

Menimbang berat badan

Page 3: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Tinjauan pustaka :

- Didinkaem (2009 dalam Nordvist 2010) menyatakan wanita hamil

yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak mengetahui

cara mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang,

mereka hanya membiarkannya saja dan tetap melakukan

aktivitasnya. Apabila keluhan tersebut sudah mengganggu

aktivitas, mereka akan pergi ke Rumah sakit, Klinik atau

Puskesmas terdekat.

- Ogunyemi (2007) menyatakan hyperemesis gravidarum merupakan kondisi parah mual

dan muntah yang terkait dengan 0,3% -2% dari semua kehamilan dan dapat

mengakibatkan kehilangan 5% dari berat badan sebelum hamil, ketonuria,

ketidakseimbangan asam basa, dehidrasi, seringkali memerlukan rawat inap bahkan

kematian.

Page 4: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Pada tema 1. Perilaku ibu hiperemesis gravidarum terdapat 3 kategori yang mewakili tujuan

khusus mengenai cara ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum, yaitu : 1) Mencari

informasi tentang mual muntah, 2) Tindakan mengatasi mual muntah, 3) Makanan

dikonsumsi saat mual muntah, dan 4) menimbang berat badan saat mual muntah, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

4.2.1.1 Cara mendapat informasi menegenai hiperemesis gravidarum

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Nanyo-nanyo ke wong tuo ayuk tula, cak mano biar dak muntah. Tapi oleh la berlebihan

nian muntahnyo lari ke petugas kesehatan tu la dek”(A). (Bertanya ke orang tua ayuk itu la,

bagaimana biar tidak muntah. Tapi karena sudah berlebihan muntahnya ayuk pergi ke

petugas kesehatan dek).

”Oo(melihat ke atas).. kemaren tu langsung b ayuk pegi ke bidan dek, dak tahan nian muntah

terus cak itu, dak do lagi tenago”(W). (Oo..kemaren itu langsung ayuk pergi ke bidan dek,

tidak tahan karena muntah terus begitu, tidak ada lagi tenaga).

”Kemaren pas waktu hamil aku sering beli majalah ibu dan anak, yo dapet dari situ la

dek,,,tapi akhirnyo kan kito ke petugas kesehatan tu la, dak biso pulo nak sembarangan

minum obatkan...(tersenyum)”(P). (Kemaren waktu hamil aku sering beli majalah ibu dan

anak, ya dapat dapat dari situ dek,,, tapi akhirnya kan kita ke petugas kesehatan itu juga, tidak

bisa sembarangan minum obatkan...).

Observasi : melihat ke ibu dan menunjukkan majalah yang ada

Analisa :

Didinkaem (2009 dalam Nordvist 2010) menyatakan wanita hamil

yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak mengetahui cara

mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang, mereka hanya

membiarkannya saja dan tetap melakukan aktivitasnya. Apabila keluhan

Page 5: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

tersebut sudah mengganggu aktivitas, mereka akan pergi ke Rumah sakit,

Klinik atau Puskesmas terdekat.

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh informan bahwa informasi

tentang hiperemesis gravidarum dapat diperoleh dari petugas kesehatan seperti bidan.

4.2.1.2 Tindakan mengatasi mual muntah

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum) :

”Apo ye (melihat ke atas).. paling ayuk istirahat be dek dikamar, terus pada waktu sudah

mual muntah langsung ayuk bawa minum air putih, apo makan makanan ringan cak

biskuit”(A). (Apa ya.. mungkin ayuk istirahat saja dikamar, terus pada waktu ayuk sudah

mual muntah ayuk bawa minum air putih, atau makan makan ringan seperti biskuit).

”Dak katek yang dilakuke sudah nguling bae, males-malesan, kalo nak muntah sudah aku

bangun. Nak minum obat dak tau dek nak minum obat apo, oleh nyo kan dak biso nak

sebasing minum obat dek. yo dibawa ke bidan dek”(W). (Tidak ada yang dilakukan hanya

baring-baring saja, malas-malasan, kalau mau muntah aku bangun. Mau minum obat tidak tau

dek mau minum obat apa, karena kan tidak bisa sembarangan minum obat dek. Yo dibawa ke

bidan dek).

”Kalo sudah muntah tu kan badan lemes. Jadi, ayuk istirahat be dek, nguling-nguling, paling

ayuk oleske minyak angin (memperhatikan dengan seksama)”(P). (kalau sudah muntah itu

kan badan lemas. Jadi, ayuk istirahat saja dek, baring-baring, terus ayuk oleskan dengan

minyak angin).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut :

“Biasanya kita konsulkan dulu kedokter, stelah itu baru kita berikan terapi obat dan cairan.

Atau kita anjurkan ibu untuk bedrest”(RA).

Page 6: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

“Harus istirahat yang cukup, kurangi aktivitas. Kalo hiperemesis tingkatnyo parah yo kito

konsul ke dokter, pake infus, terapi obat cak itu dek misalnyo neurobion”(RN).

(Harus istirahat yang cukup, kurangi aktivitas. Kalau hiperemesis tingkatnya parah kita

konsulkan ke dokter, pake infus, terapi obat dek misalnya neurobion).

Observasi : Ibu rileks

Analisa :

Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita hiperemesis

gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari udara segar,

menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah makan, dan berdiri

sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008 dalam Nordvist 2010)

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan (hiperemesis gravidarum) dan

petugas kesehatan bahwa cara mengatasi hiperemesis gravidarum adalah dengan beristirahat.

4.2.1.3 Makanan yang dikonsumsi saat mual muntah

4.2.1.3.1 Makanan yang dikonsumsi saat mengalami hiperemesis gravidarum

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Kalo bangun tidur tu palingan minum air putih, nasi makan la sedikit cak duo tigo sendok.

Men ado roti yo roti dulu dimakan. Yang penting perut ne ado isinyo dek(senyum)”(A).

(Kalau bangun tidur itu biasanya minum air putih, nasi makan juga sedikit sekitar dua tau tiga

sendok. Kalau ada roti ya makan roti dulu. Yang penting perut ini ada isinya dek)

”Yo makan nasi jugo dek, roti kadang tu buah-buahan cak jeruk, apel, pir. Raso aku kadang

cuma buah ne la dek yang dak buat muntah. Kalo nasi tu pulo kadang dak galak nak makek

sayur, nak kering tu lah. Itu b mase nak muntah tu lah”(W). (Ya makan nasi juga dek, roti

terkadang buah-buahan seperti jeruk, apel, pir. Saya rasa kadang hanya buah ini lah dek yang

tidak buat muntah. Kalau nasi itu juga kadang tidak suka pakai sayur, maunya kering itu lah.

Itu saja masih muntah itu lah).

Page 7: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

”Makan nasi buet kito muntah, nah,,, ayuk kemaren sering nyari yang asem-asem dek,

kadang jugo roti apo buah-buah cak itu”(P). (Makan nasi buat kita muntah, nah,,ayuk

kemaren sering cari yang asam-asam dek, kadang juga roti atau buah).

4.2.1.3 Makanan selingan Hiperemesis Gravidarum

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum)::

”Biskuit atau roti-roti tu la,,, yo mungkin itu bae dek makan selingan ayuk”(A). (Biskuit atau

roti-roti itu la,,, ya mungkin itu saja dek makan selingan ayuk).

”Makanan selingan yo kadangan tu makan roti, buah, cak itu lah dek”(W). (Makanan

selingan ya kadang makan roti, buah, seperti itu lah dek).

”Ayuk kemaren seneng makan roti dek, apolagi roti bakar raso keju, seneng nian ayuk

dek,,,men dak tu makan buah b”(P). (Ayuk kemaren seneng makan roti dek, apalagi roti

bakar rasa keju, seneng banget ayuk dek,,selain itu makan buah).

4.2.1.3.3 Makanan yang dianjurkan petugas kesehatan pada hiperemesis gravidarum

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum): :

”Kemaren tu katonyo nak sering-sering makan dek, terutama buah-buah. Olehnyo waktu tu

cuma buah tu la yang dak buat ayuk muntah”(A).

(kemaren itu katanya harus sering sering makan dek, terutama buah-buah. Karena waktu itu

cuma buah itu lah yang buat ayuk dak muntah).

”Kalo dak salah (mengerutkan kening)..jangan makan yang biso buet kito tu muntah.

Yo...makan apo yang kito galak dek, tapi tetep merhatike gizi bayi kito. Cak buah dan roti

tadi la dek. O yo, jangan yang beminyak jugo katonyo”(W). (Kalau tidak salah.. jangan

makan yang bisa buat kita muntah. Ya... makan apa yang kita suka dek, tapi tetap

memperhatikan gizi bayi kita. Seperti buah dan roti itu lah dek. O ya, jangan yang berminyak

juga katanya).

Page 8: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

”Katonyo jangan makan yang dingin atau yang beminyak. Olehnyo kan perut kito dak baek

kalo lagi kosong makan yang dingin-dingin, gek tambah sakit pulo perut kito. Kalo yang

beminyak kan mungkin biso buet kito muntah dek”(P). (Katanya jangan makan yang dingin

atau yang berminyak. Karena kan perut kita tidak baik kalau lagi kosong makan yang dingin-

dingin, nanti perut kita tambah sakit. Kalau yang berminyak kan mungkin bisa membuat kita

muntah dek).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut :

”Kalau soal makanan disini biasanya sama ya,,tapi biasanya kalau untuk ibu yang

hiperemesis ini dianjurkan jangan makan makanan yang dapat memicu muntah ibu, bisa jadi

makanan yang berminyak”(RA).

”Yo..dihindari b makanan yang dak galak dimakan,apo lagi yang buet ibu muntah”(RN).

(Ya...dihindari saja makanan yang tidak suka dimakan, apalagi yang bisa membuat ibu

muntah).

4.2.1.3.4 Makanan yang memicu mual muntah

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum) :

”Makanan yang baunyo nyenget cak itu na dek, bau empek-empek, bau iwak, kadang bau

nasi b ayuk dak galak (menunjukkan tidak senang)”(A). (Makanan yang baunya menyengat

itu dek, bau empek-empek, bau ikan, kadang bau nasi juga ayuk tidak mau).

”Kalo makanan biasonyo (mengerutkan kening).. cak makan iwak, makan mie, yang amis-

amis cak itu na dek. Kadangan tu buat aku nak muntah tu na. Suda tu makan nasi dek, liet

nyo be raso nak muntah. Cuma kalo cak buah-buahan cak apel dak pulo ayuk nak muntah

dek, lain dari buah-buahan tu muntah galo dimakan”(W). (Kalau makanan biasanya..seperti

makan ikan, makan mie, yang berbau amis lah dek. Buat ayuk mau muntah itu lah. Terus itu

makan nasi dek, lihatnya saja rasanya mau muntah. Hanya kalau seperti buah-buahan

Page 9: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

misalnya apel dak buat ayuk muntah dek, selain dari buah-buahan itu muntah semua yang

dimakan).

”Yo pazti yang ayuk makan tu nak muntah tu la dek. Cak minum susu, makan sayur pazti nak

dikeluar tu la. Apo yang ayuk makan tu pazti nak muntah tu lah”(P). (Ya pasti yang ayuk

makan itu mau muntah tu la dek. Seperti minum susu, makan sayur, pasti keluat itu lah. Apa

yang ayuk makan mau muntah itu lah).

Analisa :

Menurut Tiran (2008), wanita yang mengalami mual dan muntah sering kali

bereksperimen untuk mencari makanan yang paling cocok dengan mereka dan

menyingkirkan makanan yang memperburuk kondisi mereka. Akan tetapi, praktik ini kadang

kala membuat mereka mengungkapkan kekhawatiran dan membuat mereka mengalami

perasaan bersalah yang besar karena telah memperlemah janin mereka dengan tidak

memakan makanan bernutrisi.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Wiknjosastro (2005) yang menyebutkan pencegahan

terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penjelasan bahwa

kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan

bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

muda dan akan hilang setelah kehamilan4 bulan, dan menganjurkan mengubah makan sehari

– hari dengan makanan dalam jumlahkecil tapi sering. Menganjurkan pada waktu bangun

pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit

dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Menghindari

kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan yang banyak

mengandung gula.

Page 10: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan (hiperemesis gravidarum) dan

petugas kesehatan mengenai makanan yang dikonsumsi saat mengalami hiperemesis gravidarum

yaitu memakan makanan yang ibu inginkan, makan sedikit tapi sering, menghindari makanan

yang dapat memicu mual muntah, dan menghindari makanan yang berbau dan berminyak.

4.2.1.4 Menimbang berat badan

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Ooo,,,ditimbang tiap bulan dek, pertamo lum hamil tu berat badan ayuk ne 53 kg sudah

dari muntah-muntah tu...(mengerutkan kening) jadi 46 dek, kiro-kiro cak itu lah dek. Jadi

suda tukan masuk klinik dapet perawatan naek jadi 55 kg kalu dak salah”(A).

(Ooo...ditimbang tiap bulan dek, sebelum hamil itu berat badan ayuk 53 kg setelah dari

muntah-muntah itu,,jadi 46 kg dek, kira-kira begitu lah dek. Jadi setelah itu kan masuk klinik

dapat perawatan naik lagi jadi 55 kg kalau tidak salah).

”Oo..Setiap merikso kehamilan pasti ditimbang oleh bidannyo. Yo cak itu la dek selamo aku

mual muntah drastis nian turun berat badan aku. Laju cemas waktu itu(cemas)”(W).

(Oo..setiap periksa kehamilan pasti ditimbang oleh bidannya. Ya begitu lah dek selama aku

mual muntah sangat drastis turun berat badan aku. Jadi cemas waktu itu).

”Pernah waktu masuk klinik tu kiro-kiro turun 5 kg dari berat badan biaso.tekejut ayuk dek

(menggelengkan kepala)”(P). (Pernah waktu masuk klinik kira-kira turun 5 kg dari berat

badan biasa, sempat terkejut ayuk dek).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut :

”Biasanya ibu-ibu itu tidak nafsu makan, lemah, berat badan menurun, bahkan kadang

terjadi penurunan tekanan darah”(RA).

Analisa :

Page 11: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Ogunyemi (2007) menyatakan hyperemesis gravidarum merupakan kondisi parah mual dan

muntah yang terkait dengan 0,3% -2% dari semua kehamilan dan dapat mengakibatkan

kehilangan 5% dari berat badan sebelum hamil, ketonuria, ketidakseimbangan asam basa,

dehidrasi, seringkali memerlukan rawat inap bahkan kematian.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) dan petugas

kesehatan bahwa hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan penurunan berat badan yang

cukup berarti dari berat badan sebelum hamil.

4.2.2 Kendala ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 2. Hambatan dalam mengatsi hiperemesis gravidarum

Pada tema 2 hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum terdapat 3 kategori yang

yaitu:

Wawancara :”..Sering nian, biso dalam sejam tu 10 kali kemaren..”(A)

”..tiap kali makan tiap kali minum pasti muntah tu la..”(W)”..kadang lebih dari 10 kali..”(P)

Observasi :-Ibu memegang perutnya-menggelengkan kepala

Frekuensi mual muntah

Kategori Tema

Wawancara :”...kalo dak katek duit..”(A)”..dak tau cak mano caro biar dak mual muntah..”(W)

”...dak galak makan tu la kendalanyo..”(P)

Observasi :- Ruangan kecil, sempit.

Fieldnote :- mengerutkan kening- Senyum- Tertawa- Bingung

Faktor ekonomi dan penurunan nafsu makan

Wawancara :”..sedih la, Takut nian ayuk..”(A)”..ado jugo cemasnyo..”(W)”..kasian jadinyo..”(P)

Fieldnote :-Sedih-Cemas-Tenang-Senyum

Perasaan cemas

Hambatan mengatasi hiperemesis gravidarum

Page 12: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Pada tema 2. Hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum terdapat 3 kategori yaitu 1)

Faktor ekonomi dan penurunan nafsu makan, 2) Frekuensi mual muntah, 3) Perasaan cemas,

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tinjauan pustaka :

- Tiran (2008) menyatakan faktor predisposisi lain untuk hiperemesis gravidarum adalah

keletihan, janin wanita, ulcus pepticum, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya,

penggunaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stress, cemas,

dan takut, masalah sosio-ekonomi, kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang

memiliki keluarga atau ibu yang mengalami mual dan muntah saat hamil.

- Penurunan nafsu makan yang dirasakan oleh wanita yang mengalami hiperemesis

gravidarum berkaitan dengan peningkatan kadar hormon pada arena posterma, suatu

organ circumventricular pada bagian dasar ventricle keempat yang terlatak di luar

penghalang otak darah (blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson,

2002).

- Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah

yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu

kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

- Simpson (2001 dalam Nordvist 2010) menyatakan secara psikologis hiperemesis dapat

menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah

semakin berat. Selain itu dapat terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan

dan kehilangan kontrol jika wanita sampai berhenti bekerja.

Page 13: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

4.2.2.1 faktor ekonomi dan penurunan nafsu makan

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Apo yo dek (mengerutkan kening),,,yo mungkin susahnyo kalo dak katek duit tu la dek.

Mano kito muntah-muntah terus, badan dak katek tenago. Yo, pasti nak berobat tu la dek.

Mano nak dirawat inap kan... Apo lagi kito ni makan nyo milih-milih dek, nak banyak duit tu

la dek”(A). (Apa ya dek,,,ya mungkin susahnya kalau nggak ada uang itu la dek. Mana kita

muntah-muntah terus, badan tidak ada tenaga. Ya, pasti mau berobat itu la. Mana mau

dirawat inap kan... Apa lagi kita ini makannya milih-milih dek, harus banyak uang itu lah

dek).

”Aku kemaren dak tau dek cak mano caro biar dak mual muntah ne. Kalo suami emang

selalu ado deket aku, ngasi dukungan, dio bae dak tega dek jingok aku la tekurus dak

betenago. Yo, ujung-ujungnyo kito dak tau nak di apo ke dibawa la oleh laki aku ke klinik.

Syukurlah dek laki aku tu selalu ngedukung(tertawa)”(W).(Aku kemaren tidak tau bagaimana

cara biar tidak mual muntah ini. Kalau suami memang selalau ada dekat aku, beri dukungan,

dia saja tidak tega lihat aku jadi kurus tidak ada tenaga. Ya, ujung-ujungnya kita tidak tau

mau dipakan diwa lah oleh suami aku ke klinik. Syukurlah dek suami aku itu selalu

ngedukung).

”Kalo ayuk oleh dak galak makan tu la dek kendalanyo, oleh nyo cak mano dek kalo makan

nak muntah tu la gawe. Yo mungkin oleh kito jugo dak berani kan nak minum obat

apo(lemas)”(P).(Kalau ayuk karena tidak mau makan itu lah dek kendalanya, karena mau

gimana dek kalau makan mau muntah itu la kerjaannya.Ya mungkin karena kita juga tidak

berani mau minum obat apa).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut :

Page 14: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

”Banyak sich, kendala yang dihadapi ibu-ibu tu biasanya males. Alasannya mual, gak nafsu

makan. Yach,,,kurang kesadaran dari ibu itu sendiri sich. Bisa jadi karena kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kehamilan atau dukungan suami”(RA).

”Kebanyakan ibu-ibu ne dak nurut dengan apo yang kito anjurke. Kadang minta balek cepet

lah, padahal kondisi mase lemah. Yo mungkin kareno faktor ekonomi jugo kali”(RN).

(Kebanyakan ibu-ibu ini bantah tidak mendengarkan apa yang kita anjurkan. Kadang minta

pulang cepat lah, padahal kondisi masih lemah. Ya mungkin karena faktor ekonomi juga).

Analisa :

Tiran (2008) menyatakan faktor predisposisi lain untuk hiperemesis gravidarum adalah

keletihan, janin wanita, ulcus pepticum, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya, penggunaan

pil kontrasepsi saat prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stress, cemas, dan takut, masalah

sosio-ekonomi, kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang memiliki keluarga atau ibu

yang mengalami mual dan muntah saat hamil.

Penurunan nafsu makan yang dirasakan oleh wanita yang mengalami hiperemesis

gravidarum berkaitan dengan peningkatan kadar hormon pada arena posterma, suatu organ

circumventricular pada bagian dasar ventricle keempat yang terlatak di luar penghalang otak

darah (blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson, 2002).

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) dan petugas

kesehatan bahwa hambatan ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah faktor

ekonomi yang lemah dan kurangnya nafsu makan ibu.

4.2.2.2 Frekuensi mual muntah

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Sering nian dek, biso dalam sejam tu 10 kali kemaren, telemes badan ayuk ne kadang

rasonyo dak tahan lagi dek, apolagi kalo dibawa makan, dibawa minum b cak

itu(menggelengkan kepala)”(A). (Sering sekali dek, dalam sejam itu bisa 10 kali kemaren,

Page 15: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

jadi lemas badan ayuk ini kadang rasanya tidak tahan dek, apalagi kalau dibawa makan,

dibawa minum juga begitu).

”Pokoknyo tiap kali makan tiap kali minum pasti muntah tu la, 3 kali makan 3 kali pulo

muntah dek, jadi percumo bae rasonyo makan tu. Dio tu dak pacak ado dimakan, kapan

makan nak muntah tu la. Kalo idak makan idak pulo muntah. Tapi itu lah kalo dak makan

perut kan kosong, galak sakit ulu hati ni(lemas)”(W). (Pokoknya setiap kali makan setiap kali

minum pasti muntah itu lah, 3 kali makan 3 kali juga muntah dek, jadi percuma saja rasanya

makan. Dia ini tidak bisa ada dimakan, kapan makan pasti muntah itu lah. Kalau tidak makan

tidak juga muntah. Tapi itu lah, kalau tidak makan perut kan kosong, jadi sering sakit ulu

hati).

”Dalam sehari tu kadang dak tentu berapo kali, kadang lebih dari 10 kali”(P). (Dalam sehari

tidak tentu berapa kali, kadang lebih dari 10 kali).

Observasi : Ibu memegang perutnya dan menggelengkan kepala.

Analisa :

Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah

yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu

kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) bahwa

frekuensi mual muntah dapat terjadi lebih dari 10 kali dalam sehari.

4.2.2.3 Perasaan cemas

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Yo sedih la dek (tampak sedih),, kasian rasonyo dengan bayi yang ayuk kandung. Mano kito

bukan wong ado, rasonyo dak galak hamil kemaren tu. Yo takutnyo gek ngapo-ngapo pulo

dengan bayi yang ayuk kandung ne. Takut nian ayuk dek, takut gek gugur pulo jingok kondisi

ayuk lemah, entah kan cacat piker ayuk kemaren tu(cemas)”(A). (Ya sedih la dek,, kasian

Page 16: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

rasanya dengan bayi yang ayuk kandung. Mana kita bukan orang punya, rasanya tidak mau

hamil kemaren itu. Benar-benar takut ayuk dek, takut nanti gugur lihat kondisi ayuk lemah,

entah kan cacat pikir ayuk kemaren itu).

“Alhamdulillah dek oleh suami tu ngasi dukungan ke kito rasonyo walaupun kito lah telemes

tapi tetep semangat dek mikir ke bayi yang dikandung. Tapi ado jugo cemasnyo ayuk

kemaren(tenang)”(W). (Alhamdulillah dek karena suami tu ngasih dukungan ke kita rasanya

walaupun kita jadi lemas tapi tetap semangat dek mikirkan bayi yang dikandung. Tapi ada

juga cemasnya ayuk kemaren).

”Ole dak tau apo-apo tadi dek, kasian jadinyo dengan bayi yang ayuk kandung, baco

majalah ibu dan anak tu kan anak biso prematur, berat badan nyo dak normal pas lahir. Tapi

syukurlah dek, pas di usg kato dokter maknyo bae yang sakit, anaknyo sehat (senyum)”(P).

(Karena tidak tau apa-apa tadi dek, kasihan jadinya dengan bayi yang ayuk kandung, baca

majalah ibu dan anak tu kan anak bisa prematur, berat badan anak tidak normal waktu lahit.

Tapi syukurlah dek, waktu di usg kata dokter ibu nya saja yang sakit, anaknya sehat).

Analisa :

Simpson (2001 dalam Nordvist 2010) menyatakan secara psikologis hiperemesis dapat

menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah

semakin berat. Selain tiu dapat terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan

kehilangan kontrol jika wanita sampai berhenti bekerja.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) bahwa

perasaan yang dialami ibu ketika mengalami hiperemesis gravidarum adalah sedih, cemas,

takut bahkan enggan untuk hamil.

4.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 3. Dukungan keluarga atau orang terdekat

Page 17: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

4.2.4.1 Dukungan keluarga atau orang terdekat

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Yo mungkin ado dak nyo kemauan atau kesadaran kito dewek dek. Disisi lain jugo adonyo

perhatian suami, keluargo. Syukurnyo cak itu lah dek (senyum)”(A). (Ya mungkin ada

tidaknya kemauan atau kesadaran kita sendiri dek. Disisi lain juga adanya perhatian suami,

keluarga. Syukurnya begitu lah dek).

Wawancara :”..adonyo perhatian suami, keluargo..”(A)

”...dukungan suami...”(W)

”...faktor kasih sayang, faktor pengetahuan jugo..”(P)

Fieldnote :-senyum-serius

Dukungan suami

Dukungan keluarga atau orang terdekat

Kategori Tema

Tinjauan pustaka :

Berkaitan dengan klien yang mengalami hiperemesis gravidarum, penerapan konsep

ini sangat diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan pasangan dan anggota

keluarga dalam menerima kondisi klien, menurut Tiran (2004) respon pasangan

terhadap kondisi klien dalam bentuk kecemasan berlebihan atau kurang

memperdulikan kebutuhan dan psikologis klien. Oleh karena itu keluarga perlu

menggunakan mekanisme koping dalam mengatasi keadaan ini, serta dapat menjadi

sistem pendukung bagi klien dalam menghadapi masa krisis.

Page 18: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

”Yang utama tu dek bagi aku adonyo dukungan suami tu la dek. Terus kito kan jugo mikir ke

bayi kito. Jadi,,,kemauan kito tu lah dek galak nyo cak mano”(W). (Yang utama itu dek buat

aku adanya dukungan suami itu lah dek. Terus kita kan juga memikirkan bayi kita.

Jadi,,kemauan kita itu lah dek maunya gimana).

”Kalo menurut ayuk faktor kasih sayang dek, yo kasih sayang suami ke kito, ke bayi yang

kito kandung. Faktor pengetahuan kito jugo dek. Kalo kito paham tentang dampak dari mual

muntah tadi, pasti kito berusaha cak mano caro ngatasinyo(serius)”(P). (Kalau menurut

ayuk faktor kasih sayang dek, ya kasih sayang suami ke kita, ke bayi yang kita kandung.

Faktor pengetahuan juga dek. Kalau kita paham tentang dampak dari mual muntah tadi, pasti

kita berusaha bagaimana cara mengatasinya).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut:

”Bisa saja dari faktor ekonomi, dimana ibu-ibu yang ekonomi nya rendah tentu saja sulit

mengatasi hiperemesis ini, apalagi sampai dirawat inap tentu saja memerlukan biaya yang

lumayan. Kemudian faktor dukungan suami, sebagaimana kita ketahui kan ibu-ibu yang lagi

hamil tentu saja ingin diperhatikan, dimanja oleh suami. Jadi peranan suami disini sangat

penting, ya,,ngasih semangat lah ke istrinya”(RA).

”Faktor ekonomi tentu,,,apolagi faktor dukungan suami. Untuk faktor pengetahuan sih,,yo

kebanyakan ibu-ibu tu emang dak ngerti tentang caro ngatasi hiperemesis ni”(RN). (Faktor

ekonomi tentu,,,apalagi faktor dukungan suami. Untuk faktor pengetahuan sih,,,ya

kebanyakan ibu-ibu itu memang tidak mengerti tentang cara mengatasi hiperemesis ini).

Analisa :

Berkaitan dengan klien yang mengalami hiperemesis gravidarum, penerapan konsep ini

sangat diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan pasangan dan anggota keluarga dalam

Page 19: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

menerima kondisi klien, menurut Tiran (2004) respon pasangan terhadap kondisi klien dalam

bentuk kecemasan berlebihan atau kurang memperdulikan kebutuhan dan psikologis klien.

Oleh karena itu keluarga perlu menggunakan mekanisme koping dalam mengatasi keadaan

ini, serta dapat menjadi sistem pendukung bagi klien dalam menghadapi masa krisis.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) dan

petugas kesehatan bahwa dukungan keluarga, orang terdekat atau dukungan suami memliki

peranan yang penting dalam mengatsi hiperemesis gravidarum.

4.2.5 Peran petugas kesehatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 4. Pendidikan kesehatan

Wawancara ;”Dikasih saran-saran cak itu lah”(A)

”,, ngasih saran dan petunjuk cak itu lah. Ngasih

semangat.”(W)

”...banyak-banyak istirahat samo makan yang bergizi.”(P)

Fieldnote :-Mengerutkan kening-Menjelaskan dengan seksama

Saran petugas kesehatan Pendidikan kesehatan

Kategori Tema

Tinjauan pustaka :

Wanita yang telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan

di awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa profesional

tenaga kesehatan mempercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan

mengabaikan ataupun menganggap mereka bertingkah berlebihan seperti halnya

nyeri, mual merupakan gejala yang dikatakan oleh pasien (subjektif) dan jika

gejala tersebut menyebabkan stres pada wanita, ia berhak diberi cara yang paling

memungkinkan untuk mengatasi masalah tersebut.(Tiran, 2008)

Page 20: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

4.2.5.1 Pendidikan kesehatan

Wawancara mendalam dengan informan (hiperemesis gravidarum):

”Dikasih saran-saran cak itu lah dek. Katonyo harus banyak makan, jangan sampai perut

kosong gek dak sembuh-sembuh pulo. Terus katonyo kasian pulo dengan apo dek..

(mengerutkan kening) Ooo,,,dengan janinnyo...katonyo kalo sayang dengan janin kito yo

tergantung dari kitonyo. Trus,,,kito disuruh banyak istirahat dan jangan banyak pikir dek,

kiro-kiro cak itu lah(menjelaskan dengan seksama)”(A). (Dikasih saran seperti itu lah dek.

Katanya harus banyak makan, jangan sampai perut kosong ntar tidak sembuh-sembuh. Terus

katanya kasian dengan apa dek,,,Ooo dengan janinnya...katanya kalau sayang dengan janin

kita ya tergantung dari kitanya. Terus,,, kita disuruh banyak istirahat dan jangan banyak pikir

dek, kira-kira begitu lah).

”Bidan-bidan di sano yo banyak ngasi tau makan apo b yang bagus.kito harus makan yang

bergizi, sayur-sayuran, buah-buahan, soalanyo kan ibu hamil ne kan emang harus makan

yang bergizi dan lebih banyak dari sebelum ibu hamil. Apolagi kito yang muntah-muntah

terus ini dek. Yo,,, ngasih saran dan petunjuk cak itu lah. Ngasih semangat jugo”(W).

(Bidan-bidan di sana ya bnayak beri tau makan apa yang bagus, kita harus makan yang

bergizi, sayur-sayuran, buah-buahan, soalnya kan ibu hamil ini memang harus makan yang

bergizi dan lebih banyak dari sebelum ibu hamil. Apalagi kita yang muntah-muntah terus ini

dek. Ya,,, ngasih saran dan petunjuk itu lah. Ngasih semangat juga).

”Dienjuk tau b kemaren banyak-banyak istirahat samo makan yang bergizi”(P). (Diberi tau

saja kemaren banyak-banyak istirahat dan makan yang bergizi).

Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh hasil wawancara mendalam dengan petugas

kesehatan, yang diungkapkan sebagai berikut :

Page 21: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

”Kalau ada pasien kasus HEG sich biasanya kita terangkan lebih lanjut, konseling, ya

seperti harus sering makan, yang pasti diberikan penkes pada pasien”(RA).

”Palingan kito jelasin cak mano caro ngatasinyo, yo istirahat yang cukup, cak mano pola

makannyo. Dikasih penkes cak itu lah”(RN).

(Kita jelaskan bagaimana cara mengatasinya, ya istirahat yang cukup, bagaimana pola

makannya. Diberikan penkes itu lah).

Analisa :

Wanita yang telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di

awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa profesional tenaga

kesehatan mempercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan mengabaikan ataupun

menganggap mereka bertingkah berlebihan seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang

dikatakan oleh pasien (subjektif) dan jika gejala tersebut menyebabkan stres pada wanita, ia

berhak diberi cara yang paling memungkinkan untuk mengatasi masalah tersebut. (Tiran,

2008).

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan informan (hiperemesis gravidarum) dan

petugas kesehatan bahwa penerapan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pasien

hiperemesis gravidarum adalah dengan diberikannya pendidikan kesehatan berupa saran,

petunjuk dan konseling.

Page 22: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan maksud mendapatkan informasi

yang mendalam mengenai pengalaman ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

trimester 1 di Rumah Bersalin Budi Indah Palembang.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini seperti situasi dan

lingkungan pada saat peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan yaitu situasi

yang ramai dan lingkungan yang kurang bersih. Karena pada saat dilakukan wawancara

mendalam kepada informan, keluarga informan berada diruangan ketika wawancara

berlangsung. Dimana ada yang mengobrol, anak informan menangis dan bermain. Keadaan

ini dapat mempengaruhi informan dalam memberikan informasi. Sehingga pada saat

dilakukan wawancara mendalam kepada informan peneliti selalu mengulang pertanyaan dan

memberikan penjelasan tentang pertanyaan yang diberikan kepada informan agar informan

dapat mengerti dan memahami apa yang diinginkan peneliti.

5.2 Pembahasan hasil Penelitian

Berdasarkan karakteristik informan hiperemesis gravidarum dengan riwayat

kehamilan didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum lebih sering

dialami oleh primigravida. Pada hasil penelitian ini didapatkan 4 tema yaitu : 1) Perilaku ibu

hiperemesis gravidarum, 2) Hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum, 3)

dukungan keluarga atau orang terdekat, 4) pendidikan kesehatan.

5.2.1 Cara ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Page 23: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Tema 1. Perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum adalah dengan beristirahat, minum air putih, makan biskuit, ke petugas

kesehatan, berbaring, malas-malasan, dan menggunakan minyak angin. makan sedikit tapi

sering, menghindari makanan yang bisa memicu mual muntah, menghindari makanan yang

dingin dan berminyak. Serta informasi mengenai hiperemesis gravidarum yang didapatkan

ibu diperoleh dari petugas kesehatan, dan majalah. Kemudian ibu selalu menimbang berat

badan ketika mengalami hiperemesis gravidarum dan terjadi penurunan berat badan yang

cukup berarti sebelum ibu hamil.

Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan batasan perilaku

dari skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmojo (2000) bahwa perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat.

Faktor predisposisi meliputi pendidikan, ekonmi (pendapatan), hubungan sosial

(lingkungan, sosial, budaya) dan pengalaman. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara

pandangan atau masyarakat yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima

informasi atau penyuluhan yang kita berikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam

kehidupan sehari-hari.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor pendukung

mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan

fasilitas tersebut harus digali dan dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor pendukung

ada dua macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu fasilitas atau

Page 24: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, klinik, obat-obatan. Sedangkan fasilitas

umum yaitu media massa meliputi tv, radio, majalah ataupun pamflet (Notoatmodjo, 2000)

Faktor penguat sebagai faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku kesehatan meliputi

sikap dan perilaku petugas kesehatan. Semua petugas kesehatan baik dilihat dari jenis dan

tingkatannya pada dasarnya adalah pendididk kesehatan. Karenanya petugas kesehatan harus

memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perialku

tokoh masyarakat juda dapat merupakan panutan orang lain untuk berprilaku sehat

(Notoatmodjo, 2000)

5.2.1.1 Mencari informasi mengenai hiperemesis gravidarum

Wanita hamil yang mengalami mual muntah kebanyakan tidak mengetahui cara

mengatasi keluhan mual muntah. Saat keluhan itu datang, mereka hanya membiarkannya saja

dan tetap melakukan aktivitasnya. Apabila keluhan tersebut sudah mengganggu aktivitas,

mereka akan pergi ke Rumah sakit, Klinik atau Puskesmas terdekat (Didinkaem, 2009 dalam

Nordvist 2010). Dalam upaya mencegah dampak buruk pada masa kehamilan, seperti

hiperemesis gravidarum, diperlukan perilaku yang mendukung menuju perubahan yang lebih

baik, khususnya bagi ibu primigravida (Ayu, 2008 dalam Nordvist 2010).

5.2.1.2 Tindakan mengatasi mual muntah

Hal ini sejalan dengan pernyataan Williams (2006) menyatakan bahwa pada awal

kehamilan, sebagian besar wanita mengeluh kelelahan dan ingin tidur terus menerus.

Keadaan ini biasanya mereda dengan sendirinya pada bulan keempat kehamilan dan tidak

memiliki makna tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek mengantuk yang ditimbulkan

oleh progesterone. Wesson (2002) menyatakan bahwa wanita yang megalami tingkat lelah

yang paling tinggi adalah wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum.

Prawirohardjo (1997) menyatakan bahwa hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Kekurangan cairan

Page 25: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga

menyebabkan tubuh penderita lemas.

Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita

hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari udara

segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah makan,

dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008 dalam Nordvist

2010).

5.2.1.3 Makanan saat mual muntah

Menurut Tiran (2008), wanita yang mengalami mual dan muntah sering kali

bereksperimen untuk mencari makanan yang paling cocok dengan mereka dan

menyingkirkan makanan yang memperburuk kondisi mereka. Akan tetapi, praktik ini kadang

kala membuat mereka mengungkapkan kekhawatiran dan membuat mereka mengalami

perasaan bersalah yang besar karena telah memperlemah janin mereka dengan tidak

memakan makanan bernutrisi.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Wiknjosastro (2005) yang menyebutkan pencegahan

terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan memberikan penjelasan bahwa

kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan

bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan

muda dan akan hilang setelah kehamilan4 bulan, dan menganjurkan mengubah makan sehari

– hari dengan makanan dalam jumlahkecil tapi sering. Menganjurkan pada waktu bangun

pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit

dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Menghindari

Page 26: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan yang banyak

mengandung gula.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Williams (2006) bahwa keluhan mual dan muntah ini

dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil tapi sering dan berhenti sebelum kenyang dan

menghindari makanan yang mungkin akan memicu atau memperparah gejala. Rekomendasi

umum yang dapat dipilih adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah

lemak, menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet besi

(Mesics, 2008 dalam Nordvist 2010).

Mesics (2008, dalam Nordvist 2010) juga merekomendasikan makan dalam porsi kecil

tapi sering. Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi

pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk

hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum atau bahan

kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk menghindari

mual.

5.2.1.4 Menimbang berat badan

Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan

vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,

dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD).

Ogunyemi (2007) menyatakan hyperemesis gravidarum merupakan kondisi parah mual

dan muntah yang terkait dengan 0,3% -2% dari semua kehamilan dan dapat mengakibatkan

kehilangan 5% dari berat badan sebelum hamil, ketonuria, ketidakseimbangan asam basa,

dehidrasi, seringkali memerlukan rawat inap bahkan kematian.

Menurut Mac Gibbon (2008) penurunan barat badan terjadi karena tubuh kekurangan

cairan tubuh (dehidrasi) dan tubuh tidak memiliki cukup nutrisi untuk menjalankan fungsinya

Page 27: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

dengan baik. Jika keadaan ini terus berlanjut dan tidak diatasi dengan akan berdampak buruk

pada ibu dan bayi.

Menurut peneliti sendiri perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum yang

mewakili cara ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah bahwa ibu-ibu yang

mengalami hiperemesis gravidarum tentu harus pergi kepetugas kesehatan karena jika

dibiarkan maka akan mengancam kesehatan ibu dan janin. Dimana ibu harus banyak

beristirahat, mengurangi aktivitas, menghindari makanan yang dapat memicu mual dan

muntah terutama makanan yang berminyak dan bau menyengat. Serta ibu harus selalu

menimbang berat badannya agar ibu dapat menegtahui bagaimana tingkat kesehatannya.

5.2.2 Kendala ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 2. Hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa hambatan dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum adalah faktor ekonomi dan penurunan nafsu makan, mual muntah lebih dari 10

kali dalam sehari dan menimbulkan dampak kecemasan pada ibu.

5.2.2.1 Faktor ekonomi dan penurunan nafsu makan

Pada status ekonomi mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang

berasal dari sosial ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri

dan masa depannya tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan

merasa takut untuk mengambil sikap / tindakan. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu

dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat

memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan

melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik

sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan

dengan baik. Selanjutnya pada hubungan sosial, manusia adalah makhluk sosial dimana

Page 28: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Keluarga yang berinteraksi secara langsung

akan lebih besar terpapar informasi. (Notoatmodjo, 2000)

Tiran (2008) menyatakan faktor predisposisi lain untuk hiperemesis gravidarum adalah

keletihan, janin wanita, ulcus pepticum, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya,

penggunaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stress, cemas,

dan takut, masalah sosio-ekonomi, kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang

memiliki keluarga atau ibu yang mengalami mual dan muntah saat hamil.

Menurut penelitian Prawirohardjo (1997), menyatakan faktor psikologik juga

merupakan faktor predisposisi dari penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan

pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut pada tanggung jawab menjadi ibu,

dapat menyebabkan konflik mental yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi

tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Penurunan nafsu makan yang dirasakan oleh wanita yang mengalami hiperemesis

gravidarum berkaitan dengan peningkatan kadar hormon pada arena posterma, suatu organ

circumventricular pada bagian dasar ventricle keempat yang terlatak di luar penghalang otak

darah (blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson, 2002). Area ini biasa

dikenal sebagai zona pemicu chemoreceptor (chemoreceptor trigger zone), yang tidak hanya

mencakup muntah, tetapi juga perubahan selera makan, efek hilangnya selera makan

(anorexic), keseimbangan energi dan fungsi-fungsi lainnya (Borison, 1989 dalam Wesson,

2002).

5.2.2.2 Frekuensi mual muntah

Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah

yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu

kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).

Page 29: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

5.2.2.3 Perasaan Cemas

Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang biasanya melibatkan ketakutan,

ketegangan dan kekhawatiran serta umumnya dihubungkan dengan antisipasi adanya suatu

ancaman (Moira, 1996:19).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh setiap mahluk hidup dalam kehidupan sehari- hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara

langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada

individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting

dalam usaha memelihara keseimbangan hidup. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari

ancaman terhadap harga diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan

dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari hari,

menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk memelihara keseimbangan diri

dan melindungi diri (Suliswati, 2005:108).

Simpson (2001 dalam Nordvist 2010) menyatakan secara psikologis hiperemesis dapat

menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah

semakin berat. Selain tiu dapat terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan

kehilangan kontrol jika wanita sampai berhenti bekerja.

Ansietas pada ibu hamil yang diikuti tanda-tanda mual dan muntah, memiliki hubungan

dengan faktor-faktor psikologi, sosial, ekonomi, dan budaya dari para ibu dan lingkungan

masyarakatnya. Faktor-faktor yang dimaksud, yaitu faktor perorangan, kondisi kualitas

hubungan suami-isteri, hubungan keluarga, sumber sosial, insiden perorangan,

ekonomi/pekerjaan, termasuk juga ketergantungan secara sosial ekonomi kepada suami

(Hetzel 1961: 79, Nuckolls 1972: 431-441, Browner 1980 494-511, Johnson dan Sargent

1990: 129-219).

Page 30: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Menurut peneliti sendiri faktor ekonomi sangat menentukan dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum dimana biasanya hiperemesis ini harus dirawat sehingga memerlukan biaya yang

cukup besar. Kemudian penurunan nafsu makan, frekuensi mual muntah yang terjadi setiap

saat, dan tingkat psikologis ibu yang merasa cemas tentu akan menghambat ibu dalam

mengatasi hiperemesis gravidarum.

5.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 3. Dukungan keluarga atau orang terdekat

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah adanya dukungan suami atau orang

terdekat (keluarga).

Dukungan keluarga memberikan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan

ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan

dukungannya dalam berbagai hal maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri lebih

bahagia dan siap menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas (Bobak, 2004).

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak

(Richardson, 1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan

dan dikasihi oleh pasangan prianya selama masa hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala

emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi kehamilan, dan lebih mudah melakukan

penyesuaian selama masa nifas (Grossman, Eichler, Winckoff, 1980; May, 1982).

Berkaitan dengan klien yang mengalami hiperemesis gravidarum, penerapan konsep ini

sangat diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan pasangan dan anggota keluarga dalam

menerima kondisi klien, menurut Tiran (2004) respon pasangan terhadap kondisi klien dalam

bentuk kecemasan berlebihan atau kurang memperdulikan kebutuhan dan psikologis klien.

Page 31: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

Oleh karena itu keluarga perlu menggunakan mekanisme koping dalam mengatasi keadaan

ini, serta dapat menjadi sistem pendukung bagi klien dalam menghadapi masa krisis.

Menurut peneliti sendiri faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam mengatasi

hiperemesis gravidarum adalah adanya dukungan keluarga atau orang terdekat. Karena

dengan adanya dukungan tersebut ibu akan merasa lebuh beraarti dan orang-orang

disekitarnya peduli dan sayang kepadanya sehingga hal ini dapat menjadi mekanisme koping

ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum.

5.2.4 Peran petugas kesehatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

Tema 4. Pendidikan kesehatan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan petugas kesehatn dalam mengatsi

hiperemesis gravidarum adalah dengan diberikannya pendidikan kesehatan berupa saran,

petunjuk dan kinseling kepada ibu yang mengalami hiperemesis gravidarun.

Pendidikan kesehatan adalah suatu prose yang menjembatani kesenjangan antara

informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotifasi seseorang untuk

menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka

menjadi lebih tahu atau lebih sehat (Budioro, 1998).

Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), tujuan pendidikan

kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit,

mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan funsi dan peran pasien

selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Peran petugas kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, memberikan

informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan penyuluhan kesehatan

agra masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan tersebut. Bila perilaku

Page 32: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahakan selama hidup

(Notoatmodjo, 2003).

Wanita yang telah menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di

awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa profesional tenaga

kesehatan mempercayai rasa sakit yang mereka derita, bukan mengabaikan ataupun

menganggap mereka bertingkah berlebihan seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala yang

dikatakan oleh pasien (subjektif) dan jika gejala tersebut menyebabkan stres pada wanita, ia

berhak diberi cara yang paling memungkinkan untuk mengatasi masalah tersebut. (Tiran,

2008).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Gorrie (1998 dalam Nengah Runiari 2010) yang

menyatakan adanya permasalahan kesehatan yang dialami wanita dengan hiperemesis

gravidarum membawa implikasi pada asuhan keperawatan. Perawat dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan keperawatan profesional melalui perannya sebagai praktisi ahli,

edukator, peneliti, dan konsultan sehingga dapat menjadi model peran, advokat, dan agen

pembaharu. Melalui perannya tersebut, diharapkan perawat dapat membantu mengatasi

berbagai masalah yang ditimbulkan pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum.

Menurut peneliti sendiri peran petugas kesehatan dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum adalah memberikan saran, motivasi dan konseling kepada ibu-ibu yang

mengalami hiperemesis gravidarum berupa pendidikan kesehatan mengenai hiperemesis itu

sendiri terutama menjelaskan dampak hiperemesis gravidarum terhadap ibu dan janin,

sehingga ibu berusaha dan termotivasi untuk tidak mengabaikan hiperemesis gravidarum.

Page 33: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengalaman ibu dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum trimester 1 di Rumah Bersalin Budi Indah 26 Ilir Palembang dapat disimpulkan

bahwa :

1. Perilaku ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah dengan beristirahat, minum

air putih, makan biskuit, ke petugas kesehatan, berbaring, malas-malasan, makan sedikit

tapi sering, menghindari makanan yang bisa memicu mual muntah, menghindari makanan

yang dingin dan berminyak. Serta informasi mengenai hiperemesis gravidarum yang

didapatkan ibu diperoleh dari petugas kesehatan, dan majalah. Kemudian ibu selalu

menimbang berat badan ketika mengalami hiperemesis gravidarum dan terjadi penurunan

berat badan yang cukup berarti sebelum ibu hamil.

2. Hambatan dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah faktor ekonomi dan

penurunan nafsu makan, mual muntah lebih dari 10 kali dalam sehari dan menimbulkan

dampak kecemasan pada ibu.

Page 34: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum adalah

adanya dukungan suami atau orang terdekat (keluarga). Dukungan keluarga memberikan

andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga

mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam

berbagai hal maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri lebih bahagia dan siap

menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

4. Penerapan petugas kesehatn dalam mengatsi hiperemesis gravidarum adalah dengan

diberikannya pendidikan kesehatan berupa saran, petunjuk dan kinseling kepada ibu yang

mengalami hiperemesis gravidarun. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang

menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan

kesehatan memotifasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai

dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu atau lebih sehat.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan beberapa saran yaitu sebagai

berikut :

1. Bagi Rumah Bersalin Budi Indah Palembang

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak Budi Indah agar :

a. Tetap memberikan pelayanan yang prima dan mempertahankan cara atau strategi

dalam meningkatkan motivasi ibu-ibu dalam mengatasi hiperemesis gravidarum

dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu yang mengalami

hiperemesis gravidarum.

b. Petugas kesehatan diharapkan tetap memberikan dukungan dan saran-saran kepada

ibu-ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum tentang pentingnya mengatasi

Page 35: Contoh Analisa Data Penelitian Kualitatif, Bu Bina

hiperemesis gravidarum bila dilihat dari dampak yang akan timbul bila tidak diatasi

baik bagi janin maupun bagi ibu itu sendiri.

2. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lanjutan mengenai pengalaman ibu dalam mengatasi hiperemesis

gravidarum di Rumah Bersalin Budi Indah Palembang, diharapkan dapat melihat variabel-

variabel selain yang telah peneliti lakukan baik dengan metode kualitatif maupun metode

kuantitatif yang lebih baik. Misalnya, mengenai gambaran penatalaksanaan hiperemesis

gravidarum oleh petugas kesehatan dengan pendekatan kuantitatif.