contextual learning (indonesian version) copy

110
MODEL PEMBELAJARAN MAMPU MEMAHAMI LANDASAN MODEL PEMBELAJARAN, PRINSIP PENGEMBANGAN MODEL, PROSEDUR PENGEMBANGAN MODEL DAN MENGIMPLEMENTASIKANNYA UNTUK MENGEMBANGKAN MODEL/ METODE PEMBELAJARAN DAN METODE MEMBACA, MENYIMAK, MENULIS, BERBICARA

Upload: eniphh-abah-muniph

Post on 12-Jul-2015

367 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contextual learning (indonesian version)   copy

MODEL PEMBELAJARAN

MAMPU MEMAHAMI LANDASAN MODEL PEMBELAJARAN, PRINSIP PENGEMBANGAN MODEL, PROSEDUR PENGEMBANGAN MODEL DAN MENGIMPLEMENTASIKANNYA UNTUK MENGEMBANGKAN MODEL/ METODE PEMBELAJARAN DAN METODE MEMBACA, MENYIMAK, MENULIS, BERBICARA

Page 2: Contextual learning (indonesian version)   copy

Tugas bisa diemail [email protected]

Page 3: Contextual learning (indonesian version)   copy

Apa model pembelajaran?

Gunter et al (1990:67) mendefinisikan model pembelajaran sebagai langkah-langkah suatu prosedur yang mengarah pada hasil belajar secara khusus

Joyce & Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Page 4: Contextual learning (indonesian version)   copy

Konsep Model Pembelajaran

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran

Page 5: Contextual learning (indonesian version)   copy

Landasan

Pendekatan dalam pembelajaran Tujuan pembelajaran dan konsep belajar Karakteristik pembelajar Teori proses belajar

Page 6: Contextual learning (indonesian version)   copy

Prinsip Model Pembelajaran

Sesuai dengan karakteristik tujuan Sesuai dengan karakteristik pembelajar Memfasilitasi siswa dalam belajar Berisi unsur model pembelajaran secara

jelas

Page 7: Contextual learning (indonesian version)   copy
Page 8: Contextual learning (indonesian version)   copy
Page 9: Contextual learning (indonesian version)   copy

Contoh Model Pembelajaran

Model pembelajaran observasional

(A = atensi

R = untuk mereproduksi tindakan model, murid mengkode dan menyimpan dalam memori sehingga bisa duambil kembali

P = produksi belajar/ berlatih untuk mereproduksi apa yang dilakukan model

M = motivasi (memotivasi murid untuk menghasilkan perilaku model – motivasi diri)

Page 10: Contextual learning (indonesian version)   copy

Unsur Model Pembelajaran

Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,

Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran,

Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,

Page 11: Contextual learning (indonesian version)   copy

Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan

Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang menjadi sasaran (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang menjadi sasaran (nurturant effects).

Page 12: Contextual learning (indonesian version)   copy

Prosedur Mengembangkan Model Pembelajaran

Kaji pendekatan(prinsip )

Strategi kefektifan

Menentukan fokus Hsl beljar (langsung/ tdk)

Menentukan norma/ prinsip/ sarana

Menentukan sintaks

Page 13: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pendekatan dan konsep pembelajaran

Konsep Pembelajaran dipengaruhi pendekatan Proses perubahan perilaku berdasarkan

rangsangan dari lingkungannya. Proses transformasi pengalaman secara

kognitif berdasarkan peran lingkungan dan perilaku

Pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman

Proses mengkonstruk pengetahuan berdasarkan pengalaman dari lingkungan

Page 14: Contextual learning (indonesian version)   copy

4 Pendekatan Pembelajaran

1. Behavioral = belajar adalah meningkatkan perilaku yang diharapkan, menggunakan dorongan, pembentukan dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan

2. Pemrosesan informasi = penekanan bgmn siswa memproses informasi melalui atensi, memori, pemikiran, dan proses kognitif lainnya ( mengolah informasi, memonitor, dan menyusun strategi/ cara berpikir)

Page 15: Contextual learning (indonesian version)   copy

3. Kognitif sosial = penekanan pada hubungan perilaku, kognitif, dan perilaku (strategi observasional – metode modelling)

4. Konstruktivis sosial = penekanan pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman

Page 16: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pendekatan behaviorisme

Strategi Behavioral prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau

isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.

Ketika guru menggunakan prompt, mereka berasumsi bahwa murid dapat melakukan perilaku yang diinginkan. Tetapi, kadang-kadang murid tidak punya kemampuan untuk melakukannya. Dalam kasus ini diperlukan shaping (pembentukan)

Shaping = mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran

Page 17: Contextual learning (indonesian version)   copy

Behavioral = penekanan pada pengalaman terutama penguatan dan hukuman sebagai determinan dari pembelajaran dan perilaku

Kelemahan pendekatan behavioral kontrol eksternal dominan

Direvisi oleh pendekatan kognitif sosial yang memberi ruang kontrol internal

Page 18: Contextual learning (indonesian version)   copy

5 Strategi untuk mengingkatkan perilaku yang diharapkan memilih penguat yang efektif membuat penguatan bersifat kontingen dan

tepat waktu memilih jadwal penguatan yang terbaik mempertimbangkan penggunaan perjanjian

(contracting) dan menggunakan penguatan negatif secara

efektif

Page 19: Contextual learning (indonesian version)   copy

PENDEKATAN PERILAKU KOGNITIF Membuat murid memonitor, mengelola, dan

mengatur perilaku mereka sendiri (mendorong murid agar bertang jawab atas perilaku dan pembelajaran aktif mrk sendri)

Mengubah miskonsepsi murid, memperkuat keahlian mereka dalam menangani sesuatu, meningkatkan kontrol diri, dan mendorong refleksi diri yang konstruktif. Metode instruksi diri = membantu murid mengubah apa anggapan mereka tentang diri mereka sendiri (berbicara kepada diri sendiri secara positif)

Page 20: Contextual learning (indonesian version)   copy

Membaca sastra : memupuk pemahaman pengalaman kemanusiaan dan kemampuan berempati

Page 21: Contextual learning (indonesian version)   copy

PENDEKATAN KOGNITIF DAN KOGNITIF SOSIAL Pendekatan kognitif menekankan agar murid

memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku mereka sendiri (bukan mengontrol dari luar)

Kognitif sosial = penekanan pada interaksi faktor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) sebagai determinan pembelajara(pembelajaran resiprokal)

Pembelajaran observasional melalui atensi, retensi, produksi, motivasi)

Page 22: Contextual learning (indonesian version)   copy

Model Resiprokal Bandura

P/KFaktor person dan kognitif

LLingkungan

PPerilaku

Page 23: Contextual learning (indonesian version)   copy

Contoh Model Pembelajaran

Model pembelajaran regulasi diri

1. Menentukan tujuan dan perencanaan strategis

2. Melaksanakan rencana dan memonitornya

3. Monitoring hasil dan memperbaiki strategi

4. Evaluasi dan monitoring diri

Page 24: Contextual learning (indonesian version)   copy

Model pembelajaran resiprokal

Model resiprokal dalam pembelajaran membaca Guru bergantian dengan murid Guru menjelaskan/ mendemonstrasikan /

mencontohkan cara menggunakan strategi dalam memahami suatu teks.

Murid diminta mendemostrasikan strategi tersebut Murid bergantian memimpin diskusi kelompok kecil Guru memberi dukungan saat siswa mempelajar. Guru secara bertahap mengurangi peran aktifnya

(scaffolding)

Page 25: Contextual learning (indonesian version)   copy

Menurut Bandura

Person = sikap bawaan (introvet-ekstrovet, tenang-cemas, ramah- jutek

Kognitif = strategi memahami, pemikiran, kecerdasan, ekspektasi, keyakinan

Faktor person ditekankan pada self eficacy yaitu keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hal positif.

Page 26: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran observasional efektif untuk mengajar perilaku baru (mengamati model yang kompeten)

Retensi akan meningkat jika siswa mengamti demontrasi dan contoh yang jelas

Page 27: Contextual learning (indonesian version)   copy

Jenis modelling berdasarkan bentuknya Modeling langsung Modeling simbolik (karakter tokoh cerita) Modelling sintetik Modelling kognitif (demonstrasi yang

dimodelkan disertai deskripsi verbal dari apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh model di hadapan siswa

Page 28: Contextual learning (indonesian version)   copy

Jenis modelling berdasarkan pelaku

Model teman sebaya Model guru Model orangtua Model panutan yang dihargai bersama

Page 29: Contextual learning (indonesian version)   copy

Proses Asimilasi dan Akomodasi

Hal Baru(benda, peristiwa, gagasan)

Mencocokkan dengan konsep yang telah dimiliki

Cocok

Tidak cocok

Penguatan

Asimilasi

Ketidak-seimbangan(Disbalance)

Akomodasi

Adaptasi (Belajar)

Cocok

transformasi

Keseimbangan(Balance)

Mengerti

Jalan buntu (tidak mengerti)

Page 30: Contextual learning (indonesian version)   copy

Mutiara-mutiara dalam Teori pemrosesan informasi Peranan pengetahuan/ pengalaman awal

menentukan pemahaman siswa Pemahaman bermakna perlu dibuat agar

masuk pada memori jangka panjang Pengetahuan dan pengalaman disusun

dalam pikiran manusia dalam bentuk jaringan (skemata) – skemata isi (tentang apa yang dibicaran– skemata formal (tentang cara melakukan sesuatu)

Implikasi – peta konsep (mata pelajaran yang bersifat pengetahuan, keterampilan

Page 31: Contextual learning (indonesian version)   copy

31

Contoh membuat peta konsep

Page 32: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pramembaca/pramenulis

prosesMembaca/ menulis

Pascamembaca/Pasca

Page 33: Contextual learning (indonesian version)   copy

ENCODINGMemasukkan informasi ke

dalam memori

PENYIMPANANMempertahankan

informasi dari waktu ke waktu

PENGAMBILANMengambil informasi

dari gudang pengambilan

Page 34: Contextual learning (indonesian version)   copy

Penggalian ide+ penguatan

Draft 1Draft 2 +

dukungan bersama

Pajang/ manfaatkan

Page 35: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran Aktif (Fink)

Melibatkan pikiran, emosi, fisik Siswa sebagai subjek Belajar dengan melakukan Berorientasi kelompok Variasi model disessikan dengan kecerdasan

majemuk Multiarah Fisik kelas kondusif Daya imajinasi, dan fantasi dikembangkan

Page 36: Contextual learning (indonesian version)   copy

PEMBELAJARAN AKTIF

Lebih bermakna Pemahaman konsep “tahan lama” Interaksi sosial (social interaction) Menekankan pada aktivitas hands-on

dan minds-on Belajar lebih menyenangkan Lahan subur untuk membentuk

karakter siswa

Page 37: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kecemasan tinggi mengganggu kemampuan murid mencapai prestasi

Strategi relaksasi bisa mengurangi kecemasan tetapi tidak meningkatkan prestasi (eccless 1989).

Strategi membantu murid yang tidak tertarik (teralineasi) dengan cara mengajar yang menyenangkan, membangun hubungan positif, membuat sekolah lebih menarik, penggunaan mentor yang lebih tua

Page 38: Contextual learning (indonesian version)   copy

Asosiasi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran kontekstual (CTL) PAKEM/PAIKEM Pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) CBSA

Page 39: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran Berbasis Proyek

Mengimplementasikan determinasi personal

(memilih fokus sendiri, merencanakan cara memonitor) Proyek sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan

berisi langkah-langkah sehingga menghasilkan “produk” Kegiatan dilaksanakan jangka waktu yang relatif lama- Produk proyek bermakna bagi siswa (kumpulan puisi,

pementasan cerita, membuat pameran Mengapa begini mengapa begitu

Page 40: Contextual learning (indonesian version)   copy

Bagaimana bentuk pekerjaan rumah yang baik untuk murid kelas rendah?

Siswa kelas rendah PR yang menimbulkan kesukaan belajar

Menambah keterampilan studi Tugas pendek dan dapat diselesaikan

dengan cepat Jangan buat tugas yang membuat murid

stres dan tegang Berguna untuk menambah keterampilan di

kelas

Page 41: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pekerjaan rumah berkaitan dengan aktivitas kelas berikutnya agar punya makna

Tugas rumah harus fokus (bukan mencari tema tetapi memilih salah satu tokoh dan menjelaskan mengapa tokoh bertindak seperti itu)

Memberi kesempatan murid melakukan pekerjaan kreatif dan mendalam

Page 42: Contextual learning (indonesian version)   copy

(bukan menghafal tanggal dan nama perang tetapi membuat surat fiksional kepada para tentara)

Tugas kelas tinggi (SMP dan SMA) –murid sekolah menengah lebih suka bekerja keras setelah sekolah dan mempelajari keterampilan studi yang baik

Tugas menantang Menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuannya Sebagai alat melatih tanggung jawab (Santrok , 2004) Memberikan pedoman kepada orangtua (cara

membantu) Tugas bermakna Memantau PR

Page 43: Contextual learning (indonesian version)   copy

Penelitian yang mendukung model pembelajaran

Page 44: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kognitif

Page 45: Contextual learning (indonesian version)   copy

AFEKTIF, EMOTIF, IMAJINASI

Mau merespon Mau berpartisipasi Menjadi nilai yang diinternalisasi

Page 46: Contextual learning (indonesian version)   copy

Model untuk KD yang bisa Siswa berkelompok mencoba sebisanya

indikator KD, guru menempelkan hasil di papan tulis dan mengelompokkan hasil pada kategori tepat, kurang tepat, salah – guru menempelkan jawaban bandingan – siswa secara kelompok mengamati dan menyimpulkan perbedaan dan ciri tiap-tiap kategori – guru menyimpulkan ciri hasil yang tepat dan kurang tepat – siswa secara mandiri mencoba menerapkan langkah pada wacana yang lain dan dinilai.

Page 47: Contextual learning (indonesian version)   copy

Model KD Keterampilan/ terapan

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok – wakil kelompok diajari guru langkah/ cara mencapai indikator KD- Siswa wakil mengajarkan pada anggota kelompoknya – tiap anggota mencoba menerapkan langkah mencapai indikator KD - siswa didorong membuat simpulan langkah menentukan KD dilakukan untuk guru dan beberapa siswa- siswa mencoba secara kelompok langkah yang dilakukan guru– siswa mencoba individu dengan wacana yang berbeda.

Page 48: Contextual learning (indonesian version)   copy

1. Observasi2. Pembentukan Interpretasi 3. Kontekstualisasi4. Penguasaan kognitif 5. Kolaborasi6. Multi-Interpretasi7. Multi-Manifestasi

Model Konstruksi Informasi (The Information Construction - ICON)

Page 49: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran

KONTEKSTUAL CTL adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

Page 50: Contextual learning (indonesian version)   copy

Contextual Teaching and Learning (Model Pembelajaran Kontekstual)

konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

menjadikan siswa bekerja keras dalam usaha mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang dipelajarinya.

Page 51: Contextual learning (indonesian version)   copy

STRATEGI CL(Berdasarkan Center of Occupational Research and Development)

Mengaitkan Belajar dalam konteks pengalaman sehari-hari

MengalamiBelajar dari pengalaman – melalui explorasi, discovery, dan invention

MengaplikasikanBelajar dengan mengaplikasikan konsep, pengalaman dan kegiatan problem solving

Bekerja samaBelajar dalam konteks saling berbagi, merespon, dan berkomunikasi antar pebelajar.

MentransferBelajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks dan situasi yang baru.

Page 52: Contextual learning (indonesian version)   copy

6 ELEMEN KUNCI CTL(Berdasarkan Laboratorium Pendidikan Wilayah)

Pembelajaran Bermakna Pemahaman, relevansi personal dan penilaian yang dikaitkan oleh pebelajar terhadap isi dari

apa yang dipelajari

Aplikasi Pengetahuan Kemampuan untuk melihat bagaimana materi yang telah dipelajari dapat digunakan untuk

setting dan fungsi yang berbeda di masa mendatang.

Cara Pikir yang lebih Tinggi Pebelajar diharuskan untuk menggunakan pemikiran yang kritis dan kreatif dalam

mengumpulkan data, memahami masalah, atau memecahkan sebuah permasalahan.

Kurikulum Standar-berkaitan Isi dari pengajaran berkaitan dengan variasi dan cakupan standar lokal, regional, nasional dan

industri.

Respon Budaya Pendidik harus mengerti dan menghormati nilai, kepercayaan dan adat istiadat pebelajar.

Penilaian otentik Penggunaan berbagai alat penilaian yang mencerminkan validitas hasil yang diharapkan dari pebelajar.

Page 53: Contextual learning (indonesian version)   copy

Prinsip Penerapan CTL

1. Merencanakan pembelajaran sesuai dg kewajaran perkembangan mental siswa

2. Membentuk kelompok belajar

yang saling bergantung

3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri

4. Mempertimbangkan keragaman siswa 5. Memperhatikan multi intelegensi

siswa6. Menggunakan teknik-teknik bertanya 7. Menerapkan penilaian otentik

Page 54: Contextual learning (indonesian version)   copy

KOMPONEN CTL

Konstruktisme

Menemukan

Inquiry

Pemodelan

Bertanya

Masy belajar

Refleksi

Penilaian otentik

Page 55: Contextual learning (indonesian version)   copy

1 Kembangkan pemikiran bhw siswa akan belajar lebih bermakna dg kerja & temukan sendiri, mengkonstruksi sendiri keterampilan barunya (filosofi)

Page 56: Contextual learning (indonesian version)   copy

2 Laksanakan kegiatan inkuiri untuk capai kompetensi (inkuiri sgb strategi)

Page 57: Contextual learning (indonesian version)   copy

3 Bertanya sebagai alat belajar. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya (keahlian dasar)

Page 58: Contextual learning (indonesian version)   copy

4 Ciptakan masyarakat belajar. Belajar dalam kelompok (penciptaan lingkungan belajar)

Page 59: Contextual learning (indonesian version)   copy

5. Tunjukkan model sebagai contoh pembelajaran (benda, guru, siswa lain, karya inovasi, dll) (sbg acuan pencapaian kompetensi)

Page 60: Contextual learning (indonesian version)   copy

6. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan agar siswa merasa bhw hari ini mereka belajar sesuatu (langkah akhir)

Page 61: Contextual learning (indonesian version)   copy

7 Lakukan penilaian yang sebenarnya dg berbagai sumber dan cara

Page 62: Contextual learning (indonesian version)   copy

Rasakan, raba, Lihat, dengar, Asosiasikan, Rangkaikan

Amati, tuliskan, beri pendapat, hubungkan, kembangkan secara utuh, Penghargaan untuk semua yang berhasil

Amati sekitarmu, rumuskan masalah (kalimat tanya- memertanyakan) - tuliskan apa saja

Baca, petakan, hubungkan/ cari yang belum banyak

Page 63: Contextual learning (indonesian version)   copy

Menemukan (Inquiry) Siklus Inquiry

Observasi (Observation )

Bertanya(Questioning)

Mengajukan dugaan(Hiphotesis)

Pengumpulan Data (Data gathering)

Penyimpulan (Conclusion)

Page 64: Contextual learning (indonesian version)   copy

Amati, Tulis, Asosiasikan, Rangkaikan Baca, baca, baca, catat proposisi, rumuskan

masalah, simpulkan Tema yang berkaitan yang sudah ada/

masalalu, tambahkan, cari sisi lainnya Ungkapan yang sudah ada – membuat yang

berbeda

Page 65: Contextual learning (indonesian version)   copy

Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry)

Merumuskan masalah Mengamati atau melakukan observasi Menganalisis dan menyajikan hasil dalam

tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya

Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain

Page 66: Contextual learning (indonesian version)   copy

Model Tradisional Model Contekstual

PERAN GURU

Pentransmisi Pengetahuan

Fasilitator, koordinator atau pembimbing untuk menemukan, mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan

PERAN SISWA

Penerima pasif pengetahuan dan informasi melalui ceramah atau teks bacaan

Terlibat aktif dalam proses pembelajaran; siswa membangun pengetahuan melalui kegiatan lingkungan kerja aktual

Page 67: Contextual learning (indonesian version)   copy

ALIR PEDAGOGI PENGEMBANGAN KONSEP DALAM CONTEXTUAL LEARNING

Observasi dan Diskusi

Kegiatan yang Berkaitan

Pengenalan konsep

Experimen

Pengembangan Konsep

Aplikasi Konsep.

Masalah / Pertanyaan

Page 68: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kontrak Belajar 081252670462ha Usahakan tepat waktu Minimal 80% hadir Membuat respon (mencari informasi

lanjutan) Toleransi waktu 10 menit Usahakan menyerahkan tugas tepat waktu Penggantian waktu kuliah kesepakatan

dosen dan mahasiswa (ketua tingkat) – harus bisa diikuti semua mahasiswa (Syukri )

Jika tidak masuk cukup sms (dosen)

Page 69: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kami mengingat mereka yang membutuhkan (murid didorong mengingat yang menderita, terluka, anggota tim penyelamat, anggota keluarga/ teman korban

Kami ingin membantu Kami menunjukkan dukungan Kami ingin mengambil hikmah Kami ingin menghargai diversitas Membantu murid merayakan kebahagiaan

bersama

Page 70: Contextual learning (indonesian version)   copy

Metode regulasi diri = memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan (tujuan akademik, sosioemosional)

Tujuan emosional – mengontrol kemarahan, belajar akrap dengan teman sebaya.

Ciri pembelajar regulasi diri (1) memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi dan punya strategi untuk mengatasinya, (3) secara periodik memonitor kemajuan, (4) menyesuaikan strategi berdasarkan hasil monitor, (5) mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dengan adaptasi yang diperlukan

Page 71: Contextual learning (indonesian version)   copy

Strategi peningkatan self eficacy

self eficacy = keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hal positif (motivasi ut menguasai/ mot intrinsik)

Self eficacy penting mempengaruhi prestasi murid. Murid dengan self eficacy tinggi setuju saya mampu menguasai/ mengerjakan, tekun, mau mengerjakan tugas sulit. Self eficacy rendah menghindari banyak tugas belajar (khususnya yang menantang dan sulit)

Page 72: Contextual learning (indonesian version)   copy

Lembaran monitoring waktu studi

Tgl Tugas Wkt mulai

Selesai Konteks studi (dimana, dengan siapa, gangguan yang terjadi

Self eficacy

1 = tidak percaya diri2= cukup percaya diri3 = sangat percaya diri

Page 73: Contextual learning (indonesian version)   copy

Penguatan diri sendiri dengan pengamatan model Penggunaan penguatan tidak selalu

dibutuhkan. Jika murid tidak memproduksi perilaku yang diharapkan, perlu tiga jenis penguat (1) memberi imbalan pada model yang diamati, (2) memberi imbalan pada murid, dan (3) meminta murid membuat pernyataan untuk memperkuat diri sendiri dan self asessment

Page 74: Contextual learning (indonesian version)   copy

Empat proses kognitif untuk motivasi

1. Teori Atribusi = dalam usaha murid untuk memahami kinerja sendiri mereka termotivasi ut menemukan sebab-sebab yang mendasari

Penyebab kesuksesan/ kegagalan = kemampuan, usaha, tingkat kesulitan tugas, keberuntungan, suasana hati, bantuan/rintangan dari orang lain

Tiga dimensi atribusi kausal = lokus (persepsi murid ttg sebab kegagalan/ kesksesan bersifat eksternal/ internal, stabilitas sebab, sejauh mana dapat mengontrol sebab

Page 75: Contextual learning (indonesian version)   copy

2. Motivasi menguasai keahlian (mastery)

Dua tipe murid: orientasi ut menguasai dan orientasi tak berdaya

3. Perencanaan tujuan, perencanaan, dan monitoring diri. Mis: Pembelajaran regulasi diri dg penentuan tujuan, perencanaan, dan monitoring diri untuk mencapai tujuan. menentukan tujuan jangka pendek yang spesifik , menantang, dan realistis (sesuai kemamp optimal). Mendorong cara murid mencapai tujuan scr benar

4. Self eficacy

Page 76: Contextual learning (indonesian version)   copy

Strategi meningkatkan Self eficacy dalam pendekatan Kognitif Sosial1. Ajarkan strategi spesifik (menyusun garis besar,

ringkasan) yang dapat memampuan untuk fokus pada tugas murid

2. Dukungan positif dari guru, orangtua, lingkungan

3. Modelling dari orang dewasa/ sebaya (murid yang selesai mengerjakan menjelaskan kepada teman lain)

4. Self eficacy dan prestasi akan meningkat jika murid menentukan tujuan jangka pendek yang spesifik , menantang, dan realistis (sesuai kemamp optimal)

5. Kombinasikan strategi training dan tujuan.

6. Beri umpan balik pada murid ttg bagaimana strategi beljr berhub dg kinerjanya

Page 77: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pendekatan pemrosesan informasi

Proses mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut (proses memori dan proses berpikir)

Murid secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi dan secara bertahap pula mendapatkan pengetahuan dan keahlian secara kompleks

Page 78: Contextual learning (indonesian version)   copy

PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI KESADARAN DIRI MURID DAPAT

MEMAMPUKAN MEREKA UNTUK BERADAPTASI DAN MENGELOLA STRATEGI DALAM BERPIKIR/ MEMECAHKAN MASALAH

MURID MENGGUNAKAN PENGETAHUAN DAN STRATEGI YANG MEREKA PELAJARI UNTUK MENYESUAIKAN RESPON PADA SITUASI PEMBELAJARAN BARU

Page 79: Contextual learning (indonesian version)   copy

Bagaimana merepresentasikan informasi dalam memori Teori jaringan = informasi pada memori diorganisasikan

dan dihubungkan (pengambilan informasi melibatkan fakta spesifik)

Teori skema = rekonstruksi informasi disesuaikan dengan informasi yang sudah ada di benak siswa (skema = informasi konsep, pengetahuan kejadian yang sudah eksis dalam pikiran seseorang). Skema ini mempengaruhi cara kita menyambil informasi dan memahaminya.

Page 80: Contextual learning (indonesian version)   copy

PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI ENCODING = PROSES MEMASUKKAN INFORMASI

KE DALAM MEMORI (MENYANDIKAN INFORMASI YANG RELEVAN DAN MENGABAIKAN INFORMASI YANG TIDAK RELEVAN)

MEMORI = RETENSI INFORMASI (BAGAIMANA INFORMASI DISIMPAN SETELAH DISANDIKAN/ BAGAIMANA SISWA MENYUSUN MEMORI)

AGAR MEMORI BEKERJA MURID HARUS MENGAMBIL INFORMASI, MENYIMPANNYA, DAN KEMUDIAN MENGAMBILNYA KEMBALI UNTUK

SUATU TUJUAN

Page 81: Contextual learning (indonesian version)   copy

Ada 6 konsep yang berhubungan dengan enkoding yaitu atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam, elaborasi, mengkontruksi citra, dan penataan.

Untuk mengawali proses enkoding murid harus memperhatikan informasi. Atensi adalah mengkonsentrasikan sunber daya mental. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas.Siswa SD butuh bantuan untuk memperhatikan dimensi yang relevan daripada yang menonjol

Page 82: Contextual learning (indonesian version)   copy

Strategi menghasilkan memori yang baik Repetisi = informasi perlu diulang agar

informsi lebih lama berada di memori Mengkontruksi secara bermakna bisa

mengingat lebih lama (pengulangan tidak dapat bekerja baik jika berupa pengulangan tanpa makna)

Pemrosesan yang mendalam bisa menghasilkan memori yang baik.

Page 83: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kapal -- level dangkal memperhatikan huruf

Level menengah memikirkan karakteristik kata (seperti kadal) dan level mendalam informasi diproses secara semantik (memikirkan kapan terakhir naik kapal)

Elaborasi = ekstensivitas pemrosesan informasi Murid perlu menggunakan elaborasi agar memori terbantu. Mencari contoh dan bukan contoh dari kehidupan lingkunagn dan diri sendiri adalah cara terbaik untuk mengelaborasi informasi dari

Page 84: Contextual learning (indonesian version)   copy

Mengkontruksi citra = elaborasi informasi (disimpan sebagai kode verbal atau kode citra). Mengingat kalimat lebih mudah dilupakan daripada membuat gambaran di dalam benak untuk setiap kalimat.

Penataan = jika murid menata informasi ketika menyandikan maka

Chunking = strategi penataan dengan mengelompokkan atau mengepak informasi menjadi unit-unit

Page 85: Contextual learning (indonesian version)   copy

Penyimpanan

Memori sensoris = mempertahankan informasi beberapa detik (bertahan sesaat sehingga siswa informasi sensoris yang penting)

Memori jangka pendek = sekitar 30 detik kecuali jika diulangi atau diproses lebih lanjut

Memori jangka panjang = periode lama dan waktu tak terbatas ( memori deklaratifpengingatan kembali secara sadar – duduk dan merenungkan pengalamannya)

Page 86: Contextual learning (indonesian version)   copy

Memori episodik = kapan, dimana suatu peristiwa terjadi

Memori semantik = pengetahuan umum murid tentang dunia

Bagaimana mempresentasikan memori

Teori jaringan

Teori skema

Page 87: Contextual learning (indonesian version)   copy

Memori Jangka Panjang

Memori SemantikMemori episodik

Deklaratif (Eksplisit) Prosedural (implisit)

Page 88: Contextual learning (indonesian version)   copy

Mengambil informasi kembali

Efek posisi serial = orang lebih mudah mengingat item yang ada di awal dan di akhir dari suatu daftar (lebih mengingat pelajaran jumat daripada rabu) pad minggu berikutnya

Semakin banyak siswa melakukan elaborasi dalam menyandikan informasi semakin baik mereka dalam mengingat informasi (spesifitas penyandian) Asosiasi yang dibentuk dalam penyandian,

cenderung efektif untuk pengambilan kembali) Teori interferensi halangan informasi lain dalam mengambil kembali

(perlu menggunakan regency effect = item yang terakhir yang mudah diingat)

Memori yang memiliki kaitan emosional bertahan

Page 89: Contextual learning (indonesian version)   copy

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN SIKLUS BELAJAR

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan mengeksplorasi berbagai sumber belajar

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

Page 90: Contextual learning (indonesian version)   copy

ELABORASI

memfasilitasi peserta didik untuk mengkaji lebih lanjut informasi yang ditemukan pada tahap eksplorasi

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi

yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok dan menyajikan hasilnya

Page 91: Contextual learning (indonesian version)   copy

KONFIRMASI

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap apa yang dihasilkan siswa melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

Page 92: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran Abad ke -20

Berpusat pada guruInstruksi langsungMenekankan PengetahuanBerorientasi pada IsiBerkaitan dengan Ketrampilan dasarPenekanan pada TeoriAkademikIndividualBerlangsung di Ruang kelasPenilaian sumatifBelajar demi sekolah

Page 93: Contextual learning (indonesian version)   copy

Pembelajaran abad ke-21

Berpusat pada guruPembelajaran langsungMenekankan PengetahuanBerorientasi pada Isi/materiBerkaitan dengan Ketrampilan dasarPenekanan pada TeoriAkademikIndividualBerlangsung di Ruang kelasPenilaian sumatifBelajar demi sekolah

Berpusat pada siswaPembelajaran kolaboratifMenekankan ketrampilanBerorientasi pada prosesBerpikir tingkat tinggiMenekankan PraktikLife SkillsKelompokBerlangsung dalam komunitasPenilaian formatifBelajar demi hidup

A BetterA Better BalanceBalance

Page 94: Contextual learning (indonesian version)   copy

PENDEKATAN Konstruktivisme (Constructivism) Belajar adalah proses pencarian makna. Oleh

karena itu, belajar harus dimulai di seputar persoalan yang maknanya sedang secara aktif dicoba dikonstruksikan oleh siswa.

Makna menuntut pemahaman keseluruhan maupun bagianbagiannya. Dan bagianbagian harus dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh karena itu, proses belajar difokuskan pada pemahaman konsep primer, bukan pada faktafakta yang terpisahpisah.

Page 95: Contextual learning (indonesian version)   copy

Konstruktivisme

Pembelajaran difokuskan pada upaya membuat hubungan antar berbagai fakta dan mendorong terjadinya pemahaman baru pada diri siswa.

Strategi pembelajaran disesuaikan dengan respon siswa dan siswa didorong untuk menganalisis, menginterpretasi dan memprediksi informasi.

Guru banyak mengandalkan open-ended questions dan mendorong terjadinya banyak dialog di antara siswa.

Page 96: Contextual learning (indonesian version)   copy

Konstruktivisme

Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuannya dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak melalui dua cara, yaitu proses asimilasi atau akomodasi.

Page 97: Contextual learning (indonesian version)   copy

Konstruktivisme Piaget ke Vigotsky

Murid mengkonstruksi pengetahuan dengan mentransformasikan, mengorganisasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dengan informasi sebelumnya

Murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi pengetahuan dipengaruhi kultur dimana murid tinggal (bahasa, keyakinan, keahlian/ keterampilan)

Page 98: Contextual learning (indonesian version)   copy

Dukungan guru

Piaget dan vigotsky= guru sebagai fasilitator Piaget : guru seharusnya memberi dukungan

mengeksplorasi dan mengembangkan pemahaman

Vigotsky: guru harus menciptakan banyak kesempatan untuk belajar dengan guru, teman sebaya dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama.

Menekankan pentingnya kultur dalam pembelajaran, situasi sosial/ sekitar

Page 99: Contextual learning (indonesian version)   copy

Mutiara-mutiara Konstruktivisme sosial Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa Pemikiran diletakkan dalam konteks sosial dan fisik

bukan pada pikiran Menciptakan pembelajaran semirip situasi riil Makna kolaboratif penting (pengetahuan dibangun

bersama) guru memantau perspektif, pemikiran, dan perasaan

murid Guru dan murid saling belajar dan mengajar Kurikulum dan isi mencerminkan minat dan kultur

mereka

Page 100: Contextual learning (indonesian version)   copy

Apa yang dapat dilakukan sendiri = perkembangan aktual anak

Apa yang dapat dilakukan hanya dengan pertolongan orang lain = perkembangan potensial

ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT

TUGAS DALAM ZONE INI TIDAK DAPAT DISELESAIKAN SENDIRI OLEH SISWA

Page 101: Contextual learning (indonesian version)   copy

Guru dan teman member konstribusi bersama1. Scaffolding= bantuan jika dibutuhkan/ disesuaikan –

guru/ teman sebaya erkolaboratif membantu siswa belajar (beri dukungan dengan jumlah yang sesuai, jangan lakukan apa yang bisa dilakukan siswa sendiri, monitor dan beri dukungan dan bantuan yang dibutuhkan)

2. Pelatihan Kognitif = pakar memperluas dan mendukung – guru memberi contoh teman lain membantu melaksanakan tugas mendorong murid untuk melakukan secara mandiri (guru memonitor kapan siap diajak ke langkah berikutnya respon tidak ada pemahaman akan diulang/ dirumuskan kembali

Page 102: Contextual learning (indonesian version)   copy

3. Tutoring = pelatihan kognitif antara pakar dengan pemula (siswa yang lebih pandai dengan siswa lain, orang dewasa/ pakar dengan siswa). Tutoring individual efektif dalam kelas heterogen –membantu yang kurang pandai

a. Mentor/ pembantu kelas = cari orang pada komunitas yang punya keahlian – tatap muka satu per satu untuk murid yang kesulitan belajar membaca

Page 103: Contextual learning (indonesian version)   copy

b. Tutor sebaya = lintas usia atau sebaya. Model bermanfaat baik bagi tutor maupun teman yang dibantu

4. Kooperatif (berpasangan/ kelompok) –kerjasama dan ketergantungan kelompok harus ada antarkomunitas sekolah

Penghargaan kelompok, individu dimintai pertanggungjawaban dan diperlukan metode mengevaluasi individu. Motivasi dalam kelompok, memperbesar ketergantungan kelompok,

Page 104: Contextual learning (indonesian version)   copy

Kerjasama kelas, antarkelas, kerjasama sekolah, sekolahorangtua, sekolah lingkungan

Menyusun kelompok –heterogen kemampuan, heterogen etnis, team building,

Memberi peran yang berbeda agar lancar–pendorong, pemuji, penjaga, pelatih, pemimpin pertanyaan, pengecek, penguasa tugas, pencatat/peringkas, pemikir, kapten tenang, monitor bahan (suplier)

Page 105: Contextual learning (indonesian version)   copy

Dalam pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan “seberapa banyak” siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Tugas Guru adalah memfasilitasi dengan:1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan

relevan bagi siswa2. Memberi kesempatan siswa menemukan

dan menerapkan idenya sendiri3. Menyadarkan siswa agar menerapkan

strategi mereka sendiri dalam belajar

Page 106: Contextual learning (indonesian version)   copy

Mengapa Konstruktivisme?

Lebih bermakna Pembelajaran tidak sia-sia Interaksi sosial (social interaction) Membuat masuk akal (sense making) Pengetahuan dikonstruksikan dari

pengalaman Menekankan pada aktivitas hands-on

dan minds-on

Page 107: Contextual learning (indonesian version)   copy

• Mengajukan masalah-masalah yang relevan dengan siswa

• Struktur pembelajaran berkisar pada konsep-konsep utama.

• Mencari dan menilai pemikiran siswa• Menyesuaikan kurikulum dengan pemikiran

dan perkembangan siswa• Menilai proses belajar siswa dalam konteks

pengajaran

PRINSIP-PRINSIP IMPLEMENTASI KONSTRUKTIVISME DI DALAM

KELAS

Page 108: Contextual learning (indonesian version)   copy

1. Siklus pembelajaran Guru mendorong siswa untuk mengajukan

pertanyaan dan hipotesis dari tugas materi. Guru fokus pada pertanyaan siswa dan

membantu mereka membuat hipotesis dan desain eksperimen.

Aplikasi konsep

Tiga Model Desain Konstruktivis

Page 109: Contextual learning (indonesian version)   copy

• Mengembangkan sebuah situasi bagi siswa untuk menjelaskan proses pemilihan pengelompokan materi dan siswa.

• Membangun sebuah jembatan antara apa yang sudah diketahui siswa dan apa yang akan mereka pelajari

• Mengantisipasi pertanyan dengan bertanya dan menjawab tanpa memberikan penjelasan

• Mendorong siswa untuk menunukkan catatan pemikiran mereka dengan saling berbagai sesama siswa.

• Mengumpulkan refleksi siswa tentang apa yang mereka pelajari

2. Pembelajaran Konstruktivis oleh George W. Gagnon Jr., and Michelle Collay

Page 110: Contextual learning (indonesian version)   copy

Problem-based Learning – melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah yang mengintegrasikan kemampuan dan konsep dari berbagai bidang (Moffitt 2001)Cooperative Learning – mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Holubec 2001)Project-based Learning – menekankan pada konsepkonsep utama dan prinsipprinsip disiplin, melibatkan siswa dalam investigasi penyelesaian masalah dan tugastugas lain (Buck Institute for Education 2001)Service Learning – memberikan aplikasi praktis dari pengetahuan dan keterampilan yang baru diperoleh yang dibutuhkan dalam masyarakat melalui projek dan berbagai kegiatan (McPherson 2001)Work-based Learning – tempat kerja, modifikasi serupa tempat kerja, dan kegiatan diintegrasikan dengan isi kelas (Smith 2001)

BEBERAPA STRATEGI untuk MENGIMPLEMENTASIKAN CL