peran dari penanda radang prostat dalam diagnosis penyakit-penyakit prostat (indonesian version)

Upload: dhyan-faradibah

Post on 10-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bedah urologi

TRANSCRIPT

  • 1 | P a g e

    Biokimia klinis

    Peran Dari Penanda Radang Prostat Dalam Diagnosis

    Penyakit-Penyakit Prostat

    Razvan Bardan, Raluca Dumache, Alis Dema, Alin Cumpanas, Viorel Bucuras

    ABSTRAK

    Hiperplasia prostat jinak (BPDH) dan kanker prostat (PCa) merupakan kondisi-kondisi kronik yang bergantung pada regulasi hormonal, dan secara epidemiologi

    berhubungan dengan peradangan prostat. Seperti yang telah diperlihatkan pada kebanyakan studi skala besar, stimulasi sel T pada level infiltrat radang kronik

    prostat akan diikuti oleh proliferasi sel epitel dan stroma. Tujuan dari review ini adalah untuk memperlihatkan level tingkat pengetahuan yang sebenarnya dalam hal respon imun prostat dan inflamasi kronik, serta untuk menganalisis hubungan

    antara inflamasi kronik dan BPD/PCa. Selain itu, review ini juga akan menampilkan penanda-penanda inflamasi prostat yang paling sering terdeteksi

    dalam penelitian, serta perannya dalam menentukan diagnosis serta prognosis dari penyakit-penyakit prostat.

    PENDAHULUAN

    Hiperplasia prostat jinak (BPH) dan kanker prostat (PCa) merupakan

    permasalahan kesehatan yang sering ditemukan secara global, dimana kasus

    tersebut memiliki insidensi yang cukup tinggi pada populasi dengan peningkatan

    jumlah pria lanjut usia. BPH dan Pca merupakan penyakit kronik dengan proses

    evolusi yang cukup lama, ditandai dengan lesi prekursor dini dan progresivitas

    yang lambat [1]. BPH pertama kali akan muncul sebagai hiperplasia mikronoduler

    dari zona sentral dan transisional dari prostat, yang kemudian akan berkembang

    dengan pembesaran noduler makroskopik disertai dengan gejala klinis yang

    muncul hanya pada fase evolusi lambatnya. Prevalensi BPH secara histologi terus

    meningkat dengan bertaham dari sekitar 50% pada pria dengan usia di atas 50

  • 2 | P a g e

    tahun sampai dengan 80% pada pria dengan usia di atas 70 tahun. Sejalan dengan

    hal tersebut, kasus PCa juga berkembang dari lesi fokal prekanker dini yang

    berada pada zona perifer di sisi dorsal dan dorsolateral dari prostat [2].

    Walaupun memiliki perbedaan morfologi, namun kedua penyakit tersebut

    memiliki setidaknya dua gambaran yang sering ditemukan, yaitu (1) sama-sama

    bergantung pada hormon androgen, serta (2) sering dikaitkan dengan proses

    inflamasi kronik, yang dideteksi kebanyakan pada sampel patologis dari pasien

    dengan BPH (setelah dilakukan prostatektomi terbuka atau reseksi prostat

    transurethral), dan dengan PCa (setelah biopsi prostat atau prostatektomi radikal)

    [3]. Pertanyaan logis yang kemudian muncul dari obesrvasi tersebut adalah

    apakah terdapat hubungan antara proses inflamasi kronik dengan kasus BPH

    maupun PCa [4].

    Beberapa studi epidemiologi telah memperlihatkan bahwa inflamasi

    kronik akibat infeksi atau paparan kronik terhadap agen lingkungan yang bersifat

    toksik pada dasarnya berhubungan dengan beberapa bentuk neoplasia termasuk

    kanker hepar, kanker gaster, dan kanker kolorektal [4]. Hubungan ini kemudian

    didukung dengan observasi adanya proliferasi sel tidak terkontrol akibat adanya

    lingkungan mikro lokal yang kaya akan sitokin inflamasi dan faktor pertumbuhan

    yang dilepaskan pada proses inflamasi kronik.

    Tujuan dari review ini adalah untuk memperlihatkan level tingkat

    pengetahuan yang sebenarnya dalam hal respon imun prostat dan inflamasi kronik

    dalam ontogenesis BPH dan PCa. Selain itu, review ini juga akan menampilkan

    penanda-penanda inflamasi yang sering terdeteksi dalam cairan biologis, serta

    perannya dalam menentukan diagnosis serta prognosis penyakit-penyakit prostat.

  • 3 | P a g e

    Fisiopatologi dari peradangan prostat kronik

    Karena adanya paparan kontinyu terhadap antigen eksternal seperti

    mikroba dan virus, maka prostat memiliki sistem pertahanan tersendiri yang akan

    bekerja untuk mempertahankan sterilitas dari traktus urinarius dan reproduksi.

    Bahkan pada titi ini, kita dapat mengentahui bahwa sebenarnya merupakan organ

    yang imunokompeten sama seperti paru-paru dan usus [5].

    Pada prostat normal pria dewasa muda, kita hanya dapat menemukan

    makrofag, limfosit B, dan limfosit T dalam jumlah yang rendah (kebanyakan

    adalah jenis sitotoksik CD8+) pada daerah periglanduler [5,6]. Selain itu, terdapat

    pula agregasi limfoid pada stroma fibromuskuler yang terdiri atas folikel limfosit

    B, yang dikelilingi oleh sel-sel T (terutama jenis CD4+) [7]. Peran dari sel T CD8+

    kemungkinan adalah dalam bentuk penghalang imunologikal yang kemudian akan

    mencegah reaksi autoimun terhadap komponen-komponen sperma atau antigen

    prostatik lain.

    Produk-produk dari sekresi prostat normal pada dasarnya bersifat

    imunogenik karena memiliki aktivitas proteolitik. Destruksi epitel intraglanduler

    yang awalnya dipicu oleh faktor infeksius dikatakan dapat meningkatkan paparan

    dari jaringan konjunktif terhadap produk proteolitik tersebut [5,8]. Diantara semua

    agen yang paling infeksius, terdapat beberapa agen yang perlu mendapatkan

    perhatian khusus yaitu Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Treponema

    pallidum, Trichomonas vaginalis, bakteri gram negatif (terutama Escherichia

    Coli), dan beebrapa virus yang mencakup human papilloma virus, virus herpes

    simpleks, dan sitomegalovirus. Oleh karena itu, sistem imunitas prostat pada

    dasarnya akan mendapatkan paparan baik dari antigen infeksius maupun

    autoantigen.

    Jika terjadi destruksi integritas duktus prostatikus, antigen spesifik prostat

    (PSA) akan dilepaskan dari asinus dan duktus ke ruang interstisial dan kemudian

    ke aliran darah. Sebagai konsekuensinya, akan terjadi peningkatan kuantitas PSA

  • 4 | P a g e

    yang terdeteksi pada aliran darah eprifer pasien dengan prostatitis kronik atau

    sindrom nyeri panggul kronik, BPH, dan kanker prostat [9].

    Sel-sel reaksi inflamasi akan melepaskan beberapa jenis mediator,

    termasuk sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan (termasuk CXCL5 dan CXCL8),

    yang memodulasi respon imunitas lokal maupun sistemik. Selain itu, mediator-

    mediator inflamasi tersebut juga bekerja sebagai stimulator antigen pada sel-sel

    prostat, yang mempengaruhi proses apoptosis dan/atau pertumbuhan sel stroma

    dan epitel prostat [7,10]. Selain itu, sel-sel epitel pada BPH akan melepaskan

    mediator-mediator inflamasi yang akan berkontribusi terhadap reaksi inflamasi itu

    sendiri.

    Inflamasi kronik akan menyebabkan hipoksia lokal, yang kemudian diikuti

    dengan pelepasan spesies oksigen reaktif (ROS), dan oksida nitrat. Stres oksidatif

    akan memicu pelepasan asam arakidonik, yang dikonversi oleh siklooksigenase

    menjadi prostaglandin, dan kemudian berperan dalam regulasi proliferasi sel [11].

    Selain itu, kondisi hipoksia akan memicu pelepasan faktor pertumbuhan endotel

    vaskuler (VEGF), yang akan menstimulasi proses neoangiogenesis dan

    diferensiasi fibroblast yang akan mempromosikan faktor-faktor untuk hiperplasia

    prostat atau neoplasia [12].

    Refluks uriner ke duktus prostatikus dari daerah perifer prostat merupakan

    sumber dari inflamasi kronik, akibat iritasi kimia. Kristalisasi asam urat dari urin

    dapat salah diinterpretasi sebagai sinyal distres dan memicu ekspresi caspase-1-

    activating NALP3 inflammasome, yang merupakan kompleks multiproteik di

    dalam makrofag, yang menginisiasi pelepasan sitokin inflamasi dan akhirnya

    membawa influks dari sel-sel radang tambahan [13].

    Toll-like-receptors (TLRs) yang ditemukan pada sel-sel kelenjar prostat

    akan diaktivasi oleh antigen bakteri dan menginduksi sekresi mediator-mediator

    inflamasi oleh sel-sel prostat BPH [14]. TLR akan terlibat dalam respon imun

    baik respon imun alami maupun respon imun adaptif yang akan mengenali ligan

    patogen yang penting, termasuk elemen bakteri gram negatif [15]. Mekanisme

  • 5 | P a g e

    kerjanya mencakup stimulasi dari jalut protein aktivasi mitogen (MAG) kinase

    [10]. TLR juga dapat meningkatkan perekrutan sel-sel inflamasi, namun juga akan

    mempengaruhi pertumbuhan dari sel-sel prostat [7]. Regulasi penangkapan gen

    TLR pada pasien dengan pembesaran prostat akibat BPH dapat menjadi salah satu

    penghubung antara perkembangan BPH dan respon imunitas kronik pada prostat

    [16].

    Estrogen dikatakan merupakan hormon proinflamatori, yang menginduksi

    produksi interferon gamma pada limfosit, dan menstimulasi akumulasi sel-sel T

    CD4+, dan meningkatkan sekresi interleukin 4 dan transformasi faktor

    pertumbuhan beta [17].

    Obesitas yang umumnya dikaitkan dengan proses inflamasi kronik dan

    level sitokin inflamasi yang tinggi di dalam lairan darah (termasuk leptin, faktor

    nekrosis tumor alfa, protein C reaktif, dan interleukin 6, 8, dan 1), juga dapat

    memberikan efek terhadap pertumbuhan sel-sel prostat [18]. Lebih jauh lagi, diet

    tinggi lemak juga dikatakan berhubungan dengan peningkatan sekresi dan

    aktivitas dari makrofag dan sel-sel mast pada prostat [4]. Sebagai konsekuensinya,

    beberapa studi sekarang mulai menganalisis potensi manfaat dari penurunan berat

    badan (terutama yang menargetkan lemak abdominal) dan diet rendah lemak

    terhadap peningkatan kualitas gejala traktus urinarius bawah yang berkaitan

    dengan BPH atau CP/CPPS [19].

    Semua mekanisme cedera epitel intraprostatik yang telah dijelaskan di atas

    sebenarnya diinisiasi oleh infeksi, dan lebih lanjut dapat menurunkan kapasitas

    pertahanan prostat dan memicu reaksi imunitas yang akhirnya akan memfasilitasi

    proliferasi sel-sel prostat dan inhibisi proses apoptosis (Gambar 1).

  • 6 | P a g e

    Modifikasi patologis yang berhubungan dengan inflamasi prostat kronik

    Amilasea korpora dilaporkan terdapat di sekitar lesi epite l dan infiltrat

    inflamasi fokal, dan dikatakan dapat berkontribusi terhadap proses degeneratif

    yang terjadi di dalam prostat, sehingga menyebabkan BPH atau PCa [20].

    Gambaran penting lainnya adalah adanya atrofi inflamasi proliferatif (PIA)

    yang diperkenalkan oleh De Marzo et al. [21]. PIA terdiri atas lesi- lesi proliferasi

    regeneratif dari epitel kelenjar, yang muncul sebagai atrofi sederhana atau

    hiperplasia post-atrofi, dimana kondisi ini berhubungan dengan infiltrat inflamasi

    yang lebih sering terdeteksi pada daerah perifer prostat. Terdapat dua lapisan sel

    berbeda yang dapat ditemukan sepanjang atrofi stroma dan fibrosis, yaitu sel-sel

    inflamasi pada epitel dan stroma. Lesi- lesi tersebut memungkinkan untuk menjadi

    Gambar 1. Mekanisme reaksi imun lokal dan efeknya terhadap sel-sel prostat

  • 7 | P a g e

    prekursor neoplasia intraepitelial prostat (PIN) atau bahkan untuk adenokarsinoma

    prostat.

    Inisiasi proses neoplastik biasanya terjadi di dalam sejumlah kecil sel dari

    lesi PIA, yang lebih cenderung untuk mengalami cedera genomik akibat stres

    oksidatif dan hipoksia, yang disebabkan oleh penurunan regulasi gen supresor

    tumor [21,22]. Sebagai konfirmasi akan hal tersebut, PIN derajat tinggi (HGPIN)

    kemudian ditemukan di sekitar lesi PIA, dengan transisi morfologi dari PIA

    menjadi PIN yang terdeteksi di dalam duktus prostatikus dan asinus yang sama

    [23]. Selain itu, peningkatan ekspresi penada proliferasi seperti Ki67 juga telah

    terlihat dalam sel-sel sekretori dari lesi- lesi PIA, yang kemudian mengkonfirmasi

    perannya dalam perkembangan sel-sel abnormal [2].

    Tabel 1. Perbandingan antara populasi sel-sel imun prostat normal dengan prostat yang

    mengalami inflamasi kronik

    Sistem imun dari prostat normal Populasi sel infiltrat radang kronik dari

    prostat

    Limfosit T

    - Sel T sitotoksik CD8+ (5 sel/mm

    2)

    - Sel T helper CD4+ (2 sel/mm2)

    70% limfosit T (sampai 195 sel/mm2)

    - 60% Sel T helper CD4+

    - 30% Sel T sitotoksik CD8+

    - 10% sel T CD4-/CD8-

    Limfosit B (limfoid yang beragregasi pada

    stroma fibromuskuler)

    15% limfosit B

    Makrofag 15% makrofag, sel mast

    Hubungan antara inflamasi dan prostatitis kronis

    Patogenesis prostatitis kronis/ sindrom nyeri panggul kronik (CP/CPPS)

    sampai sekarang masih belum diketahui, dan tidak terdapat terapi yang spesifik

    untuk kasus tersebut, walaupun telah dilakukan studi skala besar untuk

    permasalahan tersebut. Studi yang ada memperlihatkan bahwa respon autoimun

  • 8 | P a g e

    dan respon inflamasi memiliki peran yang cukup jelas dalam perkembangan

    kondisi tersebut [24]. Pasien dengan CP/CPS telah trbukti memiliki level IL-1,

    IL-6, TNF-, dan IL-8 yang lebih tinggi pada plasma seminal [25]. Selain itu,

    level IL-1 dan IL-6 ditemukan mengalami peningkatan yang cukup signifikan

    pada pasien dengan CPPS tipe IIIa, dibandingkan dengan pasien dengan CPPS

    tipe IIIb [24,26].

    Hubungan antara inflamasi dan BPH

    Kebanyakan spesimen patologis prostat didapatkan dari pasien dengan

    BPH yang mencakup infiltrat inflamasi, bahkan jika tidak ditemukan adanya

    gejala klinis yang signifikan maupun tanda-tanda infeksi. Infiltrat tersebut

    umumnya mengandung 70% limfosit T, 15% limfosit B, dan 15% makrofag dan

    sel-sel mast [8]. Gambaran paling penting dari populasi sel ini adalah pengauh sel-

    sel T-helper CD4+ yang lebih besar, yang lebih sering dibandingkan pada prostat

    normal (sampai 28 kali lebih tinggi) [8]. Sel-sel tersebut secara langsung akan

    menstimulasi proliferasi epitel dan stroma, dan juga meningkatkan produksi IL-15

    pada sel-sel stroma (Tabel 1). Infiltrasi sel-sel radang yang spesifik untuk BPH

    telah diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu glanduler,

    periglanduler, dan stromal [6].

    Infiltrasi makrofag dipicu oleh penurunan regulasi makrofag yang

    menginhibisi gen sitokin 1 (MIC-1), yang secara umum mengalami penekanan

    pada prostat pasien dengan BPH simptomatis [27].

    Sel-sel epitel pada prostat juga terlibat dalam pengenalan antigen, dan

    pada beberapa kasus memicu reaksi peradangan, yang dimulai sangat dini selama

    periode kehidupan dewasa [5]. Inflamasi kronik memiliki konsekuensi yang

    cukup signifikan terhadap kerusakan jaringan, yang diikuti dengan penyembuhan

    luka yang lambat dan pembentukan jaringan parut, yang merupakan inisiator dari

    nodul yang spesifik untuk BPH.

  • 9 | P a g e

    Peningkatan aktivitas siklo-oksigenase 2 (COX-2) di bawah pengaruh

    oksida nitrat juga ditemukan pada lesi- lesi inflamasi proliferatif prostat, yang

    diikuti dengan pelepasan prostaglandin pro- inflamatori. Selain itu, inhibisi COX-2

    telah terbukti dapat menginduksi aktivitas apoptosis sel prostat, dan menstimulasi

    proses hiperplasia [28].

    Hubungan antara inflamasi dan kanker prostat

    Terdapat banyak faktor- faktor genetik yang terlibat dalam proses

    karsinogenesis dari kanker prostat. Beberapa dari gen tersebut juga diidentifikasi

    dalam jalur metabolik yang berhubungan dengan peradangan. Contohnya, gen

    M1C1 yang merupakan anggota dari faktor pertumbuhan transformasi beta (TGF-

    ), diketahui bertindak sebagai regulator aktivitas makrofag [4]. Selama studi

    Cancer Prostate Sweden (CAPS), terdapat sejumlah besar pasien kanker prostat

    yang dilaporkan memiliki perubahan H6D tidak sinonim dari gen ini. Gen IL1RN

    biasanya berhubungan dengan familian interleukin-1, yang menginhibisi IL1 dan

    IL1 proinflamatori, yang kemudian dimodifikasi pada sejumlah besar pasien

    kanker prostat selama studi CAPS, dan dibandingkan dengan kelompok kontrol

    [29].

    Selain itu, dia gen dengan familial agregasi yang telah terlihat dapat

    meningkatkan kecenderungan lebih tinggi terhadap kanker prostat, dimana hal ini

    juga dihubungkan dengan infeksi dan peradangan. Pertama, RNA-SEL dikatakan

    mengkode sebuah enzim yang memiliki peran dalam kerusakan RNA setelah

    terjadinya infeksi virus, sementara MSR1 yang merupakan gen kedua dikatakan

    mengkode reseptor skavenger makrofag kelas A yang berikatan dengan

    lipopolisakarida bakterial dan lipoprotein serum teroksidasi, yang meregulasi

    respon makrofag terhadap beberapa infeksi bakteri gram negatif [22,30].

    Sel-sel inflamasi akan melepaskan oksidan karsinogenik yang

    berhubungan dengan patogen infeksius, dimana hal ini dapat menginduksi

  • 10 | P a g e

    kerusakan genomik. Destruksi jaringan akan diikuti dengan perkembangan sel

    komensatori, yang memicu pertumbuhan sel-sel tumor [30]. Mekanisme

    pertahanan utama yang bekerja melawan stres oksidatif diwakili dengan dua

    enzim, yaitu dismutase-superoksida dan glutation-S-transferase (GST-P1) [11].

    Sebagai tanda tidak langsung dari pentingnya kedua enzim tersebut, maka metilasi

    gen GST terdeteksi dalam 70% kasus dengan HG-PIN, dan pada 90% kasus

    dengan kanker prostat, dimana hal ini kemudian meningkatkan kecenderungan sel

    untuk mengalami kerusakan genomik, dan menstimulasi proliferasi garis-garis sel

    maligna [31].

    Indusibel sintesis oksida nitrat (iNOS) merupakan faktor aktivasi utama

    dari nitrogen reaktif, dengan peran pada kerusakan serta destruksi sel. iNOS

    memiliki peningkatan ekspresi pada HG-PIN dan kanker prostat, dan juga

    ditemukan oleh imunostaining pada sel-sel BPH epitel [32].

    Makrofag yang berhubungan dengan tumor (TAM) akan memproduksi

    sejumlah interleukin 1 (IL-1) yang cukup signifikan, yang mengkonversi

    modulator reseptor androgen selektif (SARM) dari perannya pada inhibitor

    ekspresi gen terhadap aktivator ekspresi yang ada [33]. Selain itu, TAM

    memproduksi mediator-mediator pro-angioenik, bersama dengan enzim-enzim

    yang menghancurkan matriks ekstraseluler, mencakup beberapa matriks

    metaloprotease (MMP-2, MMP-9), yang juga berkontribusi terhadap invasi tumor

    [34].

    Penemkuan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa jalur genetik

    umum antara PIA, neoplasia intraepitelial prostat derajat tinggi (HGPIN) dan PCa,

    dengan mutasi gen TP53 yang cukup sering [35]. Selain itu, tiga gen supresor

    tumor prostat (NXX3.1, CDKN1B, PTEN), yang diekspresikan dalam jumlah

    yang cukup tinggi pada sel-sel prostat normal, mengalami penurunan regulasi

    pada lesi- lesi PIA< dan juga pada HGPIN dan PCa [4]. Pendapat terbaru

    menyatakan bahwa lesi- lesi PIA yang tidak memiliki mekanisme pertahanan diri

  • 11 | P a g e

    terhadap stres oksidatif kronik akhirnya akan berkembang menjadi HGPIN dan

    fokus mikroskopik tumor [21].

    Tabel 2. Ringkasan jenis interleukin dan keterlibatannya dalam inflamasi prostat

    Interleukin Diproduksi o leh Peran utama Dideteksi pada

    Interleukin 1 - Sel ep itel BPH - Menstimulasi prkembangan

    epitel

    - Meregulasi pertumbuhan sel

    stroma fibroblastik

    Plas ma seminal

    Interleukin 1 - Makrofag - Menstimulasi proliferasi sel

    - Menginhibisi apoptosis

    Serum

    Interleukin 2 - Sel T

    - Sel ep itel BPH

    - Menstimulasi perkembangan

    sel stroma BPH

    Plas ma seminal

    Interleukin 4 - Sel T

    - Sel ep itel BPH

    - Menginhibisi proliferasi sel otot

    polos stroma

    - Menstimulasi proliferasi

    fibroblast

    - Meregulasi proliferasi sel T

    Plas ma seminal

    Serum

    Interleukin 6 - Sel ep itel dan

    stroma BPH

    - Mengontrol perkembangan sel

    epitel parakrin/autokrin

    - Proliferasi tumor

    Plas ma seminal

    Serum

    Interleukin 8 - Sel ep itel dan

    stroma BPH

    - Faktor pertumbuhan untuk sel

    epitel dan stroma prostat

    - Aktivasi dan kemoatraksi

    neutrofil

    Plas ma seminal

    Interleukin 13 - Sel T BPH

    - Sel mast, basofil

    - Menginhibisi produksi sitokin

    inflamatori

    Plas ma seminal

    Interleukin 15 - Sel ep itel

    - Sel stroma

    fibroblastik dan

    otot polos

    - Faktor pertumbuhan untuk sel T

    BPH

    Plas ma seminal

    Interleukin 17 - Sel T teraktivasi - Menstiulasi mobilisasi neutrofil

    - Menstimulasi sel stroma dan

    epitel untuk mensekresi IL-6,

    IL-8

    Interleukin 18 - Makrofag - Mediator imunitas antitumor

    - Menginduksi sekresi interferon

    gamma

    Plas ma seminal

    Interleukin 23 - Menginduksi reaktivitas dari sel

    otot polos BPH

  • 12 | P a g e

    Penanda inflamasi prostat kronik yang terdeteksi dalam cairan biologis

    Dimana kita sebaiknya mencari penanda inflamasi prostat?

    Sampai sekarang, investigasi dari inflamasi prostat hanya mencakup

    spesimen biopsi prostat. Metode ini memiliki kerugian yang cukup besar karena

    bersifat invasif dengan segala risiko dan keterbatasan, walaupun dapat

    memberikan informasi secara langsung dari jaringan yang diharapkan [36].

    Perbaikan signifikan dari metode pendeteksian cairan biologis kemudian memicu

    indentifikasi dan kuantifikasi dari sejumlah penanda inflamasi prostat pada darah

    perifer, urin, dan plasma seminal.

    Interleukin 1

    Interleukin 1 (IL-1) telah diidentifikasi sebagai produk sekresi dari sel-

    sel epitel BPH tua, yang terdeteksi pada konsentrasi plasma seminal tinggi dari

    pasien BPH. Interleukin 1 ini dikatakan dapat menginduksi produksi faktor

    pertumbuhan fibroblast 7 (FGF-7) yang kemudian menstimulasi pertumbuhan

    epitel dan regulasi pertumbuhan sel-sel stroma fibroblastik [37,38].

    Interleukin 1

    Interleukin 1 (IL-1) merupakan sitokin inflamasi yang diproduksi oleh

    makrofag, yang terutama terlibat dalam proliferasi sel dan apoptosis. Terdapat

    level IL-1 yang cukup tinggi ditemukan pada serum pasien dengan PCa yang

    berkembang di bawah terapi deprivasi androgen. Penemuan ini memperlihatkan

    bahwa sitokin merupakan penanda potensial untuk PCa yang bersifat agresif [39].

  • 13 | P a g e

    Interleukin 2

    Interleukin 2 (IL-2) diekspresikan pada BPH terutama dengan sel-sel T,

    namun interleukin 2 ini juga disekresikan oleh sel-sel epitel. Reseptor // IL-2R

    spesifik didapatkan pada permukaan sel-sel T, epitel, dan sel-sel stroma. Peran

    utama dari IL-2 pada prostat adalah untuk menstimulasi perkembangan klonus-

    klonus sel stroma BPH. IL-2 terdeteksi dalam konsentrasi yang cukup signifikan

    pada plasma seminal pasien dengan BPH [40].

    Interleukin 4

    Interleukin 4 (IL-4) diekspresikan pad ajaringan BPH terutama oleh sel-sel

    T, dan sejumlah kecil dari molekul tersebut juga diproduksi oleh sel-sel epitel.

    Reseptor IL-4R telah ditemukan baik pada sel stromal maupun pada sel epitel. IL-

    4 merupakan sitokin yang dapat dideteksi pada plasma seminal, dengan memiliki

    peran ganda yang bergantung pada dosis. IL-4 bekerja dengan menginhibisi

    proliferasi dari perkembangan lambat sel-sel otot polos pada stroma BPH dan

    menstimulasi proliferasi perkembangan cepat fibroblast BPH. Selain itu, IL-4 juga

    memiliki peran yang cukup penting dalam proliferasi sel-sel T pasien dengan BPH

    [8,40].

    Interleukin 6

    Interleukin 6 (IL-6) merupakan sitokin yang terutama bertanggung jawab

    untuk aktivasi sel-sel B, yang diproduksi pada lokasi infeksi akut maupun infeksi

    kronik. IL-6 juga diekspresikan pada stroma serta sel-sel epitel BPH, sementara

    reseptor IL-6 terdeteksi pada sel-sel stroma dan epitel. Peran utama dari

    interleukin 6 ini adalah untuk mengontrol/meregulasi perkembangan sel epitel

    autokrin atau parakrin. Pada PCa terlokalisasi, konsentrasi IL-6 secara signifikan

    mengalami peningkatan (sampai dengan 18 kali lipat), karena IL-6 bekerja

  • 14 | P a g e

    sebagai faktor pertumbuhan untuk sel-sel PCa. Selain itu, reseptor IL-6R telah

    dikorelasikan dengan proliferasi tumor in vivo, yang didapatkan pada pewarnaan

    imunostaining Ki67 [40,41]. Penjelasan yang mungkin untuk kondisi tersebut

    adalah fakta bahwa IL-6 dapatt meningkatkan densitas reseptor androgen dan

    responsivitasnya, mengaktivasi respon androgen dari sel-sel tumor, bahkan ketika

    kadar testosteron adalah sangat rendah, selama terapi deprivasi androgen [42].

    Semua pendapat tersebut membuat IL-6 sebagai kandidat yang cukup baik untuk

    dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai penanda yang berpotensi cukup penting,

    dan ditemukan pada plasma seminal dan sirkulasi sistemik dengan konsentrasi

    yang cukup tinggi.

    Interleukin 8

    Interleukin 8 (IL-8) menarik dan mengaktivasi neutrofil, basofil, dan sel-

    sel T, serta memiliki efek kerja pro-angiogenik. Interleukin 8 (IL-8) diproduksi

    oleh sel-sel storma dan epitel BPH in situ. Selain itu, IL-8 juga dapat diproduksi

    secara in vitro oleh kultur sel-sel epitel prostat. IL-8 merupakan induktor faktor

    pertumbuhan 2 fibroblast (FGF-2) parakrin pada sel-sel stroma, dan merupakan

    faktor pertumbuhan yang sangat penting untuk sel-sel epitel dan stroma prostat

    [24,43-45].

    Studi oleh Penna et al. memperlihatkan bahwa IL-8 (dinilai pada plasma

    seminal) merupakan penanda yang cukup dapat dipercaya untuk kasus sindrom

    nyeri panggul kronik/prostatitis kronik (CP/CPPS), dan untuk kasis hiperplasia

    prostat jinak [24]. Selain itu, level IL-8 dikatakan mengalami peningkatan yang

    cukup signifikan pda pasien dengan CP/CPPS tipe IIIb jika dibandingkan dengan

    kelompok kontrol, namun jauh lebih rendah pada pasien dengan CP/CPPS tipe

    IIIa, sehingga penulis menyimpulkan bahwa jumlah IL-8 pada tipe IIIa didapatkan

    berbeda dengan pada kasus IIIb, serta didapatkan pula proses inflamas i yang

    berlanhsing pada CP/CPPS tipe IIIb. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah

  • 15 | P a g e

    bahwa level IL-8 dikatakan berhubungan dengan skor gejala dan nilai PSA serum,

    dan meningkatkan nilainya sebagai penanda kasus inflamasi prostat [24].

    Pada studi lain yang dilakukan Lotti et al., level IL-8 yang cukup tinggi

    pada plasma seminal dikatakan berhubungan dengan tanda klinis dan tanda

    ultrasonografi inflamasi prostat pada pasien dengan hiperplasia prostat jinak,

    termasuk kalsifikasi intraprostatik, struktur non-homohen dari prostat, dan aliran

    darah arteri yang tinggi [46].

    Pada pasien kanker prostat, kuantitas IL-8 yang lebih tinggi didapatkan

    pad aplasma seminal, dimana molekul tersebut diproduksi oleh sel-sel tumor

    prostat. Selain itu, mRNA IL-8 dapat mengalami peningkatan regulasi sampai

    dengan 5 kali lipat pada sel-sel limfosit darah perifer pasien dengan PCa, sehingga

    memperlihatkan adanya kemungkinan reaksi sistemik terhadap proses maligna

    [24].

    Interleukin 13

    Interleukin 13 (IL-13) diekspresikan pada sel-sel T hiperplasia prostat

    jinak, dan memiliki reseptor IL-13Ra spesifik pada sel-sel stroma dan epitel BPH.

    Peran dari molekul tersebut pada lingkungan prostatik sampai sekarang masih

    belum sepenuhnya dimengerti [8, 47].

    Interleukin 15

    Interleukin 15 (IL-15) memiliki ekspresi yang cukup signifikan pada sel-

    sel epitel, otot polos dan sel-sel stroma fibroblastik dari prosta, dan juga dapat

    dideteksi pada plasma seminal. IL-15 dapat mengalami peningkatan regulasi

    dengan adanya IFN-, dan kerja utamanya adalah sebagai faktor pertumbuhan sel-

  • 16 | P a g e

    sel T memori BPH, dan merupakan sitokin yang paling efektif untuk respon

    imuno- inflamatori sel T di dalam prostat [8, 48].

    Interleukin 17

    Interleukin 17 (IL-17) mengalami pengekspresian yang berlebih pada 79%

    pasien dengan hiperplasia prostat jinak, dan diproduksi oleh sel T Th17

    teraktivasi. IL-17 awalnya dilepaskan selama fase infeksi akut, dan menstimulasi

    mobilisasi neutrofil terhadap lokasi infeksi. Selanjutnya, IL-17 akan menstimulasi

    sel-sel fibroblastik, endotel, dan epitel untuk mensekresikan sitokin-sitokin pro-

    inflamatori, termasuk IL-6 (faktor pertumbuhan autokrin) dan IL-8 (pemicu

    parakrin dari faktor pertumbuhan fibroblast), dimana IL-17 juga menstimulasi

    ekspresi dari siklooksigenase 2 (COX-2) [8].

    Interleukin 18

    Interleukin 18 (IL-18) diproduksi oleh makrofag dan merupakan mediator

    imunitas antitumor yang cukup penting, dan menginduksi sekresi interferon

    gamma [22].

    Interleukin 23

    Sel-sel otot polos BPH telah memperlihatkan adanya reaktivitas

    interleukin (IL-23), sementara ekspresi reseptor IL-23R terdeteksi pada sel-sel

    endotel dan epitel BPH [5].

    Ringkasan mengenai interleukin dengan keterlibatan paling signifikannya

    dalam inflamasi kronik prostat ditampilkan dalam Tabel 2.

  • 17 | P a g e

    Interferon gamma

    Interferon gamma (IFN-) telah terdeteksi dalam konsentrasi tinggi pada

    seminal plasma dan jaringan BPH, bersama dengan IL-4 dan IL-2. Sel-sel stromal

    yang berasal dari BPH akan mengalami proliferasi di bawah stimulasi IL-2, IL-7

    dan IFN-, sementara inhibisi proliferasi sel oleh IL-4 yang bergantung pada dosis

    dikatakan menghilang. Selain itu, IFN- akan menstimulasi proliferasi sel-sel

    epitel turunan dari BPH. Sel T teraktivasi akan berkontribusi terhadap

    pertumbuhan prostati yang mengikuti pelepasan IL-17, IFN-, IL-2, dan IL-4, dan

    secara tidak langsung meningkatkan pelepasan IL-6, IL-8, dan IL-15 [49].

    Faktor pertumbuhan transformasi alfa

    Pada pasien dengan PCa, Faktor pertumbuhan transnformasi alfa (TGF-)

    diproduksi oleh makrofag yang berhubungan dengan tumor prostat dan memiliki

    peran dalam promosi tumor lebih lanjut. Ekspresi berlebihan dari faktor nekrosis

    tumor alfa-enzim pengubah (TACE) yang juga disebut sebagai ADAM-17

    kemudian akan mengalami peningkatan regulasi metaloproteinase 2 dan 9 pada

    sel-sel kanker prostat dengan karakteristik invasi yang cukup tinggi, yang bekerja

    sebagai proteolitik dan melepaskan TGF- dari membran sel ke plasma seminal

    [50].

    Faktor pertumbuhan transformasi beta

    Prostat normal telah terlihat dapat mengekspresikan faktor pertumbuhan

    transformasi beta (TGF-), yang bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan sel stroma

    dan sebagai stimulator sintesis kolagen. Selain itu, TGF- telah dikenali sebagai

    induktor diferensiasi fibroblast menjadi miofibroblast pada prostat [8, 51-53]. Di

    sisi lain, sel-sel tumor pada prostat ternyata bersifat resisten terhadap inhibisi

    pertumbuhan oleh TGF- dan tumor yang lolos dari mekanisme pengontrolan

  • 18 | P a g e

    imunitas. Sejalan dengan penemuan tersebut, beberapa studi telah melaporkan

    bahwa pasien dengan kanker prostat metastatik memiliki level TGF- serum yang

    cukup tinggi [54].

    Faktor pertumbuhan fibroblast 2

    faktor pertumbuhan fibroblast 2 (FGF-2) diproduksi oleh sel-sel T BPH

    dan berhubungan dengan pertumbuhan sel epitel dan stroma BPH [55]. Level

    FGF-2 yang tinggi ditemukan pada plasma seminal pasien PCa namun tidak untuk

    sel-sel tumor, dimana hal tersebut memperlihatkan adanya stimulasi sel-sel PCa

    parakrin oleh sel-sel stroma di sekelilingnya [44].

    Protein C reaktif

    Selama Prostate Cancer Prevention Trial (PCPT)m titer protein C reaktif

    (CRP) serum yang tingngi dikatakan berhubungan dengan peningkatan risiko

    kejadian BPH. Korelasi ini tidak dipengaruhi oleh faktor papau, termasuk indeks

    massa tubuh, rokok, maupun usia. Namun, konsentrasi CRP serum yang tinggi

    tidak memiliki korelasi langsung dengan intensitas gejala traktus urinarius bawah

    (LUTS) pada pasien dengan BPH [56, 57].

    Beberapa studi terbaru telah memperlihatkan bahwa CRP juga memiliki

    peran fungsional pada proses proliferasi tumor, menginhibisi apoptosis dan

    meregulasi pertumbuhan sel serta kemampuan bertahan hidup [58]. Sebagai

    akibatnya, konsentrasi CRP serum yang tinggi dikatakan akan berhubungan

    dengan kemampuan bertahan hidup keseluruhan yang lebih singkat pad apasien

    dengan kanker prostat kastrasi-refraktori, bahkan setelah diberikan kemoterapi

    doketaksel [58].

  • 19 | P a g e

    Reseptor II faktor nekrosis tumor solubel

    Percobaan PCPT juga telah memperlihatkan bahwa konsentrasi reseptor II

    faktor nekrosis tumor solubel (sTNF-RII) serum yang rendah dikatakan

    berhubungan dengan peningkatan risiko BPH yang cukup signifikan. Penemuan

    ini kemungkinan terjadi akibat adanya fakta bahwa reseptor faktor nekrosis tumor

    solubel (yang berasal dari neutrofil, sel B, sel T teraktivasi) memiliki efek

    antiinflamasi dengan menurunkan sensitivitas sel respon imun terhadap faktor

    nekrosis tumor sebagai akibat dari penurunan regulasinya. Studi lebih lanjut

    dibutuhkan untuk menginvestigasi epran sebenarnya dari sTNF-RII dalam proses

    respon inflamasi [57].

    Sekresi kelompok IIA fosfolipase A2 (sPLA2-IIA) merupakan sebuah

    reaktan fase akut yang dapat dideteksi dalam konsentrasi yang cukup tinggi

    selama sepsis, syok septik, pankreatitis akut, atau peritonitis [59]. Laporan terbaru

    memperlihatkan bahwa level sPLA2-IIA serum secara signifikan didapatkan lebih

    tinggi pada pasien PCa. Selain itu, kadar yang cukup tinggi tersebut juga

    berhubungan dengan derajat Gleason yang cukup tinggi. Pada sisi lain, level

    serum yang tinggi juga ditemukan pada pasien dengan BPH, dimana hal ini

    memperlihatkan bahwa sPLA2-IIA adalah merupakan biomarker inflamasi, dan

    bukan merupakan jenis neoplasia [60].

    Protein 1 kemotaktik monosit

    Protein 1 kemotaktik monosit (MCP-1) diproduksi oleh sel-sel stroma

    prostat dan terdeteksi pada sekresi prostat dengan menggunakan pemeriksaan

    enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). MCP-1 didapatkan dengan level

    cukup tinggi pada expressed prostatic secretion yang berhubungan selama satu

    studi dengan volume prostat dan dengan level mRNA dari penanda makrofag CD-

    68 [12, 61].

  • 20 | P a g e

    Malondialdehid serum

    Malondialdehid serum (MDA) juga dikenali sebagai salah satu penanda

    inflamasi. Pada sebuah studi acak, nilai MDA serum dilaporkan meningkat pada

    pasien dengan hiperplasia prostat jinak, dan nilai MDA dikatakan berhubungan

    dengan nilai PSA serum, dimana hal tersebut kemudian membuat MDA menjadi

    biomarker potensial yang cukup menjanjikan [62].

    Ko-stimulator sel-T indusibel (ICOS) dan limfosit T sitotoksik yang berhubungan

    dengan antigen 4 (CTLA4)

    ICOS dan CTLA4 merupakan reseptor sel T permukaan sel yang

    terdeteksi dengan konsentrasi cukup tinggi pada urin, dan dinilai dengan

    menggunakan metode ELISA. Molekul-molekul tersebut memiliki peran yang

    cukup penting dalam interaksi sel, respon imun, dan proliferasi sel yang kemudian

    menjadikan molekul tersebut sebagai biomarker urin yang cukup potensial untuk

    menilai adanya inflamasi pad aprostat [63].

    Molekul adhesi interceluler-1 (ICAM-1) dan ligan CD40 (CD40L)

    Karena aktivasi endotel memainkan peranan yang cukup penting dalam

    proses perkembangan penyakit BPH, maka studi dari Pace et al., kemudian

    memperlihatkan adanya ICAM-1 dan CD40L dengan level yang cukup tinggi

    pada serum pasien dengan hiperplasia prostat jinak simtomatik. Selain itu, CD40

    yang diketahui terlibat dalam proses angiogenesis juga dapat bekerja sebagai

    faktor pertumbuhan sel-sel epitel neoplastik pada PCa, terutama pada kanker

    refraktori hormon, sehingga membuat molekul tersebut menjadi biomarker yang

    cukup menjanjikan untuk menilai progresivitas kanker [64].

  • 21 | P a g e

    Isoprostan 8

    Isoprostatn 8 merupakan penanda stres oksidatif yang diproduksi oleh

    peroksidase urin arakidonik. Isoprostan 8 ditemukan pada sampel urin pria yang

    didiagnosis menderita hiperplasia prostat jinak [65].

    KESIMPULAN

    Karena pengetahuan sebenarnya di lapangan masih sangat bergantung

    pada studi epidemiologi dan penemuan secara tidak langsung, maka peneliti-

    peneliti selanjutnya memiliki misi untuk menginvestiasi mekanisme sebenarnya

    dari interaksi antara peradangan kronik dengan BPH atau PCa. Pengetahuan

    mengenai ketidakseimbangan antara proliferasi sel prostat dan apoptosis, di

    bawah tekanan konstan inflamasi kronik, yang dipicu oleh stimulasi sel T, akan

    memberikan cukup petunjuk untuk mengidentifikasi biomarker spesifik yang

    baru, untuk membantu menegakkan diagnosis akurat sedini mungkin. Pada saat

    ini, interleukin 6, interleukin 8, protein C reaktif, dan faktor pertumbuhan

    transformasi beta adalah merupakan biomarker yang dikatakan paling

    menjanjikan, namun studi dengan skala yang lebih besar masih dibutuhkan untuk

    mengkonfirmasi nilai prognostiknya.