coba

Upload: ningruananta

Post on 10-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mitos

TRANSCRIPT

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN FSIOLOGIS

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIAL BUDAYA YANG DAPAT MEMENGARUHI KEHAMILAN

Oleh :

I Gusti Agung Ayu Cahyaningrum Ananta

(P07124214 017)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN

2015A. Faktor Lingkungan 1. Contoh Lingkungan yang dapat Membahayakan Kehamilan :

Ibu hamil yang terpapar polusi suara tinggi seperti tinggal di dekat bandara, keramaian, kebisingan dan kemacetan jalan raya.Rasionalisasinya :

Polusi suara, atau suara yang terlalu keras dan bising ternyata bisa mengganggu dan memperburuk pertumbuhan bayi. Dampak dari polusi suara tinggi ini perlu diwaspadai pada ibu-ibu usia kehamilan trimester ketiga. Suara terlalu keras yang ditimbulkan oleh kebisingan atau keributan akan sangat mempengaruhi tingkat stres ibu hamil yang juga berakibat pada buruknya indera pendengaran janin. Berikut ini dampak polusi suara pada kehamilan antara lain : a. Kelahiran Prematur.

Ibu hamil yang sering terpapar suara bising berisiko mengalami persalinan prematur cukup besar. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu hamil yang terpapar suara berkekuatan 80 desibel (dB) selama 8 jam meningkatkan resiko persalinan prematur 1,6 kali lebih besar. Studi lain yang dilakukan di Shizouka, Jepang (1997-2008) mengungkap, perempuan hamil yang tinggal atau sering berhadapan dengan keramaian, kebisingan dan kemacetan jalan raya memiliki risiko cukup besar (sekitar 50%).

b. Tingkat Risiko Preeklampsia Suara bising juga bisa meningkatkan tekanan darah dan mampu membuat ibu letih. Hasil suti di Universitas California, polusi udara dapat membahayakan kehamilan karena meningkatkan risiko preeklampsia (sekitar 42%).

c. Berat Badan Bayi Menurun Sebuah penelitian menyebutkan, adanya penurunan berat badan bayi yang lahir dari ibu yang tinggal di dekat bandara dengan tingkat kebisingan lebih dari 60 dB. Pada penelitian lainnya dijumpai penurunan berat badan bayi lahir yang signifikan jika ibu hamil terpapar tingkat kebisingan lebih dari 99 dB dibandingkan dengan yang terpapar kebisingan rendah. d. Gangguan Pertumbuhan Janin dan Efek Teratogenik

Jika ibu hamil sering terpapar suara bising di atas 80 dB, bayi yang dikandungnya bisa mengalami gangguan pertumbuhan atau gagal tumbuh. Bahkan, suara bising juga bias menyebabkan kecacatan lahir pada bayi.

e. Perubahan Tingkah Laku Penelitian pada monyet yang tengah mengandung menunjukkan kenaikan kortisol dan kortikotropin (hormon yang timbul kala seseorang mengalami stress) saat terpapar kebisingan. Dengan demikian efeknya adalah perubahan kebiasaan tingkah laku.

Berdasarkan dampak-dampak yang timbul seperti di atas, lingkungan tempat ibu hamil tinggal ternyata juga mampu memberikan pengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental bayi.

Secara fisiologis bayi telah mampu merasakan bunyi sejak masih dalam kandungan. Janin mulai peka terhadap rangsang bunyi sejak usia kehamilan 28 minggu, pada usia kehamilan 33 minggu respon terhadap bunyi telah lebih terarah, dan pada usia kehamilan 36 minggu janin sudah dapat menunjukkan respon stres terhadap bunyi keras seperti peningkatan denyut jantung dan gelisah. Bayi rentan terhadap kerusakan pendengaran akibat suara bising karena tengkorak bayi masih tipis. Paparan suara bising dalam waktu lama atau suara sangat keras yang tiba-tiba dapat merusak komponen telinga bagian dalam, yang bertanggung jawab untuk pendengaran, seperti sel-sel telinga bagian dalam dan saraf-saraf pendengaran di telinga bagian dalam. Kerusakan pada sel-sel tersebut, meskipun hanya seperempatnya, dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.Meskipun ibu hamil sudah menutup telinganya, namun jika berada di lingkungan dengan polusi suara tinggi, maka janin yang dikandung tetap akan terpapar suara bising. Ibu hamil yang hidup di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali khususnya areal yang dekat dengan bandara, terpapar suara bising sangatlah mudah, apalagi jika ibu hamil aktif seharian berada di luar rumah. 2. Contoh Lingkungan yang Tidak Membahayakan Kehamilan :Ibu hamil yang berada dalam lingkungan keluarga keagamaan dan terpapar lagu-lagu rohani.

Rasionalisasinya : Agama seperti yang sudah diketahui pada dasarnya memberikan tuntunan kepada manusia untuk dapat memperoleh ketenangan dan kematangan jiwa ketika beribadah untuk menyeimbangkan kebutuhan fisik dan jiwa manusia. Pada saat hamil lingkungan seperti itu membawa pengaruh yang positif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh dr. Hermanto Tri Joewono, Sp.OG dari divisi kedoktean feto-maternal Lab/SMF obstetri FK Unair/RSU Dr. Soetomo, Surabaya dalam makalahnya Melalui stimulasi musik, jumlah kematian sel yang terprogram akan berkurang sehingga jumlah sel-sel syaraf saat lahir berjumlah lebih banyak dan potensi kecerdasan menjadi lebih besar.Secara fisiologis stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stress pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga mempengaruhi sirkulasi ke janin. Hambatan semacam itu dapat dihilangkan atau dikurangi bila ibu hamil mendengarkan lagu-lagu yang dapat mengurangi stress. Mendengarkan alunan music yang tenag maka jantung janin akan berdenyut dengan tenang. Secara psikologis seorang ibu hamil yang berada di lingkungan seperti ini merasakan dukungan dari lingkungan keluarga sangat besar terhadap kehamilannya dan ibu hamil dapat merasakan jauh dari rasa stres dan tertekan. Selalu didoakan, aluanan musik rohani, kedamaian dan ketentraman di lingkungan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dan janinya. Doa tidak hanya berisi permintaan kepada Tuhan, namun juga kata-kata yang baik. Oleh sebab itu, hal ini dapat menjadi bagian dari stimulasi yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan otak janin.B. Faktor Sosial Budaya 1. Contoh Faktor Sosial Budaya yang Dapat Membahayakan Kehamilan :

Daerah Jawa Barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.Rasionalisasinya : Faktor sosial budaya tersebut kurang tepat. Asupan makanan bergizi untuk ibu hamil sebaiknya harus tetap diberikan, agar ibu tetap sehat dan bayi lahir dengan selamat. Anggota-anggota tubuh janin pada usia kehamilan sembilan bulan telah lengkap, namun dengan fungsi yang belum sempurna. Secara umum, janin telah berkembang mendekati bentuk bayi yang sempurna dengan kondisi fisik kepala lebih besar daripada tubuh. Walaupun usia kehamilan sudah mendekati persalinan bukan berarti tumbuh kembang bayi dan kondisi ibu hamil tidak membutuhkan asupan makanan. Jika janin sudah memiliki berat cukup normal, maka ibu harus membatasi asupan makannya dan mulai sedikit melakukan diet karena pertumbuhan janin yang dikandung lebih cepat dibanding trimester sebelumnya.Jika kurang dari normal maka beresiko untuk keguguran, anak lahir prematur, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak dan perdarahan setelah persalinan.Pada usia kehamilan ini, sebaiknya aktifitas ibu hamil yang menguras tenaga sebaiknya dihentikan dan perhatian difokuskan ke proses persalinan. Memasuki kehamilan di trimester ketiga seringkali ibu mengalami kesulitan dalam bergerak ataupun bernafas. Hal ini wajar terjadi dikarenakan kondisi fisik ibu yang berubah yang membuat ibu terengah-engah ketika akan bernafas.Tidak saja itu sebagai ibu hamil seringkali merasakan lelah dan lesu. Bahkan beberapa ibu hamil menghindari asupan makanan karena dikhawatirkan akan membuatnya semakin tidak bebas bergerak. Bukan berarti hal tersebut yang menyebabkan ibu hamil harus mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Kehamilan terakhir yaitu trimester ketiga, ibu hamil harus mempersiapkan tenaga yang ekstra untuk persalinan, tentu saja bukan berarti ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan dengan porsi yang banyak akan tetapi mempersiapakan dengan kualitas makanan terbaik.

Makanan dengan porsi banyak belum tentu bermanfaat untuk janin. Dalam melengkapi kebutuhan gizi harian anda dan janin anda tidak perlu harus menyukai semua makanan dan mengkonsumsi makanan dalam porsi yang banyak, melainkan anda memilih makanan yang mengandung kandungan gizi yang terbaik. Dengan demikian pola makan ibu hamil harus disesuaikan dengan berat badan janin yang dikandungnya. 2. Contoh Faktor Sosial Budaya yang Tidak Membahayakan Kehamilan :

Upacara dua bulanan (Mindoni)Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang beda , yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan semacam jenang katul atau bubur dari katul beras, diatas jenang katul ini ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu dikukus. Lalu bubur berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di pring lalu diatasnya dituang sedikit bubur putih.Rasionalisasinya : Upacara dua bulanan yang menggunakan tumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi sebuah lambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester pertama karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan pembuka yang baik. Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal, terlebih bila ada keluhan mual muntah sampai didiagnosis hiperemesis gravidarum, makanan lunak dengan kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual. Upacara ini membawa banyak dampak positif terhadap kehamilan dan juga tidak membahayakan.

DAFTAR PUSTAKABakrie, Dina. 2014. Dampak Polusi Suara pada Kehamilan. (online)http://panduanlengkapuntukibuhamil.blogspot.co.id/2014/08/dampak-polusi-suara-pada-kehamilan.html. Diakses pada 12 September 2015, pukul 14.20WITA

Bakrie, Dina. 2014. Manfaat Lagu untuk Ibu Hamil.(online) http://panduanlengkapuntukibuhamil.blogspot.co.id/2013/12/manfaat-lagu-untuk-ibu-hamil.html Diakses pada 12 September 2015, pukul 16.20WITA

Fauziah. 2012. Mitos Tentang Kehamilan. (online)https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/2729072009_20.pdf. Diakses pada 12 September 2015, pukul 14.30WITA

Gardjito, Murdijati.2015. Upacara Dua Bulanan Pada Ibu Hamil.(online) https://books.google.co.id/books?id=LfAYDksnOnMC&pg=PA62&lpg=PA62&dq=upacara+dua+bulanan+pada+ibu+hamil+penting&source=bl&ots=npGyu18h7D&sig=vZXgLXrI0m2f32yj-HetTkvfxOs&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=upacara%20dua%20bulanan%20pada%20ibu%20hamil%20penting&f=false. Diakses pada 12 September 2015, pukul 15.20WITA Herbal. 2015. Aktivitas atau kegiatan terlarang bagi ibu hamil. (online)http://ramuan-herbal-sehat.blogspot.co.id/2015/03/aktivitas-atau-kegiatan-terlarang-bagi.html. Diakses pada 12 September 2015, pukul 15.58 WITA

1