clinical audit

61
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini masalah-masalah kesehatan semakin komplek, sehingga hal ini berdampak pada tuntutan terhadap kualitas pelayanan kesehatan juga semakin meningkat termasuk didalamnya pelayanan praktik keperawatan. Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian. Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada klien, perlu dilakukan perbaikan dalam berbagai aspek dalam tatanan pelayanan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, maka organisasi kesehatan harus mampu mengembangkan tanggung jawabnya secara berkelanjutan dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap menjunjung tinggi standar pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mutu tertinggi pelayanan klinis dapat tumbuh dan berkembang. untuk meningkatkan pelayanan pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-langkah eksplisit dan pelaksanaan perubahan dalam praktek dengan cara melakukan clinical audit. Audit klinis digunakan untuk mengukur kepatuhan kepada pedoman praktek klinik berbasis bukti praktus, dan merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk mengukur kinerja tim saat ini dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya. Tujuan utama dari audit klinik adalah mengukur seberapa baik standar dilakukan

Upload: chayankku

Post on 13-Apr-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: Clinical Audit

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini masalah-masalah kesehatan semakin komplek, sehingga hal ini

berdampak pada tuntutan terhadap kualitas pelayanan kesehatan juga semakin

meningkat termasuk didalamnya pelayanan praktik keperawatan. Praktik keperawatan

merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang

harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian.

Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada klien, perlu dilakukan perbaikan

dalam berbagai aspek dalam tatanan pelayanan yang ada. Berdasarkan hal tersebut,

maka organisasi kesehatan harus mampu mengembangkan tanggung jawabnya secara

berkelanjutan dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap menjunjung

tinggi standar pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mutu

tertinggi pelayanan klinis dapat tumbuh dan berkembang. untuk meningkatkan pelayanan

pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-langkah eksplisit dan

pelaksanaan perubahan dalam praktek dengan cara melakukan clinical audit.

Audit klinis digunakan untuk mengukur kepatuhan kepada pedoman praktek klinik

berbasis bukti praktus, dan merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk

mengukur kinerja tim saat ini dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya. Tujuan

utama dari audit klinik adalah mengukur seberapa baik standar dilakukan dan

memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja tim pelayanan klinik

I.2 Tujuan Penulisan

I.2.1 Tujuan Umum

Melalui penyusunan makalah ini, dapat memberikan gambaran mengenai

proses penjaminan mutu serta audit pada tatanan perawatan. 

I.2.2 Tujuan Khusus

Page 2: Clinical Audit

Setelah melakukan diskusi kelompok, mahasiswa program pasca sarjana

keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan III akan

dapat :

1. Mengetahui dan memahami tentang Clinical Governance2. Mengetahui dan memahami tentang klinikal audit.

3. Mengetahui dan memahami tentang quality improvement pada tatanan pelayanan

keparawatan.

I.3 Rumusan MasalahBagaimana sietem penjaminan mutu dan klinikal audit pada tatanan pelayanan

kesehatan dan keperawatan?

I.4 Sistematika Penulisan

Penyusunan makalah ini terdiri 4 (empat) Bab yang meliputi : BAB I :

PENDAHULUAN, yang memuat tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan,

sistematika penulisan, dan metode penulisan makalah. BAB II : TINJAUAN TEORITIS

yang memuat tentang clinical governance, clincal audit, quality improvement dan audit

keperawatan

I.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur yang

diambil dari berbagai referensi buku, media massa, dan jurnal – jurnal ilmiah yang

menunjang terhadap topik yang akan dibahas.

BAB IITINJAUAN TEORI

Page 3: Clinical Audit

I. Clinical Governance

Clinical governance adalah sebuah mekanisme (kerangka kerja) yang

memungkinkan organisasi kesehatan mampu mengembangkan tanggung jawabnya

secara berkelanjutan dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap

menjunjung tinggi standar pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang

memungkinkan mutu tertinggi pelayanan klinik dapat tumbuh dan berkembang

(Muninjaya, 2004).

Konsep clinical governance sebagai salah satu upaya penjamin mutu pelayanan

kesehatan diperkenalkan Departemen Kesehatan Inggris (UK National Health

Service/NHS) pada tahun 1997 sebagai strategi baru untuk mencapai "First Class

Service". Tujuannya, untuk menjaga agar pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan

berkualitas, dan dilakukan di lingkungan kerja dengan tingkat profesionalisme tinggi.

Konsep Clinical governance dapat diartikan sebagai sebuah kerangka kerja dari NHS

yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pelayanan secara berkelanjutan,

dan menjaga standar pelayanan yang tinggi dengan mebuat lingkungan di mana

pelayanan klinik akan berkembang. Secara implisit, clinical governance akan

meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya klinik maksimal dan biaya paling efektif

(Donaldson, 1997).

Kerangka kerja NHS merupakan kebijakan berbasis bukti dalam standar global

yang akan meningkatkan pelayanan pasien dengan penekanan khusus pada aspek-

aspek seperti keselamatan, praktek klinik yang aman sesuai dengan standar prosedur

dan penggunaan secara aman dari terapi dan peralatan medis serta penciptaan budaya

keselamatan dalam organisasi kesehatan dan pendidikan (World Health Assembly, 2002).

Page 4: Clinical Audit

Aspek diatas sangat erat kaitannya dengan era globalisasi bidang kesehatan yang

menitikberatkan akan ‘mutu’. Istilah dan definisi ‘mutu’ mempunyai arti/makna dan

perspektif yang berbeda bagi setiap individu tergantung dari sudut pandang masing

masing bidang kesehatan. Donabedian (1980) dengan structure, process dan outcome

memperkenalkan tentang cara penilaian standar, kriteria dan indikator. Selang beberapa

tahun kemudian Maxwell mengembangkan six dimensions of quality. Tehnik Donabedian

dan Maxwell ini lebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya

(akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen quality assurance. Komponen ke tiga

(continuous quality improvement) tidak berkembang, sehingga akibatnya meskipun suatu

organisasi pelayanan kesehatan tersebut telah mendapat akreditasi akan tetapi ‘mutu’nya

tetap tidak bergeming dan tidak meningkat.

Untuk mengimplementasikan kerangka tersebut, NHS menggarisbawahi tiga

aspek penting di di dalam clinical governance, antara lain :

1. Kualitas berstandar nasional, berlaku bagi seluruh organisasi kesehatan (rumah

sakit, puskesmas, praktek pribadi) di dalam memberikan pelayanan. Standar dan

Page 5: Clinical Audit

garis pedomanan (guidelines) yang dipakai berdasarkan dari evidence-based

practice dan disosialisasikan melalui badan pemerintah pada tingkat nasional.

2. Mekanisme untuk menjaga standar pelayanan yang tinggi, seperti memastikan long-

life learning dan regulasi profesi yang sesuai supaya menciptakan sebuah atmosfer

yang kondusif dalam peningkatan pelayanan klinik.

3. Sistem yang efektif untuk memantau implementasi kerangka tersebut, seperti tolak

ukur dari indikator klinik dan penilaian sistem kerja.

Merujuk kepada kerangka clinical governance di atas, setiap organisasi kesehatan harus

mengadakan evaluasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan klinik yang diberikan

kepada pasien. Dalam perspektif ini, evaluasi pertanggungjawaban (accountability)

dianalisis melalui penilaian kerja (clinical perfomance). Ada beberapa pendekatan yang

berbeda di dalam mengevaluasi penilaian kerja, seperti clinical audit, clinical indicators,

verbal autopsy, facility-based review dan confidential enquiries.

II. Audit KlinikAudit klinik dapat didefinisikan sebagai hasil suatu proses yang bertujuan untuk

meningkatkan pelayanan pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-

langkah eksplisit dan pelaksanaan perubahan dalam praktek jika diperlukan ( Dixon,

1996).

Audit klinik dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan kepada pedoman praktek klinik

berbasis bukti praktus, dan merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk

mengukur kinerja tim saat ini dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya.

Tujuan utama dari audit klinik harus betul-betul mengukur seberapa baik standar

dilakukan dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja tim pelayanan klinik

(Middleton, 1996). Audit Klinik memiliki potensi untuk meyakinkan atau meningkatkan

pelayanan pasien secara langsung.

Menurut Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NICE,2002),

Audit klinik merupakan bagian integral dari clinical governance adalah proses

peningkatan kualitas yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan pasien dan hasil

peninjauan secara sistematis melalui perawatan terhadap kriteria eksplisit dan

pelaksanaan perubahan. Aspects of the structure, processes, and outcomes of care are

Page 6: Clinical Audit

selected and systematically evaluated against explicit criteria. Aspek struktur, proses, dan

hasil pelayanan yang dipilih dan sistematis dievaluasi terhadap kriteria eksplisit. Where

indicated, changes are implemented at an individual, team, or service level and further

monitoring is used to improvement in healthcare delivery.Penentuan tempat,

implementasi perubahan pada individu, tim, atau tingkat pelayanan dan pemantauan

digunakan untuk peningkatan pelayanan kesehatan. Basically, clinical audit is as a

guideline what should be done, and if not, something improvement must be made. Pada

dasarnya, audit klinik digunakan sebagai pedoman apa yang harus dilakukan, dan jika

tidak, sesuatu perbaikan harus dilakukan.'Principles for Best Practice in Clinical Audit'

(2002, NICE/CHI)

Clinical audit is an integral part of clinical governance and can be carried out by any

practitioner involved in the treatment of patients. Audit klinik dapat dilakukan oleh setiap

praktisi yang terlibat dalam pelayanan pasien. It is not restricted to the work of doctors.

Hal ini tidak terbatas pada hanya dokter. Clinical audit is principally the measurement of

practice against agreed standards and implementing change to ensure that all patients

receive care to the same standard. Audit klinik terutama pada pengukuran praktek

terhadap standar yang telah disepakati dan menerapkan perubahan untuk memastikan

bahwa semua pasien menerima standar pelayanan yang sama. Recent developments in

clinical audit have been the encouragement of multidisciplinary project work and projects

which follow the path of the patient across the primary and secondary care interface.

The role of the clinical auditor involves the review and compliance verification of quality

systems throughout the clinical development process, from the design of the protocol to

the final clinical study report. Secara umum, auditor klinik melakukan berbagai jenis audit

yang biasanya mencakup: Audit dokumen penting (Files), audit sampel yang dipilih oleh

penyidik (termasuk dokumen penting tertentu), Audit organisasi, laboratorium dan fasilitas

khusus, sistem komputer validasi audit, audit vendor perangkat lunak, audit database

studi laporan audit klinik, dan audit pengajuan peraturan. Quality assurance should not be

confused with quality control (QC). Jaminan kualitas tidak harus bingung dengan kualitas

kontrol (QC). Quality control is the responsibility of the people carrying out the work, such

as the monitor, investigator or data manager. Quality control adalah tanggung jawab

orang-orang yang melaksanakan pekerjaan, seperti monitor, penyidik atau data manager.

SOPs are provided to ensure that QC is built into the process. SOP disediakan untuk

Page 7: Clinical Audit

memastikan bahwa QC dibangun ke dalam proses QA encompasses both QC and audit,

however the audit is a check of whether QC has been performed as required, and that the

outcome of a process is correct, where a sample of documentation/data is checked.yang

baik, namun audit dilakukan adalah untuk pemeriksaan apakah QC telah dilakukan sesuai

kebutuhan, dan apakah hasil dari sebuah proses benar, di mana sampel dokumentasi /

data diperiksa.

Di bidang pelayanan kesehatan, Florence Nightingale meletakkan pondasi mutu

untuk pertama kalinya dengan memperkenalkan penggunaan standar pelayanan yang

berdampak pada penurunan angka kematian di RS secara drastis. Di tahun 1910,

American Medical Association (AMA) membuat laporan permasalahan mutu di rumah

sakit dan pendidikan kedokteran yang kemudian mendorong disusunnya Standar

Pelayanan Minimum di Rumah Sakit untuk pertama kalinya pada tahun 1917, untuk

menilai apakah Rumah Sakit sudah menerapkan standar pelayanan minimum, beberapa

asosiasi profesi kedokteran bergabung untuk membentuk Joint Commission of

Accreditation of Hospitals. Sejak itu berbagai macam upaya peningkatan mutu mulai

dilakukan untuk mencapai standar pelayanan minimal, tidak hanya di Amerika tetapi

meluas ke semua Negara maju dan berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (2007).

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (2007) telah

menerbitkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi Rumah Sakit Umum Daerah agar

dapat memberikan pelayanan yang bermutu, cepat, sesuai standar serta profesional

sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. SPM bersifat sederhana,

konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta

mempunyai batas waktu pencapaian.

Sebelum melakukan audit klinik perlu dpertimbangkan beberapa hal yaitu :

1.Clinical audit is a tool for generating evidence required for individuals and teams of

professionals to demonstrate that their practice and procedures meet standards. Audit

Klinik adalah alat untuk menghasilkan bukti yang diperlukan bagi individu dan tim

profesional untuk menunjukkan bahwa praktek dan prosedur mereka memenuhi

standar.

2. When considering topics to audit it may be helpful to consider the following:Ketika

mempertimbangkan topik untuk mengaudit mungkin akan membantu untuk

mempertimbangkan hal berikut:

Page 8: Clinical Audit

High risk practice Praktek berisiko tinggi

Patients' concerns Kekhawatiran pasien

Cost effectiveness Efektivitas biaya

Trust/Board/Agency Priorities Trust / Badan / Lembaga Prioritas

Local concern Keprihatinan lokal

Commissioning Commissioning

National guidelines Pedoman nasional

New treatments or procedures Pengobatan baru atau prosedur

Pada umumnya rumah sakit di Indonesia mempunyai sumber daya yangg terbatas, maka

rumah sakit tidak dapat mengumpulkan data untuk menilai semua hal yang diinginkan.

Jadi rumah sakit harus memilih proses dan hasil praktek klinik dan manajemen yang

paling penting untuk dinilai dengan mengacu pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien

dan pelayanan. Penilaian sering terfokus pada proses yang berimplikasi risiko tinggi,

diberikan dalam volume besar atau cenderung menimbulkan masalah. Pimpinan rumah

sakit bertanggung jawab menentukan pilihan terakhir dari indikator kunci yang digunakan

dalam kegiatan mutu rumah sakit.

Pemilihan indikator yang terkait dengan area klinik yang penting meliputi :

1. Asesmen pasien

2. Pelayanan laboratorium

3. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging

4. Prosedur bedah

5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya

6. Kesalahan medikasi dan kejadian nyaris cedera

7. Penggunaan anestesi dan sedasi

8. Penggunaan darah dan produk darah

9. Ketersediaan, isi, dan penggunaan rekam medis pasien

10. Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan pelaporan

11. Riset klinik

Paling sedikit lima penilaian terhadap upaya klinik harus dipilih dari indikator yang

ditetapkan.

Page 9: Clinical Audit

Indikator yang dipilih terkait dengan upaya manajemen meliputi :

1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan

pasien

2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan oleh peraturan perundang-

undangan

3. Manajemen risiko

4. Manajemen penggunaan sumber daya

5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga

6. Harapan dan kepuasan staf

7. Demografi pasien dan diagnosis klinik

8. Manajemen keuangan

9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi

keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.

Pada elemen penilaian, pimpinan klinik menetapkan indikator kunci untuk setiap area

klinik yang dipilih paling sedikit 5 dari 11 indikator dengan memperhatikan muatan "ilmu"

(science) dan "bukti" (evidence) untuk mendukung setiap indikator. Penilaian mencakup

struktur, proses dan hasil (outcome), demikian pula cakupan, metodologi dan frekuensi

ditetapkan untuk setiap indikator, kemudian data penilaian klinik dikumpulkan dan

digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas dari peningkatan oleh petugas

dengan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik.

Untuk membuat kesimpulan dan membuat keputusan, data harus dikumpulkan,

dianalisis dan diubah menjadi informasi yang berguna. Melakukan analisis data

melibatkan orang yang paham tentang manajemen informasi, terampil dalam

mengumpulkan data dan mahir menggunakan metoda statistik. Hasil analisis data

dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap proses atau hasil dari yang

diukur dan dapat bertindak atas hasil tersebut. Rumah sakit menetapkan seberapa sering

data dikumpulkan dan dianalisis. Sebagai contoh, data infeksi naskomial dan kejadian

psien jatuh dapat dianalisis setiap bulan.

Page 10: Clinical Audit

Peningkatan mutu dianggap valid jika sesuai data yang dikumpulkan. Penilaian

terpercaya merupakan inti dari semua program peningkatan, untuk memastikan bahwa

data itu benar, bermanfaat , dan validasi data secara internal harus ada.

Tahapan Audit Klinik :

1. Mengidentifikasi topik

Langkah pertama adalah untuk memilih topik yang penting atau signifikan dan

kepentingan mereka yang melakukan audit. Periksa bahwa orang yang terlibat dalam

audit setuju dengan maksud kita, menerapkan perubahan juga sulit jika mereka tidak

setuju. Pastikan bahwa tidak ada orang lain di lingkungan kerja yang melakukan audit

yang sama.

2. Menetapkan kriteria / standar

Page 11: Clinical Audit

Kriteria adalah acuan pelayanan atau aspek latihan yang dapat digunakan untuk

menilai kualitas. Sebuah kriteria audit merupakan pernyataan apa yang telah terjadi.

Untuk contoh: "Catatan medis menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes ditinjau

kembali setiap enam bulan. " Pastikan bahwa kriterianya adalah terukur. Standar

perlu mengikuti langsung dari kriteria. Misalnya, 100 persen dari catatan medis

menunjukkan pasien dengan diabetes ditinjau setiap enam bulan. Standar Audit

dinyatakan sebagai persentase dan mewakili tingkat minimum penerimaan kinerja

untuk kriteria itu. Beberapa kriteria penting yang mereka butuhkan memiliki standar

100 persen. Kalaupun standar 100 persen tidak bisa, pasien atau keadaan biasanya

memiiliki toleransi terhadap kesempurnaan dan standar harus mencerminkan hal itu.

Pencarian literatur harus memberikan gambaran standar lain yang telah berhasil

dicapai.

Kriteria dan standar harus berdasarkan hasil penelitian terbaru berdasarkan riset dan

bukti. Jika bukti tidak tersedia, dapat diterima untuk basis kriteria dan standar pada

konsensus kesepakatan oleh anggota tim. Pada audit klinik jangan terlalu banyak

kriteria karena cenderung membuat hasil audit tidak optimal.

3. Pengumpulan Data

Setelah menetapkan kriteria / standar audit, maka kumpulkan data audit. Data dapat

dikumpulkan dari kuesioner, komputer dan kertas catatan, serta lembar pengumpulan

data. Data elektronik cenderung lebih cepat dan lebih akurat. Namun, perangkat audit

elektronik harus diperiksa secara menyeluruh karena masalah masih bisa muncul.

4. Bandingkan hasilnya dengan kriteria dan standar

Setelah pengumpulan, kemudian menganalisis data. Dalam kebanyakan kasus,

analisis melibatkan perhitungan persentase untuk menentukan apakah standar telah

dicapai. Data Audit juga harus dianalisis untuk mengidentifikasi masalah tertentu.

5. Mengimplementasikan perubahan

Tahap ini adalah siklus audit yang merupakan salah satu yang penting dan sering

yang paling sulit. Setelah menganalisis data, tim audit perlu memutuskan apakah

Page 12: Clinical Audit

perubahan harus dilaksanakan. Apapun perubahan hasil audit, sangat penting bahwa

perubahan tersebut di sosialisasikan terlebih dahulu sebelum digunakan.. Rencana

rinci kegiatan harus dibuat oleh siapa, kapan, apa dan bagaimana perubahan harus

dilaksanakan. Semua anggota tim harus diberitahu tentang usulan perubahan dan

seseorang harus mengambil peran sebagai pemimpn dalam mengawasi bahwa

perubahan terjadi.

6. Re-audit

Tahap akhir dari siklus Audit adalah untuk melakukan audit ulang dan untuk

memastikan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan dalam menanggapi audit

pertama telah efektif.

III. Quality Improvement

Quality improvement (QI) merupakan fenomena baru. Kemajuan zaman yang

mendukung perkembangan pengetahuan dan keterampilan memungkinkan klien untuk

memilih pelayanan kesehatan yang memenuhi standar kualitas yang lebih tinggi daripada

biasanya. Konsumen mengakui bahwa kualitas merupakan atribut penting dalam produk

dan layanan. Pemberi pelayanan menyadari bahwa kualitas dapat menjadi pembeda

penting antara mereka sendiri dan para pesaing ( diferensiasi kualitas juga disebut

kesenjangan kualitas ). Dalam dua dekade terakhir ini kesenjangan kualitas telah sangat

berkurang antara produk dan jasa yang kompetitif.

Sebuah program QI melibatkan kegiatan sistematis yang diatur dan dilaksanakan

oleh suatu organisasi untuk memantau, menilai, dan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan. Kegiatan yang siklis menyebabkan organisasi terus mencari tingkat kinerja

yang lebih tinggi untuk mengoptimalkan pelayanan untuk pasien yang dilayaninya, dan

berjuang untuk perbaikan secara terus-menerus. Sebuah program QI biasanya meliputi

seluruh kegiatan QI dalam sebuah organisasi. Inisiatif QI klinik terkait dengan kegiatan

untuk meningkatkan operasional organisasi dan keuangan. Sebuah program QI di sebuah

organisasi pelayanan kesehatan sering dimulai dengan kepemimpinan yang

mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

a.  Mengapa program QI penting untuk sebuah organisasi ?

Page 13: Clinical Audit

b. Apa perlu suatu organisasi tahu cara mengembangkan program QI ?

c. Bagaimana sebuah organisasi mulai melakukan pengembangan dari program QI ?

d. Bagaimana proses QI bekerja untuk mendukung keberhasilan program?

Program QI penting untuk Organisasi Kesehatan, karena bermanfaat untuk

mendapatkan hasil yang baik untuk kesehatan pasien, dengan meningkatkan proses dan

hasil yang relevan dengan kebutuhan kesehatan menjadi prioritas utama. Informasi

tambahan, termasuk alat-alat dan sumber daya untuk membantu organisasi dengan

meningkatkan proses dan hasil dapat ditemukan dalam mendesain ulang sistem

perawatan untuk mempromosikan QI. Ketika sebuah organisasi mengimplementasikan

program QI yang efektif, hasilnya bisa menjadi keseimbangan kualitas, efisiensi, dan

profitabilitas dalam pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja pelayanan kesehatan ditentukan oleh efisiensi organisasi dan hasil

perawatan , dan tingkat kepuasan pasien. Kualitas secara langsung terkait dengan

pendekatan pelayanan organisasi atau sistem yang mendasari perawatan. Untuk

mencapai tingkat yang berbeda dari kinerja ( yaitu , hasil ) dan meningkatkan kualitas,

sistem organisasi saat ini perlu berubah. Sementara setiap program QI mungkin tampak

berbeda, program yang sukses selalu menggabungkan empat prinsip kunci berikut:

1. QI Bekerja sebagai Sistem dan Proses

Untuk melakukan perbaikan , organisasi perlu memahami sistem pengiriman

sendiri dan proses kunci . Konsep di balik pendekatan QI dalam toolkit ini mengakui

bahwa kedua sumber daya ( input ) dan kegiatan yang dilakukan ( proses ) yang

ditangani bersama-sama untuk memastikan atau meningkatkan kualitas pelayanan

( output / outcome). Sebuah sistem pelayanan kesehatan dapat kecil dan sederhana,

seperti sebuah klinik imunisasi atau besar dan kompleks, seperti sebuah organisasi

perawatan besar. Kegiatan atau proses dalam sebuah organisasi perawatan kesehatan

mengandung dua komponen utama yaitu :

Page 14: Clinical Audit

a) Apa yang dilakukan (apa perawatan disediakan )

b) Bagaimana hal itu dilakukan ( kapan, di mana , dan oleh siapa perawatan

disampaikan ).

Peningkatan dapat dicapai dengan mengatasi salah satu komponen, namun dampak

terbesar untuk QI adalah ketika kedua point diatas ditujukan pada waktu yang sama.

Proses pemetaan adalah alat yang umum digunakan oleh organisasi untuk lebih

memahami proses pelayanan kesehatan dalam sistem praktiknya. Sebuah peta proses

menyediakan diagram visual dari suatu urutan peristiwa yang menyebabkan hasil

tertentu. Dengan meninjau langkah-langkah dan urutan siapa yang melakukan setiap

langkah , dan seberapa efisien proses bekerja, organisasi seringkali dapat

memvisualisasikan peluang untuk perbaikan . Alat proses pemetaan juga dapat

digunakan untuk mengevaluasi atau mendesain ulang suatu proses saat ini. Informasi

tambahan , termasuk alat-alat dan sumber daya untuk membantu organisasi yang

ingin mengadopsi proses pemetaan sebagai strategi peningkatan, dapat ditemukan

dalam Mendesain ulang Sistem Perawatan untuk Mempromosikan modul QI.

Langkah-langkah khusus yang diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan

yang optimal. Ketika langkah-langkah ini terikat dengan pedoman klinik yang

bersangkutan, maka hasil yang optimal tercapai. QI berusaha agar organisasi

mencapai jalur kritis yang ideal, yang merupakan salah satu yang memungkinkan tim

perawatan dan pasien untuk berinteraksi secara produktif dan efisien untuk mencapai

hasil kesehatan yang optimal.

2. Fokus pada Pasien

Ukuran penting kualitas adalah sejauh mana kebutuhan pasien dan harapannya

terpenuhi . Layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pasien

dan masyarakat mereka termasuk :

a. Sistem yang mempengaruhi akses pasien

b. Penyediaan pelayanan yang berbasis bukti

c. Keselamatan pasien

d. Dukungan untuk keterlibatan pasien

Page 15: Clinical Audit

e. Koordinasi perawatan dengan bagian lain dari sistem perawatan kesehatan yang

lebih besar

f. Kompetensi budaya, termasuk menilai melek kesehatan pasien, komunikasi

berpusat pada pasien , dan perawatan yang sesuai bahasa

3. Fokus pada Menjadi Bagian dari Tim

QI adalah proses tim . Dalam situasi yang tepat, tim memanfaatkan pengetahuan,

keterampilan , pengalaman, dan perspektif individu yang berbeda dalam tim untuk

melakukan perbaikan secara terus menerus. Pendekatan tim paling efektif bila :

a. Proses atau sistem yang kompleks

b. Tidak ada satu orang dalam suatu organisasi tahu semua dimensi dari suatu

masalah

c. Proses ini melibatkan lebih dari satu disiplin atau area kerja

d. Solusi membutuhkan kreativitas

e. Komitmen staf

Dengan kata lain, hampir semua QI melibatkan proses tim. Apakah organisasi

berusaha untuk meningkatkan waktu tunggu pasien, layanan telepon, perawatan

diabetes, atau tujuan lainnya yang dianggap penting, upaya tim membantu organisasi

untuk mencapai perbaikan yang signifikan dan terus menerus. Tanggung jawab setiap

individu untuk menjadi anggota yang aktif dalam tim. Setiap orang dalam tim

membawa perspektif yang unik pada proses, yaitu bagaimana segala sesuatu bekerja,

apa yang terjadi jika ada perubahan, dan bagaimana mempertahankan perbaikan

selama melakukan pekerjaan sehari-hari. Kontribusi yang dibuat dari masing-masing

keahlian individu dan sintesis ide tim, termasuk juga alat-alat dan sumber daya untuk

membantu organisasi dalam mengembangkan dan mendukung tim QI dalam

organisasi.

QI adalah infrastruktur yang efektif, sepert kepemimpinan, kebijakan dan prosedur

untuk mengatur dan memfasilitasi kerja tim . Dukungan infrastruktur tim dengan alat,

sumber daya, harapan yang jelas, dan forum komunikasi.

4. Fokus pada Penggunaan Data

Page 16: Clinical Audit

Data adalah fondasi dari QI, hal ini digunakan untuk menggambarkan seberapa

baik sistem saat bekerja , apa yang terjadi ketika perubahan diterapkan, dan

mendokumentasikan kinerja yang sukses dengan cara :

a. Memisahkan apa yang dianggap terjadi dari apa yang sebenarnya terjadi

b. Menetapkan dasar ( Dimulai dengan skor rendah )

c. Mengurangi penempatan solusi efektif

d. Memungkinkan pemantauan perubahan prosedur untuk memastikan bahwa

perbaikan yang berkelanjutan

e. Menunjukkan apakah perubahan mengarah pada peningkatan

f. Memungkinkan perbandingan kinerja

Metode yang membantu dalam peningkatan qulity improvement adalah dengan

metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif melibatkan penggunaan angka dan

frekuensi yang menghasilkan data yang terukur. Jenis informasi mudah untuk

menganalisa statistik dan akrab bagi profesional perawatan ilmu pengetahuan dan

kesehatan. Contoh dalam pengaturan pelayanan kesehatan meliputi :

1. Menemukan rata-rata nilai laboratorium khusus

2. Menghitung frekuensi akses yang tepat untuk perawatan

3. Menghitung persentase pasien yang menerima pemeriksaan kesehatan yang sesuai

Metode kualitatif mengumpulkan data dengan karakteristik deskriptif, daripada nilai-

nilai numerik yang menarik kesimpulan statistik. Data kualitatif diobservasi tetapi tidak

terukur, dan memberikan informasi penting tentang pola, hubungan antara sistem, dan

sering digunakan untuk memberikan konteks untuk perbaikan yang diperlukan. Strategi

umum untuk mengumpulkan data kualitatif dalam pengaturan perawatan kesehatan

adalah:

1. Pasien dan staf survei kepuasan

2. Diskusi kelompok

3. Pengamatan independen

Sebuah organisasi kesehatan telah memiliki data yang cukup dari berbagai sumber,

seperti catatan klinik, sistem praktek manajemen, survei kepuasan, evaluasi eksternal

kesehatan penduduk, dan lain-lain. Berfokus pada data yang ada dengan cara disiplin

Page 17: Clinical Audit

dan metode memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi sistem saat ini,

mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan memantau peningkatan kinerja dari waktu

ke waktu.

Ketika sebuah organisasi ingin mempersempit fokus pada data khusus untuk

program QI nya, salah satu strategi adalah mengadopsi ukuran standar kinerja. Ukuran

kinerja mencakup persyaratan tertentu yang mendefinisikan data apa yang diperlukan

untuk setiap ukuran, mereka menargetkan data yang akan dikumpulkan dan dipantau dari

data lain yang tersedia untuk sebuah organisasi. Mengukur kualitas klinik diidentifikasi

dalam instrumen ukuran standar suatu organisasi. Instrumen dirancang untuk mengukur

proses perawatan yang umum untuk penyedia jaring pengaman dan relevan dengan

populasi yang dilayani, alat-alat dan sumber daya untuk membantu sebuah organisasi.

IV. Audit Keperawatan Audit keperawatan merupakan komponen penting dari audit klinik. Peningkatan

kesadaran masyarakat tentang hak-hak keselamatan mereka dan tingginya biaya

perawatan mengharuskan bahwa perawat harus menjadi lebih bertanggung jawab

pelayanan yang mereka berikan. Oleh karena itu proses keperawatan menjadi dokumen

hukum di banyak negara.

Menurut Elison, audit keperawatan secara khusus merujuk pada pengkajian

kualitas keperawatan klinik yang merupakan upaya evaluasi secara profesional terhadap

mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan menggunakan

rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan. Audit keperawatan

internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat praktik keperawatan,

audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar institusi.

Gillies(1994) Audit Keperawatan Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang

proses keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi

kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan akan bertanggung jawab hal ini akan

meningkatkan akuntabilitas dari perawat.

Pelayanan kesehatan sekarang menggunakan audit yang merupakan bagian

integral dari quality improvement sebaga strategi dan proses akreditasi ( UNSW, 2009).

Manajemen kualitas perawatan klinik adalah alat penting yang efektif dan efisien dari jenis

pelayanan kesehatan ( Drennan et al 2009), dan berkontribusi terhadap kerangka kerja

Page 18: Clinical Audit

untuk clinical governance dan pengembangan berkelanjutan dari peran perawat. Hal ini

penting, karena itu kinerja perawat akan dievaluasi kualitas pelayanan dan keselamatan

pasien terhadap indikator yang relevan dengan layanan klinik. Hasil audit merupakan alat

penting untuk memberikan pengukuran dan umpan balik atas proses dan hasil dari

praktek klinik ( Gardner, Gardner & O'Connell, 2010).

Tujuh fungsi keperawatan profesional yang digunakan sebagai kerangka kerja

untuk audit. Fungsi-fungsi ini:

(1) Asuhan keperawatan terhadap pasien.

(2) Keperawatan yang diberikan oleh para profesional lainnya.

(3) Observasi tanda-tanda, gejala dan reaksi.

(4) Penerapan dan pelaksanaan prosedur tindakan dan teknik keperawatan.

(5) Promosi kesehatan fisik dan psikososial.

(6) Pelaporan dan rekaman.

(7) Penerapan dan pelaksanaan perintah dokter secara hukum.

    Pelaksana Audit  keperawatan dapat dilakukan oleh audit eksternal yaitu dilakukan

lembaga luar dan internal yaitu dapat dilakukan oleh staf lembaga kesehatan itu sendiri.

Pelaksana audit internal yaitu : (Golter Walfer, 2005)

Komite Audit

Sebuah komite Audit keperawatan yang bertanggung jawab untuk menetapkan kriteria

dalam menilai jenis asuhan keperawatan yang akan dipilih. Komite ini terdiri dari

perwakilan dari masing-masing divisi keperawatan klinik. Semua anggota komite harus

memiliki berpengalaman dan langsung bekerja dalam kegiatan asuhan keperawatan.

Seorang staf perawat yang berkompeten atau spesialis klinik akan lebih cocok sebagai

anggota komite.. Perumusan komite audit keperawatan terdiri dari Perawat Senior dan

tiga sampai empat anggota ( Kepala Perawat Ruangan ). Komite harus bertemu sebulan

sekali untuk mengobservasi catatan audit pasien selama waktu itu. Ketua akan

menetapkan jumlah kriteria pada setiap anggota yang akan mengaudit. Anggota harus

jujur dan tidak memihak dalam penilaian mereka . Sebuah catatan rahasia harus dikirim

Page 19: Clinical Audit

jika sesuatu yang luar biasa terjadi, dan review audit yang dilakukan oleh anggota komite,

disusun dan diserahkan ke pihak berwenang.

Penggunaan Jasa Audit Keperawatan ini membantu dalam memodifikasi rencana

keperawatan dan proses keperawatan yang tepat; melaksanakan program untuk

meningkatkan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan melalui kebijakan yang baik;

memfokuskan perhatian, mengidentifikasi kelemahan, ronde keperawatan dan konferensi

panjang, serta merancang orientasi masa depan yang bertanggung jawab dan

merencanakan program pendidikan berkelanjutan.

Untuk Administrator Keperawatan : Memberikan evaluasi program tertentu, seperti

orientasi personil atau pembentukan program pengajaran pasien, dukungan untuk

membiayai program tertentu, yang menjadi dasar untuk perencanaan program baru,

identifikasi area kekuatan dan kelemahan di berbagai pengaturan ruangan, serta

menentukan pengaruh pola staf yang bervariasi .

Untuk Pengawas dan Kepala Perawat : Mengidentifikasi daerah yang memerlukan

perbaikan keperawatan pasien, memberikan dasar untuk program pendidikan dan latihan,

dan mengidentifikasi kebutuhan anggota staf yang memberikan perawatan langsung

kepada pasien.

Untuk Staf Perawat : melakukan pemeriksaan diri terhadap asuhan keperawatan

diwilayahnya, mengidentifikasi jenis keperawatan tertentu di mana mutu dapat

ditingkatkan hanya dengan meningkatkan perhatian.

Studi Penelitian di Area yang relevan : Audit dalam organisasi keperawatan kesehatan

dimana manajer menerapkan proses kontrol untuk menentukan kualitas pelayanan yang

diberikan. Thomas (2005 ) menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh dari audit

mengidentifikasi kebutuhan pendidikan, manajemen risiko dan kemungkinan adanya

keluhan dari pasien.

Kerangka penilaian Kualitas

Donabedian dalam Kerangka Penilaian Kualitas ( 1997), 'struktur', 'proses' dan 'hasil'

adalah alat yang tepat untuk meninjau pelayanan kesehatan layanan :

a. Struktur. Evaluasi struktur meliputi identifikasi kecukupan fasilitas,

peralatan dan akses ke pemeriksaan diagnostik, teknologi informasi ( TI ), sumber daya

Page 20: Clinical Audit

perawat, karakteristik dukungan, pelatihan dan pembangunan, dan tingkat integrasi peran

perawat dalam organisasi layanan.

Alat pengumpulan data meliputi: survei wawancara perawat dan pemangku kepentingan.

b. Proses Audit pada proses perawatan termasuk hasil pengukuran pelayanan yang

dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan ( seperti waktu menunggu, layanan indikator

kinerja utama, perawat menggunakan sumber daya (seperti sebagai tes diagnostik,

resep, arahan ), kompetensi teknis dan lingkup praktik keperawatan, ketersediaan dan

penggunaan pedoman berbasis bukti khusus untuk kelompok pasien dan didefinisikan

sebagai lingkup praktek klinik perawat.

Alat pengumpulan data meliputi :

• review grafik pasien

• wawancara dan survei terhadap perawat dan pemangku kepentingan

• relevan antara kinerja pelayanan utama dengan indikator.

c. Hasil Audit terhadap hasil pelayanan keperawatan termasuk jumlah pasien / klien

dalam mengakses pelayanan asuhan keperawatan dalam periode tertentu ( pengukuran

akan relevan dengan model praktik perawat ); evaluasi kemajuan / perbaikan /

penyembuhan kondisi dan/atau gejala; evaluasi sikap dan kepuasan pasien, peningkatan

pengetahuan pasien dan kompetensi perawatan diri, serta pencatatan efek samping .

Pengumpulan data meliputi :

Data pasien

Perawat berbasis fasilitas

Kasus peer review dari sampel pasien

Review grafik

wawancara pasien.

d. Evaluasi Hasil Audit

• Keperawatan dan pimpinan membangun kerangka kerja atas penelaahan dan

evaluasi, dan melakukan perbaikan secara terus-menerus, keamanan dan kualitas

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat.

• Sifat dan kinerja praktik masing-masing perawat, di mana perawat bekerja dan kualitas

hasil pelayanan klinik ditinjau oleh tim interdisipliner setidaknya setiap 12 bulan.

• Peralatan yang selalu divalidasi harus digunakan untuk mendukung praktek ini -

Australia Studi Praktik Perawat (AUSPRAC), 2009.

Page 21: Clinical Audit

.Kegiatan audit keperawatan dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien

digerakkan oleh data. Penggunaan data secara efektif dapat dilaksanakan dalam konteks

lebih luas dengan praktek klinik berbasis bukti maupun praktek manajemen berbasis

bukti.

3. Penggunaan Rekam Medis untuk Peningkatan Mutu

Dalam audit medis, umumnya sumber data yang digunakan adalah rekam medis

pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap. Rekam medis adalah sumber data yang

paling baik di rumah sakit, meskipun banyak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan

rekam medis umumnya adalah :

a. Seringnya pengisian rekam medis yang tak lengkap

b. Tidak tercantumnya persepsi pasien

c. Tidak berisi penatalaksanaan "pelengkap" seperti penjelasan dokter dan perawat.

Tujuan Audit Keperawatan adalah untuk menilai asuhan keperawatan yang diberikan,

pencapaian mutu asuhan keperawatan sesuai standar dan mendorong pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan lebih baik serta ikut berkontribusi dalam penelitian

keperawatan.

Dampak yang diharapkan pada pelaksanaan Audit Keperawatan :

a. Peningkatan mutu dan efektifitas asuhan keperawatan

b. Dampak terhadap perilaku para profesional

c. Tanggung jawab manajemen keperawatan terhadap hasil audit

d. Akuntabilitas

e. Prospek karir dan moral

f. Jenis pelatihan yang diperlukan

Persiapan Audit :

a. Bentuk komite (auditor)

b. Tetapkan indikator dan outcome

Page 22: Clinical Audit

c. Siapkan tool audit : instrumen penilaian, instrumen laporan temuan audit, jadwal audit,

publikasi rencana audit.

Contoh Indikator terkait rekam keperawatan

INDIKATOR TARGET OUTCOME

Respon time kelengkapan pengkajian awal keperawatan

90 % Dalam 24 jam pasien masuk RWI pengkajian awal sudah dilengkapi

Ketepatan pelaksanaan rencana keperawatan

90 % Diagnosa keperawatan awal masuk relvan dengan masalah yang ditemukan pada pengkajian awal

Kepatuhan staf terhadap pelaksanaan prosdur-prosedur keperawatan

100 % Tidak ada angka kejadian kelalaian

Medicator error sesuai bencmark

Angka ILI, ILO, kejadian decubitus, dsb.

Kepatuhan pengkajian nyeri dan penilaian efektifitas pemberian intervensi

80 % Penanganan nyeri adekuat, skala nyeri <2

Contoh Instrumen Studi DokumentasiPenerapan Standar Asuhan Keperawatan

Petunjuk : Beri tanda "V" bila kegiatan dilakukan Beri Tanda "O" bila kegiatan tidak dilakukan

Periode : ...........................s/d............................( dua bulan )

No Aspek yang dinilai Kode Berkas Rekam Medis Pasien Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A.

1.

Pengkajian

Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.

Page 23: Clinical Audit

2.

3.

4.

Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)

Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan

SUB TOTAL

TOTAL

PROSENTASE

B.

1.

2.

3.

Diagnosa

Dx. Keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

Dx. Keperawatan mencerminkan PE/PES.

Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial

SUB TOTAL

TOTAL

PROSENTASE

C.

1.

2.

Perencanaan

Berdasarkan Dx. Keperawatan

Disusun menurut urutan prioritas

Page 24: Clinical Audit

3.

4.

5.

6.

Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu

Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas.

Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.

Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain

SUB TOTAL

TOTAL

PROSENTASE

d.

1.

2.

3.

4.

Tindakan

Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas

SUB TOTAL

TOTAL

Page 25: Clinical Audit

PROSENTASE

E.

1.

2.

Evaluasi

Evaluasi mengacu pada tujuan

Hasil evaluasi dicatat

SUB TOTAL

TOTAL

PROSENTASE

F.

1.

2.

3.

4.

5.

Catatan Askep

Menulis format yang baku

Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan

Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang bak dan benar

Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannnya tindakan.

Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

SUB TOTAL

TOTAL

PROSENTASE

Page 26: Clinical Audit

4. Tracer Methodology

Adalah suatu metode evaluasi efektif untuk menilai kinerja organisasi pelayanan

kesehatan yang disediakan sesuai dengan apa yang dilihat dan dialami oleh pasien.

Suatu metode evaluasi, dimana surveyor memilih pasien dengan menggunakan rekam

medis pasien dan menelusuri perjalanan pasien selama proses menerima pelayanan RS,

dalam rangka menilai dan mengevaluasi kepatuhan terhadap standar dan sistem yan ada

untuk menyediakan pelayanan. (JCI, 2008).

Metode Tracer dilaksanakan untuk menilai sistem dan proses-proses organisasi dengan

cara mengikuti alur pengobatan yang telah dilakukan secara individual, mengikuti proses-

proses selama di RS mulai dari awal sampa akhr pengobatan atau perawatan dan

merupaka area-area untuk peningkatan pelayanan. Pasien-pasien yang dapat dilakukan

sistem tracer adalah pasien dengan sepuluh penyakit terbesar, pasien dialysys, pasien

jiwa, pasien anak, pasien yang dilakukan pemeriksaan di laboratorium atau imaging, dan

pasien yang akan pulang.

Dengan adanya sistem tracer, maka tim interdisipliner harus fokus pada pendekatan

holistik dan pola pikir sistem, memahami dan menguasai seluruh standar yang ada,

mengembangkan perencanaan area spesifik untuk tracer dan sistematik. Tim auditor

pada saat kunjungan ke suatu departemen memiliki potensi menilai standar-standar yang

berkaitan, perjalanan atau riwayat kesehatan pasien akan mengarahkan pertanyaan atau

area lain yang menarik audtor dan yang terpenting adalah bahwa pasien merupakan

fokus dari proses. Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus mengetahui dan

memahami standar dengan benar, memahami maksud dari standar, dapat membedakan

antara praktik terbaik dan standar, perawat harus mampu meghubungkan temuan dengan

standar dan mengarahkan proses. Keterampilan komunikasi penting dikuasai oleh

perawat karena perawat setiap saat berada didekat pasien, sehingga perawat

merupakan pendengar yang baik bagi pasiennya.

Tracer sistem terdiri dari :

a. Pengelolaan obat-obatan :

proses pengololaan obat-obatan

Proses penggunaan obat-obatan untuk pasien

b. Infection Control :

Page 27: Clinical Audit

Prosedur pengendalian infeksi

Pencegahan infeksi nasokomial di RS

Penggunaan antibiotika yang rasional

c. Pengelolaan system

Evaluasi keefektifan pengumpulan data dan analsis proses peningkatan :

Validasi implementasi perencanaan QI

Review analisis dan penggunaan data pengukuran

Menetapkan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

BAB IIIJURNAL REVIEW

1. Meningkatkan Dokumentasi Rekam Medis di Ruang Medikal Bedah Natalie Lowe, Hornsby Ku-ring-gai Health Service (2010)

latar belakangManajer Keperawatan melakukan pendekatan Kualitas & Keselamatan untuk

memulai sebuah proyek peningkatan kualitas dalam meningkatkan standar dokumentasi

staf perawat di bangsal medikal dan bedah. Semua ruang medikal dan ruang bedah

tertarik untuk berpartisipas. Sebuah penelitian untuk meningkatkan dokumentasi rekam

medis dilaksanakan. Tujuan dari proyek ini adalah untuk " Meningkatkan Dokumentasi

Rekam medis dengan 50 % pada Juni 2006 " . Sebuah audit awal dilakukan dan diulang

Page 28: Clinical Audit

setelah fase intervensi. Periode intervensi utama dijalankan lebih dari satu bulan di

April 2006.

Metode Setiap ruangan melakukan audit rinci standar dokumentasi pada saat awal. Ini melibatkan

perawat dalam melakukan audit dasar penulisan grafik untuk menentukan apakah data

yang masuk terbaca, dalam tinta hitam, dikoreksi sesuai kebijakan rumah sakit, tanggal

dan ditandatangani, ditunjuk dan nama mereka dicetak setelah masuk, singkatan yang

digunakan hanya yang disetujui oleh rumah sakit, dan bahwa setiap siswa yang

memasukkan data menanandatangani.

Catatan medis juga diaudit untuk dokumentasi yang berkaitan dengan pengadilan. Data

yang masuk terlihat untuk menentukan diagnosis pasien, dan bahwa ada bukti dalam

catatan medis tentang perubahan kondisi pasien, dokumentasi manajemen, termasuk

laporan kepada tim medis.

Petugas yang telah diaudit.Pendokumentasian juga diaudit untuk memastikan penilaian perawat sangat obyektif, dan

bahwa pendapatsubyaktif tidak disertakan. Jika ada kelalaian dalam perawatan, yang

pendokumentasian harus mencakup kelalaian, alasan mereka dan siapa yang

harus dilaporkan. Dokumentasi kontemporer juga diaudit, untuk menentukan apakah

dokumentasi terjadi sedekat mungkin dengan waktu yang peduli disampaikan. Audit juga

dilakukan mengenai berbagai grafik yang terkandung dalam rekam medis. Grafik obat

disertakan, grafik keseimbangan cairan, dan grafik pengamatan. Rencana perawatan dan

penilaian risiko (risk jatuh dan penilaian risiko Waterlow) telah diaudit untuk menentukan

apakah selalu memperbaharui catatan dan ditandatangani setiap hari.

Metodologi KlinikPeningkatan Praktek digunakan untuk mendiagnosa masalah. Sebuah sesi diskusi

diadakan untuk menentukan semua kemungkinan alasan dokumentasi yang tidak

tercatat, tidak lengkap dan tidak jelas penulisan. Ide-ide ini kemudian dikelompokkan

dalam tujuh tema utama.

Tema-tema tersebut adalah :

• Waktu

• Ketersediaan

• Sumber Daya

Page 29: Clinical Audit

• Pendidikan

• Budaya

• Profesionalisme

• Komunikasi

Tujuh tema utama yang dipilih oleh tim untuk menentukan prioritas intervensi. Hasil multi-

voting ditunjukkan dalam bagan Pareto yang menentukan prioritas untuk perbaikan.

Pendidikan dan profesionalisme adalah fokus dari intervensi perawat, dan keputusan

mengadakan ' Bulan Dokumentasi ' untuk memungkinkan rencana kegiatan pendidikan

yang akan diselenggarakan dan untuk menyediakan waktu untuk semua kelompok

keperawatan untuk terlibat.

Perencanaan dan Pelaksanaan1. Paket belajar Pada tahun 2006 masing-masing perawat diberikan dengan paket

pembelajaran yang terdiri dari Pedoman pendokumentasian, kutipan dari kebijakan

pendokumentasian, belajar kasus dan kuis yang akan selesai dalam waktu sebulan.

Paket pembelajaran dihentikan setelah peluncuran awal.

2 . Pembicara Tamu

Pada tahun 2006 , pada setiap hari Rabu selama bulan dokumentasi pembicara tamu

disajikan kepada forum terbuka pada aspek yang berbeda dari setiap materi

pendokumentasian. Perawat dan Bidan, seorang petugas hukum medico , dan seorang

petugas dari Pengadilan, memberikan contoh kasus dan contoh-contoh ketika catatan

medis diperlukan dalam konteks medis-hukum. Sesi pembicara tamu 'sangat baik dan

dihadiri sampai dengan 60 perawat pada setiap sesi. Pada tahun 2007 dan

2009 pembicara tamu yang terkait dengan topik dan terus menjadi lebih baik

sampai dengan 100 staf yang hadir untuk setiap sesi. Sebuah door prize disediakan pada

tahun 2007 untuk mempromosikan kehadiran.

3 . promosi Pena hitam dicetak dengan kata-kata ' Dokumen Ini - Hornsby Ku- ring-gai

Layanan Kesehatan' dan dibagikan kepada setiap perawat di BBQ promosi untuk

memulai bulan dokumentasi. Pada tahun 2007 dan 2008 karena pembatasan dalam

pendanaan yang tidak lagi dapat diserahkan.

4. Manual sumber daya

Pada tahun 2006 sebuah pencarian literatur dilakukan dan artikel jurnal yang relevan

yang dimasukkan ke dalam sumber daya manual, bersama dengan pedoman

Page 30: Clinical Audit

pendokumentasian, kebijakan kutipan, kuis dan studi kasus dan menempatkan pada

setiap bangsal rumah sakit. Penggunaan dari manual adalah tanggung jawab Perawat

Pendidik . lebih lanjut sumber daya dapat ditambahkan ke manual sesuai kebutuhan .

Hasil dan Evaluasi Audit ekstensif dilakukan setelah Fokus pada Bulan Dokumentasi dan menggunakan

instrumen yang sama, digunakan untuk mengumpulkan data dasar. Peningkatan secara

keseluruhan dari 10% dicapai dalam dokumentasi di setiap kategori audit, beberapa

bangsal individu mencapai peningkatan 20%.

2. Audit Klinik dan Efektifitas. Trevor Smith, Julie Jones, Adrian Thomas(2003).

Pemerintah Welsh telah memberikan bimbingan dalam bentuk Wales Komite Audit

NHS Handbook (2012), yang menyediakan kerangka kerja untuk memastikan dampak

aktivitas Audit klinik pada kualitas dan keselamatan.

Ada enam aspek yang disorot sebagai faktor penting:

1) Apakah organisasi memiliki rencana dan itu cocok untuk tujuan?

2) Apakah selesai tepat waktu?

3) Apakah itu mencakup semua isu yang relevan?

4) Apakah ada perbedaan dan menyebabkan perubahan yang bisa dibuktikan?

5) Apakah perubahan yang didukung oleh metodologi perbaikan diakui?

6) Apakah organisasi mendukung pemeriksaan klinik efektif?

Departemen Audit klinik dan Efektivitas (CA & E) terus menyoroti kebutuhan tim klinik

untuk meneruskan rencana, prioritas aktivitas Audit klinik yang telah dipertahankan

selama pengembangan Grup Program Klinik (CPG) sebagai Dewan Kesehatan yang

telah berevolusi. Sementara telah ada kemajuan dalam beberapa Program klinik di

generasi program masa depan kegiatan audit, hal ini diakui sebagai prioritas baru muncul

(misalnya sebagai tanggapan atas keprihatinan, insiden risiko atau laporan nasional)

program klinik akan responsif dan berkembang sebagai sebuah proses yang dinamis.

Page 31: Clinical Audit

Hari Kegiatan Audit Klinik diadakan di bulan Mei 2011 untuk membantu program klinik

dalam pengembangan struktur dan proses untuk mendukung kegiatan pemeriksaan klinik

dan memaksimalkan dampak pada kualitasnya. Setiap pemimpin proyek individu

memberikan skala waktu untuk audit dan Departemen CA & E akan menindak lanjut non-

penyediaan dalam laporan penyelesaian.

Untuk proyek Nasional, Fasilitator CA & E akan meminta umpan balik Program klinik atas

penyerahan persyaratan dalam rentang waktu yang diberikan oleh Organisasi Nasional

untuk setiap proyek. Sejauh ini, ada beberapa kesulitan dalam kaitannya dengan

mendapatkan keterlibatan program klinik dalam skala waktu dan beberapa ekstensi yang

diperlukan. Hal ini telah menyebabkan eskalasi melalui 'Isu-Signifikansi' proses Efektivitas

Klinik sub-komite (Cesc) dan permintaan CPG untuk mengeksplorasi dan mengatasi atau

meningkatkan tantangan potensial untuk memenuhi persyaratan Pemerintah Welsh ini.

Grup BCUHB Audit Klinik menyediakan forum untuk jaminan, diskusi dan arah strategis

bagi semua aktivitas pemeriksaan klinik dalam Dewan Kesehatan. Setiap CPG telah

diminta untuk mengidentifikasi memimpin klinik untuk menghadiri kelompok dan memiliki

tanggung jawab yang telah disepakati sebagai berikut:

Mempromosikan pekerjaan / tindakan dari Grup Audit Klinik.

1) Penghubung / umpan balik (antara Group dan daerah / CPG).

2) Mempromosikan tindakan pengembangan perencanaan efektif dalam kaitannya

dengan pemeriksaan klinik/Kegiatan efektivitas (termasuk review).

Bertindak sebagai Lead / Koordinator Audit Klinik untuk CPG.

3) Mengkoordinasikan pengembangan dan pemantauan dari Audit Program Klinik

untuk CPG.

4) Mengalokasi proyek untuk pemimpin.yang sesuai

5) Pengajaran / peran penasehat dalam kaitannya dengan Clinical Audit / kegiatan

Efektivitas.

Dalam dokumen Pemerintah Welsh 'Mencapai Keunggulan' (2012), target pelatihan

menetapkan bahwa Dewan Kesehatan untuk memastikan bahwa 25% dari tenaga kerja

mereka memiliki kualitas dalam keterampilan perbaikan pada bulan Maret 2014. Sebuah

'Pengantar Clinical Audit' lokakarya pelatihan telah ditawarkan oleh Departemen CA & E,

Page 32: Clinical Audit

bersama 'Kritis Appraisal' dan 'Menemukan Bukti' BCUHB QS Komite 13.1.13 Barang 009

Ini adalah niat untuk mengembangkan hubungan dengan Peningkatan Manajer Layanan

untuk mencapai target ini dan meningkatkan keterampilan dalam metodologi perbaikan.

Departemen CA & E dan Peningkatan Pelayanan Manajer mendorong penggunaan

metodologi perbaikan oleh CPG untuk mengoptimalkan penyelesaian siklus pemeriksaan

klinik.

CPG pada berbagai tahap pengembangan struktur dan proses untuk mendukung

pengiriman program audit klinik mereka, beberapa pada tahap awal pembentukan forum

untuk mengawasi tantangan individu. Sebagai bagian dari dialog antara CPG Audit dan

Departemen Efektivitas Klinik, sebuah catatan semua aktivitas pemeriksaan klinik telah

ditetapkan dan catatan dari semua proyek yang terdaftar dipertahankan. Sehubungan

dengan prioritas proyek Nasional WG yang meliputi identifikasi organisasi tuan rumah

BCUHB (dan lokalitas jika diperlukan) memimpin klinik, persyaratan proyek ( misalnya

catatan kasus review, kuesioner pasien, dll ), tenggat waktu, komentar tambahan (seperti

tantangan diantisipasi atau isu membubung ). Pekerjaan ini berkelanjutan sebagai peran

baru yang direstrukturisasi untuk Audit Klinik. Efektivitas Fasilitator melibatkan kegiatan

identifikasi dan tingkat keterlibatan dengan persyaratan proyek Nasional. CPG telah

dipilih diminta untuk menyetujui program kegiatan pemeriksaan kl untuk buku tahun akan

datang . CPG ini telah dipilih diminta untuk memasukkan topik Nasional yang

diprioritaskan oleh Pemerintah Welsh dalam program Aktivitas Audit klinik mereka ke

depan. Program-program ini kan disajikan kepada Grup Audit Klinik BCUHB untuk

ratifikasi setiap tahunnya. CPG pada berbagai tahap kemajuan dengan mengembangkan

struktur dan proses untuk meninjau temuan audit klinik dan rencana aksi respon lokal.

Selain program CPG, semua WG topik prioritas telah ditambahkan ke CA & E untuk

mendaftar departemen , selaras dengan Fasilitator CA & E dan kemajuan yang terpantau

Rencana audit nasional berjalan bersama rencana Perusahaan Audit klinik.

3. Sebuah tinjauan literatur tentang peran perawat dalam audit klinik Collis, PgDip, BA, adalah Staf perawat , Chesterfield Royal Hospital NHS Foundation Trust , Derbyshire .

Abstrak

Page 33: Clinical Audit

Collis , S. (2006 ) Sebuah tinjauan literatur tentang peran perawat dalam audit

klinik. Nursing Times, 102 : 12 , 38-40 . Memberikan pelayanan yang berkualitas di NHS

bukanlah konsep baru. Namun, fokus baru pada clinical governance telah mengakibatkan

perlunya metode yang efektif sistematis meninjau kualitas . Audit klinik adalah alat yang

telah dibuat untuk tujuan ini. Tinjauan literatur ini menilai manfaat audit klinik dan kritik

peran perawat dalam proses mengatasi hambatan terhadap keterlibatan perawat.

Keyakinan bahwa staf klinik harus terus berusaha untuk meningkatkan keperawatan

pasien hampir setua profesi perawat sendiri ( Morrell dan Harvey, 1999). Dalam hal

praktik keperawatan, kalimat jaminan kualitas yang digunakan untuk menggambarkan

proses ini dengan penekanan pada pengaturan standar, membandingkan praktek dan

mengambil tindakan ( Pearson, 1987 ). Namun, fokus baru pada kualitas dalam kebijakan

NHS ( Departemen Kesehatan , 1998) telah menghasilkan tekad terhadap kualitas

transparan standar dan mengadopsi pendekatan yang sistematis dan kritis untuk

mengukur praktek ( Kinn, 1995 ) digunakan oleh masing-masing profesi klinik. Audit

Klinik, atau sebagai Quinn( 1998) lebih suka pada pengkajian keperawatan pasien,

adalah salah satu alat yang dilihat sangat penting dalam menjamin kualitas pelayanan

keperawatan pasien.

Literatur review ini akan terlebih dahulu membahas bagaimana dan mengapa konsep

clinical governance muncul, kemudian fokus pada pemeriksaan klinik seperti yang

berkembang dari dalam kerangka clinical governance. Beberapa database elektronik

dibedah untuk memeriksa alternatif terminologi. Literatur lain , seperti DH publikasi dan

manajemen umum teks, digunakan. Kurangnya penelitian tentang audit klinik perawat '

diamati dan hambatan untuk implementasi nya tercatat , yang mungkin menjadi indikasi

prioritas rendah dalam keperawatan di Inggris.

KonteksKualitas dalam NHS telah menjadi prioritas politik selama bertahun-tahun ( Thomas,

2000 ) . Namun, munculnya kerangka clinical governance tahun 1997 diikuti pemilihan

umum ( Stephens dan Bick , 2002) memfokuskan kembali perhatian pada kebutuhan

akan kualitas. Pemerintah Partai Buruh menekankan pentingnya praktek klinik berbasis

bukti ( DH , 1999a ) untuk memastikan intervensi terbukti efektif, yang up to date dengan

penelitian dan biaya dapat dibenarkan ( Muir Gray , 2001).

Page 34: Clinical Audit

Kertas putih NHS Baru : Modern, diandalkan dengan jelas bahwa penilaian klinik harus

dikaitkan dengan standar nasional yang ditetapkan. Dua dokumen lebih lanjut diterbitkan

oleh DH, A First Class Layanan ( 1998) dan Clinical Governance ( 1999)

mengembangkan konsep ini .

Kebutuhan untuk kualitas perbaikan telah didirikan dan tiga unsur utama yang

didefinisikan sebagai :

l Menetapkan standar nasional yang jelas ;

l Memastikan pengiriman lokal ;

l Pemantauan pengiriman .

NHS Badan Modernisasi didirikan untuk mendukung inisiatif Audit klinik ( NHS

Badan Modernisasi, 2003). Standar berbasis bukti Nasional, Standar praktek klinik

nasional semakin diterima seluruh NHS. Ini adalah hasil penelitian dan ulasan sistematis

dan membuat bukti yang tersedia secara nasional (NICE , 2002). DH telah

mengembangkan dua strategi utama untuk menciptakn standar nasional : yang

dikompilasi oleh NICE, yang mengacu pada sistematis riset terakhir untuk menghasilkan

pedoman yang aman, pelayanan perawatan kualitas, dan kerangka kerja layanan

nasional ( NSFs ), yang merupakan tuntunan menawarkan bukti intervensi yang efektif .

Namun, NICE memiliki wilayah tertentu dan prioritas NSFs hanya menargetkan populasi

tertentu, sehingga masih ada kebutuhan untuk penetapan standar lokal. Salah satu

metode pencapaian ini adalah dengan pembanding seperti pada dokumen Perawatan

( NHS Badan Modernisasi , 2003).

Clinical governance merupakan istilah umum untuk setiap strategi yang menjamin

kualitas perawatan yang terus ditingkatkan (DH, 1998). Salah satu strategi adalah

pemeriksaan klinik (Heard, 1998), yang telah didefinisikan oleh Currie (2003) sebagai:

'proses untuk meningkatkan perawatan pasien melalui kajian rutin perawatan terhadap

standar yang jelas, dan pelaksanaan perubahan '. Hal ini mirip dengan gagasan jaminan

kualitas yang telah disebutkan sebelumnya tetapi dalam clinical governance perbaikan

harus kontinu. Jadi Audit klinik tidak harus dilihat sebagai latihan tunggal tetapi sebagai

proses siklus (NICE, 2002; Hallett dan Thompson 2001; Muir Gray , 2001; Morrell dan

Harvey , 1999 ) . Hal ini mungkin tampak menakutkan kepada staf karena tidak ada hasil

langsung dari tindakan mereka tetapi mereka harus yakin bahwa perubahan

Page 35: Clinical Audit

membutuhkan waktu dan akan terjadi sebagai hasil dari proses yang sedang berlangsung

( Hallett dan Thompson, 2001).

Ada banyak adaptasi dari ' pemeriksaan klinik siklus ' dan mereka semua mengikuti dasar

yang sama sebagai tahap audit klinik. Jika siklus ini tetap terus menerus, dalam teori

perawatan pasien harus ditingkatkan. Kualitas dapat dijaga dengan memastikan bahwa

standar berbasis bukti dan tidak lagi diterima untuk memberikan perawatan yang tidak

dapat dibenarkan secara empiris ( Hicks dan Hennessy, 1997). Informasi peran perawat

yang dihasilkan oleh Audit hanya akan berguna jika dilakukan dengan benar dan data

yang dikumpulkan adalah baik dan hanya sebagai alat yang digunakan ( Murphy - Black,

2000). Karena perawat merupakan mayoritas berada di bangsal staf, pemeriksaan klinik

yang tidak melibatkan perawat tidak bisa benar-benar mewakili perawatan pasien. Agar

perawat terlibat dalam audit, perawat manajer harus memanfaatkan berbagai perangkat

dan strategi untuk menyederhanakan proses sambil memastikan bahwa itu tetap

sistematis dan efektif. Morrell dan Harvey ( 1999 ) percaya bahwa diperlukan 'agen

perubahan ' jika perubahan ini harus benar-benar dicapai.

Agen perubahan pertama adalah manajer perawat yang memberdayakan, mendorong

dan memungkinkan staf untuk melakukan pemeriksaan dengan menyediakan dukungan

yang diperlukan dan sumber daya.

Agen Perubahan kedua adalah pemimpin opini.

Staf jarang mengubah perilaku mereka sebagai hasil dari SOP atau instruksi tertulis

tetapi lebih cenderung berubah sebagai hasil dari percakapan dengan pendapat

pemimpin, seorang rekan yang dihormati atau spesialis, yang dapat meyakinkan mereka

akan manfaatnya ( Lomas , 1991 ). Para agen perubahan ketiga adalah fasilitator

profesional yang berada di luar bangsal. Mereka mungkin menjadi bagian dari

departemen clinical governance kepercayaan yang atau hanya memiliki keahlian dalam

audit. Contoh dari hal ini adalah membeli jasa seorang koordinator benchmarking

yang dapat membantu dalam menetapkan standar dan membandingkan praktek ( Stark ,

2002). Agen keempat adalah inovator. Sederhananya, ini adalah anggota staf lingkungan

yang senang untuk merangkul untuk berubah. Seringkali antusiasme mereka mendorong

rekan-rekan untuk melakukan hal yang sama , jika agen perubahan keempat ada dan

dapat dimanfaatkan , Morrell dan Harvey ( 1999) Pimpinan perawat percaya Audit klinik

dapati tercapai.

Page 36: Clinical Audit

Esensi perawatan NHS Badan Modernisasi ( 2003) telah menghasilkan Esensi

sebuah revisi perangkat Perawatan untuk membantu audit klinik lokal. Hal ini dapat

dimanfaatkan oleh para manajer perawat memungkinkan staf untuk membuat patokan

praktik yang baik dan efektif, kemudian mengaudit praktik lingkungan mereka sendiri .

Namun, manajer perawat harus memiliki kepercayaan diri untuk beradaptasi pada esensi

dokumentasi perawatan dalam menyesuaikan kebutuhan lokal dan tidak dibatasi oleh

wilayah mengacu pada instrumen ( Stark , 2002 ). Bahkan, jika daerah yang dipilih

prioritas lingkungan khusus ( Morrell dan Harvey, 1999), rasa lokal kepemilikan dapat

berkembang, yang merupakan faktor penting untuk sukses ( Anthony dan Brooks , 2001).

Ada kritik yang berkaitan dengan Essence of Care, itu skala yang digunakan untuk

menilai praktek terhadap tolok ukur Inti dari dokumen keperawatan bergantung pada

subjektif penilaian, artinya tidak ada inter-rater kehandalan ( Burns dan Grove, 1999).

tanpa seperti kehandalan, hasilnya mungkin tidak berkorelasi dengan hasil dari daerah

lain berarti bahwa akurasi dan kualitas tidak dapat dijamin.

Potensi masalah Masalah pertama diidentifikasi dengan pimpinan perawat yang di Audit klinik adalah

beban kerja tambahan (NICE, 2002). Jika gagasan agen perubahan dibahas di sini,

menjadi jelas bahwa bukan anggota kunci dari tim membantu dengan siklus audit, Hasil

yang sebenarnya adalah tanggung jawab berada di beberapa individu yang terampil

( Chambers dan Jolly, 2002). Untuk mengatasi ini masalah akan membutuhkan orang-

orang kunci untuk telah membayar waktu yang dialokasikan untuk audit, sehingga

menciptakan masalah lain. Sudah ada kurangnya sumber daya di tingkat lingkungan,

sehingga memperkenalkan pemeriksaan klinik dan perawat untuk membayar

menjalankan proses ini tidak dapat dicapai tanpa dana tambahan ( Chambers dan Jolly ,

2002; NICE, 2002). Hal ini tidak mungkin untuk membenarkan meninggalkan kekurangan

bangsal dan kekurangan dana untuk melakukan pemeriksaan kecuali tercapai hasil instan

(Ellis et al, 20006), yang mungkin terjadi.

Kesulitan lain berkaitan dengan memberikan staf keterampilan untuk melakukan audit.

Berbagai tingkat manajerial dukungan tersedia secara nasional ( Ellis et al , 2000), namun

tanpa manajer yang baik yang dapat menentukan peran perawat ' dalam audit dan

menawarkan pelatihan dan keahlian yang efektif, audit tersebut tidak akan terjadi ( Smith ,

2004; NICE, 2002). Jika Audit dilakukan secara tidak kompeten dan perubahan tidak

Page 37: Clinical Audit

diimplementasikan, maka siklus akan tidak lengkap dan akan telah boros ( Smith , 2004;

Kinn , 1995).

Hal ini juga dapat dikatakan bahwa itu tidak etis untuk membawa keluar Audit klinik yang

buruk karena limbah sumber daya vital dan jika perubahan dibuat sebagai hasil dari

temuan, mungkin merugikan perawatan pasien bukan menguntungkan ( Morrell dan

Harvey, 1999). Pembandingan untuk menetapkan standar audit bergantung pada berbagi

ide dan bukti. Namun,telah persaingan dan ketidakpercayaan tetap tertanam di NHS

meskipun pergeseran jauh dari kebijakan pasar internal ( Ellis , 1995). Tanpa berbagi dan

akses ke temuan lain, benchmarking adalah mustahil ( Smith , 2004). Benchmarking juga

dapat kekecewaan dan kepercayaan yang secara konsisten melakukan kurang baik dari

lainnya daerah ( Morgan dan Murgatroyd, 1994), ketika mereka yang membutuhkan

peningkatan dukungan. Seperti pemeriksaan klinik dimaksudkan untuk meningkatkan

perawatan pasien, kritik tajam adalah kurangnya keterlibatan pasien dalam proses

( Smith, 2004 ), seharusnya dicatat bahwa benchmark keperawatan yang dibuat dengan

keterlibatan pasien tetapi scoring praktik bangsal dilakukan hanya oleh staf klinik.

Fokus baru pada tata kelola klinik menunjukkan mutu dapat diidentifikasi , dievaluasi dan

dikelola ( Ellis , 2000). Namun, tidak semua aspek perawatan berkualitas secara empiris

terukur. Esensi Perawatan ( NHS Badan Modernisasi, 2003) telah berusaha untuk

mengatasi beberapa aspek, seperti martabat dan komunikasi. Namun demikian,

tantangan terkait dengan mengukur unsur-unsur yang lebih lunak keperawatan mungkin

dapat menjelaskan mengapa mereka sering diabaikan. Attree ( 2001) khawatir bahwa

kelalaian unsur-unsur berwujud kompromi keandalan dan validitas audit klinik dan gagal

untuk mewakili beberapa aspek kualitas perawatan pasien. Oleh karena itu , hanya unsur

perawatan pasien akan ditingkatkan dengan Audit klinik, perawatan pasien tidak secara

keseluruhan.

DiskusiBiaya audit klinik sebagai penghalang untuk sukses adalah dibahas dalam literatur

( Chambers dan Jolly , 2002; NICE, 2002). Namun, mungkin seharusnya tidak menjadi

kasus ' trust tidak mampu untuk melakukan nurseled Audit ' melainkan ' trust tidak mampu

untuk tidak melakukan perawat yang memimpin Audit klinik'. Biaya administrasi

penanganan pengaduan dan berurusan dengan peningkatan litigasi jauh lebih tinggi

daripada biaya yang melakukan audit. Misalnya disediakan oleh Stephens dan Bick

Page 38: Clinical Audit

( 2002) . Mereka meninjau studi tekanan ulkus prevalensi selama dekade terakhir dan

mencatat bahwa daerah dimana prevalensi tinggi juga daerah mana litigasi adalah terus

meningkat. .

Pasien semakin menuntut pembayaran untuk rasa sakit dan penderitaan yang

disebabkan oleh risiko penilaian yang tidak memadai, yang berkisar antara £ 4.500

hingga £ 12,500 per kasus. Faktor yang berkontribusi terhadap klaim sukses termasuk

komunikasi yang buruk dan dokumentasi yang tidak memadai - baik daerah di mana audit

didorong bawah Esensi Perawatan. Sebagai litigasi menjadi biasa, akan lebih hemat

biaya dalam jangka panjang untuk meningkatkan kualitas melalui audit klinik daripada

membayar klaim kompensasi akibat buruk dipantau standar.

kesimpulan Perawat perlu menuntut waktu dana untuk melakukan pemeriksaan klinik. Jika profesional

kesehatan lainnya termasuk staf medis telah mengalokasikan waktu untuk audit, maka

perawat harus mengharapkan hak istimewa yang sama. Tanggung jawab untuk kualitas

dibagi oleh individu dan organisasi ( Field dan Reid, 2002) dan sebagai perawat

merupakan mayoritas staf lingkungan. Keterlibatan mereka diperlukan untuk mewakili

asuhan keperawatan pasien. Tanpa bukti keterlibatan mereka akan tetap hanya biomedis,

mengakibatkan penghilangan beberapa aspek kualitas asuhan keperawatan pasien.

Pengenalan trust Foundation di Inggris mungkin mengakibatkan semua trust mandiri

mengalokasikan mereka anggaran sendiri, yang merupakan waktu yang ideal bagi

perawat untuk melobi hak untuk melakukan audit yang didanai . Namun, kecuali perawat

diakui sebagai anggota kunci dalam kualitas agenda perbaikan, mereka akan tetap

undervalued dibandingkan dengan anggota lain dari Tim multidisiplin. Selama keterlibatan

perawat tetap undervalued, dana untuk melepaskan staf akan tetap didapat. Jelas

kurangnya literatur menyelidiki nurseled audit, dibandingkan dengan tenaga medis yang

dipimpin audit, menunjukkan telah diberikan prioritas yang rendah dalam perawatan

kesehatan. Ulasan ini merekomendasikan bahwa penelitian lebih lanjut harus dilakukan

untuk mengatasi pandangan klinik audit keperawatan, seperti kurangnya pemahaman

mereka atau kecemasan tentang proses tersebut mungkin merupakan penghalang untuk

keterlibatan mereka.

Page 39: Clinical Audit

4. National audit of bedside transfusion practice. Cottrell S, Davidson V (2013)

Penelitian ini dilakukan di RS di Inggris yang memberikan pelayanan transfusi

terhadap BCSH (2009). Area utama diaudit berkaitan dengan ID pasien, dokumentasi dan

pemantauan pasien transfusi. Selain itu, perubahan ke dokumentasi dieksplorasi untuk

mengidentifikasi efek pada keselamatan pasien. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengukur praktek tranfusi yang dilakukan disisi tempat tidur klinis dan untuk

mempromosikan praktik terbaik pada administrasi darah.

Data yang dikumpulkan yaitu melalui identifikasi pasien dan pemantauan pasien

yang menerima transfusi. Semua rumah sakit di Inggris yang memberikan pelayanan

klinis transfusi dan diundang untuk berpartisipasi dalam audit. Penggunaan sel darah

merah tahunan untuk berpartisipasi di rumah sakit dipandu apakah 40 , 50 , 60 atau 70

pasien telah diaudit. Rumah sakit dengan sel darah merah rendah ( kurang dari 800 unit )

masih didorong untuk berpartisipasi dan mengaudit pasien sebanyak mungkin pada

periode pengumpulan data sejak tanggal 4 April sampai Juli 2011. Waktu di mana pasien

harus diaudit tidak ditentukan. Sebanyak 247 situs ( 96 % , n = 247/257 ) berpartisipasi

dalam audit : 211 situs NHS dan 36 independen situs memberikan data 9.250 transfusi .

Hasil dari penelitian ini yaitu mayoritas pasien menerima transfusi aman dengan

pemeriksaan identitas yang memadai dan pemantauan secara cermat. Beberapa pasien,

walaupun berada dalam risiko kesalahan identifikasi atau tidak teramati reaksi transfusi

karena tidak adanya identitas pasien atau kurangnya pemantauan selama transfusi .

Hasilnya disajikan dalam dua kategori: standar satu, dua dan tiga dikelompokkan

dalam' identifikasi pasien positif ' dan standar empat, lima dan enam dikelompokkan di

bawah ' pemantauan ditransfusikan pasien. Data yang tidak disediakan oleh auditor

rumah sakit yang berpartisipasi pada saat penyerahan data dan harus dibawa ke

pertimbangan ketika menafsirkan hasil. Identifikasi pasien positif standar satu hasilnya

menunjukkan bahwa 97,7 % ( n = 9034 / 9,250 ) pasien sesuai dengan standar satu,

dengan sebagian kecil (2,3% , n = 216 /9, 250 ) pasien tidak mengenakan gelang. Praktik

transfusi lebih baik untuk pasien rawat inap , di antaranya 1,8 % ( n = 132/7 , 219 )

Page 40: Clinical Audit

memakai gelang , dibandingkan dengan 4,1 %, ( n = 84 /2, 029 ) pasien rawat jalan yang

tidak memakai gelang. Kepatuhan dengan standar satu juga lebih baik untuk orang

dewasa (1,8% , n = 161 /8, 721) dibandingkan anak-anak ( 9,5% , n = 36/380 ) atau

neonatus ( 12,9 % , n = 19/147 ).

Barcode gelang dicetak yang digunakan untuk mengidentifikasi 49,5% (n = 4.468 /

9.034) pasien. Sisa pasien telah baik: gelang tangan (21,1%, n = 1.905 / 9034); dicetak

informasi (23,4%, n = 2.116 / 9034); dicetak Label Addressograph melekat gelang (5,3%,

n = 477/9, 034); atau gelang di tempat format lain yang tidak diketahui karena kurangnya

informasi yang diberikan oleh auditor (0,8%, n = 8/9, 034).

Standar dua dari 9.034 pasien dengan gelang, lebih lanjut 42 gelang dikeluarkan karena

penyerahan data yang tidak lengkap pada saat audit. Oleh karena itu, dari 8.992 gelang,

8.938 ( 99,4 % ) terdapat empat pengidentifikasi inti, dengan 85 % (n = 210/247)

berpartisipasi situs memenuhi standar audit ini. Di Skotlandia, 69 % ( n = 160/232 ) dari

gelang termasuk jenis kelamin dan di Wales baris pertama dari alamat tercatat di 87 %

( n = 355/408 ) dari gelang.

Pemantauan pasien ditransfusikan Standard empat BCSH ( 2009) pedoman untuk

pengamatan pasien minimal sebelum transfusi meliputi pengukuran baseline tingkat

pernapasan. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari 84,9 % semua ( n = 7846 / 9246 ) dari

pasien memiliki semua empat pengamatan diukur pra-transfusi. Untuk pasien rawat inap

sesuai dengan keempat pengamatan adalah 86,7 % ( n = 6255 / 7215 ) dan untuk pasien

rawat jalan kepatuhan adalah 78,3 % ( n = 1.589 / 2.029 ). Kepatuhan adalah 84,6 % ( n

= 7371 / 8717 ) untuk orang dewasa , 88,2 % ( n = 335/380 ) untuk anak-anak dan 93,9 %

( n = 138/147 ) untuk neonatus.

Standar lima ini ditemui di 46,8 % ( n = 4.328 / 9.250 ) pasien pada 15 menit

persis, keseluruhan pengamatan ini dibuat dalam waktu 30 menit di 86,1 % ( n = 7.960 /

9.250 ) pasien. Yang dikhawatirkan adalah 9,4 % ( n = 869/9, 250 ) pasien dengan

tertunda pengamatan ( > 30 menit ) dalam satu atau lebih pengamatan dan 3,9 % ( n =

358/9 , 250 ) dari pasien dimana tidak ada pengamatan dicatat.

Page 41: Clinical Audit

Standar enam tahun 84,1 % ( n = 7496 / 8909 ) dari pasien pengamatan pasca -

transfusi yang direkam. Sebanyak 15,3 % ( n = 1.413 / 9.250 ) pasien tidak memiliki bukti

pengamatan pasca-transfusi didata, dan alasan untuk kelalaian yang tidak jelas. Dalam

kelompok pasien ini, 14,8 % ( n = 209/1, 413 ) adalah pasien rawat jalan. Sebuah

minoritas kecil pasien ( 0,03 % , n = 3/9 , 249 ), dari tiga lokasi terpisah - semua dewasa

hari pasien - tidak memakai gelang dan tidak pengamatan yang dicatat selama transfusi.

Hasil audit yang berkaitan dengan penyelesaian dokumentasi yang akurat menemukan

bahwa 97,6 % ( n = 9031 / 9249 ) dari pasien memiliki tanggal transfusi dicatat serta

waktu mulai ( 97,9 % , n = 9062 / 9249 ). Namun, waktu berhenti didokumentasikan

hanya 70,8 % ( n = 6531 / 9227 ) pasien. Tanpa didokumentasikan waktu berhenti, tidak

ada kesimpulan yang bisa dibuat bahwa transfusi selesai dalam yang direkomendasikan

empat jam penghapusan dari cold storage. Untuk 42,6 % ( n = 3.940 / 9.241 ) dari pasien,

jalur perawatan transfusi atau serupa digunakan sebagai bagian dari praktek klinis sisi

tempat tidur. Data yang ditangkap dalam kaitannya dengan transfusi pelatihan

menunjukkan bahwa 67,2 % ( n = 6214 / 9,250 ) dari transfusi yang dilakukan oleh

profesional kesehatan yang menyatakan mereka telah menerima pelatihan transfusi pada

tahun lalu, dan 93,7 % ( n = 8.669 / 9.250 ) transfusi dilakukan oleh kesehatan praktisi

yang menyatakan mereka telah menerima pelatihan transfusi dalam tiga tahun terakhir.

Namun, itu bukan kebutuhan audit untuk memverifikasi catatan pelatihan. Hal ini juga

mungkin bahwa nakes profesional memantau kesehatan pasien selama transfusi tidak

sama anggota staf yang bertanggung jawab atas menyelesaikan check sisi tempat tidur.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian audit sebagian besar positif, dengan tren komparatif terus menerus

dari audit sebelumnya dengan peningkatan keselamatan pasien selama transfusi. Tenaga

kesehatan yang profesional tampaknya menyadari pentingnya pemeriksaan di sisi tempat

tidur dan pemantauan pasien yang ditransfusikan, memberikan kontribusi untuk praktek

yang aman. Namun, minoritas dari pasien beresiko karena prosedurnya yang tidak

diikuti.

Page 42: Clinical Audit

Temuan audit ini khususnya yang berkaitan dengan pemantauan dan identifikasi pasien

relevan dengan banyak aspek lain dari perawatan klinis dan tidak hanya praktik transfusi

yang aman .

DAFTAR PUSTAKA

Muslihudin, et al. 2001. Instrumen Evaluasi Penerapan Atandar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.

, 2012. Bimbingan Teknis Perawat 2012 " Etik, Dsiplin & Hukum Keperawatan. Jakarta : Kementrian kesehatan RI.

Sutoto, et al. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI dan KARS.

Husain, et al. 2007. Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit. Jakarta : Departemen kesehatan R.I.

Annthony, Brooks. 2001. A review of The Literature on The Nurse Role in Clinical Audit. London. www.nursingtimes.net

Page 43: Clinical Audit

Morrel.2002. Principles for Best Practice in Clinical Audit. United Kingdom : Royal Nursing of Nursing, Radcliffe Medical Press.

Travaglia, Debono, Clinical audit: a comprehensive review of the literature. Australia : Centre for Clinical Governance Research, National Library of Australia

Pauline Ross. 2011. Clinical Governance for Nurse Practitioners in Queensland. The State of Queensland. Queensland Government, Brisbane