citrus aurantifolia nissa maulina 1506777240
DESCRIPTION
drug interactions with herbTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanaman yang terdapat di dunia ini sangat banyak jumlahnya. Tanaman tersebut terbagi
dalam beberapa famili, genus, dan spesies. Indonesia memiliki keragaman flora yang banyak
tumbuh di hutan hujan tropis. Salah satu tanaman yang banyak dijumpai di beberapa wilayah
Indonesia adalah tanaman yang termasuk dalam famili Rutaceae. Rutaceae merupakan salah satu
famili tanaman yang terdiri dari 130 genus yang terdapat di dalam tujuh subfamili. Beberapa
genus dari tanaman yang termasuk dalam famili Rutaceae diantaranya adalah Citrus (16 spp.),
Fortunella (4 spp.), dan Poncirus (1 spp.). Fortunella spp. merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di Cina bagian selatan. Poncirus trifoliata L. merupakan tanaman yang banyak tumbuh
di Cina bagian utara. Citrus merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Asia bagian selatan,
Jepang, dan Indonesia.
Salah satu jenis dari Citrus spp yang banyak ditemukan di Indonesia adalah (Citrus
aurantifolia Swingle) atau lebih dikenal dengan jeruk nipis. Jeruk nipis merupakan buah-buahan
yang banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Umumnya sering diolah sebagai minuman
segar, seperti jus jeruk nipis, sirup jeruk nipis, limun powder jeruk nipis, air jeruk nipis dingin
dan air jeruk nipis hangat, digunakan sebagai bahan masakan, pelengkap makanan seperti soto,
siomay. Selain itu juga memiliki banyak peranan dalam dunia kesehatan, diantaranya jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) dapat dijadikan obat tradisional yang berkhasiat mengurangi demam, batuk,
infeksi saluran kemih, ketombe, menambah stamina, mengurangi jerawat serta sebagai anti-
inflamasi dan antimikroba dan masih banyak kegunaan lainnya.
Beberapa pengobatan tradisional, komplementer maupun pengobatan alternative telah
diteliti memiliki interaksi dengan pemberian obat konvensional (modern). Interaksi dapat bersifat
mendukung maupun menghambat kerja dari obat tersebut. Umumnya interaksi terjadi dalam
bentuk farmakokinetik atau farmakodinamik. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan
membahas mengenai interaksi antara herbal dengan obat khususnya jeruk nipis.
1
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Mengetahui secara terperinci mengenai jeruk nipis sebagai salah satu tumbuhan yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Mempelajari interaksi yang umum terjadi antara herbal dengan obat konvensional
Untuk memperoleh pengetahuan agar dapat meminimalisir interaksi yang terjadi
sehingga didapat hasil pengobatan yang maksimal
b. Tujuan Khusus
Sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Konsep Herbal Indonesia
2
BAB II
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
2.1 Klasifikasi Tanaman (BPOM, 2008)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Jenis : Citrus aurantium L. subsp. aurantifolia Swingle
Nama umum : Jeruk nipis Nama daerah : Limau tipis (Melayu); Jeruk nipis (Jawa Tengah).
2.2 Morfologi Tanaman (BPOM, 2008)
Habitus berupa perdu dengan tinggi ± 3,5 m. Batang berkayu,
berbentuk bundar, berduri, dan berwarna putih kehijauan.
Daun majemuk, berbentuk membundar telur atau melonjong
membundar telur, pangkal membundar atau menumpul
dengan ujung tumpul dan tepi beringgit. Panjang daun 2,5-9
cm, lebar 1,5-5,5 cm. Pertulangan daun menyirip, dengan
panjang tangkai 5-25 mm, bersayap, dan berwarna hijau. Bunga majemuk atau tunggal, terletak
di ketiak daun atau di ujung batang. Diameter bunga 1,5-2,5 cm. Kelopak bunga berbentuk
mangkok, berbagi empat sampai lima dengan diameter 0,4-0,7 cm dan berwarna putih
kekuningan. Benang sari 0,5-0,9 cm, tangkai sari 0,35-0,40 cm, berwarna kuning. Bakal buah
berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan. Tangkai putik berbentuk silindris, putih
kekuningan. Kepala putik berbentuk bulat, tebal dan berwarna kuning. Daun mahkota berjumlah
3
empat sampai lima, berbentuk membundar telur atau melonjong, panjang 0,7-1,25 cm, lebar
0,25-0,5 cm dan berwarna putih. Buah buni, berdiameter 3,5-5 cm, saat masih muda berwarna
hijau dan setelah tua berwarna kuning. Biji berbentuk bulat telur, pipih, putih kehijauan. Akar
tunggang, berbentuk bulat dan berwarna putih kekuningan.
Gambar2. Morfologi tumbuhan Citrus aurantifolia: (a) Bunga; (b) Pohon;
(c) Daun; (d) Buah; (e) Batang
2.3 Kandungan
Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya: asam
sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer,
kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun,
lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung
senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin,
eriocitrin, eriocitrocide.
Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis
prostaglandin. Hesperidin juga menghambat azoxymethane (AOM) yang menginduksi
4
karsinogenesis pada kolon kelinci, dan juga menghambat N-butil-N-(4-hidroksi-butil) nitrosamin
yang menginduksi karsinogenesis pada kandung kemih tikus (Chang, 2001)
Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak essensial yang mengandung citral, limonen,
fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya. Telah dilakukan penelitian bahwa D-
Limonene dapat menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis pada sel HL-60 dan sel
K562. (Guo, et al., 2006)
Total senyawa dalam minyak atsiri C. aurantifolia yang berhasil diidentifikasi berjumlah
18. Senyawa-senyawa tersebut antara lain limonen (33,33%), β-pinen (15,85%), sitral (10,54%),
neral (7,94%), γ-terpinen (6,80%), α-farnesen (4,14%), α-bergamoten (3,38%), β- bisabolen
(3,05%), α-terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen (1,74%), nerol
(1,52%), α-pinen (1,25%), geranil asetat (1,23%), 4-terpineol (1,17%), neril asetat (0,56%) dan
trans-β-osimen (0,26%). (Zetra et al., 2010)
Gambar3. Kandungan Kimia Citrus aurantifolia
2.4 Kegunaan
5
Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir
tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe dan lain-lain. Buah jeruk nipis dapat
digunakan untuk menurunkan panas, obat batuk, peluruh dahak, menghilangkan ketombe,
influenza, dan obat jerawat. Getah batang ditambahkan dengan sedikit garam dapat dipergunakan
sebagai obat sakit tenggorokan. (Triayu, 2009)
Buah jeruk nipis berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu.
Selain itu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit, ambeien, haid tidak
teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo, suara serak batuk, menambah nafsu makan,
mencegah rambut rontok, ketombe, flu/demam, menghentikan kebiasaan merokok, amandel,
penyakit anyang-anyangan, mimisan, radang hidung (getahnya), dan lain sebagainya. (UGM,
CCRC)
Kegunaan buah jeruk nipis sebagai obat batuk sudah tidak diragukan lagi. Telah
dilakukan penelitian mengenai etnobotani jeruk nipis pada provinsi Kalimantan Barat yaitu pada
daerah Menyuke (Titin, et al., 2014) dan daerah Sanggau (Muflihati et al.,). Racikan dibuat
dengan cara buahnya diperas lalu airnya dicampur dengan 1 sdm kecap manis, kemudian
diminum airnya. (Muflihati et al.,)
6
BAB III
INTERAKSI OBAT-HERBAL
a. Anticoagulant (Adeyemi and Adepoju, 2010)
Studi in vivo
Studi ini dilakukan pada tikus Wistar galur albino dari kedua jenis kelamin dengan berat antara
190 dan 230g. Hewan uji dibagi dalam lima kelompok. Adapun hasil yang didapat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Penurunan waktu perdarahan diamati di Grup II dan III menunjukkan bahwa jus buah jeruk nipis
memiliki efek hemostatik ; Namun, penurunan itu tidak signifikan secara statistik . Tidak ada
perubahan dalam waktu perdarahan pada administrasi warfarin (Group IV ) dibandingkan
dengan kelompok kontrol ( kelompok I ). Pada kelompok V air jeruk nipis diberikan bersama-
sama dengan warfarin secara signifikan mengurangi waktu perdarahan . Waktu perdarahan
adalah ukuran dari hemostasis primer di mana-trombosit “plak” dibentuk oleh agregasi kolagen
yang disebabkan trombosit dan pembentukan trombin - diinduksi fibrin.
Co - administrasi jus buah jeruk nipis untuk warfarin mengurangi waktu protrombin. Hal ini
terlihat signifikan secara statistik jika dibandingkan antara kontrol dan kelompok IV. Oleh
karena itu, jus buah jeruk nipis secara signifikan mengurangi efek warfarin pada waktu
protrombin.
7
Interaksi Warfarin-Jeruk Nipis
Jenis : Farmakodinamik
Telah dilakukan studi in vivo pada tikus Wistar Galur Albino dan hasilnya menunjukkan bahwa
penggunaan jus jeruk nipis akan mengurangi efek warfarin pada waktu protrombin jika
digunakan secara terpisah namun jika penggunaannya secara bersamaan dapat menimbulkan efek
sinergis dengan warfarin (grup V)
b. Antiobesitas (Sarker, et.al., 2010)
Studi in vivo
Perubahan berat badan diteliti dengan pemberian ketotifen dan minyak essensial jeruk nipis .
Ketotifen menyebabkan kenaikan berat badan pada kelompok perlakuan , dan penurunan berat
badan yang diamati dalam kelompok menerima dosis rendah minyak esensial jeruk nipis
bersama dengan kitotifen . Hasil menunjukkan bahwa pemberian minyak esensial jeruk nipis
bersama dengan ketotifen tidak hanya disebabkan penekanan yang signifikan dalam berat badan ,
tetapi juga mengalami penurunan berat badan tikus dari 33 g untuk 23 g (Gambar 1C) . Tidak
ada efek samping yang dilaporkan selama periode tersebut.
8
Interaksi Ketotifen-Jeruk Nipis
Jenis : Farmakodinamik (Efek antagonis ketotifen yang menginduksi weight-gain)
Minyak essensial oil jeruk nipis jika diberikan secara tunggal terbukti dapat menyebabkan
anorexia yang menyebabkan penurunan berat badan pada hewan percobaan yang dibuat obesitas.
Jika diberikan bersamaan dengan ketotifen, menimbulkan efek meningkatkan berat badan.
Kandungan utama pada minyak essensial jeruk nipis adalah Limonene (28,27%)
Singkatnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak esensial jeruk nipis bisa menjadi
kandidat yang sangat baik untuk pengobatan obesitas akibat obat, karena hal itu mempengaruhi
asupan makanan serta sebagai beragam proses yang terlibat dalam pengeluaran energi dan
pemanfaatan bahan bakar, semua yang menekan berat badan.
c. Sitotoksik (Lim, 2006)
Jus Jeruk nipis meningkatkan penyerapan 30% [14C] -mannitol di Caco-2 monolayers sel
dengan enam kali lipat, tetapi tidak memodulasi paracellular [14C] transportasi -mannitol bahkan
pada 50%. Jus jeruk nipis menunjukkan aktivitas penghambatan P-gp dengan mengurangi
rhodamine-123 (R-123) penghabisan dan mengangkat R-123 akumulasi sel, tetapi jeruk nipis >
30% adalah sitotoksik terhadap sel Caco-2. Pada konsentrasi 10% jeruk nipis tidak
mempengaruhi viabilitas sel Caco-2, tetapi mereka meningkatkan pertumbuhan sel pada
konsentrasi > 30%. Jus jeruk nipis meningkat viabilitas sel hanya pada konsentrasi yang lebih
rendah.
Interaksi Herbal
Jenis : Farmakokinetik dengan menghambat aktivitas P-glikoprotein
9