ciri dan identitas orang papua web viewkesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia...
TRANSCRIPT
“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA
MELALUI UPACARA BARAPEN
SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN JEJARING KEMITRAAN
MENUJU KEMANDIRIAN PAUD ”
Karya Tulis
PENGELOLA PAUD
Manajemen PAUD dalam Pengembangan Jejaring Kemitraan Menuju Kemandirian
Disusun dalam rangka
Mengikuti Apresiasi PTK PAUDNI Berprestasi
Tingkat Provinsi Papua
Disusun oleh :
Debora Pasang, S.Th
Pengelola PAUD Reimai – Sentani
Alamat : Jl. Sosial No. 469 Kelurahan Hinekombe Distrik Sentani Kab. Jayapura
email : [email protected]
DINAS PENDIDIKAN
PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA
Alamat : .............................................................
Sentani, /2014
BAB - I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah survey menunjukkan bahwa sekitar 50% kecerdasan orang dewasa telah
terbentuk sejak usia 4 tahun, 80% perkembangan yang pesat pada jaringan otak dan mencapai
puncaknya dalam usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang terjadi
dalam kurun waktu 4 tahun pertama, sama besarnya dengan yang terjadi pada kurun waktu 14
tahun berikutnya. Di sanalah kemudian terletak nilai penting Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Kesempatan emas yang hanya sekali datang itu hendaknya menjadi perhatian serius
setiap kita. Ibarat mendirikan bangunan, PAUD inilah tahap krusial dalam peletakan pondasi
yang kuat bagi generasi penerus kita.
Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di
lembaga PAUD yang berkualitas, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat
bersosialisasi, percaya diri, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka juga bisa
mengambil ide, mengembangkan ide, pergi ke sekolah dan siap belajar, cepat beradaptasi,
dan memiliki semangat untuk belajar. Sementara itu, anak yang tidak mendapat pelayanan
PAUD, akan lamban menerima sesuatu.1
Oleh karenanya PAUD menjadi sangat penting dalam menciptakan generasi penerus
yang berkualitas. Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oelh pendidikan
yang diberikan kepada anak usia dini. Hal ini mulai disadari oleh pemerintah, sehingga
peningkatan kualitas layanan pendidikan menjadi titik berat kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktur PPTK-PAUDNI. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan anak usia dini membuat program PAUD menjadi salah satu primadona
program pendidikan di Indonesia.
Namun demikian, penyelenggaraan PAUD seringkali terkendala dengan masalah
pembiayaan untuk operasionalnya. Meskipun Pemerintah sudah memberikan dana bagi
pendirian PAUD, tapi tentunya tidak akan mencukupi bagi ribuan PAUD yang sudah berdiri.2
Dalam kondisi demikian, bukan berarti penyelenggaraan PAUD harus berhenti beroperasi.
Lomba Karya Tulis yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Direktur PPTK-PAUDNI bagi Pengelola PAUD dengan tema “Manajemen PAUD dalam
Pengembangan Jejaring Kemitraan Menuju Kemandirian”, memberikan semangat bagi setiap 1 http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini/, diunduh 11 Juni 20142 http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/28/1017593/Pemerintah.Alokasikan.Rp.2.40.Triliun.untuk.PAUD.Nonformal.dan.Informal, diunduh 20 Feb 2014
1
Pengelola PAUD untuk mencari usaha kreatif agar operasional PAUD yang dipimpinya tetap
berlangsung.
Tidak menutup mata, dalam membangun kemitraan untuk lembaga PAUD bukanlah hal
yang mudah, oleh karena itu dibutuhkan adanya strategi pendekatan yang tepat dalam
membangun kemitraan pada lembaga PAUD. Hal ini mendorong Penulis untuk melakukan
langkah-langkah strategi dengan memaksimalkan kearifan lokal yang berlaku di daerah
Penulis, yaitu Papua, dalam upaya pendekatan untuk membangun kemitraan bersama dengan
seluruh anggota masyarakat ketika mengadakan upara Barapen/ Bakar Batu.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
karya tulis dengan judul: “Pemberdayaan Masyarakat Papua Melalui Upacara Barapen
Sebagai Strategi Pengembangan Jejaring Kemitraan Menuju Kemandirian PAUD ”
B. Permasalahan
Besarnya tuntutan keberhasilan yang ingin dicapai dalam pendidikan anak usia dini,
mendorong pengelola PAUD untuk menyusun manajemen yang terbaik yang dapat
mewujudkan kemandirian lembaga PAUD. Keberhasilan dapat tercapai dengan strategi tepat
dan berpijak pada landasan yang kuat. Salah satu indikasi keberhasilan tersebut adalah adanya
kemandirian lembaga PAUD dalam proses manajemen lembaga yang dilakukan dengan cara
membangun kemitraan dengan instansi-instansi yang dapat mendukung kegiatan dan program
PAUD, namun permasalahannya tidak semua lembaga PAUD mampu menyusun strategi yang
tepat dalam menjalin kemitraan dengan instansi-instansi terkait, dan apabila telah melakukan
kemitraan tidak dilakukan secara mendalam dan terus menerus. Bertitik tolak dari latar
belakang masalah yang telah diuraikan di atas, selanjutnya dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana strategi dengan pendekatan budaya upacara Barapen dapat memfasilitasi
untuk mengembangkan jejaring kemitraan menuju kemandirian PAUD ?
2. Apakah “pemberdayaan” upacara Barapen dalam diwujudkan untuk menjalin
kemitraan menuju kemandirian Paud?
3. Kendala apakah yang mungkin akan dihadapi dalam mengembangkan jejaring
kemitraan menuju kemandirian PAUD?
4. Faktor-faktor pendukung apa sajakah yang dapat dipergunakan untuk
mengimplementasikan strategi manajemen dalam mengembangkan jejaring
kemitraan menuju kemandirian PAUD?
2
5. Rencana apa sajakah yang telah dirancang untuk menerapkan pendekatan budaya
dengan strategi manajemen dalam mengembangkan jejaring kemitraan menuju
kemandirian PAUD?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah :
Mendeskripsikan manajemen PAUD dalam mengembangkan jejaring kemitraan
Mendeskripsikan kendala-kendala apa yang dihadapi dalam mengembangkan
jejaring kemitraan PAUD
Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dalam mengembangkan jejaring
kemitraan PAUD.
Mendeskripsikan cara-cara mewujudkan penggalangan dana.
D. Manfaat
Gagasan yang tertuang dalam karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
maupun teoritis bagi seluruh pengambil keputusan. Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
a. Lembaga PAUD, diharapkan dapat menemukan langkah tepat dengan
mengembangkan jejaring kemitraan menuju kemandirian PAUD.
b. Masyarakat, diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan PAUD.
c. Pemerintah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Direktur PPTK-
PAUDNI) diharapkan dapat memanfaatkan karya tulis ini untuk menambah
referensi dalam mengembangkan manajemen PAUD dalam mengembangkan
jejaring kemitraan menuju kemandirian dimasing-masing daerah di Indonesia
dengan kearifan lokal masing-masing.
2. Manfaat Teoritis
Untuk meningkatkan perkembangan dunia pendidikan khususnya di daerah masing-
masing yang tersebar di seluruh Tanah Air dengan memanfaatkan kebudayaan pada
dalam pengembangan jejaring kemitraan menuju kemandirian.
3
BAB IILANDASAN TEORI
A. Teori Manajemen
Manajemen adalah Suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan
untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya3.
B. Teori Kemitraan
Kemitraan biasanya didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerjasama
antara beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya setuju
untuk bekerja sama dalam meraih tujuan bersama dan menunaikan kewajiban tertentu serta
menanggung resiko, tanggung jawab, sumber daya, kemampuan dan keuntungan secara
bersama-sama. Kunci utamanya terlaksananya kemitraan adalah dengan menerapkan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh program-program dengan lembaga-lembaga
terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan tersebut.4
1. Tujuan Mengembangkan Jejaring Kemitraan5
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam mengembangkan jejaring kemiitraan
yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Salah satu tujuan mengembangkan jejaring kemitraan adalah membangun
kesadaran masyarakat terhadap eksistensi PAUD, menumbuhkan minat dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan PAUD.
Masyarakat di sini memiliki arti luas tidak hanya warga belajar, tetapi
termasuk juga: orang tua, pengguna lulusan (user), dinas instansi terkait,
organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, dunia usaha dan industri dan
tokoh masyarakat (kepala suku).
b. Peningkatan Mutu dan Relevansi
Dalam dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. PAUD
jika ingin tetap eksis harus mampu mandiri. Untuk itu, PAUD dituntut untuk
terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program PAUD 3 http://zakiatifalasifah.blogspot.com/2014/05/bab-cover-iv-kalung-intan.html, diunduh 17 Mei 20144 http://bppnfi-reg7.org/2014/03/09/kemitraan-jembatan-sukses-paudni/, diunduh 11 Juni 20145 http://zakiatifalasifah. loc.cit
4
sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu, membangun kemitraan diperlukan guna
merancang program PAUD yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan
relevansi program dengan kebutuhan pasar.
c. Menyinergikan Program.
Ada berbagai program dari berbagai pihak yang sebetulnya bisa disinergikan
dengan program PAUD, jika terbangun komunikasi dua arah yang baik satu
sama lain seperti program Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan Pemerintah/ Swasta, perusahaan media, tenaga kesehatan, lembaga
keuangan, dll.
d. Sosialisasi, Promosi, dan Publikasi
Mengembangkan jejaring kemitraan dilakukan dalam upaya sosialisasi,
promosi dan publikasi program unggulan PAUD sehingga PAUD semakin
dikenal oleh masyarakat luas. Dengan semakin dikenalnya PAUD secara luas
maka diharapkan dapat meningkatkan jumlah peserta didik.
e. Peningkatan Akses
Melalui kemitraan yang semakin baik dan meluas maka secara otomatis akan
memperluas akses lembaga (akses informasi dan teknologi). Kemitraan dengan
berbagai pihak terus dibangun baik dengan pemerintah sebagai pengambil
kebijakan, dengan masyarakat selaku lingkungan sosial.
f. Pencitraan Publik
Membangun citra positif adalah salah satu tujuan kemitraan. Citra yang positif
(seperti mewujudkan generasi yang cerdas, kreatif dan mandiri) dapat
dibangun melalui program kemitraan.Citra positif menyangkut kredibilitas dan
kapabilitas lembaga PAUD dimata masyarakat.
2. Prinsip dalam Mengembangkan Jejaring Kemitraan.
Dengan adanya jalinan kerjasama yang dilakukan oleh PAUD, maka diharapkan akan
diperoleh manfaat berikut:
1) adanya peningkatan pelayanan program pendidikan anak usia dini.
2) adanya peningkatan pengetahuan tentang PAUD.
3) memungkinkan memberikan layanan program yang murah bagi masyarakat;
dan peningkatan kapasitas secara kelembagaan.
C. Teori Kerjasama
5
Kerjasama adalah aktivitas dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan anak usia dini, kerjasama
dapat diartikan sebagai usaha bersama dalam menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan
antara anak dengan anak ataupun antara anak dengan orang dewasa.6
D. Teori Kerjasama secara Intensif dan Berkelanjutan
Intensif dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan secara sungguh-sungguh
sehingga memperoleh hasil yang optimal, sedangkan berkelanjutan dapat diartikan
berlangsung secara terus-menerus, dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara melalui
komunikasi langsung antara kedua belah pihak yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan
terus menerus atau berkesinambungan guna memperoleh hasil yang optimal.
Kerjasama langsung secara intensif dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan beberapa
mitra PAUD. Mitra PAUD dapat terdiri dari instansi-instansi yang ada di Pemerintahan7.
Berikut tabel bentuk kerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan :
Tabel 2.1 Kerjasama dengan Instansi-instansi Pemerintahan
No. Nama Instansi Bentuk Kerjasama
1
2
3
4
5
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Rumah sakit
TNI/POLRI
DPRD/BUMN
Pembinaan Pendidik
Pemeriksaan peserta didik dan Gigi
Posyandu, Kunjungan Belajar
Kunjungan Belajar
Pendanaan/Donatur
Selain kerjasama dengan instansi-instansi pemerintahan, kerjasama juga dapat
dilakukan dengan instansi-instansi Non Pemerintahan.
Berikut tabel bentuk kerjasama dengan instansi-instansi Non Pemerintahan :
Tabel 2.1 Kerjasama dengan Instansi Non Pemerintahan
No. Nama Instansi No. Nama Instansi
1.
2.
3.
4.
Masyarakat Adat
Bank
Indonesia Cerdas
Perusahaan Makanan
Tempat Wisata
9.
10.
11.
12.
Radio Suara Kasih Papua , SNB-RRI
Televisi Papua
Lembaga yang tidak mengikat
Sosialisasi dan Publikasi
APB (Assosiasi Pendidikan Bethel) 6 http://fitrirohmawati.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologiperkembangan-ii_24.html7 http://zakiatifalasifah.blogspot.com/2014/05/bab-iii-kalung-intan.html
6
5.
6.
7.
8.
Surat Kabar
Yayasan Cipta Asa Bangsa
Graha Raya Bintaro Jaya
(Kunjungan wisata)
13.
14.
15.
Bandung
Yayasan Hadassah Papua
SILL Papua
E. Kerangka Berpikir Dari teori-teori di atas penulis kemudian dapat mengambil kesimpulan bahwa
pengembangan jejaring kemitraan memiliki peran yang sangat penting dalam proses
manajemen PAUD menuju kemandirian. Namun demikian tidaklah mudah bagi lembaga
PAUD dalam melaksanakan proses manajemen ini, oleh karena itu dibutuhkan adanya strategi
yang efektif dan efisien dalam mengembangkan kemitraan menuju kemandirian PAUD serta
kesehatian semua pihak.
7
BAB IIIPROSEDUR IMPLEMENTASI GAGASAN
A. Strategi Pemecahan Masalah
Dalam karya tulis ini Penulis mengambil Judul “Pemberdayaan Masyarakat Papua
Melalui Upacara Barapen Sebagai Strategi Pengembangan Jejaring Kemitraan Menuju
Kemandirian PAUD”. Diharapkan, karya tulis ini dapat memberikan arahan/panduan untuk
mengatasi kendala-kendala yang ada dalam proses keberlangsungan operasional PAUD
Reimai secara khusus dan PAUD-PAUD yang berada didaerah-daerah di Indonesia.
B. Identifikasi Masyarakat Papua
Masyarakat Indonesia sangat mendambakan terwujudnya kehidupan Orang Asli Papua
(OAP) yang maju, sejahtera, aman dan damai. Dengan kekayaan alam yang melimpah dan
jumlah penduduknya yang hanya 3,6 juta orang, Papua sejatinya memiliki potensi untuk
menjadi masyarakat yang maju dan makmur.. Namun, kenyataannya Papua masih menjadi
provinsi yang tertinggal, tingkat kemiskinan yang tinggi, serta Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) paling rendah dibanding provinsi lain.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, sejak tahun 2001 telah diundangkan UU nomor
21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua yang hakekat utamanya adalah percepatan
pembangunan, sebab diakhir berlakunya UU nomor 21/2001 posisi Provinsi Papua dan Papua
Barat harus sederajat dengan provinsi lainnya. Agar percepatn pembangunan dapat diwujud
nyatakan, Pemerintah menerbitkan kebijakan Percepatan Pembangunan di Provinsi Papua dan
Papua Barat melalui Perpres (P4B) nomor 65 tahun 2011 serta Perpres nomor 66 tahun 2011
tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) untuk
mengawalnya. Secara keseluruhan kebijakan ini adalah kebijakan affirmasi yang diberikan
kepada Provinsi Papua dan Papua Barat.
Dengan memahami keterbatasan, ada lima program dari tujuh program utama yang
menjadi fokus UP4B untuk diwujud nyatakan bersama Kementerian/ Lembaga (K/L) terkait,
yaitu program: ekonomi kerakyatan, infrastruktur dasar, peningkatan pelayanan pendidikan,
peningkatan pelayanan kesehatan, serta affirmative action untuk Orang Asli Papua (OAP).
Fokus ini tidak berarti bahwa dua program utama dan tiga program pendukung lainnya tidak
diperhatikan, karena telah ditetapkan dalam Perpres 65/2011.
8
Pendidikan adalah bidang yang utama dan strategis untuk menerobos ketertinggalan
Papua, walau itu jangka panjang. Baik pendidikan formal maupun pendidikan vokasi perlu
digagas dengan cara memberi berbagai macam kemudahan serta insentif yang bertujuan
memberikan keberpihakan kepada OAP.
1. Ciri dan Identitas Orang Papua
Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa
orang dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan
dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar.
Bahan-bahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
ciri-ciri fisik masyarakat di Papua. Menurut H.J.T. Bijlmer (1923). Ada kecenderungan bahwa
orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula bentuk tengkorak
penduduk pantai umumnya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang.
Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun
tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman
keadaannyapun sama (Koentjaraningrat, 1993).
Seorang ahli ragawi Belanda J.P. Kleiweg de Zwaam mengatakan bahwa suatu “ras
papua” atau “ras Irian” itu tidak ada. memang diantara penduduk papua sendiri ada perbedaan
ciri-ciri ras khusus. Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai penduduk asli Papua lebih jelas
terlihat melalui ciri-ciri ras fenotip mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam
hal ini tidak ada keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi
tidak semuanya keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo, rambutnya
banyak yang berombak dan bahkan ada pula yang lurus, sedang ada pula yang lurus dan kejur
(Neuhauss, 1911).
2. Nilai-Nilai Luhur Masyarakat Papua.
Papua adalah sebuah pulau yang terletak disebelah Utara Australia dan merupakan
bagian dari Wilayah Timur Indonesia. Sebagian besar daratan pulau Papua masih berupa
hutan belantara. Papua merupakan Pulau terbesar kedua di dunia seteah Greenland.
Orang Papua” yang sekarang kita kenal sebagai sebutan untuk suku bangsa-suku bangsa
yang berada di pulau paling timur dari kawasan Nusantara ini (pulau Irian) telah mengalami
beberapa kali penamaan berdasarkan perkembangan sejarah. Pulau Irian yang berbentuk
seekor burung raksasa, dimana 47% yang merupakan kepala, tengkuk, punggung, leher, dada
dan perut dinosaurus adalah wilayah Irian Jaya, dan 53% sisanya yang merupakan ekor adalah
9
wilayah Papua New Guinea (PNG) (Provinsi Papua Barat, Cintaku Negeriku oleh: Firman
Suyadi, A.Saibani & Junarsayah).8
Selain itu kebiasaan Masyarakat Papua yang berada di Kawasan Pegunungan ada suka
mengadakan acara Barapen / bakar Batu dan bagi masyarakat Papua yang berada di Pantai
adalah acara pemberian mas kawin bagi perempuan yang akan dinikahi oleh sang pria.
Hal positif yang kita dapatkan dari acara Upacara Barapen adalah :
1. Terjadinya kerja sama yang baik/gotong royong, semua orang yang dalam terlibat
.kegiatan ini masing-masing membeir dan bekerja dengan kerelaan sendiri
2. Melibatkan semua pihak. Berbaurnya semua komponen masyarakat, mulai dari
masyarakat biasa, Kepala Suku, Pengusaha/Profesional, Turis sampai pejabat
Pemerintah.
3. Dalam aktivitas Barapen dapat dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan Visi
dan Misi suatu institusi, misalnya Gereja atau Lembaga Paud.
4. Memberikan Pendidikan kepada masyarakat agar supaya Barapen yang bersifat
“konsumerisme” (banyak dana yang dikeluarkan dalam acara Barapen), dapat
diubah menjadi sarana untuk pengumpulan dana yang lebih bermanfaat dan bersifat
kekal.
5. Pejabat/Instansi Pemerintah yang hadir dapat memberikan contoh kepada
masyarakat untuk mendukung upaya pendidikan (PAUD) dengan memberikan
dukungan keuangan baik secara berkala, bulanan atau tahunan.
6. Para Pegusaha (perkebunan, pertambangan, Pabrik, Toko memberikan CSR/
sumbangan untuk pendidikan
7. Masyarakat (orang tua) siswa yang memiliki pekerjaan (pengrajin, petani, nelayan,
atau sektor lainnya) dapat berperan dalam penggalangan dana, misalnya dengan
cara membuat kerajian tangan, jualan dan hasilnya sebagaian diberikan untuk
pengembangan/operasional PAUD di daerahnya.
8. Upacara Barapen, dapat dijadikan forum dialog yaitu mencari jalan keluar dari
kebutuhan yang sedang dihadapi misalnya Pendidikan, kesejahteraan masyarakat,
orang-orang yang terabaikan, atau yatim piatu, janda, lansia, dll, yang butuh
pertolongan.
9. Orang tua/siswa dapat mencari sponsor dengan melakukan promo dengan
melakukan penggalangan dana di pasar-pasar atau mall, bandara dll.8 http://infokebudayaanpapua.blogspot.com (diunduh tgl, 9 Juni 2014)
10
10. Gereja, Yayasan atau Lembaga-lembaga yang hadir dalam upacara Barapen dapat
memberikan dukungan, baik secara keuangan maupun SDM (guru-guru yang
berkualitas).
Dari beberapa alternatif di atas, terlihat bahwa Upacara Barapen dapat diisi dengan suatu
pemahaman yang baru, yang lebih kuat dan lebih bermakna, ketimbang sekedar upacara adat
biasa. Yang diperlukan sekarang, adalah keterbukaan semua pihak dan kemauan semua pihak
agar Masyarakat Papua mengalami perubahan pandangan hidup khususnya dalam pendidikan.
C. Deskripsi Strategi yang Dipilih9
1. Planning
Planning adalah kemampuan untuk merencanakan suatu tindakan yang tepat dan akurat.
Untuk memudahkan menyusun rencana tersebut maka harus dapat menjawab rumus 5W+1H
yaitu What (apa) yang akan dilakukan, Why (mengapa) harus melakukan apa, When (kapan)
melakukan apa, Where (dimana) melakukan apa, Who (siapa) yang melakukan apa, How
(bagaimana) cara melakukan apa.
Dalam strategi ini proses planning dilakukan dengan merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan yaitu :
a. What : Bentuk kerjasama apa yang akan dilakukan ?
b. Why : Mengapa melakukan kerjasama ?
c. When : Kapan akan dilakukan kerjasama ?
d. Where : Dimananakah kerjasama akan dilakukan ?
e. Who : Pihak-pihak siapa saja yang akan kita jadikan mitra untuk bekerjasama ?
f. How : Bagaimanakan bentuk kerjasama yang akan dilakukan ?
2. Organizing
a. Organizing adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian
tugas. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan
harus diambil.
9 http://titin172.wordpress.com
11
b. Dalam proses ini penulis membuat pembagian kerja pada lembaga yang terdiri
dari unsur-unsur lembaga yaitu penyelenggara, pengelola dan staf-stafnya yang
ada di lembaga PAUD dengan pembagian tugas sesuai dengan kompetensi
masing-masing. Semua unsur diharapkan mendapatkan tugas menjadi
koordinator kemitraan.
3. Actuating
a. Actuating adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan bagaimana cara
menggerakkan sumber daya manusia sesuai dengan pembagian tugas yang
telah dilakukan pada fungsi Organizing. Jadi, actuating mempunyai prinsip
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
(leadership).
b. Tahap pelaksaan program yang dilakukan penulis adalah langsung
bersinggungan dengan para stakeholder PAUD untuk mewujudkan target
kerjasama secara langsung dengan mitra PAUD secara intensif dan
berkelanjutan. Setelah dilakukan pembagian tugas kepada seluruh unsur di
lembaga PAUD, proses selanjutnya adalah pelaksanaan tugas sesuai dengan
tugas yang sudah diberikan kepada masing-masing koordinator kemitraan
untuk melakukan proses kerjasama langsung secara intensif dan berkelanjutan
dengan masing-masing mitra kerja yang sudah ditentukan.
4. Controlling
Controlling adalah suatu proses pengawasan untuk mengukur atau
membandingkan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan yang telah
dicapai. Dengan adanya pengawasan ini, diharapkan tidak akan terjadi kesalahan atau
penyimpangan. Biasanya kelemahan pada fungsi inilah yang paling sering membuat
gagalnya suatu manajemen.
Dalam hal ini masuk tahap evaluasi program yaitu mengevaluasi semua proses
kemitraan yang telah dikembangkan dengan cara menjalin kerjasama langsung secara
intensif dan berkelanjutan menuju kemandirian PAUD.
D. Ke-inovasian dan Keunggulan Strategi “Manajemen PAUD”
12
Strategi “Manajemen PAUD” ini adalah melibatkan semua unsur di lembaga PAUD
dalam pembagian tugas mengembangkan kemitraan PAUD melalui proses manajemen PAUD
yaitu proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating)
serta pengevaluasian (controlling). dapat menghasilkan gagasan yang bernilai sebagai :
1. Efektif
“Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan
yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari
beberapa pilihan lainnya” (Purnama,2003). Efektifitas dapat juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam
hal ini, strategi “Manajemen PAUD” dinilai efektif karena mampu menyelesaikan
persoalan mendasar tentang kebutuhan lembaga PAUD dalam mengembangkan jejaring
kemitraan menuju kemandirian PAUD.
2. Efisien
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil
yang optimum”, (Purnama, 2003). Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang
benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik utnuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dinilai dengan penilaian-
penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima.
Dalam strategi “Manajemen PAUD” penulis menawarkan gagasan kerjasama atau
adanya gotong royong yang dilakukan tanpa perantara atau pihak ketiga terhadap mitra
PAUD sehingga dapat lebih efisien dalam penggunaan sumber dana dan saling
menguntungkan antara lembaga PAUD dengan mitra PAUD sehingga dapat
mewujudkan kemandirian PAUD.
Slogan PAUD yang berkualitas dan murah menjadi relevan untuk direalisasikan
karena adanya keterlibatan semua unsur-unsur yang ada di lembaga PAUD dan mitra
PAUD yang memberikan kontribusi besar terhadap kemandirian PAUD.
3. Strategis
Strategis adalah proses kerja berdasarkan hasil yang akan dicapai sesuai dengan
strategi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini konsep strategi “Manajemen Paud”
merujuk pada hasil yang akan dicapai yaitu terwujudnya kemandirian melalui
manajemen PAUD dalam mengembangkan jejaring kemitraan melalui proses kerjasama
langsung yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan dianggap sangat strategis
dalam menyelesaikan masalah.
4. Produktif
13
Merupakan sesuatu yang dapat menghasilkan dan ditawarkan ke suatu pasar untuk
memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dapat dipasarkan meliputi
salah satunya adalah gagasan. Dalam hal ini, strategi “Manajemen PAUD” merupakan
gagasan yang dihasilkan dalam rangka optimalisasi manajemen PAUD dalam
mengembangkan jejaring kemitraan menuju kemandirian. Diharapkan dengan strategi
“Manajemen Paud” ini akan mewujudkan adanya kemandirian pada lembaga PAUD.
14
BAB IV
KELAYAKAN PENGEMBANGAN GAGASAN
A. Data Empiris Pendukung
Dalam rangka memberikan layanan pendidikan anak usia dini (PAUD), dinas
pendidikan Kabupaten Jayapura memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk ikut berperan aktif dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Dengan
berkembangnya peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
diharapkan angka partisipasi pendidikan anak usia dini akan meningkat sesuai target dan arah
kebijakan pemerintah Kabupaten Jayapura. Berdasarkan sumber dari dinas pendidikan
Kabupaen Jayapura, didapatkan data jumlah layanan pendidikan anak usia dini di Kabupaten
Jayapura kelurahan Hinekombe Distrik Sentani sebagai berikut :
NO KELURAHAN TK RA KB TPA PP TPQ JUMLAH
1 Kemiri 2 0 2 0 1 0 42 BTN Sosial 0 0 1 0 0 0 13 Polomo 1 0 0 0 0 14 Jln Sosial 1 0 1 0 0 0 25 Jl. Pasar Lama 0 0 0 0 0 1 16 Jl. Pasar Baru 0 0 1 0 0 1 27 Asrama 751 0 0 1 0 0 0 1
TOTAL 0 0 0 0 0 0 12
(Sumber Kelurahan Hinekombe l, 2014)Keterangan :TK = Taman Kanak-Kanak (kategori usia 4-6 tahun)RA = Raudhatul Athfal (kategori usia 4-6 tahun)KB = Kelompok Bermain (kategori usia 2-4 tahun)TPA = Taman Pengasuhan Anak (kategori usia 0-2 tahun)PP = Pos PAUD (kategori usia 2-6 tahun)TPQ = Taman Pendidikan Al Qur’an (kategori usia 2-6 tahun)
Dari data jumlah PAUD di Kota kabupaten Jayapura di atas dapat disimpulkan bahwa
jumlah layanan PAUD memiliki angka partisipasi yang cukup besar, hal ini diharapkan
diiringi juga dengan kualitas yang semakin baik. Dengan adanya manajemen PAUD dalam
mengembangkan jejaring kemitraan menuju kemandirian diharapkan mampu menjawab
permasalahan kemandirian PAUD yang memberikan kontribusi terhadap berkembangnya
kualitas layanan PAUD.
15
B. Kendala Yang Dihadapi
Dalam melakukan manajemen PAUD dalam mengembangkan jejaring kemitraan
menuju kemandirian PAUD ini ada beberapa kendala yang mungkin akan dihadapi, yaitu :
1. Perekonomian orang tua siswa yang kurang/ ekonomi lemah.
2. Belum adanya kesadaran akan penting pendidikan PAUD di kalangan masyarakat
Papua.
3. Tidak semua mitra PAUD berkenan untuk menjalin kerjasama dengan lembaga
PAUD karena PAUD tidak menghasilkan uang.
4. Keterbatasan lembaga PAUD terutama dalam hal administrasi yang harus dipenuhi
untuk memenuhi proses kerjasama dengan mitra PAUD
C. Tindak Lanjut atau Rencana Desiminasi
Penyusunan manajemen PAUD berbasis masyarakat akan memberikan hasil yang
optimal apabila dapat ditindaklanjuti dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Menciptakan komitmen bersama, antara lembaga PAUD dan instansi-instansi terkait
baik unsur Pemerintah maupun Non-Pemerintah dalam menjalin kemitraan melalui
kerjasama langsung secara intensif dan berkelanjutan.
2. Menyiapkan sumber daya manusia yang siap dan konsisten dalam melaksanakan
manajemen PAUD berbasis kemitraan. Kesiapan dan kekonsistenan ini dapat terjadi
dengan kecukupan bekal ilmu dari para pelaksana dan evaluasi konstruktif untuk
mendukung komitmen.
3. Menciptakan pembelajaran kepada masyarakat Papua akan pentingnya pendidikan
PAUD dan membina kesehatian dari seluruh lapisan masyarakat.
4. Evaluasi berkala yang dilakukan PAUD dan mitra PAUD perlu dilakukan terhadap
proses kerjasama, agar dapat mencapai tujuan bersama.
16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kearifan budaya lokal yang merupakan modal utama dalam kehidupan suatu
masyarakat sebenarnya dapat diisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar
ritual belaka. Dalam suatu upacara, yang biasanya dihadiri berbagai kalangan dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan visi dan misi serta menggalang dana yang diperlukan
untuk melaksanakan visi misi tersebut.
Upacara Barapen dengan maknanya yang dalam, dapat diberi pemahaman yang baru
untuk menggalang kekuatan untuk berbela rasa, membangkitkan kepedulian untuk
mengentaskan kebodohan melalui pendidikan yang dimulai dari PAUD Reimai sampai dalam
proses pendidikan selanjutnya, minimal tingkat SMA.
Dengan strategi manajemen yang baik, bertanggung jawab, maka Pengelola PAUD
dapat menggunakan potensi yang ada, sehingga proses pembelajaran di PAUD Reimai bisa
berjalan terus, bahkan bisa berkembang.
B. Saran
1. Penyuluhan dari pihak Pemerintah yang berwenang, Gereja dan Kepala Suku agar
masyarakat Papua mau terlibat dalam penggalangan dana untuk pendidikan.
2. Pengarahan dan Pembinaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Direktur PPTK-PAUDNI agar PAUD di Kabupaten Jayapura khususnya
Kecamatan Sentani dapat memenuhi standar kualifikasi pendidikan sesuai standar
Nasional.
3. Dukungan, Penyuluhan dan Pembinaan serta monitoring kepada Pengelola PAUD
untuk mengelola pelayanan PAUD, baik admisnistrasi pengajaran maupun
pembiayaan untuk operasional sekolah serta honor pendidiknya
4. Sangat diperlukan kesatuan hati semua pihak untuk mewujudkan Kemandirian
PAUD.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini/, diunduh 11 Juni 2014
http://bppnfi-reg7.org/2014/03/09/kemitraan-jembatan-sukses-paudni/, diunduh 11 Juni 2014
http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/28/1017593/Pemerintah.Alokasikan.Rp.2.40.Triliun
.untuk.PAUD.Nonformal.dan.Informal, diunduh 20 Feb 2014
http://infokebudayaanpapua.blogspot.com (diunduh tgl, 9 Juni 2014)
http://titin172.wordpress.com
http://zakiatifalasifah.blogspot.com/2014/05/bab-cover-iv-kalung-intan.html, diunduh 17 Mei
2014
18
LAMPIRAN.
19
Mengikuti Seminar dan Loka Karya Pendirian PAUD di Daerah 3T, bersama Dirjen PAUDNI, DR.H. Lydia Freyani dan Ketua Pokja Anak Unggul, DR. Wisnu Trioka
Peneguhan Penguru PAUD di masing-masing Provinsi
Orang Tua Siswa dan Pendidik PAUD Reimai ..... Kunjungan ....
Kunjungan .... Pelatihan Guru PAUD oleh Tim dari Asosiasi Pendidikan Bethel (Bandung)