cholelithiasis.pptx

32
CHOLELITHIASIS RANDI ANUGRAH 1010070100124 Dr. Suhelmi,Sp.B

Upload: ongko-setunggal

Post on 14-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfghgvdhjsa

TRANSCRIPT

CHOLELITHIASIS

RANDI ANUGRAH

1010070100124

Dr. Suhelmi,Sp.B

ANATOMI Kandung empedu bentuknya seperti kantong,

organ berongga yang panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri.

Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan hati.

Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati.

Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu.

Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan daerah duktus sistika.

Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.

Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke duodenum. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular yang dikenal sfingter oddi.

VASKULARISASI Kandung empedu mendapat aliran

darah dari arteri sistikus cabang arteri hepatikus dan mengalirkan darah ke vena sistikus yang bermuara ke dalam sistem vena porta.

FISIOLOGI Empedu yang disekresikan oleh hati normalnya

antara 600-1200 ml/ hari. Fungsi kandung empedu, yaitu:

Empedu berperan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena mengandung asam empedu yang membantu mengemulsikan lemak dapat dicerna oleh enzim lipase pankreas serta membantu transpor & absorpsi produk akhir lemak menuju atau melalui membran mukosa usus.

Empedu berperan sebagai alat untuk mengeluarkan hasil buangan dari darah, seperti bilirubin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk hati.

Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus

Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormon duodenum, yaitu kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus utama bagi pengosongan kandung empedu, lemak merupakan stimulus yang lebih kuat.

Reseptor CCK telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding kandung empedu. Pengosongan maksimum terjadi dalam waktu 90-120 menit setelah konsumsi makanan. Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organik, dan elektrolit, yang normalnya disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut organik adalah garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid.

Empedu hati dan empedu kantung empedu

Air 97,5 gr/dl 92 gr/ dl.

Garam empedu 1,1 gr/dl 6 gr/ dl.

Bilirubin 0,04 gr/dl O,3 gr/ dl.

Kolesterol 0,1 gr/dl 0,3 sampai 0,9 gr/dl.

Asam – asam lemak 0,12 gr/dl 0,3 sampai 1,2 gr/dl.

Lesitin 0,04 gr/ dl 0,3 r/dl.

Na+ 145 mEq/liter 130 mEq/liter.

K+ mEq/liter 12 mEq/liter.

Ca+ 5 mEq/liter 23 mEq/liter.

Cl- 100 mEq/liter 25 mEq/ liter.

HCO3- 28 mEq/liter 10 mEq/liter.

DEFENISI Cholelitiasis berasal dari kata Chole

yang artinya empedu dan Lithos yaitu batu. Jadi cholelitiasis adalah penyakit batu empedu. Batu empedu (cholelitiasis) adalah suatu partikel solid inorganik yang terbentuk dari cairan garam empedu bisa di dalam kandung empedu atau di saluran empedu.

EPIDEMIOLOGI Prevalensi batu empedu bervariasi

sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Wanita dengan batu empedu melebihi

jumlah pria dengan perbandingan 4 : 1. Batu empedu tidak biasa ditemukan

pada orang yang berusia kurang dari 20 tahun, lebih sering dalam kelompok usia 40 sampai 60 tahun dan ditemukan sekitar 30 persen pada orang yang berusia di atas 80 tahun.

KLASIFIKASI BATU EMPEDUA. Batu kolesterol

Mengandung lebih dari 50% kolesterol dari seluruh beratnya, sisanya terdiri dari protein dan garam kalsium.

Mengandung kristal kolesterol dan musin glikoprotein.

Kristal kolesterol yang murni biasanya agak lunak dan adanya protein menyebabkan konsistensi batu empedu menjadi lebih keras

Pada keadaan empedu tidak lewat jenuh oleh kolesterol serta mengandung cukup asam empedu dan fosfolipid, kolesterol akan terikat pada bagian hidrofobik dari campuran misel.

Campuran misel ini memungkinkan transpor dan absorpsi produk akhir lemak menuju atau melalui membran mukosa usus.

Bila empedu mengandung kolesterol yang tinggi atau kadar asam empedu serta fosfolipid rendah, kelebihan kolesterol tidak dapat ditranspor ke dalam campuran misel, tetap terbentuk vesikel.

Vesikel ini bersifat tidak stabil dan akan beragregasi membentuk vesikel yang lebih besar dan berlapis-lapis (vesikel multilamellar) sehingga membentuk inti kristal kolesterol.

Meningkatnya kadar kolesterol akan menyebabkan cairan empedu menjadi lewat jenuh dan memungkinkan tejadi kristalisasi dan terbentuknya inti kristal kolesterol.

B. Batu pigmen• Merupakan campuran dari garam kalsium

yang tidak larut, terdiri dari kalsium bilirubinat, kalsium fosfat dan kalsium karbonat.

• Batu pigmen dibedakan menjadi dua yaitu batu pigmen hitam dan batu pigmen coklat, keduanya mengandung garam kalsium dari bilirubin.

• Batu pigmen hitam mengandung polimer dari bilirubin dengan musin glikoprotein dalam jumlah besar, sedangkan batu pigmen coklat mengandung garam kalsium dengan sejumlah protein dan kolesterol yang bervariasi.

• Batu pigmen hitam umumnya dijumpai pada pasien sirosis atau penyakit hemolitik kronik seperti talasemia dan anemia sel sickle. Batu pigmen coklat sering dihubungkan dengan kejadian infeksi.

PATOFISIOLOGIPenyebab pasti dari batu empedu belum dipahami dengan jelas.Faktor yang mendukung :

Kadar kolesterol yang tinggi pada empedu Pengeluaran empedu yang berlebihan Kecepatan pengosongan kandung empedu yang menurun Perubahan pada konsentrasi empedu atau bendungan

empedu pada kandung empeduBatu empedu terdapat di dalam kandung empedu

atau dapat bergerak kearea lain dari system empedu. Pada saat pengososngan kandung empedu atau pengisian kandung empedu batu dapat pindah dan terjebak dalam leher kandung empedu. Selain leher cysticduct (saluran cyste), atau saluran empedu menyebabkan bebuntuan. Ketika empedu tidak bias mengalir dari kandung empedu. Terjadi bendungan dan iritasi lokakl dari batu empedu menyebabkan radang batu empedu (cholecystitis)

PATOGENESIS BATU PIGMEN HITAM

PATOGENESIS BATU PIGMEN COKLAT

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos abdomenBiasanya dibuat dengan posisi berdiri dan supine. Tetapi dengan pemeriksaan ini saja tidak memberikan data yang akurat sebab hanya sekitar 10-15% batu empedu yang bersifat radioopak.

UltrasonografiUltrasonografi memiliki derajat spesifisitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu empedu dan pelebaran saluran empedu intra atau ekstra hepatik.

CT Scan pada kasus akut akan dijumpai penebalan dinding kandung empedu atau adanya cairan perikolesistikus akibat kolesistitis akut.

Cholescintigraphy dimasukkan derivat imidoacetic acid ke dalam tubuh secara intravena di absorpsi dihati dan di ekresi di empedu adanya sumbatan pada duktus sistikus.

MRCP (Magnetic Resonance Cholangiopancreatography) membantu dalam menilai obstruksi biliaris dan anatomi duktus pankreatikus.

ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) visualisasi duktus koledokus dan duktus pancreatikus.

EUS (Endoscopic Ultrasonography) menggunakan ultrasound frekuensi tinggi untuk mengevaluasi dan mendiagnosis kelainan traktus digestivus.

PENATALAKSANAAN Penanganan non bedah dapat dilakukan

dengan cara lisis batu, litotripsi dan mengeluarkan secara endoskopik.

Lisis batu Disolusi batu dengan sediaan garam empedu

kolelitolitik terutama untuk batu kolesterol. Pengobatan dilakukan selama 1 – 2 tahun.

Litotripsi Litotripsi atau penghancuran batu dengan

menggunakan gelombang ekstrakorprea (Extra-corporea shock-wave lithotripsy = ESWL).

Kriteria seleksi penderita adalah :

Riwayat kolik biliarisBatu radiolusen

Efek samping dari litotripsi adalah kolik biliaris dan kolesistitis.

Pengobatan endoskopik (ERCP)

Pengobatan endoskopik dengan menggunakan : Kateter fogarty atau basket Spingterotomi spingter oddi di papil vater yang

memungkinkan batu keluar secara spontan.

Terapi asam empedu oralTerapi ini tidak efektif pada :

Batu empedu pigmen Batu empedu radioopak Batu berdiameter lebih dari 1,5 cm Batu dalam kandung empedu

Terapi pada batu empedu seperti pemberian obat pelarut batu empedu ( chenodeoxycholic dan ursodeoxycholic acid) dan menghancurkan batu dengan extracorporeal shockwave lithotripsi.

Ursodeoxycholic acid dapat menghambat sintesis kolesterol oleh hati. Pengobatan lebih lama karena sampai 5 tahun. Pengobatan cara ini hanya untuk pasien yang dengan batu empedu berukuran kecil dan batu kolesterol tanpa kalsifikasi.

ESWL adalah terapi non operatif menggunakan gelombang suara ber energi tinggi yang dapat menghasilkan shock wave. Shock wave transmisikan melalui air dan jaringan dan mampu untuk memecahkan batu empedu.

Tindakan operatif : Cholesistektomi : mengangkat batu dan

kandung empedu, dapat mencegah berulangnya penyakit.

Laparoscopic cholesistektomi Indikasi : batu empedu atau polip

simptomatik dan penyulit akibat batu empedu.

Kontraindikasi : sepsis abdominal, gangguan perdarahan, kehamilan dan tidak mampu melihat saluran empedu.

LAPAROSCOPIC CHOLESISTEKTOMI

TERIMA KASIH