chf
DESCRIPTION
tidak boleh sombongTRANSCRIPT
CHF (Congestif Heart Failure) A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp Cordis.
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan.
(Sylvia A Price dan Lorraine M.Wilson.1995:583)
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan untuk memompakan
darah keseluruhan tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolisme. (National
Cardiovasculer Harkit.2001:119)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
sirkulasi yang adekuat, ditandai dengan dispneu, dilatasi vena dan edema.
(Kamus Kedokteran Dorland.1998:291)
Kesimpulan:
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gagal jantung
adalah keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh sesuai dengan kebutuhan.
2. Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung, bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot
polos yaitu di luar kesadaran.
Bentuk
Menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis
cordis. Disebelah bawah agak runang disebut apex cordis.
Letak
Di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum arteriol), sebelah
kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya
dibelakang kiri ICS 5 dan ICS 6 dua jari dibawah papilla mammae. Pada
tempat itu teraba adanya pukulan jantung yang disebut Ictus Cordis.
Ukuran
Kurang lebih sebesar kepalan tangan dengan berat kira-kira 250-300 gram.
Lapisan
Endokardium :Lapisan jantung sebelah dalam, yang menutupi katup
jantung.
Miokardium :Lapisan inti dari jantung yang berisi otot untuk
berkontraksi.
Perikardium :lapisan bagian luar yang berdekatan dengan pericardium
viseralis.
Jantung sebagai pompa karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah
sehingga dibagi jadi dua bagian besar, yaitu pompa kiri dan pompa kanan.
Pompa jantung kiri: peredaran darah yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dimulai dari ventrikel kiri-aorta-arteri-arteriola-kapiler-venula-vena cava superior
dan inferior-atrium kanan.
Pompa jantung kanan: peredaran darah kecil yang mengalirkan darah ke
pulmonal, dimulai dari ventrikel kanan-arteri pulmonalis-4 vena pulmonalis-
atrium kiri.
Gerakan jantung terhadap dua jenis, yaitu konstriksi (sistol) dan relaksasi
(diastole) dari kedua atrium, terjadi serentak yang disebut sistol atrial dan diastole
atrial. Konstriksi ventrikel kira-kira 0,3 detik dan tahap dilatasi selama 0,5 detik.
Konstriksi kedua atrium pendek, sedang konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih
kuat. Daya dorong dari vantrikel kiri harus lebih kuat karena harus mendorong
darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama, tapi tugasny
hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru dimana tekanannya lebih rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pompa jantung
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung, yang menyebabkan aliran jantung normal. Konsep curah
jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO=HR X SV dimana curah
jantung (CO/Cardiac Output) adalah fungsi frekuansi jantung (HR) dan volume
sekuncup (SV/Stroke Volume)
Frekuensi janung adalah fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, system saraf akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan
perfusi jaringan yang memadai maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan maslah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih
dapat dipertahanka.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi jantung
tergantung pada 3 faktor yaitu:
Preload :adalah sinonim dengan hokum starling pada jantung
yang menyatakan jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh regangan otot jantung.
Kontraktilitas :mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
Afterload :mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompakan darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol.
3. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung congenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis, yang menyebabkan
gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal
meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium pada keadaan dimana terjadi penurunan pada infark miokardium dan
cardiomiopati. Selain ketiga makanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung, ada factor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal
bekerja sebagai pompa. Factor-faktpr yang mengganggu pengisisan ventrikel
seperti stenosis katup atrioventrikuler dapat menyebabkan gagal jantung.
Penyebab gagal pompa jantung secara menyeluruh:
a. Kelainan mekanis
Peningkatan beban tekanan
Sentral (stenosis aorta)
Perifer (hipertensi sistemik)
Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban awal)
Obstruksi terhadap ventrikel (stenosis mitralis atau trikuspidalis)
Tamponade pericardium
Restruksi endokardium atau miokardium
Aneurisma ventrikel
Dis-sinergi ventrikel
b. Kelainan miokardium
1) Primer
Kardiomiopati
Miokarditis
Kelainan metabolic
Toksisitas (alcohol, kobalt)
Preskardia
2) Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis)
Kekurangan 02
Kelainan metabolic
Inflamasi
Penyakit sistemik
Penyakit paru obstrusi menahun (PPOM)
c. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
Henti jantung
Fibrilasi
Tachycardia atau bradicardia yang berat
Asim kronis listrik, gangguan konduksi
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung pada
etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring
b. Dyspnea On Effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak napas tiba-tiba pada
malam hari disertai batuk
d. Berdebar-debar
e. Lekas capek
f. Batuk-batuk
Gambaran klinis gagal jantung kiri:
a. Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
b. Pernapasan cheyne stokes
c. Batuk-batuk
d. Sianosis
e. Suara sesak
f. Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
g. Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
h. BMR mungkin naik
i. Kelainan pada foto roentgen
Gambaran klinis gagal jantung kanan:
a. Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax
b. Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)
c. Gangguan gastrointestinal, anorexia, mual, muntah, rasa kembung di
epigastrium
d. Nyeri tekan mungkin didapati gangguan fungsi hati tetapi perbandingan
albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali
e. Gangguan ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular, kadar ureum
meninggi (60-100%), oligouria, nocturia
f. Hiponatremia, hipokalemia, hipoklorimia
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:
1) Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang
mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan
berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada
syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah hilangnya
40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh
ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supply oksigen
miokardium.
2) Edema paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam
tubuh. Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari
batas negative menjadi batas positif.
Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
a. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat
peningkatan tekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan
alveoli.
b. Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh infeksi
seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti
gas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing menyebabkan
kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat keluar dari kapiler.
6. Test Diagnostik
Kegagalan jantung diagnosa khas berdasarkan temuan-temuan, tanda-tanda
dan gejala klinis dan diketahui. Factor-faktor pencetus, test diagnostic yang
dilakukan antara lain:
a) Electrocardiogram (ECG)
Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan
pola mungkin terlihat dysritmia misalnya: tachycardia, fibrilasi atrial.
b) Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi atau
struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventrikel.
c) Scan jantung (multigooted adivisiton (MUGA))
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan geraka dinding.
d) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dna membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan versus kiri dan stenosis katup atau insufisiensi juga mengkaji
potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan
ukuran abnormal dan perubahan kontraktilitas.
e) Rontgent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal abnormal misalnya: pulgus pada pembesaran
jantung kiri dapat menunjukkan aneurisma ventrikel.
f) Enzim hepar
Meningkat dalam gagal atau kongesti hepar.
g) Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
h) Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung kiri akut
memperburuk PPOM atau gagal jantung kiri kronis.
i) AGD
Gagal ventrikel ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau
hipoksemia sengan peningkatan PCO2 akhir.
j) Kreatinin
Peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal.
k) Albumin/transforin serum
Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
syntesis dalam hepar yang mengalami kongesti.
l) HSD
Mungkin menentukan anemia, polysitemia atau perubahan kepekatan
menandakan retensi air mungkin meningkat, menunjukkan infark akut.
7. Penatalaksanaan
a. Istirahat
b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan
mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap
hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila
terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu
gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak
ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ),
dan takikardia atria proksimal
d. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui
ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak
mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien harus
dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian
diuretic, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk
menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi
e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-
hati depresi pernapasan
f. Pemberian oksigen
g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk
mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
8. Klasifikasi
gagal jantung berdasatkan derajat fungsional:
Kelas I :timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas
sehari-hari tidak terganggu.
Kelas II :timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari
sedikit terganggu.
Kelas III :timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari
terganggu.
Kelas IV :timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat.
Sumber: Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Bidang Pelatihan Harapan
Kita).
9. patoflowdiagram
ETIOLOGI : Merokok, kolesterol tinggi, exercise kurang, keturunan
Hipertensi
Kompensasi jantung bekerja semakin berat
Penurunan kerja jantung
CHF
Stroke volume menurun
Cardiac output menurun
Penurunan fungsi pompa jantung kanan penurunan fungsi pompa jtg kiri
Residu darah diventrikel kanan meningkat residu darah diventrikel kiri
Terjadi peningkatan tek. Pada V.kanan terjadi peningkatan tek. Pada V.kiri
Darah masuk keatrium kanan darah masuk keatas atrium kiri
Peningkatan tek. Diatrium kanan terjadi peningkatan tek. Pd atrium kiri
Darah refluk keatas vena
V.kiri menurun darah masuk V.pulmonal
V.cava superior V.cava inferior SV menurun cairan meningkat diparu
Tjd kekurangan O2 diotak edema ekstremitas -edema paru
-Suara serak
-Batuk
-orthopnea
Letargi/kelemahan -kelemahan otot
-GI track : anoreksia
Pusing -perkemihan : urine sedikit
CO menurun
Supply ginjal menurun
Jml Urine menurun
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada CHF
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Makanan atau cairan
Gejala:
Kehilangan nafsu makan
Mual dan muntah
Pembengkakan pada ekstremitas
Diit tinggi garam atau lemak, gula dan kafein
c. Eliminasi
Gejala:
Penurunan berkemih, urin berwarna gelap
Berkemih pada malam hari
Diare atau konstipasi
d. Aktivitas istirahat
Gejala:
Keletihan atau kelelahan terus-menerus sepanjang hari
Insomnia
Nyeri dada dengan aktivitas
e. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi
Bedah jantung
Anemia
Endokarditis
f. Integritas ego
Gejala:
Ansietas, kuatir dan takut
Stress yang berhubungan dengan penyakit
g. Kenyamanan
Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau kronis
Sakit pada otot
h. Pernapasan
Gejala:
Dyspnea pada saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
i. Interaksi social
Gejala:
Penurunan keikutsertaan dalam aktifitas social yang bias dilakukan
j. Keamanan
Gejala:
Perubahan dalam fungsi mental
Kehilangan kekuatan atau tonus otot
Kulit lecet
2. Diagnosa Keperawatan
1) Curah jantung menurun b.d
Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik.
Perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung.
Perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi apical, kaji
frekuensi, irama jantung.
Biasanya terjadi tachycardia untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas
jantung.
2. Catat bunyi jantung. S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja
pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi
yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung
yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung
yang sangat dipengaruhi oleh CO dan
pengisisan jantung.
5. Pantau keluaran urine, catat
penurunan keluaran, dan
kepekatan atau konsentrasi
urine.
Dengan menurunnya CO mempengaruhi
suplai darah ke ginjal yang juga
mempengaruhi pengeluaran hormone
aldosteron yang berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori
contoh: letargi, bingung,
disorientasi, cemas dan depresi.
Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sekunder terhadap penurunan
curah jantung.
7. Berikan istirahat semi
recumbent (semi-fowler) pada
tempat tidur.
Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung
dan menurunkan kebutuhan oksigen dan
penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi, oksigen, obat
jantung, obat diuretic dan
cairan.
Membantu dalam proses kimia dalam
tubuh.
2) Intoleransi aktivitas b.d
Kelemahan, kelelahan.
Perubahan tanda vital, adanya dysritmia.
Dyspnea.
Pucat.
Berkeringat.
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Periksa tanda vital sebelum
dan sesudah aktivitas,
khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator,
diuretic.
Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
aktivitas karena efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan atau pengaruh fungsi
jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal
terhadap aktivitas, catat
takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
Penurunan atau ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi
jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan
contoh pengobatan, nyeri, obat.
Kelemahan adalah efek samping beberapa
obat (beta bloker, traquilizer, sedative),
nyeri dan program penuh stress juga
memerlukan energi dan menyebabkan
kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan
intoleransi aktivitas.
Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada kelebihan
aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam
aktivitas perawatan diri sesuai
indikasi, selingi periode
aktivitas dengan istirahat.
Pemenuhan kebutuhan perawatan diri
pasien tanpa mempengaruhi stress miokard.
6. Implementasikan program
rehabilitasi jantung atau
aktivitas.
Peningkatan bertahap pada aktivitas
menghindarai kerja jantung atau konsumsi
oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, bila
disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.
3)
Kelebihan volume cairan b.d
Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung) atau
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.
Intervensi Rasional
1. Pantau keluaran urin, catat
jumlah dan warna saat hari
dimana diuresis terjadi
Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat
(khususnya selama sehari) karena
penurunan perfusi ginjal.
2. Hitung keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam.
Terapi diuretic dapat disebabkan oleh
kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebih
(hipovolemia) meskipun edema atau asites
masih ada.
3. Berikan posisi kaki lebih
tinggi dari kepala.
Pembentukan edema, sirkulasi melambat,
gangguan pemasukan nutrisidan imobilisasi
dan tirah baring yang lama.
4. Auskultasi bunyi napas, catat
penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi
atau batuk.
Kelebihan cairan sering menimbulkan
kongersti paru. Gejala edema paru dapat
menunjukkan gagal jantung kiri akut.
5. Berikan makanan yang mudah
dicerna, porsi kecil dan sering.
Penurunan motilitas gaster dapat berefek
merugikan pada digestif.
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi diuetik,
cairan dan elektrolit.
Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan
dapat menghambat reabsorbsi.
7. kolaborasi dengan ahli gizi. Perlu memberikan diet yang dapat diterima
klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
4) Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d
Perubahan membrane kapiler-alveolus, contoh pengumpulan atau
perpindahan cairan ke dalam area interstitial atau alveoli.
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bunyi napas, catat
krekels.
Menyatakan adanya kongesti paru atau
pengumpulan secret menunjukkan
kebutuhan untuk.
2. Anjurkan klien untuk batuk
efektif, napas dalam.
Membersihkan jalan napas dan
memudahkan aliran oksigen.
3. Dorong perubahan posisi. Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-
300 posisi semi fowler.
Menurunkan konsumsi oksigen atau
kebutuhan dan meningkatkan inspaksi paru
maksimal.
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam terapi o2 dan laksanakan
sesuai indikasi.
Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar
yang dapat memperbaiki atau menurunkan
hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter
dalam pemberian obat seperti
diuretic dan bronkodilator.
Menurunkan kongestif alveolar,
meningkatkan pertukaran gas,
meningkatkan aliran oksigen dengan
mendilatasi jalan napas dan mengeluarkan
efek diuretic ringan untuk menurunkan
kongestif paru.
5) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d
Tirah baring.
Edema, penurunan perfusi jaringan.
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Lihat kulit catat penonjolan
tulang. Lihat adanya edema,
area sirkulasinya terganggua
atau pigmentasi atau
kegemukan.
Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit
beresiko imobilisasi fisik dan gangguan
status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan Meningkatkan aliran darah, meminimalkan
hipoksia jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan
tidur atau kursi. Bantu lakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif.
waktu satu area yang mengganggu aliran
darah.
4. Sering berikan perawatan
kulit, meminimalkan
kelembaban.
Kulit terlalu kering dan lembab dapat
merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal
yang kesempitan, ubah sesuai
kebutuhan.
Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan
edema dependen. Meningkatkan resiko
tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular. Edema interstitial dan gangguan sirkulasi
memperlambat absorbsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit atau
terjadinya infeksi.
6) Kurang pengetahuan b.d
Kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan fungsi jantung
normal, meliputi informasi
sehubungan dengan perbedaan
pasien dari fungsi normal.
Jelaskan perbedaan antara
serangan jantung dan gangguan
jantung kongestif.
Pengetahuan proses penyakit dan harapan
dapat memudahkan ketaatan dan program
pengobatan.
2. Kuatkan rasional pengobatan. Pemahaman program obat dan
pembatasannya dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
3. Dapat tetap menjalankan
aktivitas tetapi jangan sampai
kelelahan tetapi tetap istirahat.
Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut
menjadi melemahkan jantung.