chf putu
DESCRIPTION
CHFTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG LILY RSUD SUNAN
KALIJAGA DEMAK
Disusun Oleh
Putu Listya Oktaviani
1408117
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2015
KONSEP DASAR
A. Definisi
Gagal jantung ( GJ ) adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala ), ditandai
oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas ) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung.(ARU W. Sudoyo,dkk. 2009).
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih
normal (Lily I. Rilantono,dkk., 2001).
Istilah gagal jantung berarti bahwa jantung tidak mampu memompa darah dalam
jumlah memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh (John E. Hall. 2010)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memoma darah dalam jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen
(http://hidayat2.wordpress.com).
B. Klasifikasi
Klasifikasi gagal jantung dari New York Heart Association
1. Kelas I (asimtomatik) : tidak membatasi aktivitas fisik normal.
2. KelasII (ringan): nyaman saat istirahat namun timbul gejalapada aktivitas ringan.
3. Kelas III (sedang): nyaman saat istirahat namun gejala timbul padaaktivitas sedang
sampai berat.
4. Kelas IV (berat):tidak mampu melakukan aktivitas fisik tanpa merasatak nyaman,yang
bisa juga dirasakan saat istirahat.
(David Rubenstein. 2005)
Gagal jantung Sistolik dan Diastolik
a. Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa
sehingga curah jantung menurun, dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan
aktifitas fisik menurun dan gejala hipoperfusi lainnya.
b. Gagal jantung diastole adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian
ventrikel. Gagal jantung diastolic didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi
ejeksi lebih dari 50%.
Ada 3 macam gangguan fungsi diastolic :
1) Gangguan relaksasi
2) Pseudo-normal
3) Tipe restriktif.
(Aru W. Sudoyo. 2009)
Gagal jantung curah tinggi dan curah rendah.
a. Gagal jantung curah tinggi
Terjadi bila beban metabolisme tetap meningkat dan melampaui kemampuan
fisiologio jantung, maka akan timbul gagal jantung dan curah jantung akan
menurun kembali. Namun demikian curah jantung tersebut masih tetap lebih
besar daripada normal (Lily I. Rilantono,dkk. 2001).
b. Gagal jantung curah rendah
Pada gagal jantung curah rendah, curah jantung dalam keadaan istirahat masih
dirasakan cukup oleh tubuh, walaupun sebenarnya masih lebih rendah dari
normal. Namun, dalam keadaan aktifitas fisik, maka curah jantung walaupun
mula-mula akan meningkat sedikit tetapi segera akan menurun kembali, bahkan
akan lebih rendah dari saat istirahat karena ketidakmampuan jantung untuk
menerima beban tersebut (Lily I. Rilantono,dkk,2001).
Gagal jantung kanan dan kiri
a. Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan ventrikel kanan
seperti pada hipertensi pulmonal primer atau sekunder, tromboemboli paru kronik
sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema perifer,
hepatomegali, dan distensi vena jugularis (ARU W. Sudoyo,dkk. 2009).
Pada keadaan gagal jantung kanan akut karena ventrikel kanan tidak bisa
berkontraksi dengan optimal, terjadi bendungan diatrium kanan dan vena kava
superior dan inferior (Lily I. Rilantono,dkk. 2001).
b. Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel, meningkatkan tekanan vena
pulmonalis dan paru menyebabkan pasien sesak napas dan ortopnea.
Pada keadaan normal selalu terdapat sisa darah dirongga ventrikel pada akhir
sistol. Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung, maka pada saat
akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan normal. Pada fase
diastole berikutnya maka sisa darah ini akan bertambah lagi dengan darah yang
masuk keventirkel kiri, sehingga tekanan diastole akan lebih tinggi.
1) Gagal jantung kiri yang terkompensasi
2) Gagal jantung kiri yang berat yang tidak dapat terkompensasi
3) Gagal jantung krir kronis
(ARU W. Sudoyo,dkk. 2009).
Gagal jantung Akut dan Kronik
a. Gagal jantung akut
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai serangan cepat atau adanya perubahan
pada gejala-gejala atau tanda-tanda dari gejala jantung yang berakibat
diperlukannya tindakan atau terapi secara urgent. Gagal jantung akut dapat
berupa serangan pertama gagal jantung, atau perburukan dari gagal jantung
kronik sebelumnya.
b. Gagal jantung kronik
Gagal jantung kronik didefinisikan sebagai syndrome klinik yang komplek yang
disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirah atau
latihan, edema, dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan
istirahat (ARU W. Sudoyo,dkk. 2009).
Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi
kiri dan sisi kanan (Suzanne C, Smeltzer. 2002)
C. Etiologi
Factor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel seperti stenosis katup
atrioventrikularis dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti perikarditis,
konstriktif, dan tamponade jantung dapat mengakibatkan gagal jantung melalui gabungan
beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel.
Factor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penurunan
sirkulasi yang mendadak dapat berupa (1) aritmia, (2) infeksi sistemis dan infeksi paru-
paru, dan (3) emboli paru.
Penyebab gagal jantung :
kelainan mekanis kelainan miokardial gangguan irama jantung1.peningkatan beban tekanan dari sentral (stenosis aorta) dari periper (hipertensi sistemis)
2.peningkatan beban volume regurgitasi katup pirau meningkatnya beban awal
3.obstruksi terhadap pengisian ventrikel stenosis mitral atau tricuspid
4.tamponade pericardium
5.restriksi endokardium dan miokardium
6.aneurisma ventricular
7.dis-sinergi ventrikel
Primer1. kardiomiopati
2. gangguan neuromuscular miokarditis
3. metabolik (diabetes militus)
4. keracunan (alcohol, kobalt)
1.henti jantung
2.ventrikular fibrilasi
3.takikardia atau bradikardia yang ekstrim
4.asinkroni listik dan gangguan konduksi
Sekunder1. iskemia (penyakit jantung koroner)
2. gangguan metabolic
3. inflamasi
4. penyakit infiltrative (restrictive cardiomiopati)
5. penyakit sistemis
6. penyakit paru obstruksi kronis
7. obat-obat yang mendepresi miokardium
Penyebab gagal jantung kongestif :
a. Kelainan otot jantung
Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degenerative atau inflamasi.
b. Aterosklerosis
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis ( akibat penumpukan asam laktat ). Infark
miokardium ( kematian sel jantung ) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal.
( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut ( hipertrofi miokard )
dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Mekanisme yang biasanya terjadi mencakup gangguan aliran darah melalui
jantung. Ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, atau pengosongan
jantunng abnormal. Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan
darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertrofi
miokard.
f. Factor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan
anemia juga bisa menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritma jantung
yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal jantung
menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
D. Manifestasi Klinis
1) Gambaran klinis relative dipengaruhi oleh tiga factor :
a) Kerusakan jantung
b) Kelebihan beban hemodinamik, dan
c) Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi.
2) Gejala-gejala yang terjadi akibat gagal jantung :
a) Batuk
b) Edema
c) Dispenia
d) Disritmia
e) Ortopnea
f) Paroksismal
g) Kulit dingin
h) Kelemahan fisik
i) Dispenia nocturnal
j) Edema pulmonal akut
k) Distensi vena jugularis
l) Adanya bunyi jantung ketiga dan keempat dan crackles pada paru-paru
m) Perubahan nadi ( takikardi, thread pulse, hipotensi sistolik, pulsus alternans )
(Arif Mutaqin, 2009)
3) Gambaran pada gagal jantung sisi kiri adalah sebagai berikut :
a) Meningkatnya tekanan atrium kiri
b) Bendungan paru
c) Edema paru jika tekanan kapiler paru lebih dari sekitar 28 mmHg.
d) Tekanan arteri dan curah jantung tetap mendekati normal selama pasien
beristirahat
e) Intoleransi terhadap olah raga, yang jika dicoba dapat memperparah edema paru.
(Jhon E. Hall, 2010)
4) Gambaran klinis gagal jantung kanan :
a. Gejala
(1) Nyeri dada
(2) Penurunan kapitas aktivitas
(3) Pembengkakan pergelangan kaki
(4) Dispnu (namun bukan ortopnu atau PND)
b. Tanda
(1) Edema
(2) S3 atau S4 RV
(3) Efusi pleura
(4) Hepatomegali dan asites
(5) Peningkatan JVP (±TR)
(6) Denyut nadi (aritmia takikardial)
(7) Gerakan bergelombang parasternal
( Huon H. Gray. 2005. Hal: 86 )
E. Patofisiologi
Menurut Soeparman (2000) beban pengisian (preload) dan beban tahanan (afterload)
pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya peningkatan
daya kontraksi jantung yang lebih kuat, sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan
jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis, sehingga kadar katekolamin dalam darah
meningkat dan t erjadi takikardi dengan tujuan meningkatkan curah jantung. Pembebanan
jantung yang berlebihan dapat mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan
terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal
dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik vena (Venous
return) ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolik dan menaikkan
kembali curah jantung. Dilatasi, hipertrofi, takikardi , dan redistribusi cairan badan
merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi badan.
Bila semua kemampuan mekanisme kompensasi jantung tersebut diata s
sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga
tepenuhi, maka terjadilah keadaan gagal jantung. Gagal jantung kiri atau gagal
jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri
sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam ventrikel
kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat.
Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri
pada waktu diastolik, dengan akib at terjadinya kenaikan tekanan rata–rata dalam atrium
kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran
masuknya darah dari vena – vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka
bendungan akan terjadi juga dalam paru – paru dengan akibat terjadinya edema paru
dengan segala keluhan dan tanda – tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang
meninggi. Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang
menjadi pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan
itu terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan kompensasi
dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas kemampuannya, dan bila
beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan, sehingga
pada akhirnya terjadi gagal jantung kiri – kanan. Gagal jantung kanan dapat pula
terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga
isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh gagal jantung kiri. De ngan menurunnya
isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan volum akhir diastole ventrikel kanan akan
meningkat dan ini menjadi beban atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan
pada waktu diastole, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan.
Tekanan dalam atrium kanan yang meninggi akan menyebabkan hambatan aliran
masuknya darah dalam vena kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga
mengakibatkan kenaikan dan adanya bendungan pada vena -vena sistemik tersebut
(bendungan pada vena jugularis dan bendungan dalam hepar) dengan segala akibatnya
(tekanan vena jugularis yang meninggi dan hepatomegali). Bika keadaan ini
terus berlanjut, maka terjadi bendungan sistemik yang lebih berat dengan akibat timbulnya
edema tumit atau tungkai bawah dan asites.
c. Pathway CHF
Disfungsi miokard beban sistol Kebutuhan metabolisme
Kontraktilitas preload beban kerja jantung
Hambatan pengosongan ventrikel
Beban jantung
Gagal Jantung Kongestif
Gagal Pompa Ventrikel
Forward Failure Back Ward Failure
Curah jantung (COP) Renal Flow Tekanan vena pulmo
Suplay darah jaringan Pelepasan RRA Tekanan kapiler paru
Nutrisi & O2 sel Retensi Na & air Edema Paru
Metabolisme sel Edema G3 Pertukaran Gas
Lemah & Letih Kelebihan Volume Cairan
Intoleransi Aktivitas
F. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk
menegakkan diagnosa CHF yaitu:
1) Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,
fibrilasi atrial.
2) Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .
3) Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.
4) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5) Rongent dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6) Enzim hepar
Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.
7) Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik.
8) Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis.
9) Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11) Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus
gagal jantung.
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1) Tujuan pengobatan adalah :
a) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
c) Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan
terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
2) Terapi Farmakologis :
a) Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema
b) Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
c) Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
d) Diet
Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.
H. Komplikasi
a) Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung
dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
b) Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan
pada katup jantung.
c) Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu
banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
d) Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau
stroke
KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas/istrahat
Gejala
a) Keletihan/kelemahan terus menerus sepanjang hari.
b) Insomnia.
c) Nyeri dada dengan aktivitas.
Tanda
a) Gelisah
b) Perubahan status mental.
2) Sirkulasi
Gejala
Riwayat hipertensi, IM akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis.
Tanda
a) TD : rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis), atau tinggi
(kelebihan beban cairan).
b) Frekuensi jantung : takikardi.
c) Irama jantung : disritmia.
d) Bunyi jantung : S3 (gallop).
e) Nadi : nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan.
f) Punggung kuku : pucat atau sianosis dengan pengisisan kapiler lambat.
g) Bunyi napas : ronki, krekels.
3) Integritas ego
Gejala
a) Ansietas
b) Stress yang berhubungan dengan penyakit.
Tanda
a) Berbagai manifestasi prilaku.
4) Eleminasi
Gejala
a) Penurunan berkemih
b) Diare.
5) Makanan dan cairan
Gejala
a) Kehilangan nafsu makan
b) Mual/muntah
c) Penambahan berat badan yang signifikan.
Tanda
Penambahan beerat badan cepat.
6) Pernapasan
Gejala
a) Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk,atau dengan beberapa bantal
b) Batuk dengan atau tanpa sputum.
c) Penggunaan bantuan pernafasan.
Tanda
a) Pernapasan : takipnea.
b) Batuk : kering/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa
sputum
J. Diagnosa Keperawatan Utama
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler
dan alveolus
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
3) Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan
umum.
K. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler
dan alveolus
Tujuan
a. Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan.
Intervensi
1. Aukskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2. Anjurkan pasien untuk batuk efektif, napas dalam.
Rasional : memberikan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.
3. Pertahankan posisi semifowler.
Rasional : Menurunkan kosumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi
paru maksimal.
4. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan kontraksi oksigen alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.
5. Berikan obat sesuai indikasi
a. Diuretic, furosemid (laxis).
Rasional : menurunkan kongesti alveolar, mningkatkan pertukaran gas.
b. Bronkodilator, contoh aminofiin.
Rasional : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil.
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
Tujuan
Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan cairan pemasukan
dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat
diterima, berat badan stabil, dan tak ada edema.
Intervensi
1. Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.
Rasional : haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena perunan perrfusi ginjal.
2. Ajarkan klien dengan posisi semifowler.
Rasional : posisi terlentang atau semi fowler meningkatakan filtrasi ginjaldan
menurunkan ADH sehingga meningkatkan dieresis.
3. Ubah posisi klien dengan sering
Rasional : pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi
dan inmobilisasi atau baring lama merupakan kumpulan stressor yang
mempengaruhi integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat.
4. Kaji bising usus. Catat kelluhan anoreksia, mual.
Rasional : kongesti visceral dapat menganggu fungsi gaster/intestinal.
5. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan
absorsi. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti/mencegah
ketidaknyamanan abdomen.
6. Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri
tekan/
Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkan
distensi abdomen, pembesaran hati, dan menganggu metabolism obat.
7. Pemberian obat sesuai indikasi.
a. Diuretic contoh furrosemid (lasix), bumetanid (bumex).
Rasional : meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi
natrium pada tubulus ginjal.
b. Tiazid dengan agen pelawan kalium, contoh spironolakton (aldakton).
c. Rasional meningkatkan diuresi tanpa kehilangan kalium berlebihan
3) Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan
umum.
Tujuan
a. Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan
diri sendiri.
b. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur, dibuktikan oleh
menurunya kelemahan dan kelelahan tanda vitalselam aktivitas.
Intervensi
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, dan diuretic.
Rasional : hipotensi ortostatik dapa terjadi karena akibat dari obat vasodilator dan
diuretic.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,disritmia, dispnea,
pucat.
Rasional : penuruna atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasia perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Gray, H. Huon. 2002. Kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Hall, E. Jhon. 2009. Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC.
Sudoyo, W. Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( edisi ke lima, jilid II ). Jakarta :
Interna Publishing.
Rilantono, I. Lily,dkk. 2001. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Gaya Baru.
Rubenstein, David. 2005. Lecture Notes : Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga.