characteristics of epilepsy in neurology clinic at ... · vii faculty of medicine and health...

94
i CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT PELAMONIA HOSPITAL MAKASSAR KARAKTERISTIK PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR MULIANA HIJRAH 105421102816 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

i

CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC

AT PELAMONIA HOSPITAL MAKASSAR

KARAKTERISTIK PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK

SARAF RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR

MULIANA HIJRAH

105421102816

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

ii

Page 3: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

iii

Page 4: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

iv

Page 5: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

v

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Muliana Hijrah

Ayah : Hidjrah H. Masalle

Ibu : Hj. Ria

Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 06 Oktober 1997

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dg. Tata Raya, Perumahan Puri Tata Indah

Palace Blok A/35

Nomor Telepon/HP : 085342670986

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK Iki Utari (2002-2003)

SD Negeri Ujung Tanah 1 (2003-2009)

SMP Negeri 5 Makassar (2009-2010)

SMP Negeri 2 Parigi (2010-2012)

SMA Negeri 1 Parigi (2012-2015)

Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-2020)

Page 6: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi, 26 Februari 2020

1Muliana Hijrah,

2dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar Angkatan 2016/ email

[email protected] 2Pembimbing

“KARAKTERISTIK PENYANDANG EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF

RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR”

ABSTRAK

Latar Belakang: Epilepsi adalah kelainan kronik pada otak yang memberikan

dampak pada populasi di seluruh dunia. Sekitar 50 juta populasi di dunia

menderita epilepsi. Tiga per empat penyandang epilepsi yang hidup di negara

dengan pendapatan perkapita rendah tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Risiko kematian pada penyandang epilepsi 3 kali lebih besar daripada populasi

umum. Diperkirakan hingga 70% penyandang epilepsi dapat hidup tanpa kejang

jika didiagnosis dan ditangani dengan tepat. Saat ini, penyandang epilepsi masih

mendapatkan stigma negatif dan diskriminasi di masyarakat. Di Indonesia, belum

ada data pasti tentang prevalensi maupun insidensi epilepsi, namun diperkirakan

sekitar 1,8 juta orang dengan epilepsi masih mengalami bangkitan atau

membutuhkan pengobatan.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui karakteristik penyandang epilepsi di

Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Metode Penelitian: Deskriptif cross sectional dengan menggunakan data

penderita epilepsi rawat jalan yang mengisi kuisioner di Polikliklinik Saraf

Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode Oktober hingga Desember 2019

Hasil: Penyandang epilepsi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-

laki, terbanyak pada golongan usia remaja hingga dewasa muda, tingkat

pendidikan SMP-SMA. Kebanyakan penyandang tidak bekerja. Durasi konsumsi

obat baik kurang dari 2 tahun maupun lebih dari 2 tahun sama banyaknya. Jenis

terapi tersering yang diberikan terhadap penyandang epilepsi ialah monoterapi.

Bangkitan pertama paling banyak pada usia anak-remaja. Jenis bangkitan

terbanyak ialah bangkitan umum. Penyandang epilepsi lebih banyak yang tidak

pernah mengalami putus obat. Penyandang epilepsi lebih banyak yang telah bebas

kejang. Faktor pemicu bangkitan tersering ialah stres. Berdasarkan caregiver,

lebih banyak dirawat oleh orangtua.

Kata Kunci: epilepsi, karakteristik

Page 7: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR

Thesis, 26 February 2020

1Muliana Hijrah,

2dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S

1Students of the Faculty of Medicine and Health Sciences at the University of

Muhammadiyah Makassar in 2016/ email [email protected] 2Mentor

“CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT

PELAMONIA HOSPITAL MAKASSAR”

ABSTRACT

Background: Epilepsy is a chronic disorder in the brain that has an impact on

populations around the world. Around 50 million people in the world suffer from

epilepsy. Three-fourths of people with epilepsy living in countries with low per

capita income do not get proper treatment. The risk of death in people with

epilepsy is 3 times greater than the general population. It is estimated that up to

70% of people with epilepsy can live without seizures if diagnosed and treated

appropriately. Nowadays, people with epilepsy still get negative stigma and

discrimination in society. In Indonesia, there is no exact data on the prevalence or

incidence of epilepsy, but it is estimated that around 1.8 million people with

epilepsy still have a seizure or need treatment.

Objective: To determine the characteristics of people with epilepsy in neurology

clinic at Pelamonia hospital Makassar.

Methods: Descriptive cross-sectional study using data from outpatient epilepsy

patients who filled out questionnaires in the neurology clinic at Pelamonia

hospital Makassar from October to December 2019

Result: There were more women with epilepsy than men, most in the group of

teens to young adults, the level of education from junior-high school. Most people

with epilepsy do not work. The duration of drug consumption both less than 2

years and more than 2 years has the same amount. The most common type of

therapy given to people with epilepsy is monotherapy. The first seizures are most

common in children-teenagers. Most types of seizures are general seizures. People

with epilepsy are more who have never experienced a drug withdrawal. People

with epilepsy more who have been free of seizures. The most common triggering

factor is stress. Based on caregiver, people with epilepsy are more often treated by

parents.

Keyword: epilepsy, characteristic

Page 8: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai suri tauladan

yang membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Karakteristik Pasien Epilepsi di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia

Makassar”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada orang tua penulis, bapak Hidjrah H. Masalle dan mamah Hj. Ria

yang senantiasa menjadi orang tua terhebat sejagad raya. Terima kasih karena

selalu ada. Terima kasih atas segala motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih

sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

Untuk kedua kakak dan kedua adik penulis, Rosnawati, Lukman Al

Hakim, Bripda Muh. Yusran Hidjrah, dan Syawalia Hidjrah, terima kasih atas

segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi serta doanya. Terima kasih banyak

telah menjadi bagian dari motivasi yang luar biasa sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Terima kasih untuk om dan tante penulis, dr. Wahyudi Sp.BS dan dr.

Sumarni Sp.JP-FIHA, terima kasih karena selalu menjadi motivator, inspirator

penulis dalam menyelesaikan masa pre-klinik. Untuk nenek dan adik-adik penulis,

Page 9: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

ix

Hj. Cora Dg. Tamera, Aam, Ilman, Angga, Raisa, Uwais, dan Ibro, terima kasih

telah mewarnai masa pre-klinik penulis. Terima kasih juga untuk orang tua kedua

penulis, H. Haris dan Hj. Nurjaya atas segala doa dan dukungan baik materi

maupun non materi.

Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan

koreksi selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Selanjutnya penulis

juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk memperoleh ilmu pengetahuan di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar, Ayahanda dr.H.Machmud Gaznawi, Sp.PA(K)

yang telah memberikan sarana dan prasarana sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

3. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. dr. Muh. Ihsan Kitta, M.Kes, Sp.OT selaku pembimbing akademik saya

yang telah memberikan semangat dan motivasi agar penulis dapat

menyelesaikan pre-klinik tepat waktu.

5. dr. Yasser Ahmad Fananie, MHA selaku penguji yang telah meluangkan

waktu untuk menguji dan memberikan koreksi hingga skripsi ini selesai.

Page 10: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

x

6. Teman-teman bimbingan dan ujian skripsi, Nirmawana, Egah Auviah

Ambri Mas‟ud, A. Pratiwi Riski Awalia, Faisal Efendi, dan Muh. Aril Afif

yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian

ini.

7. Teman-teman sejawat angkatan 2016 Rauvolfia yang selalu mendukung,

memberi semangat, dan mewarnai kehidupan pre-klinik.

8. Sahabat-sahabatku sejak menjadi mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

sampai sekarang, Qadri, Yanti, Ulin, dan Wulangg yang selalu membantu

memberikan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. My Rangers Pink, Ida, Andev, dan Ilmi yang selalu memberi semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Tante-tanteku, Tante Dahe dan Tante Jum yang selalu memberi motivasi

belajar untuk tidak cepat menyerah dan selalu memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam menerima

kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Namun penulis

berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan

penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu.

Makassar, Februari 2020

Penulis

Page 11: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xi

Page 12: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK...............................................................................................................i

ABSTRACK...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................x

DAFTAR TABEL................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4

1. Tujuan Umum........................................................................................4

2. Tujuan Khusus.......................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5

Page 13: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

A. Definisi Epilepsi...........................................................................................7

B. Klasifikasi Epilepsi......................................................................................8

C. Faktor Pemicu Bangkitan...........................................................................11

D. Patofisiologi Epilepsi.................................................................................14

E. Diagnosis Epilepsi......................................................................................16

F. Diagnosa Banding Epilepsi........................................................................21

G. Penatalaksanaan Epilepsi...........................................................................23

H. Prognosis Epilepsi......................................................................................26

I. Peran Caregiver dalam Perawatan Pasien Epilepsi....................................26

J. Tinjauan Keislaman...................................................................................27

K. Kerangka Teori...........................................................................................33

BAB III KERANGKA KONSEP........................................................................34

A. Konsep Pemikiran......................................................................................30

B. Variabel Penelitian.....................................................................................35

C. Definisi Operasional...................................................................................35

BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................39

A. Desain Penelitian.......................................................................................39

B. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................39

C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................40

D. Metode Analisis Data.................................................................................40

E. Alur Penelitian...........................................................................................41

F. Etika Penelitian..........................................................................................42

Page 14: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xiv

BAB V HASIL......................................................................................................43

A. Gambaran Umum Populasi/Sampel.....................................................43

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................43

C. Deskripsi Karakteristik Sampel............................................................44

BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................53

BAB VII PENUTUP...........................................................................................64

A. Kesimpulan................................................................................................64

B. Saran..........................................................................................................65

C. Keterbatasan Penelitian..............................................................................65

Daftar Pustaka.....................................................................................................66

LAMPIRAN

Page 15: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xv

DAFTAR SINGKATAN

BBB : blood brain barrier

BHS : Breath Holding Spells

CT-scan : Computed tomography scan

DNET : dysembryoplastic neuroepithelial tumor

EEG : elektroensefalografi

ILAE : International League Against Epilepsy

MRI : Magnetic Resonance Imaging

MRS : Magnetic Resonance Spectroscopy

OAE : obat anti epilepsi

PDS : paroxymal depolaritation shift

PERDOSSI : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

PET : Positron Emission Tomography

Pokdi : kelompok studi

SDO : sawar darah otak

SGOT : serum glutamic oxaloacetic transaminase

SGPT : serum glutamic pyruvic transaminase

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPECT : Single Photon Emission Computed Tomography

SSP : sistem saraf pusat

WHO : World Health Organization

Page 16: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................33

Gambar 3.1 Konsep Pemikiran..............................................................................34

Gambar 4.1 Alur Penelitian....................................................................................41

Page 17: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pemilihan OAE berdasarkan jenis epilepsi............................................25

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan umur......................................................44

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.........................................45

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan................................45

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan......................................46

Tabel 5.5 Distribusi sampel berdasarkan durasi konsumsi OAE...........................47

Tabel 5.6 Distribusi sampel berdasarkan jenis terapi.............................................47

Tabel 5.7 Distribusi sampel berdasarkan usia saat bangkitan pertama..................48

Tabel 5.8 Distribusi sampel berdasarkan jenis bangkitan......................................49

Tabel 5.9 Distribusi sampel berdasarkan status putus obat....................................50

Tabel 5.10 Distribusi sampel berdasarkan status bebas kejang.............................50

Tabel 5.11 Distribusi sampel berdasarkan faktor pemicu bangkitan.....................51

Tabel 5.12 Distribusi sampel berdasarkan caregiver.............................................52

Page 18: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner pengumpulan data

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKIK Unismuh

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dinas Penanaman Modal

Pemprov Sul-Sel

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Komkordik RS Pelamonia

Makassar

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Meneliti dari Komkordik RS Pelamonia

Makassar

Page 19: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Epilepsi adalah kelainan kronik pada otak yang memberikan dampak pada

populasi di seluruh dunia. Epilepsi ditandai oleh kejang rekuren, yang mana

terdapat episode singkat dari pergerakan involunter yang melibatkan sebagian

dari tubuh (parsial) maupun seluruh tubuh (menyeluruh), dan terkadang

disertai dengan kehilangan kesadaran dan kontrol fungsi pencernaan dan

kandung kemih.(1)

Menurut WHO, sekitar 50 juta populasi di dunia menderita

epilepsi. Hampir 80% penyandang epilepsi ditemukan di negara dengan

pendapatan perkapita menengah dan rendah. Tiga per empat penyandang

epilepsi yang hidup di negara dengan pendapatan perkapita rendah tidak

mendapatkan penanganan yang tepat. Risiko kematian pada penyandang

epilepsi 3 kali lebih besar daripada populasi umum. Diperkirakan hingga 70%

penyandang epilepsi dapat hidup tanpa kejang jika didiagnosis dan ditangani

dengan tepat. Di beberapa bagian di dunia, penyandang epilepsi dan

keluarganya mendapatkan stigma negatif dan diskriminasi.(2)

Dari hasil penelitian Ullah S dkk di provinsi Khyber Pakhtunkhwa di

Pakistan pada tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi epilepsi pada pria

lebih tinggi daripada wanita yaitu sekitar 64,39% di mana 60,1% dari daerah

perkotaan. Prevalensi epilepsi tertinggi ditemukan pada penyandang dengan

Page 20: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

2

usia mulai 11 – 20 tahun. Kepatuhan minum obat dan jenis kejang sangat

mempengaruhi hasil dari terapi obat anti-epilepsi.(3)

Di Indonesia belum ada data pasti tentang prevalensi maupun insidensi,

tapi sebagai suatu negara berkembang yang berpenduduk berkisar 220 juta,

maka diperkirakan jumlah orang dengan epilepsi yang masih mengalami

bangkitan atau membutuhkan pengobatan berkisar 1,8 juta. Banyak

masyarakat masih mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan

beranggapan bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh

jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Hal ini terjadi karena saat

serangan epilepsi terjadi di tempat umum, membuat masyarakat yang melihat

menyimpulkan berbagai persepsi yang keliru. Mereka juga takut memberi

pertolongan karena beranggapan epilepsi dapat menular melalui air liur.

Adanya stigma dan mitos yang berkembang di masyarakat membuat orang

dengan epilepsi di kucilkan oleh lingkungan, di keluarkan dari sekolah,

menghambat karir dan kehidupan berumahtangga, sehingga membuat mereka

merasa tertekan dan depresi.(13)

Menurut hasil penelitian Pokdi Epilepsi PERDOSSI (Kelompok Studi

Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) di beberapa rumah

sakit di 5 pulau besar di Indonesia pada tahun 2013 mendapatkan 2.288

penyandang epilepsi dengan 21,3% merupakan penyandang baru. Rerata usia

penyandang adalah usia produktif. Sebanyak 77,9% penyandang berobat

pertama kali ke dokter spesialis saraf, 6,8% berobat ke dokter umum,

sedangkan sisanya berobat ke dukun dan tidak berobat.(5)

Page 21: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

3

Hasil penelitian Hasibuan HM dkk di Poliklinik Saraf RSUP Prof. DR. R.

D. Kandou Manado periode Juli 2015-Juni 2016, menunjukkan bahwa jumlah

penyandang epilepsi jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan. Penyandang epilepsi terbanyak pada golongan usia dewasa muda,

tingkat pendidikan terakhir SMA, belum bekerja dan masih berstatus sebagai

pelajar, serta mengalami kejang yang tidak terkontrol dengan jenis bangkitan

parsial (fokal).(4)

Seperti kita ketahui penyakit merupakan salah satu musibah dan cobaan,

sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiyaa‟ ayat 35:

بانشر وانخير فحىة وإنيىا كم وفس رائقة انمىت ووبهىكم

جرجعىن

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-

benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Penyandang Epilepsi

di Poliknik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan

masalah sebagai berikut:

Page 22: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

4

Bagaimana karakteristik penyandang epilepsi di poliklinik saraf Rumah

Sakit Pelamonia Makassar?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum:

Untuk mengetahui karakteristik pada penyandang epilepsi di poliklinik

saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

2. Tujuan khusus:

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui rentang usia penyandang epilepsi di poliklinik saraf

Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

b. Untuk mengetahui sebaran jenis kelamin penyandang epilepsi di

poliklinik saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar

c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien epilepsi di poliklinik saraf

Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

d. Untuk mengetahui jenis pekerjaan penyandang epilepsi di poliklinik

saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

e. Untuk mengetahui durasi konsumsi obat oleh penyandang epilepsi di

poliklinik saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

f. Untuk mengetahui jenis terapi obat anti-epilepsi (OAE) yang digunakan

oleh penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

g. Untuk mengetahui usia saat bangkitan pertama penyandang epilepsi di

poliklinik saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Page 23: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

5

h. Untuk mengetahui jenis bangkitan yang dialami penyandang epilepsi di

poliklinik saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

i. Untuk mengetahui status putus obat penyandang epilepsi di poliklinik

saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

j. Untuk mengetahui status bebas kejang penyandang epilepsi di poliklinik

saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

k. Untuk mengetahui faktor-faktor pemicu bangkitan pada penyandang

epilepsi di poliklinik saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

l. Untuk mengetahui caregiver penyandang epilepsi di poliklinik saraf

Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat penelitian bagi peneliti:

a. Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

karakteristik penyandang epilepsi.

b. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang

epilepsi.

2. Manfaat penelitian bagi masyarakat:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai

karakteristik penyandang epilepsi dan menambah pengetahuan

masyarakat tentang epilepsi.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

yang benar tentang epilepsi.

Page 24: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

6

3. Manfaat penelitian bagi institusi:

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah

perbendaharaan bacaan bagi mahasiswa/mahasiswi FKIK Universitas

Muhammadiyah Makassar untuk penelitian selanjutnya.

Page 25: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan

tanpa provokasi atau bangkitan refleks berulang berselang lebih dari 24 jam.(5)

Menurut World Health Organization (WHO), epilepsi merupakan penyakit kronis

yang tidak menular di otak yang ditandai dengan kejang berulang secara spontan

yang disebabkan lepasnya muatan listik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat

reversibel dengan berbagai etiologi.(2)

Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 2014

definisi epilepsi dibagi menjadi definisi konseptual dan definisi operasional

(klinis). Secara konseptual, epilepsi adalah tanda atau gejala mendadak (transient)

akibat peningkatan aktivitas kumpulan neuron yang abnormal dan sinkron di otak.

Gangguan otak ini ditandai dengan predisposisi untuk menghasilkan serangan

epilepsi, dan memiliki konsekuensi neurobiologic, kognitif, psikologis, dan sosial.

Definisi epilepsi ini memerlukan terjadinya setidaknya satu kali kejang epilepsi.

Secara operasional atau klinis epilepsi didefinisikan sebagai gangguan sistem

saraf pusat yang memiliki karakteristik berikut(7)

:

1. Setidaknya terjadi dua kali kejang terpisah yang tidak diprovokasi

yang terjadi lebih dari 24 jam.

Page 26: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

8

2. Satu kali kejang dan kemungkinan untuk kejang selanjutnya mirip

dengan risiko kekambuhan umum (minimal 60%) setelah dua kejang

tak beralasan, terjadi selama 10 tahun ke depan

3. Diagnosis sindrom epilepsi

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi bangkitan epileptik menurut ILAE 1981:

1. KEJANG PARSIAL/FOKAL

Terjadi pada satu area otak dan terkadang menyebar ke area lain. Jika

menyebar, akan menjadi kejang umum (sekunder), paling sering terjadi kejang tonik

klonik. 60% penderita epilepsi merupakan kejang parsial dan kejang ini terkadang

resisten terhadap terapi antiepileptik.(8)

a. Kejang parsial sederhana

Kejang singkat ini diistilahkan “aura” atau “warning” dan terjadi sebelum

kejang parsial kompleks atau kejang tonik klonik. Tidak ada penurunan

kesadaran, dengan durasi kurang dari satu menit.(8)

b. Kejang parsial kompleks

Serangan ini dapat sangat bervariasi, bergantung pada area dimulai dan

penyebaran di otak. Banyak kejang parsial kompleks dimulai dengan tatapan

kosong, kehilangan ekspresi atau samar-samar, penampilan bingung.

Kesadaran terganggu dan orang mungkin tidak merespon. Kadang-kadang

orang memiliki perilaku yang tidak biasa. Perilaku umum termasuk

mengunyah, gelisah, berjalan di sekitar atau bergumam. Kejang parsial dapat

Page 27: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

9

berlangsung dari 30 detik sampai tiga menit. Setelah kejang, penderita sering

bingung dan mungkin tidak ingat apa-apa tentang kejang.(8)

c. Kejang parsial diikuti kejang umum sekunder

Kejang fokal dapat berkembang menjadi tonik klonik dengan kehilangan

kesadaran dan kejang (tonik) otot seluruh badan diikuti periode kontraksi otot

bertukar dengan relaksasi (klonik). Seringkali sulit dibedakan dengan kejang

umum. Hal ini karena kejang parsialdengan generalisata sekunder mempunyai

onset fokal yang seringkali tak teramati. Onset fokal kejang diidentifikasi melalui

analisis riwayat kejang dan EEG secara cermat.(6)

2. KEJANG UMUM

Terjadi pada seluruh area otak. Kesadaran akan terganggu pada awal kejadian

kejang. Kejang umum dapat terjadi diawali dengan kejang parsial simpleks atau

kejang parsial kompleks.(8)

a. Kejang absence (petit mal)

Kejang ini biasanya dimulai pada masa anak-anak (tapi bisa terjadi pada

orang dewasa), seringkali keliru dengan melamun atau pun tidak perhatian.

Sering ada riwayat yang sama dalam keluarga. Diawali mendadak ditandai

dengan menatap, hilangnya ekspresi, tidak ada respon, menghentikan aktifitas

yang dilakukan. Terkadang dengan kedipan mata atau juga gerakan mata ke atas.

Durasi kurang lebih 10 detik dan berhenti secara tiba-tiba. Penderita akan segera

kembali sadar dan melanjutkan aktifitas yang dilakukan sebelum kejadian, tanpa

ingatan tentang kejang yang terjadi. Penderita biasanya memiliki kecerdasan

Page 28: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

10

yang normal. Kejang pada anak-anak biasanya teratasi seiring dengan

pubertas.(8)

b. Kejang tonik-klonik (grand mal)

Jenis kejang yang paling dikenal. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan

sering penderita akan menangis. Jika berdiri, orang akan terjatuh, tubuh menegang

(tonik) dan diikuti sentakan otot (klonik). Bernafas dangkal dan sewaktu-waktu

terputus menyebabkan bibir dan kulit terlihat keabuan/ biru. Air liur dapat

terakumulasi dalam mulut, terkadang bercampur darah jika lidah tergigit. Dapat

terjadi kehilangan kontrol kandung kemih. Kejang biasanya berlangsung sekitar

dua menit atau kurang. Hal ini sering diikuti dengan periode kebingungan, agitasi

dan tidur. Sakit kepala dan nyeri juga biasa terjadi setelahnya.(8)

c. Kejang atonik

Terjadi mendadak, kehilangan kekuatan otot, menye-babkan penderita

lemas dan terjatuh jika dalam posisi berdiri. Biasanya terjadi cedera dan luka pada

kepala. Tidak ada tanda kehilangan kesadaran dan cepat pemulihan kecuali terjadi

cedera.(8)

d. Kejang mioklonik

Kejang berlangsung singkat, biasanya sentakan otot secara intens terjadi

pada anggota tubuh atas. Sering setelah bangkitan mengakibatkan menjatuh-kan

dan menumpahkan sesuatu. Meski kesadaran tidak terganggu, penderita dapat

merasa kebingun-gan dan mengantuk jika beberapa episode terjadi dalam periode

singkat. Terkadang dapat memberat menjadi kejang tonik-klonik.(8)

Page 29: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

11

e. Kejang tonik

Terjadi mendadak. Kekakuan singkat pada otot seluruh tubuh,

menyebabkan orang menjadi kaku dan terjatuh jika dalam posisi berdiri.

Pemulihannya cepat namun cedera yang terjadi dapat bertahan. Kejang tonik

dapat terjadi pula saat tertidur.(8)

c. KEJANG YANG TIDAK TERKLASIFIKASIKAN

Serangan kejang ini merupakan jenis serangan yang tidak didukung oleh

data yang cukup atau lengkap. Jenis ini termasuk serangan kejang yang sering

terjadi pada neonatus.Hal ini kemungkinan disebabkan adanya perbedaan fungsi

dan hubungan saraf pada sistem saraf pusat di bayi dan dewasa.(6)

C. FAKTOR PEMICU BANGKITAN

Terdapat banyak faktor -faktor pencetus yang menyebabkan seseorang terkena

serangan sindroma epilepsi. Faktor –faktor pencetusnya dapat berupa :

1. CAHAYA

Pada beberapa orang, bangkitan dapat dipicu oleh cahaya yang berkedip-

kedip, atau oleh bentuk atau pola geometris tertentu. Epilepsi demikian ini disebut

sebagai epilepsi fotosensitif atau fotogenik. Epilepsi jenis ini berkaitan dengan

epilepsi umum idiopatik. Sementara itu fotosensitivitas terdapat 30% dari kasus

juvenile myoclonic epilepsy. Pada golongan remaja, 18% di antaranya bersifat

fotosensitif. Cahaya yang mampu merangsang terjadinya bangkitan adalah cahaya

yang berkedip-kedip dan/atau yang menyilaukan. Keadaan demikian ini terjadi

Page 30: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

12

pada anak berumur 6-12 tahun. Sebagai contoh adalah sinar yang menerobos di

antara dedaunan dan sementara itu penderita bergerak secara cepat (misalnya naik

mobil); dalam keadaan demikian ini penderita terkena sinar tidak kontinyu yang

sama kualitasnya dengan sinar yang berkedip-kedip. Contoh lain adalah pantulan

sinar matahari yang mengenai mata penderita. Cahaya dari pesawat televisi dapat

pula merangsang terjadinya bangkitan. Prinsip fotosensitif dipakai untuk

pemeriksaan elektro-ensefalografi ialah dengan memberi rangsangan cahaya

berkedip-kedip (photic stimulation). (9)

2. STRES

Stres dapat mempengaruhi fungsi otak melalui berbagai cara. Stres

berkaitan dengan berbagai jenis emosi yang tidak mengenakkan perasaan

misalnya kawatir, takut, depresi, frustrasi, dan marah. Stres dapat mengganggu

pola tidur. Stres dan cemas dapat memicu terjadinya hiperventilasi. Pada penderita

tertentu hiperventilasi merupakan faktor pencetus terjadinya bangkitan. Penderita

epilepsi dapat lupa minum obat karena sedang dilanda stress. Stress juga dapat

mengubah konsentrasi hormon misalnya meningkatkan kadar kortisol;

peningkatan ini berpengaruh terhadap ambang bangkitan. (9)

3. DRUG ABUSE

Kokain, dengan berbagai bentuk konsumsi, dapat menimbulkan bangkitan

dalam waktu beberapa detik, menit, atau jam sesudah konsumsinya. Bangkitan

sebagai akibat kokain ini disertai dengan bangkitan jantung. Amfetamin dan

metilfenidat sering diberikan pada penderita attention deficit and hyperactivity

disorder (ADHD) dan narkolepsi. Apabila kedua jenis obat ini diminum tanpa

Page 31: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

13

pengawasan dokter maka dapat menimbulkan gangguan tidur, bingung, dan

gangguan psikiatrik. Keadaan demikian ini apabila terjadi pada penderita epilepsi

maka akan mudah terjadi bangkitan karena lupa untuk minum obat. Di samping

itu, secara primer epilepsi merupakan salah satu kontra-indikasi untuk pemberian

metilfenidat.(9)

Narkotika tidak berkaitan secara langsung dengan munculnya bangkitan

pada epilepsi. Yang menjadi masalah adalah bahwa narkotika menyebabkan

penderita epilepsi lupa untuk minum obat. Selain itu, apabila narkotika

dikonsumsi dalam dosis besar dapat mengurangi penyedian oksigen ke otak; hal

demikian ini dapat menimbulkan bangkitan. Sementara itu, hipoksia dapat

menimbulkan status epileptikus.(9)

4. MENSTRUASI

Hampir setengah dari perempuan yang menderita epilepsi melaporkan

adanya peningkatan bangkitan pada saat menjelang, selama, dan/atau sesudah

menstruasi. Sebagian besar dari mereka mengalami peningkatan (kuantitas dan

kualitas) bangkitan pada periode perimenstrual dan fase folikular. Hal ini

berkaitan dengan kadar estrogen yang tinggi dan rendahnya kadar progesterone.

Gambaran seperti ini merupakan refleks excitatory effects dari estrogen dan

inhibitory effects dari progesterone terhadap ambang penyakit. (9)

Hormon steroid dapat menembus blood-brain barrier dengan mudah. Sel-

sel otak dapat dipengaruhi estrogen dan progesteron secara langsung. Pada

penelitian terhadap binatang dapat dibuktikan bahwa estrogen dapat memudahkan

terjadinya bangkitan dengan cara menurunkan ambang bangkitan; sementara itu

Page 32: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

14

progesteron bertindak sebagaimana halnya obat anti epilepsi dengan cara

menaikkan ambang bangkitan. Estrogen mampu mempengaruhi aksis stres dan

juga berpengaruh secara langsung terhadap hipokampus dan amigdala. Dengan

demikian estrogen memiliki dua jalur yang berbeda untuk memudahkan terjadinya

bangkitan.(9)

5. SUARA

Suara tertentu dapat merangsang terjadinya bangkitan. Epilepsi jenis ini

disebut epilepsi audiogenik atau epilepsi musikogenik. Suara dengan nada tinggi

atau berkualitas keras dapat menimbulkan bangkitan. Pada penderita tertentu

sangat sensitif terhadap gemuruh suara mesin jet, musik dengan irama rock, atau

derit pintu. Begitu mendengar suara yang mengejutkan maka penderita langsung

mengalami bangkitan yang sangat mendadak sehingga mengejutkan orang lain.(9)

D. PATOFISIOLOGI

Adanya ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi akan menyebabkan

hipereksitabilitas yang pada akhirnya akan menyebabkan bangkitan epileptik.

Ketidakseimbangan tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Penyebab internal antara lain berupa mutasi atau kelainan pada kanal-kanal elektrolit

sel neuron. Beberapa mutasi yang sudah diketahui adalah mutasi kanal Na+

, Ca2+

, dan

K+. Mutasi ini menyebabkan masuknya Na

+ dan Ca

2+ ke dalam sel secara terus-

menerus sehingga terjadi paroxymal depolaritation shift (PDS). PDS diinisiasi oleh

reseptor non-NMDA, akibat peningkatan jumlah Na+

yang masuk ke dalam sel, pada

mutasi kanal Na+, dan dapat diperlama saat reseptor NMDA terbuka diikuti masuknya

Page 33: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

15

Na+

sehingga semakin banyak Na+

di dalam sel. Pada mutasi kanal Ca2+

, PDS terjadi

karena depolarisasi lambat semakin lama akibat peningkatan Ca2+

di dalam sel.

Sementara mutasi pada kanal K+

akan menghambat keluarnya K+

ke ektrasel yang

justru akan menghambat terjadinya repolarisasi, memperpanjang depolarisasi, dan

akhirnya menyebabkan PDS. (10)

Pada hipereksitabilitas akan terjadi peningkatan sekresi glutamat ke celah sinaps,

sehingga terjadi peningkatan jumlah Ca2+

di dalam sel. Jumlah Ca2+

yang berlebihan

ini akan mengakibatkan enzim intrasel yang menyebabkan kematian sel. Hal ini

merangsang keluarnya berbagai faktor inflamasi yang akan meningkatkan

permeabilitas sel, gangguan keseimbangan elektrolit, edema otak, kerusakan sawar

darah otak (SDO) atau blood brain barrier (BBB), dan sebagainya.(10)

Faktor eksternal terjadi akibat berbagai penyakit, baik penyakit otak maupun

sistemik. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel neuron, glia,

dan SDO. Kerusakan sel glia akan menyebabkan kelebihan K+

dan glutamat di celah

sinaps karena tidak terhisap, sehingga sel neuron akan mudah tereksitasi. Keadaan

tersebut juga akan mengaktivasi faktor-faktor inflamasi, kemudian merangsang

peningkatan eksitasi dan akhirnya membentuk lingkaran yang berkepanjangan.

Kerusakan yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama akan

menyebabkan perubahan aktivitas otak, struktur neuron, dan ekspresi gen.(10)

Hipereksitabilitas satu sel neuron akan memengaruhi sel neuron di sekitarnya.

Sekelompok neuron yang mencetuskan aktivitas abnormal secara bersamaan disebut

sebagai hipersinkroni. Pada saat satu sel neuron teraktivasi maka sel-sel neuron di

sekitarnya juga akan ikut teraktivasi. Jika sel-sel neuron sekitarnya teraktivasi pada

Page 34: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

16

waktu yang bersamaan, maka akan terbentuk suatu potensial eksitasi yang besar dan

menimbulkan gejala klinis. Penyebaran PDS hipersinkroni ke seluruh hemisfer saat

iktal maupun interiktal tergantung pada aktivitas interneuron di thalamus yang

sebagian besar bersifat inhibisi. (10)

E. DIAGNOSIS

Diagnosis epilepsi ditegakkan terutama dari anamnesis, yang didukung dengan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(5)

Dalam praktik klinis, langkah-

langkah dalam penegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:

1. Anamnesis

Anamnesis merupakan kunci penting dalam penegakkan diagnosis epilepsi.

Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara terperinci, dan menyeluruh

karena kita sebagai pemeriksa hampir tidak pernah menyaksikan serangan yang

dialami penderita. Dengan anamnesis, banyak informasi tentang keluhan penderita

dapat muncul. Penjelasan dari pasien mengenai segala sesuatu yang terjadi

sebelum, selama, dan sesudah serangan (meliputi gejala dan lamanya serangan)

merupakan informasi yang sangat penting dan merupakan kunci diagnosis.(6)

Auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal-hal terkait

di bawah ini(5)

:

a. Gejala dan tanda sebelum, salam, dan pascabangkitan:

1) Sebelum bangkitan/ gejala prodromal:

Page 35: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

17

Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan,

misalnya perubahan prilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi,

mengantuk, menjadi sensitive, dan lain-lain.

2) Selama bangkitan/ iktal:

Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal bangkitan?

Bagaimana pola/ bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan

kepala, gerakan tubuh , vokalisasi, aumatisasi, gerakan pada salah satu

atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia,

lidah tergigit, pucat, berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila

keluarga dapat diminta menirukan gerakan bangkitan atau merekam video

saat bangkitan)

Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?

Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan sebelumnya

Aktivitas penyandang pada saat bangkitan, misalnya saat tidur, saat

terjaga, bermain video game, berkemih, dan lain-lain

3) Pasca bangkitan/ post- iktal:

Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd‟s

paresis

b. Faktor pencetus: kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.

c. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antara

bangkitan, kesadaran antara bangkitan.

Page 36: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

18

d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya

Jenis obat antiepilepsi

Dosis OAE

Jadwal minumOAE

Kepatuhan minum OAE

Kadar OAE dalam plasma

Kombinasi terapi OAE

e. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis psikiatrik maupun

sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.

f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga

g. Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang

h. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang demam

i. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.

2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

a. Pemeriksaan fisik umum

Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya:

Trauma kepala

Tanda-tanda infeksi

Kelainan congenital

Kecanduan alcohol atau napza

Page 37: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

19

Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)

Tanda-tanda keganasan

b. Pemeriksaan neurologis

Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat

berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah

bangkitan, maka akan tampak pascabangkitan terutama tanda fokal yang tidak

jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:

Paresis Todd

Gangguan kesadaran pascaiktal

Afasia pascaiktal

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)

Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna pada dugaan

suatu bangkitan untuk(5)

:

Membantu menunjang diagnosis

Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsi

Membantu menentukanmenentukan prognosis

Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE

Page 38: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

20

a. Pemeriksaan pencitraan otak (neuroimaging)

Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik diotak. MRI beresolusi tinggi

(minimal 1,5 Tesla) dapat mendiagnosis secara non-invasif berbagai macam

lesi patologik misalnya mesial temporal sclerosis, glioma, ganglioma,

malformasi kavernosus, DNET (dysembryoplastic neuroepithelial tumor),

tuberous sclerosiss.

Fuctional brain imaging seperti Positron Emission Tomography (PET),

Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) dan Magnetic

Resonance Spectroscopy (MRS) bermanfaat dalam memberikan informasi

tambahan mengenai dampak perubahan metabolik dan perubahan aliran darah

regional di otak berkaitan dengan bangkitan.

Indikasi pemeriksaan neuroimaging (CT scan kepala atau MRI kepala) pada

kasus kejang adalah bila muncul kejang unprovoked pertama kali pada usia

dewasa. Tujuan pemeriksaan neuroimaging pada kondisi ini adalah untuk

mencari adanya lesi structural penyebab kejang. CT scan kepala lebih

ditujukan untuk kasus kegawatdaruratan, karena teknik pemeriksaannya lebih

cepat. Di lain pihak MRI kepala diutamakan untuk kasus elektif. Bila ditinjau

dari segi sensitivitas dalam menentukan lesi kasus elektif. Bila ditinjau dari

segi sensitivitas dalam menentukan lesi struktural, maka MRI lebih sensitif

dibandingkan CT scan kepala.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan hematotologi

Page 39: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

21

Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,

hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit (natrium, kalium,

kalsium, magnesium), kadar gula darah sewaktu, fungsi hati

(SGOT/SGPT), ureum, kreatinin dan albumin.

- Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam menyingkirkan

diagnosis banding dan pemilihan OAE

- Dua bulan setelah pemberian OAE untuk mendeteksi samping

OAE

- Rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor samping OAE,

atau bila timbul gejala klinis akibat efek samping OAE

Pemeriksaan kadar OAE

Pemeriksaan ini idealnya untuk melihat kadar OAE dalam plasma saat

bangkitan belum terkontrol, meskipun sudah mencapai dosis terapi

maksimal atau untuk memonitorkepatuhan pasien.

F. DIAGNOSA BANDING

1. Sinkop

Manifestasi klinis sinkop sangat mirip dengan epilepsi. Masalah utama

yang mendasari sinkop adalah hipoksia serebral dengan berbagai macam penyebab.

Sinkop vasovagal atau vasopressor dapat bersifat psikogenik, neurogenik, atau

dapat diinduksi oleh gangguan sinus karotikus, miksi (micturition syncope), batuk

(tussive syncope) dan manuver Valsava. Gangguan jantung misalnya aritmia,

takikardi artial, dan ventricular paroksismal, serta asistolik dapat menimbulkan

Page 40: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

22

sinkop. Ciri-ciri sinkop meliputi bangkitan berulang yang stereotipik: gangguan

kesadaran disertai oleh hilangnya tonus motorik. Pada sinkop yang didasari oleh

hipoksia serebral dengan proses yang lambat maka akan didahului gejala malaise

atau nyeri kepala ringan. Status prasinkop ini dapat dilengkapi dengan gangguan

sensorik, antara lain pandangan kabur, vertigo, tinitis atau gangguan pendengaran

lainnya dan halusinasi yang jarang terjadi. Proses berlanjut maka penderita

kehilangan kesadarannya, kemudian tubuh merosot ke lantai dan dapat terjadi

spasmus tonik dan gerakan klonik. Seluruh kejadian berlangsung selama beberapa

detik kemudian penderita sadar kembali dan kadang-kadang dia mengeluh mual.(6)

2. Breath Holding Spells (BHS)

BHS merupakan respon refleks involunter. BHS paling sering terjadi pada

anak usia prasekolah dan biasanya meningkat pada usia sekolah. Sering kali ada

riwayat keluarga dengan BHS. BHS terdiri dari 2 jenis yaitu BHS sianotik

(cyanotic infantile syncope) dan BHS pallid (pallid infantile syncope atau kejang

refleks anoksik).(11)

BHS sianotik dipicu oleh kemarahan atau frustrasi. Ciri khasnya yaitu

menangis, selama menangis anak akan berhenti bernapas (fase ekspirasi), menjadi

sianotik, dan kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, anak mungkin menjadi

kaku, lemas, atau bahkan berguncang menimbulkan kekhawatiran kejang.

Patogenesis terjadinya BHS sianotik rumit, mungkin melibatkan suatu interaksi

antara hiperventilasi, manuver Valsava, apneu ekspiratori, dan mekanisme paru

intrinsik.(11)

Page 41: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

23

BHS pallid cenderung dipicu oleh ketakutan atau stimulus yang tidak

menyenangkan (seperti trauma ringan). Ditandai oleh hilangnya kesadaran, pucat,

bradikardi, diaforesis, dan parese. BHS pallid merupakan hasil dari inhibisi

kardiak melalui saraf vagus, menyebabkan pengurangan aliran darah otak.(11)

Kedua jenis BHS dikaitkan dengan peningkatan kecenderungan epilepsi,

meskipun kejang dapat terjadi pada akhir BHS. Kejang ini bermanifestasi sebagai

kekakuan tonik ekstremitas, kadang-kadang dengan klonik menyentak singkat,

dan bukan epilepsi. Sebaliknya, kedua tipe BHS ini menggambarkan respon otak

terhadap hipoksia akut. Kejang ini berhenti secara spontan dan tidak

membutuhkan terapi antikonvulsan. Evaluasi dengan EEG biasanya tidak

diperlukan. Elektrokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan adanya

sindrom QT memanjang.(11)

3. Narkolepsi

Narkolepsi menunjuk pada keadaan mudah sekali jatuh tertidur, tidak

semestinya, pada siang hari (hipersomnia), sering berhubungan dengan katapleks,

paralisis tidur, dan hypnagogic atau hypnopompic hallucinations. Bangkitan tidur

bersifat mendadak, tak tertahankan dan kemudian tampak segar kembali.

Gambaran katapleksi adalah sebagai berikut: drop attacks karena paralisis otot-

otot volunter dan hilangnya tonus otot, sering dipicu oleh rasa terkejut, atau oleh

reaksi emosional yang mendadak misalnya tertawa (Lachschlag). Kesadaran tetap

baik, kekuatan otot-otot segera pulih kembali,atau penderita tetap mengalami

paralisis flaksid selama beberapa menit. Hypnagogic dan hypnopompic

Page 42: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

24

hallucinations sangat mirip dengan fenomena mimpi yang terjadi saat tidur atau

jaga.(6)

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan penyandang epilepsi

dapat hidup normal dan tercapai kualitas hidup optimal untuk penyandang mental

yang dimilikinya. Harapannya adalah bebas bangkitan, tanpa efek samping. Untuk

tercapainya tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya, antara lain menghentikan

bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek samping/dengan efek samping

yang minimal, menurunkan angka kesakitan dan kematian. Terapi pada epilepsi dapat

berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi.(5)

1. terapi farmakologi

OAE diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, faktor

penyebab diobati (misalnya : neoplasma serebral), memastikan faktor pencetus

bangkitan dapat dihindari (misalnya : alkohol,kurang tidur, stres), variasi alami

harus diantisipasi (misalnya terjadi khususnya di sekitar perode pada wanita),

terdapat minimum 2 bangkitan dalam setahun penyandang dan atau keluarganya

sudah menerima penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan, durasi

pengobatan, kemungkinan efek samping obat dan perlunya kepatuhan minum

obat. Terapi dimulai dengan monoterapi, penggunaan OAE pilihan sesuai dengan

jenia bangkitan dan jenis sindrom epilepsi. Pemberian obat dimulai dari dosis

rendah dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek

samping. Bila dengan penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol

Page 43: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

25

bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar

terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan. Penambahan

OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan

penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama.

Tabel 2.1: Pemilihan OAE berdasarkan jenis epilepsi

Jenis Kejang Lini Pertama Lini Kedua

Parsial sederhana Karbamazepin

Fenitoin

Lamotrigin

Gabapentin

Parsial kompleks Karbamazepin

Fenitoin

Lamotrigin

Gabapentin

Tonik-klonik Karbamazepin

Fenitoin

Asam valproat

fenobarbital

Absence Etosuksimid

Asam valproat

Klomazepam

Acetozolamide

Mixed seizure Fenitoin

Fenobarbital-

Etosuksimid atau Asam

Valproat

Primidone

Karbamazepin-

Klonazepam

Acetozolamide

Page 44: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

26

Mioklonik, Atonik Klonazepam Fenobarbital

benzodiazepin

2. Terapi bedah

Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian

yang menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan.

Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang kebal terhadap

pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah epilepsi berdasarkan letak

fokus infeksi:

a. Lobektomi temporal

b. Eksisi korteks ekstratemporal

c.Hemisferektomi

d. Callostomi

H. PROGNOSIS

Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, di antaranya jenis

epilepsi, faktor penyebab, saat pengobatan dimulai dan ketaatan minum obat. Pada

umumnya, prognosis epilepsi cukup menggembirakan. Pada 50-70% penderita

epilepsi dapat dicegah dengan obat-obatan, sedangkan sekitar 50% pada suatu

waktu akan dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang

bersifat kejang umum maupun serangan lena atau absence mempunyai prognosis

terbaik. Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau

yang disertai kelainan neurologik dan retardasimental mempunyai prognosis

relative jelek.(2)

Page 45: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

27

I. PERAN CAREGIVER DALAM PERAWATAN PASIEN EPILEPSI

Dalam banyak hal, epilepsi ini dianggap sebagai beban bagi penderita dan

keluarga karena bagi orang awam hal ini dianggap sebagai penyakit yang

memalukan, penyakit menular dan penyakit jiwa. Anggapan masyarakat yang

demikian membuat penderita epilepsi sulit hidup dalam kehidupan yang normal.

Penderita epilepsi sering mengalami diskriminasi, baik dalam hal mendapatkan

pelajaran, pekerjaan, maupun dalam hal berumah tangga. Bahkan masih banyak

anggapan bahwa, penyakit epilepsi dapat diturunkan juga dari orang tua ke anak.

Hal ini membuat beban bagi penderita yang ingin menikah dan memiliki

keturunan.(13)

Dukungan keluarga baik dari segi financial, emosional maupun dari segi

spiritual sangat dibutuhkan bagi pasien yang menjalani pengobatan dalam jangka

waktu yang panjang. Dengan meningkatnya dukungan keluarga ini maka pasien ini

akan mempunyai motivasi untuk sembuh. Dengan adanya motivasi untuk sembuh

ini maka individu tersebut akan mengikuti prosedur pengobatannya dengan baik

dan lancar. Dukungan keluarga yang baik akan mempengaruhi pelaksanaan

program pengobatan yang dijalani oleh pasien.(14)

Dukungan dari keluarga diperlukan untuk mengingatkan pasien supaya rutin

dan disiplin dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi. Dengan rutin meminum obat

epilepsi ini akan mengurangi frekuensi kejang pada pasien epilepsi. Apabila tidak

ada dukungan dari keluarga, maka dapat mengakibatkan frekuensi kejang muncul

lebih sering dari biasanya. Dengan munculnya frekuensi kejang yang lebih sering

Page 46: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

28

ini maka akan terjadi perubahan atau peningkatan dosis dan kombinasi obat – obat

anti epilepsi, yang sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi apabila pasien patuh atau

disiplin dalam mengkonsumsi obat anti epilepsi.(15)

J. TINJAUAN KEISLAMAN

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

sehat merupakan nikmat Allah SWT yang paling berharga dalam kehidupan ini.

Setiap orang mendambakan kesehatan baik sehat secara jasmani maupun rohani,

karena apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada

kehidupannya.(12)

Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik sehat jasmani

maupun rohani, sehingga diantara hikmah Allah SWT menurunkan Al-Quran

yang didalamnya ada petunjuk dapat menjadi obat bagi penyakit yang terjangkit

pada manusia baik fisik maupun psikis. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra

ayat 82:

ل مه انقرآن ما هى شفاء ورحمة نهمؤمىيه ول يزيذ نظانميه ووىز

إل خسارا

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah

kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Sehat dan sakit adalah dua hal yang tak lepas dari kehidupan manusia,

dan itu adalah bagian dari cobaan. Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian,

Page 47: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

29

bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan

diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa

pula pada perkara yang menyenangkannya.(38)

Allah SWT berfirman dalam surat

Al-Anbiyaa‟ ayat 35:

كم وفس رائقة انمىت ووبهىكم بانشر وانخير فحىة وإنيىا

جرجعىن

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-

benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.

Sahabat Ibnu Abbas yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir Al-Qur‟an-

menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan

kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram,

ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari

ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari

cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.(38)

Salah satu penyakit yang

diberikan Allah SWT sebagai cobaan ialah epilepsi.

Di zaman Nabi Muhammad SAW, pernah ada seorang wanita yang menderita

penyakit ayan (epilepsi). Wanita tersebut bernama Su‟airah al-Asadiyyah berasal

dari Habasyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita

yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh

ketulusan. Kisah wanita ini telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab

shahihnya dengan sanadnya dari „Atha‟ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas

Page 48: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

30

berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni

surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.” Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini

(orangnya). Ia telah datang menemui Nabi Muhammad SAW lalu

berkata:“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka

tanpa disadari auratku terbuka. Do‟akanlah supaya aku sembuh.” Nabi

Muhammad SAW bersabda: “Jika engkau kuat bersabar, engkau akan

memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah

agar Dia menyembuhkanmu.” Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian

ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku)

terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka .” Maka

Beliau Nabi Muhammad SAW pun mendo‟akannya. (HR Al-Bukhari 5652).(39)

Dari hadist ini, kita bisa melihat betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia

berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu

agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan

bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah

sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun

yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi

timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.(39)

Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia,

sebenarnya terdapat banyak hikmah yang agung di dalamnya. Pertama, penyakit

sebagai penebus dosa yang pernah dilakukan manusia akibat kelalaian dan

pelanggarannya terhadap perintah Allah SWT. MakaAllah memberikan ganjaran

Page 49: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

31

di dunia secara kontan dan spontan. Hal ini mungkin sebagai tanda kasih sayang

Allah kepada hamba-Nya sehingga si hamba bisa keluar dari dunia ini dalam

keadaan bersih.(38)

Kedua, penyakit sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran

seseorang. Hal ini merupakan takdir Allah kepada hamba-Nya dan kelak diakhirat

akan diganti dengan rahmat dan ridha-Nya. Apabila seorang seorang hamba

menghadapi cobaan dan penderitaan itu dengan ridha, ikhlas, dan terus menerus

berikhtiar mencari jalan keluar dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan

tuntunan syara‟, tidak mengeluh, mengaduh, apalagi meratap dan merintih, maka

Allah akan menjanjikan akan memepermudah urusan hisabnya dihari kiamat,

maka Allah menjanjikan akan menyegerakan pahalanya, memberkati

kehidupannya sehingga timbangan amalnya berat kearah ketetapan dan pahala,

dan berkesudahan dengan jannatun-na’im.(38)

Ketiga, penyakit sebagai tangga untuk mencapai kualiatas derajat lebih

tinggi di sisi Allah.(38)

Kita tentu masih ingat bagaimana musibah yang ditimpakan

kepada Nabiyullah Ayyub as yang dikisahkan dalam surah Al-Anbiyaa‟ ayat 83-

84:

حميه ف ر وأوث أرحم ٱنر ىي ٱنض ٲسحجبىا نهۥ وأيىب إر وادي ربهۥ أوي مس

ه عىذوا وركري عهم رحمة م ه أهههۥ ومثههم م فكشفىا ما بهۦ مه ضر وءاجيى

بذيه نهع

Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya

Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan

yang Maha penyayang diantara semua penyayang”. Maka Kami pun

memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan keluarganjya kepadanya,

Page 50: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

32

dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami

dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.

Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit, kehilangan

harta dan anak-anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang

tiidak tertimpa sakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah SWT tetap

baik dan digunakan oleh Nabi Ayyub untuk berdzikir dan memohon keridhoan

Allah SWT dan Allah SWT pun mengabuklan doanya, hingga akhirnya Nabi

Ayyub sembuh dan di kembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat diambil

pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah SWT, tidak

berputus asa akan rahmat Allah SWT serta bersabar dalam menerima takdir Allah

SWT.(40)

Dalam menghadapi cobaan tersebut haruslah dengan sikap jiwa yang telah

digariskan oleh Al-Quran. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-

Baqarah 155.

ونىبهىوكم بشيء مه انخىف وانجىع ووقص مه المىال والوفس

ابريه ر انص وانثمرات وبش

Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah

kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apapun bahwa apabila

Allah menakdirkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah

Page 51: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

33

menakdirkan kesembuhan tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita akan

sembuh.

K. KERANGKA TEORI

Klasifikasi:

Kejang parsial

Kejang umum

Kejang yang tidak

terklasifikasi

Faktor resiko:

Cahaya

Stres

Drug abuse

Menstruasi

suara

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan

yang ditandai oleh bangkitan tanpa provokasi

atau bangkitan refleks berulang berselang

lebih dari 24 jam.

Penatalaksanaan Diagnosa

Page 52: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

34

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KONSEP PEMIKIRAN

Konsep pemikiran dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang

gambaran karakteristik penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

adalah :

Farmakologi Pembedahan

Obat lini

pertama

Obat lini

pertama

anamnesis

Pemeriksaan

fisik dan

neurologis

Pemeriksaan

penunjang

Penyandang

epilepsi

Karakteristik pasien:

Usia

Jenis kelamin

Tingkat pendidikan

Jenis pekerjaan

Durasi konsumsi obat

Jenis terapi

Usia saat bangkitan pertama

Jenis bangkitan

Status putus obat

Page 53: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

35

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel independen : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan saat ini, jenis

pekerjaan, durasi konsumsi obat, obat anti-epilepsi (OAE)

yang digunakan, usia saat bangkitan pertama, jenis

bangkitan, status putus obat, status bebas kejang, faktor-

faktor pemicu bangkitan, caregiver penyandang

Variabel dependen : penyandang epilepsi

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan

dan menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing –masing variable

penelitian.

1. penyandang epilepsi: penyandang yang telah mengalami gejala dan tanda

epilepsi yang didiagnosis epilepsi oleh dokter, serta

Page 54: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

36

disertai hasil elektro-ensefalografi

2. Usia : Usia penyandang yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : tahun

Skala ukur : ordinal

3. Jenis kelamin : jenis kelamin penyandang yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : Laki-laki, Perempuan

Skala ukur : Nominal

4. tingkat pendidikan : tingkat pendidikan penyandang yang tercatat pada

kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : tidak sekolah, SD, SMP-SMA, sarjana

Skala ukur : nominal

5. Jenis pekerjaan : pekerjaan penyandang yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : pekerjaan penyandang

Skala ukur : Nominal

6. Durasi konsumsi obat : lama pemakaian obat anti-epilepsi (OAE) oleh

Page 55: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

37

penyandang yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : kurang dari 2 tahun atau lebih dari 2 tahun

Skala ukur : Ordinal

7. jenis terapi : jenis terapi obat anti-epilepsi (OAE) yang digunakan oleh

penyandang yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : Observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : monoterapi, politerapi

Skala ukur : Nominal

8. usia saat bangkitan pertama : usia penyandang saat bangkitan pertama

yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : balita, anak-remaja, dewasa, lanjut usia

Skala ukur : ordinal

9. jenis bangkitan : jenis bangkitan yang dialami oleh penyandang yang

tercatat

pada kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : umum, parsial

Page 56: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

38

Skala ukur : nominal

10. status putus obat : penyandang pernah berhenti mengonsumsi OAE atau

tidak

yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : ya, tidak

Skala ukur : nominal

11. status bebas kejang : penyandang pernah bebas kejang atau tidak yang

tercatat pada kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : ya, tidak

Skala ukur : nominal

12. faktor pemicu bangkitan : apa saja yang bisa memicu terjadinya bangkitan

yang tercatat pada kuisioner

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Hasil ukur : faktor pemicu bangkitan

Skala ukur : nominal

13. caregiver : orang yang merawat penyandang

Cara ukur : observasi

Alat ukur : kuisioner

Page 57: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

39

Hasil ukur : orangtua, saudara, suami/istri, anak

Skala ukur : nominal

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

deskriptif untuk melihat karakteristik pasien epilepsi dengan rancangan

penelitian cross sectional (total sampling).

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia,

Makassar. Pemilihan tempat ini dimaksudkan karena Rumah Sakit Pelamonia

merupakan pusat pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu tempat pendidikan

Page 58: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

40

klinik bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

3. Waktu penelitan

Waktu pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober

2019 hingga Desember 2019.

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien yang didiagnosa dengan epilepsi

yang rawat jalan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia, dari bulan Oktober

2019 hingga Desember 2019.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah semua pasien epilepsi yang datang ke poliklinik

saraf Rumah Sakit Pelamonia di Makassar. Teknik pengambilan sampel adalah

dengan menggunakan total sampling dimana peneliti mengambil semua populasi

terjangkau sebagai sampel, maka setiap objek penelitian diteliti.

3. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dari penelitian:

pasien epilepsi rawat jalan yang berobat di Poliklnik Saraf Rumah Sakit

Pelamonia Makassar

Bersedia menjadi peserta/responden penelitian ini

4. Kriteria eksklusi

Page 59: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

41

Kriteria eksklusi dari penelitian:

Tidak bersedia menjadi peserta/responden penelitian ini

Kuisioner tidak terisi lengkap

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer yang

diperoleh dengan mengisi kuisioner pengambilan data penderita epilepsi di

Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar, dari bulan Oktober 2019 hingga

Desember 2019.

D. METODE ANALISIS DATA

Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program

komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) secara deskriptif dan

hasil ditampilkan dalam tabel bentuk distribusi.Pengolahan data hasil penelitian ini

diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut :

1. Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara

kriteria

yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

2. Coding : untuk mengkuantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka

karakter.

Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka

pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan

komputer.

3. Entry : memasukkan data ke dalam program komputer program SPSS (Statistical

Page 60: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

42

Product and Service Solution)

4. Cleaning : pemeriksaan data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer

untuk menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data.

E. ALUR PENELITIAN

Pengambilan data awal

Pengumpulan data menggunakan kuisioner

Pengolahan data

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

F. ETIKA PENELITIAN

1. menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada Rumah Sakit Pelamonia

Makassar.

2. menjaga kerahasiaan data penderita yang terdapat pada kuisioner, sehingga

diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

Page 61: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

43

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM POPULASI/SAMPEL

Telah dilakukan penelitian tentang gambaran karakteristik penyandang

epilepsi di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar pada bulan

Oktober sampai Desember 2019. Pengambilan data untuk penelitian ini telah

dilakukan pada tanggal 1 Oktober- 31 Desember 2019 di Poliklinik Saraf

Page 62: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

44

Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Penelitian ini dilakukan melalui observasi

yaitu dengan membagikan kuesioner kepada penyandang epilepsi rawat jalan

yang berobat di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 26 pasien. Dari keseluruhan sampel yang diteliti

adalah mengenai karakteristik mencakup umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status pekerjaan, durasi konsumsi OAE, jenis terapi OAE, usia saat

bangkitan pertama, jenis bangkitan, status putus obat, status bebas kejang,

faktor pemicu bangkitan, dan caregiver.

Data yang telah terkumpul selanjutnya disusun dalam suatu table induk

(master table) dengan menggunakan program komputerisasi. Dari tabel induk

tersebutlah kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program

statistik di perangkat komputer kemudian disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi.

B. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Secara demografi gambaran lokasi Rumah Sakit Pelamonia Makassar terletak di

Jl. Jend. Sudirman No.27, Pisang Utara, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan 90157. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas tipe B.

C. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SAMPEL

1. Usia

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

Page 63: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

45

gambaran mengenai rentang usia penyandang epilepsi di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

<15 3 11,5

15-30 14 53,9

>30 9 34,6

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui sampel dengan umur <15 tahun berjumlah 3

orang (11,5%), umur 15-30 tahun berjumlah 14 orang (53,9%), dan umur >30

tahun berjumlah 9 orang (34,6%).

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai sebaran jenis kelamin penyandang epilepsi di Rumah

Sakit Pelamonia Makassar.

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 7 26,9

Perempuan 19 73,1

Jumlah 26 100

Page 64: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

46

Berdasarkan tabel 2 diketahui sampel dengan jenis kelamin laki-laki

berjumlah 7 orang (26,9%), sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 19

orang (73,1%).

3. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai tingkat pendidikan penyandang epilepsi di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak sekolah 5 19,2

SD 5 19,2

SMP-SMA 15 57,7

Sarjana 1 3,8

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 3 diketahui sampel dengan tingkat pendidikan tidak

sekolah berjumlah 5 orang (19,2%), tingkat pendidikan SD berjumlah 5 orang

(19,2%), tingkat pendidikan SMP-SMA berjumlah 15 orang (57,7%), dan

tingkat pendidikan sarjana berjumlah 1 orang (3,8%).

4. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

Page 65: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

47

gambaran mengenai jenis pekerjaan penyandang epilepsi di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak bekerja 12 46,2

IRT 6 23,1

Pelajar 5 19,2

Wiraswasta 3 11,5

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui sampel ditemukan pada golongan yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 12 orang (46,2%), golongan IRT sebanyak 6 orang

(23,1%), golongan pelajar sebanyak 5 orang (19,2%), dan golongan wiraswasta

sebanyak 3 orang (11,5%).

5. Durasi Konsumsi OAE

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai durasi konsumsi obat anti epilepsi pada penyandang

epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Durasi Konsumsi OAE

Durasi Konsumsi OAE Frekuensi (n) Persentase (%)

<2 tahun 13 50

>2 tahun 13 50

Jumlah 26 100

Page 66: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

48

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5 di atas menunjukkan distribusi durasi

konsumsi OAE pada penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

dengan jumlah total sampel 26 orang. Sebanyak 13 penyandang (50%)

mengkonsumsi obat anti epilepsi dengan durasi konsumsi kurang dari 2 tahun,

sedangkan pasien yang mengkonsumsi obat anti epilepsi dengan durasi

konsumsi lebih dari 2 tahun adalah sebanyak 13 penyandang (50%).

6. Jenis Terapi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai jenis terapi pada penyandang epilepsi Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Terapi OAE

Jenis Terapi Frekuensi (n) Persentase (%)

Monoterapi 17 65,4

Politerapi 9 34,6

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan distribusi jenis terapi pada

pasien epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan jumlah total

sampel 26 orang. Sebanyak 17 penyandang (65,4%) mendapatkan jenis

pengobatan monoterapi, sedangkan penyandang yang mendapatkan jenis

pengobatan politerapi sebanyak 9 penyandang (34,6%).

7. Usia Saat Bangkitan Pertama

Page 67: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

49

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai usia saat bangkitan pertama penyandang epilepsi Rumah

Sakit Pelamonia Makassar.

Tabel 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Saat Bangkitan

Pertama

Usia Saat Bangkitan

Pertama

Frekuensi (n) Persentase (%)

Balita 8 30,8

Anak-remaja 14 53,9

Dewasa 3 11,5

Lanjut usia 1 3,8

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan distribusi usia saat bangkitan

pertama penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan

jumlah total sampel 26 orang. Sebanyak 14 orang (53,9%) mengalami

bangkitan pertama kali pada usia anak-remaja, 8 orang (30,8%) pada usia

balita, 3 orang (11,5%) pada usia dewasa, dan sebanyak 1 orang (3,8%) pada

usia lanjut usia.

8. Jenis Bangkitan

Page 68: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

50

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai jenis bangkitan yang dialami penyandang epilepsi di

Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Tabel 5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Bangkitan

Jenis Bangkitan Frekuensi (n) Persentase (%)

Parsial 7 26,9

Umum 19 73,1

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan distribusi jenis bangkitan

penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan jumlah total

sampel 26 orang. Sebanyak 7 penyandang (26,9%) mengalami jenis bangkitan

epilepsi parsial, sedangkan penyandang yang mengalami jenis bangkitan

epilepsi umum sebanyak 19 orang (73,1%).

9. Status Putus Obat

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai status putus obat penyandang epilepsi Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Putus Obat

Page 69: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

51

Status Putus Obat Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 9 34,6

Tidak 17 65,4

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 9 di atas menunjukkan distribusi status putus obat

penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan jumlah total

sampel 26 orang. Sebanyak 9 penyandang (34,6%) pernah berhenti

mengonsumsi obat anti epilepsi, sedangkan penyandang yang tidak pernah

berhenti mengonsumsi obat anti epilepsi sebanyak 17 orang (65,4%).

10. Status Bebas Kejang

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai status bebas kejang penyandang epilepsi Rumah Sakit

Pelamonia Makassar.

Tabel 5.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Bebas Kejang

Status Bebas Kejang Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 15 57,7

Tidak 11 42,3

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 10 di atas menunjukkan distribusi status bebas

kejang penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan

jumlah total sampel 26 orang. Sebanyak 15 penyandang (57,7%) pernah

Page 70: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

52

mengalami bebas kejang, sedangkan penyandang yang tidak pernah

mengalami bebas kejang sebanyak 11 orang (42,3%).

11. Faktor Pemicu

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai faktor pemicu bangkitan pada penyandang epilepsi

Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Tabel 5.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Faktor Pemicu Bangkitan

Faktor Pemicu Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak diketahui 4 15,4

Stress 12 46,1

Kelelahan 10 38,5

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 11 di atas menunjukkan distribusi faktor pemicu

bangkitan pada penyandang epilepsi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

dengan jumlah total sampel 26 orang. Tabel 11 menunjukkan stress menjadi

faktor pemicu bangkitan pada 12 penyandang (46,1%), kelelahan pada 10

penyandang (38,5%), dan tidak diketahui sebanyak 4 penyandang (15,4%).

12. Caregiver

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 26 orang penyandang yang

dikumpulkan dengan kuisioner pengambilan data, maka peneliti memperoleh

gambaran mengenai caregiver penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia

Makassar.

Page 71: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

53

Tabel 5.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Caregiver

Caregiver Frekuensi (n) Persentase (%)

Orangtua 14 53,8

Saudara 5 19,2

Suami/istri 5 19,2

Anak 2 7,7

Jumlah 26 100

Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan distribusi caregiver

penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan jumlah total

sampel 26 orang. Sebanyak 14 orang (53,8%) dirawat atau tinggal bersama

dengan orangtua, 5 orang (19,2%) dengan saudara, 5 orang (19,2%) dengan

suami/istri, dan 2 orang (7,7%) dengan anak.

Page 72: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

54

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan

pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar, maka berikut

merupakan pembahasan tentang hasil penelitian yang didapatkan.

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.1, dapat diketahui bahwa golongan usia 15-30 tahun yang terbanyak

menyandang epilepsi yaitu 14 orang (53,9%), sedangkan golongan usia <15 tahun

merupakan yang paling sedikit yaitu 3 orang (11,5%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rhiza Khasanah (2014) dan Mughni

H.Hasibuan (2016) yang dilakukan pada penyandang epilepsi di RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado, yang menemukan usia remaja hingga dewasa muda lebih

banyak dengan persentase 33,7% dan 24%.(4,16 )

Menurut WHO (2006), prevalensi

epilepsi di negara berkembang, terbanyak ditemukan pada usia dekade dua dan

tiga.(26)

Menurut penelitian yang di lakukan di Amerika dan beberapa negara Asia

dan Eropa, insiden tertinggi epilepsi terjadi pada kelompok umur anak-anak dan

dewasa muda.(27,28)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.2, dapat diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak menderita

Page 73: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

55

epilepsi adalah golongan perempuan dengan sampel 19 orang (73,1%), sedangkan

jenis kelamin yang paling sedikit menderita epilepsi adalah golongan laki-laki

yaitu 7 orang (26,9%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Mahmood Vakili (2016) yang dilakukan

pada penyandang epilepsi di Yazd-Iran, yang menemukan jenis kelamin

perempuan lebih banyak dengan persentase 57% berbanding jenis kelamin laki-

laki dengan persentase 43%.(17)

Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian Rhiza Khasanah (2014) dan Mughni H.Hasibuan (2016) yang dilakukan

pada penyandang epilepsi di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang

menemukan penyandang laki-laki lebih banyak daripada perempuan.(4,16)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.3, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak

menyandang epilepsi adalah golongan SMP-SMA dengan sampel 15 orang

(57,7%), sedangkan golongan sarjana merupakan yang paling sedikit yaitu 1

orang (3,8%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rhiza Khasanah (2014) dan Mughni

H.Hasibuan (2016) yang dilakukan pada penyandang epilepsi di RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado, yang menemukan tingkat pendidikan SMP-SMA lebih

banyak dengan persentase 74,3% dan 55,1%, sedangkan tingkat pendidikan yang

paling sedikit yaitu sarjana dengan presentasi 12,9% dan 10,1%.(4,16)

Namun, hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian Mahmood Vakili (2016) yang dilakukan

Page 74: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

56

pada penyandang epilepsi di Yazd-Iran, yang menemukan tingkat pendidikan

yang paling banyak yaitu di bawah usia pendidikan formal dengan persentase

46,3%.

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.4, dapat dilihat distribusi penyandang epilepsi berdasarkan jenis pekerjaan

paling banyak ditemukan pada golongan yang tidak bekerja sejumlah 12 orang

(46,2%), diikuti IRT 6 orang (23,1%), pelajar 5 orang (19,2%), dan wiraswasta 3

orang (11,5%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Indah Irawati (2015) yang dilakukan pada

penyandang epilepsi di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta, yang menemukan jenis

pekerjaan yang paling banyak menderita epilepsi adalah golongan yang tidak

bekerja dengan persentase 52,6%.(18)

Diperkirakan hal ini terjadi karena pada

beberapa sampel masih ada yang belum masuk usia kerja. Menurut Rizaldi Pinzon

(2007), penyandang epilepsi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada

populasi normal. Penyandang epilepsi akan mengalami kesulitan dalam

menjalankan pekerjaan karena serangan kejang yang sering terjadi, sehingga

karena alasan serangan inilah maka mereka sulit dalam diterima bekerja.(19)

Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rhiza Khasanah (2014) dan

Mughni H.Hasibuan (2016) yang dilakukan pada penyandang epilepsi di RSUP

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang menemukan jenis pekerjaan terbanyak

yaitu pelajar dengan persentase 43,6% dan 32,3%.(4,16)

Page 75: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

57

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.5, hasil penelitian menunjukkan durasi konsumsi obat anti epilepsi oleh

penyandang epilepsi di poliklinik saraf kurang dari 2 tahun berjumlah 13 orang

(50%) dan penyandang yang mengonsumsi obat anti epilepsi dengan durasi

konsumsi lebih dari 2 tahun juga berjumlah 13 orang (50%). Hal ini disebabkan

karena sebagian pasien merupakan pasien baru, sedangkan sebagian lagi

merupakan pasien lama dengan kejang yang tidak terkontrol dan bangkitan yang

masih sering terjadi.

Menurut penelitian yang dilakukan Mydheli Rajandran (2016) pada

penyandang epilepsi di RSUP Haji Adam Malik Medan, durasi konsumsi obat <2

tahun paling banyak dengan persentase 71,9%. Menurut Harsono (2008), teori

menunjukkan pasien seharusnya minum obat sekurang-kurangnya 2 tahun dan

sebagian lagi menunggu selama 5 tahun untuk berhenti konsumsi obat anti

epilepsi.(9)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.6, jenis terapi pada penyandang epilepsi yang paling sering adalah

monoterapi sebanyak 17 orang (65,4%) dengan karbamazepin sebagai OAE yang

paling banyak digunakan yaitu sebanyak 8 orang (30,9%), kemudian diikuti oleh

fenitoin sebanyak 5 orang (19,2%), dan asam valproat sebanyak 4 orang (15,4%)

Page 76: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

58

Hal ini sesuai dengan penelitian Mydheli Rajandran (2016) dan Izzati

Shoba Maryam (2016), yang menemukan jenis terapi monoterapi lebih banyak

dengan persentase 66,3% dan 77,1%. Namun, pada kedua penelitian tersebut OAE

yang paling sering digunakan yaitu fenitoin. Menurut penelitian Mac TL dkk

(2006), karbamazepin dan fenitoin merupakan OAE yang paling banyak

digunakan di Hongkong dan India.(29)

Berbeda dengan beberapa negara Asia lain

seperti Pakistan, Oman, Bangladesh, Taiwan, Sri Lanka, Thailand kebanyakan

menggunakan karbamazepin dan asam valproate.(29-33)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.7, dapat dilihat distribusi penyandang epilepsi berdasarkan usia saat

bangkitan pertama paling banyak ditemukan pada golongan usia anak-remaja

sebanyak 14 orang (53,9%), diikuti golongan usia balita sebanyak 8 orang

(30,8%), golongan usia dewasa sebanyak 3 orang (11,5%), dan golongan usia

lanjut usia sebanyak 1 orang (3,8%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Gunawan dan Stephanie pada tahun 2013

di Rumah Sakit Siloam Tangerang yang menyatakan bahwa awitan bangkitan

terbanyak terjadi pada masa anak-anak, kurang dari 18 tahun.(34)

Namun, hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian epidemiologi yang telah dilakukan

di negara–negara berkembang. Terdapat distribusi umur yang spesifik berupa

komposisi yang tinggi pada awal kehidupan, penurunan pada usia remaja, dan

peningkatan progresif pada usia di atas 55 tahun. Peningkatan tertinggi terjadi

pada usia diatas 75 tahun.(27-29,35)

Menurut Tri Budi Raharjo (2007), faktor

Page 77: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

59

penyebab dapat diketahui dengan melihat usia serangan pertama kali. Misalnya :

usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor ialah trauma perinatal, kejang demam,

radang susunan saraf pusat, struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik,

penyakit sistemik, penyakit trauma kepala dan lain-lain.(24)

Menurut Rugg-Gunn

FJ (2015) dan Bryniarska D (2001), faktor penyebab pada usia dewasa ialah

cedera kepala, infeksi sistem saraf pusat, kelainan kongenital, lesi desak ruang,

gangguan peredaran darah otak, toksin (alkohol dan obat), gangguan metabolik,

dan kelainan neurodegeneratif.(25,36)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.8, jenis bangkitan pada penyandang epilepsi yang paling sering adalah

jenis bangkitan umum sebanyak 19 orang (73,1%), sedangkan jenis bangkitan

parsial sebanyak 7 orang (26,9%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Izzati Shoba Maryam (2016), yang

dilakukan pada penyandang epilepsi di RSUP Sanglah Denpasar, yang

menemukan jenis bangkitan umum lebih banyak dengan persentase 47,1%

berbanding jenis bangkitan parsial dengan persentase 28,6%.(20)

Namun, hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian Rhiza Khasanah (2014) dan Mughni

H.Hasibuan (2016) yang dilakukan pada penyandang epilepsi rawat jalan di

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, yang menemukan jenis bangkitan parsial

(fokal) lebih banyak dengan persentase 54,5% dan 75,3%.

Page 78: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

60

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.9, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17 sampel (65,4%)

penyandang epilepsi tidak pernah mengalami putus obat, sedangkan 9 sampel

(34,6%) pernah mengalami putus obat. Diperkirakan putus obat ini disebabkan

karena ketidaktahuan, jarak ke fasilitas kesehatan yang jauh, dan penyandang

merasa sudah sembuh.

Menurut Asmamaw Getnet dkk (2016), faktor-faktor yang dapat

menyebabkan status putus obat pada penyandang epilepsi yaitu faktor

sosioekonomi, kurangnya dukungan sosial, edukasi kesehatan yang kurang,

stigma, tidak nyaman dengan efek samping obat, dan durasi pengobatan yang

lama.(21)

Menurut Geraldine O‟ Rourke (2016), putus obat dikaitkan dengan

kepercayaan terhadap pengobatan, depresi atau cemas, manajemen penggunaan

obat yang buruk, bangkitan yang tidak terkendali, dosis obat yang terlalu sering,

hubungan dokter-pasien yang buruk, dan dukungan sosial yang buruk.(37)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.10, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 15 sampel (57,7%)

pasien epilepsi rawat jalan pernah mengalami bebas kejang dengan durasi bebas

kejang paling lama yaitu selama 5 tahun.

Menurut PERDOSSI (2014), penghentian OAE secara bertahap dapat

dipertimbangkan setelah 3-5 tahun bebas bangkitan. Namun, masing-masing

Page 79: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

61

mempunyai alasan yang pada hakikatnya bergantung pada keadaan pasien itu

sendiri.(5)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.11, faktor pencetus bangkitan penyandang epilepsi yang paling sering

adalah stres sebanyak 12 orang (46,1%), diikuti kelelahan sebanyak 10 orang

(38,5%), dan tidak diketahui sebanyak 4 orang (15,4%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Balamurugan dkk (2013) yang dilakukan

di klinik epilepsi seluruh institusi ilmu kedokteran di India , yang menemukan

bahwa stres menjadi faktor pemicu bangkitan pada 181 orang (44,69%) dari 405

orang pasien epilepsi.(22)

Menurut Harsono (2008), stres merupakan salah satu

faktor pemicu bangkitan epilepsi karena stres dapat memicu terjadinya

hiperventilasi. Pada penderita tertentu, hiperventilasi merupakan faktor pencetus

terjadinya bangkitan. Penderita epilepsi juga dapat lupa minum obat karena

sedang dilanda stres. Selain itu, stres juga dapat mengubah konsentrasi hormon

misalnya meningkatkan kadar kortisol; peningkatan ini berpengaruh terhadap

ambang bangkitan.(9)

Pada penyandang epilepsi Rumah Sakit Pelamonia Makassar periode

Oktober-Desember 2019 didapatkan hasil dengan jumlah total 26 sampel. Pada

tabel 5.12, dapat dilihat distribusi penyandang epilepsi berdasarkan caregiver,

yang paling banyak adalah orangtua sebanyak 14 orang (53,8%), kemudian diikuti

oleh 2 caregiver lain yang jumlahnya sama yaitu saudara dan suami/istri sebanyak

5 orang (19,2%), dan yang paling sedikit yaitu anak sebanyak 2 orang (7,7%).

Page 80: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

62

Berdasarkan hasil penelitian Ika T dan Hidayati E (2019) yang dilakukan

di Rumah Sakit Kariadi Semarang, yang menjelaskan bahwa dukungan keluarga

yang diberikan dalam bentuk peran serta keluarga dalam memberikan penjelasan

tentang penyakit epilepsi, mendukung dalam hal memberikan pengobatan dan

pembiayaan serta memberikan kasih sayang dan kepercayaan penuh kepada

penderita. Dengan adanya dukungan-dukungan tersebut, membuat pasien menjadi

termotivasi untuk berusah sembuh dan rutin dalam menjalani pengobatan,

sehingga akan mengurangi kejadian frekuensi bangkitan yang muncul dan dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien.(15)

Epilepsi merupakan salah satu penyakit yang diberikan Allah SWT

sebagai cobaan atau musibah kepada hamba-Nya. Allah SWT berfirman dalam

surah Al-Anbiyaa‟ ayat 35:

كم وفس رائقة انمىت ووبهىكم بانشر وانخير فحىة وإنيىا

جرجعىن

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan

mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-

benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.

Sahabat Ibnu Abbas yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir Al-Qur‟an-

menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan

kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram,

ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” Dari ayat ini, kita tahu

Page 81: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

63

bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang

diberikan kepada hamba-Nya.(38)

Di zaman Nabi Muhammad SAW, pernah ada seorang wanita yang menderita

penyakit ayan (epilepsi). Wanita tersebut bernama Su‟airah al-Asadiyyah berasal

dari Habasyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita

yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh

ketulusan. Kisah wanita ini telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab

shahihnya dengan sanadnya dari „Atha‟ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas

berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni

surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.” Ia berkata, ”Wanita berkulit hitam ini

(orangnya). Ia telah datang menemui Nabi Muhammad SAW lalu

berkata:“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka

tanpa disadari auratku terbuka. Do‟akanlah supaya aku sembuh.” Nabi

Muhammad SAW bersabda: “Jika engkau kuat bersabar, engkau akan

memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah

agar Dia menyembuhkanmu.” Maka ia berkata:”Aku akan bersabar.” Kemudian

ia berkata:”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari auratku)

terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka .” Maka

Beliau Nabi Muhammad SAW pun mendo‟akannya. (HR Al-Bukhari 5652).(39)

Dari hadist ini, kita bisa melihat betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia

berusaha menjaga hak-hak Allah dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu

agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus asa akan rahmat Allah dan

bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu adalah

Page 82: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

64

sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun

yang diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi

timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti.(39)

Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia,

sebenarnya terdapat banyak hikmah yang agung di dalamnya. Pertama, penyakit

sebagai penebus dosa yang pernah dilakukan manusia akibat kelalaian dan

pelanggarannya terhadap perintah Allah SWT. Kedua, penyakit sebagai pengingat

dan penguji kualitas kesabaran seseorang. Ketiga, penyakit sebagai tangga untuk

mencapai kualiatas derajat lebih tinggi di sisi Allah.(38)

Page 83: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

65

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Usia penyandang epilepsi yang paling banyak adalah 15-30 tahun (53,9%).

2. Jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan (73,1%).

3. Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMP-SMA (57,7%).

4. Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah tidak bekerja (46,2%).

5. Durasi konsumsi OAE baik <2 tahun maupun >2 tahun jumlahnya sama (50%).

6. Jenis terapi yang paling sering adalah monoterapi (65,4%).

7. Usia saat bangkitan pertama paling sering ditemukan pada golongan usia anak-

remaja (53,9%).

8. Jenis bangkitan yang paling sering ditemukan adalah bangkitan umum (73,1%).

9. Sebanyak 34,6% penyandang epilepsi pernah mengalami putus obat.

10. Sebanyak 57,7% penyandang epilepsi pernah mengalami bebas kejang.

11. Faktor pemicu bangkitan tersering adalah stres (46,1%).

Page 84: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

66

12. Caregiver yang paling banyak adalah orangtua (53,8%).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cakupan yang lebih luas dan

waktu

yang lebih lama.

2. Diharapkan adanya penelitian lain yang membahas mengenai karakteristik-

karakteristik lain penyandang epilepsi.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang

jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan

sesungguhnya.

2. Penelitian ini hanya menilai karakteristik penyandang epilepsi berdasarkan

jawaban pada kuisioner.

3. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuisioner yaitu terkadang

kuisioner tidak diisi secara lengkap.

Page 85: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

67

DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta A, Sharma A, Dhiman N, Mallikarjun BP. Synthetic and

computational sulfonamide derivatives as antiepileptics: recent

developments. World J Pharm Sci. 2016;5(8):328-38.

2. World Health Organization. Epilepsy [Internet]. 2019. Available

from:https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy.

3. Ullah S, Ali N, Khan A, Ali S, Nazish HR. The epidemiological

characteristics of epilepsy in the province of Khyber Pakhtunkhwa,

Pakistan. Front Neurol. 2018;9(NOV):6-11.

4. Hasibuan MH. Profil Penyandang Epilepsi di Poloklinik Saraf RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2015-Juni 2016. 2016;4.

5. PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. 5th ed. Surabaya: Airlangga

University Press; 2014.

6. Rajandran M. Gambaran Karakteristik pada Pasien Epilepsi di RSUP Haji

Adam Malik pada Tahun 2016. Universitas Sumatera Utara; 2017.

7. International League Against Epilepsy. Definition of Epilepsy [Internet].

2014. Available from: https://www.ilae.org/guidelines/definition-and-

classification/definition-of-epilepsy-2014/definition-of-epilepsy-2014.

8. Kristanto A. Epilepsi Bangkitan Umum Tonik-Klonik di UGD RSUP

Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains Medis. 2017;8(1):69-73.

Page 86: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

68

9. Harsono. Epilepsy. 2nd ed. Yogyakarta: Gadjah Mada Press University:

2008.

10. Anindhita T, editor. Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Jakarta: Departemen

Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2017. 78 p.

11. Stafstrom, C. E. and Carmant, L. (2015) „Seizures and Epilepsy : An

Overview for Neuroscientists‟, pp. 1–18.

12. Salabi MR. Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Qur‟an dan Sains.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2002. 13 p.

13. Hawari, I. (2010) Epilepsi di Indonesi, Yayasan Epilepsi Indonesia.

Available at: http://www.ina-epsy.org/2010/08/epilepsi-di-indonesia.html

(Accessed: 8 February 2020).

14. Saragih, R.(2010). Peranan Dukungan Keluarga dan Koping Pasien

dengan Penyakit Kanker terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB 1 Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010,pp. 1-10.

15. Ika, T. and Hidayati, E. (2019) „Family Support On Severe Frequency In

Epilepsy Patients In RSUP . Dr . Kariadi Semarang‟, 2(18), pp. 21–28.

doi: 10.26714/mki.2.1.2019.21-28.

16. Khazanah, R. Profil Penyandang Epilepsi di Poliklinik Saraf RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2013-Mei 2014. 2015;3.

17. Vakili, M., Rahimdel, A. and Bahrami, S. (2016) „Epidemiological study

of epilepsy in Yazd-Iran‟, 5(1), pp. 162–165. doi: 10.15562/bmjv5i1.324.

18. Irawati, I. Analisis Pola Penggunaan Obat Anti Epilepsi di Instalasi Rawat

Inap RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta Tahun 2015. Universitas Setia

Page 87: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

69

Budi; 2016.

19. Pinzon, R., 2006, Karakteristik Epidemiologi Onset Anak-Anak, 131-133,

Telaah Pustaka Terkini, Dexa Media.

20. Maryam IS, Ayu I, Wijayanti S, Tini K. Karakteristik Pasien Epilepsi di

Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari –

Desember 2016. 2018;1:89–94.

21. Getnet A, Woldeyohannes SM, Belete H. Antiepileptic Drug

Nonadherence and Its Predictors among People with Epilepsy 4 . Clinical

and Patient Related Factors 5 . Prevalence and Associated Factors of

Antiepileptic Drug Nonadherence. 2016;1–5.

22. Balamurugan E, Aggarwal M, Lamba A, Dang N, Tripathi M. Perceived

trigger factors of seizures in persons with epilepsy. Seizure Eur J Epilepsy

[Internet]. 2013;22(9):743–7. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.seizure.2013.05.018

23. Tate SK, Depondt C, Sisodiya SM, Cavalleri GL, Schorge S, Soranzo N,

et al. Genetic predictors of the maximum doses patients receive during

clinical use of the anti-epileptic drugs carbamazepine and phenytoin.

2005;102(15).

24. Raharjo Tri Budi. Faktor-Faktor Risiko Epilepsi pada Anak di Bawah

Usia 6 Tahun. Universitas Diponegoro; 2007.

25. Rugg-gunn FJ. Adult onset epilepsies. ILAE Br Chapter.2015

26. World Health Organization. Neurological disorders: public health

challenges. [Internet]. 2006. p. 56–67. Available from:

Page 88: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

70

https://www.who.int/mental_health/neurology/chapter_3_a_neuro_disorde

rs_public_h_challenges.pdf?ua=1

27. Goldenberg MM. Overview of Drugs Used For Epilepsy and Seizures

Etiology , Diagnosis , and Treatment. 2010;35(7).

28. Mchugh JC, Delanty N. Epidemiology And Classification Of Epilepsy :

Gender Comparisons. Int Rev Neurobiol. 2008;83(08):11–26.

29. Mac TL, Tran D, Quet F, Odermatt P, Preux P, Tan CT. Epidemiology ,

aetiology , and clinical management of epilepsy in Asia : a systematic

review. Lancet. 2007;6:533–43.

30. Hanssens Y, Deleu D, Al Balushi K, Al Hashar a., Al-Zakwani I. Drug

utilization pattern of anti-epileptic drugs: A pharmacoepidemiologic study

in Oman. J Clin Pharm Ther. 2002;27(5):357–64.

31. Johannessen Landmark C, Fossmark H, Larsson PG, Rytter E,

Johannessen SI. Prescription patterns of antiepileptic drugs in patients with

epilepsy in a nation-wide population. Epilepsy Res [Internet]. 2011 Jan

1;95(1):51–9. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.eplepsyres.2011.02.012

32. Habib M, Khan SU, Hoque MA, Mondal MB, Hasan AH, Chowdhury RN,

dkk. Antiepileptic drug utilization in Bangladesh: experience from Dhaka

Medical College Hospital. BMC Res Notes. 2013;6:473.

33. Mazhar F, Shamim S, Malhi SM. Drug utilization evaluation of

antiepileptics in three selected multidisciplinary teaching hospitals of

Pakistan. Int J Pharm Pharm Sci. 2014;6(5):59–66.

Page 89: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

71

34. Gunawan PY, Stephanie ED. Karakteristik Pasien Epilepsi di Rumah Sakit

Siloam Lippo Village, Tangerang, Tahun 2013. Medicinus. 2014;4:2–5.

35. Kaplan PW. Epidemiology and etiology: an overview. Adv Stud Med.

2005;5(January):57–62.

36. Bryniarska D, Zakrzewska E. Etiological Spectrum of Symptomatic

Epilepsy in Adults. Eur PMC. 2001;58(9):839–42.

37. Rourke GO, Jordan J, Brien O. Identifying the barriers to antiepileptic

drug adherence among adults with epilepsy. Seizure Eur J Epilepsy

[Internet]. 2017;45:160–8. Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.seizure.2016.12.006

38. Putra AH. Rahasia di Balik Sakit. 2009.

39. Sa‟id U. Su‟airah: Wanita Penghuni Surga. 2010.

40. Rokayah Y, Khofiyah N, Diana S, Pujiati. Konsep Sehat dan Sakit dalam

Islam.

Page 90: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

72

Page 91: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

73

Page 92: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

74

Page 93: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

75

Page 94: CHARACTERISTICS OF EPILEPSY IN NEUROLOGY CLINIC AT ... · vii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Thesis, 26 February 2020 1Muliana Hijrah,

76