chapter i
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah.
Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan pelatihan. Proses menunjukkan adanya aktivitas dalam bentuk
tindakan aktif di mana terjadi suatu interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar
dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena tindakan pendidikan
selalu bersifat aktif dan terencana, maka pendidikan merupakan suatu perbuatan atau
tindakan sadar agar terjadi perubahan sikap dan tata laku yang diharapkan yaitu
pemanusiaan manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisiplin, dan berakhlak
mulia (M. Zainuddin 2008:11 )
Dalam arti lain pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam
pembangunan suatu bangsa. Dapat kita lihat di berbagai Negara bagaimana kuatnya
peran pendidikan yang dianggap juga sebagai sebuah sarana pengembangan sumber
daya manusia dengan tingkat bangsa- bangsa yang ditunjukkan dari indikator
ekonomi dan sosial budayanya. Oleh karena itu, pendidikan yang mampu
memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan relevan
dengan kebutuhan masyarakatnya. Ironinya saat ini pendidikan yang seharusnya
menjadi kepedulian komponen bangsa hanya menjadi kepedulian komponen tertentu
saja.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia sendiri jika dilihat data pemerataan pendidikan dilihat dari data
Depdiknas 2009, ada sekitar 2,2 juta anak usia wajib belajar, yakni 7-15 tahun, belum
dapat menikmati pendidikan. Lebih jauh lagi untuk usia lebih tua, dimana terdapat
5,5 juta orang yang tak bersekolah untuk usia 16-18 tahun. Selanjutnya untuk usia 19-
25 tahun, ada sekitar 20,7 juta orang yang tak mengenyam pendidikan tinggi . Jika
dijumlahkan, maka sekitar 28,4 juta orang yang berusia 7-25 tahun, tidak bisa
mengecap pendidikan. Adapun faktor penyebab tingginya jumlah anak yang tak
sekolah, seperti sulitnya akses pendidikan, kurangnya kesadaran orangtua, dan faktor
kesulitan ekonomi. Jika dikaji lebih dalam, maka faktor kesulitan ekonomilah
penyebab utamanya. (<http://data.kompas//28juni2010 depdikanas//menggugat
ketidakadilanpendidikan.htm>)
Dari data diatas bangsa Indonesia sedang berada pada titik kulminasi menentukan
akan berhasil atau tidak pergumulannya menggapai cita- cita untuk memajukan
kesejahteraan bersama, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan sosial
yang fungsi dan tujuan pendidikan di dalam pembukaan UUD 1945. Pemerintah
Indonesia akhirnya melakukan upaya yang dapat mengantarkan rakyat menjadi suatu
bangsa yang cerdas. Oleh karena itu berbagai kebijakanpun dikeluarkan pemerintah
untuk menggenapi fungsi dan tujuan pemerintah Negara Indonesia di bidang
pendidikan. Serta mengatasi krisis pendidikan yang melanda Indonesia saat ini, guna
mengekang angka buta huruf ataupun merosotnya sumber daya manusia yang ada.
Reformasi yang terjadi di Indonesiapun turut menjadi salah satu faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan terjadinya pergeseran penyelenggaraan pemerintah dari sentralisasi ke
desentralisasi yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan nyata kepada
daerah dalam waktu seketika. Pemberian otonomi ini dilaksanakan berdasarkan
prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan, dan
memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi
pada tingkat wilayah yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota. Hal
yang lebih esensial dari otonomi adalah semakin besarnya tanggung jawab daerah
yang mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup di dalam pembangunan
masyarakat di daerahnya, termasuk bidang pendidikan.
Salah satu prinsip otonomi daerah adalah bahwa pelaksanaan otonomi daerah
harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi
antara pusat, propinsi, dan daerah, serta antardaerah. Oleh karena itu, perlu
diciptakannya mekanisme yang harmonis diantara para “stakeholders” pendidikan.
Dengan telah ditetapkannya UU No.22/1999 dan PP No.25/2000, maka menjadi jelas
pembagian kewenangan di bidang pendidikan dan kebudayaan antara pemerintah,
propinsi, dan kabupaten/kota.
Dengan ikut berubahnya sentralisasi pendidikan ke desentralisasi pendidikan
tidak bisa dihindari jika ada kesalahan dan kemunduran, di bidang pendidikan akibat
pelaksanaan desentralisasi tersebut. Oleh karena itu, desentralisasi perlu dilakukan
secara hati- hati dan bertahap, karena menyangkut mutu pendidikan, menjamin
tersedianya anggaran yang memadai untuk pendidikan, dan menumbuhkan
keberpihakan pengambilan keputusan di daerah kepada bidang pendidikan. Apalagi
pada saat ini keadaan pendidikan dihadapkan pada situasi rawan sebagai akibat krisis
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, karena jangkauan permasalahan begitu besar dan dilatar belakangi
pergeseran system pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi maka dilakukanlah
strategi baru dalam menjawab semua tantangan tersebut yaitu pendidikan berbasis
masyarakat. Tujuan pendidikan berbasis masyarakat adalah:
(1) membantu pemerintah dalam memobilisasi sumber daya lokal dan
meningkatkan peranan masyarakat untuk mengambil bagian yang lebih besar
dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan pada semua tingkat, jenis,
dan jalur pendidikan;
(2) merangsang terjadinya perubahan sikap dan persepsi tentang rasa kepemilikan
masyarakat terhadap sekolah, rasa tanggung jawab, kemitraan, toleransi, dan
kekuatan multikultural;
(3) mendukung prakarsa pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat
terhadap sekolah, khususnya orang tua dan masyarakat melalui kebijakan
desentralisasi; (4) membantu mengatasi putus sekolah khususnya dari
pendidikan dasar. (Dr.Fasli Jalal dan Dedi Supriadi,2001:200)
Sejalan dengan meningkatkan minat terhadap pendidikan berbasis
masyarakat, pemerintah terus- menerus dituntut untuk mengembangkan kebijakan
yang sesuai dalam bidang ini. Rentangan pilihan kebijakan yang dapat ditempuh oleh
pemerintah amatlah luas, antara lain berikut ini. Pertama, memberikan kebebasan
seluas- luasnya kepada masyarakat dalam iklim yang Laissez Fraire. Pemerintah
membuka kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk melibatkan diri dalam
berbagai bentuk pendidikan tanpa ada campur tangan atau kontrol dari pemerintah.
Kedua, melakukan pengaturan tentang keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan ini dilakukan baik pada tingkat nasional (melalui instrument Pereaturan
Pemerintah) atau tingkat local ( melalui Peraturan Daerah) yang menyangkut batas-
batasan rambu- rambu, standar, lain- lain. Ketiga memberikan subsidi dan dukungan.
Keempat, reformasi aturan. (Dr.Fasli Jalal dan Dedi Supriadi,2001:181)
Dilatarbelakangi oleh kebijakan tersebut maka muncul kelompok- kelompok
independen yang terlibat di dalam pengadaan pendidikan bagi masyarakat. Tetapi
mereka melihat ada hal yang rancu dalam kebijakan yang dihasilkan pemerintah.
Mereka menganggap bahwa kebijakan yang dihasilkan ataupun yang dibentuk oleh
pemerintah tersebut kurang aplikatif bila diterapkan pada masyarakat pinggiran atau
masyarakat kumuh yang dikategorikan sebagai masyarakat miskin jika dilihat dari
segi waktu dan kondisi sosial mereka . Masyarakat miskin dapat kita pahami ketika
melihat ;
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-
barang dan pelayanan dasar
2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Di kota Medan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
terbilang banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS) Kota Medan diketahui
sebanyak 11,34 persen penduduk Kota Medan masih hidup di bawah garis
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan. Fenomena kemiskinan masih dijumpai di berbagai wilayah, yang
tersebar di seluruh kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Medan khususnya
Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan
Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan
penduduk miskin dengan kondisi yang bervariasi. Data SUSENAS tahun 2004,
memperkirakan penduduk miskin di kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau
32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa.
(http://openlibrary.org/b/OL16994384M/Analisis Kemiskinan Kota Medan
berdasarkan Karakteristik Sosial microform)
Berdasarkan identifikasi tersebut, maka beberapa kelompok independen
berdiri memberikan pendidikan murah bahkan gratis bagi masyarakat pinggiran untuk
mendukung pendidikan Indonesia yang menjadi masalah yang sangat
memprihatinkan saat ini. Mereka juga berupaya melahirkan model dan strategi
pendidikan yang lebih aplikatif dan relevan bagi masyarakat miskin atau pinggiran
untuk melengkapi sistem pendidikan yang sudah ada. Salah satu kelompok yang
terlibat dalam upaya penyediaan pendidikan masyarakat di daerah pinggiran adalah
Yayasan Peduli Karakter Bangsa. Kelompok ini tidak melewatkan kesempatan yang
diberikan pemerintah lewat kebijakan pendidikan berbasis masyarakat.
Dilatarbelakangi oleh rasa prihatin terhadap keadaan masyrakat kumuh yang ada di
kota medan khususnya daerah Pabrik Tenun, dimana sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai pemulung, dan tukang becak. Masyarakat di daerah
tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan di sekolah negeri
maupun swasta dikarenakan biaya pendidikan saat ini begitu mahal. Maka Yayasan
Universitas Sumatera Utara
Peduli Karakter Bangsapun mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Talita Kum,
dengan visi dan misi Menolong masyarakat pra sejahtera keluar dari kemiskinan
dengan membangun generasi berpendidikan dan menjadi komunitas yang berkarakter
menuju Indonesia baru.
Yayasan Peduli Karakter Bangsapun memberikan pendidikan gratis dan
inovasi dalam system pendidikan yang mereka tawarkan kepada masyarakat
pinggiran, tanpa harus keluar dari sistem pendidikan yang sedang berjalan di
Indonesia. Tetap mengikuti kurikulum yang sedang berlaku tetapi memberikan
beberapa inovasi agar relevan dan kontributif bagi masyarakat kumuh atau
masyarakat pinggiran.
Dari uraian di atas terlihat bagaimana lembaga independen berdiri dan
memberikan sarana pendidikan murah bahkan gratis bagi masyarakat miskin atau
pinggiran, ditengah keadaan ekonomi yang saat ini tidak stabil dan biaya pendidikan
yang begitu mahal. Ditambah lagi inovasi pendidikan yang mereka tawarkan
sehingga kontributif bagi masyarakat pinggiran. Hal inilah yang membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian selain itu masalah ini layak diteliti, karena belum
ada penelitian sebelumnya yang membahas tentang pendidikan masyarakat pinggiran
dengan mengangkat judul Strategi Model Pendidikan Character Building Dalam
Proses Pendidikan Masyarakat Pinggiran oleh Yayasan Peduli Karakter
Bangsa. (Studi Deskriptif Sekolah TALITA KUM, Jl. Pabrik Tenun Gg.
CikDitiro No.16, Medan).
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah
diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian :
1. Apa yang menjadi latar belakang Yayasan Peduli Karakter Bangsa
melakukan pendidikan bagi masyarakat pinggiran?
2. Bagaimana strategi model Pendidikan character building dalam proses
pendidikan masyarakat pinggiran oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang
diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Untuk melihat
seberapa jauh strategi model pendidikan character bulding yang dikembangkan
Yayasan peduli Karakter bangsa tersebut dapat memberi kontribusi positif dalam
memberdayakan masyarakat pinggiran dalam kaitannya dengan usaha pembangunan
bangsa.
1.4 Manfaat penelitian
Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
peneliti dan juga kepada pembaca mengenai strategi character bulding yang
dilakukan oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa terhadap pendidikan
masyarakat pinggiran sehingga dapat memberikan sumbangan bagi
Universitas Sumatera Utara
pengembangan teori ilmu-ilmu social khususnya ilmu Sosiologi Pendidikan.
Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang
memerlukannya.
1.4.2. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis
melalui penelitian ini, menambah referensi dari hasil penelitian dan juga
dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam
lagi terkait dengan penelitian sebelumnya dan juga dapat memberikan
sumbangan kepada Yayasan Peduli Karakter Bangsa di Jalan Pabrik Tenun
Medan.
1.5 Defini Konsep
1. Masyarakat Pinggiran adalah kumpulan manusia tinggal di suatu wilayah
kumuh dan memiliki pendapatan yang relative sangat rendah. Dalam
penelitian ini masyarakat pinggiran yang dimaksud adalah masyarakat
pinggiran yang ada di daerah Pabrik Tenun Medan sumatera Utara.
2. Pendidikan Masyarakat Pinggiran adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi masyarakat yang
kurang mampu atau pinggiran agar masyarakat pinggiran dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3. Yayasan Peduli Karakter Bangsa adalah suatu badan hukum yang
mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan,
Universitas Sumatera Utara
didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam
undang-undang. Dimana Yayasan ini bergerak dalam pendidikan bagi
masyarakat pinggiran.
4. Daerah pinggiran adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang
terfapat di kota atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-
orang yang memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan
rendah, jorok, dan lain sebagainya. Daerah dalam penelitian ini adalah
daerah rel kereta api Pabrik tenun yang banyak dihuni oleh masyarakat
kurang mampu yang terlibat dalam pendidikan yang diberikan oleh Yayasan
Peduli Karakter Bangsa.
5. Character Building adalah pembangunan karakter, dalam penelitian ini
dimana pendidikan yang ditawarkan bagi masyarakat pinggiran oleh
Yayasan peduli Karakter Bangsa adalah pendidikan yang lebih berbasis
kepada pembangunan nilai, budi pekerti, atau moral. Dengan menjadikan 46
karakter Yesus di dalam Alkitab sebagai salah satu karakter yang menjadi
panutan bagi pendidikan karakter. Indikator pembnagunan karakter dapat
dilihat tercapai atau tidaknya dari kebiasaan anak yang berubah kearah yang
lebih positif dan berguna bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya.
6. Strategi Pendidikan Karakter adalah menyelingkan pendidikan nilai
dalam setiap pelajaran, melakukan motivasi- motivasi yang membentuk
karakter anak baik di dalam kelas maupun di luar kelas, guru sebagai
pendidik harus menghidupi karakter yang diajarkan terlebih dahulu sehingga
nilai yang dibagikan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara