chapter i

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Proses menunjukkan adanya aktivitas dalam bentuk tindakan aktif di mana terjadi suatu interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena tindakan pendidikan selalu bersifat aktif dan terencana, maka pendidikan merupakan suatu perbuatan atau tindakan sadar agar terjadi perubahan sikap dan tata laku yang diharapkan yaitu pemanusiaan manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisiplin, dan berakhlak mulia (M. Zainuddin 2008:11 ) Dalam arti lain pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Dapat kita lihat di berbagai Negara bagaimana kuatnya peran pendidikan yang dianggap juga sebagai sebuah sarana pengembangan sumber daya manusia dengan tingkat bangsa- bangsa yang ditunjukkan dari indikator ekonomi dan sosial budayanya. Oleh karena itu, pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya. Ironinya saat ini pendidikan yang seharusnya menjadi kepedulian komponen bangsa hanya menjadi kepedulian komponen tertentu saja. Universitas Sumatera Utara

Upload: sarah-nurazkia-el-roesman

Post on 09-Apr-2016

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah.

Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah

pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang

dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan

pengajaran dan pelatihan. Proses menunjukkan adanya aktivitas dalam bentuk

tindakan aktif di mana terjadi suatu interaksi yang dinamis dan dilakukan secara sadar

dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena tindakan pendidikan

selalu bersifat aktif dan terencana, maka pendidikan merupakan suatu perbuatan atau

tindakan sadar agar terjadi perubahan sikap dan tata laku yang diharapkan yaitu

pemanusiaan manusia yang cerdas, terampil, mandiri, berdisiplin, dan berakhlak

mulia (M. Zainuddin 2008:11 )

Dalam arti lain pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam

pembangunan suatu bangsa. Dapat kita lihat di berbagai Negara bagaimana kuatnya

peran pendidikan yang dianggap juga sebagai sebuah sarana pengembangan sumber

daya manusia dengan tingkat bangsa- bangsa yang ditunjukkan dari indikator

ekonomi dan sosial budayanya. Oleh karena itu, pendidikan yang mampu

memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan relevan

dengan kebutuhan masyarakatnya. Ironinya saat ini pendidikan yang seharusnya

menjadi kepedulian komponen bangsa hanya menjadi kepedulian komponen tertentu

saja.

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia sendiri jika dilihat data pemerataan pendidikan dilihat dari data

Depdiknas 2009, ada sekitar 2,2 juta anak usia wajib belajar, yakni 7-15 tahun, belum

dapat menikmati pendidikan. Lebih jauh lagi untuk usia lebih tua, dimana terdapat

5,5 juta orang yang tak bersekolah untuk usia 16-18 tahun. Selanjutnya untuk usia 19-

25 tahun, ada sekitar 20,7 juta orang yang tak mengenyam pendidikan tinggi . Jika

dijumlahkan, maka sekitar 28,4 juta orang yang berusia 7-25 tahun, tidak bisa

mengecap pendidikan. Adapun faktor penyebab tingginya jumlah anak yang tak

sekolah, seperti sulitnya akses pendidikan, kurangnya kesadaran orangtua, dan faktor

kesulitan ekonomi. Jika dikaji lebih dalam, maka faktor kesulitan ekonomilah

penyebab utamanya. (<http://data.kompas//28juni2010 depdikanas//menggugat

ketidakadilanpendidikan.htm>)

Dari data diatas bangsa Indonesia sedang berada pada titik kulminasi menentukan

akan berhasil atau tidak pergumulannya menggapai cita- cita untuk memajukan

kesejahteraan bersama, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan sosial

yang fungsi dan tujuan pendidikan di dalam pembukaan UUD 1945. Pemerintah

Indonesia akhirnya melakukan upaya yang dapat mengantarkan rakyat menjadi suatu

bangsa yang cerdas. Oleh karena itu berbagai kebijakanpun dikeluarkan pemerintah

untuk menggenapi fungsi dan tujuan pemerintah Negara Indonesia di bidang

pendidikan. Serta mengatasi krisis pendidikan yang melanda Indonesia saat ini, guna

mengekang angka buta huruf ataupun merosotnya sumber daya manusia yang ada.

Reformasi yang terjadi di Indonesiapun turut menjadi salah satu faktor yang

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan terjadinya pergeseran penyelenggaraan pemerintah dari sentralisasi ke

desentralisasi yang ditandai dengan pemberian otonomi yang luas dan nyata kepada

daerah dalam waktu seketika. Pemberian otonomi ini dilaksanakan berdasarkan

prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan, dan

memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi

pada tingkat wilayah yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota. Hal

yang lebih esensial dari otonomi adalah semakin besarnya tanggung jawab daerah

yang mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup di dalam pembangunan

masyarakat di daerahnya, termasuk bidang pendidikan.

Salah satu prinsip otonomi daerah adalah bahwa pelaksanaan otonomi daerah

harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi

antara pusat, propinsi, dan daerah, serta antardaerah. Oleh karena itu, perlu

diciptakannya mekanisme yang harmonis diantara para “stakeholders” pendidikan.

Dengan telah ditetapkannya UU No.22/1999 dan PP No.25/2000, maka menjadi jelas

pembagian kewenangan di bidang pendidikan dan kebudayaan antara pemerintah,

propinsi, dan kabupaten/kota.

Dengan ikut berubahnya sentralisasi pendidikan ke desentralisasi pendidikan

tidak bisa dihindari jika ada kesalahan dan kemunduran, di bidang pendidikan akibat

pelaksanaan desentralisasi tersebut. Oleh karena itu, desentralisasi perlu dilakukan

secara hati- hati dan bertahap, karena menyangkut mutu pendidikan, menjamin

tersedianya anggaran yang memadai untuk pendidikan, dan menumbuhkan

keberpihakan pengambilan keputusan di daerah kepada bidang pendidikan. Apalagi

pada saat ini keadaan pendidikan dihadapkan pada situasi rawan sebagai akibat krisis

Universitas Sumatera Utara

ekonomi, karena jangkauan permasalahan begitu besar dan dilatar belakangi

pergeseran system pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi maka dilakukanlah

strategi baru dalam menjawab semua tantangan tersebut yaitu pendidikan berbasis

masyarakat. Tujuan pendidikan berbasis masyarakat adalah:

(1) membantu pemerintah dalam memobilisasi sumber daya lokal dan

meningkatkan peranan masyarakat untuk mengambil bagian yang lebih besar

dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan pada semua tingkat, jenis,

dan jalur pendidikan;

(2) merangsang terjadinya perubahan sikap dan persepsi tentang rasa kepemilikan

masyarakat terhadap sekolah, rasa tanggung jawab, kemitraan, toleransi, dan

kekuatan multikultural;

(3) mendukung prakarsa pemerintah dalam meningkatkan dukungan masyarakat

terhadap sekolah, khususnya orang tua dan masyarakat melalui kebijakan

desentralisasi; (4) membantu mengatasi putus sekolah khususnya dari

pendidikan dasar. (Dr.Fasli Jalal dan Dedi Supriadi,2001:200)

Sejalan dengan meningkatkan minat terhadap pendidikan berbasis

masyarakat, pemerintah terus- menerus dituntut untuk mengembangkan kebijakan

yang sesuai dalam bidang ini. Rentangan pilihan kebijakan yang dapat ditempuh oleh

pemerintah amatlah luas, antara lain berikut ini. Pertama, memberikan kebebasan

seluas- luasnya kepada masyarakat dalam iklim yang Laissez Fraire. Pemerintah

membuka kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk melibatkan diri dalam

berbagai bentuk pendidikan tanpa ada campur tangan atau kontrol dari pemerintah.

Kedua, melakukan pengaturan tentang keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

Pengaturan ini dilakukan baik pada tingkat nasional (melalui instrument Pereaturan

Pemerintah) atau tingkat local ( melalui Peraturan Daerah) yang menyangkut batas-

batasan rambu- rambu, standar, lain- lain. Ketiga memberikan subsidi dan dukungan.

Keempat, reformasi aturan. (Dr.Fasli Jalal dan Dedi Supriadi,2001:181)

Dilatarbelakangi oleh kebijakan tersebut maka muncul kelompok- kelompok

independen yang terlibat di dalam pengadaan pendidikan bagi masyarakat. Tetapi

mereka melihat ada hal yang rancu dalam kebijakan yang dihasilkan pemerintah.

Mereka menganggap bahwa kebijakan yang dihasilkan ataupun yang dibentuk oleh

pemerintah tersebut kurang aplikatif bila diterapkan pada masyarakat pinggiran atau

masyarakat kumuh yang dikategorikan sebagai masyarakat miskin jika dilihat dari

segi waktu dan kondisi sosial mereka . Masyarakat miskin dapat kita pahami ketika

melihat ;

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan

pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-

barang dan pelayanan dasar

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.

Di kota Medan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

terbilang banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS) Kota Medan diketahui

sebanyak 11,34 persen penduduk Kota Medan masih hidup di bawah garis

Universitas Sumatera Utara

kemiskinan. Fenomena kemiskinan masih dijumpai di berbagai wilayah, yang

tersebar di seluruh kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Medan khususnya

Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan

Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan

penduduk miskin dengan kondisi yang bervariasi. Data SUSENAS tahun 2004,

memperkirakan penduduk miskin di kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau

32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa.

(http://openlibrary.org/b/OL16994384M/Analisis Kemiskinan Kota Medan

berdasarkan Karakteristik Sosial microform)

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka beberapa kelompok independen

berdiri memberikan pendidikan murah bahkan gratis bagi masyarakat pinggiran untuk

mendukung pendidikan Indonesia yang menjadi masalah yang sangat

memprihatinkan saat ini. Mereka juga berupaya melahirkan model dan strategi

pendidikan yang lebih aplikatif dan relevan bagi masyarakat miskin atau pinggiran

untuk melengkapi sistem pendidikan yang sudah ada. Salah satu kelompok yang

terlibat dalam upaya penyediaan pendidikan masyarakat di daerah pinggiran adalah

Yayasan Peduli Karakter Bangsa. Kelompok ini tidak melewatkan kesempatan yang

diberikan pemerintah lewat kebijakan pendidikan berbasis masyarakat.

Dilatarbelakangi oleh rasa prihatin terhadap keadaan masyrakat kumuh yang ada di

kota medan khususnya daerah Pabrik Tenun, dimana sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai pemulung, dan tukang becak. Masyarakat di daerah

tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan di sekolah negeri

maupun swasta dikarenakan biaya pendidikan saat ini begitu mahal. Maka Yayasan

Universitas Sumatera Utara

Peduli Karakter Bangsapun mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Talita Kum,

dengan visi dan misi Menolong masyarakat pra sejahtera keluar dari kemiskinan

dengan membangun generasi berpendidikan dan menjadi komunitas yang berkarakter

menuju Indonesia baru.

Yayasan Peduli Karakter Bangsapun memberikan pendidikan gratis dan

inovasi dalam system pendidikan yang mereka tawarkan kepada masyarakat

pinggiran, tanpa harus keluar dari sistem pendidikan yang sedang berjalan di

Indonesia. Tetap mengikuti kurikulum yang sedang berlaku tetapi memberikan

beberapa inovasi agar relevan dan kontributif bagi masyarakat kumuh atau

masyarakat pinggiran.

Dari uraian di atas terlihat bagaimana lembaga independen berdiri dan

memberikan sarana pendidikan murah bahkan gratis bagi masyarakat miskin atau

pinggiran, ditengah keadaan ekonomi yang saat ini tidak stabil dan biaya pendidikan

yang begitu mahal. Ditambah lagi inovasi pendidikan yang mereka tawarkan

sehingga kontributif bagi masyarakat pinggiran. Hal inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian selain itu masalah ini layak diteliti, karena belum

ada penelitian sebelumnya yang membahas tentang pendidikan masyarakat pinggiran

dengan mengangkat judul Strategi Model Pendidikan Character Building Dalam

Proses Pendidikan Masyarakat Pinggiran oleh Yayasan Peduli Karakter

Bangsa. (Studi Deskriptif Sekolah TALITA KUM, Jl. Pabrik Tenun Gg.

CikDitiro No.16, Medan).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah

diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian :

1. Apa yang menjadi latar belakang Yayasan Peduli Karakter Bangsa

melakukan pendidikan bagi masyarakat pinggiran?

2. Bagaimana strategi model Pendidikan character building dalam proses

pendidikan masyarakat pinggiran oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang

diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Untuk melihat

seberapa jauh strategi model pendidikan character bulding yang dikembangkan

Yayasan peduli Karakter bangsa tersebut dapat memberi kontribusi positif dalam

memberdayakan masyarakat pinggiran dalam kaitannya dengan usaha pembangunan

bangsa.

1.4 Manfaat penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

peneliti dan juga kepada pembaca mengenai strategi character bulding yang

dilakukan oleh Yayasan Peduli Karakter Bangsa terhadap pendidikan

masyarakat pinggiran sehingga dapat memberikan sumbangan bagi

Universitas Sumatera Utara

pengembangan teori ilmu-ilmu social khususnya ilmu Sosiologi Pendidikan.

Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang

memerlukannya.

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis

melalui penelitian ini, menambah referensi dari hasil penelitian dan juga

dijadikan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam

lagi terkait dengan penelitian sebelumnya dan juga dapat memberikan

sumbangan kepada Yayasan Peduli Karakter Bangsa di Jalan Pabrik Tenun

Medan.

1.5 Defini Konsep

1. Masyarakat Pinggiran adalah kumpulan manusia tinggal di suatu wilayah

kumuh dan memiliki pendapatan yang relative sangat rendah. Dalam

penelitian ini masyarakat pinggiran yang dimaksud adalah masyarakat

pinggiran yang ada di daerah Pabrik Tenun Medan sumatera Utara.

2. Pendidikan Masyarakat Pinggiran adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi masyarakat yang

kurang mampu atau pinggiran agar masyarakat pinggiran dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

3. Yayasan Peduli Karakter Bangsa adalah suatu badan hukum yang

mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan,

Universitas Sumatera Utara

didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam

undang-undang. Dimana Yayasan ini bergerak dalam pendidikan bagi

masyarakat pinggiran.

4. Daerah pinggiran adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang

terfapat di kota atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-

orang yang memiliki penghasilan sangat rendah, terbelakang, pendidikan

rendah, jorok, dan lain sebagainya. Daerah dalam penelitian ini adalah

daerah rel kereta api Pabrik tenun yang banyak dihuni oleh masyarakat

kurang mampu yang terlibat dalam pendidikan yang diberikan oleh Yayasan

Peduli Karakter Bangsa.

5. Character Building adalah pembangunan karakter, dalam penelitian ini

dimana pendidikan yang ditawarkan bagi masyarakat pinggiran oleh

Yayasan peduli Karakter Bangsa adalah pendidikan yang lebih berbasis

kepada pembangunan nilai, budi pekerti, atau moral. Dengan menjadikan 46

karakter Yesus di dalam Alkitab sebagai salah satu karakter yang menjadi

panutan bagi pendidikan karakter. Indikator pembnagunan karakter dapat

dilihat tercapai atau tidaknya dari kebiasaan anak yang berubah kearah yang

lebih positif dan berguna bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya.

6. Strategi Pendidikan Karakter adalah menyelingkan pendidikan nilai

dalam setiap pelajaran, melakukan motivasi- motivasi yang membentuk

karakter anak baik di dalam kelas maupun di luar kelas, guru sebagai

pendidik harus menghidupi karakter yang diajarkan terlebih dahulu sehingga

nilai yang dibagikan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara