chapter 3 part 2 metopen i love you

77
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, TINGKAT MATERIALITAS DAN INDEPENDENSI TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT DI YOGYAKARTA BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil- hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau

Upload: surya-dhinata

Post on 08-Apr-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, TINGKAT MATERIALITAS DAN

INDEPENDENSI TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT

DI YOGYAKARTA

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-

hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Tujuan akhir dari

proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang

digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada

para pemakai laporan keuangan, sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai laporan

keuangan. Audit atas laporan keuangan merupakan jasa yang dilakukan oleh auditor

(Kushasyandita, 2012).

Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam

semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai

dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995). Auditor harus

Page 2: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

dapat melaksanakan tugas pemeriksaan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan

pedoman yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik sehingga

dapat menghasilkan opini auditor yang tepat dan dapat dipercaya oleh para pemakai

(Permatasari, 2010). Opini audit merupakan final report atas audit yang dilakukan dan

merupakan kemampuan profesional dan keberanian diri auditor untuk mengumpulkan

secara benar. Dengan pemberian opini oleh auditor sesuai kode etik yang berlaku,

tentu ini akan membawa citra positif bagi masyarakat dan dunia usaha (Permatasari,

2011). Auditor sebagai profesi yang dituntut atas opini atas laporan keuangan perlu

menjaga sikap profesionalnya. Masyarakat sangat menghargai profesi yang

menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesi,

karena dengan demikian masyarakat akan merasa terjamin untuk memperoleh jasa

yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan.

Dalam Standar Profesi Akuntan Publik SA Seksi 200 PSA No. 04 (2001)

menyatakan bahwa “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan

pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang profesional dalam

bidang akuntansi dan bidang auditing. Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis

untuk profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut.

Gambaran terhadap profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang

dikemukakan oleh Hastuti et al. (2003) dicerminkan melalui lima dimensi, yaitu

pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi

dan hubungan dengan rekan seprofesi. Auditor harus memiliki sikap profesionalisme

dan juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk

Page 3: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Setiap akuntan

publik juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Selain menyangkut masalah professional tersebut, para pengguna jasa KAP

sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun

dalam praktiknya masih kerap sekali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Sehingga patut diduga

ketidaksesuaian ini antara lain oleh belum optimalnya tingkat keprofesionalan auditor

dalam mengumpulkan bukti audit dan banyakanya materialitas yang terdapat dalam

laporan keuangan klien tersebut, yang pada gilirannya berdampak pada

ketidaktepatan pemberian opini akuntan (Ida Suraida, 2005). Pertimbangan

materialitas merupakan pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor

atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan

kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP 2001, SA Seksi 312 : para 10).

Menurut Knapp (1985) dalam Mayangsari (2003) kemampuan auditor untuk

tetap independen akan mempengaruhi pemberian pendapat audit, meskipun ada

tekanan dan intervensi dari pihak manajemen. Faktor independensi ini merupakan

salah satu faktor yang sangat sensitif  terhadap profesi akuntan publik, karena banyak

kasus manipulasi bisnis yang melibatkan profesi akuntan publik. Hal tersebut

membuat kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik menjadi luntur. Dapat

disimpulkan bahwa keahlian dan independensi yang dimiliki auditor sangat

mempengaruhi kinerja auditor dalam memberikan pendapat audit.

Page 4: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Permatasari, 2010) yang menghasilkan

kesimpulan, bahwa profesionalisme auditor dan tingkat materialitas berpengaruh

signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap ketepatan pemberian opini,

peneliti tertarik untuk membuktikan apakah ketepatan pemberian opini oleh auditor

akan berubah jika peneliti menambahkan variabel independensi sebagai variable

independen baru diluar variabel yang telah diteliti sebelumnya. Alasan peneliti

menambahkan variabel baru diluar variabel yang telah diteliti adalah karena peneliti

akan melakukan generalisasi dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas

mengenai faktor apa saja yang bisa mempengaruhi ketepatan pemberian opini auditor,

peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Profesionalisme

Auditor, Tingkat Materialitas dan Independensi terhadap Ketepatan Pemberian

Opini Audit di Yogyakarta”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, kami

mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian

opini pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta?

2. Apakah tingkat materialitas berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta?

Page 5: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

3. Apakah tingkat independensi berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta?

4. Apakah profesionalisme auditor, tingkat materialitas, dan tingkat

independensi berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini secara

simultan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan generalisasi berdasarkan

penelitian sebelumnya dengan menambahkan variable independen baru diluar

variable yang telah diteliti sebelumnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Kontribusi teori : Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan, sebagai referensi tambahan, dan diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi pengembangan teori yang berkaitan dengan profesionalisme auditor,

tingkat materialitas, dan tingkat independensi terhadap ketepatan pemberian opini.

Page 6: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

BAB II

DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Auditing

2.1.1 Pengertian Auditing

Auditing berasal dari bahasa latin, yaitu “audrie” yang berarti mendengar atau

memperhatikan. Menurut Mulyadi (1990), auditing merupakan suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai

pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan

kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai

yang berkepentingan. Adapun definisi lain auditing yaitu

2.1.2 Jenis – jenis Auditing

Auditing umumnya digolongkan menjadi tiga golongan (Arna, 2009)

1. Audit laporan keuangan

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran

laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi

Page 7: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut

disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit, laporan audit ini

dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang

saham, kreditur, dan kantor pelayanan pajak.

2. Audit Kepatuhan

Kepatuhan adalah asudit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang

diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit

kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat

kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

3. Audit Operasional

Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau

bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan

audit operasional adalah untuk :mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi

kesempatan untuk peningkatan, membuat rekomendasi untuk perbaikan.

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak

ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta

dilaksanakannya audit tersebut.

Page 8: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

2.2 Auditor

2.2.1 Pengertian Auditor

Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam

semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai

dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 1995). Ditinjaui dari

sudut profesi akuntan public, auditor adalah pemeriksaan (examination) secara

objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan

untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut (Mulyadi, 2002).

2.2.2 Jenis – jenis Auditor

Pada umumnya auditor dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Auditor Independen (Akuntan Publik)

Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat

umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh

kliennya dan akuntan public bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan perusahaan.

2. Auditor Pemerintah

Auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas

pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan

Page 9: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban

keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor yang bekerja dalam perusahaan (negara maupun swasta) yang

tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau

tidaknya penjagaan terhadapp kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan

efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.3 Opini Audit

2.3.1 Pengertian Opini Audit

Opini audit merupakan opini yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran

penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Ikatan

Akuntan Indonesia (2001) menyatakan bahwa laporan audit harus memuar suatu

pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit

harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan

tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan. Auditor menyatakan pendapatnya

mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material yang

Page 10: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip

akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2002). Jika auditor tidak dapat mengumpulkan

bukti kompeten yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa

laporan keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu

menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa

pengecualian.

2.3.2 Jenis Opini Audit

Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan keuangan

suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang

diauditnya. Ada lima kemungkinan pernyataan pendapat auditor independen (Mulyadi,

2002 : 19) yaitu :

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan

dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini :

1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia digunakan untuk

menyusun laporan keuangan.

2. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

Page 11: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah

digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan,

sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

(Unqualified Opinion Report With Explanatory Language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan

keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

klien, auditor dapat menambahkan laporan hasil auditnya dengan bahasa penjelas.

Berbagai penyebab paling penting adanya tambahan bahasa penjelas (Arens,

1995 :50) :

1. Adanya ketidakpastian yang material.

2. Adanya keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan.

3. Auditor setuju dengan penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika dijumpai

hal-hal sebagai berikut :

1. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat

memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar

kekuasaan klien maupun auditor.

Page 12: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

4. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan

klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan

pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor

dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung

pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar, maka informasi

yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat

dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk

pengambilan keputusan.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no

opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat

adalah :

1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.

2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Page 13: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan

pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan

auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat karena ia

tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan yang

diaudit.

2.4 Profesionalisme Auditor

2.4.1 Pengertian Profesionalisme

Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi

tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan

bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standard

baku dibidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya

dengan mematuhi Etika Profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme

dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang

memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut

individul yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau

tidak (Lekatompessy, 2003 dalam Herawati dan Susanto, 2009:3).

Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh

nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat

profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan

(Badudu dan Sutan, 2002:848).

Page 14: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Secara sederhana, profesionalisme berarti bahwa auditor wajib

melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai

seorang yang professional, auditor harus menghindari kelalaian dan

ketidakjujuran. Arens et al. (2003). Sebagai profesional, auditor mengakui

tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan

seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan

pengorbanan pribadi. Seorang auditor dapat dikatakan profesional apabila telah

memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia), antara lain (Wahyudi dan Aida, 2006:28).

2.4.2 Konsep Profesionalisme

Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme,

demikian pula sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang profesional.

Hall R (Syahrir, 2002:23) mengembangkan konsep profesionalisme dari level

individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima

dimensi :

1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam

dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan

yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara

total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup

dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan

diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi

Page 15: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian

kepuasan material.

2. Kewajiban sosial (Sosial obligation), yaitu pandangan tentang

pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh

masyarakat ataupun oleh professional karena adanya pekerjaan

tersebut.

3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa

seorang professional harus mampu membuat keputusan sendiri

tanpa tekanan dari pihak yang lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation),

yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan

profesional adalah rekan sesame profesi, dan bukan pihak luar yang

tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan

mereka.

5. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community

affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,

termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal

sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui

ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya.

Penelitian dengan menggunakan dimensi profesionalisme seperti

tersebut diatas belum diteliti secara lebih luas, tetapi beberapa

penelitian empiris mendukung bahwa profesionalisme adalah bersifat

Page 16: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

multidemensi walaupun tidak selalu identik bila diterapkan pada

anggota kelompok yang berbeda. Belum diperoleh pengertian yang

memadai mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada seorang auditor

professional pada saat mereka menggunakan pertimbangan mereka

dalam membuat keputusan yang penting, ditengah tengah tekanan,

hambatan , dan kesempatan dalam lingkungan kehidupan mereka

sehari-hari.

2.5 Materialitas

2.5.2 Pengertian Materialitas

Pengertian materialitas dapat berarti signifikan atau esensial. Dalam

pengertian akuntansi, materialitas tidak dapat diartikan begitu saja. Banyak definisi

yang telah dikembangkan oleh para ahli atau badan yang berwenang untuk

memberikan pengertian yang tepat mengenai materialitas. Menurut Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 312 materialitas merupakan besarnya

informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari

keadaaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan

orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Dalam Kerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan (KDPPLK) paragraf 30

materialitas dianggap sebagai ambang batas atau titik pemisah daripada suatu

karakteristik kualitatif pokok yang dimiliki informasi agar dianggap berguna.

Informasi dianggap material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau mencatat

Page 17: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemakai

laporan keuangan.

FASB (The Financial Accounting Standard Board) menjelaskan konsep

materialitas sebagai penghilangan atau salah saji suatu item dalam laporan keuangan

adalah material jika, dalam keadaan yang tertentu, besarnya item tersebut mungkin

menyebabkan pertimbangan orang yang reasonable berdasarkan laporan keuangan

tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh adanya pencantuman atau peniadaan

informasi akuntansi tersebut.

2.6 Independensi

2.6.1 Pengertian Independensi

Menurut Standar Profesi Akuntan Publik 2001 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2,

independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya

untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern).

Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab

bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap

tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan

pendapatnya. Menurut Kasidi (2007) sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam

dua sudut pandang yaitu :

1. Independensi dalam sikap mental (Independence in fact) yang berarti akuntan

dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan.

Page 18: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

2. Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti

akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan

keuangan.

2.7 Penelitian Terdahulu

No

.

Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Hasil

1 Permatasar

i/ 2010

PENGARUH

PROFESIONALISM

E AUDITOR DAN

TINGKAT

MATERIALITAS

TRHADAP

KETEPATAN

PEMBERIAN

OPINI

Profesionalis

me Auditor

( X1), Tingkat

Materialitas

(X2),

Ketepatan

Pemberian

Opini

Akuntan

Publik (Y)

1. Terdapat pengaruh

signifikan antara variabel

Profesionalisme

Auditor (X1) dan Tingkat

Materialitas (X2)

terhadap variabel Ketepat

an Pemberian Jenis Opini

Akuntan Publik(Y)

secara simultan.

2. Terdapat pengaruh

positif (+) signifikan

antara variabel

Profesionalisme

Auditor (X1)

terhadap variabe

Page 19: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

lKetepatan Pemberian

Jenis Opini Akuntan

Publik (Y) secara parsial.

3.  Terdapat pengaruh

negatif (-) signifikan

antara variabel Tingkat

Materialitas (X2)

terhadap variabel

Ketepatan Pemberian

Jenis Opini Akuntan

Publik (Y).

2 Ariyanto /

2007

PENGARUH

PEMERIKSAAN

INTERIM,

LINGKUP AUDIT,

DAN

INDEPENDENSI

TERHADAP

PERTIMBANGAN

OPINI AUDITOR

Pemeriksaan

Interen (X1),

Lingkup audit

(

X2) ,Independ

ensi (X3)dan

Pertimbangan

Pemberian

Opini (Y)

variabel pemeriksaan

interim,

lingkup audit dan

independensi baik secara

simultan maupun

parsial berpengaruh

terhadap pertimbangan

pemberian opini auditor

pada BPK RI Perwakilan

Page 20: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

(STUDI KASUS

PADA BPK RI

PERWAKILAN

PROVINSI BALI)

Provinsi Bali.

3 Suraida /

2005

PENGARUH

ETIKA,

KOMPETENSI,

PENGALAMAN

AUDIT DAN

RISIKO

AUDIT

TERHADAP

SKEPTISISME

PROFESIONAL

AUDITOR DAN

KETEPATAN

PEMBERIAN

OPINI AKUNTAN

PUBLIK

1. Variabel

Etika (ξ1)

2. Variabel

Kompetensi

(ξ2)

3. Variabel

Pengalaman

Audit (ξ3)

4. Variabel

Tingkat

Risiko Audit

yang

direncanakan

(ξ4)

5. Variabel

Skeptisisme

Profesional

1. Etika, kompetensi,

pengalaman audit dan

risiko audit berpengaruh

terhadap

skeptisisme profesional

auditor baik secara

parsial maupun secara

simultan.

Secara parsial pengaruh

etika, kompetensi,

pengalaman audit dan

risiko audit

terhadap skeptisisme

profesional auditor.

2. Etika, kompetensi,

pengalaman audit, risiko

audit dan skeptisisme

Page 21: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Auditor (η1)

6. Variabel

Ketepatan

pemberian

opini akuntan

publik(η2)

profesional

auditor berpengaruh

positif terhadap

ketepatan pemberian

opini akuntan

publik baik secara parsial

maupun secara simultan.

4 Dian /

2012

PENGARUH

PROFESIONALISM

E, INDEPENDENSI,

KOMPETENSI,

ETIKA PROFESI,

DAN

PENGETAHUAN

AUDITOR DALAM

MENDETEKSI

KEKELIRUAN

TERHADAP

KETEPATAN

PEMBERIAN

OPINI OLEH

Profesionalis

me (X1),

Independensi

(X2),

Kompetensi

(X3), Etika

profesi (X4),

Pengetahuan

Auditor (X5) ,

Ketepatan

pemberian

opini (Y)

Hasil uji regresi

ditemukan bahwa

profesionalisme,

independensi,

kompetensi,

pengetahuan auditor

dalam mendeteksi

kekeliruan memiliki

pengaruh positif

signifikan terhadap

ketepatan pemberian

opini audit oleh auditor.

Sedangkan etika profesi

memiliki pengaruh

Page 22: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

AUDITOR negatif signifikan

terhadap ketepatan

pemberian opini audit

oleh auditor.

Kompetensi merupakan

variabel independen

yang paling dominan

terhadap ketepatan

pemberian opini audit

oleh auditor.

5 Aulia /

2012

PENGARUH

INDEPENDENSI

DAN

PENGALAMAN

KERJA AUDITOR

TERHADAP

PEMBERIAN

OPINI AUDIT

DENGAN AUDIT

FEE SEBAGAI

VARIABEL

Independesi

(X1),

pengalaman

kerja (X2),

audit fee

(Z),pemberian

opini (Y)

Independensi dan

Pengalaman kerja

masing-masing

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pemberian opini audit

dan audit fee merupakan

variabel moderating

yang melemahkan pada

variabel independensi,

sedangkan untuk

Page 23: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

MODERATING ;

STUDI EMPIRIS

PADA KANTOR

AKUNTAN

PUBLIK DI

WILAYAH

JAKARTA

variabel Pengalamn

kerja audit fee bukan

merupakan variabel

moderating.

6 Kusuma /

2012

PENGARUH

PROFESIONALISM

E AUDITOR, ETIKA

PROFESI DAN

PENGALAMAN

AUDITOR

TERHADAP

PERTIMBANGAN

TINGKAT

MATERIALITAS

Profesionalis

me (X1),

Etika profesi

(X2),

Pengalaman

auditor (X3),

Tingkat

Materialitas

(Y)

Profesionalisme Auditor,

Etika Profesi dan

Pengalaman secara

bersama sama mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas.

Page 24: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

2.8 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian

ini adalah :

H1 : Profesionalisme auditor memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini.

H2 : Tingkat materialitas memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini.

H3 : Independensi memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan pemberian

opini.

H4 : Profesionalisme auditor, tingkat materialitas, dan independensi

memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini.

Keempat hipotesis di atas didasarkan pada perkiraan sementara peneliti yang

menyatakan bahwa profesionalisme auditor, tingkat materialitas dan independensi

memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

2.8.1 Profesionalisme Auditor

Profesi auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat meletakkan

kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan sehingga

profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja sebagai auditor

eksternal. Penelitian sebelumnya oleh Permatasari (2012), Dian (2012), serta Kusuma

(2012) menyatakan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh terhadap ketepatan

pemberian opini.

Page 25: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

H1 : Profesionalisme auditor memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini.

2.8.2 Tingkat Materialitas

Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam

memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan

pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang

diperiksa berupa pemberian pendapat. Pada saat auditor mempertimbangkan

keputusan mengenai pendapat apa yang akan dinyatakan dalam laporan audit,

material atau tidaknya informasi, mempengaruhi jenis pendapat yang akan diberikan

oleh auditor. Informasi yang tidak material atau tidak penting biasanya diabaikan oleh

auditor dan dianggap tidak pernah ada. Tetapi jika informasi tersebut melampaui

batas materialitas (materiality), pendapat auditor akan terpengaruh. Pertimbangan

auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan

dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan

keuangan (Kusuma, 2012). Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang

dilakukan Permatasari (2010) yang menyatakan bahwa tingkat materialitas

berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini. Berdasarkan penjelasan

di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Tingkat materialitas memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan pemberian

opini.

Page 26: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

2.8.3 Independensi

Menurut Taylor 1997 dalam Susiana & Arleen(2007) ada dua aspek

independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan,

penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan

keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien

kepada auditor, jika KAP menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan

menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini bersih. Penelitian diatas

mencerminkan bahwa independensi berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini,

pernyataan ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto (2007),

Dian (2012) serta Aulia (2012) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh

signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit. Berdasarkan penjelasan di atas,

maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Independensi memiliki pengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

2.8.4 Profesionalisme Auditor, Tingkat Materialitas, dan Independensi

Profesionalisme Auditor paling berpengaruh terhadap Ketepatan Pemberian

Jenis Opini Akuntan Publik. Hal ini dikarenakan variabel Profesionalisme Auditor

dinilai dengan menggunakan kode etik yang telah disusun oleh Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI), dimana menurut Sukrisno Agoes (2004: 43) kode etik

adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara

bertanggung jawab dan objektif. Auditor yang manjalankan etika profesi dengan baik

adalah yang mampu memahami dan mengamalkan kode etik profesi akuntan publik

Page 27: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

yang berupa prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap

individu dalam Kantor Akuntan Publik (KAP), yang memberikan jasa professional

yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam

standar profesi dan kode etik profesi.

Berdasarkan penelitian Permatasari (2010) hasil dari pengujian hipotesis yang

diajukan yakni terdapat pengaruh Profesionalisme Auditor dan Tingkat Materialitas

terhadap Ketepatan Pemberian Jenis Opini Akuntan Publik secara simultan maupun

parsial hasilnya adalah signifikan. Artinya perubahan yang terjadi pada pengaruh

Profesionalisme Auditor dan Tingkat Materialitas akan mempengaruhi Ketepatan

Pemberian Opini.

Walaupun variabel Tingkat Materialitas lebih kecil nilainya dibandingkan

variabel Profesionalisme Auditor, bukan berarti variabel Tingkat Materialitas tidak

memberi pengaruh terhadap Ketepatan Pemberian Opini. Bahwa dalam menentukan

Ketepatan Pemberian Jenis Opini Akuntan Publik hingga menerbitkan suatu

pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, auditor haruslah selalu

menggunakan keahliannya. Hal ini sesuai dengan Alvin A. Arens, Elder, dan Mark S.

Beasley (2003:81), mengemukakan bahwa dalam konsepnya, tingkat materialitas

berpengaruh langsung terhadap ketepatan opini yang diterbitkan.

Seorang auditor selain memiliki keahlian teknis yang sempurna, apabila tidak

disertai dengan sikap independen, maka auditor tersebut akan kehilangan sikap tidak

Page 28: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

memihak yang justru sangat penting dalam mempertahankan pendapatnya.

Independensi adalah salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor.

Dua kata kunci dalam pengertian independensi adalah : (1) objektivitas, yaitu suatu

kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak, dan (2) integritas, yaitu prinsip

moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta apa adanya

(Iz Irene, 2004:35).

Independensi auditor dibedakan menjadi dua, yaitu independen dalam

kenyataan (independence in fact) dan independen dalam penampilan (independence

in appearance). Independen dalam kenyataan merupakan suatu kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai dalam

pemeriksaannya (Mulyadi, 2002:62). Independen dalam penampilan merupakan

keyakinan dari pemakai laporan keuangan atau masyaraka bahwa independen dalam

kenyataan telah dicapai (Sanyoto G, 2002:60).

Independensi yang merupakan variabel independen baru diluar variable

independen yang telah diteliti sebelumnya juga memiliki pengaruh signifikan

terhadap ketepatan pemberian opini. Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang

dilakukan Dian (2012) juga Aulia (2012) yang menyatakan bahwa Independensi

berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini. Berdasarkan penjelasan

di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Profesionalisme auditor, tingkat materialitas dan indenpendensi secara simultan

berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini.

Page 29: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek, Populasi, dan Sampel

a. Obyek

Obyek merupakan suatu entitas yang akan diteliti (Jogiyanto, 2010).

Obyek dari penelitian ini adalah KAP di Yogyakarta, dimana Yogyakarta

memiliki 12 KAP. penulis ingin ketahui apakah auditor di KAP Yogyakarta

memberikan opini dengan tepat.

b. Populasi penelitian

Populasi adalah seluruh item yang ada ( Jogiyanto, 2005). Dengan

mengacu pada definisi tersebut, maka yang menjadi populasi didalam

penelitian ini adalah seluruh auditor atau akuntan publik pada KAP di

Yogyakarta.

c. Sampel penelitian

Sampel adalah pemilihan sejumlah item tertentu dari seluruh item yang

ada dengan tujuan mempelajari sebagian item tersebut untuk mewakili seluruh

itemnya (Jogiyanto, 2005). Sampel yang dipilih dari populasi dianggap

mewakili keberadaan populasi. Adapun teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Teknik Purposive sampling yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi

berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Page 30: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Dalam penelitian ini, kriteria penentuan sampel meliputi akuntan publik

dengan jabatan rekan/partner di 12 KAP di Yogyakarta yang memiliki rata –

rata pengalaman bekerja selama lebih dari 10 tahun.

3.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Variabel

independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain .

Dalam penelitian ini, peneliti menguji variabel independen, yaitu profesionalisme

auditor, tingkat materialitas, dan independensi terhadap variabel dependen yaitu

ketepatan pemberian opini audit.

3.3 Operasionalisasi Variabel

No Variabel Konsep Dimensi Elemen1 Profesionalisme

auditor (X1)Seperangkat prinsip – prinsip moral yang mengatur tentang perilaku professional (Agoes, 2004)

1.Pengabdian terhadap profesi2.Kewajiban social3.Kemandirian4.Keyakinan terhadap profesi5.Hubungan dengan sesama profesi

Interval dalam wujud skala likert.

2 Tingkat materialitas (X2)

Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi dilihat dari

1.Seberapa penting tingkat materialitas2.Pengetahuan tentang tingkat materialitas3.Risiko audit

Interval dalam wujud skala likert.

Page 31: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu (Mulyadi, 2002).

4.Materialitas menentukan kewajaran laporan keuangan5.Penentuan tingkat materialitas6.Ketepatan tingkat materialitas

3 Independensi (X3) Menurut SPAP 2001 seksi 220, independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

1.Besarnya fee audit2.Pengungkapan kecurangan klien3.Pemberian fasilitas dari klien4.Penggantian auditor oleh klien5.Lama mengaudit klien6.Hubungan baik dengan klien

Interval dalam wujud skala likert.

4 Ketepatan pemberian opini (Y)

Laporan audit yang menjelaskan ruang lingkup dan temuan audit yang diekspresikan

1.Pengalaman2.Skeptisme audit

Interval dalam wujud skala likert.

Page 32: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Profesionalisme auditPpPor (X1)

Tingkat materialitas (X2)

Independensi (X3)

Ketepatan Pemberian Opini

(Y)

dalam bentuk opini mengenai kewajaran laporan keuangan (Agoes, 2004).

3.4 Model Penelitian

Variabel independen (X1 – X3)

Keterangan :

X = Independen Y = Dependen

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data

yang diperoleh dari responden secara langsung.

Profesionalisme Auditor (X1)

Tingkat Materialitas

(X2)

Independensi (X3)

Page 33: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik kuesioner.

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya ( Sugiyono, 2008 ). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik kuesioner secara personal dimana kuesioner disampaikan dan

dikumpulkan langsung oleh peneliti dari auditor KAP di kota Yogyakarta.

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Uji Pendahuluan

Page 34: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

r xy=n(∑ XY )−(∑ X )(∑ Y )

√ [n(∑ X2)−(∑ X )2|n(∑Y 2)−(∑Y )2]

4.1.1 Uji Alat

1. Uji Validitas

Jogiyanto (2010), mengemukakan bahwa validitas menunjukkan seberapa

nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas

berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai

sasaranya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata

atau benar. Pada penerapannya uji validitas dalam penelitian ini menggunakan

validitas isi ( content validity).

Keterangan :

r = koefisien korelasi

XY = jumlah perkalian item dengan total item

X = tingkat skor indikator yang diuji / nilai dari setiap pertanyaan

Y = total skor indikator

n = jumlah sampel

Kriteria:

Nilai r kemudian dihubungkan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di atas

lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.

2. Uji Reliabilitas

Page 35: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya.

Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dari pengukurannya. Suatu pengukur

dikatakan reliable (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat

dipercaya, maka hasil dari pengukurannya harus akurat dan konsisten, dikatakan

konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil

yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2010). Pada penelitian ini ). Reliabilitas

instrumen penelitian ini diuji dengan Cronbach’s coefficient alpha.

r11=[ kk−1 ] [1−∑ σb

2

V t2 ]

Dimana:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σb2

= jumlah varian butir/item

V t2 = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan

teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.

4.1.2 Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Page 36: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

(Jogiyanto,2010). Rumus uji Kolmogorov-Smirnov :

Dn = supx | Fn (x) – F (x) |

Keterangan :

Supx = supremum dari himpunan jarak

Menurut Ghozali (2005), distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan

Z-hitung dengan tabel Z-tabel dengan criteria sebagai berikut :

- Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) < taraf signifikansi 5% (0,05)

maka distribusi data dikatakan tidak normal.

- Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi 5% (0,05),

maka distribusi data dikatakan normal.

2. Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas adalah

situasi adanya korelasi variabel –variabel bebas antara satu dengan lainnya.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

independen. Santoso (2000).

VIF = 1 / Tolerance

Page 37: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Kriteria:

Jika VIF lebih besar dari 5, maka antar variabel bebas (independent variable)

terjadi persoalan multikolinearitas Ghozali, (2005).

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastistas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan uji Glejser.

Dimana:

Xi : variabel independen yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan

variance (δi²)

Vi : unsur kesalahan

Kriteria:

[ ei ] = B1Xi +vi

Page 38: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisistas dengan probabilitas

signifikansinya dibawah tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2005).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi yang

digunakan terjadi korelasi antar kesalahan pengganggu. Uji autokorelasi pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test).

Gejala tidak terjadinya korelasi antar kesalahan pengganggu pada model regresi

yang digunakan jika nilai Durbin-Watson terletak antara batas atas atau upper

bound (du) dan (4-du). Ghozali (2005)

Dimana:

d = nilai Durbin Watson

Σei = jumlah kuadrat sisa

Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil

perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:

Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif

Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif

Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi

Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan

Page 39: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

4.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

profesionalisme auditor, tingkat materialitas, dan independensi terhadap ketepatan

pemberian opini.

Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + e

Dimana :

Y = Ketepatan pemberian opini

a = konstanta

X1 = Profesionalisme auditor

X2 = Tingkat materialitas

X3 = Independensi

e = error

4.2.1 Uji T

Page 40: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Uji t diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel

independen dan variabel dependen secara individual. Langkah – langkah menguji

hipotesis dengan uji T :

a. Merumuskan hipotesis

Ha = Xn > 0

Artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha

(Hipotesis alternarif) adalah suatu pernyataan yang diterima jika data

sampel memberikan cukup bukti bahwa hipotesis nol adalah salah.

b. Menentukan taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan sebesar α = 10%, karena hipotesis

penelitian menunjukkan pengaruh positif.

c. Merumuskan t hitung dan pengambilan keputusan

Rumus t hitung : (Gujarati, 1997)

Dimana :

b : nilai parameter

Sb : standard error dari masing – masing nilai parameter

Pembuatan keputusan yang akan dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut ini :

t = bSb

Page 41: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Ha : X1, X2, X3 > 0

Keterangan :

- Ha diterima jika t-hitung > t-tabel

- Ha ditolak jika t-hitung < t-tabel

4.2.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama. Langkah – langkah

untuk menguji hipotesis dengan uji F adalah :

a. Merumuskan hipotesis

Ha : X1 : X2 : X3 > 0

Ha diterima

α = 0,1

t-hitung

Ha ditolak

t-tabel

Page 42: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Artinya variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen

secara bersama – sama. Ha adalah suatu pernyataan yang diterima jika data

sampel memberikan cukup bukti bahwa hipotesis nol adalah salah.

b. Menentukan taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan sebesar α = 10%, karena hipotesis

penelitian menunjukkan pengaruh positif.

c. Merumuskan F hitung dan pengambilan keputusan

Rumus F-hitung : (Sunyoto, 2011)

F-hitung¿R2/(k−1)

(1−R2 )/ (n−k )Dimana :

R = koefisien determinasi

k = banyaknya variabel bebas

n = banyaknya sampel

Maka dengan derajat keyakinan tertentu :

F - hitung

Ha diterimaHa ditolak

F - tabel

Page 43: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

1. Ha diterima jika F-hitung > F-tabel, yang berarti secara bersama –

sama variabel independen secara signifikan memepengaruhi

variabel dependen.

2. Ha ditolak jika F-hitung < F-tabel, yang berarti secara bersama –

sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi

variabel dependen.

4.3 Rencana Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian akan membandingkan antara hipotesis penelitian

yang ada dengan hasil – hasil penelitian sebelulmnya yang diulas secara akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 44: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Asih, Dwi AnaningTyas. 2006. “ Pengaruh Pengalaman Terhadap PeningkatanKeahlian Auditor dalam Bidang Auditing ”. Skripsi. Universitas IslamIndonesia. Yogyakarta.

Arens dan Loebbecke. 1995. Auditing Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall.Badudu, J.S dan Sutan Mohammad Zain. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Boynton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing. Erlangga : Jakarta.

Elfarini, Eunike Christina. 2007. “ Pengaruh Kompetensi dan Independensi AuditorTerhadap Kualitas Audit ”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan.Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gibbins, Michael. Propositions About The Psychology of Professional Judgment inPublic Accounting. Journal of Accounting Research. Spring Vol. 22 No. 1, 1984.

Hastuti et al. 2003. “Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap TingkatMaterialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi. Padang.

Holmes, W Arthur, David E Burns (Moh. Badjuri). Auditing Norma dan Prosedur Ed9.

http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-1-00020-AK%202.pdf . Diakses 16 Maret

2013.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=15&submit.y=29&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feakt%2F2003%2Fjiunkpe-ns-s1-2003-32499042-2104-penugasan_audit-chapter2.pdf . Diakses 16 Maret 2013.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. IAI. Jakarta.Penerbit Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2006. Standar Profesional Akuntan Publik + SuplemenInterpretasi. 2002 – 2006. Salemba Empat. Jakarta.

Page 45: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta.

Kasidi. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor PersepsiManajer Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Jawa Tengah”. Tesis S2.Universitas Diponegoro. Semarang.

Knapp, M. C. 1985. Audit conflict: An empirical study of the perceived ability ofauditors to resist management pressure. The Accounting Review 60 (April):

202-211.

Kushasyandita, Sabrhina. 2012. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit,Etika, dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor MelaluiSkeptisisme ProfesionalAuditor”. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Lekatompessy. 2003. “Analisis Variabel-Variabel Anteseden dan KonsekuensiOrganisasional Profesional Akuntan di KAP dan Industri”. Tesis S2.Universitas Diponegoro. Semarang.

Mayangsari, Sekar. 2003. “ Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi TerhadapPendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.6, No.1, 1-22. Jakarta.

Mulyadi. 1990. Pemeriksaan Akuntan (Edisi Ke-3). Badan Penerbitan STIE YKPN.Yogyakarta.

Mulyadi. 2008. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

Permatasari, Carolina. 2010. “ Pengaruh Faktor Keahlian Dan IndependensiTerhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang “. Jurnal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 95 h.

Permatasari, Carolina. 2011. “ Pengaruh Faktor Keahlian dan IndependensiTerhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. PT Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta

Standar Profesional Akuntan Pubik (SPAP). 2001. Salemba Empat. Jakarta.

Suraida, Ida. 2005. “ Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Page 46: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian

Opini Akuntan Publik ”. Sosiohumaniora. Vol.7, No.3, 186-202. Universitas Padjadjaran Bandung.

Syahrir. 2002. “Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik Dengan

Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Keinginan Berpindah”. Tesis S2.

Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Page 47: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

KUESIONER PENELITIAN

Data Responden

1. Nama :

2. Umur : tahun

3. Jenis Kelamin : (a) Pria (b) Wanita

4. Masa Kerja : tahun

5. Golongan :

6. Pendidikan terakhir :

7. Pendidikan dan pelatihan tentang audit yang pernah diikuti: ……kali

Petunjuk Pengisian

Silahkan memberikan jawaban anda dengan memberikan tanda silang (X) pada

pilihan jawaban yang tersedia:

- SS : SANGAT SETUJU

- S : SETUJU

- N : NETRAL

- TS : TIDAK SETUJU

- STS : SANGAT TIDAK SETUJU

Page 48: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

Profesionalisme auditor (X1)

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Profesionalisme Auditor Dimensi

Pengabdian Terhadap Profesi

STS TS N S SS

1 Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalammelaksanakan proses pengauditan.

2 Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor meskipun saya mendapatkantawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar.

3 Saya mendapatkan kepuasan batin dengan berprofesi sebagai auditor.

4 Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu sampai nanti.

5 Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang eksternal auditdan publikasi profesi lainnya.

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Profesionalisme Auditor Dimensi

Kewajiban Sosial

STS TS N S SS

1 Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di masyarakat.

2 Profesi eksternal auditor mampu menjaga kekayaan negara atau masyarakat.

3 Profesi eksternal auditor merupakan profesi yang dapat dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap pengelola kekayaan negara.

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Profesionalisme Auditor Dimensi

Kemandirian

STS TS N S SS

1 Saya merencanakan dan memutuskan hasilabora saya berdasarkan abor yang saya temui dalam proses pemeriksaan.

2 Dalam menyatakan pendapat atas aboran keuangan saya tidak berada dibawah tekanan

Page 49: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

manajemen.3 Dalam menentukan pendapat atas aboran

keuangan saya tidak mendapatkan tekanan dari siapapun.

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Profesionalisme Auditor Dimensi

Keyakinan Terhadap Profesi

STS TS N S SS

1 Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaranlaporan keuangan hanya dapat dilakukan oleh eksternal auditor.

2 Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan untuk menilai kompetensieksternal auditor lain.

3 Ikatan eksternal auditor harus mempunyai cara dan kekuatan untuk pelaksanaan standaruntuk eksternal auditor.

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Profesionalisme Auditor Dimensi

Hubungan Dengan Sesama Profesi

STS TS N S SS

1 Saya ikut memiliki organisasi dimana saya bekerja.

2 Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan para eksternal auditor.

3 Saya sering mengajak rekan – rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalahyang ada baik dalam satu organisasi maupun oraganisasi lain.

4 Saya mendukung adanya organisasi ikatan eksternal auditor.

Tingkat Materialitas (X2)

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Materialitas

STS TS N S SS

1 Materialitas adalah suatu konsep yang vital dalam proses pengauditan.

2 Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement, fakta, item yang

Page 50: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

diungkapkan atau metode berekspresi yang berpengaruh pada judgment seorang auditor.

3 Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan resiko yang akan ditemuiselama proses audit.

4 Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor pertimbangan utama dalammenentukan kewajaran laporan keuangan.

5 Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak saya menggunakan dasarpengalaman dalam proses audit.

6 Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya menggunakan dasar pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan pekerjaan audit.

7 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.

8 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh komitmen auditorterhadap pekerjaannya.

Independensi (X3)

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Independensi

STS TS N S SS

1 Besarnya fee audit yang saya terima tidak akanmempengaruhi saya dalam melaporkan kesalahan klien.

2 Saya mengungkapkan semua kesalahan atau kecurangan klien.

3 Saya menemukan beberapa kesalahanpencatatan yang disengaja oleh auditee, semua kesalahan tersebut saya laporkan meskipun saya memperoleh fasilitas yang cukup baik dariauditee.

4 Saya melaporkan kesalahan klien meskipun klien dapat mengganti posisi saya dengan

Page 51: Chapter 3 Part 2 Metopen i Love You

mudah.5 Masa kerja dengan klien yang sama tidak akan

mempengaruhi saya dalam menyatakan pendapat.

6 Auditee meminta temuan yang ada tidak dicantumkan dalam laporan audit. Saya akanmenolak permintaan auditee tersebut meskipun yang bersangkutan adalah kenalan baik saya.

7 Saya tidak akan membatasi lingkup pertanyaan pada auditee, meskipun yang bersangkutan adalah kenalan baik saya.

Ketepatan Pemberian Opini (Y)

NO Pernyataan Dibawah Ini Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian Opini

STS TS N S SS

1 Sikap independensi auditor terhadap klien akan memengaruhi ketepatan pemberian opini

auditor2 Besarnya tingkat materialitas akan

mempengaruhi pemberian opini auditor

3 Profesionalisme auditor mempengaruhi pemberian opini auditor