chapter i

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera mungkin bertindak untuk mengambil sebuah kebijakan. Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dengan persebaran tidak merata diserta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi sumber permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia. Berbagai permasalahan ini mengakibatkan muculnya berbagai permasalahan-permasalahan baru di bidang kependudukan yang antara lain adalah : kemiskinan, kesehatan, pengangguran. Keselarasan jumlah penduduk yang besar akan menuntut adanya keselarasan terhadap segi kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Akan timbul permasalahan-permasalahan menyangkut penduduk di sebuah negara apabila terjadi ketimpangan yang nyata antara jumlah penduduk yang besar dengan dukungan sumber daya manusia yang relatif rendah. Kedua aspek itulah yang perlu dijaga keseimbangannya agar permasalahan- permasalahan tidak mudah mencuat dan mengganggu stabilitas pembangunan di suatu negara. Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap dalam pembangunan di negara kita merupakan aspek yang memegang peran yang sangatlah penting. Ini menuntut kerja keras para penyelenggara negara mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling bawah di dalam mengumpulkan dan menjamin Universitas Sumatera Utara

Upload: natubakha

Post on 20-Nov-2014

1.082 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya

sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang

tidak merata. Berbagai masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk yang

tidak merata kerap kali muncul dan mendesak pemerintah untuk dapat sesegera

mungkin bertindak untuk mengambil sebuah kebijakan.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dengan persebaran tidak merata

diserta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi sumber permasalahan yang berkaitan

dengan kependudukan di Indonesia. Berbagai permasalahan ini mengakibatkan

muculnya berbagai permasalahan-permasalahan baru di bidang kependudukan yang

antara lain adalah : kemiskinan, kesehatan, pengangguran. Keselarasan jumlah

penduduk yang besar akan menuntut adanya keselarasan terhadap segi kualitas sumber

daya manusia yang baik pula. Akan timbul permasalahan-permasalahan menyangkut

penduduk di sebuah negara apabila terjadi ketimpangan yang nyata antara jumlah

penduduk yang besar dengan dukungan sumber daya manusia yang relatif rendah.

Kedua aspek itulah yang perlu dijaga keseimbangannya agar permasalahan-

permasalahan tidak mudah mencuat dan mengganggu stabilitas pembangunan di suatu

negara. Ketepatan dan ketersediaan data-data tentang penduduk yang lengkap dalam

pembangunan di negara kita merupakan aspek yang memegang peran yang sangatlah

penting. Ini menuntut kerja keras para penyelenggara negara mulai dari tingkat pusat

sampai ke tingkat yang paling bawah di dalam mengumpulkan dan menjamin

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter i

ketersediaan data penduduk yang dibutuhkan dalam rangka dukungan informasi

mengenai kependudukan yang baik untuk pihak yang berwenang dalam merumuskan

suatu kebijakan di Indonesia.

Berkaitan dengan pembangunan kependudukan, pembangunan administrasi

kependudukan sebagai sebuah sistem merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

administrasi pemerintahan dan administrasi negara dalam memberikan jaminan

kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak individu penduduk. Perlindungan

tersebut berupa pelayanan publik melalui penerbitan dokumen kependudukan seperti

Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga

(KK), dan akta-akta catatan sipil, termasuk Akta Kelahiran. Dengan jumlah penduduk

yang cukup besar, serta maraknya berbagai kejahatan kriminal dan terorisme baik dalam

skala nasional maupun internasional, dengan pemalsuan dokumen identifikasi

kependudukan (termasuk paspor, KK, dan lain-lain), diperlukan adanya penataan agar

administrasi kependudukan dapat lebih tertib dari tahun ke tahun dan terpadu secara

nasional. Meningkatnya ketertiban dan keterpaduan administrasi kependudukan akan

sangat berguna bagi perumusan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan berbagai

program pembangunan. Kemajuan teknologi informasi dalam mendukung berbagai

kegiatan, termasuk pelayanan administrasi kependudukan merupakan suatu tuntutan

yang tidak bisa diabaikan.

Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah berusaha memperoleh data

tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan yang

tepat guna menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional.

Data tersebut diperlukan untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka:

pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran penduduk.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter i

Tetapi hingga saat ini perolehan data kependudukan di Indonesia masih sangat

tergantung pada hasil sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara

periodik dan masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk

identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial, bantuan

untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan perencanaan

pembangunan dirasakan masih belum akurat karena tidak diperoleh dengan cara

registrasi. Atas dasar pertimbangan tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan

pemutakhiran biodata penduduk.

Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah

kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari desa/kelurahan selaku ujung

tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap warga terdaftar secara administrasi sebagai

warga negara Indonesia dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tentang administrasi kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan

benar dan cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang

memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai

pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka

pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan mengadakan program yang dahulu

dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat

sekitar tahun 1996. SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan di daerah

kabupaten/kota, dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala

perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola data

kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan Demografi Penduduk. Aplikasinya dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter i

digunakan untuk mengelola data kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang

lokasinya terpisah, akan tetapi karena didasarkan pada basis internet maka dapat

dikumpulkan di satu titik yaitu Internet Data Center.

Pada pelaksanaannya di lapangan ternyata didapati berbagai kelemahan

SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan. Dimana masih

banyak terdapat pemalsuan identitas karena disebabkan kurang detailnya data-data

mengenai penduduk. Seperti yang terdapat di ibukota Jakarta, ditemukannya berbagai

identitas ganda dengan nomor identitas yang berbeda pula.

Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap kebijakan SIMDUK ini pemerintah

merasa perlu menggantinya dengan sebuah kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu

tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data

kependudukan. Berkenaan dengan hal tersebut untuk mempermudah penyelenggaraan

administrasi kependudukan dengan adanya sistem pelayanan kependudukan dan

pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan Data Base penduduk. Dengan

demikian pelayanan yang dihasilkan tidak hanya sebatas dapat merealisasikan

pengumpulan data base penduduk, tetapi sekaligus memberi Nomor Induk bagi setiap

penduduk, sehingga dapat mengeliminasi terjadinya kepemilikan identitas ganda. Untuk

mempermudah penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam melakukan

pengumpulan, pengolahan data penduduk yang berbasis teknologi informasi,

Pemerintah Pusat dalam hal ini telah menyiapkan suatu sistem yang diberi nama

“Sistem Informasi Administrasi Kependudukan” atau disingkat SIAK.

Secara hukum sistem ini sudah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor

88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter i

SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan

prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem

administrasi dibidang kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga

membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan

didalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

SIAK bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dengan adanya

pengelolaan data secara online maka kelemahan-kelemahan pengolahan data secara

konvensional dapat ditekan. SIAK sendiri memberikan banyak manfaat antara lain, hasil

perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut dapat digunakan sebagai bahan

perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi penyelenggaraan

dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk,

serta kepentingan pembangunan lainnya.

Pada dasarnya sistem administrasi kependudukan merupakan sub sistem dari

sistem administrasi negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintahan dan

pembangunan. Penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan

hak asasi setiap orang di bidang pelayanan administrasi kependudukan, pemenuhan data

statistik kependudukan secara nasional, regional, dan lokal serta dukungan terhadap

pembangunan sistem administrasi kependudukan guna meningkatkan pemberian

pelayanoan publik tanpa diskriminasi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13 tentang Nomor

Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan baru yang

tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang memuat tentang pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006. Medan merupakan salah satu daerah yang telah

menerapkan sistem ini. Salah satu latar belakang dibuatnya sistem ini tentunya untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter i

mampu melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi penduduk Kota Medan,

kepadatan penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi penduduk di pelosok, serta

melihat kemajuan apa yang telah mampu dicapai oleh pemerintah untuk menanggulangi

kemiskinan dan kesehatan Kota Medan. Tentunya tujuan ini perlu koordinasi dengan

dinas lain yang bersangkutan. SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk

Penduduk yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan

daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta menjaga agar proyek

pembangunan di daerah memang telah tepat sasaran. Namun hingga saat ini masih ada

masyarakat Kota Medan yang belum memiliki nomor induk penduduk tersebut,

sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan ataupun perkiraan

dapat dibantu oleh pemerintah. Selain itu masyarakat yang terdapat di wilayah Kota

Medan ada juga yang belum terjangkau pelayanan publik yang disediakan pemerintah

daerah seperti kesehatan dan pendidikan sehingga belum tercapai standar pelayanan

minimal yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang

implementasi program SIAK secara langsung di lapangan yang meliputi tahapan-

tahapannya, manfaat, permasalahan dan hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Oleh

karena itu penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang berjudul

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan

masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Sistem Informasi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter i

Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan

masalah yang telah dikemukakan diatas, yakni untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan).

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam Implementasi Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah didalam studi administrasi dan

pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik pada

khususnya dengan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK).

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter i

a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang

terkait dengan operasional Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK).

b. Sebagai masukan baru bagi para penulis maupun dalam literatur

perpustakaan yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan

pembangunan.

3. Manfaat secara akademis.

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Depatemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

1.5 Kerangka Teori.

Teori merupakan seperangkat preposisi yang menggambarkan suatu gejala yang

terjadi seperti ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu

kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu

menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.

Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi

peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.

1.5.1 Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003) berpendapat bahwa

kebijakan publik adalah adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya-

sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dalam kenyataannya kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter i

tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah-masalah

publik. Selanjutnya dikatakan bahwa Kebijakan Publik merupakan suatu bentuk

intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan

kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut

berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Menurut H. Hugh Heglo dalam Abidin kebijakan adalah suatu tindakan yang

bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu. Sedangkan Anderson dalam

Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang

mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau

sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan menurut Woll dalam Tangkilisan kebijakan publik adalah sejumlah

aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik secara langsung

maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam

pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari

tindakan pemerintah yaitu:

a. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai

pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk

mempengaruhi kehidupan masyarakat.

b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini

menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan

personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan mempengaruhi

kehidupan masyarakat.

c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter i

Konsep kebijakan publik ternyata juga dimaknai dan dirumuskan secara

beragam. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar defenisi yang

dikemukakan dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dilihat. Pandangan

pertama, ialah pendapat para ahli yang mengidentikkan kebijakan publik dengan

tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Beranggapan bahwa semua tindakan

yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya disebut sebagai kebijakan publik.

R.S Parker dalam Wahab, menyatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu

tujuan tertentu, atau serangkaian asas tertentu, atau tindakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitannya dengan suatu subjek atau sebagai

respon terhadap keadaan yang kritis. Sedangkan Thomas R. Dye merumuskan kebijakan

publik sebagai semua pilihan atau tindakan yang dilakukan pemerintah. Dalam hal ini

Dye beranggapan bahwa kebijakan publik itu menyangkut pilihan-pilihan apapun yang

dilakukan oleh pemerintah, baik untuk melakukan sesuatu ataupun untuk tidak berbuat

sesuatu.

Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli yang memusatkan perhatian

pada implementasi kebijakan (policy implementation). Mereka melihat kebijakan publik

sebagai keputusan-keputusan yang mempunyai tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran

tertentu dan mempunyai dampak dan akibat-akibat yang diramalkan (predictable), atau

dapat diantisipasikan sebelumnya. Seperti apa yang dikemukakan Nakamura dan Smal

Wood dalam Wahab, bahwa kebijakan publik adalah serentetan instruksi/perintah dari

para pembuat kebijakan yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang

menjelaskan tujuan-tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun pada hakekatnya, bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus

mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan daripada apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter i

diusulkan dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu. Hal ini dilakukan karena

kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap implementasi dan

evaluasi sehingga defenisi kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang diusulkan

menjadi kurang memadai.

Dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi kebijakan publik,

Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus

dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting (agenda kebijakan)

Tahap penetapan agenda kebijakan ini adalah penentuan masalah publik yang

akan dipecahkan, dengan memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

menimbulkan masalah. Dalam hal ini isu kebijakan dapat berkembang menjadi

agenda kebijakan apabila memenuhi syarat, seperti: memiliki efek yang besar

terhadap kepentingan masyarakat, dan tersedianya teknologi dan dana untuk

menyelesaikan masalah publik tersebut.

2. Policy Formulation (formulasi kebijakan)

Formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk

menyelesaikan masalah publik. Dalam menentukan kebijakan pada tahap ini

dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana

keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi yang

serba terbatas. Pada tahap ini diidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat

digunakan melalui prsedur forecasting untuk memecahkan masalah yang di

dalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan

dipilih.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter i

3. Policy Adoption (adopsi kebijakan)

Merupakan tahap untuk menentukan pilihan kebijakan yang akan dilakukan.

Terdapat di dalamnya beberapa hal yaitu identifikasi alternatif kebijakan yang

dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang dinginkan dan

juga mengidentifikasi alternatif-alternatif dengan menggunakan kriteria-kriteria

yang relevan agar efek positif alternatif kebijakan lebih besar dari pada efek

negative yang akan terjadi.

4. Policy Implementation (implementasi kebijakan)

Pada tahap ini suatu kebijakan telah dilaksanakan oleh unit-unit eksekutor

(birokrasi pemerintah) tertentu dengan memobilisasikan sumber dana dan

sumber daya lainnya (teknologi dan manajemen). Implementasi berkaitan

dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana

pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir,

menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga

dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan

efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukung pelaksanaan

program.

5. Policy Assesment (evaluasi kebijakan)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap

kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penilaian ini semua proses

implementasi dinilai apakah telah sesuai dengan yang telah ditentukan atau

direncanakan dalam program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran

(kriteria-kriteria) yang telah ditentukan. Evaluasi kebijakan dapat dilakukan oleh

lembaga independen maupun pihak birokrasi pemerintah sendiri (sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter i

eksekutif) untuk mengetahui apakah program yang dibuat oleh pemerintah telah

mencapai tujuannya atau tidak. Apabila ternyata tujuan program tidak tercapai

atau memiliki kelemahan, maka perlu diketahui apa penyebabnya sehinggga

kesalahan yang sama tidak terulang di masa yang akan datang.

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi

Kamus Webster dalam Wahab, pengertian implementasi dirumuskan secara

pendek bahwa “to implement” (mengimplementasikan) berarti “to provide means for

carrying out; to give practical effect to” (menyajikan sarana untuk melaksanakan

sesuatu; menimbulkan dampak/ berakibat sesuatu).

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan

dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan

akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan

yang penting di dalam kebijakan publik. Bahkan Udoji dalam Wahab menyatakan

bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih

penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau

rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Menurut Nakamura dan Smallwood dalam Tangkilisan, hal-hal yang

berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaluasi

masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam keputusan yang bersifat khusus.

Sedangkan Pressman dan Wildavsky (1984), menyatakan implementasi adalah sebagai

interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai

tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara

yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter i

Jones dalam Tangkilisan, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis

yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan

dapat dilakukan.

Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada

penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Tiga kegiatan

utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu

(1) penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke

dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan,

(2) organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam

tujuan kebijakan,

(3) penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan

lain-lainnya.

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut

perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut

jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak

langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada

akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang

positif.

Kemudian dalam rangka untuk mengimplementasikan kebijakan publik ini

dikenal dengan beberapa model, antara lain:

1. Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Gogin, maka perlu

diidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter i

keseluruhan implementasi yakni: (1) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya

kemampuan kebijakan untuk mensrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan

organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan

mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh lingkungan dari masyarakat

dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antar warga masyarakat,

termasuk pola komunikasinya.

2. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan dan hasil-

hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh

isi kebijakan yang terdiri dari: (1) kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi, (2) jenis

atau tipe manfaat yang dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diharapkan, (4) letak

pengambilan keputusan, (5) pelaksanaan program, dan (6) sumber daya yang dilibatkan.

Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: kekuasaan, kepentingan, dan

strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga penguasa, dan kepatuhan serta daya

tanggap.

3. Model Meter dan Horn

Model implementasi kebijakan oleh Meter dan Horn dipengaruhi oleh enam

faktor, yaitu: (1) standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan

keputusan kebijakan secara menyeluruh; (2) sumber daya kebijakan berupa dana

pendukung implementasi; (3) komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran

digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai; (4) karakteristik

pelaksanaan, artinya karakteristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan

menentukan berhasil tidaknya suatu program; (5) kondisi sosial ekonomi dan politik

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter i

yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan, dan (6) sikap pelaksanaan dalam memahami

kebijakan yang akan ditetapkan.

4. Model Deskriptif

William N. Dunn dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa model kebijakan

dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan menurut sejumlah banyak asumsi, yang

paling penting diantaranya adalah: (1) perbedaan menurut tujuan; (2) bentuk penyajian;

dan (3) fungsi metodologis model. Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah: (1)

Model deskriptif; dan (2) Model normatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan

dan atau meramalkan sebab dan akibat pilihan-pilihan kebijakan. Model kebijakan ini

digunakan untuk memonitor hasil tindakan kebijakan misalnya penyampaian laporan

tahunan tentang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan di lapangan.

1.5.2.2 Kinerja Implementasi

Sedangkan menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono menyatakan bahwa

ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan.

Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi

dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter i

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia

maupun sumber daya non manusia.

3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.

Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan

suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan

yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi

suatu program.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok

kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,

karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini

publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi

kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon implementor

terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan

kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas

disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh imeplementor.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter i

1.5.3 Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan (SIAK)

1.5.3.1 Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Defenisi Sistem Informasi Admnistrasi Kependudukan, yaitu suatu sistem

berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi

khusus yang bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai

tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran

Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan

kependudukan.

Dalam implementasinya, SIAK menerapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan

melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang berlaku

selamanya. Dalam SIAK, database antara kecamatan, kabupaten-kota, provinsi dan

Departemen Dalam Negri (Depagri) akan terhubung dan terintegrasi. Seseorang tidak

bisa memiliki identitas ganda dengan adanya Nomor Identitas Kependudukan (NIK).

Sebab, nomor bersifat unik dan akan keluar secara otomatis ketika instansi pelaksana

memasukkannya ke database kependudukan.

Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), yaitu:

a. Database kependudukan terpusat melalui pemberlakuan Nomor Induk

Kependudukan (NIK) nasional dalam rangka mewujudkan tertib administrasi

kependudukan.

b. Database kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain (statistika,

pajak, imigrasi, dan lain-lain).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter i

c. Sistem SIAK terintegrasi (RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Pendaftaran

Penduduk, Catatan Sipil, dan lain-lain).

d. Standarisasi Nasional; melindungi hak-hak individu penduduk, melalui

pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KK, KTP dan Akta-Akta

Catatan Sipil) dengan mencantumkan NIK Nasional.

1.5.3.2 Peranan SIAK dalam Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mempunyai peranan antara lain:

1. Perekaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil.

2. Penerbitan NIK Nasional.

3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu pendudukan untuk pelayanan

publik lainnya.

4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait dalam rangka

perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program pemerintah.

1.5.3.3 Manfaat Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan memiliki beberapa manfaat,

antara lain:

1. Tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan adanya NIK maka

permasalahan seperti KTP ganda tidak akan terjadi.

2. Tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam layanan publik (short time response),

sehingga masyarakat tidak perlu repot harus bolak-balik untuk mengurus

kepentingan mereka.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter i

3. Terhubungnya landasan bagi pengembangan sistem di masa yang akan datang

menuju integrasi secara menyeluruh yang diharapkan dapat diterapkan

secepatnya di semua provinsi di Indonesia.

4. Tercapainya Good Coorporate Governance dalam public services di Dinas

Kependudukan, dimana biasanya masyarakat selalu beranggapan membuat

KTP/KK itu susah karena harus bolak-balik dan ada biaya yang mahal.

5. Untuk menyediakan data individu penduduk (mikro) dan data agregat (makro)

penduduk. Penyediaan data tersebut melalaui pengembangan SIAK dengan

membangun Bank Data Kependudukan Nasioanal yang dapat menyajikan

berbagai profil kependudukan untuk kepentingan individu, masyarakat,

pemerintah, dan kepentingan pembangunan lainnya.

6. Untuk pengeolahan data statistik vital (vital statistic) baik yang berhubungan

dengan peristiwa penting (lahir, mati, kawin, cerai dan lain-lain) maupun

peristiwa kependudukan (perubahan alamat, pindah datang dan perpanjangan

KTP). Hasil perhitungan dan pengolahan data statistik tersebut sebagai bahan

perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi para

penyelenggara dan pelaksana pembangunan dibidang kualitas, kuantitas, dan

mobilitas penduduk, serta kepentingan pembangunan lainnya.

1.5.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi SIAK terutama dalam

hal pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter i

1. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari

pejabat atau instansi tertentu secara hirarkis berkedudukan lebih tinggi, kepada

pejabat atau instansi tertentu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan

informasi yang diberikan yang dilihat dari aspek transmisi atau pengiriman

berita, aspek kejelasan dan konsistensi.

2. Faktor Sumber daya

Sumber daya yaitu sarana yang digunakan dalam implementasi, hal ini

dilihat dari aspek staf/personil, informasi dan fasilitas.

3. Faktor Sikap

Yaitu sikap dari para pelaksana dalam melayani masyarakat, dilihat dari

aspek pembagian tugas dan aspek insentif.

4. Faktor Struktur Birokrasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur tentang pedoman kerja dan

penjabaran wilayah tanggung jawab bagi pelaksanaan, dan dilihat dari aspek

prosedur standart operasi dan pembagian wilayah tanggung jawab.

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang memang

merujuk ke gejala nyata kedalam empirik. Konsep adalah sarana merujuk kedua

empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris bahkan konsep

bukanlah dunia empiris itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter i

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan

maka penulis lebih memfokuskan pada Implementasi SIAK yang merupakan tindakan

yang diambil pemerintah untuk mencapai tujuan dalam menata sistem administrasi

kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dibidang kependudukan dan juga

membantu bagi petugas dijajaran Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil dalam menyelenggarakan layanan kependudukan.

1.7 Defenisi Operasional

Yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian ini adalah dengan memasukkan

sejumlah indikator maupun faktor yang mempengaruhi implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan tersebut, yaitu:

1. Standart dan sasaran kebijakan, yaitu kesesuaian antara tujuan adanya SIAK

dengan manfaat yang diperoleh. Disini penulis akan melihat bagaimana garis

besar pelaksanaan telah dapat dilaksanakan dilapangan, apakah telah sesuai

dengan sasaran dari kebijakan itu sendiri.

2. Sumber daya, yaitu berupa dana dan pelaksana yang mendukung implementasi

program SIAK. Disini peneliti melihat apakah alokasi dana yang diberikan telah

dipergunakan sesuai dengan apa yang telah dianggarkan.

3. Komunikasi dan penguatan aktifitas yaitu meliputi koordinasi internal (Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil) dan sosialisasi eksternal antara pelaksana dan

masyarakat. Pada saat pelaksanaan program penulis akan melihat bagaimana

koordinasi yang dilakukan demi berlangsungnya kebijakan tersebut.

4. Karakteristik agen pelaksana, yaitu meliputi kompetensi dari implementor atau

pelaksana. Pada point ini peneliti akan melihat bagaimana kemampuan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter i

orang-orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan sebuah program yang akan

dilaksanakan.

5. Sikap masyarakat dalam memahami pelaksanaan program SIAK yang

ditetapkan. Pada tahap terakhir penulis akan melihat bagaimana respon yang

akan diberikan oleh masyarakat terhadap sebuah perubahan kebijakan.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori,defenisi

konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

Bab II : Metode Penelitian

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi,

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisa data.

Bab III: Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi

penelitian.

Bab IV: Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisa, serta memuat pembahasan atau

interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

Bab V : Analisa Data

Bab ini berisi analisa dari hasil dilapangan dan dokumentasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter i

Bab VI: Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang

telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara