chapter 2 : complicated life

5
Jieun sedang merapikan barang-barangnya. Ia memasukkan buku-buku tulis serta tempat pensilnya, lalu memutuskan untuk menenteng buku teksnya yang tebal. Jieun melirik tasnya sekali lagi dan mendengus pelan. Ia menyentuh sebuah bagian tertentu dari tas itu. Jieun lalu menggantungkan tas ranselnya itu pada bahunya. Tas Jieun memang terlihat agak kusam dan terdapat beberapa lubang kecil di sekitarnya, tapi masih layak untuk dipakai –setidaknya menurut Jieun. Ia berjalan menuju gerbang Selatan bersama Sena dan Nara. Sedangkan Miyoung menuju ke gerbang Utara. Jieun duduk di kursi besi yang ada di taman sekolahnya –dekat parkiran. Ia lalu memasukkan tangannya di dalam sakunya dan mengeluarkan handphonenya. Jieun menekan beberapa tombol di handphonenya dan melekatkan benda kecil tersebut ke telinganya. “Yeoboseyo?”sahutnya saat mendengar suara dari seberang. “Appa, jemput.. eoh? Baiklah,bye.” Jieun mengakiri percakapan tersebut lalu berdiri dan mulai berjalan melewati jejeran motor yang ada. Terdapat beberapa orang di sana. Mereka sedang bergurau bersama di samping motor mereka. Tepat saat Jieun akan meninggalkan barisan motor tersebut, Park Chanyeol muncul. Jieun yang kebingungan harus bertindak apa hanya terus berjalan melewati lelaki itu. Begitu pun dengan lelaki itu, ia hanya menatap sekilas pada Jieun lalu segera menuju ke tempat sepeda motornya. Jieun berjalan di jalanan sepi itu. Terlihat sesekali Ia mengangkat salah satu tali tasnya –berniat mengurangi beban dari pundaknya untuk beberapa detik. Menenteng buku-bukunya yang tebal, Jieun berjalan dengan perlahan. Ingatannya kembali pada kejadian di tempat parkir tadi. Jieun tak bermaksud bersikap tidak sopan –dengan tidak menyapa kakak kelasnya. Tapi, Jieun juga bingung. Chanyeol adalah seorang yang populer, Ia tak ingin dianggap sok kenal dengan seorang Park Chanyeol. Menjadi sorotan bukanlah sesuatu yang akrab dengan Jieun. Ia tak terlalu menyukai hal itu walaupun Jieun dapat dikategorikan sebagai seseorang yang cerewet.

Upload: irene-witanto

Post on 09-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

The 2nd chapter of fanfiction "My Friend's Crush.Write it in my free time with IU & EXO's Chanyeol as the main characters!Just a FANFICTION, not Real. Story belong to me.

TRANSCRIPT

Jieun sedang merapikan barang-barangnya. Ia memasukkan buku-buku tulis serta tempat pensilnya, lalu memutuskan untuk menenteng buku teksnya yang tebal. Jieun melirik tasnya sekali lagi dan mendengus pelan. Ia menyentuh sebuah bagian tertentu dari tas itu. Jieun lalu menggantungkan tas ranselnya itu pada bahunya. Tas Jieun memang terlihat agak kusam dan terdapat beberapa lubang kecil di sekitarnya, tapi masih layak untuk dipakai setidaknya menurut Jieun.

Ia berjalan menuju gerbang Selatan bersama Sena dan Nara. Sedangkan Miyoung menuju ke gerbang Utara. Jieun duduk di kursi besi yang ada di taman sekolahnya dekat parkiran. Ia lalu memasukkan tangannya di dalam sakunya dan mengeluarkan handphonenya. Jieun menekan beberapa tombol di handphonenya dan melekatkan benda kecil tersebut ke telinganya. Yeoboseyo?sahutnya saat mendengar suara dari seberang. Appa, jemput.. eoh? Baiklah,bye.

Jieun mengakiri percakapan tersebut lalu berdiri dan mulai berjalan melewati jejeran motor yang ada. Terdapat beberapa orang di sana. Mereka sedang bergurau bersama di samping motor mereka. Tepat saat Jieun akan meninggalkan barisan motor tersebut, Park Chanyeol muncul. Jieun yang kebingungan harus bertindak apa hanya terus berjalan melewati lelaki itu. Begitu pun dengan lelaki itu, ia hanya menatap sekilas pada Jieun lalu segera menuju ke tempat sepeda motornya.

Jieun berjalan di jalanan sepi itu. Terlihat sesekali Ia mengangkat salah satu tali tasnya berniat mengurangi beban dari pundaknya untuk beberapa detik. Menenteng buku-bukunya yang tebal, Jieun berjalan dengan perlahan. Ingatannya kembali pada kejadian di tempat parkir tadi. Jieun tak bermaksud bersikap tidak sopan dengan tidak menyapa kakak kelasnya. Tapi, Jieun juga bingung. Chanyeol adalah seorang yang populer, Ia tak ingin dianggap sok kenal dengan seorang Park Chanyeol. Menjadi sorotan bukanlah sesuatu yang akrab dengan Jieun. Ia tak terlalu menyukai hal itu walaupun Jieun dapat dikategorikan sebagai seseorang yang cerewet.

Kakinya terhenti di depan sebuah kedai kecil. Pada kedai itu dapat terlihat seorang wanita usianya sekitar empat puluh tahunan bergerak dengan cekatan menyajikan makanan. Saat semua pelanggan telah mendapatkan makanannya masing-masing, wanita tersebut akhirnya duduk di sebuah bangku plastik. Matanya pun menangkap sosok Jieun yang daritadi memandanginya. Ujung-ujung bibirnya terangkat teratas membentuk senyuman. Jieun tersenyum membalas senyuman dari wanita tersebut.

Eomma!panggil Jieun lalu berlari kecil menghampiri ibunya. Ia meletakkan buku teksnya di atas meja dan melingkarkan tangannya pada pinggang wanita tersebut. Bagaimana sekolahnya hari ini?tanya ibunya beberapa detik kemudian. Jieun hanya menjawabnya dengan dua kata Seperti biasa lalu Ia ikut membantu menyajikan makanan.

-ooo-

Hari sudah malam saat Jieun dan ibunya tiba di rumah. Setiba di rumah, Jieun segera mandi dan masuk ke kamarnya. Anak perempuan itu segera melihat jadwal pelajarannya lalu menyiapkan mata pelajaran untuk besok. Ia lalu menyiapkan tugas yang belum Ia kerjakan di atas meja belajarnya.

Ia keluar dari kamarnya dan duduk di sofa di ruang tamu yang kecil itu. Di sana terdapat Jinu adik Jieun yang sedang menonton film kartun. Bocah berumur tujuh tahun itu memiliki warna kulit putih susu seperti Jieun dan juga rambut hitam yang dipotong sangat pendek. Ia menoleh sebentar saat menyadari kehadiran kakak perempuannya.

Jino-ah, kau sudah mengatur buku-bukumu dan mengerjakan tugas?Jieun memulai percakapan. Adiknya itu berbalik lalu tersenyum lebar,Hehe, tentu saja belum!

Yak, kau! Cepat belajar sana!suruh Jieun dengan suara normal namun Jinu masih sana di tempatnya dan fokus pada televisi yang menyala. Cepat! ulang Jieun lagi dengan suara yang mulai meninggi, namun tetap saja adiknya itu masih fokus pada layar televisi. Jieun yang geram langsung saja merebut remote control dari tangan adiknya lalu mengganti channel televisi tersebut.

Jinu yang masih tergolong anak kecil itu pun menangis. Ia memang benar seorang anak lelaki namun mentalnya masih sangat lembek. Mungkin hal ini juga dikarenakan Jinu memiliki kakak perempuan sehingga perilakunya terkadang masih sangat ke-perempuan-an.

Mendengar suara tangisan Jinu, Ibu Jieun yang tengah sibuk mempersiapkan makan malam pun datang dan memarahi Jieun. Jieun-ah, Jinu itu masih kecil. Jangan terlalu kasar

Aku tidak kasar, eomma. Jinu yang terlalu lembek. Dia kan lelaki, aku hanya mengambil remote control dari tangannya saja sudah menangis. Mana ada lelaki yang seperti itu? Lagipula, aku melakukannya untuk kebaikan Jinu juga, supaya Ia belajarbalas Jieun tidak mau kalah.

Ibunya hanya menarik napas dalam-dalam mendengar penjelasan Jieun. Putrinya itu memang tak mau kalah. Ia selalu akan membelah diri, apalagi saat Ia merasa dirinya memang benar. Mengetahui hasil akhirnya, Nyonya Lee tidak membalas pembelaan Jieun lagi. Ia menasehati Jinu dengan baik sehingga bocah tersebut pergi belajar dan Nyonya Lee pun kembali ke dapur.

-ooo-

Seperti biasa, makan malam hari itu juga hanya ada tiga orang, Nyonya Lee dan kedua anaknya. Jieun dan Jinu melahap makanan mereka seperti biasa, tidak terlalu cepat maupun lambat. Makan malam tanpa Tuan Lee bukanlah hal yang aneh dan jarang terjadi di rumah ini. Jieun tersenyum miris mengingat fakta itu.

Jieun bukanlah seorang gadis dengan keluarga yang kaya. Jieun tak menyesalinya walau sesekali Ia sering iri melihat keluarga Jangmi yang sangat kaya. Jangmi terlihat sangat bahagia dengan semuanya itu. Jieun sebenarnya hanya ingin hidup sederhana dan bahagia.

Jieun kembali tersenyum miris pada pemikirannya tadi. Bahkan hidup sederhana dan bahagia itu masih sangat jauh dari jangkauannya. Keluarga Jieun seharusnya tidaklah miskin. Mereka punya penghasilan yang cukup untuk keperluan sehari-hari. Hanya saja, ayah Jieun merusak kebahagiaan mereka selalu. Tuan Lee adalah seorang penjudi. Biasanya beliau akan meminta uang pada istrinya dengan sedikit paksaan. Atau Ia akan mengutang pada seseorang lalu orang tersebut akan datang di rumah keluarga Lee untuk menagih hutang tersebut.

Ada kalanya Jieun hanya ingin hidup bertiga dengan ibu dan adiknya. Baginya ayahnya hanyalah sebuah benalu bagi keluarga itu. Ibunya bekerja siang dan malam untuk membayar hutang. Mereka tak pernah punya simpanan. Saat Jieun berpikir bahwa hutang keluarganya akan segera lunas, ayahnya akan kembali dengan hutang baru lagi. Terkadang Jieun berpikir untuk mengakhiri hidupnya yang seperti ini. Terkadang Ia merasa lelah dengan keluarganya dengan hidupnya.

-ooo-

Menutup buku terakhir yang ada di atas meja belajarnya, Jieun menekan sebuah tombol di handphonenya yang menyebabkan layarnya menyala. Setengah dua belasgumam gadis itu. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan ke tempat tidurnya. Di atas tempat tidurnya terdapat sebuah notebook. Jieun menyalakan benda tersebut.Inilah saat yang paling Jieun senangi. Malam hari, saat di mana Jieun dapat melupakan semua masalahnya dan tenggelam dalam dunia maya. Mengecek satu persatu akun sosial medianya, bercerita dengan teman yang bahkan belum pernah ia temui, dan meng-stalk idolanya. Jieun akan melakukan rutinitas itu setiap hari. Hal ini telah menjadi pelepas stress baginya.Malam itu seperti biasa, Jieun tertidur dengan notebook di depannya saat ia sedang membaca fanfiction.

-ooo-