cermin politik perawat indonesia

35
Peran Perawat di Bidang Politik Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari pendirian institusi pendidikan keperawatan pun sangat bervariasi dari alasan "Bisnis" sampai dengan "Sosial". Dan yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing. Salah satu tolok ukur kualitas dari perawat di percaturan Internasional adalah kemampuan untuk dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLFX-RN dan CGFNS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi fakta yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama sistem pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan High Educatio bagi perawat

Upload: rc-suntown

Post on 19-Jun-2015

5.996 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cermin politik perawat indonesia

Peran Perawat di Bidang Politik

Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi Institusi pendidikan

keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi

perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan

keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari pendirian institusi

pendidikan keperawatan pun sangat bervariasi dari alasan "Bisnis" sampai dengan "Sosial". Dan

yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola

institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup

tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya

mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing.

Salah satu tolok ukur kualitas dari perawat di percaturan Internasional adalah kemampuan untuk

dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLFX-RN dan CGFNS sebagai

syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan

kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi fakta

yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama sistem pendidikan

keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan High

Educatio bagi perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait.

Hal tersebut lebih disebabkan karena sistem pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi.

Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1

Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi

pendidikan keperawatan harus dilakukan perubahan secara total antara lain :

Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan keperawatan

Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa Inggris

Menutup institusi pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas

Institusi pendidikan keperawatan harus dipimpin oleh seseorangyang memiliki latar belakang

pendidikan keperawatan

Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di institusi pendidikan

keperawatan

Page 2: Cermin politik perawat indonesia

Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris aktif

Memberantas segala jenis KKN di institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan

mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta proses kelulusan mahasiswa.

Strategi Pelayanan Keperawatan di Era Globalisasi

Praktek keperawatan sebagai tindakan profesional harus didasarkan pada penggunaan

pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan

dijadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajia, menegakkan diagnostic, menyusun

perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan

keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, perawat juga harus

mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab,

dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan

mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-

rekan perawat yang melakukan "Praktik Pelayanan Medis / Kedokteran dan Pengobatan" yang

sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi

perawat dipandang rendah oleh profesi lain.

Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain :

Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawt itu sendiri

Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum ditetapkannya RUU Keperawatan serta tidak

tegasnya komitmen penegakan hukum di Indonesia

Minimnya penghargaan financial dari pihak-pihak terkait terhadap perawat

Kurang optimalnya perannya organisasi profesi keperawatan

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan

karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat

dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa "perawat" juga tidak

berbeda dengan "dokter".

Sementara itu, dunia pelayanan keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari

nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2-3 shift, sedangkan

pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia

Page 3: Cermin politik perawat indonesia

yang bekerja di Kuawait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta-Rp.24 juta/bulan, sedangkan

rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka.

Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain.

Perawat mutlak sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah

mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera

dilaksanakan adalah :

Penentuan standarisasi gaji untuk perawat tentu setelah melalui uji kompetensi

Menciptakan sistem sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga pada

jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaran terhadap profesi

keperawatan di Indonesia

Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak memberi

gaji sesuai dengan standard

Penataan Praktik Keperawatan

Dalam suatu penataan praktik keperawatan perlu adanya Undang-Undang, maka semua itu harus

sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat (SKP) yang sudah

diakui secara nasional. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil

Keperawatan Internasional (ICN, 2003) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja

dengan klien individu, keluarga, dan komunitas dalam tatanan asuhan keperawatan di Rumah

Sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya.

Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul

kompetensi, utama, yaitu :

Praktik keperawatan profesional,

Pemberian Asuhan Keperawatan, dan

Management keperawatan pengembangan profesional

Peran profesional perawat tidak akan bisa dicapai, kalau model pratik keperawatan di pelayanan

belum ditata secara profesional. Model praktik keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh

perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih menjadi suatu abstraksi. Pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi organisasi pelayanan

kesehatan, sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan

meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan

Page 4: Cermin politik perawat indonesia

keperawatan berdasarkan pada isu di masyarakat.

Ada 4 model praktik keperawatan profesional yang diharapkan ada yaitu : model praktik di

Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES

tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan.

Etika Politik dalam Merawat Pasien

Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain serta kepedulian terhadap perasaan.

"Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu mengembalikan

otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka, mencapai tujuan

hidup mereka dan pemenuha kebutuhan".

Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin

juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang

timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk

meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan

imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat

diperoleh dalam melakukan tanggung jawab profesional kita.

Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan

tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya, pembatasan-pembatasan layak

dipertimbangkan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan

perawatan dan perhatian terhadap kebutuhan tertentu pasien.

Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien

dan dokter berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan

pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimana pun, tantangan adalah

untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam

mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi

sumber daya, dan dalam politik kesehatan lokal dan nasional.

Pearawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien

secara umum. Ini berati memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff,

efisiensi, dan efektifitasprosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatn dipahami dari arti perspektif

Page 5: Cermin politik perawat indonesia

luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika keperawatan berlanjut satu sama lain,

pembagian dan kepedulian, menghormati orang, dan keadilan kaitan kekuasaan dan nilai-nilai

adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada

akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat

serta petugas kesehatn lain yang tidak dapat dipisahkan.

Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitif dan peduli dengan yang

kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang

keras dalam susunan staff atau perundingan bersama.

Perbedaan Model Zaman Sekarang untuk Etika Profesional

Sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang diperlukan

untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks. Hal ini

muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan profesional,

perbedaan antara : etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan publik dan etika bisnis.

Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik

Arti "Politik" secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam

masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara

konstitusional maupun non konstitusional.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif amupun pasif

dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga

talenta yang harus dimiliki mengenai "Sense of Politic". Dalam Wilkipedia Indonesia disebutkan

bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insan politik dengan mengikuti suatu

partai politik, mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dari hal tersebut

maka seseorang berkewajiabn untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik

guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan

hukum yang berlaku.

Dari hal tersebut perawat ayng merupakan bagain dari insan perpolitikan di Indonesia juga

Page 6: Cermin politik perawat indonesia

berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi

profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat

memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.

Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah

dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi

keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah

perpolitikan Indonesia.

Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih

dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislatif

namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan.

Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan

penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada,

yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya

menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang

perawat di Badan Legislatif sana.

Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu

mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan

salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan

keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kulitas perawat bisa dipertanggung

jawabkan.

Regulasi pendidikan akan menjadikan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan

keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan

penjaminan mutu akan output perawat yang diluluskan setiap periodenya. Dengan regulasi

pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai

nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan.

Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya dengan regulasi

pendidikan. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan profesi keperawatan

semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah

yang jelas akan menjadikan perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan

tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini diharapkan tidak

terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya

Page 7: Cermin politik perawat indonesia

malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.

Organisasi Keperawatan

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional

yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret

1974.

Menurut catatan ayng ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi

keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi

keperawatan, seperti :

IPI (Ikatan Perawat Indonesia)

PPI (Persatuan Perawat Indonesia)

IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia)

IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia)

Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dan mendaftarkan diri

sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut

calon anggota.

PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini

selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah

keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa

rekomendasi atau keputusan organisasi.

Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan

harus melakukan 5 fungsi, yaitu :

Definisi dan pengaturan profesional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan

praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin

praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode

etik dan norma perilaku (Styles, 1983)

Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan

utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan

utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi perawat di masa

depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah di

Page 8: Cermin politik perawat indonesia

publikasiakn ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena

hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan

utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan

Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk

diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai

proses sosialisasi

Komonikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat

dan konstitusi. Fungsi ini menuntut

organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi

perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah

Memperhatikan kesejahteraan umum dan sosial anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi

perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan sosial bagi anggota

untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga profesional dan mengatasi masalah profesional

anggotanya.

Kesimpulan

Pada akhir diskusi presentasi ini kami ingin lebih menegaskan bahwasanya politik harusnya

disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap untuk

berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka

menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak-pihak

tersebut antara lain adalah :

Pemerintah

Swasta

Organisasi Profesi (PPNI)

Lembaga Pendidikan

Perawat dan Calon Perawat

Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di

Indonesia dapat segera tercapai, antara lain :

Pengesahan UU Praktik Keperawatan

Pembentukan Nursing Council (Nursing Board)

Reformasi sistem pendidikan keperawatan Indonesia

Page 9: Cermin politik perawat indonesia

Peningkatan fungsi organisasi profesi

Saran

Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum diakui sebagai sosok

profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam sistem pelayanan.

Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu

adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional

dengan segala atribut yang menyertainya.

Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan

jati diri perawat dengan :

Komunikasi,

Organisatoris,

Responsif and Responsible,

Efisiensi dan Efektif,

Komitmen,

Serta tunjukkan :

Aktualisasi,

Produktif, dan

Inovatif.

Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-

menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan

metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti

Page 10: Cermin politik perawat indonesia

berbicara tentang keperawatan pada satu waktu tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan

membicarakan tentang “Peran Perawat di Bidang Politik”.

Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik

keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan Universitas.

Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi

perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru.

Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana perawat

memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkan otonomi

dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan

meluasnya focus asuhan keperawatan.

Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-sapek dari keperawatan

yang mengkarakteristikkan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan,

otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan

seluruh trend dalam pendidikan dan praktik keperawatan kontemporer.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana kontroversi strategi pendidikan keperawatan di era globalisasi ini?

2) Bagaimana strategi pelayanan keperawatan di era globalisasi ini?

3) Bagaimana sistem penataan praktek keperawatan di Indonesia?

4) Bagaimana etika politik perawat dalam merawat pasien?

5) Bagaimana perbedaan model zaman sekarang dalam etika profesional?

6) Apa yang dilakukan seorang perawat di dunia politik?

7) Apa PPNI itu?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui politik keperawatan di era globalisasi

2) Agar perawat dapat mengaplikasikan etika politiknya dalam merawat pasien

3) Untuk mengetahui trend politik keperawatan saat ini

4) Untuk mengetahui tatanan pelayanan keperawatan profesional

5) Untuk mengetahui organisasi keperawatan di Indonesia

Page 11: Cermin politik perawat indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi

Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah

terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi

dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap

sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi

keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk

mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalamsistem pelayanan kesehatan di

Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan

pengakuan tersebut, maka perawat masih memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme

sesuai dengan keadaan dan lingkungan social di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi

perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya

memerlukan waktu yang lama.

Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka

melahirkan generasi perawat yang berkwalitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya

institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari

pendirian institusi pendidikan keperawatanpun sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai

dengan “Sosial”. Dan yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya

pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki

Page 12: Cermin politik perawat indonesia

pemahaman yang cukup

tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya

mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing.

Salah satu tolok ukur kwalitas dari perawat dipercaturan Internasional adalah kemampuanuntuk

dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan CGFNS

sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas

dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi

fakta yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama system pendidikan

keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan Higher

Education bagi perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait

Hal tersebut lebih disebabkan karena system pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi.

Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1

Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi

pendidikan keperawatan harus dilakukan perubahan secara total antara lain:

a. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan keperawatan.

b. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa

Inggris.

c. Menutup Institusi pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas.

d. Institusi pendidikan keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang memiliki latar belakang

pendidikan keperawatan.

e. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di Institusi pendidikan

keperawatan.

f. Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris

secara aktif.

g. Memberantas segala jenis KKN di Institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan

mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta proses kelulusan mahasiswa.

2.2 Strategi Pelayanan Keperawatan di Era Globalisasi

Praktek keperawatan sebagai tindakan professional harus didasarkan pada penggunaan

pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan di

jadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostic, menyusun

perencanaan, malaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan

Page 13: Cermin politik perawat indonesia

keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan teknikal, perawat juga harus

mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab

dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan

mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-

rekan perawat yang melakukan “Praktek Pelayanan Medis/Kedokteran dan Pengobatan” yang

sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi

perawat di pandang rendah oleh profesi lain.

Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain:

a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri.

b. Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum di tetapkannya RUU Keperawatan serta tidak

tegasnya komitmen penegakan hukum di Indonesia.

c. Minimnya penghargaan financial dari pihak-pihak terkait terhadap perawat.

d. Kurang optimalnya perannya organisasi profesi keperawatan.

e. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan

karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat

dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa perawat juga tidak berbeda

denagn “dokter”.

Sementara itu, dunia Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari

nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2 atau 3 shift, sedangkan

pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia

yang bekerja di Kuwait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta s/d Rp.24 juta sebulan, sedangkan

rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka.

Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain.

Perawat mutlak sangat di perlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah

mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera

dilaksanakan adalah:

a. Penentuan standarisasi gaji untuk perawat tentu setelah melalui uji kompetensi.

b. Menciptakan system sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga

pada jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaraan terhadap profesi

Page 14: Cermin politik perawat indonesia

keperawatan di Indonesia.

c. Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak

memberi gaji sesuai dengan standard.

2.3 Penataan Praktek Keperawatan

Dalam suatu penataan praktek keperawatan perlu adanya undang-undang, maka semua itu harus

sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat ( SKP ) yang sudah

diakui secara nasional. Penetapan SKP telah Konvensi Nasional antara BNSP, PPNI, dan Depkes

pada tanggal 1-2 Juni 2006 di Gedung Depkes JL. HR Rasuna Said,Kuningan Jakarta Selatan.

SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional ( ICN,

2003 ) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerka dengan klie individu, keluarga

dan komunitas dalam tatanan asuha keperawatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja

sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan social lainnya. Dalam kerangka kerja ICN,

kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjajedi 3 judulkompetensi utama, yaitu Praktek

keperawatan profesional, Pemberian asuhan keperawatan dan menejemen keperawatan

Pengembangan professional.

Peran profesional perawat tidak akan bisa di capai, kalau model praktik keperawatan di

pelayanan belum ditata secara professional. Model praktik keperawatan professional yang

dilaksanaka oleh perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih mejadi suatu abstraksi.

Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi

organisasi pelayanan kesehatansistem pemberian pelayanan kesehatan ke system desentralisasi.

Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap

pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue di masyarakat.

Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi

Keperawatan (D3 Keperawatan) dan berlakunya UU No.23 Tahun 1992,dan PERMENKES

No.1239/2000; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya

kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan professional. Ada 4 model praktik yang

diharapkan ada yaitu: model praktik di Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan

tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal

oleh profesi keperawatan.

2.4 Etika Politik dalam Merawat Pasien

Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan, banyak

Page 15: Cermin politik perawat indonesia

sumber praktis. “Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu

mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka.

Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan kebutuhan”.

Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin

juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang

timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk

meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan

imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat

diperoleh dalam melakukan tanggung jawab professional kita.

Jika kita memilih menjadi perawat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, atau hanya sebagai

aututerapi tanpa disadari, untuk menghadapimasalah dan kecemasan sendiri, pasien akan

menderita karena pekerjaan kita yang akan menjadi catatan bagi mereka. (Eadie 1975, Shimpson

et all 1983).

Merawat bisa menjadi merusak orang lain jika kita tidak mengerti dinamika aslinya, yaitu seperti

dorongan psikologis yang kompleks yang muncul dalam operasi ketika kita dalam posisi tangguh

sebagai penolong terhadap pasien yang relative tidak mandiri dan lemah. Inilah, mengapa

psikiater dalam pelatihan dan perawat psikiatri didukung untuk mengalami psikoanalisis pribadi

atau terlibat dalam terapi kelompok, sebagai proses untuk mengungkapkan perasaan yang

terdalam dan sering tersembunyi dengan maksud lain.

Ketika pengawasan dan perhatian dari perawat yang baik dapat melakukan kekuasaannya dengan

baik, over protektif, menguasai atau mengganggu dan pengawasan seperti pada bayi, seperti

pengasuhan yang jelek, juga bias menjadi sangat merusak, ini dapat dikatakan bahwa “kebaikan

terbesar kita juga merupakan sumber potensial kelemahan dan kejahatan kita”.

Beberapa praktik dan sikap perawat dapat membawa mereka kepada konfliklangsung dengan tim

kesehatan yang terkait dalam merehabilitasi kesehatan pasien,dengan fisioterapis dan ahli terapi

yang menjabat. Konflik disini bukan hanya dalam persaingan profesionalitas atau ketidak jelasan

batasan kerja, tapi juga perbedaan dalam interpretasi tentang perawatan dandalam praktik

perawatan.

Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan

tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya, pembatasan-pembatasan layak di

pertimbangkandan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan

Page 16: Cermin politik perawat indonesia

perawatan dan dan perhatian terhadap kebutuhan tertentu pasien.

Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien

dan dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan

pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah

untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam

mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi

sumber daya, dan dalam politik kesehatan local dan nasional.

Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien

secara umum. Ini berarti memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff,

efisiensi dan efektifitas prosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatan dipahami dari arti

perspektif luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika perawatan berlanjut satu sama

lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang dan keadilan, kaitan kekuasaan dan nilai-

nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada

akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat

serta petugas kesehatan lain yang tidak dapat dipisahkan.

Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitive dan peduli dengan yang

kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang

keras dalam susunan staff, atau perundingan bersama.

2.5 Perbedaan Model Zaman Sekarang untuk Etika Profesional

Adalah sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang

diperlukan untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks.

Hal ini muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan

professional, perbedaan antara: etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan public dan

etika bisnis.

2.6 Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik

Akhir – akhir ini banyak masalah yang melanda profesi keperawatan ini berkaitan dengan tidak

adanya seseorang perawat yang menjadi pemegang kebijakan baik di eksekutif maupun

legislative.disamping itu juga disinggung mengenai undang – undang keperawatan yang sampai

kini belum juga terselesaikan karena tidak adanya keterwakilan seorang perawat dalam posisi

tersebut.

Page 17: Cermin politik perawat indonesia

Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam

masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.

Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara

konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk

membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya.

Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat

structural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi

pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya

baru bias dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk

bias teraktualisasikan, saat tiap individu lain sesuai dengan normadan hukum yang berlaku.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif maupun pasif

dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga

talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam wilkipedia Indonesia disebutkan

bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insane politik dengan mengikuti suatu

partai politik , mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal

tersebut seseorang berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik

guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan

hukum yang berlaku.

Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di Indonesia juga

berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi

profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat

memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.

Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah

dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi

keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah

perpolitikan Indonesia.

Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih

dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislative

namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan.

Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan

penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada,

Page 18: Cermin politik perawat indonesia

yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya

menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang

perawat di badan legislative sana.

Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu

mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan

salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan

keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat bias dipertanggung

jawabkan.

Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan keperawatan

yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu

akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan

keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar,

nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan.

Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan,

dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang matang

sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan fondasi

yang kokoh dan system yang mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap

tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan klinik akan menjadiakan profesi keperawatan

semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah

yang jelas akan menjadikan perawat semakin professional dan proporsional sesuai dengan

tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan

tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya

malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke dunia politik.

Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu partai politik. Partai

politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah perpolitikan Indonesia. Banyak

partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai yang melakukan pengkaderan dari awal

yang mampu menyiapkan calon-calon legislative dari embrio yang akan diberikan suntikan

ideology dari partai tersebut, ada juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja

yang siap untuk berjuang bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.

2.7 Organisasi Keperawatan

Page 19: Cermin politik perawat indonesia

Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang

merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.

Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi

keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi

keperawatan, seperti:

• IPI (Ikatan Perawat Indonesia),

• PPI (Persatuan Perawat Indonesia),

• IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),

• IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia).

Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan

diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut

calon anggota.

PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini

selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah

keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa

rekomendasi atau keputusan organisasi.

Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan

harus melakukan 5 fungsi, yaitu:

1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan

dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin

praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode

etik dan norma perilaku (Styles, 1983).

2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit.

Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli

teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi para

perawat di masa depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori

yang telah dipublikasikan ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian

keperawatan. Karena hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian

memberikan sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan.

3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk

diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai

Page 20: Cermin politik perawat indonesia

proses sosialisasi.

4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat

dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu

posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan

UU dan kebijakan pemerintah.

5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi

perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan social bagi anggota

untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan mengatasi masalah professional

anggotanya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik harusnya disikapi

sacara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap umtuk berkompetisi

di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka menciptakan

perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut

antara lain adalah:

Pemerintah

Swasta

Organisasi profesi ( PPNI )

Lembaga pendidikan

Perawat dan calon perawat

Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di

Indonesia dapat segera tercapai, antara lain:

Pengesahan UU Pratek Keperawatan

Pembentukan Nursing Council (Nursing Board)

Reformasi system pendidikan keperawatan Indonesia

Peningkatan fungsi organisasi profesi

Page 21: Cermin politik perawat indonesia

3.2 Saran

Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum di akui sebagai sosok

profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam system pelayanan.

Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu

adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional

dengan segala atribut yang menyertainya.

Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan

jati diri perawat dengan KOREK API (Komunikasi, Organisatoris, Responsif and Responsible,

Efisiensi dan Efectif, Komitmen serta tunjukkan API : Aktualisasi, Produktif,dan Inovatif).

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Cermin politik perawat indonesia

M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkenbangan Kebutuhan Pelayanan Keperawatan

dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan Universitas Airlangga

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta. Salemba

Medika

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id

Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta:

EGC

Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global. Website URL: http: //

io.ppi-jepang.org

Lowenberg & Dolgoff. 1988. Ethical Decisions for Social Work Practice. F.E. Peacock

Publishers, Inc

Lancaster, J. 1999. Nursing Issues. In Leading and Managing Change. St. Louis: Mosby

Company

Lindberg, JB., Hunter, ML., Kruszewski, AZ. 1990. Introduction to Nursing: Concept, Issues

& Opportunities. Philadelphia: JB Lippincott

Bartels, JE. 2005. Educating Nurses for the 21st Century. Nursing and Health Sciences

Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co

Buchan, J. & Calman, L. 2007. Summary of The Global Shortage of Registered Nurses: An

Overview of Issues and Action. International Council of Nurses. Dalam www.icn.ch

Chitty, K.K. 1997. Proffesional Nursing. Concepts & Challenges . 2ed. Philadelphia: W.B.

Saunder Company

Magnusdottir H. 2005. Overcoming Strangeness and Communication Barriers: A

Phenomenological Study of Becoming a Foreign Nurse. International Nursing Review

http://pioners07.blogspot.com/2009/02/saatnya-perawat-terjun-ke-dunia-politik.html

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 2 edition

Diposkan oleh lulu di 23:55

Page 23: Cermin politik perawat indonesia