cedera kepala berat - part 2
DESCRIPTION
Presentasi Cedera KepalaTRANSCRIPT
Cedera Kepala Berat
Pasien dengan Penurunan Kesadaran
Cedera Kranioserebral
Ringan
Cedera Kranioserebral
Sedang
Cedera Kranioserebral
Berat
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15
Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,
tanpa disertai defisit fokal serebral.
Pemeriksaan Fisik Perawatan Luka Foto Kepala
Istirahat Baring dengan Mobilisasi
BertahapTerapi Simtomatis Observasi 24 jam
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15
Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,
tanpa disertai defisit fokal serebral.
Observasi 24 Jam
Curiga Hematoma Intrakranial
Lucid Interval
Kesadaran Menurun
Nyeri Kepala
Muntah-muntah
Gejala Lateralisasi (Pupil Anisokor)
Refleks Patologis Positif
CT SCAN !
Cedera Kranioserebral Ringan, GCS 13 - 15
Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan perintah,
tanpa disertai defisit fokal serebral.
CKR Tidak Perlu Dirawat
Orientasi Baik (Tempat dan
Waktu)
Tidak ada Gejala Fokal Neurologi
Tidak ada Muntah atau Sakit Kepala
Tidak ada fraktur tulang kepala
Ada yang bisa mengawasi
dengan baik di rumah
Cedera Kranioserebral Sedang, GCS 9 - 12
Pasien dalam kategori ini bisa mengalami gangguan kardiopulmoner.
Stabilisasi
• Airway• Breathing• Circulation• C-Spine
Control
Pemeriksan Fisis
• Kesadaran• Pupil• Tanda Fokal
serebral
Imaging
• Foto Kepala atau bagian tubuh yang diperlukan
• CT Scan Otak
Observasi
• Fungsi Vital• Kesadaran• Defisit Fokal
Serebral
Cedera Kranioserebral Berat, GCS 3 - 8
Pasien dalam kategori ini, biasanya disertai cedera multipel. Bila didapatkan
fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher, bila ada luka terbuka dan ada
perdarahan, dihentikan dengan balut tekan untuk pertolongan pertama. Tindakan
sama dengan cedera kranioserebral sedang dengan pengawasan lebih ketat dan
dirawat di ICU.
Di samping kelainan serebral juga bisa disertai kelainan sistemik. Pasien cedera
kranioserebral berat sering berada dalam keadaan hipoksi, hipotensi, dan
hiperkapni akibat gangguan kardiopulmoner.
Tindakan di Unit Gawat Darurat atau Ruang Rawat
Resusitasi ABC Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Laboratorium
Manajemen TIK Meninggi Nutrisi Neurorestorasi/
Rehabilitasi Komplikasi
Resusitasi ABC
Airway
Circulation
Breathing
Resusitasi ABC
Airway
Circulation
Breathing
Kelainan perifer disebabkan oleh aspirasi, trauma dada, edema paru, emboli paru, atau infeksi.
Tatalaksana :
• Oksigen Dosis Tinggi 10 – 15 L / menit• Cari dan atasi penyebabnya• Gunakan ventilator jika diperlukan
Resusitasi ABC
Airway
Circulation
Breathing
HipotensiDiastol < 90 mmHg
Meningkatkan Risiko Kematian dan Kecacatan
Perdarahan Luar
Rupture Alat Dalam
Trauma Dada Disertai
Tamponade Jantung
Pneumotoraks
Syok Septik
Proses Ekstrakranial
Tatalaksananya
• menghentikan sumber
perdarahan
• perbaikan fungsi jantung
• mengganti darah yang hilang,
atau sementara dengan
cairan isotonik NaCl 0,9%.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Tanda Vital Pemeriksaan Neurologis
Hasil pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada hari-hari pertama.
Bila terdapat perburukan salah satu komponen, penyebabnya dicari dan segera diatasi.
Imaging
Foto Kepala dan Leher
Foto Ekstremitas,
Dada, Abdomen
CT Scan Otak
fraktur tulang tengkorak atau bila secara klinis diduga ada hematoma intrakranial.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Penelitian di RSCM menunjukkan bahwa leukositosis dapat dipakai sebagai salah satu indikator pembeda antara kontusio
(CKS) dan komosio (CKR). Leukosit >17.000 merujuk pada CT scan otak abnormal, sedangkan angka leukositosis >14.000
menunjukkan kontusio meskipun secara klinis lama penurunan kesadaran <10 menit dan nilai SKG 13-15 adalah acuan
klinis yang mendukung ke arah komosio.6 Prediktor ini bila berdiri sendiri tidak kuat, tetapi di daerah tanpa fasilitas CT
scan otak, dapat dipakai sebagai salah satu acuan prediktor yang sederhana.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Hiperglikemia reaktif dapat merupakan faktor
risiko bermakna untuk kematian
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Pemeriksaan fungsi ginjal perlu karena manitol merupakan zat hiperosmolar yang
pemberiannya berdampak pada fungsi ginjal. Pada fungsi ginjal yang buruk, manitol
tidak boleh diberikan.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Dikerjakan pada cedera kranioserebral dengan kesadaran menurun. pCO2 tinggi dan pO2
rendah akan memberikan luaran yang kurang baik. pO2 dijaga tetap >90 mm Hg, SaO2
>95%, dan pCO2 30-35 mm Hg.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Kadar elektrolit rendah dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Pasien CKS dan CKB dengan kadar albumin rendah (2,7-3,4g/dL) mempunyai risiko
kematian 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar albumin norma
Pemeriksaan Laboratorium
Hb, Leukosit, Diferensiasi Sel
Gula Darah Sewaktu
Analisa Gas Darah Albumin Serum
Trombosit, PT, aPTT, FibrinogenElektrolitUreum &
Kreatinin
Pemeriksaan dilakukan bila dicurigai ada kelainan hematologis. Risiko late hematomas
perlu diantisipai. Diagnosis kelainan hematologis ditegakkan bila trombosit
<40.000/mm3, kadar fibrinogen <40mg/mL, PT >16 detik, dan aPTT > 50 detik.
Manajemen Tekanan Intrakranial Meninggi
TIK MENINGKAT
Edema Serebri
Hematoma Intrakranial
Bila ada fasilitas, sebaiknya dipasang monitor TIK
TIK normal adalah 0-15 mm Hg. Di atas 20 mm Hg sudah harus
diturunkan
Posisi tidur: Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala dan dada pada satu bidang
Terapi Diuretik
Diuretik osmotik (manitol 20%) dengan dosis 0,5-1 g/kgBB, diberikan dalam 30 menit.
Untuk mencegah rebound, pemberian diulang setelah 6 jam dengan dosis 0,25-0,5/kgBB dalam 30 menit. Pemantauan: osmolalitas tidak melebihi 310 mOsm.
Loop diuretic (furosemid)
Pemberiannya bersama manitol,
karena mempunyai efek sinergis
dan memperpanjang efek
osmotik serum manitol.
Dosis: 40 mg/hari IV
Nutrisi
• Pada cedera kranioserebral berat, terjadi hipermetabolisme sebesar 2-2,5 kali normal dan akan mengakibatkan
katabolisme protein.
• Kebutuhan energi rata-rata pada cedera kranioserebral berat meningkat rata-rata 40%. Total kalori yang
dibutuhkan 25-30 kkal/kgBB/ hari.
• Pada cedera kranioserebral berat, terjadi hipermetabolisme sebesar 2-2,5 kali normal dan akan mengakibatkan
katabolisme protein.
• Kebutuhan energi rata-rata pada cedera kranioserebral berat meningkat rata-rata 40%. Total kalori yang
dibutuhkan 25-30 kkal/kgBB/ hari.
• Melihat apakah ada perdarahan lambung. Bila pemberian nutrisi peroral sudah baik dan cukup, infus dapat
dilepas untuk mengurangi risiko flebitis.
Rehabilitasi
• Posisi baring diubah setiap 8 jam, dilakukan tapotase toraks, dan ekstremitas digerakkan pasif untuk mencegah
dekubitus dan pneumonia ortostatik.
• Kondisi kognitif dan fungsi kortikal luhur lain perlu diperiksa.
• GCS 15, dilakukan tes orientasi amnesia Galveston (GOAT).
• GOAT sudah mencapai nilai 75, dilakukan pemeriksaan penapisan untuk menilai kognitif dan domain fungsi
luhur lainnya dengan Mini-Mental State Examination (MMSE)
• Akan diketahui domain yang terganggu dan dilanjutkan dengan konsultasi ke klinik memori bagian neurologi.
Komplikasi
Kejang Infeksi Demam
Gastroinstestinal Gelisah
Kejang yang terjadi dalam minggu pertama setelah
trauma disebut early seizure, dan yang terjadi
setelahnya disebut late seizure. Early seizure
terjadi pada kondisi risiko tinggi, yaitu ada fraktur
impresi, hematoma intrakranial, kontusio di
daerah korteks; diberi profi laksis fenitoin dengan
dosis 3x100 mg/hari selama 7-10 hari.
Komplikasi
Kejang Infeksi Demam
Gastroinstestinal GelisahProfilaksis antibiotik diberikan bila ada risiko tinggi infeksi,
seperti pada fraktur tulang terbuka, luka luar, fraktur basis kranii.
Pemberian profi laksis antibiotik ini masih kontroversial. Bila ada
kecurigaan infeksi meningeal, diberikan antibiotik dengan dosis
meningitis
Komplikasi
Kejang Infeksi Demam
Gastroinstestinal Gelisah
Setiap kenaikan suhu harus dicari dan diatasi
penyebabnya. Dilakukan tindakan menurunkan
suhu dengan kompres dingin di kepala, ketiak,
dan lipat paha, atau tanpa memakai baju dan
perawatan dilakukan dalam ruangan dengan
pendingin.
Boleh diberikan tambahan antipiretik dengan
dosis sesuai berat badan
Komplikasi
Kejang Infeksi Demam
Gastroinstestinal Gelisah
Kelainan tukak stres ini merupakan kelainan mukosa
akut saluran cerna bagian atas karena berbagai
kelainan patologik atau stresor yang dapat disebabkan
oleh cedera kranioserebal. Umumnya tukak stres
terjadi karena hiperasiditas. Keadaan ini dicegah
dengan pemberian antasida 3x1 tablet peroral atau H2
receptor blockers (simetidin, ranitidin, atau famotidin)
dengan dosis 3x1 ampul IV selama 5 hari.
Komplikasi
Kejang Infeksi Demam
Gastroinstestinal Gelisah
Kegelisahan dapat disebabkan oleh kandung kemih atau usus yang penuh,
patah tulang yang nyeri, atau tekanan intrakranial yang meningkat. Bila ada
retensi urin, dapat dipasang kateter untuk pengosongan kandung kemih.
Bila perlu, dapat diberikan penenang dengan observasi kesadaran lebih ketat.
Obat yang dipilih adalah obat peroral yang tidak menimbulkan depresi
pernapasan.
Proteksi Serebral
• Adanya tenggang waktu antara terjadinya cedera otak primer dengan timbulnya kerusakan sekunder
memberikan kesempatan untuk pemberian neuroprotektor.
• Manfaat obat-obat tersebut sampai saat ini masih terus diteliti. Obat-obat tersebut antara lain golongan
antagonis kalsium (mis., nimodipine) yang terutama diberikan pada perdarahan subaraknoid (SAH) dan sitikolin
untuk memperbaiki memori
• agen neuroprotektor yang diberikan setelah cedera otak dapat menekan kematian dan menambah perbaikan
fungsi otak