cbd kb

42
LAPORAN CBD DAN KAJIAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS SANDEN BANTUL Disusun oleh : Caroline Johansyah 42100078 Pembimbing : dr. Hendry Agus Saputra KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESI PUSKESMAS SANDEN - FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

Upload: caroline-johansyah

Post on 02-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan ikk

TRANSCRIPT

Page 1: cbd kb

LAPORAN CBD DAN

KAJIAN KELUARGA BERENCANA

DI PUSKESMAS SANDEN BANTUL

Disusun oleh :

Caroline Johansyah

42100078

Pembimbing : dr. Hendry Agus Saputra

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESI

PUSKESMAS SANDEN - FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: cbd kb

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah

dalam upaya mengurangi jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat di

setiap harinya. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan primer

sebanyak 9.510 Puskesmas yang di antaranya adalah Puskesmas dengan perawatan

dan 23.059 Pustu, yang didukung upaya kesehatan bersumber masyarakat yang

meliputi 51.996 Poskesdes dan Polindes (Pusdatin, 2012). Hasil Riset Fasilitas

Kesehatan (Risfaskes) tahun 2011 menunjukkan bahwa 32,6% Puskesmas memiliki

ruangan poliklinik khusus KB (bervariasi dari yang tertinggi 66,4% di DKI Jakarta,

51,4% di Aceh dan 45,6% di Sumatera Barat sampai yang terendah 12,9% di

Sulawesi Tenggara, 16,2% di Gorontalo dan 20,5% di Maluku). Fasilitas pelayanan

kesehatan sekunder dan tersier yang tersedia meliputi 833 Rumah Sakit Pemerintah,

67 Rumah Sakit BUMN, 721 Rumah Sakit Swasta non-profit, dan 548 Rumah Sakit

Swasta.

Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa dari total penduduk berusia

di atas 10 tahun yang sudah menikah, sekitar 2,1% berusia dibawah 19 tahun. Hampir

37% penduduk berusia di bawah 19 tahun sudah memiliki anak dan 2,5% memiliki

anak lebih dari 1. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009

menunjukkan remaja usia 15-19 tahun yang berstatus kawin sebesar 3%. Proporsi

remaja laki-laki yang belum kawin lebih tinggi daripada remaja perempuan. Proporsi

remaja dengan status cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan laki-laki.

Secara umum terjadi peningkatan dalam periode tiga tahun. Penggunaan KB

tahun 2013 bervariasi menurut provinsi, proporsi penggunaan KB saat ini terendah di

Papua (19,8%) dan tertinggi di Lampung (70,5%), proporsi WUS kawin yang tidak

pernah menggunakan KB tertinggi di Papua (68,7) dan terendah di Kalimantan

Tengah (8,6%). Proporsi penggunaan KB saat ini hasil Riskesdas 2013 menurut

provinsi secara rinci dapat dilihat pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka Tabel 1.

1

Page 3: cbd kb

Gambar 1 : Penggunaan KB saat ini menurut provinsi, Indonesia 2010-2013

Proporsi penggunaan alat/cara KB di perdesaan (61,6%) lebih banyak

dibandingkan di perkotaan (57,9%), sedangkan berdasarkan kuintil indeks

kepemilikan terbanyak adalah kelompok menengah bawah (63,3%). WUS kawin yang

tidak pernah menggunakan KB lebih banyak pada kelompok yang tidak sekolah

(30,4%) dan pada kelompok umur 15-19 tahun (40,0%).

B. Tujuan

1. Mengetahui jumlah pengguna KB di kecamatan Sanden.

2. Mengetahui jenis-jenis pelayanan KB yang ada di Puskesmas Sanden.

3. Mengetahui penyebab penolakan penggunaan KB di wilayah kecamatan

Sanden.

2

Page 4: cbd kb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia

ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk

melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran

anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi. Keluarga

berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan

bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. (RI,2009)

Kebijakan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau

pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi

secara bertanggung jawab tentang : usia ideal perkawinan, usia ideal untuk

melahirkan, jumlah ideal anak; , jarak ideal kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan

reproduksi. (RI,2009)

Kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk: mengatur kehamilan yang

diinginkan, menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak,

meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, meningkatkan partisipasi dan kesertaan

pria dalam praktek keluarga berencana dan mempromosikan penyusuan bayi sebagai

upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. (RI,2009)

Kebijakan keluarga berencana dilakukan melalui upaya: peningkatan

keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga; dan pengaturan

kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan

budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat. Upaya tersebut disertai dengan

komunikasi, informasi dan edukasi. (RI,2009)

3

Page 5: cbd kb

Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna

dan berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh

pasangan suami isteri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi

kesehatan suami atau isteri. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan

cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta

segi kesehatan. (RI,2009)

Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko

terhadap kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan

informasi dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.

(RI,2009)

B. Epidemiologi

Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR

(Contraceptive Prevalence Rate). CPR adalah persentase penggunaan alat/cara KB

oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-49 tahun) berstatus menikah

atau hidup bersama (Riskesdas, 2013)

Askseptor KB Baru di Kabupaten Bantul tahun 2014 dilaporkan sebesar 8,9%

dari 150.105 Pasangan Usia Subur (PUS). Peserta KB aktif dilaporkan 79,9% dari

PUS, dengan metode kontrasepsi terbanyak yaitu menggunakan metode suntik.

Indikator cakupan peserta KB Aktif yaitu CPR merupakan salah satu indikator

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Sanden yang telah memiliki

pencapaian optimal sebesar 81,55% pada tahun 2014. (Puskesmas Sanden,2015)

Klinik keluarga Berencana Puskesmas Sanden merupakan klinik KB yang

terintegrasi dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sanden.

Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi metode sederhana (kondom), pil KB,

suntik KB, IUD, implant, rujukan ke rumah sakit untuk MOW dan MOP dan upaya

penanggulangan efek samping dan komplikasi ringan. (Puskesmas Sanden,2015)

4

Page 6: cbd kb

Cakupan pelayanan KB Puskesmas Sanden pada tahun 2014 berdasarkan

indikator dalam PWS KB adalah sebagai berikut :

Tabel 1 : Cakupan Pelayanan KB berdasar PWS-KB

Cakupan KB Aktif di kecamatan Sanden dalam 3 tahun terakhir terus

mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir (2012-2014), dapat dilihat sebagai

berikut :

Gambar 2: Grafik Peserta KB Aktif Kecamatan Sanden Tahun 2012-2014

5

Page 7: cbd kb

Gambar 3: Grafik Persentase KB Aktif Kecamatan Sanden Tahun 2012-2014

Kelompok KB hormonal terdiri dari KB modern jenis susuk, suntikan dan pil

sedangkan kelompok non hormonal adalah sterilisasi pria, sterilisasi wanita,

spiral/IUD, diafragma dan kondom. Kelompok alat/cara KB modern menurut jangka

waktu efektivitas untuk MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) terdiri dari

susuk, sterilisasi pria, sterilisasi wanita serta, spiral/IUD, sedangkan kelompok non

MKJP adalah jenis suntikan, pil, diafragma dan kondom. (Riskesdas, 2013)

Peserta KB MKJP di KKB Puskesmas Sanden berdasar metode kontrasepsi

yang dipilih menunjukkan fluktuatif dari tahun 2012-2014. Berikut disajikan data

penggunaan KB MKJP KKB Puskesmas Sanden. (Puskesmas Sanden,2015)

6

Page 8: cbd kb

Gambar 4: Grafik Persentase KB MKJP KKB Puskesmas Sanden Tahun 2012-2014

Pada tahun 2014 jumlah akseptor KB IUD menempati persentase terbanyak

diantara seluruh peserta KB Aktif di Kecamatan Sanden yang dapat dilihat pada

gambar 4.4. di bawah ini:

Gambar 5: Diagram Persentase Jenis Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Oleh Akseptor KB Baru Di Kecamatan Sanden Tahun 2014

7

Page 9: cbd kb

Gambar 6: Jumlah Akseptor KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Yang Digunakan Di Kecamatan Sanden Tahun 2014

Cakupan KB MKJP dapat dilihat diantaranya dengan penggunaan KB MKJP

(IUD dan Implant) dalam rentang waktu 6 bulan. Berikut kami sajikan jumlah

akseptor KB IUD dan Implant pada bulan Januari – Juni tahun 2014.

Gambar 7: Jumlah Akseptor KB IUD dan Implant Kecamatan Sanden Bulan Januari –

Juni Tahun 2014

8

Page 10: cbd kb

Jumlah akseptor KB di Kecamatan Sanden terbanyak memilih metode IUD,

nilai ini sedikit berbeda dengan data secara nasional. Penggunaan KB menurut jenis

alat/cara KB di Indonesia didominasi oleh penggunaan KB jenis suntikan KB

(34,3%). Pada gambar 8 memperlihatkan dominasi kelompok hormonal dan non

MKJP yang sangat dipengaruhi oleh penggunaan KB suntikan yang tinggi.

(Puskesmas Sanden,2015)

Gambar 8: Proporsi WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB

modern berdasarkan kelompok kandungan hormonal menurut provinsi,

Indonesia 2013

(Riskesdas, 2013)

9

Page 11: cbd kb

Gambar 9 adalah variasi proporsi penggunaan KB menurut jenis jangka waktu

efektivitas (MKJP dan Non MKJP).

Gambar 9: Proporsi WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB

modern berdasarkan kelompok jangka waktu efektivitas KB menurut provinsi,

Indonesia, 2013

Proporsi penggunaan KB modern kelompok hormonal menurut karakteristik

paling tinggi pada kelompok umur 25-29 tahun (58,4%), tamat SD dan tamat SLTP

(57,7%), petani/nelayan/buruh (55,2%), tinggal di perdesaan (56,4%) dan kuintil

indeks kepemilikan menengah bawah (58,2%). (Riskesdas, 2013)

Proporsi penggunan KB modern berdasarkan jangka waktu efektivifas

menurut karakteristik, non MKJP banyak digunakan oleh kelompok umur 25-29

tahun, tamat SLTP, tidak bekerja, tinggal di perdesaan dan dengan kuintil indeks

kepemilikan menengah bawah. Pengguna jenis MKJP paling tinggi pada kelompok

umur 40-44 tahun, pendidikan tinggi (tamat PT), pegawai, bertempat tinggal di

perkotaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan teratas. (Riskesdas, 2013)

10

Page 12: cbd kb

C. Dampak Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

a. Angka Kematian Ibu

AKI merupakan salah satu indikator untuk menilai tidak saja derajat kesehatan

perempuan tetapi juga derajat kesejahteraan perempuan. Penurunan AKI

merupakan salah satu target yang tercakup dalam MDGs, yaitu pada tujuan

kelima. MDGs menargetkan penurunan AKI pada tahun 2015 menjadi tiga per

empat dari AKI pada tahun 1991, yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 1991 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Hasil SDKI 2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,

sementara Sensus Penduduk tahun 2010 dan SDKI 2007 menunjukkan AKI

berturut-turut sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup dan 228 per 100.000

kelahiran hidup. (Kemenkes,2013)

Tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh berbagai penyebab langsung dan

tidak langsung. Penyebab langsung yang utama adalah perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Hasil analisis lanjut data Sensus Penduduk

2010 menunjukkan bahwa 32% kematian ibu disebabkan oleh HDK, diikuti oleh

komplikasi puerperium 31% dan perdarahan pasca bersalin 20%. Kematian ibu

tidak hanya disebabkan secara langsung oleh komplikasi kehamilan dan

persalinan, tetapi juga oleh berbagai penyakit seperti tuberkulosis, anemia,

malaria, dan penyakit jantung. Kehamilan dan persalinan dapat memperberat

penyakit- penyakit ini dan sebaliknya penyakit-penyakit ini dapat meningkatkan

risiko terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Terjadinya kematian ibu

oleh penyebab tak langsung di Indonesia cukup signifikan, yaitu sekitar 22%.

Oleh karenanta dibutuhkan perhatian dan penangangan yang serius atas berbagai

penyebab tak langsung ini, selain pengaturan kehamilan agar tidak terjadi pada

kondisi kesehatan yang berisiko ini. (Kemenkes,2013)

b. Total Fertility Rate

TFR adalah gambaran tentang rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang

perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun sampai masa akhir reproduksinya.

Perbandingan TFR antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam

melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. TFR yang tinggi merupakan

cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah

11

Page 13: cbd kb

(terutama pada perempuan), tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat

kemiskinan yang tinggi, selain tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan

Program KKB. (Kemenkes,2013)

SDKI yang dilaksanakan pada tahun 2002/2003, 2007 dan 2012

mengindikasikan adanya stagnasi TFR. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan

TFR yang ditargetkan sebesar 2,6 dari target 2,1. TFR tersebut sama dengan hasil

SDKI 2002/2003 dan 2007. Hasil SDKI 2012 menunjukkan pula bahwa TFR

wanita yang tinggal di perkotaan 0,4 lebih rendah dibandingkan dengan wanita

yang tinggal di perdesaan. Namun demikian angka kelahiran menurut kelompok

umur pada kelompok umur 25-29, 30-34, dan 40-44 tahun di daerah perkotaan

justru lebih tinggi dibanding di daerah perdesaan. (Kemenkes,2013)

Gambar 10 : Kecenderungan TFR di Indonesia Tahun 1970-2012

c. Kejadian Kehamilan Yang Tidak Diinginkan

KTD (unwanted pregnancy) adalah kehamilan yang dialami oleh seorang

perempuan yang sebenarnya belum atau sudah tidak menginginkan hamil

(BKKBN, 2007). Penyebab terjadinya KTD antara lain adalah perkosaan,

kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi, terlalu banyak anak, alasan

kesehatan janin, usia ibu terlalu muda atau belum siap menikah, pasangan tidak

siap menikah atau hubungan dengan pasangan yang belum matang, dan masalah

ekonomi (World Health Organization, 2000). Di Indonesia kejadian KTD

12

Page 14: cbd kb

tergolong tinggi, data SDKI 2007 menunjukkan kejadian KTD sebesar 17%

diantara PUS. (Kemenkes,2013)

KTD yang terjadi dengan “4 Terlalu” akan meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi dan kematian pada ibu hamil, disamping dapat menyebabkan

terjadinya aborsi tidak aman yang berkontribusi dalam meningkatnya AKI.

Kehamilan yang tidak diinginkan dapat berakibat buruk terhadap kesehatan,

kehidupan sosial dan psikologis ibu dan bayi, sehingga tidak hanya

meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu tetapi juga dapat menghasilkan

janin maupun bayi yang berisiko tinggi, misalnya mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. (Kemenkes,2013)

KTD dan kehamilan tidak tepat waktu (mistimed pregnancy) dapat

dikategorikan sebagai unmet need. Studi tentang unmet need yang dilakukan oleh

Prihastutik (2004) pada wanita menikah usia 15-49 tahun menemukan bahwa

50% wanita menikah di Indonesia berkeinginan untuk tidak mempunyai anak

lagi. Persentase wanita menikah yang ber- keinginan untuk tidak mempunyai

anak lagi, lebih tinggi didaerah perdesaan (5%) dari- pada di perkotaan (2,1%).

SDKI 2012 menemukan bahwa di antara wanita yang berstatus menikah, sekitar

47% tidak menginginkan anak lagi, bahkan 3% telah melakukan sterilisasi.

(Kemenkes,2013)

d. Angka Kelahiran Pada Remaja

SDKI 2012 menunjukkan ASFR perempuan usia 15-19 tahun mencapai 48 per

1000 perempuan usia 15-19 tahun. Angka ini sedikit menurun dibandingkan

SDKI 2007 yaitu 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun. Persentase

perempuan usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan di pedesaan (13,7%) lebih

tinggi daripada di perkotaan (7,3%). Angka melahirkan pada perempuan usia 15-

19 tahun juga lebih tinggi pada mereka yang tidak bersekolah (13,6%)

dibandingkan dengan yang masih bersekolah di SMU (3,8%). (Kemenkes,2013)

Masih tingginya ASFR perempuan usia 15-19 tahun mengindikasikan masih

tingginya pernikahan dini dan hubungan seks pranikah di kalangan remaja. Hasil

SDKI 2012 menunjukkan bahwa median umur kawin pertama perempuan usia

25-49 tahun adalah 20,4 tahun dan median umur kawin pertama perempuan usia

25-49 tahun yang pernah menikah adalah 20,1 tahun. Kehamilan yang terjadi

pada usia di bawah 20 tahun memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi baik

13

Page 15: cbd kb

bagi ibu maupun bayinya. Perempuan yang hamil pada usia muda lebih berisiko

untuk mengalami pendarahan ketika dia menjalani proses persalinan dan juga

lebih rentan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. (Kemenkes,2013)

D. Alasan Utama Tidak Menggunakan alat/cara KB

Pada Riskesdas 2013, responden ditanyakan alasan utama tidak menggunakan

alat/cara KB. Secara umum, alasan utama terkait dengan hak setiap perempuan untuk

mempunyai anak sehingga tidak menggunakan KB. Alasan tidak menggunakan KB

karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak

memerlukan KB. Alasan lainnya seperti masalah kepercayaan, dilarang

suami/keluarga, kurang pengetahuan, masalah akses alat KB, takut efek samping dan

alasan tidak nyaman dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah dalam

merancang program intervensi untuk meningkatkan cakupan KB. (Riskesdas, 2013)

Provinsi dengan persentase paling tinggi tidak menggunakan KB karena

alasan dilarang agama/kepercayaan adalah di Kalimantan Barat (2,4%), alasan

dilarang suami atau keluarga di Nusa Tenggara Barat (5,9%) dan alasan kurang

pengetahuan di Papua (1,9%). DI Yogyakarta adalah provinsi yang paling tinggi

dengan alasan takut efek samping (26,0%). Alasan permasalahan akses alat KB paling

tinggi di Papua Barat dan Maluku, masing-masing 4,3 persen sedangkan alasan

ketidaknyamanan paling tinggi dikeluhkan di Sumatera Utara (21,8%). (Riskesdas,

2013)

Kelompok WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB menunjukkan

bahwa Papua adalah provinsi paling tinggi yang beralasan utama masalah agama

(9,8%), dilarang suami/keluarga (12,0%) dan kurang pengetahuan (18,5%). DI

Yogyakarta adalah provinsi yang paling banyak memberi alasan takut efek samping

(24,9%) sedangkan Papua Barat adalah provinsi paling tinggi dengan alasan masalah

akses terhadap alat/cara KB (3,5%) serta Maluku paling tinggi menyatakan alasan

tidak nyaman (11,4%). Alasan tersebut merupakan informasi yang dapat menjadi

masukan bagi perencana program dalam merancang intervensi untuk meningkatkan

pelayanan KB di daerah tersebut. (Riskesdas, 2013)

14

Page 16: cbd kb

Gambar 11:Proporsi alasan utama tidak menggunakan alat/cara KB bagi WUS kawin pernah dan tidak pernah ber-KB, Indonesia 2013

15

Page 17: cbd kb

BAB III

DATA DAN HASIL

A. Jumlah Kunjungan Pasien Kunjungan Kontrasepsi Dari Januari Hingga September

2015

Pelayanan Keluarga Berencana di Puskesmas Sanden merupakan salah satu

dari Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensiil yang

wajib dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan Permenkes no 75 tahun 2014.

Pelayanan KB di Puskesmas Induk dilaksanakan setiap hari kerja (Senin-

Sabtu) kecuali pelayanan MKJP (IUD dan implant) yang dilakukan setiap hari Selasa.

Pelayanan yang diberikan adalah KB metode kondom, pil KB minipil dan kombinasi,

suntik KB 3 bulanan, IUD, Implant dan upaya rujukan untuk MOW, MOP dan upaya

penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.

. Data setiap tahun berubah-ubah, demikian juga data kunjungan pasien

manajemen kontrasepsi tiap bulan yang jumlahnya berbeda-beda. Berikut

diperlihatkan data kunjungan pasien dari bulan Januari hingga September pada tahun

2015:

Bulan Jumlah kunjungan PersentaseJanuari 7 2.4%

Februari 12 4.1%Maret 32 11.0%April 49 16.8%Mei 33 11.3%Juni 48 16.4%Juli 30 10.3%

Agustus 33 11.3%September 48 16.4%

Total 292 100.0%Tabel 2 : Kunjungan Manajemen Kontrasepsi di Puskesmas Sanden

16

Page 18: cbd kb

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September0

10

20

30

40

50

60

Jumlah kunjungan; 48

Jumlah Kunjungan Manajemen KB Jan-Sep 2015

Bulan

Jum

lah

Pasie

n

Gambar 12 : Perbandingan Kunjungan Manajemen Kontrasepsi

Januari-September 2015

Jumlah kunjungan untuk pelayanan manajemen kontrasepsi paling tinggi pada

bulan April yaitu sebanyak 49 kunjungan (16,8%) , dan paling rendah pada bulan

Januari yaitu sebanyak 7 kunjungan (2,4%).

B. Data Sebaran Pasien Manajemen Kontrasepsi Yang Berkunjung di Puskesmas Sanden

Hingga September 2015

Pasien dengan manajemen kontrasepsi yang berkunjung ke Puskesmas Sanden

tersebar dari empat desa yang terdapat di Kecamatan Sanden dan juga yang berasal

dari luar kecamatan Sanden. Desa di dalam Kecamatan Sanden sendiri terdiri dari

empat kelurahan meliputi Murtigading, Gadingsari, Srigading, dan Gadingharjo. Data

sebaran pasien dengan manajemen kontrasepsi yang berkunjung ke Puskesmas

Sanden berdasarkan asal wilayahnya terlihat pada tabel 3 :

17

Page 19: cbd kb

Kelurahan Jumlah Kunjungan PersentaseGADINGHARJO 21 7.2%GADINGSARI 117 40.0%MURTIGADING 69 23.6%SRIGADING 79 27.1%Luar Sanden 6 2.1%Total 292 100.0%

Tabel 3 : Laporan Sebaran Pasien Manajemen KB Yang Berkunjung di

Puskesmas Sanden

7%

40%

24%

27%

2%

Jumlah Sebaran Pasien

GADINGHARJOGADINGSARIMURTIGADINGSRIGADINGLuar Sanden

Gambar 13 : Diagram Data Sebaran Pasien di Wilayah Sanden

Jumlah kunjungan untuk pelayanan manajemen kontrasepsi paling tinggi

berasal dari kelurahan Gadingsari sebanyak 117 kunnjungan ( 40,0%) dan paling

rendah berasal dari kelurahan Gadingharjo sebanyak 21 kunjungan (7,2%).

C. Kasus Pasien Keluarga Berencana

18

Page 20: cbd kb

Berikut ini kasus Pasien yang menolak mengikuti program Keluarga

Berencana di Wilayah Sanden :

Identitas Pasien

Nama : Ny. Partiyem

Usia : 40 tahun

Tanggal Lahir : 12 Juli 1975

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Etnik : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan terakhir : SD

Alamat : RT 004, Ngentak, Murtigading, Sanden

Identitas Suami

Nama : Bp. Mudzakir

Usia : 40 tahun

Tanggal lahir : 01 Juli 1975

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Etnik : Jawa

Pekerjaan : Pedagang kelontongan di pasar

Pendidikan terakhir : SD

Alamat : RT 004, Ngentak, Murtigading, Sanden

Riwayat Penyakit Sekarang :

19

Page 21: cbd kb

Ny. Partiyem, seorang wanita berusia 40 tahun, tinggal disebuah rumah

bersama suami dan anak-anaknya di daerah Ngentak, dusun Murtigading. Saat ini

Ny.Partiyem termasuk didalam kelompok Wanita Usia Subur (WUS), yaitu kelompok

wanita berusia 15-49 tahun, serta digolongkan pada kelompok Pasangan Usia Subur,

yaitu WUS yang berstatus menikah atau hidup bersama. Ny. Partiyem menikah saat

berusia 25 tahun, saat ini sudah 15 tahun berumahtangga serta dikaruniai 7 orang

anak. Selisih usia anak bervariasi antara 1,5 tahun hingga 3 tahun. Dimana usia anak

terkecil saat ini ialah 5 bulan.

Ny.Partiyem terkadang merasa mudah lelah dan pusing, beliau mengaku

sering mengalami gejala anemia dan beberapa kali mengkonsumsi tablet penambah

darah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Ny. Partiyem memiliki riwayat penyakit anemia. Untuk riwayat penyakit

darah tinggi, jantung, diabetes melitus, malaria, epilepsi, asthma dan riwayat alergi

disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluarga pasien yang menderita riwayat penyakit darah tinggi, jantung,

diabetes melitus, malaria, epilepsi, asthma dan riwayat alergi disangkal oleh pasien.

Menurut penuturan pasien keluarga pasien cenderung memiliki riwayat tekanan darah

rendah.

Riwayat Psikiatri :

Ny. Partiyem dikenal sebagai pribadi yang introvert dan tertutup. Jiika sedang

memiliki masalah, pasien cenderung diam atau menceritakan kepada bude beliau yang

kebetulan tinggal bersebelahan dengan pasien. Pasien tidak memiliki hobi tertentu,

namun beliau mengaku cukup aktif bersosialisasi dengan tetangga yang merkunjung

ke rumah serta ikut serta dalam arisan PKK dan kegiatan rutin pengajian di

lingkungan tempat tinggal.

Riwayat Obstetrik-Gynekologi :

20

Page 22: cbd kb

Usia menarche pada usia 14, dengan siklus haid yang sering tidak teratur

antara 21-36 hari. Rata-rata haid berlangsung selama 6 hari dengan 3 hari deras (3-5

kali menganti pembalut setiap hari). Saat mens pasien pasien mengaku tidak

mengalami nyeri haid yang berlebihan.

Usia pertama melahirkan pada saat usia 26 tahun. Selama kehamilan dan

persalinan sebanyak 7 kali beliau mengaku tidak mengalami kesulitan yang sangat

berarti. Selama proses kehamilan pasien sering mengalami anemia, bahkan pada saat

hamil anak yang ketujuh kadar hemoglobin dalam dalam pasien sebesar 8 mg/dl.

Sedangkan untuk proses persalinan semua dilaksanakan dengan persalinan secara

alamiah/normal. Hanya pada saat hamil anak yang pertama beliau mengaku agak

susah karena anak beliau lahir masih berselaput pembungkus janin.

Riwayat infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya pada daerah reproduksi

seperti keputihan, rasa panas saat berkemih, rasa gatal pada daerah kemaluan

disangkal oleh pasien.

Riwayat Kontrasepsi Pada Keluarga :

Kakak perempuan kandung dari pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan

sekali untuk mengendalikan kehamilan. Menurut penuturan beliau sang kakak tidak

mengalami masalah yang cukup berarti dengan penggunaan KB tersebut hanya saja

sejak menggunakan KB berat badan sang kakak menjadi bertambah.

Ibu kandung pasien tidak menggunakan jenis kontrasepsi apapun dalam

mengendalikan kehamilan.

Riwayat Pekerjaan :

Saat ini Ny.Partiyem tidak berkerja diluar rumah. Kegiatan sehari-hari adalah

sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi ketujuh orang anaknya. Selain itu beliau

juga membuat kerajinan besek untuk tambahan pemasukan dan membantu mengemas

gula dan tepung dalam kemasan yang lebih kecil untuk dibawa kepasar oleh suami

yang berdagang kelontongan.

Sebelumnya beliau sempat berkerja sebagai pelayan di toko serta bekerja

sebagai buruh pabrik di pabrik kerajinan bambu serta sempat berdagang di pasar.

Riwayat Gaya Hidup :

21

Page 23: cbd kb

Pola makan Ny.partiyem sebanyak 3 kali dalam dengan lauk-pauk yang

bervariasi seadanya. Pola makan pasien disesuaikan dengan keinginan dari anak-anak.

Laup-pauk tersering ialah telur. Untuk ayam,ikan dan daging merah lebih jarang

dikonsumsi oleh beliau. Sedangkan untuk konsumsi buah, seadanya yang ada dari

halaman rumah beliau.

Untuk olahraga jarang dilakukan oleh Ny.Partiyem karena kesibukannya

mengurusi ketujuh orang anaknya. Sedangkan untuk merokok dan alkohol, disangkal

oleh beliau, baik beliau atau pun suami Ny.Partiyem.

Genogram :

Gambar 14 : Genogram

Riwayat Lingkungan Tempat Tinggal :

22

Page 24: cbd kb

Ny.Partiyem tinggal di rumah berukuran kira-kira 12 x 8 m2. Bagian rumah

berdindingkan batu bata sudah disemen namun belum dicat. Lantai rumah bagian

teras dan garasi hanya di plester dengan semen, untuk bagian dalam sudah

menggunakan ubin, untuk bagian dapur masih berlantaikan tanah. Sumber air berasal

dari 2 sumur, sumur didepan digunakan untuk kegiatan mandi dan mencuci, serta

sumur yang di sebelah dapur berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ventilasi dan sirkulasi udara masih cukup kurang dibeberapa ruangan terutama pada

kamar tidur. Tata ruang yang tidak beraturan karena rumah yang terlalu sempit untuk

ditinggali 9 anggota keluarga dan terlalu penuh dengan barang seperti kasur. Rumah

pun masih terasa cukup berdebu. Pencahayaan menggunakan lampu listrik. Selain

kamar yang dibatasi oleh dinding terdapat pula sebuah kamar dadakan yang hanya

dibatasi oleh lemari besar. SPAL tersedia dan berfungsi dengan baik, menggunakan

jamban jongkok dengan leher angsa.

Pasien memelihara ternak berupa ayam dengan kandang berukuran sekitar 2x2

m2 yang terletak di depan rumah pasien, dengan ayam yang sehari-hari dilepas pada

halaman rumah pasien. Sebelumnya beliau mengaku memelihara bebek mentok serta

kalkun juga selain ayam, namun ternak tersebut mati mendadak menjelang idul adha.

Gambar 15 : Denah Rumah

Pemeriksaan Fisik :

23

Page 25: cbd kb

1. Keadaan umum : Baik, kesan gizi cukup

2. Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6

3. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 120 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 37,2 0C

4. Kepala ( mata dan THT )

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : Kavum nasi lapang/lapang, sekret -/-

Telinga : Normotia/normotia, sekret -/-

Mulut : Sianosis (-)

Tenggorokan : Faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

5. Thorax

a. Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS 5-6

Auskultasi : Suara jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

b. Paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor kanan=kiri

Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler

6. Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

7. Urogenital : Dalam batas normal

BAB IV

24

Page 26: cbd kb

PEMBAHASAN

Pada kunjungan manajemen kontrasepsi di wilayah Sanden, pada bulan Januari

hingga September 2015 , pada setiap bulannya terdapat jumlah kunjungan yang berbeda-beda

untuk manajemen kontrasepsi. Kunjungan tertinggi yaitu pada bulan April 2015 sebanyak 49

pasien, disusul bulan Juni dan September sebanyak 48 pasien. Sedangkan kunjungan terendah

pada bulan Januari sebanyak 7 pasien dan februari sebanyak 12 pasien. Tidak diketahui

secara pasti apakah perbedaan ini disebabkan karena masalah dari pihak pasien seperti sedang

sibuk, atau memiliki masalah pribadi lainnya, ataupun karena masalah penginputan data

pasien yang menggunakan sistem informasi e-health dimana menurut penuturan dari petugas

TI Puskesmas Sanden sempat terjadi permasalahan pada bulan februari dimana ada kerusakan

pada sistem sehingga sebagian data yang terinput sempat hilang. Selain itu, karena data yang

digunakan pada laporan CBD merupakan data e-health sehingga sangat memerlukan tenaga

untuk menginput data tersebut ke sistem e-health, padahal kesalahan penginputan masih

sangat mudah terjadi, seperti tidak terinputnya data pasien ataupunya adanya penginputan

berulang data pasien di sistem e-health sehingga mengakibatkan terjadinya bias pada data

yang digunakan.

Pada sebaran data dari pasien yang datang untuk manajemen kontrasepsi paling tinggi

dari kelurahan Gadingsari sebanyak 117 kunjungan, disusul kelurahan Srigading sebanyak 79

kunjungan. Sedangkan kunjungan terendah ialah kelurahan Gadingharjo sebanyak 21

kunjungan jika dibandingkan ke 3 kelurahan lainnya yang ada di wilayah kecamatan Sanden.

Dengan data ini, dapat ditetapkan strategi untuk memfokuskan perbanyakan kegiatan

penyuluhan atau pengiriman kader-kader sesuai dengan prioritas pada daerah dengan jumlah

kunjungan manajemen kontrasepsi terendah tersebut. Kegiatan yang dilalukan dapat berupa

pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang jenis-jenis metode kontrasepsi yang dapat

dilakukan terutama yang tersedia di puskesmas Sanden, efek positif dan negatif dari masing-

masing metode kontrasepsi tersebut, serta meluruskan kembali pola pikir masyarakat yang

salah mengenai metode kontrasepsi tersebut terutama mengenai mitos-mitos seputar

kontrasepsi yang beredar dimasyarakat dan mungkin menimbulkan kesalahpahaman dan

ketakutan masyarakat pada salah satu metode kontrasepsi. Selain itu khusus untuk kelurahan

Gadingharjo jumlah kunjungan yang rendah tersebut mungkin dapat disebabkan karena luas

wilayah kerja dari wilayah kelurahan yang lebih kecil dibandingkan dengan 3 kelurahan

25

Page 27: cbd kb

lainnya, dimana kelurahan Gadingharjo hanya terdiri dari 6 dusun, jumlah yang cukup kecil

jika dibandingkan dengan kelurahan lain seperti Srigading yang terdiri dari 20 dusun serta

kelurahan Murtigading yang terdiri dari 18 dusun.

Belajar dari kasus pasien Ny.Partiyem dimana diusia beliau yang 40 tahun masih juga

melahirkan serta memiliki 7 orang anak, dimana pada usia beliau termasuk beresiko karena

pada kehamilann diatas usia 35 tahun meningkatkan resiko baik pada bayi maupun pada ibu,

seperti meningkatkan kemungkinan memiliki anak yang cacat, persalinan lama dan

perdarahan, serta meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi baik selama masa

kehamilan, persalinan maupun nifas.

Selain itu beliau juga memiliki jarak kehamilan yang terlalu rapat antara 1,5 – 3

tahun. Dimana pada jarak kehamilan < 2 tahun meningkatkan resiko kematian pada ibu dan

bayi. Jarak kehamilan yang terlalu pendek akan sangat berbahaya, karena organ reproduksi

belum kembali ke kondisi semula, selain itu keadaan gizi sang ibu yang belum kembali prima

dapat membuat penurunan asupan gizi pada janin yang dikandungnya sehingga membuat

pertumbuhan janin terhambat dan meningkatkan kemungkinan kelahiran bayi prematur, dan

berat badan lahir rendah pada bayi. Selain itu dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat,

kemungkinan persiapan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca melahirkan

karena rasa nyeri pada saat proses persalinan mungkin belum benar-benar hilang. Untuk

anaknya sendiri dengan kelahiran sang adik dengan jarak yang terlalu dekat membuat

perhatian dari orang tua terbagi sehingga baik untuk kakak maupun adiknya sama-sama akan

merasa kurang perhatian dan kasih sayang terutama pada masa awal kehidupannya.

Ny.Partiyem yang memiliki 7 orang anak, termasuk dalam katagori terlalu banyak

anak, dimana idealnya jumlah anak pada 1 keluarga sebanyak 2 orang anak. Dengan

kehamilan dan persalinan yang terlalu sering akan menyebabkan perubahan dan trauma pada

sistem reproduksi sang ibu sehingga dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kanker

serviks. Selain itu dapat meningkatkan resiko persalinan lama, abortus, kelahiran prematur

maupun berat badan lahir rendah pada bayi. Untuk kondisi psikologis dari anak sendiri, dapat

meningkatkan kecemburuan terhadap saudaranya, karena dengan jumlah saudara yang terlalu

banyak, perhatian dari orang tua akan terbagi-bagi sehingga bagi anak akan ada yang merasa

kurang dan cemburu terhadap saudaranya yang lain.

26

Page 28: cbd kb

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari studi kasus kunjungan kontrasepsi yang terjadi di wilayah Sanden

mendapatkan hasil sebagai berikut:

1. Kunjungan manajemen kontrasepsi bervariasi pada setiap bulannya, dengan wilayah

dengan kunjungan paling tinggi dari kelurahan Gadingsari dan paling sedikit dari

kelurahan Gadingharjo.

2. Jenis kontrasepsi yang paling tinggi di Puskesman Sanden ialah kontrasepsi IUD.

3. Penolakan seseorang untuk menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan kontrasepsi yang masih kurang yang menyebabkan ketakutan yang

berlebihan tentang efek samping dari kontrasepsi

Renungan dan Saran

Adapun bahan pertimbangan yang didapat dari studi kasus kali ini yakni:

1. Perlunya pencatatan dan pelaporan yang lebih terstruktur yang berguna untuk

mempelajari jumplah peserta kontrasepsi agar dapat dipetakan masalah yang terjadi

dan bagaimana strategi untuk menyikapinya.

2. Diperlukan penyuluhan yang lebih aktif lagi baik oleh puskesmas maupun kader-

kader KB agar dapat membuka pola pikir masyarakat terutama didaerah dengan

tingkat penggunaan kontrasepsi yang masih rendah, dan membenarkan seputar mitos

kepercayaan yang keliru mengenai kontrasepsi.

27

Page 29: cbd kb

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.2013.Hasil Riset Kehatan Dasar RISKESDAS 2013. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Dinas kesehatan Bantul.2015.Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2015. Bantul : Dinkes Bantul.

Kementrian Kesehatan RI.2013.Rencana Aksi Nasional : Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015.Jakarta : Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Puskesmas Sanden.2015. Profil Kesehatan Puskesmas Sanden Tahun 2015. Sanden : Puskesmas Sanden.

Republik Indonesia.2009. Undang-Undang No. 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga.Jakarta : Sekretariat Negara.

28

Page 30: cbd kb

LAMPIRAN

29

Lampiran 1 : Penggalian informasi faktor resiko dan data identitas dari Ny.Partiyem, disertai dengan pemeriksaan fisik sederhana yang dapat dilakukan

Lampiran 3 : Kondisi dari dapur dan ruangan serbaguna sebagai penyimpanan kayu bakar, serta tempat cuci.

Lampiran 4 :

Page 31: cbd kb

30

(Kiri) Sumber air, kamar mandi dan toilet keluarga Ny.Partiyem yang terletak terpisah dari rumah. (Kanan) Kandang ayam yang terletak disamping rumah

Lampiran 6 : Ny.Partiyem berserta 2 orang anak didepan rumah beliau.