case revisi1

29
BAB II PEMBAHASAN 1. Pasien ini didiagnosa Miopia Simpleks ODS + Ambliopia ODS Berdasarkan anamnesa terhadap pasien ini, ditemukan : Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 1 bulan SMRS. Pasien merasa penglihatan kedua matanya kurang jelas saat melihat tulisan di papan tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Pasien mengeluh kedua mata menjadi cepat lelah dan cepat berair. Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun yang lalu dan rajin memakai kacamata setiap harinya sampai saat ini. Pasien memiliki kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil : Kornea Jernih Jernih COA Dalam Dalam

Upload: sel-via

Post on 13-Aug-2015

66 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: CASE Revisi1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pasien ini didiagnosa Miopia Simpleks ODS + Ambliopia ODS

Berdasarkan anamnesa terhadap pasien ini, ditemukan :

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan

penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 1 bulan SMRS.

Pasien merasa penglihatan kedua matanya kurang jelas saat melihat tulisan di papan

tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan

mata supaya dapat melihat jelas.

Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat.

Pasien mengeluh kedua mata menjadi cepat lelah dan cepat berair.

Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun yang lalu dan rajin

memakai kacamata setiap harinya sampai saat ini.

Pasien memiliki kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari

jarak dekat

Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :

Kornea Jernih Jernih

COA Dalam Dalam

Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral

Iris Tak Tak

Lensa Jernih Jernih

Tonometri Normal per palpasi Normal per palpasi

Lensa (slit lamp) Jernih Jernih

Vitreus Jernih Jernih

Fundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)

Page 2: CASE Revisi1

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak pemeriksaan 6

meter. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu

persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-

masing mata. kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan tajam

penglihatan yang membaik dari sebelumnya.

Pemeriksaan Subjektif

Visus OD OS

SC 1/60 1/60

CC 0,2 0,2

STN

Koreksi S -9.00 S -9.00

Adde

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi kacamata :

VOD : 1/60 S-9.00 = 0.2 Tinggi dioptri = 9 Dioptri , dan tidak pusing

VOS : 1/60 S-9.00 = 0.2

Visus pakai kacamata :

VOD : 0.15 ks ODS S -8.00

VOS : 0.15

- Visus pada kedua mata yang didapat setelah koreksi masing-masing sebesar 0.2 ,

sehingga pasien ini didiagnosa sebagai ambliopia ODS.

- Berdasarkan klasifikasi myopia menurut derajat dioptri, pasien ini tergolong

Miopia Simpleks ODS derajat Tinggi.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi yang dilakukan terhadap

pasien ini, sehingga pasien ini didiagnosa sebagai Miopia Simpleks ODS + Ambliopia ODS.

Page 3: CASE Revisi1

Pada pasien ini, meskipun pada kedua mata telah didapatkan kemajuan visus tetapi kemajuan

visus yang didapatkan tidak sampai 1.0 , dimana visus yang didapat setelah koreksi adalah 0.2

baik pada kedua mata pasien, hal ini dikarenakan pasien menderita myopia derajat tinggi.

Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi kacamata :

VOD : 1/60 S-9.00 = 0.2 Tinggi Dioptri = 9 Dioptri

VOS : 1/60 S-9.00 = 0.2

o Visus pada mata kanan dan kiri yang didapat setelah koreksi masing-masing sebesar

0.2 , sehingga pasien ini didiagnosa sebagai Ambliopia ODS.

o Berdasarkan klasifikasi myopia menurut derajat dioptri, pasien ini tergolong Miopia

Simpleks ODS derajat Tinggi.

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata

tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek

yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada

badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk

lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.1

Klasifikasi Miopia terdiri dari

1. Miopia aksial

Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang

dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata

1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.

2. Miopia kurfatura

Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan

kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia

kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan

kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.

3. Miopia indeks refraksi

Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus

yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.

Page 4: CASE Revisi1

4. Perubahan posisi lensa

Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma

berhubungan dengan terjadinya miopia. 1

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:2

1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri

2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri

3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri

4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri

5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri

Gejala Klinis Miopia

Gejala subjektif miopia antara lain:2

a. Kabur bila melihat jauh

b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )

d. Astenovergens

Gejala objektif miopia antara lain:2

1. Miopia simpleks :

a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.

Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol

b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai

kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patologik :

a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada

1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi

yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan

Page 5: CASE Revisi1

kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas

hubungannya dengan keadaan miopia

2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat

lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke

seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid

yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Gambar 2. Myopic cresent

3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

perdarahan subretina pada daerah makula.

4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.

Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut

sebagai fundus tigroid.

Gambar 3. Fundus Tigroid

Page 6: CASE Revisi1

Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang

terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan karena

perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami dekompensasi.

Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh karena rusaknya

membrana Bruch.

Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi

hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan

panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada

normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.

Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada

mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:3,4

Refraksi Subyektif

Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode

yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/

20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa

satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan

masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan

lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka

pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis negatif menambah

kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif memberikan tajam penglihatan

5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.

Refraksi Obyektif

Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati

refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against

movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer (komputer)

Page 7: CASE Revisi1

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

komputer.

Ambilopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan).

Dikenal juga dengan “lazy eye” atau “mata malas”.2 Ambilopia adalah berkurangnya visus

atau tajam penglihatan unilateral atau bilateral walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa

ditemukannya kelainan struktur pada mata atau lintasan visual bagian belakang.2

Gejala klinis

Tanda ambliopia dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari penderita dalam melihat

sebuah objek. Tanda-tanda tersebut meliputi : 1,5,6

1. Memicing-micingkan mata

2. Memiringkan kepala untuk melihat objek

3. Duduk terlalu dekat dengan objek

4. Menutup sebelah mata saat membaca

5. Mata terasa lelah

6. Memanfaatkan telunjuk saat membaca

7. Peka terhadap cahaya

8. Sering mengeluh sakit kepala

Gejala ambliopia meliputi semua kegiatan yang dilakukan penderita untuk melihat

sebuah objek yang dapat ditinjau dan dinilai secara medis. Berikut adalah gejala-gejala dari

ambliopia : 2,6

1. Hilangnya sensitivitas kontras

2. Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding

3. Hilangnya sensitivitas kontras

4. Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik

5. Anisokoria

6. Tidak mempengaruhi penglihatan mata

Page 8: CASE Revisi1

7. Daya akomodasi menurun

8. ERG dan EEG penderita ambliopia selalu normal yang berarti tidak terdapat kelainan

organik pada retina maupun korteks serebri.

Ambliopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat

dijelaskan dengan mudah.

1. Uji Crowding Phenomena

Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan

mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan

yang dinilai dengan cara konvensional yang berdasar kepada kedua fungsi tadi selalu

mendekati normal.2

Telah diketahui bahwa penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang

tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita

lakukan dengan penderita diminta membaca kartu snellen sampai huruf terkecil yang

dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien di

suruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari

huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada

mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia. Hal ini disebut ”Crowding

Phenomenon”. Terkadang mata Ambliopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6)

pada huruf isolasi dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour

interaction).2

Gambar. Balok

Interaktif yang

mengelilingi huruf

Snellen.

Page 9: CASE Revisi1

2. Uji Density Filter Netral

Dasar uji adalah diketahui pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada dalam

keadaan beradaptasi gelap sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji

penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter density) tidak

akan terjadi penurunan tajam penglihatan.2

Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan di gelakan sehingga

penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan

atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan sebelumnya. 1

Dibuat terlebih dahulu gabungan filter sehingga tajam penglihatan pada mata yang

normal turun dari 20/20 menjadi 20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan

gabungan filter tersebut di taruh pada mata di duga ambliopia. 2

Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan berkurang

satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut ambliopia organik

maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian filter tersebut. 1

Gambar. Tes Filter Densitas Netral

Keterangan :

A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang ambliopik

selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.

B. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40.

Page 10: CASE Revisi1

C. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada Ambliopia

fungsional.

D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus Ambliopia

organik.

3. Uji Worth’s Four Dot

Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal,

supresi pada satu mata dan juling.

Penderita memakai kaca mata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru

mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau 1 putih.

Lampu atau pada titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata

kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat

dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih

terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata

juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila dominan

atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang

bersilangan berarti maka berkedudukan esotropia. 2

2. Etiologi dari penyakit pada pasien ini

Berdasarkan anamnesa terhadap pasien didapatkan adanya kebiasaan membaca ditempat

yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien, dimana hasil anamnesa ini sesuai

dengan etiologi yang terdapat pada miopia simpleks. Berdasarkan anamnesa lainnya juga

didapatkan pasien mengeluhkan penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh

sejak ± 1 bulan SMRS dan pasien merasa penglihatan kedua matanya kurang jelas saat

melihat tulisan di papan tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering

memicingkan mata supaya dapat melihat jelas, dan pada pemeriksaan refraksi subjektif

dengan snellen chart beserta hasil koreksi dengan metode trial and error ditemukan adanya

myopia simpleks derajat tinggi, berdasarkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan refraksi

subjektif ini sesuai dengan etiologi dari ambliopia berupa bilateral ametrop yang tinggi.

Page 11: CASE Revisi1

Etiologi pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan

penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan bahwa

miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter telah diteliti secara luas. Macam-

macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan postnatal telah didapatkan untuk operasi

penyebab miopia.3

Patofisiologi pada miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu

kuat untuk panjangnya bola mata akibat:

1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang

lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.

2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau

lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia

kurvatura/refraktif.

3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.

Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks

4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya

pasca operasi glaukoma.1

Terdapat 2 faktor yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia, yaitu :2

1) Supresi

Supresi yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan

mengakibatkan terdapatnya skotoma absolute pada penglihatan binokular (untuk

mencegah terjadinya diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan

binokular (monokular kortikal inhibisi) pada bayangan retina yang kabur. Supresi

sama sekali tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.

2) Nirpakai (non use)

Terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat kritis

perkembangannya terutama pada usia sebelum 9 tahun.

Page 12: CASE Revisi1

Pendapat lain mengatakan penyebab terjadinya ambliopia akibat pengalaman visual yang

abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) yang penyebabnya adalah strabismus

atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi serta ambliopia exanopsia.2

Patofisiologi pada ambliopia dimana terdapat suatu periode kritis dalam penglihatan. Dalam

studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep

adanya suatu periode tersebut yang peka dalam berkembangnya keadaan ambliopia. Periode

kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan

abnormal yang diakibatkan rangsangan seperti deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi

yang signifikan.1

Periode kritis tersebut adalah :1

1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu pada

saat lahir sampai usia 3-5 tahun.

2. Periode yang berisko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi yaitu di

usia beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun.

3. Periode dimana kesembuhan ambliopia mash dapat dicapai yaitu sejak terjadinya

deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.

Ambliopia seharusnya tidak dilihat hanya dari masalah di mata saja tetapi juga kelainan

di otak akibat rangsangan visual abnormal selama periode kritis perkembangan penglihatan.

Pada penelitian yang menggunakan hewan menunjukan bahwa ada pola distorsi pada retina

dan strabismus pada perkembangan penglihatan awal dan bisa mengakibatkan kerusakan

struktural dan fungsional Nukleus Genikulatum Lateral dan Korteks Striata. Ambang sistem

penglihatan pada bayi baru lahir adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata

memiliki kejernihan 20/20. Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan

khususnya interaksi antara kedua jalur lintasan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan

untuk berkembang menjadi penglihatan seperti orang dewasa yaitu visus menjadi 20/20

(AAO, Sect 13, 2004). Pada Ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan medan

penglihatan perifer tetap normal.6,7

3. Penatalaksanaan pasien ini

Non-medikamenosa :

Pemberian resep kacamata dengan menggunakan lensa negatif S -9.00 ODS.

Page 13: CASE Revisi1

Dikarenakan pada pasien ini memiliki tingkat sosial eknomi yang cukup, sehingga teknik

operatif seperti LASIK belum bisa diterapkan karena membutuhkan biaya yang mahal dan

keterbatasan alat yang tersedia di RSU dr. Slamet Garut

Medikamentosa :

-vitamin untuk kesehatan mata : Eyevit 1 x per hari

-penyegar mata : Cendo augentonic 3gtt per hari

Penatalaksaan pada Miopia Tinggi berupa:

a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata

Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun

banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.

Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata

haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil

untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang

tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa.

Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa

dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi.2,4

b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan Lensa Kontak

Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak.

Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang

telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.

Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras

(hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak

disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan

lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).

Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya,

mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.

Page 14: CASE Revisi1

Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak

maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet

serta perawatannya sulit.

Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik,

bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme

kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama, serta memberikan

rasa yang kurang nyaman.

Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada

kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2.

Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa

mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.

Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis

1. Lapang Pandangan

Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak memerlukan

bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang pandangan yang

terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit

menimbulkan distorsi pada bagian perifer.

2. Ukuran Bayangan di Retina

Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks)

lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi

lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih besar di retina,

sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil.

3. Akomodasi

Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan

akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada

penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.2,4

Page 15: CASE Revisi1

Pemilihan Lensa Kontak

Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras

Lensa Kontak Lunak Lensa Kontak Keras

Pemakaian lensa kontak pertama kali Gagal dengan lensa kontak lunak

Pemakaian sementara Iregularitas kornea

Bayi dan anak-anak Alergi dengan bahan lensa kontak lunak

Orang tua Dry eye

Terapi terhadap kelainan kornea (sebagai

bandage)

Astigmatisme

Keratokonus

Pasien dengan overwearing problem

c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK5

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan

teknologi laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat

terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun

jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

b. Kelainan refraksi:

Page 16: CASE Revisi1

Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

c. Usia minimal 18 tahun

d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6

(enam) bulan

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,

glaukoma dan ambliopia

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)

minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:5

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus.

f. Mata kering

g. Penyakit : autoimun, kolagen

h. Pasien Monokular

i. Kelainan retina atau katarak

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau

pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai

prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat

terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian

mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang

Page 17: CASE Revisi1

berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang

layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK5

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan

Custumize LASIK

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK

menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua

prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau

tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:

a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca

tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat

diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah

kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah tindakan.

b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser

(Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira

seminggu setelah tindakan.

c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu

setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin

diperlukan semacam lubrikan tetes mata.

d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata

yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang

seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan

sering membaik setelah 1-3 bulan.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:5

Page 18: CASE Revisi1

a. Anestesi topikal (tetes mata)

b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

c. Tanpa rasa nyeri (Painless)

d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

f. Komplikasi yang rendah

g. Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

Komplikasi yang dapat terjadi pada Miopia terutama derajat tinggi berupa:1

- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.

- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat risiko

tinggi terjadinya robekan pada retina.

- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.

- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.

Ambliopia merupakan kelainan yang reversible dan akibatnya tergantung pada saat

mulai dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan

ambliopia tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.2

Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.

Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan msih dalam perkembangannya. Bila ambliopia ini

ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan

penglihatan.2

Pengobatan Ambliopia dapat dengan :2

Untuk memulihkan kembali ambliopia pada seorang pasien muda, harus dilakukan

suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopiagenik.

Oklusi mata yang sehat

Page 19: CASE Revisi1

Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan member lensa + 2,5

D sedang mata yang baik diberi atropine

Penalisasi jauh dimana mata yang ambliopia dipaksa melihat jauh dengan member

atropine pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,50

Latihan ortoptik bila terjadi juling

Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu

pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila memperlihatkan tanda-tanda juling.

Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk terjadinya ambliopia

pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus dipantau

dengan ketat terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian oklusi

dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4

minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak

perlu sesering oklusi full-time tapi follow-up reguler tetap penting. Hasil akhir terapi

ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat. Tajam penglihatan dengan

Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang diperlukan

untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :1

Derajat ambliopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Usia pasien

4. Prognosis pada pasien ini

Quo ad vitam : ad bonam

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan, pasien tidak memiliki riwayat penyakit

sistemik yang dapat memperberat myopia dan ambliopa maupun mengancam jiwa

pada pasien ini

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Fungsi organ penglihatan tidak seperti orang normal, dimana pasien sangat

bergantung pada penggunaan kacamata.

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Page 20: CASE Revisi1

Pasien tidak dapat sembuh sempurna, dimana hanya bisa ditingkatkan ketajaman

penglihatannya dengan bantuan kacamata