case report dimas olahraga &dm

11
LAPORAN KASUS Olahraga sebagai usaha pengendalian kadar glukosa darah pada lansia dengan DM Oleh : Nama : dimas mochamad zaeni Npm : 1102009084 Kelompok 6 geriatri

Upload: tegarrachman23

Post on 27-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hfnbcncbvc

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

Olahraga sebagai usaha pengendalian kadar glukosa darah pada lansia dengan DM

Oleh :

Nama : dimas mochamad zaeni

Npm : 1102009084

Kelompok 6 geriatri

Tutor : dr. Aditarahma Imaningdyah Sp,PkOlahraga sebagai usaha pengendalian kadar glukosa darah pada lansia dengan DM

ABSTRAKLatar belakang: Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi normal. Salah satu penatalaksanaan diabetes melitus berupa terapi non farmakologis adalah olahraga yang sangat bermanfaat dalam pengaturan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus. Presentasi kasus:Ny.T berusia 64 tahun yang menderita diabetes mellitus selama 2 tahun, sudah 1 tahun terakhir Ny.T malas melakukan olahraga yang mengakibatkan kadar glukosa Ny.T semakin meningkat. Diskusi: Penderita tidak megikuti olahraga sesuai dengan aturan dari panti.Kesimpulan: Ny.T tidak teratur dalam melakukan kegiatan aktifitas fisik, mengakibatkan kadar glukosa Ny.T semakin meningkat.Kata kunci: Diabetes melitus , lansia , aktivitas, obesitasLATAR BELAKANGDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit endokrin yang paling umum ditemukan. Penyakit ini ditandai oleh naiknya kadar glukosa darah (Hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya (S. Soegondo, 2004).Peningkatan angka kejadian DM di seluruh dunia saat ini menunjukkan pentingnya usaha pencegahan. Penyebab timbulnya DM dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor yang dapat diubah, misalnya faktor gaya hidup, latihan jasmani, dan asupan yang berlebihan, sedangkan yang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik. Salah satu pengobatan DM adalah melakukan olahraga secara teratur. Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran dan meningkatkan oksidasi glukosa sehingga insulin lebih mudah memasukkan glukosa kedalam sel. Selama melakukan olahraga kebutuhan akan insulin berkurang, adanya aktivitas menyebabkan transfer glukosa ke dalam sel bertambah, meski tanpa insulin (P. Soewondo, 2003).PRESENTASI KASUS Ny.T berusia 64 tahun berasal dari Cibiru, Bandung. Pada saat pertama kali datang ke panti werda dilakukan cek kesehatan untuk pertama kalinya dengan keluhan pusing, badan terasa pegal, tangan dan kaki seperti ditusuk, gangguan tidur dan sering buang air kecil pada malam hari. Pada pemeriksaan laboratorium satu tahun yang lalu, pasien melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan hasilnya 422 mg/dl (N 140mg/dl). Setelah itu dokter mendiagnosis diabetes melitus.Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter memberikan pengobatan berupa captropil 25mg/1x/hari , antalgin/1x/hari dan glibenclamide 5mg/1x/hari dan menyarankan mengikuti olahraga yang diadakan di panti tersebut. Sebulan kemudian glukosa darah pasien turun menjadi 226 mg/dl, pemeriksaan pada 2 bulan kemudian menjadi 286 mg/dl, dan bulan ke empat 234mg/dl. Tapi setelah itu pasien sudah malas untuk melakukan kegiatan olahraga dan minum obat yang kurang teratur. Pada pemeriksaan glukosa darah terakhir pasien yaitu 535 mg/dl.

PSTW budi mulia hampir setiap hari selalu diadakan kegiatan, pada hari rabu dan hari jumat selalu di adakan senam bersama, namun dikarenakan faktor usia Ny.T sudah 1 tahun terakhir malas melakukan aktivitas berat terutama olah raga disebabkan karena kondisi fisik yang semakin lemah dan kurangnya rasa keinginan pasien untuk sembuh dan hanya ingin bermalas malasan menyebabkan semakin parahnya diabetes yang dialaminya dan obesitas yang terus naik.TEORI SINGKAT Olahraga pada diabetes akan menimbulkan perubahan metabolik berupa pengendalian kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan keseimbangan cairan tubuh. yang dipengaruhi selain oleh durasi, berat latihan dan tingkat kebugaran juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh.

Pada penderita dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol, latihan jasmani akan menyebabkan terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat berakibat fatal. Salah satu penelitian berdasarkan American Diabetes Association mendapatkan bahwa pada kadar glukosa darah sekitar 332 mg/dl, dan penderita tetap melakukan pelatihan jasmani, maka akan berbahaya bagi yang bersangkutan. Penderita diabetes melitus yang melakukan latihan jasmani harus mempunyai kadar glukosa darah tak lebih dari 250 mg/dl.

Ambilan glukosa bagi penderita diabetes melitus pada keadaan otot yang mengalami istirahat, hal ini disebut dengan jaringan insulint - dependent. sedangkan pada otot yang aktif, ambilan glukosa tidak membutuhkan insulin. hal ini disebabkan karena peningkatan kepekaan reseptor insulin otot dan pertambahan reseptor insulin otot pada saat melakukan latihan jasmani. Dalam hal ini jaringan otot aktif disebut juga sebagai jaringan non-insulin dependent. Kepekaan ini akan berlangsung lama, sampai aktifitas olahraga berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi peningkatan aliran darah, menyebabkan banyak jala kapiler terbuka, yang dapat menyebabkan lebih banyak tersedia reseptor insulin, sehingga reseptor menjadi lebih aktif (A.W. Sudoyo, 2007)Pada diabetes melitus latihan jasmani dapat mengendalikan glukosa secara menyeluruh, hal ini dapat dilihat dari penurunan konsentrasi HbA1c, yang kemudian cukup menjadi pedoman untuk penurunan resiko komplikasi diabetes dan kematian

Selain mengurangi resiko, olahraga akan memberikan pengaruh yang baik pada lemak tubuh, tekanan darah arterial, sensitivitas barorefleks, vasodilatasi pembuluh dara, aliran darah pada kulit, hasil perbandingan antara denyut jantung dan tekanan darah (istirahat maupun aktif), hipertrigliseridemi dan fibrinolisis. Angka kesakitan dan kematian pada penderita diabetes mellitus yang aktif melakukan olahraga adalah 50% lebih rendah dari penderita diabetes yang tidak melakukan aktifitas olahraga Pada penderita diabetes mellitus yang mendapat terapi insulin, dianjurkan menyuntikkan di daerah abdomen diabandingkan dengan di lengan atau paha, karena pada penyuntikan lengan atau paha dapat memperbesar kemungkinan terjadi hipoglikemia, selain itu juga olahraga sebaiknya dilakukan setelah makan, yaitu pada saat kadar gula darah berada pada puncaknya. Olahraga yang dilakukan dalam waktu 30 menit dalam keadaan metabolik yang tidak terkendali, akan menyebabkan peningkatan sekresi glukosa darah, disertai peningkatan produksi benda keton (A.W. Sudoyo, 2007)Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes, persis sama dengan prinsiplatihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti : frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis.

Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali perminggu

Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate) Rumus MHR yaitu : 220-umur. Rumus THR (Target Heart Rate) yaitu : 60-70% x (220-umur).Durasi: 30-60 menit

Jenis: aerobik, jogging, bersepeda.

Pencegahan untuk terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe 2 adalah denganmengubah gaya hidupyang melakukan olah raga, menurunkan berat badan dan mengatur pengaturan pola makan. Akitivitas fisik pada penderita diabetes mellitus harus ditingkatkan minimal 150 menit/minggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan idealIslam menghasung pemeluknya untuk menjadi kuat dan sehat baik secara rohani maupun jasmani. Islam menunjukkan keutamaan kekuatan dan kesehatan sebagai modal besar di dalam beramal saleh dan beraktivitas di dalam urusan agama dan urusan dunia seorang muslim. Allah Subhanah wa Taala berfirman:

(Nabi mereka) berkata, Sesungguhnya Allah Subhanah wa Taala telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.(QS. al-Baqarah: 247).Allah Subhanah wa Taala juga berfirman:

()Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat fisiknya lagi dapat dipercaya.(QS. al-Qashash: 26).DISKUSI KASUSPada kasus ini, Ny.T mengalami gejala diabetes melitus yang sesuai dengan penegakan diagnosis diabetes melitus berdasarkan PERKENI pada tahun 2011 yaitu polyuria, polydipsia, polifagia, dan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl. Salah satu terapi diabetes melitus secara non farmakologis yaitu olahraga rutin yang diharapkan mampu menurunkan glukosa darah. Hal ini dapat dilihat dari penurunan glukosa darah pasien dari awal masuk panti, minum obat teratur dan mengikuti olahraga rutin GDS 422 mg/dl, 2 bulan kemudian 226 mg/dl, 4bulan kemudian 284 mg/dl, dan 7 bulan kemudian 234 mg/dl. Kemudian bulan berikutnya Ny. T sudah tidak mau malakukan olahraga dan sering bermalas-malasan. Pada pemeriksaan terakhir GDS didapat 535 mg/dl oleh karena itu Ny.T diharuskan melakukan terapi diabetes melitus. Terapi diabetes melitus yang utama yaitu pengobatan non farmakologis yang mencangkup :

Mengikuti pola makan sehat Meningkatkan kegiatan jasmani Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara umum dan teratur Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri ( PGDM ) . Oleh karena itu pengobatan non farmakologis adalah hal yang sangat penting pada Ny.T, sehingga diharapkan setelah melakukan kegiatan jasmani kadar glukosa Ny.T akan menurun

Berdasarkan rekam medis dan pengakuan pasien selama mengikuti olahraga rutin glukosa darah Ny.T terkontrol. Namun saat Ny.T sudah tidak melakukan olahraga glukosa Ny.T meningkat. KESIMPULANNy.T tidak teratur dalam melakukan kegiatan aktifitas fisik , mengakibatkan kadar glukosa Ny.T semakin meningkat SARAN

Menjalankan 4 pilar diabetes melitus dengan baik

Melakukan aktivitas olahraga yang melibatkan otot-otot besar dan di senangi pasienUCAPAN TERIMA KASIH Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya tugas laporan kasus ini dapat selesai sesuai waktunya. Serta shalawat dan salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya keluar dari zaman jahiliyah menuju peradaban seperti sekarang ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada PSTW BUDI MULYA 3 yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung, mengumpulkan data serta mendapatkan penjelasan ringkas dari beberapa staff dan residen mengenai rehabilitasi. Kepada DR. Drh.Hj Titiek Djannatun selaku Koordinator Penyusun Blok Elektif, dr. Hj. Susilowati, Mkes sebagai Koordinator Pelaksana Blok Elektif. Kepada dr. Nasruddin Noor, Sp.Kj selaku dosen pengampu bidang kepeminatan geriatri. Kepada dr.Aditarahma Imaningdyah Sp, Pk selaku tutor yang telah memberikan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Serta teman-teman kelompok 6 Geriatri dan rekan-rekan calon sejawat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian laporan kasus ini.Kepustakaan 1. Mantra IB. 1999. Gizi dan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. 2. Sidartawan Soegondo. 2004 Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus.Jakarta: FKUI. 3. Suwarta. 2000. Diabetes Educator Training. RS. Dr. Sarjito. Pengolahan Diabetes Mellitus.Yogyakarta4. Pradana Soewondo. 2003.Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus. Bulletin Diabetes PDLJ. PEDI. FKUI. Jakarta.5. Titin Windayati. 2004 Hubungan antara Faktor Karakteristik, Kepatuhan Berobat dan Diit dengan Kadar Glukosa Darah Sewaktu pada Penderita DM Tipe 2 Rawat Jalan di RS Bhayangkara Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang.6. Aru W. Sudoyo. 2007. Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI.7. http://diabetesmelitus.org/pencegahan-diabetes-melitus/8. http://majalahmuslimsehat.com/olah-raga-dalam-pandangan-islam/9. Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.10. SetiawatiSH. 2004. Sistem rujukan Pasien diabetes melitus. Dalam: penatalaksanaan diabetes melitusterpadu. BalaiPenerbitFKUI: Jakarta. Hal.191-196