case parkinson's syndrome (andriany chairunnisa - 03011026)
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
PARKINSON’S SYNDROME
PEMBIMBING:
dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S
DISUSUN OLEH:
Andriany Chairunnisa
NIM: 030.11.026
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 14 SEPTEMBER – 17 OKTOBER 2015
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS
Laporan kasus dibawah ini :
Judul : Parkinson’s Syndrome
Penyusun : Andriany Chairunnisa, S.Ked
NIM : 030.11.026
Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.
Jakarta, 5 Oktober 2015
dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S Andriany Chairunnisa, S.Ked
2
PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson atau Parkinson Disease (PD) merupakan penyakit
neurodegeneratif sistem eksrapiramidal yang merupakan bagian dari
Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh degenerasi ganglia basalis
terutama di substansia nigra pars kompakta (SNc) yang disertai adanya inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Sedangkan Parkinsonism atau sindroma
Parkinson adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamin(1)
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif kedua paling
sering dijumpai setelah penyakit Alzheimer. Penyakit ini tersebar luas diseluruh
dunia, dan lebih sering mempengaruhi laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3:2. Prevalensi meningkat pada kisaran usia 65-90 tahun, dengan
perhitungan kurang lebih sebanyak 0,3% dari seluruh populasi dan 3% manusia
dengan usia diatas 65 tahun terkena penyakit Parkinson. Insidensi terendah dan
kulit hitam Afrika, sedangkan insidens tertinggi didapatkan pada kaum kulit putih.(2)
Parkinson’s syndrome dapat digolongkan atas tiga kategori yaitu primer
(idiopatik), sekunder akibat infeksi/pasca-infeksi, toksin, obat-obatan, vaskular,
multiinfark, trauma kapitis, dan kategori terakhir yaitu Parkinsonism Plus
(Multiple System Degeneration). Sejauh ini etiologi penyakit Parkinson belum
diketahui (idiopatik). Beberapa teori mengemukakan bahwa ada beberapa faktor
risiko yang telah diindentifikasi berperan dalam penyakit Parkinson yaitu usia
lanjut, ras kulit putih, genetik, lingkungan, penggunaan herbisida dan pestisida,
infeksi, cedera kranio serebral, dan stres emosional.(1)
Meskipun problem terbanyak pada penyakit Parkinson adalah gangguan
motorik (tremor, rigiditas, bradikinesia dan instabilitas postural), tetapi terdapat
komplikasi non-motorik pada stadium lanjut berupa gangguan kognitif dan
3
demensia, psikosis, depresi, anxiety, gangguan tidur, serta gangguan otonom
berupa gejala gastrointestinal, hipotensi ortostatik, gangguan keringat, dan
gangguan urologi. Komplikasi inilah yang nantinya akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas penyakit Parkinson stadium lanjut sehingga perlu
penanganan jangka panjang untuk memperbaiki kualitas hidup pasien, dan
mencegah disabilitas yang berkepanjangan pada pasien.(3)
4
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
No. Rekam Medik : 810281
Usia : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jatinegara, Jakarta Timur
Suku Bangsa : Betawi - Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Tanggal Masuk Poli : 15 September 2015
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 15 September 2015 jam
10.30 WIB di ruang poliklinik Neurologi RSUD Budhi Asih.
Keluhan Utama: Kedua tangan gemetar yang semakin memberat sejak ± 1 tahun sebelum
masuk Rumah Sakit.
5
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Neurologi RSUD Budhi Asih tanggal 15
September 2015 jam 10.30 dengan keluhan kedua tangan gemetar sejak ± 1 tahun
yang lalu. Keluhan pertama kali dirasakan sekitar bulan Oktober 2014, saat
sedang dirumah kemudian tiba-tiba tangan kanan terasa kaku dan nyeri saat
digerakkan dan semakin hari semakin berat. Kemudian tangan kanan mulai
bergetar, awalnya sedikit namun lama kelamaan bergetar sepanjang hari secara
terus-menerus. Setelah satu bulan kemudian, pasien mengeluh tangan kiri ikut
terasa nyeri dan kaku, dan kedua tangan mulai gemetar tanpa disadari oleh pasien.
Gemetar pada tangan dirasa makin hebat ketika tangan sedang beristirahat dan
tidak sedang digunakan untuk aktifitas. Gemetar pada tangan tidak dapat
dihentikan oleh pasien dan semakin hari bertambah berat sehingga pasien merasa
tangan terasa pegal. Pasien masih bisa melakukan aktifitas seperti mengancing
baju sendiri, tetapi mengalami kesulitan dalam menulis.
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri pada kaki kiri di daerah atas lutut,
tetapi kaki tidak gemetar, hanya terasa pegal saja. Keluhan ini muncul sekitar 6
bulan SMRS dan diikuti dengan kaki kanan ikut terasa pegal seperti yang semakin
memberat, hingga pasien menyadari ketika berjalan menjadi sulit, langkah terasa
berat dan menjadi lebih lambat ketika berjalan. Pasien juga mengeluh sekarang
cepat lelah setelah beraktifitas. Pada awalnya pasien tidak berobat untuk
mengatasi keluhan, tetapi terkadang hanya minum jamu pegal linu saja. Pasien
menyangkal adanya riwayat jatuh dan riwayat mengangkat beban berat dengan
menggunakan tangan.
Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, lemas satu sisi tubuh, mual,
muntah, kejang, gangguan tidur, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
kesemutan, bicara pelo, batuk, sesak, nyeri dada dan demam. BAB dan BAK tidak
ada keluhan, makan dan minum baik.
6
Pasien pertama kali datang ke poli pada tanggal 2 September 2015 dan
mendapatkan terapi kombinasi Levodopa dan Benserazide 2x1, THP 2x2 mg, dan
Asam Folat 1x1. Kemudian pasien datang kembali untuk kontrol dan mengatakan
keluhan dirasa sudah membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat konjungtivitis OD pada tahun 2012 dan riwayat pemakaian obat mata
Polydex, Cendolyteers dan Cataflam.
Riwayat stroke (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Cedera Kepala (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama di keluarga (-)
Riwayat Hipertensi pada keluarga (-)
Riwayat Diabetes pada keluarga (-)
Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, ataupun obat.
Riwayat Kebiasaan :
Pola makan pasien sehari-hari baik, pasien tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak minum kopi dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien memiliki
riwayat kebiasaan minum jamu pegal linu bila ada keluhan saja. Pasien rutin jalan
pagi setiap hari disekitar pekarangan rumah dengan durasi 30 menit perhari.
7
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Inspeksi Cara Berjalan : Langkah kecil-kecil dan lambat, agak
sedikit membungkuk
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Suhu : 36,0oC
Pernafasaan : 24x/menit
Kepala
Rambut : Hitam merata
Bentuk : Normocephali, tidak ada memar dan jejas.
Ekspresi wajah: Baik
Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Kedudukan bola mata : ortoforia/ortoforia
Pupil : bulat isokor 3mm/3mm
8
Telinga
Selaput pendengaran : tidak dinilai
CAE : lapang, sekret -/-
Penyumbatan : -/-
Serumen : +/+
Perdarahan : -/-
Mulut
Bibir : Sianosis (-) luka (-)
Lidah : Oral higiene baik
Uvula : Simetris, letak di tengah
Tonsil : T1-T1
Leher
Trakhea terletak ditengah
Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar
Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe: tidak teraba membesar
Thoraks
Paru – Paru
Inspeksi : Gerak dada simetris
9
Palpasi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi: Suara napas vesikular, ronkhi-/- wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Palpasi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak di lakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, dilatasi vena (-)
Palpasi : Dinding perut : supel, nyeri tekan (-)
Hati : tidak dilakukan pemeriksaan
Limpa : tidak dilakukan pemeriksaan
Ginjal : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas
Oedem (-)
10
IV. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos Mentis
Gerakan Abnormal : Resting tremor pada kedua tangan (+)
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II ( Optikus )
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang penglihatan Normal Normal
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )
Nistagmus - -
Pergerakan bola mata Baik ke
segala
arah
Baik ke
segala
arah
Kedudukan bola mata Ortofori
a
Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung + +
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut +
Menggerakan Rahang +
11
Oftalmikus +
Maxillaris +
Mandibularis +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik Orbikularisokuli Baik Baik
Motorik Orbikularisoris Baik Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes Keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak Dilakukan
Refleks Menelan Tidak Dilakukan
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Tidak ada kelainan
Menoleh Tidak ada kelainan
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Baik
12
Disatria -
Sistem Motorik Tubuh
Ekstremitas Atas Kanan Kiri
Postur Tubuh Fleksi jari tangan (+) Fleksi jari tangan (+)
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Jari tangan dan
pergelangan tangan
Rigiditas (+)
Jari tangan dan
pergelangan tangan
Rigiditas (+)
Gerak involunter (+) (+)
Ekstremitas Bawah Kanan Kiri
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Pergelangan kaki
Rigiditas (+)
Pergelangan kaki
Rigiditas(+)
Gerak involunter (-) (-)
o Kekuatan motorik : Tidak ada paresis motorik
Refleks
13
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achiles + +
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Patologis
Babinski
Chaddok
-
-
-
-
Oppenheim
Gordon
-
-
-
-
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
Tes Sensorik (sentuhan)
Regio Kanan Kiri
Brachii Baik Baik
Antebrachii Baik Baik
Femoralis Baik Baik
Gerakan Involunter
Resting tremor (+) pada kedua tangan (getaran berkurang saat pasien diminta
untuk memegang palu)
Keseimbangan dan koordinasi
Hasil
Tes disdiadokinesis Tidak terdapat kelainan
Tes tunjuk hidung dan jari Tidak terdapat kelainan
Tes Romberg Tidak terdapat kelainan
Tes tandem gait Tidak terdapat kelainan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran lab darah lengkap
14
VI. RESUME
Pasien seorang perempuan usia 59 tahun datang ke Poliklinik Neurologi
RSUD Budhi Asih pada tanggal 15 September 2015 pukul 10.30 WIB dengan
keluhan kedua tangan gemetar yang dirasa semakin memberat sejak ± 1 tahun
sebelum masuk Rumah Sakit. Ini merupakan kunjungan ke poli yang kedua kali,
setelah sebelumnya datang pada tanggal 2 September 2015. Awalnya tangan
terasa kaku dan nyeri kemudian mulai bergetar keluhan yang dirasakan semakin
memberat. Satu bulan kemudian, tangan kiri terasa nyeri dan kaku serta mulai
gemetar juga tanpa disadari oleh pasien. Gemetar pada tangan dirasa makin hebat
ketika tangan sedang tidak beraktifitas. Pasien mengeluh pegal pada daerah lutut
kiri sejak 6 bulan SMRS dan diikuti rasa pegal pada kaki kanan, kemudian kaki
terasa berat sehingga menjadi sulit berjalan. Pasien pernah konsumsi jamu pegal
linu untuk mengatasi keluhannya. Riwayat konjungtivitis OD pada tahun 2012.
Pemeriksaan Fisik : Compos Mentis, TD:110/80, Nadi : 72 x, Suhu: 36 derajat
celcius RR:24x. Pemeriksaan Neurologis: Motorik: Resting Tremor (+) pada
ekstremitas atas kanan dan kiri, dan Rigiditas (+) pada pergelangan tangan kanan
dan kiri, jari-jari tangan kanan dan kiri, serta pada pergelangan kaki kanan dan
kiri.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Resting Tremor, Bradikinesia, Rigiditas
Diagnosis etiologi : Parkinson’s Syndrome
Diagnosis topis : Substansia Nigra
Diagnosis patologis : Degeneratif
VIII. TERAPI
1. Non Medikamentosa
15
- Edukasi. Pasien diberi pemahaman mengenai penyakitnya,
pentingnya meminum obat teratur, dan menghindari jatuh.
- Latihan fisik seperti latihan kebugaran, melemaskan otot, cara
berjalan, latihan keseimbangan.
- Dukungan dari keluarga dan masyarakat agar pasien mendapat
dukungan fisik dan psikis.
2. Medikamentosa
- Kombinasi Levodopa dan Benserazide 3x1 tab
- Trihexyphenidyl 2x2mg
- Asam Folat 1x1
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Dubia Ad Malam
Ad Sanationam : Dubia Ad Malam
ANALISA KASUS
16
Pasien seorang wanita berusia 63 tahun datang dengan keluhan gemetar
pada kedua tangan, serta datang dengan cara berjalan yang lambat dan langkah
kecil-kecil dan agak membungkuk. Dari inspeksi dapat mengarahkan
kemungkinan diagnosis Parkinson’s syndrome.
Berdasarkan usia pasien (63 tahun) dapat dilihat bahwa pasien sudah
memiliki faktor risiko untuk terkena penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson.
Prevalensi penderita Parkinson lebih banyak pada usia 40-70 tahun dan jarang
timbul pada usia kurang dari 30 tahun.(1)
Keluhan gemetar pada kedua tangan dirasakan pasien sudah selama 1
tahun. Pada awalnya ditangan kanan, kemudian gemetar di tangan kiri dirasakan
satu bulan setelahnya. Pada hasil pemeriksaan, tremor timbul dan kemudian
hilang saat pasien diminta untuk memegang suatu benda, hal ini disebut dengan
tremor saat istirahat (Resting Tremor). Resting tremor merupakan gejala pada
pertama pada Parkinson’s syndrome dan bermula pada satu tangan kemudian
meluas pada tungkai sisi yang sama. Pada stadium lanjut, resting tremor dapat
timbul pada kepala, bibir, dan lidah. Selain itu bentuk gerakan khas dari resting
tremor pada parkinson dikenal dengan pill-rolling, yaitu seperti menggulung pil
atau menghitung uang logam. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per
detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas
digerakkan. Resting tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada
waktu tidur.(4)
Resting tremor adalah tremor yang timbul pada bagian tubuh yang
sepenuhnya ditopang melawan gravitasi dan tidak ada kontraksi otot volunter,
contohnya tangan yang diletakkan di pangkuan.(1)
Pada hasil pemeriksaan pasien ini, terdapat rigiditas pada pergelangan dan
jari-jari tangan kanan dan kiri, serta pada pergelangan kaki kanan dan kiri. Ketika
digerakkan fleksi dan ekstensi, terdapat kekakuan ketika digerakkan, dan pasien
tidak merasa nyeri. Rigiditas, atau adanya tahanan gerakan pasif pada persendian
17
merupakan salah satu gejala dari Parkinson’s syndrome yang disebabkan oleh
peningkatan tonus otot secara involunter yang melibatkan seluruh kelompok otot,
yaitu otot-otot tubuh maupun anggota gerak, baik fleksor maupun ekstensor.(5)
Pasien juga mengeluh kaki terasa kaku dan pegal sehingga menyebabkan
kesulitan saat berjalan. Pada hasil observasi cara berjalan tampak lambat dengan
langkah kecil-kecil dan agak membungkuk. Cara berjalan ini dikenal dengan
istilah Parkinsonian Gait, yang disebabkan oleh bradikinesia atau perlambatan
dari gerak volunter. Karakteristik dari Parkinsonian Gait adalah langkah lambat,
kecil-kecil dan agak diseret dengan postur membungkuk, serta tangan cenderung
fleksi dikarenakan hilangnya gerakan ayunan tangan yang normalnya ada ketika
berjalan, serta sulit memulai, dan sulit berhenti ketika sedang berjalan. Ketika
pasien diminta untuk menulis di atas kertas dengan menggunakan tangan
dominannya yaitu tangan kanan, tulisan terlihat kecil-kecil dan rapat dan sulit
dibaca (mikrografia). Ekspresi wajah pada pasien ini masih baik, dimana tidak
tampak kelainan wajah yang umum pada parkinson yaitu muka topeng (masklike
face) dengan ciri-ciri berkurangnya ekspresi wajah, kedipan mata berkurang, dan
keluarnya ludah secara spontan.(6)
Keluhan tremor saat istirahat yang dirasakan pasien ini semakin memberat
dan hebat dari saat muncul gejala pertamakali pada 1 tahun yang lalu. Selain itu
gerakan pasien ketika berjalan juga semakin berat sejak 6 bulan yang lalu. Hal ini
menandakan gejala-gejala ini semakin buruk yang merupakan ciri dan Parkinson’s
Syndrome yang bersifat progresif.
Pada pasien Parkinson’s syndrome dapat ditemukan refleks postural yang
hilang. Tetapi berdasarkan hasil anamnesa pada pasien ini tidak terdapat adanya
instabilitas postural, dimana berdasarkan kriteria Hoehn dan Yahr, gejala
instabilitas postural belum timbul pada stadium awal. Instabilitas postural
disebabkan kegagalan integrasi dari saraf proprioseptif dan labirin dan sebagian
kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan
18
mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini yang menyebabkan pasien
mudah terjatuh.
Gejala yang dialami pasien meliputi tremor, rigiditas, dan bradikinesia
disebabkan oleh disfungsi dari Ganglia Basalis. Ganglia basalis memiliki peran
dalam mengontrol gerakan diseluruh tubuh dengan cara memodifikasi aktifitas
jalur motorik yang sedang berjalan. Secara khusus, ganglia basalis penting dalam
menghambat tonus otot di seluruh tubuh (tonus otot yang sesuai normalnya
dipertahankan oleh keseimbangan antara input eksitatorik dan inhibitorik ke
neuron-neuron yang mempersyarafi otot rangka). Selain itu ganglia basal
berfungsi untuk memilih dan mempertahankan aktivitas motorik yang bertujuan
dan menahan pola gerakan yang tidak diinginkan, serta berperan dalam koordinasi
kontraksi otot yang bersifat lambat yang menetap, terutama yang berkaitan dengan
postur dan penopangan. Pada penyakit Parkinson, disfungsi ganglia basalis
disebabkan oleh defisiansi dopamin, suatu neurotransmitter penting di ganglia
basalis.(7)
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars
compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor. Substansia nigra adalah
suatu regio kecil di otak yang terletak sedikit di atas medula spinalis. Sel-selnya
menghasilkan dopamin, neurotransmiter yang berfungsi untuk komunikasi
elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama dalam mengatur pergerakan,
keseimbangan dan refleks postural. Hipotesis proses patologi yang mendasari
proses degenerasi neuron SNc adalah stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan
terbentuknya formasi oksiradikal yang menumpuk akan menyebabkan kematian
sel-sel SNc. Selain dopamin, asetilkolin juga merupakan neurotransmiter yang
berperan dalam timbulnya gejala kardinal gangguan motorik. Pada Parkinson
idiopatik, keseimbangan dari kedua neurotransmiter yang bersifat antagonis ini
terganggu akibat menurunnya kadar dopamin.(8)
19
Diagnosa dari Parkinson’s syndrome dapat ditegakkan dengan
menggunakan kriteria diagnosis Hughes, dimana pada pasien ini masuk ke dalam
kriteria Definite yaitu terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala
dengan satu gejala lain yang tidak simetris. Pada pasien ini ditemukan kombinasi
dari tiga gejala yaitu tremor, rigiditas, dan bradikinesia
Berdasarkan kriteria Hoehn dan Yahr, perjalanan penyakit yang dialami
pasien ini masuk kedalam stadium II, dimana terdapat tremor dan kekakuan pada
kedua ekstremitas kanan dan kiri, serta gangguan dari sikap dan cara berjalan
yang menjadi lambat, agak terseret dengan langkah kecil-kecil. Tetapi pasien
masih bisa berjalan dan masih bisa melakukan aktifitas secara mandiri. Pada
pasien juga tidak terdapat gangguan non-motorik berdasarkan dari hasil anamnesa
pasien yaitu tidak adanya gangguan tidur, dan gangguan gastrointestinal.
Pasien disarankan untuk menjalani terapi rehabilitasi medik agar tidak
kehilangan kemampuan aktifitas fungsional sehari-hari. Latihan yang diperlukan
penderita mulai dari fisioterapi, terapi okupasi dan psikoterapi untuk
meminimalkan disabilitas fungsional dan menghambat progresifitas penyakit.
Pada pasien ini diberikan terapi kombinasi dari dopaminergik dan
dekarboksilase inhibitor yaitu Levodopa dan Benserazid dengan dosis 50/100mg
per hari. Levodopa akan masuk melewati blood-brain-barrier, masuk ke otak dan
berubah menjadi dopamin. Levodopa cepat mengalami dekarboksilasi sehingga
hanya sedikit obat yang dapat melewati sawar darah otak, karena itu biasanya
dikombinasi dengan beserazide. Benserazide adalah suatu inhibitor dekarboksilase
perifer (yang tidak melewati sawar darah otak) yang akan menghambat
biotransformasi levodopa menjadi dopamin di perifer, meningkatkan jumlah
levodopa yang mencapai sawar darah otak, sehingga kerja levodopa lebih efektif.
Selain itu terapi kombinasi ini juga mengurangi efek fluktuasi yang sering
ditimbulkan levodopa yang dikenal dengan fenomena on-off.
Pasien dengan terapi levodopa harus selalu dilakukan pemantauan untuk
penyesuaian dosis, maupun apakah dibutuhkan obat-obatan lain seperti Dopamin
20
agonis, MAOB inhibitor, COMT inhibitor, atau Dopa-dekarboksilase inhibitor
yang akan menaikkan kadar dopamin dan membuat terapi Levodopa semakin
meningkat efeknya. Efek samping pada pemberian Levodopa jangka panjang ialah
munculnya diskinesia atau gerakan involunter yang tidak dikehendaki seperti
korea, mioklonus, distonia, akatisia). Gejala ini muncul bila kadar dopamin sudah
lebih tinggi dibanding asetilkolin.(3)
Pemberian antikolinergik yaitu Triheksifenidil (THP) dengan dosis 3-15
mg per hari bertujuan untuk menurunkan asetilkolin sehingga kadar dopamin dan
asetilkolin menjadi seimbang, sehingga akan mengurangi gejala tremor. Efek
samping obat ini antara lain mulut kering, dan mata kabur.
Pemberian asam folat digunakan untuk penatalaksanaan dari
hiperhomosisteinemia yang terjadi oleh karena metilasi levodopa dan dopamin
oleh COMT yang menghasilkan S-adenohomosistein yang diubah menjadi
homosistein. Homosistein meningkat 32-88% dibandingkan dengan pasien yang
tidak menggunakan levodopa. Dapat diberikan asam folat dengan dosis 5 mg
perhari.(3)
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Joesoef A, Agoes A, Purnomo H, et al. Konsensus Tatalaksana Penyakit
Parkinson. Kelompok Studi Movement Disorder PERDOSSI.
Jakarta:2001.p.1-13
2. Siderowf A, Stern M. Update on Parkinson Disease. Annals of Internal
Medicine, 2003;vol138.p.651-9
3. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinson’s Disease & Other Movement
Disorders. Pustaka Cedekia Press. Medan. 2007.p. 4-53.
4. Alarcon, F, Zijlmans JCM, Duerias G, Cevallos N. (2004). Post-Stroke
Movement Disorders : report of 65 patients. J. NeurolNeurosurg
Psychiatry (75) : 1568-1574.
5. Aminoff M, Greenberg D, Simon R. Clinical Neurology. 6th Ed.
Lange:2015. P.233-47
6. Jankovic J. Parkinson’s disease: clinical features and diagnosis. J
Neurosurg Psychiatry 2008;79:p.368-76.
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. 2nd edition. Jakarta:
EGC; 2001. P.166-7
22