case mentari

56
I. IDENTITAS PASIEN No. Rekam Medis: 622151 Nama : Ny. Y Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Wanita Tanggal lahir : 3 Februari 1970 Agama : Islam Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Kemayoran Timur, Jakarta Timur Status : Menikah Tanggal pemeriksaan : Senin, 28 Desember 2015 II. ANAMNESA (Autoanamnesis pada 28 Desember 2015) Keluhan Utama : Nyeri kepala bagian depan sejak 1 minggu yang lalu Keluhan tambahan : Mata terasa lelah Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Polri dengan keluhan nyeri kepala bagian depan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan mata terasa lelah saat harus membaca dan terkadang terasa sakit. 1

Upload: mentari-effendi

Post on 26-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

CASE

TRANSCRIPT

Page 1: CASE Mentari

I. IDENTITAS PASIENNo. Rekam Medis: 622151

Nama : Ny. Y

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Tanggal lahir : 3 Februari 1970

Agama : Islam

Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Kemayoran Timur, Jakarta Timur

Status : Menikah

Tanggal pemeriksaan : Senin, 28 Desember 2015

II. ANAMNESA (Autoanamnesis pada 28 Desember 2015)

Keluhan Utama : Nyeri kepala bagian depan sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan tambahan : Mata terasa lelah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Polri dengan keluhan

nyeri kepala bagian depan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah

sakit. Pasien juga mengeluhkan mata terasa lelah saat harus

membaca dan terkadang terasa sakit. Pasien merasa

pandangannya semakin kabur. Kadang pasien merasa pandangan

terlihat ganda. Pasien sudah menggunakan kacamata sejak 2

1

Page 2: CASE Mentari

tahun yang lalu. Sekitar 1 tahun sebelum memakai kacamata

pasien juga merasakan keluhan yang sama seperti sekarang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

Riwayat penyakit hipertensi disangkal

Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain disangkal

Riwayat menggunakan kacamata sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat sakit serupa (+)

Riwayat alergi makanan disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga dengan sakit yang sama disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

Riwayat penyakit hipertensi disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80

Nadi : 80 kali/menit

2

Page 3: CASE Mentari

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : afebris (36.5 °C)

IV. STATUS OFTALMOLOGI

OD OS

Posisi Hirschberg Ortoforia Ortoforia

Gerakan bola mata

Visus 5/15 5/15

Koreksi S+1,00 C+0,50 x 70° 5/5

DE (-)

S+1,00 C+0,50 x 90°

5/5 DE (-)

Addisi S +1,75 J1 S +1,75 J1

Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)

Kornea Jernih, ulkus (-), infiltrat

(-), sikatriks (-)

Jernih, ulkus (-), infiltrat

(-), sikatriks (-)

Bilik mata depan Dalam, jernih, Dalam, jernih,

Iris Bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Pupil Bulat, jernih, berada di

sentral

Bulat, jernih, berada di

sentral

Lensa Jernih Jernih

Vitreus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Fundus Tidak dapat dievaluasi Tidak dievaluasi

3

Page 4: CASE Mentari

RIWAYAT VISUS DAN REFRAKSI

Tanggal 13 Juni 2013

VOD : 5/10 S +0.50 C+0,50 x 70° 5/5 VOS : 5/10 S +0.50 C+0,50 x 90° 5/5 Add S+1,25 J1

V. RESUME

Pasien wanita usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri

kepala bagian depan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pasien juga mengeluhkan mata terasa lelah saat harus membaca

dan terkadang terasa sakit. Pasien merasa pandangannya semakin

kabur. Kadang pasien merasa pandangan terlihat ganda. Pasien

sudah menggunakan kacamata sejak 2 tahun yang lalu. Sebelum

memakai kacamata pasien juga merasakan keluhan yang sama

seperti sekarang.

Pada status oftalmologi, didapatkan hasil sebagai berikut :

OD OS

Visus 5/15 5/15

Koreksi S+1,00 C+0,50 x 70 5/5

DE (-)

S+1,00 C+0,50 x 90 5/5

DE (-)

Addisi S +1,75 J1 S +1,75 JI

VI. DIAGNOSIS BANDING

Oculi dexter et sinister

a) Astygmatisme hipermetropi composites

b) Presbiopi

4

Page 5: CASE Mentari

c) Astygmatisme Hipermetropi mixtus

VII. DIAGNOSIS KERJA

ODS Astygmatisme hipermetropi composites dengan Presbiopi

VIII. PENATALAKSANAANTerapi non medikamentosa

Resep kacamata sesuai koreksi:

OD S +1,00 C + 0,25 axis 700 5/5

OS S +1,00 C + 0,25 axis 900 5/5

Add S +1,75 ods

EDUKASI

a) Menjelaskan bahwa penglihatan kaburnya disebabkan kelainan pembiasan pada

mata,.

b) Apabila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku. Jangan

membaca sambil tiduran.

c) Membatasi jarak bila menonton televisi (Duduk 5-6 kaki dari televisi).

d) Mengistirahatkan mata

e) Jika membaca atau berkerja menggunakan computer, pastikan cahayanya tepat.

Karena bekerja dengan cahaya minim dapat menyebabkan kelelahan mata,

tapi cahaya yang terlalu terang juga tidak baik. Arah cahaya terbaik jika bekerja

5

Page 6: CASE Mentari

menggunakan computer adalah dari lampu meja bercahaya lembut dari arah

samping. Kurangi tingkat terang (brightness) monitor. Warna memang jadi tak

terlalau tajam, tapi mata akan jadi lebih nyaman.

f) Keluhan ini tidak bisa sembuh mungkin akan bertambah lagi.

IX. PROGNOSIS

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER

Quo Ad Vitam Ad Vitam Ad bonam

Quo Ad Sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

Quo AD Functionam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad kosmeticam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

6

Page 7: CASE Mentari

TINJAUAN PUSTAKA

Kelainan Refraksi

Definisi

Titik fokus (tanpa alat bantu) bervariasi di antara mata individu normal

tergantung bentuk bola mata dan korneanya. Mata emetrop secara alami memiliki

fokus yang optimal untuk penglihatan jauh. Mata ametrop memerlukan lensa

koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat jauh. Gangguan optik ini disebut

kelainan refraksi.

Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan

pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan

panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat

terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametrop dapat berupa miopia,

hipermetropia, atau astigmatisme.

7

Page 8: CASE Mentari

Kelainan lain pada pembiasaan mata normal adalah gangguan perubahan

kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa

sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia

lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia.

Ametrop

Definisi

Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,

sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan ametropia adalah keadaan

pembiasaan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini akan

terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasaan sinar media penglihatan atau kelainan

bentuk bola mata.

Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat

memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada

keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak sempurna terbentuk

Kausa

Dikenal berbagai bentuk ametropia,seperti :

a. Ametropia aksial

Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih

pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina.

Pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih

panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan terletak di belakang

retina.

b. Ametropia refraktif

Ametropia akibat kelainan sistem pembiasaan sinar di dalam mata. Bila daya

bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya

bias kurang maka bayangan benda akan terletak di belakang retina

(hipermetropia refraktif)

8

Page 9: CASE Mentari

Kausa ametropia

Ametropia Lensa Koreksi Kausa

Miopia Lensa (-) Refraktif Aksial

Hipermetropia Lensa (+)Bias kuat

Bias lemahBola mata panjangBola mata pendek

Astigmatisme regular

Kacamata silinder Kurvatur 2 meridian tegak lurus

Astigmatisme iregular

Lensa kontak Kurvatur kornea ireguler

A. Pembagian Kelainan Refraksi

a. Miopia

Definisi

Bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata

yang tidak berakomodasi.

Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau

kekuatan pembiasaan media refraksi terlalu kuat. Bila mata berukuran lebih

panjang daripada normal, kelainan yang terjadi disebut miopia aksial. Apabila

unsur-usur pembias lebih refraktif dibandingkan dengan rta-rata, kelainan yang

terjadi disebut miopia kurvatura atau miopia refraktif.

Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan menjadi miopia aksialis

dan refraktif.

Miopia aksialis

Terjadi karena jarak antara anterior dan posterior terlalu panjang. Normal

jarak ini 23 mm. Pada miopia 3 D : 24 mm, miopia IOD = 27 mm. Dapat

merupakan kelainan kongenital maupun didapat, serta ada pula faktor

9

Page 10: CASE Mentari

herediter. Yang kongenital didapatkan pada makroftalmus. Sedang yang

didapat terjadi karena:

Anak membaca terlalu dekat

Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi berlebihan.

M rektus internusberkontraksi berlebihan, bola mata terjepit oleh otot-otot

mata luar sehingga polus posterior mata, yang merupakan tempat terlemah

dari bola mata memanjang.

Wajah yang lebar

Menyebabkan terjadinya konvergensi yang berlebihan bila hendak

melakukan pekerjaan dekat sehingga mengakibatkan hal yang sama seperti

di atas.

Bendungan, peradangan atau kelemahan dari lapisan yang mengelilingi bola

mata, disertai dengan tekanan yang tinggi, disebabkan penuhnya vena dari

kepala akibat membungkuk, dapat menyebabkan pula tekanan pada bola

mata, sehingga polus posterior memanjang.

Pada orang dengan miopia 6 D, pungtum remotumnya 100/6 = 15 cm. Jadi

harus membaca pada jarak yang dekat sekali, 15 cm, jika tidak dikoreksi,

sehingga ia harus mengadakanb konvergensi yang berlebihan. Akibatnya

polus posterior mata lebih memanjang dan miopianya bertambah. Jadi

didapatkan suatu lingkaran setan antara miopia yang tinggi dan konvergensi.

Makin lama miopianya makin progresif.

Miopia refraktif

Penyebabnya terletak pada :

Kornea : kongenital; keratokonus dan keratoglobus

Didapat; karatektasia, karena menderita keratitits, kornea menjadi

lemah. Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol ke depan.

10

Page 11: CASE Mentari

Lensa : Lensa terlepas dari zonula zinnii, pada luksasi lensa atau

subluksasi lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih

cembung. Pada katarak imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa

mnjadi cembung.

Cairan mata; pada penderita diabetes melitus yang tidak diobati, kadar

gula dari humor akueus meninggi sehingga daya biasnya meninggi pula.

Berdasarkan tinggi dioptrinya, dibedakan menjadi :

Miopia sangat ringan : sampai dengan 1 D

Miopia ringan : 1-3 D

Miopia sedang : 3-6 D

Miopia tinggi : 6-10 D

Miopia sangat tinggi : lebih dari 10 D

Secara klinis dibedakan menjadi :

Miopia simpleks, miopia stasioner, miopia fisiologis

Timbul pada usia masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit

pada waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit

sampai usia 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari -5 D, atau -6 D. Tajam

penglihatan dengan koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal.

Miopia progresif

Dapat ditemukan pada semua usia dan mulai sejak lahir. Kelainan mencapai

puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau

lebih. Besar dioptrinya melebihi 6 D.

Miopia maligna

Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna

disebut juga miopia patologis atau degeneratif, karena disertai kelainan

degeneratif di koroid dan bagian lain dari mata.

Berdasarkan onset terjadinya miopia dibedakan menjadi:

- kongenital (terjadi pada bayi)

11

Page 12: CASE Mentari

- miopia onset muda (pada pasien <20 tahun)

- onset waktu dewasa muda (20-40 tahun)

- dewasa lanjut (>40 tahun)

Gejala dan tanda

Pasien mengeluh :

- Melihat jelas bila dekat/terlalu dekat

- Melihat jauh kabur/rabun jauh

- Sakit kepala

- Sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit

- Mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi

sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil)

Tanda yang dijumpai pada pemeriksaan untuk miopia simpleks adalah pada

segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.

Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol dan pada segmen

posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen

myopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. Pada miopia

patologik dapat dijumpai gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia

simpleks sedang gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-

kelainan pada :

Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi

yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam

badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap

belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia

Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat

lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat

ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah

koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina

pada daerah makula

12

Page 13: CASE Mentari

Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer

Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan

disebut sebagai fundus tigroid.

Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresenyaitu gambaran bulan sabit

yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid. Miopi

tinggikelainan fundus okuli (ex:degenerasi makula, retina bagian perifer)

Tanda objektif :

Oleh karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang miosis,

jadi pupilnya midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi, menyebabkan iris

letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan lebih dalam.

Pada miopia tinggi didapatkan :

- bola mata yang mungkin lebih menonjol

- bilik mata depan yang dalam

- pupil yang relatif lebih lebar

- iris tremulans yang menyertai cairnya badan kaca

- kekeruhan badan kaca (obscurasio corpori vitrei)

- kekeruhan di polus posterior lensa

- stafiloma posterior, fundus tigroid di polus posterior retina

- atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patch, di sekitar papil, berwarna

putih engan pigmentasi di pinggirnya

- perdarahan, terutama di daerah makula, yang mungkin masuk ke dalam badan

kaca

- proliferasi sel epitel pigmen di daerah makula (Forster Fuchs black spot)

- predisposisi untuk ablasi retina

Pada miopia simpleks :

Didapatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang dalam, pupil yang relatif

lebar, tetepi tidak disertai kelainan di bagian posterior mata. Mungkin hanya terlihat kresen

13

Page 14: CASE Mentari

miopia yang tampak putih di sebelah temporal papil, sedikit atrofi dari koroid yang

superfisial, sehingga pembuluh darah koroid yang lebih besar tampak lebih jelas

membayang.

Tanda subjektif :

Oleh karena orang miopia kurang berakomodasi dibandingkan dengan yang emetropia,

maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat tetapi mengeluh tentang penglihatan

jauh yang kabur. Pada miopia tinggi, terutama bila disertai dengan astigmatisme, penderita

tak saja mengeluh pada penglihatan jauh tetapi juga pada penglihatan dekat oleh karena

harus melakukan konvergensi berlebihan, sebab pungtum remotum, yaitu titik terjauh yang

dapat dilihat tanpa akomodasi, letaknya dekat sekali, pada miopia S (-) 6D, titik ini terletak

pada jarak 100/6 = 16 sentimeter. Pada titik ini ia tidak berakomodasi, tetapi

berkonvergensi kuat sekali sehingga pada mata timbul astenovergens dengan keluhan :

lekas capai, pusing, silau, ngantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia tinggi disertai mata

menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar, penderita mencoba menutup

sebagian kelopak matanya, untuk mengurangi cahaya yang masuk, sehingga ketajaman

penglihatannya diperbaiki. Kadang-kadang astenovergens menimbulkan rasa sakit,

sehingga penderita tak mencobanya lagi, dengan mengakibatkan strabismus divergens.

Strabismus divergens dapat pula timbul akibat penderita sedikit melakukan akomodasi,

sehingga kurang pula melakukan konvergensi.

Penatalaksanaan

Memberikan kacamata sferis (lensa cekung).negatif terkecil yang memberikan ketajaman

penglihatan maksimal agar sinar jatuh tepat pada retina

14

Page 15: CASE Mentari

Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk koreksi miopia dan juga

kelainan refraksi lainnya.

a. Lensa kacamata

b. Lensa kontak (lensa kontak keras dan lensa kontak lunak)

c. Bedah keratorefraktif

d. Lensa intraokular

e. Ekstraksi lensa jernih untuk miopia

15

Page 16: CASE Mentari

LASIK

LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi

laser dingin  (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi

kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat

terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun

jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).

Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak

b. Kelainan refraksi:

Miopia : -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.

Hipermetropia : + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.

Astigmatisme : 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri

c. Usia minimal 18 tahun

16

Page 17: CASE Mentari

d. Tidak sedang hamil atau menyusui

e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun

f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam)

bulan

g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma

dan ambliopia

h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan

30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)

Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain :

a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.

b. Sedang hamil atau menyusui.

c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.

d. Riwayat penyakit glaukoma.

e. Penderita diabetes mellitus.

f. Mata kering

g. Penyakit : autoimun, kolagen

h. Pasien Monokular

i. Kelainan retina atau katarak

Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau

pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai

prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat

terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian

mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang

berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah

seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.

Persiapan calon pasien LASIK :

a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi

17

Page 18: CASE Mentari

b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan

c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan

Custumize LASIK

d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi

Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK

menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada

semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari

prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien

antara lain :

a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca

tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat

diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah

kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah tindakan.

b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser

(Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira

seminggu setelah tindakan.

c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah

tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan

semacam lubrikan tetes mata.

d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang

besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring

dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan sering

membaik setelah 1-3 bulan.

Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain :

a. Anestesi topikal (tetes mata)

b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)

c. Tanpa rasa nyeri (Painless)

18

Page 19: CASE Mentari

d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)

e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)

f. Komplikasi yang rendah

g. Prosedur dapat diulang  (Enhancement)

Komplikasi

Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa:

- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.

- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat risiko

tinggi terjadinya robekan pada retina.

- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.

- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.

- juling (estropia atau juling ke dalam) oleh karena mata berkonvergensi terus menerus.

b. Hiperopia/Hipermetropia

Definisi

Keadaan gangguan kekuatan pembiasaan mata dimana sinar sejajar jauh tidak

cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pada hipermetropia

sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea.

Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hiperopia aksial),

seperti yang terjadi pada kelainan kongenital tertenttu atau menurunnya indeks refraksi

(hiperopia refraktif) seperti pada afakia.

Klasifikasi

Hipermetropia dikenal dalam bentuk :

- Hipermetropia manifes : dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal yang

memberikan tajam penglihatan normal.

- Hipermetropia absolut : kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan

memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh

19

Page 20: CASE Mentari

- Hipermetropia fakultatif : kelainan hipermetropia dapat diimbangi akomodasi

ataupun dengan kacamata positif

- Hipermetropia laten : kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (obat yang

melemahkan akomodasi)

- Hipermetropia total : hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan

sikloplegia

Gejala dan tanda

- Mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus berakomodasi

- Penglihatan dekat dan jauh kabur

- Sakit kepala

- Silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda

Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh. Melihat dekat akan

lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan. Biasanya pada usia

muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi dengan melakukan

akomodasi.

Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan

terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan hipermetropia.

Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk mengatasi

hipermetropia ringa berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan usia muda atau

20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan

kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi pengurangan kemampuan untuk

berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.

Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan

sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan

yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut

astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama

melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau

juling ke dalam.

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya

masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien

20

Page 21: CASE Mentari

yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut,

akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca.

Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah :

Mata lelah

Sakit kepala

Penglihatan kabur melihat dekat

Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena berkurangnya

daya akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.

Pemeriksaan

Tujuan

Pemeriksaan bertujuan mengetahui derajat lensa positif yang diperlukan untuk

memperbakir tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai

tajam penglihatan yang terbaik.

Dasar

Mata hipermetropia mempunyai kekuatan lensa positif kurang sehingga sinar sejajar tanpa

akomodasi di fokus di belakang retina. Lensa positif menggeser bayangan benda ke depan

sehingga pada mata hipermetropia lensa positif dapat diatur derajat kekuatannya untuk

mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.

Alat

1. Kartu Snellen

2. Gagang lensa coba

3. Satu set lensa coba

Teknik

Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.

21

Page 22: CASE Mentari

Pada mata dipasang gagang lensa coba.

Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk memeriksa mata

kanan.

Pasien diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar (teratas) dan diteruskan

pada baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca

Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksa dan bila tampak lebih jelas

oleh pasien lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan-lahan dan diminta

membaca huruf-huruf pada baris lebih bawah.

Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf pada baris 6/6.

Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih dapat melihat huruf-

huruf di atas.

Mata yang lain dilakukan dengan cara yang sama.

Nilai

Bila dengan S + 2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S + 2.25 tajam

penglihatan 6/6 sedang.

Dengan S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat

hipermetropia yang diperiksa S + 2.25 dan kaca mata dengan ukuran ini diberikan

pada pasien.

Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif terbesar yang

memberikan tajam penglihatan terbaik.

Penanganan

Diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa

positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal.

22

Page 23: CASE Mentari

Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan dalam

mata. Pada hipermetropia, mata tidak mampu mematahkan sinar terutama untuk melihat

dekat. Mata dengan hipermetropia memerlukan lensa cembung atau konveks untuk

mematah sinar lebih kuat ke dalam mata. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan

koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif

maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).

Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia, diberikan kaca mata koreksi hipermetropia

total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kaca mata

koreksi positif kurang. Bila terlihat tanda ambliopia diberikan koreksi hipermetropia total.

Mata ambliopia tidak terdapat daya akomodasi.

Koreksi lensa positif kurang berguna untuk mengurangkan berat kaca mata dan

penyesuaian kaca mata. Biasanya resep kaca mata dikurangkan 1-2 dioptri kurang

daripada ukuran yang didapatkan dengan pemberian sikloplegik.

Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif terkuat

atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila

pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka

23

Page 24: CASE Mentari

diberikan kaca mata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata akibat

hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan kaca mata (+).

Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya

pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot

akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan

koreksi kaca matanya dengan mata yang istirahat.

Pada pasien diberikan kaca mata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan

maksimal.

komplikasi

Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa

akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan

kekuatan hipermetropia antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu

mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.

Penyulit lain yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia

dan glaukoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan

akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang

akan mempersempit sudut bilik mata.

c. Astigmatisme

Definisi

Astigmatisme adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur karena

sinar dari arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan

karena perbedaan kelengkungan kornea yang bervariasi. Astigmatisme ringan dapat

tanpa gejala namun astigmatisma yang berat dapat menyebabkan penglihatan kabur,

mata lelah, dan sakit kepala.

Epidemiologi

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3

milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada

24

Page 25: CASE Mentari

penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25%

populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.

Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur,

negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya. Prevalensi

miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di

beberapa negara. Sedangkan menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun

2003, angka kejadian astigmat bervariasi antara 30%-70%.

Etiologi

Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut :

1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta

yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai

80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.

Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea

dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,

kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan

kornea.

2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah

umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang dan

lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat menyebabkan

astigmatismus.

3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasti

4. Trauma pada kornea

5. Tumor

Penyebab umum astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea.

Klasifikasi

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

25

Page 26: CASE Mentari

1) Astigmatisme Reguler

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang

saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki

daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika

mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam

penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan

yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Astigmatisme With the Rule

Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

horizontal.

b. Astigmatisme Against the Rule

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada

bidang vertikal.

26

Page 27: CASE Mentari

2) Astigmatisme Irreguler

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi

sebagai berikut:

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada

tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan

titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi

astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y

memiliki angka yang sama.

27

Page 28: CASE Mentari

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada

di belakang retina.

3. Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph

-X Cyl -Y.

4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

28

Page 29: CASE Mentari

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A

berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini

adalah Sph +X Cyl +Y.

5. Astigmatisme Mixtus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -

Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai

X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

29

Page 30: CASE Mentari

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus

rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan

pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri.

Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat

mutlak diberikan kacamata koreksi.

Manifestasi Klinis

Pada umumnya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala

sebagai berikut :

- Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya keluhan

ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk

mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga

menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati

mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar

bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala – gejala sebagai

berikut :

- Sakit kepala pada bagian frontal.

30

Page 31: CASE Mentari

- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita

akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

Diagnosis

1) Pemeriksaan pin hole

Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam

penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media

penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah

setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi

yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada

pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu

penglihatan.

2) Uji refraksi

a. Subjektif

Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak

pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih

dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak

6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam

penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan

menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah

kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam

penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila setelah

pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal

mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan

uji pengaburan (fogging technique)

b. Objektif

- Autorefraktometer

31

Page 32: CASE Mentari

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan

menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan

oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar

kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan

waktu beberapa detik.

- Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius

kelengkungan kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga

namun mempunyai keterbatasan.

3) Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya

dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta

melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas

terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan

sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°. Perlahan-

lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi

astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua

juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa

negatif sampai pasien melihat jelas.

32

Page 33: CASE Mentari

4) Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.

Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme

regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut

tidak terbentuk sempurna.

5) Javal ophtalmometer

Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman

akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.

Penatalaksanaan

1) Koreksi lensa

Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena

dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan

sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.

2) Orthokeratology

Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari

satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan

myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada

astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak

teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan

memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka permukaan depan

kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.

3) Bedah refraksi

Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari :

Radial keratotomy (RK)

33

Page 34: CASE Mentari

Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang

lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan

tergantung pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.

Photorefractive keratectomy (PRK)

Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat

kornea. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah

photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien

tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada

waktu sebelum operasi.

PRESBIOPIA

Definisi

Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin

meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan

perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas

lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.

Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia.

34

Page 35: CASE Mentari

Diterangkan bahwa: terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia,

sehingga kemampuan lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal

tersebut menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.

Etiologi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:

- Kelemahan otot akomodasi

- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa

Patofisiologi

Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata

karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul

sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi

lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan

demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.

Gejala Klinis

o Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan

memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa

pedas.

o Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin menjauh dan pada

awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil.

o Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan

punggungnya atau menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai titik

dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca lebih jelas.

o Presbiopia timbul pada umur 45 tahun untuk ras Kaukasia dan 35 tahun untuk ras

lainnya.

35

Page 36: CASE Mentari

Pemeriksaan

a. Alat

- Kartu Snellen

- Kartu baca dekat

- Seuah set lensa coba

- Bingkai percobaan

a. Teknik

- Penderita yang akan diperiksa penglihatan sentral untuk jauh dan diberikan

kacamata jauh sesuai yang diperlukan (dapat poitif, negatif ataupun astigmatismat)

- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca)

- Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu baca dekat

- Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca

huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan

- Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

b. Nilai

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan sempurna merupakan ukuran

lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca. Hubungan lensa adisi dan umur

biasanya: 40 sampai 45 tahun – 1.0 dioptri

45 sampai 50 tahun – 1.5 dioptri

50 sampai 55 tahun – 2.0 dioptri

55 sampai 60 tahun – 2.5 dioptri

60 tahun – 3.0 dioptri

Penatalaksanaan

Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40 tahun

(umur rata – rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya

ditambahkan lagi sferis + 0.50

36

Page 37: CASE Mentari

Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:

1. kacamata baca untuk melihat dekat saja

2. kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain

3. kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan

sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah

4. kacamata progressive mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi

dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.

PEMBAHASAN

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan permasalahan. Adapun permasalahan

medis yang terdapat pada pasien adalah :

Subjective :

a. Nyeri kepala bagian depan dan mata terasa lelah

b. Riwayat meggunakan kacamata karena pandangan kedua mata pasien kabur

sejak 2 tahun terakhir dengan lensa sferis untuk mata kanan dan kiri.

Objective :

OD OS

Visus 5/15 5/15

Koreksi S+1,00 C+0,50 x 70 5/5

DE (-)

S+1,00 C+0,50 x 90 5/5

DE (-)

37

Page 38: CASE Mentari

Addisi S +1,75 J1 S +1,75 JI

2. Analisa Kasus

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis pasien telah memiliki riwayat

penggunaan kacamata sejak 2 tahun yang lalu. Berdasarkan riwayat penggunaan

kacamata ini dapat diperkirakan bahwa pasien kemungkinan mengalami gangguan

reraksi mata gangguan refraksi ini dipertegas juga dengan adanya perbaikan visus

pasien pada mata kanan yang semula 5/15 menjadi 5/5 ketika dikoreksi dengan

lensa sferis dan silindris, selain itu gangguan refraksi juga didukung dengan tidak

adanya temuan yang menunjukan gangguan pada bilik mata depan dan lensa.

Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata

sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bitnik kuning (macula lutea), tetapi

dapat didepan atau dibelakang bitnik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu

titik yang focus. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pandangan kedua

mata pasien menjadi kabur. Gangguan refraksi atau ametropia yang dialami pasien

dapat berupa myopia, hipermetropia atau astigmatisme. Berdasarkan riwayat

penggunaan kacamata koreksi yang dimiliki pasien, yaitu lensa sferis +1,00 pada

mata kanan dan kiri, maka dapat diperkirakan bahwa pasien kemungkinan

mengalami gangguan refraksi terutama hipermetropia. Pada pasien ditemukan

penggunaan kacamata silinder pada kedua mata, penggunaan kacamata ini adalah

untuk menatalaksanai kondisi gangguan refraksi astigmatisma, sehingga

kemungkinan besar pasien mengalami astigmatisma.

Pada pasien dari hasil pemeriksaan visus koreksi dengan kacamata, didapatkan

bahwa dengan kacamata silinder +0,50 x 70O untuk mata kanan dan silinder +50 x

90° serta addisi S+1,75 pada kedua mata dapat mengembalikan visus kedua mata

pasien menjadi 5/5. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, dapat disimpulkan bahwa

pasien mengalami Astygmatisme hipermetropi composites dengan Presbiopi ODS.

Pada pasien dengan astigmatisma biasanya ditemukan manifestasi klinis berupa :

1. Penglihatan kabur atau terjadi distorsi

2. Penglihatan mendua atau berbayang-bayang

38

Page 39: CASE Mentari

3. Nyeri kepala

4. Nyeri pada mata

Gangguan refraksi pada mata pasien menyebabkan pasien harus melaukan

akomodasi kuat. Pada saat proses akomodasi otot siliaris akan mengalami kontraksi.

Pada gangguan reraksi atau ketika pandangan menjadi kabur, diperlukan akomodasi

yang kuat, dan jika seseorang melakukan aktivitas yang membutuhkan daya

penglihatan kuat seperti menggunakan computer dalam waktu lama dengan kondisi

mengalami gangguan refraksi, maka otot siliaris akan dipaksa untuk berkontraksi

dalam wkatu yang lama untuk mendukung akomodasi, sehingga otot siliaris akan

mengalami fatigue ketika sudah mencapai ambang batas pemakaian. Kelelahan atau

respon nyeri yang dialami oleh otot siliaris ini juga merangsang terjadinya reflex

nyeri pada kepala pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astigmatism. American Optometric Association. [cited on 2013 Maret 24]. Available

from: www.aoa.org

2. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3rd Edition. London: Thieme, 2003; 344-346.

3. Goss DA, et al. Optometric clinical practice guidelines: Myopia. American Optometric

Association. 1997. [cited on 2013 Maret 24]. Available from: www.aoa.org

4. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2012. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta.

5. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell Publishing, 2003; 20-26.

6. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L, Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

7. Vaughan, D.G.,Asbury, T., Riordan-Eva, P., 2009 Kesalahan Refraksi dalam Oftalmologi Umum, 17th ed. Penerbit Widya Medika, Jakarta.

39

Page 40: CASE Mentari

8. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan & Asbury’s 2009, Oftalmologi umum. EGC, jakarta.

40