spab padang, mentari k.u (25314752)

23
TUGAS SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN (TL-5152) SISTEM PENGELOLAAN AIR BUANGAN DOMESTIK DI KOTA PADANG, SUMATERA BARAT Oleh: Mentari Khairita Utami (25314752) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN 1

Upload: mentariutami

Post on 26-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sistem onsite

TRANSCRIPT

Page 1: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

TUGASSISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN

(TL-5152)

SISTEM PENGELOLAAN AIR BUANGAN DOMESTIK DI KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Oleh:

Mentari Khairita Utami

(25314752)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2014

1

Page 2: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini masalah sanitasi masih belum dijadikan prioritas pembangunan oleh para pengambil

keputusan. Hal ini tampak dari minimnya alokasi anggaran untuk sektor tersebut. Hal ini

menyebabkan sektor sanitasi di Indonesia sampai sekarang masih terhitung buruk. Tahun

2002, anggaran sanitasi hanya 1,8% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

sementara rata-rata APBD Propinsi 3,3% dan APBD Kabupaten/Kota 5,7%. Pemerintah

masih menganggap masalah sanitasi adalah tanggung jawab individu bukan investasi publik.

BAPPENAS memperkirakan hanya 10 Kota yang memiliki fasilitas air limbah terpusat,

62,29% penduduk Kota dan 24,37% di desa membuang tinja ke jamban dengan septiktank.

Tahun 2004, 41,25% penduduk di Kota dan 1,49% di desa sampahnya diangkut oleh petugas.

Rumah tangga dengan drainase lancar 57,18%. Hal ini menyebabkan sering ada kejadian luar

biasa penyakit, seperti diare dan sering terjadi banjir.

Departemen Pekerjaan Umum memperkirakan sekitar 22% penduduk Indonesia belum

mempunyai jamban. Penggunaan sarana pengolah limbah tinja dengan septiktank juga

rendah, hanya 40% di perkotaan dan 20% di perdesaan. Selain itu Instalasi Pengolahan

Lumpur Tinja (IPLT) di berbagai kota banyak yang tidak berfungsi. Beberapa hal yang

menjadi penyebab utamanya adalah akses dan kualitas pengelolaan yang rendah;

kelembagaan yang belum efektif; belum lengkapnya perundang-undangan yang ada;

terbatasnya kapasitas pendanaan pembangunan di daerah; masih rendahnya kepedulian dan

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan; serta masih rendahnya minat swasta

untuk berinvestasi di sektor sanitasi.

Berdasarkan prediksi Departemen Pekerjaan Umum diperkirakan Indonesia memproduksi

sekitar 5,6 juta ton tinja per hari yang sebagian besar pembuangannya masih dilakukan ke

sungai atau mempergunakan sumur galian yang tidak memenuhi persyaratan sehingga

mencemari air tanah yang mengakibatkan 13 ribu balita terkena diare setiap harinya.

Di Kota Padang, masyarakat umumnya menggunakan onsite system (sistem pengolahan

setempat) dalam penanganan limbah rumah tangganya. Bentuk penanganan black water (air

limbah yang berasal dari toilet) adalah cubluk (lubang yang digunakan untuk menampung air

limbah manusia dari jamban) dan septic tank (sistem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran

2

Page 3: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

dari kloset, baik penampungan kotoran cair dan padat, baik resapan, serta pipa pelepasan air

bersih dan udara).

Dari laporan tahunan bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas

Kesehatan kota (DKK) Padang tahun 2008, secara umum kesehatan masyarakat kota sudah

lebih baik dibandingkan tahun 2007. Sumber air bersih perpipaan diambil dari 5 (lima)

Water Treatment Plan (WTP) dengan sumber air baku berasal dari air permukaan, mata air,

dan sumur bor. Kapasitas terpasang sampai tahun 2008 adalah 1.393 liter/detik dengan

kapasitas produksi 945 liter/detik. Sumber air non perpipaan, terdapat di beberapa bagian

kota yang tersebar di daerah pantai dan pinggiran kota seperti di keluran kampung Baru,

Limau Manis Bungus, Tarantang, Parupuk Tabing dan sebagainya yang mengandalkan

sumber air pada pompa listrik, sumur, mata air dan sungai/kali.

3

Page 4: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

Secara geografis wilayah Kota Padang berada antara 00º44’00”-01º08’35”LS dan

100º05’05”-100º34’09” BT dengan luas wilayah 694,96 Km² dengan batas-batas sebagai

berikut :

Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman

Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

Batas Timur : Selat Mentawai

Batas Barat : Kabupaten Solok

Kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tinggi yaitu Kecamatan Padang Timur,

Padang Barat, Padang Utara mempunyai topografi yang relatif landai, tidak terjal dan

terdapat banyak fasilitas umum dan sosial, infrastruktur pendukung seperti infrastruktur jalan,

sanitasi, drainase, listrik, telekomunikasi dan lain-lain, yang mendukung pertumbuhan

perekonomian Kota Padang secara keseluruhan, sedangkan wilayah dengan kepadatan

penduduk rendah merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit, terjal dan minim

infrastruktur pendukung. Daerah efektif kota Padang termasuk sungai adalah 205,007 km2

dan daerah bukit termasuk sungai adalah 486,209 km2. Kota Padang dilalui 5 buah sungai

besar dan 16 sungai kecil. Jumlah pulau yang termasuk dalam wilayah kota ini sebanyak 19

buah. Luas masing-masing kecamatan di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Luas daerah kecamatan di Kota Padang

4

Page 5: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan sejumlah 694,96

km2. Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu wilayah Kecamatan Koto Tengah

(232,25 km2) atau sepertiga luas wilayah Kota Padang dan wilayah kecamatan dengan luas

terkecil yaitu Kecamatan Padang Barat (7 km2). Dari data sensus penduduk tahun 2003,

jumlah penduduk Kota Padang yaitu sejumlah 765.450 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata

Kota Padang pada tahun yang sama, yaitu sebesar 1.101 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya

dapat kita lihat pada Tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2 Jumlah dan kepadatan penduduk kecamatan Kota Padang

5

Page 6: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB III

DESKRIPSI SANITASI KOTA PADANG

Kota Padang saat ini belum memiliki jaringan perpipaan air limbah, tetapi yang ada hanya

pembuangan air dari bekas mandi, mencuci dan memasak yang dialirkan ke saluran drainase,

sungai melalui saluran terbuka ataupun tertutup, sehingga akan mencemari lingkungan.

Sedangkan air limbah yang berupa tinja manusia diolah sementara melalui septic tank dan

cubluk yang kemudian bila penuh akan ditransfer ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur

Tinja). Berdasarkan data terakhir di Kota Padang setelah gempa 30 September 2009 sekitar

9% penduduk Kota Padang tidak mempunyai fasilitas pembuangan air limbah domestik. Dan

63,80% penduduk yang mempunyai septic tank sedangkan sisanya menggunakan kolam dan

sungai sebagai sarana pembuangan air limbahnya.

Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan 8.858 jiwa/Km2 (Badan Pusat Statistik, 2009),

merupakan kawasan pusat kota dan kota tua. Di wilayah Kecamatan Padang Barat sistem

yang dipakai adalah sistem on site dengan jamban pribadi yang ada dirumah masing-masing,

sebagian besar memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan kakus, menggunakan

MCK yang tidak layak , membuang secara langsung di badan air, seperti saluran drainase,

sungai dan laut, sehingga terjadi pelanggaran terhadap baku mutu/pencemaran lingkungan.

Dari aspek lembaga penanggung jawab regulasi dan layanan operasional pengelolaan air

limbah dibawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Padang belum dapat bekerja

secara maksimanl, kinerja yang belum maksimal ini terjadi karena tupoksi DKP telah

menempatkan institusi DKP pada dua wilayah fungsi yaitu fungsi regulasi terkait dengan

kewenangan institusi ini sebagai lembaga teknis daerah, dan fungsi pemberi layanan umum di

bidang kebersihan, pertamanan, yang sebenarnya merupakan ranah kewenangan suatu dinas

daerah.

Oleh karena itu penanganan sistem pembuangan air limbah domestik di Kecamatan Padang

Barat Kota Padang, dengan revitalisasi dan penambahan sarana dan prasarana sebagai salah

satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan akan sarana air limbah domestik dirasakan cukup

efektif serta dibutuhkan kelembagaan yang baik agar dapat mengatasi masalah air limbah

domestik, dan bisa dicapai suatu sistem pembuangan air limbah yang baik, yang dapat

6

Page 7: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

mendukung kehidupan masyarakat, yaitu tingkat kualitas hidup dan kesehatan masyarakat

yang lebih baik.

Sistem pengolahan air limbah rumah tangga dikelola sendiri oleh masyarakat dengan

membangun septic tank di setiap rumah. Pengolahan air limbah rumah tangga oleh

Pemerintah Daerah merupakan pelayanan penyedotan septic-tank masyarakat. Saat ini

Pemerintah Daerah memiliki 2 unit mobil tinja yang dioperasikan oleh 2 perusahaan swasta.

Kedua mobil tinja tersebut beroperasi setiap harinya dengan rotasi 4 – 6 kali/ hari dan volume

air limbah yang terangkut berkisar 40 – 50 m3 yang diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur

Tinja (IPLT) yang terletak di Kecamatan Nanggalo mempunyai kapasitas pengolahan 61

m3/hari. Pada Tabel 3.1 berikut terdapat data mengenai sistem pengelolaan limbah domestik

di kecamatan Padang Barat

Tabel 3.1 Sistem pengelolaan limbah domestik di kecamatan Padang Barat

Sebagian besar warga Kecamatan Padang Barat menggunakan jamban milik pribadi

rumahnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil survey bahwa menurut kepemilikan jamban,

87,84% melaporkan memiliki dan menggunakan jamban secara pribadi. Dan sekitar 12,16%

menggunakan jamban umum. Gambaran kepemilikan jamban dapat dilihat pada Gambar 3.1

berikut :

Gambar 3.1 Kepemilikan jamban di Kecamatan Padang Barat

7

Page 8: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

Keadaan sanitasi di kecamatan Padang Barat dapat pula dilihat dari gambar-gambar berikut :

Gambar 4.1 Sungai di kecamatan Padang Barat

Gambar 4.2 Septic tank yang digunakan oleh salah satu warga

Gambar 4.3 Mobil tinja yang digunakan untuk penyedotan lumpur dari tangki septik

8

Page 9: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB IV

PEMBAHASAN SANITASI

V.1 Pemilihan Sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik

Menurut Pedoman Standar Pelayanan Minimal tentang Pedoman Penentuan Standar

Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan

Umum yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

Nomor 534/KPTS/M/2001, bahwa salah satu yang mendasari penanganan air limbah

domestik adalah kepadatan penduduk suatu wilayah yang mana terkait dengan jumlah

penduduk dan luas wilayahnya.

Berdasarkan kepadatan wilayah di Kota Padang maka pemilihan sistem mengarah lebih

dominan kepada sistem setempat dibandingkan sistem terpusat.

V.2 Analisis Kondisi, Permasalahan, Hambatan dan Tantangan

Kondisi masing-masing kelurahan di Kecamatan Padang Barat ditinjau dari beberapa kriteria

dasar identifikasi yang terkait dengan permasalahan sanitasi sektor air limbah domestik,

seperti topografi kawasan, jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, mata

pencaharian dan mayoritas tempat buang air besar (BAB). Perumusan kebijakan dan strategi

pengelolaan sanitasi sektor air limbah domestik pada dasarnya adalah untuk mewujudkan visi

pengelolaan kota yang diharapkan akan dapat terjadi pada masa yang akan datang.

Perumusan visi tersebut didasarkan pada isu-isu utama yang dihadapi dalam pengelolaan

sektor air limbah domestik pada saat ini, yang terdiri dari:

Kondisi yang diharapkan dan masalah pengelolaan air limbah

Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2008 – 2028

menyebutkan pemenuhan kebutuhan jamban keluarga maupun jamban komunal serta

MCK bagi masyarakat kurang mampu perlu lebih diperhatikan. Diharapkan pada

tahun akhir perencanaan yaitu 2013 tingkat pelayanan mencapai 87 % dengan rincian

dibutuhkan 154.712 unit jamban keluarga, 483 unit MCK umum dan 4 unit IPLT.

Tantangan

Kecamatan Padang Barat dengan kepadatan penduduk 8.859 jiwa/Km2 merupakan

kawasan pusat kota dan kota tua dimana banyak terdapat pertokoan sehingga

penduduk kota Padang banyak yang memilih tinggal di Kecamatan ini. Karena

Kecamatan Padang Barat merupakan kota tua sehingga sangat sulit untuk menata

9

Page 10: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

kembali permukiman warga mengingat banyaknya bangunan lama yang masih

dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat tinggal. Berdasarkan data dari BPS 2009,

fasilitas tempat buang air besar masyarakat Kota Padang dibedakan menjadi fasilitas

sendiri, fasilitas bersama (satu fasilitas digunakan oleh beberapa kepala keluarga,

umum (MCK), dan sebagian masyarakat tidak memiliki fasilitas tempat buang air

besar.

V.3 Aspek Teknis

Setelah memperoleh kondisi eksisting pengolahan air limbah yang berada di Kecamatan

Padang Barat dilakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan analisis aspek teknis yang

nantinya digunakan sebagai salah satu aspek penyusunan sistem pengelolaan sanitasi, dengan

meninjau beberapa komponen yaitu sumber penghasil air limbah, pemetaan kondisi sanitasi

sub sektor air limbah Kecamatan Padang Barat untuk menentukan area prioritas tingkat

resiko sistem pengolahan air limbah domestik Kecamatan Padang Barat, penanganan di

sumber, sistem pengumpulan dan penyaluran, sistem pengolahan, dan sistem pembuangan.

Pemetaan Kondisi Sanitasi Sub Sektor Air Limbah

Pemetaan kondisi sanitasi sub sektor air limbah didasari atas kondisi yang telah dibahas

sebelumnya (parameter) yaitu kepadatan penduduk saat ini dan proyeksi pertumbuhan

penduduknya, daerah beresiko kesehatan lingkungan buruk (baik menggunakan data

sekunder maupun studi EHRA), data sekunder berupa jumlah rumah tangga miskin dan

pertimbangan daerah pengembangan khusus seperti perkantoran, kampus, dan

pelabuhan/bandara. Pemetaan prioritas penanganan sanitasi di masing-masing kelurahan di

Kecamatan Padang Barat dengan spesifikasi kondisi sanitasi tersebut. Salah satu metode

skoring yang dilakukan berdasarkan data primer maupun sekunder yang tersedia dengan

indikator-indikator (Anonim, 2007D): kepadatan Penduduk, angka kemiskinan, ketersediaan

air minum, kepemilikan jamban pribadi, ketersediaan sarana sanitasi di Tempat Tempat

Umum (TTU). Penentuan skala prioritas lokasi lainnya, yang dilandaskan pada kepadatan

penduduk, tingkat sosial – ekonomi masyarakat, kondisi sarana & prasarana dibidang sanitasi

serta kondisi kesehatan masyarakatnya (Anonim, 2007E).

Untuk penentuan prioritas pembangunan dan pengembangan sanitasi sub sektor air limbah di

Kota Padang , kualitas sanitasi di Kecamatan Padang Barat dirangkum pada tabel berikut :

10

Page 11: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

No Kecamatan Kualitas Sanitasi

1 Belakang tangsi Buruk

2 Olo Buruk

3 Ujung Gurun Cukup

4 Berok Nipah Cukup

5 Kampung Pondok Baik

6 Kampung Jao Buruk

7 Purus Sangat buruk

8 Padang Pasir Cukup

9 Rimbo Kaluang Sangat buruk

10 Flamboyan Baru Sangat buruk

V.4 Aspek Kelembagaan

Dalam penanganan sub sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kota untuk sementara

ini dijalankan oleh institusi:

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), yang dijalankan oleh Bidang Sanitasi ;

Dinas Kesehatan Kota (DKK) melalui pelaksaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan

dan Seksi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat;

Namun dalam pelaksanaannya antara DKP dan DKK masih tumpang tindih dalam menangani

masalah sanitasi, seperti untuk penyuluhan kepada masyarakat dilaksanakan oleh kedua

instansi ini. Oleh karena itu perlu dikaji lagi tupoksi masing-masing instansi agar tidak terjadi

tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.

V.5 Aspek Peran Serta Masyarakat

Adanya aktifitas MCK di mata air/sungai walaupun memiliki fasilitas MCK di rumah, adalah

karena faktor kebiasaan. Hal ini berpotensi mencemari air baku dengan kondisi tersebut,

untuk jenis penyakit yang sering terjadi di Kecamatan Padang Barat adalah penyakit diare

sebanyak 47% , penyakit malaria sebanyak 40%, penyakit demam berdarah 13 %.

Karena faktor kebiasaan, rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan minimnya

pengetahuan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, sehingga tidak peduli pada akibat yang

ditimbulkan oleh aktifitas MCK di sumber air baku. Oleh karena itu perlu dilakukan

11

Page 12: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

pendekatan melalui program-program penyuluhan atau edukasi lingkungan permukiman

sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat di dalam masyarakat secara rutin dan inovatif.

12

Page 13: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB V

PERMASALAHAN PENGELOLAAN AIR BUANGAN DI KOTA PADANG

Permasalahan dalam pengelolaan sanitasi kota dapat dilihat dari berbagai perspektif, yaitu

aspek teknis dan tingkat pelayanan, kelembagaan, pendanaan, peraturan dan partisipasi

masyarakat.

IV.1 Permasalahan Dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik (Waste Water)

Permasalahan dalam pengelolaan air limbah domestik (waste water) antara lain adalah:

Pelayanan air limbah perkotaan melalui sistem perpipaan (off-site system) belum

tersedia di Kota Padang.

Penduduk kota umumnya menggunakan jamban, baik jamban pribadi maupun umum.

Namun demikian masih perlu dikaji / disurvei lebih lanjut mengenai tingkat

keamanannya terhadap air tanah, kesehatan dan lingkungan.

Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat (on-site system) masih belum

memenuhi standar teknis yang ditetapkan, baik dari segi mutu bahan, tingkat

kebocoran, dll.

Masih rendahnya skala prioritas penanganan air limbah domestik, dan masih

terbatasnya anggaran yang tersedia.

Pembuangan air limbah rumah tangga, terutama air bekas cuci dan dapur, masih

menyatu dengan saluran / drainase air hujan.

IV.2 Permasalahan Tata Kelola Sanitasi, Kelembagaan Dan SDM

Permasalahan tata kelola sanitasi, kelembagaan dan SDM antara lain adalah :

Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang di perlukan dalam

pengelolaan Sanitasi, khususnya untuk sistem air limbah domestik.

Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan sanitasi.

Kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan sanitasi masih

terbatas.

IV.3 Permasalahan Kelangkaan Dana Serta Tingginya Biaya Pembangunan Dan O&M

Permasalahan kelangkaan dana serta tingginya biaya pembangunan dan O&M seperti:

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi (air

limbah) mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, baik

13

Page 14: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

dalam operasional dan pemeliharaan diantaranya disebabkan oleh rendahnya tarif

layanan serta tingginya biaya investasi dalam penyelenggaraan terutama dalam sistem

air limbah.

Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang Air Limbah

permukiman karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi (cost recovery)

Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk investasi pengembangan air

limbah, khususnya untuk pembangunan sistem perpipaan (off-site).

Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan sumber-sumber

lainnya.

Masih kurang memanfaatkan pinjaman atau bantuan luar negeri untuk membiayai

sektor sanitasi; salah satu faktor penyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang

harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota untuk memperoleh bantuan tersebut.

IV.4 Permasalahan Peran-Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sanitasi

Permasalahan peran-serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi di kota Padang antara lain:

Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi.

Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah domestik yang

berbasis masyarakat

Kurang memadainya sosialisasi, informasi dan edukasi mengenal pentingnya

pengelolaan air limbah domestik, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah

atau bertempat tinggal di kawasan padat, kumuh, dan rawan banjir.

Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran dan

partisipasi masyarakat.

14

Page 15: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

BAB VI

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dengan menggunakan studi EHRA yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan tujuan penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

Kondisi pengolahan air limbah domestik masyarakat di Kecamatan Padang Barat

belum memenuhi syarat untuk sebagian masyarakat

Hasil pemilihan sistem awal pengelolaan air limbah domestik di Kota Padang untuk

mengunakan sistem setempat mengingat Kota Padang yang belum padat, namun harus

dilakukan optimalisasi sistem dengan penambahan bidang resapan.

Permasalahan pengelolaan air buangan adalah teknis, kelembagaan, kurangnya dana

dan kurangnya partisipasi masyarakat.

4.2. Saran

Beberapa saran yang dapat dijadikan landasan untuk lebih memperkuat pelaksanaan strategi

kemudian hari yaitu :

Memasukkan sektor air limbah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah

Merestrukturisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Melakukan pengelolaan prasarana air limbah melalui intervensi sejumlah

program/kegiatan rutin tahunan serta meningkatkan alokasi anggaran dengan meminta

dukungan pemerintah pusat, dan atau menjalin kerjasama dengan dengan pihak asing,

dan atau melibatkan pihak swasta/masyarakat dalam pembiayaannya

Bersama-sama dengan legislatif membuat peraturan daerah tentang pengelolaan air

limbah domestik permukiman

Menerapkan Good Governance dalam pengelolaan air limbah domestik permukiman.

15

Page 16: SPAB Padang, Mentari K.U (25314752)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ampl.or.id/digilib/read/72-buku-putih-sanitasi-kota-padang/2902 , diakses 2

Oktober 2014, pukul 22.24

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15643-Paper-517362.pdf diakses 2 Oktober 2014,

pukul 22.24

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/sumbar/padang.pdf diakses 2 Oktober 2014,

pukul 22.24

http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-3100011042367/15643 diakses 2 Oktober 2014, pukul

22.24

http://www.sumbarpost.com/berita-611-kota-padang-siapkan-masterplan-air-limbah.html

diakses 2 Oktober 2014, pukul 22.24

http://www.antaranews.com/berita/347656/pemda-kurang-peduli-masalah-air-minum-dan-

sanitasi diakses 2 Oktober 2014, pukul 22.24

16