case lengkap tt 2 1

31
PENDAHULUAN Tongue Tie atau angkyloglossia adalah keadaan kelainan kongenital pada frenulum lidah sehingga lidah menjadi pendek dan gerak menjadi terbatas 1 . Frenulum merupakan suatu jaringan atau lipatan mukosa yang menghubungkan bagian dari tubuh seperti lidah, bibir, atau pipi dengan jaringan lunak pada rahang daerah mulut. Tounge Tie berhubungaan dengan masalah menyusui, menelan dan kesulitan berbicara. Angka kejadian Tounge Tie pada bayi baru lahir sekitar 1,7 % - 4,8 % dimana rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1. Penyebab Tounge Tie belum diketahui secara pasti. Namun faktor genetik diperkirakan mempengaruhi terjadinya Tounge Tie. Berdasarkan perlekatan frenulum ujung lidah, terdapat 4 tipe Tounge Tie. Sebagian besar bayi dan anak dengan Tongue Tie tidak mempunyai keluhan dan gejala tergantung dari perlekatan frenulum pada ujung lidah. Pada bayi dengan Tongue Tie yang bermanifestasi terdapat gejala pada saat menyusu, yaitu menyusu yang lama namun cepat lapar lagi. Pada anak akan terdapat gangguan dalam artikulasi kata, oral hygine, faktor psikologis dan pada ibu dapat ditemukan nyeri saat memberi ASI Kriteria untuk mendiagnosis Tounge Tie sangat bervariasi pada setiap penelitian. Diagnosis pasti dari Tounge Tie tidak mudah, penampakan/ gambaran lidah saja tidak cukup. Perlekatan frenulum dapat meluas hingga ke ujung lidah, ketebalan dan elastisitas frenulum juga bervariasi, demikian juga pengaruhnya pada gerakan lidah. Para ahli sepakat tidak ada kriteria standar untuk menentukan Tounge Tie. Sebagian besar 1

Upload: damal-an-nasher

Post on 16-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kasus

TRANSCRIPT

PENDAHULUANTongue Tie atau angkyloglossia adalah keadaan kelainan kongenital pada frenulum lidah sehingga lidah menjadi pendek dan gerak menjadi terbatas1. Frenulum merupakan suatu jaringan atau lipatan mukosa yang menghubungkan bagian dari tubuh seperti lidah, bibir, atau pipi dengan jaringan lunak pada rahang daerah mulut. Tounge Tie berhubungaan dengan masalah menyusui, menelan dan kesulitan berbicara.Angka kejadian Tounge Tie pada bayi baru lahir sekitar 1,7 % - 4,8 % dimana rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1. Penyebab Tounge Tie belum diketahui secara pasti. Namun faktor genetik diperkirakan mempengaruhi terjadinya Tounge Tie. Berdasarkan perlekatan frenulum ujung lidah, terdapat 4 tipe Tounge Tie. Sebagian besar bayi dan anak dengan Tongue Tie tidak mempunyai keluhan dan gejala tergantung dari perlekatan frenulum pada ujung lidah. Pada bayi dengan Tongue Tie yang bermanifestasi terdapat gejala pada saat menyusu, yaitu menyusu yang lama namun cepat lapar lagi. Pada anak akan terdapat gangguan dalam artikulasi kata, oral hygine, faktor psikologis dan pada ibu dapat ditemukan nyeri saat memberi ASIKriteria untuk mendiagnosis Tounge Tie sangat bervariasi pada setiap penelitian. Diagnosis pasti dari Tounge Tie tidak mudah, penampakan/ gambaran lidah saja tidak cukup. Perlekatan frenulum dapat meluas hingga ke ujung lidah, ketebalan dan elastisitas frenulum juga bervariasi, demikian juga pengaruhnya pada gerakan lidah. Para ahli sepakat tidak ada kriteria standar untuk menentukan Tounge Tie. Sebagian besar para ahli sepakat bahwa fungsional lebih penting daripada bentuk anatomi dalam mendiagnosis Tounge Tie. Perlu dipikirkan Tounge Tie apabila ibu mengeluhkan masalah menyusui.Sebagian besar bayi dan anak dengan Tounge Tie tidak mempunyai keluhan dan gejala tidak memerlukan tindakan pengobatan. Namun apabila terdapat masalah dalam menyusui baik pada ibu, bayi dan anak maka dapat dilakukan terapi non bedah dan bedah. Terapi non bedah yaitu berkonsultasi dengan konsultan laktasi mengenai posisi dan perlekatan. Terapi bedah yaitu dilakukan frenotomi dan frenektomiTujuan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dari Toung Tie ini sebagai kasus yang jarang dilaporkan melalui sebuah ilustrasi kasus.KasusDATA DASARI. IdentifikasiSeorang bayi laki-laki, 43 hari, berat badan 4000 gr, tinggi badan 49 cm, beralamat di Komplek Taman Bukit Indah, Kota Palembang. Datang ke RS.Moh.Hoesin pada tanggal 26 November 2012 pukul 08.00 WIB.

II. AnamnesisKeluhan utama : Kesulitan menyusui Keluhan tambahan : kemerahan pada puting payudara ibuRiwayat perjalanan penyakit:3 hari setelah melahirkan ibu mengeluh saat menyusui bayi yaitu kesulitan menyusui dimana bayi menyusu sangat lama 1 jam kemudian cepat rewel dan lapar lagi dalam waktu 30 menit dan ibu merasakan nyeri dan kemerahan pada puting payudara ibu. Respon bayi saat diberikan ASI sangat baik yaitu bayi berusaha mencari dan menyusu di payudara ibu. Berbeda dengan saat ibu penderita menyusui anak yang pertama dimana anak menyusu tidak terlalu lama 15 menit kemudian rewel/lapar lagi 2 jam kemudian dan ibu tidak merasakan nyeri pada payudara. Ibu penderita sangat menginginkan ASI ekslusif untuk anak keduanya. Payudara ibu penderita pernah terasa kencang, bengkak, dan ibu demam sehingga ASI diperah. Apabila di perah ASI lancar keluar.

Riwayat kehamilanPenderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kehamilan penderita adalah kehamilan yang diinginkan oleh kedua orang tua. Selama hamil ibu rajin kontrol ke dokter. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal.

Riwayat KelahiranBayi laki-laki lahir pada tanggal 15 Oktober 2012 di RS. Swasta ditolong dokter, lahir spontan dari ibu G2P1A0, hamil aterm, lahir langsung menangis A/S 8/9. Berat badan lahir 3000 gr. Riwayat injeksi Vit.K (+). Riwayat ibu demam (-), riwayat KPSW (-), riwayat ketuban kental (-), hijau (-), bau (-). Riwayat trauma lahir (-).Riwayat NutrisiASI: Lahir sampai sekarangIII. Pemeriksaan fisikKeadaan umum :Kesadaran: kompos mentis, Nadi: 121 x/menit (isi dan tegangan cukup)Suhu: 36,8 CRR: 36 x/menitBerat Badan: 4000 grPanjang Badan: 49 cmStatus gizi : -2 s/d 2 SD (WHO)Kesan : Gizi baikKeadaan khususKepala :Normosefali, conjungtiva anemis (-), pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+. Mulut : gerakan lidah terbatas, frenulum telihat 2-4 mm dibelakang ujung lidah, bentuk lidah apabila diangkat berbentuk hati, lesi berwarna keputihan (-)Toraks:bentuk dan gerak simetris, retraksi (-) Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising (-). Paru : vesikuler normal ronkhi (-), wheezing (-)Abdomen :datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar lien tidak teraba. Ekstremitas: tidak ada kelainan

Pengamatan saat menyusui : Posisi muka bayi menghadap payudara ibu, perut bayi menempel pada perut/dada ibu, seluruh badan bayi menghadap badan ibu, punggung bayi tersanggah dengan baik, terdapat kontak mata antara ibu dan bayi, ibu sudah benar melakukan posisi dalam pemberian ASI. Pada perlekatan yaitu dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah terputar keluar, bayi sulit mempertahankan posisi mulut saat menyusu sehingga menimbulkan rasa nyeri di sekitar payudara ibu. Kondisi payudara ibu: tampak membesar, pada puting didapatkan warna kemerahan (+), edema (-), parut (-), kulit kering bersisik (-)

RINGKASAN DATA DASARSeorang bayi laki-laki, 43 hari, berat badan 4000 gr, tinggi badan 49 cm, beralamat di Komplek Taman Bukit Indah, Kota Palembang. Datang ke RS.Moh.Hoesin pada tanggal 26 November 2012 pukul 08.00 WIB. 3 hari setelah melahirkan ibu mengeluh saat menyusui bayi yaitu bayi menyusu sangat lama 1 jam kemudian cepat rewel dan lapar lagi dalam waktu 30 menit dan ibu merasakan nyeri pada puting payudara ibu sehingga menyebabkan kemerahan. Respon bayi saat diberikan ASI sangat baik yaitu bayi berusaha mencari dan menyusu di payudara ibu. Berbeda dengan saat ibu penderita menyusui anak yang pertama dimana anak menyusu tidak terlalu lama 15 menit kemudian rewel/lapar lagi 2 jam kemudian dan ibu tidak merasakan nyeri pada payudara. Ibu penderita sangat menginginkan ASI ekslusif untuk anak keduanya. Payudara ibu penderita pernah terasa kencang, bengkak, dan ibu demam sehingga ASI diperah. Apabila di perah ASI lancar keluar cukup banyak 60 cc. Riwayat kehamilan Penderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kehamilan penderita adalah kehamilan yang diinginkan oleh kedua orang tua. Selama hamil ibu rajin kontrol ke dokter. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, kesadaran komposmentis, frekuensi nadi 121x/menit, ( isi dan tegangan cukup), frekuensi nafas 36 x/menit, suhu aksilla 36,8 C.. Tidak ditemukan adanya anemia, sianosis, dispnoe dan ikterik. Kepala conjungtiva anemis (-), pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+. Mulut : gerakan lidah terbatas, frenulum telihat terikat 2-4 mm dibelakang ujung lidah, bentuk lidah apabila diangkat berbentuk hati, lesi berwarna keputihan (-). Toraks: bentuk dan gerak simetris, retraksi Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising (-). Paru : vesikuler , ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar lien tidak teraba. Ekstremitas: tidak ada kelainan

Analisis Awal

Berdasarkan data diatas dari anamnesa didapatkan 3 hari setelah melahirkan ibu mengeluh saat menyusui bayi yaitu kesulitan menyusui dimana bayi menyusu sangat lama 1 jam kemudian cepat rewel dan lapar lagi dalam waktu 30 menit dan ibu merasakan nyeri pada puting payudara ibu sehingga menyebabkan kemerahan. Terdapatnya keluhan saat pemberian ASI perlu difikirkan beberapa faktor yaitu faktor bayi dan faktor ibu. Faktor bayi meliputi apakah bayi berat lahir sangat rendah, terkena infeksi yang menyebabkan bayi malas minum atau terdapat masalah fisik. Faktor ibu perlu diketahui riwayat menyusui ibu sebelumnya, apakah ASI ibu mencukupi kebutuhan bayi, masalah psikologis, bagaimana posisi dan perlekatan saat menyusui, kondisi payudara ibu. Kondisi payudara ibu terdapat kemerahan pada puting payudara ibu dapat disebabkan perlekatan saat menyusui, ASI tidak lancar/efektif saat diisap.

Masalah AwalM1 : umumM2: Kesulitan menyusui

Rencana Awal

M2: Kesulitan menyusui Rd/: Tongue TieR th/: FrenotomiR/e: memberikan penjelasan kepada orang tua mengenai kemungkinan penyebab sulit menyusu

CATATAN KEMAJUANTanggalCatatan Kemajuan

26/11/2013

S

O

A

P

Lidah pendek (tounge tie)

Kesulitan menyusui : menyusu sangat lama (1 jam) kemudian cepat lapar lagi (30 menit)Keluhan tambahan : Kemerahan pada puting payudara ibu

Kesadaran: kompos mentis, Nadi: 121 x/menit(isi dan tegangan cukup)Suhu: 36,8 CRR: 36 x/menitKeadaan khususKepala :Normosefali, conjungtiva anemis (-), pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+. Mulut : gerakan lidah terbatas, frenulum telihat terikat 2-4 mm dibelakang ujung lidah, bentuk lidah apabila diangkat berbentuk hati, lesi berwarna keputihan (-)Toraks:bentuk dan gerak simetris, retraksi (-)Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising (-). Paru : vesikuler normal ronkhi (-),wheezing (-)Abdomen :datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar lien tidak teraba. Ekstremitas: tidak ada kelainan

Terdapatnya keluhan saat pemberian ASI perlu difikirkan beberapa faktor yaitu faktor bayi dan faktor ibu. Faktor bayi meliputi apakah bayi berat lahir sangat rendah, terkena infeksi yang menyebabkan bayi malas minum atau terdapat masalah fisik. Pada penderita ini berat lahir normal, dan bayi sehat sehingga faktor berat bayi lahir kurang dan infeksi pada bayi ini dapat disingkirkan. Pada bayi ini terdapat masalah fisik yang diderita bayi, yaitu frenulum lidah yang terdapat 2-4 mm dibelakang lidah sehingga menyulitkan bayi pada saat menyusu. Bayi sulit mempertahankan posisi mulut saat menyusu sehingga menyusu perlekatan kurang, menyusu tidak efektif ditandai dengan bayi menyusu sangat lama namun cepat lapar kembali dan dirasakan nyeri pada payudara ibu. Respon bayi saat diberikan ASI sangat baik yaitu bayi berusaha mencari dan menyusu di payudara ibu. Faktor ibu perlu diketahui riwayat menyusui ibu sebelumnya, masalah psikologis, bagaimana posisi dan perlekatan saat menyusui, kondisi payudara ibu. Dari riwayat menyusui ibu berhasil memberikan ASI ekslusif dan tidak terdapat keluhan pemberian ASI. Kondisi psikologis pada ibu sangat baik dimana ibu sangat menginginkan pemberian ASI ekslusif, ibu merupakan ibu rumah tangga sehingga dapat memberikan ASI penuh. Kondisi payudara ibu terdapat kemerahan pada puting payudara ibu dapat disebabkan perlekatan saat menyusui, sehingga ASI tidak lancar/efektif saat diisap. Dapat difikirkan penyebab puting kemerahan ini disebabkan perlengketan yang kurang sehingga menyebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar, yang disebabkan oleh kelainan fisik pada bayi, yaitu frenulum lidah yang terletak 2 4 mm dibelakang lidah yang disebut lidah pendek/ Tongue Tie sehingga menyebabkan gerak lidah saat menyusu tidak bebas, bayi sulit mempertahankan perlekatan pada payudara ibu sehingga menyebabkan menyusui tidak efektif.

Frenotomi

Asi on demandObservasi tanda-tanda perdarahan

Setelah dilakukan frenotomi penderita langsung menyusui pada payudara ibu dan dilakuan observasi perdarahan. Ibu penderita mengatakan bahawa langsung terasa perbedaan saat menyusui penderita. Rasa nyeri saat menyusu berkurang. Perdarahan cepat berhenti. Penderita disarankan untuk melakukan senam lidah yaitu megunakan tangan ibu penderit dengan cara menekan lidah ke atas, bawah, samping, kanan dan kiri selama masing-masing 3 detik, dilakuan 5-8 x perhari selama 1 minggu setelah tindakan dilakukan. Penderita dan disarankan untuk kontrol 1 minggu lagi. Penderita saat penderita datang 1 minggu kemudian. Keluhan yang dirasakan ibu penderita hilang. Didapati pada pengamatan menyusui dagu menyentuh payudara ibu, mulut terbuka lebar, bibir bawah terputar keluar, lidah mencakupi puting payudara ibu, lebih banyak aerola yang terlihat pada bagian atas mulut, bayi menyusu selama 15 menit, tidak cepat rewel/ haus. Tidak terasa nyeri saat menyusu. Pada pemeriksaan payudara ibu : puting payudara ibu tidak tampak kemerahan, payudara lunak setelah menyusui.

Tinjauan PustakaDefinisiTongue Tie atau angkyloglossia adalah keadaan kelainan kongenital pada frenulum lidah dimana lidah menjadi pendek dan gerak menjadi terbatas1. Frenulum merupakan suatu jaringan atau lipatan mukosa yang menghubungkan bagian dari tubuh seperti lidah, bibir, atau pipi dengan jaringan lunak pada rahang daerah mulut. Jaringan yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut disebut frenulum lingual, sedangkan jaringan yang menghubungkan bibir dengan gusi pada gigi depan disebut frenulum labial. Frenulum/ frenum yang berupa lipatan mukosa tersusun dari epitel, jaringan ikat dan oto yang berfungsi sebagai perlekatan antara pipi, bibir, lidah dengan prosessus alveolaris yang berperan untuk membatasi gerakan lidah, bibir, dan pipi. Tongue Tie merupakan variasi anatomi lidah2 . Tongue Tie berhubungan dengan masalah menyusui, menelan dan kesulitan berbicara dan telah menjadi kontoversi dalam dunia kedokteran 50 tahun terakhir mengenai menentukan diagnosis dan terapi4-5.EpidemiologiAngka kejadian Tongue Tie pada bayi baru lahir sekitar 1,7 % - 4,8 % dimana rasio laki-laki dan perempuan 3 : 13. Kondisi ini menyebabkan gangguan menyusui pada 25% bayi. 90 % dokter spesialis anak dan 70 % dokter spesialis THT, 69 % konsultan laktasi percaya bahwa Tongue Tie dapat menyebabkan kesulitan menyusui5. EtiologiPenyebab Tongue Tie belum diketahui secara pasti. Namun faktor genetik diperkirakan mempengaruhi terjadinya Tongue Tie. Tongue Tie juga dapat dikaitkan dengan gejala dari beberapa sindrom yang kejadianya cukup jarang yaitu X-linked palate dan Van der Woude syndrom6. Penggunaan kokain selama kehamilan telah dilaporkan dapat meningkatkan kejadian Tongue Tie tiga kali lipat4,6.

Tipe Tongue TieBerdasarkan perlekatan frenulum ujung lidah Tongue Tie diklasifikasikan menjadi 4 tipe, 6-9 Tipe 1: Frenulum terikat (menempel) hingga ujung lidahTipe 2 : frenulum terikat 2 4 mm dibelakang ujung lidahTipe 3 : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kencang, kurang elastisTipe 4 : frenulum terikat di pangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis

Lidah Normal

Tongue Tie tipe 1-2Tongue Tie tipe 3-4

Yang paling sering ditemukan adalah Tounge Tie tipe 1dan 2, hampir 75%. Tongue Tie tipe 3 dan 4 sulit didiagnosis karena tidak mempunyai gejala dini dan biasanya tidak memerlukan terapi. Tongue Tie tipe 3 dan 4 baru akan terdiagnosa apabila telah mempunyai gejala.

Manifestasi KlinisManifestasi klinis Tongue Tie dapat ditemukan pada bayi dan ibu. Pada bayi gejala dan tanda yang dapat ditemukan kesulitan menyusui, berbunyi saat menyusu, terdapat penurunan berat badan, kenaikan berat badan tidak optimal, rewel, berusaha menjauh dari payudara, mudah lelah saat menyusu, sulit mempertahankan perlengketan dan perlekatan, mudah tertidur saat menyusui. Pada pemeriksaan fisik bayi didapatkan lidah berbentuk hati dan pergerakan lidah yang tidak bebas. Pada anak yang lebih besar Tongue Tie dapat menyebabkan kesalahan artikulasi kata, terutama kata-kata dan huruf yang memerlukan penekanan seperti T, D, Z, S, Th, N dan L. Sehingga anak mengucapkan kata-kata tersebut menggunakan gerakan mulut. Efek gangguan bicara pada Tongue Tie tidak pernah dilaporkan secara jelas, namun untuk diketahui Tongue Tie tidak menyebabkan keterambatan bicara hanya gangguan pada artikulasi kata. Tongue juga mempunyai efek secara mekanik dan sosial, dimana pada penderita Tounge Tie tidah dapat membersihkan sisa makanan pada gigi sehingga menyebabkan oral hygine menjadi buruk, gigi tidak rapi, sulit untuk mengunya beberapa jenis makanan. Terdapat kesulitan apabila anak ingin bermain dalam alat musik tiup, sulit untuk menjilat es krim, dapat menyebabkan oral higine menjadi buruk, gigi anak menjadi jarang dan tidak rapi. Anak dapat juga merasa tidak sama dengan teman sepermainanya karena merasa cadel, menjadi minder, malu untuk berbicara dan dapat juga disindir atau diejek oleh teman. Pada ibu gejala dan tanda dapat ditemukan nyeri pada payudara ibu 60% - 80%, ASI menjadi berkurang, mastitis, kecewa dan merasa putus asa dalam menyusui. Pada pemeriksaan fisik payudara ibu dapat ditemukan puting payudara yang kemerahan, mungkin dapat juga ditemukkan payudara yang bengkak, keras, ibu menjadi demam4-9.

DiagnosisKriteria untuk mendiagnosis Tongue Tie sangat bervariasi pada setiap penelitian. Diagnosis pasti dari Tongue Tie adalah menemukan ikatan frenulum pada ujung bawah lidah. Perlekatan frenulum dapat meluas hingga ke ujung lidah, ketebalan dan elastisitas frenulum juga bervariasi, demikian juga pengaruhnya pada gerakan lidah. Frenulum yang tebal kencang atau pendek dapat mempengaruhi gerakan lidah. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk membantu menegakkan dan mengetahui apakah Tongue Tie memerlukan tindakan. Kriteria yang pernah digunakan adalah Hazzalbraker scale, Frenotomy Decision Rule For Breast Feeding Infant(FDRBI), Classification of Ankyloglossia Based on Free Tongue LenghtHazelbaker assessment tool for lingual frenulum function7Appearance ItemFunction items

Appearance of tongue when liftedLateralization

2 : Round or square2: complete

1: slight cleft in tip apparent1: Body of tongue but no tongue tip

0: Heart or V-shaped0: none

Elasticity of frenulumLift of tongue

2: Very elastic2: tip to mid mouth

1: Moderately elastic1: only edges to mid-mouth

0 : Little orno elasticity0: tip stays at lower alveolar ridges or rises to mid-mouth only with jaw closure

Length of lingual frenulum when tongue liftedExtension of tongue

2 : > 1 cm2: tip over lower lip

1: 1 cm1: Tip over lower gum only

0 : < 1 cm0: neither of the aboves, or anterior or mid-tongue humps

Attachment of lingual frenulum to tongueSpread of anterior tongue

2: Posterior to tip2: complete

1 : At tip1: moderate or partial

0 : Nothced tip0: Little none

Attachment of fingual frenulum to inferiorCupping alveolar ridge

2 : entire edge, firm cup2: attached to floor of mouth or well below ridge

1: side edges only, moderate cup1: Attached just below ridge

0: poor or no cup0: Attached at ridge

Peristaltis

2: complete, anterior to posterior

1: partial, orginating posterior to tip

0: none or reverse motion

Snapback

2: none

1 : periodic

0: frequent or with each suck

Pada penggunaan kriteria ini terdapat dua hal yang dinilai yaitu anatomis dan fungsional. Apabila jumlah total dari keduanya 14, tidak memerlukan terapi, apabila 11, dilihat fungsionalnya apabila gagal memerlukan tindakan, apabila jumlah total keduanya < 11 maka angkyloglossia memerlukan terapi.

Frenotomy Decision Rule for Breastfeeding Infants7Mother with nipple pain or trauma while breastfeedingAnd/orInability to maintain latchAnd/orPoor wight gain in the infant (< 15 g/d)AndA visible membrane anterior to the base og the tongue, which restrict tounge movement, leading toInabillity to touch the roof of the mouthOrInabillity to cup an examining fingerOrInability to protrude the tongue past the gum line

Classification of Ankyloglossia Based on Free Tongue Lenght1Clinically Acceptable normal range of free tongue : 16 mm

Class IMild Ankyloglossia 12 16

Class IIModerate Ankyloglossia 8 11

Class IIISevere Ankyloglossia 3 7

Class IVComplete Ankyloglossia < 3mm

Namun para ahli sepakat bahwa tidak ada kriteria standar untuk menentukan fungsi frenulum. Sebagian besar para ahli sepakat bahwa fungsional lebih penting dari pada bentuk anatomi dalam mendiagnosis Tongue Tie. Apabila terdapat perlekatan pada ujung bawah lidah, dapat dipastikan penderita dengan diagnosis ToungeTie 3-9. PenatalaksanaanSebagian besar bayi dan anak dengan Tongue Tie dan tidak mempunyai keluhan tidak memerlukan tindakan pengobatan. Tidak pernah disebutkan kapan Tongue Tie sebaiknya diterapi. Namun dikatakan apabila terdapat keluhan pada bayyi dan anak, saat itu merupaka waktu yang tepay untuk dilakukan tindakan pada Tongue Tie. Apabila bayi dan anak dengan Tongue Tie namun tidak terdapat masalah atau gejala hanya dilakukan observasi saja karena frenulum dapat menjadi teregang dan lentur dengan sendirinya. Namun apabila terdapat masalah dalam menyusui baik pada bayi dan ibu maka tindakan perlu dilakukan. Apabila anak terdapat gangguan bicara maka dapat dilakukan saat itulah terapi dilakukan. Pada literatur Tongue Tie pada bayi terdapat terapi non bedah yaitu berkonsultasi dengan konsultan laktasi mengenai persiapan psikologis ibu, tehnik menyusui baik posisi maupun perlengketan. Persiapan psikologis adalah memotivasi ibu untuk menyusui. Posisi menyusui harus senyaman mungkin karena posisi yang kurng tepat menyebabkan perlekatan yang tidak baik2-11. Posisi yang harus diperhatikan adalah12: Ibu duduk atau berbaring santai. Apabila duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidaktergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu disepan Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara Telinga bayi dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus Ibu menatap bayi dengan kasih sayangPerlekatan yang baik, ditandai dengan : Bayi tampak tenang Mulut bayi terbuka lebar Dagu bayi menempel pada payudara ibu Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan Puting susu ibu tidak terasa nyeri.Terapi bedah yaitu dilakukan frenotomi dan frenektomi. Frenotomi adalah tindakan pemotongan (insisi) frenulum yang terletak pada bawah lidah, dan dapat dilakukan tanpa prosedur anastesi. Frenotomi biasa dilakukan pada penderita dibawah 6 bulan. Frenotomi dilakukan dengan cara bayi terlentang, frenulum dibersihkan menggunakan cairan antiseptik, taruh dua jari diantara lidah, kemudian menggunting frenulun lingualis bagian anterior dilebarkan sampai posterior. Kemudian bayi langsung diberikan ASI. Tidak ada follow-up spesifik setelah dilakukan tindakan frenektomi ini karena dapat sembuh sempurna. Frenektomi adalah pembebasa jaringan ikat frenulum secara sempurna. Dilakukan pada anak yang lebih besar, oleh dokter bedah dan memerlukan tindakan anastesi.

Gambar 1 : Frenotomi

Gambar 2 : Frenektomi

Dari literatur setelah tindakan frenektomi dilakukan terdapat beberapa prosedur. Yaitu pemberian analgetik, dimana pada prosedur ini jarang dilakukan karena rasa nyeri akan hilang dengan cepat pada kebanyakan penderita. Stretching Exercise, senam lidah yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perlekatan kembali setelah tindakan dilakuan dengan cara megunakan tangan ibu penderita dengan cara menekan lidah ke atas, bawah, samping, kanan dan kiri selama masing-masing 3 detik, dilakuan 5-8 x perhari selama 1 minggu setelah tindakan dilakukan dan yang paling penting adalah menyusu karena menyusu mendorong bayi untuk menggunakan lidah secara efektif sehingga mempercepat penyembuhan13.PrognosisBayi atau anak dengan Tounge Tie yang dilakukan tindakan frenotomi atau frenektomi menpunyai prognosis yang baik dapat sembuh sempurna. Karena lidah telah dapat berfungsi dengan baik. Pada bayi yang dilakukan frenotomi dilaporkan 80% mengalami perbaikan dalam menyusu. Dan ibu langsung tidak merasakan nyeri saat pemberian ASI 79% setelah frenektomi dilakukan dan 16 % merasakan perbaikan setelah 48 jam10. Pada anak yang dilakukan Frenektomi juga mempunyai prognosa yang baik, dapat sembuh sempurna, namun beberapa penderita memerlukan terapi bicara karena masih terdapat kebiasaan dalam mengucapkan kata.

ANALISA KASUS

Telah dilaporkan kasus seorang bayi laki-laki, 43 hari, berat badan 4000 gr, tinggi badan 49 cm, beralamat di Komplek Taman Bukit Indah, Kota Palembang. Datang ke RS.Moh.Hoesin pada tanggal 26 November 2012 pukul 08.00 WIB. 3 hari setelah melahirkan ibu mengeluh saat menyusui bayi yaitu bayi menyusu sangat lama 1 jam kemudian cepat rewel dan lapar lagi dalam waktu 30 menit dan ibu merasakan nyeri pada puting payudara ibu sehingga menyebabkan kemerahan. Respon bayi saat diberikan ASI sangat baik yaitu bayi berusaha mencari dan menyusu di payudara ibu. Berbeda dengan saat ibu penderita menyusui anak yang pertama dimana anak menyusu tidak terlalu lama 15 menit kemudian rewel/lapar lagi 2 jam kemudian dan ibu tidak merasakan nyeri pada payudara. Ibu penderita sangat menginginkan ASI ekslusif untuk anak keduanya. Payudara ibu penderita pernah terasa kencang, bengkak, dan ibu demam sehingga ASI diperah. Apabila di perah ASI lancar keluar. Terdapatnya keluhan saat pemberian ASI perlu difikirkan beberapa faktor yaitu faktor bayi dan faktor ibu. Faktor bayi meliputi apakah bayi berat lahir sangat rendah, terkena infeksi yang menyebabkan bayi malas minum atau terdapat masalah fisik. Pada penderita ini berat lahir normal, tidak ditemukan lesi warna keputihan di mulut, bayi sehat sehingga faktor berat bayi lahir kurang dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada bayi ini maka kemungkinan ini dapat disingkirkan. Pada bayi ini didapatkan masalah fisik yang diderita bayi, yaitu frenulum lidah yang terdapat 2-4 mm dibelakang lidah, saat diangkat lidah berbentuk hati sehingga menyulitkan bayi pada saat menyusu dan pergerakan lidah menjadi terbatas. Kondisi ini disebut Tongue Tie/ lidah pendek. Tongue Tie adalah kelainan kongenital frenulum lidah sehingga lidah menjadi pendek dan gerakan terbatas. Menurut literatur didapatkan 3 4 % bayi lahir dengan Tongue Tie, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 3 : 1. Tipe Tongue Tie dapat dibedakan berdasarkan perlekatan ujung frenulum lidah 75 % sering ditemukan Tongue Tie tipe 1 dan 2. Penderita berjenis kelamin laki-laki dan tipe Tongue Tie yang diderita yaitu tipe 2 yaitu frenulum lidah berada 2 4 mm dibelakang lidah. Faktor ibu perlu diketahui riwayat menyusui ibu sebelumnya, masalah psikologis, bagaimana posisi dan perlekatan saat menyusui, kondisi payudara ibu. Dari riwayat menyusui ibu berhasil memberikan ASI ekslusif dan tidak terdapat keluhan pemberian ASI pada anak pertama. Kondisi psikologis pada ibu sangat baik dimana ibu sangat menginginkan pemberian ASI ekslusif, ibu merupakan ibu rumah tangga sehingga dapat memberikan ASI penuh. Kondisi payudara ibu terdapat kemerahan, tidak didapatkan edema, parut, kulit bersisik dan nyeri yang menetap menyingkirkan terdapatnya infeksi Candida pada puting payudara ibu. Sehingga kemerahan disebabkan adanya gangguan perlekatan saat menyusui sehingga menyusui tidak efektif dan ASI tidak lancar saat diisap. Penyebab puting kemerahan dan payudara lecet ini disebabkan perlengketan yang kurang adekuat sehingga menyebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar/ efektif, yang dapat disebabkan oleh kelainan fisik pada bayi, yaitu Tongue Tie. 60 % - 80 % penderita dengan Tongue Tie didapatkan masalah dalam menyusui yaitu nyeri pada payudara ibu saat menyusu (level of evidence I). Nyeri pada puting payudara ibu saat menyusu disebabkan perlekatan mulut bayi ke payudara ibu kurang efektif dimana mulut bayi sulit mempertahankan pengeluaran ASI oleh lidah, dimana lidah tidak dapat mengurut areola mamae sehingga ASI keluar. Keadaan ini sesuai dengan keluhan ibu dimana anak menyusu sangat lama 1 jam dan cepat lapar lagi 30 menit setelah payudara dilepaskan.Berat badan saat ini 4000 gr, dibandingkan dengan berat badan lahir 3000 gr, pada penderita ini kenaikan berat badan cukup optimal dimana kenaikan normal berat badan bayi 500gr - 750gr per bulan. Dari literatur didapatkan apabila kenaikan berat badan bayi mencapai batas maksimal maka Tongue Tie tidak memerlukan tindakan, namun pada penderita ini didapatkan nyeri dan lecet pada puting payudara ibu. Dikhawatirkan akan terjadi mastitis dan ibu merasa enggan menyusui sehingga ASI ekslusif tidak dapat tercapai sehingga tindakan perlu dilakukan (level of Evidence I).Tindakan yang dilakukan pada penderita ini adalah frenotomi. Dari literatur pengobatan untuk tounge tie adalah terapi bedah dan non bedah. Pada penderita ini diterapi dengan pembedahan yang disebut frenotomi dikarenakan telah terdapat keluhan dari ibu yaitu nyeri saat menyusui dan puting payudara yang lecet/kemerahan. Frenotomi adalah insisi frenulum lingualis dari anterior ke posterior sehingga lidah menjadi mudah bergerak dan tidak mengganggu proses menyusui. Setelah dilakukan frenotomi, bayi langsung diberikan ASI, dan menurut ibu penderita rasa nyeri saat menyusui langsung berkurang. Dari penelitian didapatkan 68 % ibu merasakan nyeri berkurang langsung setelah frenotomi, dan 18 % merasakan perbaikan setelah 48 jam (level of Evidence I).Prognosis pada penderita ini adalah bonam, karena fungsi lidah kembali menjadi normal, perdarahan pada tempat insisi sangat sedikit, dan rasa nyeri cepat hilang. Dari literatur frenotomi pada toung tie tidak memerlukan analgetik atau antibiotik.

Tinjauan Pustaka1. American Academy of Pediatric Dentistry. Guidline on infant oral health care. Pediatr Dent 2002;24;472. Messner AH, Lalakea ML, AbyJ, Macmahon J, Bair E. Ankyloglossia : incidence and assosiated feeding dificulties. Arch Otolsryngol Head Neck Surg. 200;126: 36 -393. Buryk M, Bloom D, Shope T : Efficacy of Neonatal Release of Ankyloglossia: A Randomized Trial. Pediatrics.2011;128:280-884. Kupietzky A, Botzer E, Ankyloglossia in the Infant and Young Child: Clinical Suggestions for Diagnosis and Management. Pediatr Dent.2005;27:40-465. Segal M, Stephenson R, Dawes M. Prevalence, Diagnosis and Treatment of Ankyloglossia. Can fam Physician 2007;53:1027-336. Morowati S, Yasini M, Ranjbar R, Ghadani M. Familial Ankyloglossia (Tounge Tie) : A Case report. Acta Medica Iranica 2010;48(2): 123-24.7. Forlenza G, Nicole M, Mcnamara, Sandra E. Ankyloglossia. Ekslusive Breastfeeding and Failure to Thrive. Pediatrics 2010;e1500-04.8. Ballard JL, Auer CE, Khoury JC. Ankyloglossia: Assessment,incidence, and effect of frenuloplasty on thebreast-feeding dyad. Pediatrics 2001;110(5) e63.9. Gorodzinsky F, Telch J; Canadian Paediatric Society, Community Paediatrics Committee. Ankyloglossia and breastfeeding. Paediatr Child Health 2002;7(4):269-70.10. .Segal LM, Stephenson R, Dawes M, Feldman P. Prevalence,diagnosis, and treatment of ankyloglossia: Methodologic review. Can Fam Physician 2007:53:1027-33.11. Academy of Breastfeeding Medicine.ABMclinical protocol 11: guidelines for the evaluation and management of neonatal ankyloglossia and its complications in the breastfeeding dyad. Available at: www.bfmed.org/ Resources/Protocols.aspx. Accessed July 31, 200812. Suradi R, Tobing HK.Manajemen Laktasi. Edisi 2. Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta 200413. Corryllos E, Watson Genna C, Salloum AC. Congenital tongue-tie and its impact on breastfeeding. Breastfeeding: Best for baby and mother (newsletter). Am Acad Pediatr 2004;16.14. Levy PA. Tongue-tie: Management of a short sublingual frenulum. Pediatr Rev 1995:16:345-6.15. Kotlow LA. Ankyloglossia (tongue-tie): A diagnostic and treatment quandary. Quintessence Int 1999;30:259-26216. Buryk M, Bloom D and Shope T, Efficacy of Neonatal Release of Ankyloglossia: A Randomized Trial, Pediatrics 2011;128;280;17. Hall DMB, Renfrew MJ. Tongue tie. Arch Dis Child 2005;90:12111215.

1