case diare kronik

Upload: anggita-nur-aziza

Post on 12-Jul-2015

390 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam konsistensi cair dengan frekuensi yang meningkat, umumnya frekuensi >3 kali/hari, atau dengan perkiraan volume tinja >200 gr/hari. 13 Diare akut jika durasinya kurang kurang dari 2 minggu, diare persisten jika durasinya antara 2-4 minggu, dan diare kronik jika durasi lebih dari 4 minggu. 2 Statistik populasi untuk kejadian diare kronis belum pasti, kemungkinan berkaitan dengan variasi definisi dan sistem pelaporan, tetapi frekuensinya cukup tinggi. Di USA, prevalensinya berkisar antara 2-7%. Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya multikompleks.

1

BAB II STATUS MEDIK A. Identitas Pasien Nama Pasien Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Status Pendidikan Agama No. RM B. Anamnesis Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 11 September 2011, pukul 22.001. Keluhan utama

: Tn. R : 23 tahun : Laki-laki : Jl. Intan, 03/01, kel. Sudimara Pinang, Tangerang : Tidak bekerja : Belum menikah : SLTP : Islam : 957348

: lemas seluruh badan sejak 2 hari SMRS

2. Riwayat penyakit sekarang: Sejak 2 hari SMRS, pasien merasa lemas seluruh badan, tangan dan kaki masih bisa digerakkan, tidak ada bibir mencong maupun bicara kacau. Nafsu makan menurun, sehari makan 2x sebanyak 3 sendok makan, tidak ada mual maupun muntah, tidak ada sakit perut. Sebelumnya pasien mengeluh diare sejak 4 bulan SMRS, konsistensi feses berwarna kuning disertai lendir, kadang disertai darah berwarna merah segar. Frekuensi BAB lebih dari 10x/hari sebanyak gelas aqua tiap kali BAB. Ampas lebih banyak dari cairannya. Tidak terdapat demam, tidak ada sakit perut. Pasien tidak pantang dalam makan, pasien dapat minum susu maupun makanan berlemak tanpa menimbulkan BAB mencret sebelum sakit. Tidak pernah riwayat feses berwarna dempul maupun berminyak. Tidak ada konstipasi sebelum munculnya BAB mencret, maupun rasa tidak lampias setelah BAB. Tidak ada riwayat jatuh terduduk sebelumnya. Tidak ada berkeringat berlebih maupun penurunan berat badan. Selama 4 bulan ini, pasien mengeluh lendirnya sering keluar walaupun tanpa feses. Lendir bewarna bening dan berbau amis. Pasien juga mengeluh nyeri saat BAB, terutama saat BAB akan keluar. 2 bulan sebelum diare, pasien mengeluh tidak bisa BAB, kemudian beobat ke dokter umum dan diberi obat, tapi pasien tidak tahu obat apa. Keluhan kemudian membaik, pasien bisa BAB tapi hanya sedikit. Pasien mengatakan tiap kali BAB bentukya seperti kotoran kambing. Selama 4 bulan ini, pasien mengeluh berat badan menurun drastis (36 kg). Keluhan semakin lama semakin memberat dalam 2 hari SMRS, dimana pasien semakin merasa lemas dan nafsu makan semakin menurun. Batuk tidak ada, sariawan lama tidak sembuh tidak ada, tattoo di tubuh tidak ada, kebiasaan2

minum alcohol tidak ada. BAK lancar tanpa keluhan, nyeri berkemih tidak ada. Pasien masih mau minum 600cc per hari. Pasien mengatakan di daerah lipat pahanya terdapat benjolan, tapi pasien tidak mengeluh sakit didaerah tersebut. 3. Riwayat penyakit dahulu: -

Hipertensi (-) DM (-) Sakit ginjal (-) Alergi (-) Asma (-) Sakit jantung (-) Hemoroid (+) Keganasan (-) Batuk lama (-) TB (-) Sakit kuning (-) Dirawat di rumah sakit (-) Operasi (-)

-

4. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (+): ibu pasien DM (-) Sakit ginjal (-) Alergi (-) Asma (-) Sakit jantung (-) Keganasan (-)

5. Riwayat kebiasaan dan sosial ekonomi:

-

Pasien belum menikah, saat ini tinggal dengan ibunya3

-

Riwayat di lingkungan yang menderita TB (-). Tidak ada yang menderita keluhan seperti ini Pasien sering merokok, tapi sudah berhenti semejak sakit. Tidak pernah minum alcohol. Tidak pernah mengonsumsi narkoba. Tidak pernah transfusi darah. Tidak pernah mengonsumsi obat tertentu secara rutin.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Status generalis a. Keadaan umumb. Kesadaran c. Tinggi badan d. Berat badan e. IMT f. Keadaan gizi

: Sakit sedang : Compos Mentis : 165 cm : 59 kg : 21,67 kg/cm2 : cukup

2. Tanda vitala. Tek.darah b. Nadi c. Suhu d. Pernafasan

: 120/90 mmHg : 96 x/mnt : 36,50C : 20 x/mnt

3. Kulita. Warna b. Jaringan parut c. Pigmentasi d. Suhu raba

: Sawo matang : Tidak ada : Tidak ada : Hangat : Lembab : Cukup : (-) : Tidak ada : (-)4

e. Lembab/keringf. Turgor g. Ikterus h. Edema i.

Lain-lain

4. Kepala

: Normosefali, rambut hitam, rambut tidak mudah rontok

5. Mata Pemeriksaan Konjungtiva pucat Sklera ikterik Exophtalmus Kanan (-) (-) (-) Kiri (-) (-) (-)

6. Telinga7. Hidung

: Normotia, secret -/: Sekret -/-, deviasi septum (-) : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang : JVP 5-2cmH2O, trakea terletak di tengah, kelenjar tiroid tidak

8. Tenggorokan9. Leher

membesar 10. Jantung a. Inspeksib. Palpasi

: Iktus kordis tidak tampak : Iktus kordis teraba di ICS V 1 jari medial garis midclavicula : Pinggang jantung dalam batas normal. Batas atas jantung ICS II garis parasternal sinistra Batas kiri jantung di ICS V 1 jari medial garis midclavicula sinistra Batas kanan jantung di ICS IV garis parasternal dekstra

sinistra c. Perkusi

d. Auskultasi

: S I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

11. Paru Pemeriksaan Inspeksi depan Inspeksi belakang Palpasi depan Palpasi belakang Kanan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Fokal fremitus teraba sama Fokal fremitus teraba sama Kiri Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Fokal fremitus teraba sama Fokal fremitus teraba sama5

Perkusi depan Perkusi belakang Auskultasi depan

Sonor Sonor Suara nafas vesikuler Rhoncii (-) Wheezing (-)

Sonor Sonor Suara nafas vesikuler Rhoncii (-) Wheezing (-) Suara nafas vesikuler Rhoncii (-) Wheezing (-)

Auskultasi belakang

Suara nafas vesikuler Rhoncii (-) Wheezing (-)

12. Abdomen a.b.

Inspeksi

: Tampak datar

Palpasi : Turgor baik, supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, ballottement (-), nyeri ketok CVA (-) c. (-)d.

Perkusi Auskultasi

: Timpani, shifting dullness (-), chess board phenomenon : Bising usus (+) meningkat

13. Ekstremitas Pemeriksaan Atas Kanan Akral hangat CRT