case bp tipus ai

Upload: amelia-puspitasari

Post on 06-Jan-2016

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

med

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama: An. A

Umur: 2 tahun 5 bulan

JK : Perempuan

TTL: Jakarta, 3/11/2010

Agama : Islam

Suku : Betawi

Alamat : Jl. Kmp Bend Mel RT 004/001

Tanggal masuk RS : 2 April 2013

Orang tua/wali

Ayah

Nama: Firdaus Umar

Agama : Islam

Suku: Betawi

Pekerjaan: Buruh

Alamat Pekerjaan: -

Penghasilan : Rp.1.500.000/bulan

Ibu

Nama: Siti Romilah

Agama : Islam

Suku : Betawi

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat Pekerjaan : -

Penghasilan: -

Wali

Nama

: -

Agama

: -

Pekerjaan

: -

Alamat Pekerjaan: -

Penghasilan

: -

Hubungan dengan orang tua: Anak kandungSuku bangsa/bangsa

: BetawiANAMNESISDilakukan allonanamnesis dengan ibu pasien pada hari Rabu tanggal 3 April 2013 pada jam 14.00 WIB.

KELUHAN UTAMA: Kejang pada seluruh tubuh 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

KELUHAN TAMBAHAN : Demam, batuk dan pilek

RIWAYAT PERJALANAN PEYAKIT :

1 minggu yang lalu ibu pasien mengatakan bahawa pasien batuk dan pilek. Batuknya berdahak, bening, kental dan sukar dikeluarkan. Pasien kemudian mendapatkan rawatan di Puskesmas dan diberikan dua macam obat, yaitu amoksisilin dan puyer. Setelah minum obat keluhan berkurang tetapi tidak sembuh total.

Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengaku pasien jatuh terpeleset di dalam kamar mandi karena lantai licin. Pasien jatuh dengan posisi duduk. Ketika terjatuh ibu pasien menyangkal adanya benturan pada bagian kepala. Setelah jatuh tidak didapatkan adanya keluhan seperti nyeri kepala, mual muntah atau penurunan kesadaran. Beberapa jam setelah jatuh, pasien tiba-tiba demam. Demam timbul mendadak dan tinggi dengan suhu 38oC. setelah demam, pasien langsung kejang. Kejang terjadi satu kali dan kurang dari 5 menit. Sewaktu kejang seluruh tubuh kaku, tidak kelojotan, mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak berbusa dan lidah tidak tergigit. Setelah kejang pasien langsung menangis dan dibawa ke IGD RSUD Koja. Sebelum kejang tidak didapatkan adanya diare, muntah, nyeri telinga atau keluar cairan dari telinga maupun trauma pada kepala. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Pasien pernah kejang sebanyak 3 kali, yaitu ketika berusia 1 tahun, 1 tahun 2 bulan, 1 tahun 6 bulan. Gejala kejang sama seperti yang dialami sekarang, yaitu kejang kurang dari 5 menit, kaku seluruh tubuh, tidak kelojotan, mata tidak mendelik ke atas, mulut tidak berbusa dan lidah tidak tergigit. Sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi.

RiWAYAT PENYAKIT KELUARGA:

Didapatkan riwayat kejang dalam keluarga bahwa ibunya juga pernah kejang sewaktu kecil.

RIWAYAT PENGOBATAN:

Ibu pasien mengaku sering kontrol pengobatan kejang di rumah sakit, namun sejak 3 bulan yang lalu pasien tidak kontrol lagi.RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN : KEHAMILANMorbiditas KehamilanTidak ada

Perawatan AntenatalTeratur 1 bulan sekali

KELAHIRANTempat KelahiranRumah Sakit

Penolong PersalinanDokter

Cara Persalinan Spontan

Tidak ada penyulit atau kelainan

Masa GestasiCukup Bulan

Keadaan Bayi Berat lahir: 2500 gr

Panjang: 46 cm

Lingkar kepala: tidak diketahui

Langsung Menangis

Kulit warna merah

Nilai Apgar: tidak diketahui

Kelainan Bawaan: tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi I: 8 bulan

Psikomotor

- Tengkurap

: 3 bulan

- Berjalan

: 12 bulan

- Duduk

: 9 bulan

- Bicara

: 11 bulan

- Berdiri

: 11 bulan

- Membaca/Menulis: 10 bulan

Perkembangan Pubertas

- Rambut Pubis: belum berkembang

- Payudara

: belum berkembang

- Menarche

: belum berkembang

Gangguan Perkembangan Mental/Emosi : Tidak ada

RIWAYAT MAKANAN

Umur (bulan)ASI/PASIBuah/BiskuitBubur SusuNasi Tim

0-2+

2-4+

4-6+

6-8+

8-10+++

10-12++++

2 tahun++++

Umur diatas 1 tahunJenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti3x/hari, banyak

Sayur3x/hari

Daging2-3x/minggu

Telur3x/minggu

Ikan3x/minggu

Tahu3x/minggu

TempeJarang ( 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun

> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

4. Bukan bronkopenumonia :

Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:

1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung

2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus

3. Deteksi antigen bakteri

Diagnosis BandingBronkiolitis

Aspirasi pneumonia

Tb paru primer

PenatalaksanaanSebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak mau makan/minum atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen dan koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.

Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri.

Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris sesuai pola kuman tersering yaitu streptococcus pneumonia dan haemophilus pneumoniae. Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis.

Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur:

a.Usia 3 bulan:

Ampisilin + Kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari i.v terbagi dalam 3-4 dosis) merupakan obat pilihan utama.

Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari.

Bila diduga penyebab pneumonianya adala S aureus, kloksasilin 50 mg/kgbb/hari i.v terbagi dalam 4 dosis dapat segera di berikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamicin atau vancomycin. Lama pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu.

Dilakukan terapi bedah bila ditemukan komplikasi pneumothoraks atau pneumomediastinum. Pemberiaan terapi suportif dapat berupa pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Tunda pemberian nutrisi secara oral bila anak masih sesak dan mulai dengan nutrisi parenteral. Bila terjadi atelektasis diperlukan rujukkan ke rehabilitasi medik.

KomplikasiKomplikasi dari bronchopneumonia adalah :

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

4. Infeksi sitemik

5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

PrognosisSembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

PencegahanPenyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan , beristirahat yang cukup, rajin berolahraga dan lai-lain.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:

a.Vaksinasi Pneumokokus

b.Vaksinasi H. Influenza

c.Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

d.Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

DAFTAR PUSTAKA1.Nelson Texbook of Pediatrics 2008.

2.Hanifah M., editor. Pulmonologi Pneumonia. Pediatricia. Edisi 2; Jakarta.2005. Hal IV.2-IV.4.

3.Price, Sylvia Anderson.1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC

4.Smeltzer, Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume I.Jakarta : EGC

5.Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI

6.Murray,nedels.2005.Text Book of Respiratory Medicine,Edisi 1,Volume1. United State of America :Elseiver Saunders.

7.Zul Dahlan.2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

8.Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.