case besar dr djoko

24
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK CASE BESAR ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH Nama : Yani Puji Mustika Sari Nim : 11-2011-082 Tandatangan .................. .................. ........ Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru. Sp.M .................. .................. ......... I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. AD Umur : 12 tahun Alamat : Jati Kulon, Kudus Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar 1

Upload: yani-pukari-sweet

Post on 05-Aug-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Besar Dr Djoko

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

CASE BESAR ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH

Nama : Yani Puji Mustika Sari

Nim : 11-2011-082

Tandatangan

............................................

Dr Pembimbing : Dr Djoko Heru. Sp.M .............................................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. AD

Umur : 12 tahun

Alamat : Jati Kulon, Kudus

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal pemeriksaan : 16 November 2012

Pemeriksa : Yani

Moderator : Dr Djoko Heru. Sp.M

1

Page 2: Case Besar Dr Djoko

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Auto anamnesis tanggal : 16 November 2012, jam 14.00

Keluhan utama

Mata kanan melihat buram

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu dengan keluhan mata kanan

melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien masih bisa melihat dengan

baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah kanan pasien. Titik putih

tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu kemudian, pasien dibawa

ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai seperti ada kabut. Mata

dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah

dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf

yang terputus.

Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu pasien menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien

menggunakan kacamata dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50.

Imunisasi lengkap dan pada saat kehamilan ibu pasien tidak pernah mempunyai

penyakit yang serius (yang sampai dirawat di rumah sakit).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

2

Page 3: Case Besar Dr Djoko

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Ganeralis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Tanda Vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Nadi : 72x/menit

Respiration rate : 20x/menit

Suhu : 36,0°C

Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata

Telinga : Normotia, serumen (-), secret (-)

Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)

Tenggorokkan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)

Thoraks,

Jantung : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)

Paru : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)

Abdomen : Nyeri tekan (-), bising usus (+) 6x/menit, supel.

Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-.

STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD PEMERIKSAAN OS

1/~ Visus (tanpa kacamata) 20/200

Tidak dikoreksi Koreksi PH 20/80

Gerak bola mata normal.

Enopthalmus (-) Bulbus Oculi

Gerak bola mata normal.

Enopthalmus (-)

3

OD OS

Page 4: Case Besar Dr Djoko

Exopthalmus (-)

Strabismus (-)

Exopthalmus (-)

Strabismus (-)

Nyeri tekan (-)

Edema (-)

Hiperemsi (-)

Blefarospasme (-)

Lagopthalmus (-)

Ektropin (-)

Entropion (-)

Palpebra

Nyeri tekan (-)

Edema (-)

Hiperemsi (-)

Blefarospasme (-)

Lagopthalmus (-)

Ektropin (-)

Entropion (-)

Edem (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Kemosis (-)

Sekret serous (-)

Conjuctiva

Edem (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi siliar (-)

Kemosis (-)

Sekret serous (-)

Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih

Bulat, jernih

Edem (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Kornea

Bulat, jernih

Edem (-)

Infiltrat (-)

Sikatrik (-)

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Camera Oculi Anterior

Jernih

Kedalaman cukup

Hipopion (-)

Hifema (-)

Kripta (-)

Warna coklat

Edema (-)

Sinekia (-)

Atrofi (-)

Iris

Kripta (-)

Warna coklat

Edema (-)

Sinekia (-)

Atrofi (-)

Reguler

Letak sentral, tampak

jernih

Diameter 5 mm

Refleks pupil L/TL : (-/-)

Pupil

Reguler

Letak sentral, tampak

jernih

Diameter 3 mm

Refleks pupil L/TL :

4

Page 5: Case Besar Dr Djoko

(+/+)

Keruh seluruhnya,

shadow test (-)

Lensa Jernih, shadow test (-)

Negatif Fundus Refleks Positif, cermelang

Tidak dapat dinilai Vitreus Jernih

Tidak dapat dinilai Retina C/D ratio 0,5. Eksudasi -

, arteri : vena = 2:3,

perdarahan - ,

neovaskularisasi - ,

eksudasi -

Digital Normal Tekanan Intra Okuler Digital Normal

Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada

V. RESUME

Subjektif

Pasien anak dengan usia 12 tahun datang ke poli mata RS. Mardi Rahayu

dengan keluhan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien

masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata sebelah

kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar. 2 minggu

kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan pandangan mulai

seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak merah. Pasien terdiagnosis

katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG mata dengan hasil yang

didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien menyangkal pasien

memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata dengan ukuran mata

kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit

yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada yang memiliki diabetes

melitus dan hipertensi.

5

Page 6: Case Besar Dr Djoko

Objektif

OD

- Visus: 1/~

- Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal

- Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-)

- Lensa : keruh seluruhnya

- Refleks fundus : negatif

- Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai

- Tekanan intra okuler digital normal

OS

- Visus: 20/200 PH 20/80

- Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. OD Katarak juvenil dengan ablasio retina

2. OD Katarak komplikata

3. OD Katarak kongenital

4. OS miopia

5. OS hipermiopia

6. OS astigmat

VII. DIAGNOSIS KERJA

OD katarak juvenil dengan ablasio retina dan OS miopia

Dasar Diagnosis:

- Anamnesis:

Didapatkan mata kanan melihat buram. Sebelumnya tanggal 5 Oktober pasien

masih bisa melihat dengan baik. Namun sudah ada titik putih kecil di mata

sebelah kanan pasien. Titik putih tersebut makin hari makin bertambah besar.

2 minggu kemudian, pasien dibawa ibunya ke poli mata dengan keluhan

pandangan mulai seperti ada kabut. Mata dirasakan tidak sakit dan tidak

merah. Pasien terdiagnosis katarak dan pernah dilakukan pemeriksaan USG

6

Page 7: Case Besar Dr Djoko

mata dengan hasil yang didapatkan katarak dan saraf yang terputus. Ibu pasien

menyangkal pasien memiliki asma, dan alergi. Pasien menggunakan kacamata

dengan ukuran mata kiri S-3,50 dan mata kanan S-3,50. Tidak ada keluarga

yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Dikeluarga juga tidak ada

yang memiliki diabetes melitus dan hipertensi.

- Pemeriksaan status ganeralis:

o -

- Pemeriksaan status ophtalmikus

OD

Visus: 1/~

Palpebra, konjungtiva,kornea, dan iris dalam batas normal

Pupil : diameter 5 mm, refleks pupil L/TL : (-/-)

Lensa : keruh seluruhnya

Refleks fundus : negatif

Cairan vitreus dan retina tidak dapat dinilai

Tekanan intra okuler digital normal

OS

Visus: 20/200 PH 20/80

Pupil, lensa, vitreus, fundus reflex dan retina dalam batas normal

VIII. PENATALAKSANAAN

Non-medika Mentosa

- Gunakan kacamata dengan sferis negatif terkecil agar memberikan istirahat

mata dengan baik sesudah dikoreksi

Medika Mentosa

- Timolol 0,5% 2x1 tetes

7

Page 8: Case Besar Dr Djoko

IX. PROGNOSIS

OD OS

Ad Functionam Dubia ad malam Dubia Ad bonam

Ad Sanationam Dubia ad malam Ad bonam

Ad Cosmetikum Dubia ad bonam Ad bonam

Ad Vitam Dubia ad bonam Ad bonam

X. USUL

- Gonioskopi (melihat sudut bilik mata)

- Tonometri (melihat tekanan intra okuler)

XI. SARAN

- Menggunakan obat yang benar dan teratur

8

Page 9: Case Besar Dr Djoko

TINJAUAN PUSTAKA

I. Katarak juvenile

Katarak berasal dari bahasa Yunani,yaitu Katarrhakies,Inggris Cataract dan Latin

Cataracta yang artinya air terjun.Sedanglan dalam bahasa Indonesia disebut pula

bular,berupa penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak

adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penahanan cairan ) lensa, denatuasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. 1

Kekeruhan lensa ini biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif atau tidak

mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama.

Katarak adalah penyakit yang terdapat pada usia lanjut,menurut penelitian-penelitian

potongan melintang mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% warga Amerika

Serikat dan angka ini meningkat sampai sekitar 50% pada mereka usia antara 65 tahun

dan 74 tahun sehingga sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75

tahun 2, akan tetapi juga akibat kelainan kongenital atau penyakit mata lokal

menahun,antara lain glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat

juga berhubungan pada proses penyakit intraokuler lainnya.

Katarak dapat juga disebabkan oleh hal lain,seperti bahan toksik khusus (kimia dan

fisika).Sedang yang lainnya berupa keracunan obat dapat menimbulkan

katarak,misalnya:

1. Eserin ( 0,25% - 0,5 % )

2. Kortikosteroid

3. Ergot

4. Antikolinestrerase Topikal

Pada kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menyebabkan katarak, antara lain :

Diabetes Mellitus

Galaktosemia

Distrofi Miotonik

Katarak dapat juga ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik

( katarak senil, juvenile, herediter ) atau kelainan kongenital mata .Misalnya yang

disebabkan berbagai faktor ,antara lain :

1. Fisik

9

Page 10: Case Besar Dr Djoko

2. Kimia

3. Penyakit Predisposisi

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi Virus dimasa pertumbuhan janin

6. Usia

Keluhan pada pasien katarak biasanya terjadi penglihatan yang berasap dan tajam

penglihatan yang menurun secara progresif dan kekeruhan lensa ini mengakibatkan

lensa menjadi tidak transparan, sehingga pupil akan bewarna putih atau abu-abu.

Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk berdasarkan

tingkat,kekeruhan ini dapat juga ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa, seperti

korteks dan nukleus.

Ciri-ciri lensa katarak berupa; edema lensa ,perubahan protein ,peningkatan proliferasi

dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum ,edema lensa bervariasi

sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak immatur (insipien) hanya sedikit opaq

sedang katarak matur yang keruh total ( tahap menengah lanjut ) mengalami sedikit

edema. Bila kandungan air maksimum dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamai

intumesensi (membengkak ).Pada katarak hipermatur (sangat lanjut ) air telah keluar

dari lensa dan meninggalkan benda yang sangat keruh, relatif mengalami dehidrasi

dengan kapsul berkeriput.

KLASIFIKASI KATARAK

Katarak dapat dilsifikasikan dalam penggolongan berikut :

Katarak perkembangan ( developmental) dan degeneratif

Katarak kongenital , juvenile , dan senil

Katarak komplikata

Katarak traumatik

Dalam sumber lain ada yang membagi berdasar keadaan patologik lensa menjadi 4 :

1. Katarak developmental ,misalnya kongenital atau juvenile

2. Katarak degeneratif, misalnya senil

3. Katarak komplikata

4. Katarak trauma

5. Katarak dislokasi subluksasi ( kongenital dan trauma ), luksasi

(kongenital atau trauma ) anterior , posterior .

10

Page 11: Case Besar Dr Djoko

Sedangkan pembagian lain berdasarkan usia, antara lain 1 :

- Katarak kongenital yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun

- Katarak juvenile , katarak yang terlihat pada usia diatas 1 tahun dan dibawah 40

tahun.

- Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun.

- Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Berdasarkan penyebab terjadinya kekeruhan lensa, dapat dibagi menjadi :

Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa

Sekunder akibat tindakan pembedahan lensa

Komplikasi penyakit lokal ataupun umum

KATARAK JUVENILE 2,3

Katarak juvenile merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu

kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa

sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft

cataract.Biasanya katarak juvenile merupakan bagian dari suatu gejala penyakit

keturunan lain.

Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.

Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan.Pembedahan

dilakukan bila tajam penglihatan sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.Hasil

tindakan pembedahan sangat tergantung pada umur penderita, bentuk katarak apakah

yang mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat

timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi media penglihatan menambah

kemungkinan ambliopia.2

Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena :3

Lanjutan Katarak kongenital yang makin nyata.

Penyulit penyakit lain , katarak komplikata yang dapat terjadi akibat : penyakit lokal

pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior , glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi,

ptosis bulbi yang mengenai satu mata .

Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid dan miotonia distrofi yang

mengenai kedua mata akibat trauma tumpul atau tajam.

11

Page 12: Case Besar Dr Djoko

Biasanya katarak juvenile ini merupakan katarak yang dapat dan banyak dipengaruhi

oleh beberapa faktor.

Tindakan bedah pada katarak juvenile dilakukan pada :

1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan binokular, katarak telah

total dan kosmetik sangat meganggu.

2. Binokular katarak, yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari.

Tindakan bedah yang dilakukan adalah ekstraksi linier atau ekstraksi lensa ekstra

kapsular ( EKEK ) dengan menanam lensa intraokular.

II. Ablasio retina

Definisi

Ablasi retina adalah lepasnya retina dari tempatnya dimana lapisan sel kerucut dan sel

batang retina terpisah dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen

retina masih melekat erat pada membran Bruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan

batang retina dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan ganggguan nutrisi

retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan

gangguan fungsi yang menetap.

 

Gambar : Lapisan Retina

12

Page 13: Case Besar Dr Djoko

Epidemiologi

Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai

usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 – 30%. Angka kejadian

terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat (AS).

Data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di

urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998.

Klasifikasi

1. Ablasi retina regmatogenosa (rhegmatogenous retinal detachment):

Ablasi retina akibat terdapatnya robekan atau lubang pada retina sehingga terjadi

aliran vitreous humor (cairan mata) dari badan kaca ke belakang menuju rongga antara

sel pigmen epitel dengan retina.

Terjadi pendorongan retina oleh vitreous humor (cairan mata) yang masuk melalui

robekan atau lubang retina tersebut ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina

dan menyebabkan retina terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi retina

regmatogenosa merupakan yang tipe ablasi yang paling umum terjadi. Ablasi umumnya

terjadi pada mata yang mempunyai faktor resiko untuk terjadi ablasi retina. Trauma

hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat.

Gambar : Ablasi retina regmatogenosa

2. Ablasi retina eksudatif :

Ablasi retina akibat adanya kebocoran pada pembuluh darah retina dan koroid

(ekstravasasi) sehingga terjadi penimbunan eksudat sub retina yang mengangkat retina.

Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit koroid dan keganasan seperti skleritis (radang di

sklera), koroiditis (radang di koroid), tumor di belakang bola mata, radang uvea , atau

tidak diketahui penyebabnya. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi

kepala. Permukaan retina yang terangkat lebih licin. Ablasi ini dapat hilang atau menetap

bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau menghilang. 

13

Page 14: Case Besar Dr Djoko

3. Ablasi retina tarikan atau traksi :

Ablasi retina akibat penarikan retina umumnya oleh jaringan jaringan ikat pembuluh

darah yang terbentuk di dalam badan kaca. Neuropati diabetik proliferatif merupakan

penyebab ablasi tipe ini yang paling sering. Selain itu trauma dan perdarahan pada badan

kaca akibat bedah atau infeksi juga dapat menjadi faktor penyebab.

Gejala

Gejala pertama berupa penderita melihat kilatan-kilatan bintik hitam

mengapung dan cahaya (fotopsia) beberapa hari sampai dengan beberapa minggu

sebelumnya

Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului

oleh terlihatnya bintik-bintik atau pun cahaya yang nyata

Keluhan seperti ada tirai yang menutupi sebagian lapang mata

Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan mengaburkan

penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan

Pemeriksaan Oftalmologi

Retina yang lepas tak dapat dilihat dari luar mata. Karena itu bila ada keluhan seperti

di atas harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter akan

memeriksa bagian dalam mata dengan alat yang bernama oftalmoskop

Retina berwarna abu-abu dengan lipatan-lipatan berwarna putih, berubah bentuknya

bila kepala digerakkan

Koroid normal tidak tampak

Dapat tampak daerah makula terlepas

Penatalaksanaan

Hanya dokter spesialis mata yang berwenang mengobati ablasi retina. Pasien

dengan keluhan-keluhan seperti di atas dan mereka yang menderita miopia (rabun jauh)

dengan kaca mata minus tinggi serta mereka yang anggota keluarganya pernah

mengalami ablasi retina, sebaiknya memeriksakan matanya secara berkala.

Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah dengan

tindakan segera, yaitu dengan tindakan sinar laser. Biasanya menggunakan laser yang

dapat menciptakan lingkungan yang terbakar pada robekan retina sehingga terbentuk

bekas luka dan melekatnya retina yang robek dengan jaringan yang ada dibawahnya. Hal

14

Page 15: Case Besar Dr Djoko

ini dapat mencegah cairan (vitreous humor) masuk melalui robekan dan tidak terjadi

ablasi retina.

Pada kasus yang jarang, laser tidak dapat digunakan maka kriopeksi dapat

digunakan untuk mengatasi robekan retina. Kriopeksi yaitu tindakan pemberian suhu

dingin dengan jarum es akan membentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada

jaringan di bawahnya. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung

udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan

kembali cairan di belakang retina. Sekali terjadi ablasi retina hampir selalu menunjukkan

terlambatnya menggunakan laser atau kriopeksi. Melalui pemeriksaan oftalmoskopi

dapat ditemukan robekan retina dan risiko lain untuk terjadinya ablasi retina. Apabila

robekan tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan ulang dalam 1 – 2 minggu atau

sesegera mungkin jika adanya gejala ablasi.

Bila retina telah lepas, maka diperlukan tindakan bedah untuk menempelkan

kembali retina tersebut. Ablasi retina dapat diperbaiki lebih dari 90% dengan

menggunakan prosedur tunggal. Pada lebih dari 90% ablasi retina, retina dapat

ditempelkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern dan kadang-kadang

diperlukan lebih dari satu kali operasi. 

Ada 3 prosedur operasi dalam memperbaiki ablasi retina yakni skleral buckling,

vitrektomil, dan pneumaticretinopeksi. 

1. Skleral Buckling (SB)

Tindakan operasi jenis ini sudah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu. Operasi jenis ini

sampai sekarang masih merupakan pilihan untuk ablasi tipe regmatogenosa, terutama

jika tidak ada komplikasi. Prosedurnya meliputi : menentukan lokasi robekan retina,

menatalaksana robekan retina dengan kriopeksi dan menahan robekan retina dengan

“skleral buckle”. Buckle biasanya berupa silicon berbentuk spons atau padat. Tipe dan

bentuk buckletergantung dari lokasi dan jumlah robekan retina. Buckle diikatkan di

sklera untuk diposisikan sedemikian rupa sampai dapat mendorong robekan retina

sehingga dapat menutup robekan. Jika robekan telah tertutup, maka cairan dalam retina

akan menghilang secara spontan dalam jangka waktu 1 – 2 hari. Terkadang dapat juga

dilakukan penyedotan cairan sub retina saat operasi berlangsung. Prosedur ini lebih

sering dilakukan dengan anestesi lokal dan pasien tidak perlu dirawat. 

Pasca operasi pasien tidak harus dalam posisi tertentu. Pasien dapat melakukan

aktivitas seperti biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala.

15

Page 16: Case Besar Dr Djoko

2. Vitrektomi

Pada ablasi yang rumit mungkin diperlukan tindakan vitrektomi. Prosedur ini pertama

kali dilakukan 20 tahun yang lalu. Biasanya dilakukan pada ablasi retina traksi namun

dapat juga dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa terutama bila ablasi ini

disebabkan oleh adanya vitreus traksi atau perdarahan vitreus.

Prosedurnya meliputi irisan kecil pada dinding mata untuk memasukkan alat-alat ke

dalam rongga viteus, tindakan pertama adalah memindahkan vitreus dengan

menggunakan “vitreus culter”. Selanjutnya dilakukan teknik sayatan “tractional bands”

dan “air fluid exchange” yakni memasukkan cairan silikon untuk menempelkan kembali

retina. Pemilihan teknik ini berdasarkan tipe dan penyebab ablasi retina. Pada teknik ini

kepala pasien harus berada dalam posisi tertentu untuk menjaga agar retina tetap

menempel.

3. Pneumatik Retinopeksi

Dalam 10 tahun terakhir, prosedur ini menjadi popular dalam menangani ablasi retina

regmatogenosa, terutama pada robekan tunggal dan berlokasi di superior retina. Prinsip

prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam badan vitreus.

Gelembung ini akan dengan sendirinya menempati posisi dimana terjadi robekan retina.

Apabila robekan retina dapat ditutupi oleh gelembung gas maka cairan subretina akan

menghilang dalam 1 – 2 hari. Robekan retina sebelumnya dapat diterapi dengan

kriopeksi sebelum penyuntikkan gelembung atau dengan laser setelah retina

mendatar.Keuntungan dari tindakan ini adalah pasien tidak perlu dirawat inap dan

mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan prosedur buckling.

Kerugiannya adalah kepala pasien harus dalam posisi tertentu dalam 7 – 10 hari, dan

mempunyai tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan dengan skleral buckle.

 Apabila retina tidak dapat kembali lekat dengan epitel maka dapat dilakukan

operasi skleral buckle atau vitektomi.

III. Myopia

16