case asma bronkial aiii

28
Kasus 1 Topik: Asma Bronkial Tanggal (kasus): 6 Januari 2013 Persenter: dr. Keumalasari Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. Irnalita, MARS Tempat Presentasi : RSU Yuliddin Away Obyektif Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Perempuan, 52 tahun dengan sesak nafas, lemas dan batuk Tujuan: - Mampu mendiagnosis penyakit Asma Bronkial - Mengetahui management terapi pada asma akut maupun kronik - Mampu melakukan edukasi Bahan bahasan: Tinjauan Riset Kasus Audit

Upload: inna-mayniza

Post on 20-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Asma Bronkial Aiii

Kasus 1Topik: Asma Bronkial

Tanggal (kasus): 6 Januari 2013 Persenter: dr. Keumalasari

Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. Irnalita, MARS

Tempat Presentasi : RSU Yuliddin Away

Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Perempuan, 52 tahun dengan sesak nafas, lemas dan batuk

Tujuan:

- Mampu mendiagnosis penyakit Asma Bronkial

- Mengetahui management terapi pada asma akut maupun kronik

- Mampu melakukan edukasi

Bahan bahasan:

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara membahas:

Diskusi

Presentasi dan diskusi

Email

Pos

Data pasien: Nama: Ny. H Nomor Registrasi: -

Nama klinik: RSUD Yuliddin Away Tapaktuan Telp: (-) Terdaftar sejak: -

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis :

Page 2: Case Asma Bronkial Aiii

Pasien datang ke RSUD Yuliddin Away dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Keluhan dirasakan semakin memberat 1 hari

SMRS. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, lemas dan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku dada terasa berat, sulit

tidur dan lebih nyaman dengan posisi duduk. Sebelumnya pasien sudah mulai mengalami sesak sejak 1 tahun terakhir. Sesak terutama

dirasakan pasien saat kelelahan dan pada malam hari atau saat suasana dingin. Sesak semakin sering dialami pasien sejak 3 bulan

terakhir. Pasien menyangkal pernah berobat ke dokter sebelumnya. Pasien menyangkal pernah mengalami sesak napas sejak kecil.

2. Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah berobat dengan penyakit ini sebelumnya.

3. Riwayat kesehatan/penyakit:

Riwayat alergi (+), asma (-), Hipertensi (-), DM (-)

4. Riwayat keluarga:

Adik pasien penderita asma sejak kecil.

5. Riwayat pekerjaan: Pasien adalah seorang pembuat priok tanah yang di bakar.

6. Lain-lain:

Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang: tidak jelas.

Riwayat kebiasaan sosial: Pasien seorang pembuat priok tanah

7. Pemeriksaan Fisik

I. STATUS PRESENT

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

4. Nadi : 112x/menit, reguler, lemah

5. Frekuensi Nafas : 30x/menit

Page 3: Case Asma Bronkial Aiii

6. Temperatur : Afebris

II. STATUS GENERAL

A. Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Kembali cepat

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Sianosis : (-)

Oedema : (-)

Kelembaban : Lembab (berkeringat banyak)

B. Kepala

Bentuk : Kesan Normocephali

Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut

Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)

C. Mulut

Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Gigi geligi : Karies (-)

Lidah : Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa : Basah (+)

Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal

Page 4: Case Asma Bronkial Aiii

Faring : Hiperemis (-)

D. Leher

Bentuk : Kesan simetris

Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)

Peningkatan TVJ : R-2 cmH2O

E. Axilla : Pembesaran KGB (-)

F. Thorax

1. Thoraks depan

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernafasan: Thorako-abdominal

Retraksi : Suprasternal (+), interkostal (+)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiriLap. Paru atas Normal NormalLap. Paru tengah Normal NormalLap.Paru bawah Normal Normal

Perkusi

Paru kanan Paru kiriLap. Paru atas Sonor SonorLap. Paru tengah Sonor Sonor

Page 5: Case Asma Bronkial Aiii

Lap.Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(+) Rh(-) , Wh(+)

Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(+) Rh(-) , Wh(+)

Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(+) Rh(-) , Wh(+)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernafasan: Thorako-abdominal

Retraksi : Interkostal (-)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Normal Normal

Lap. Paru tengah Normal Normal

Lap.Paru bawah Normal Normal

Page 6: Case Asma Bronkial Aiii

Perkusi

Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Parutengah Sonor Sonor

Lap.Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(+) Rh(-),Wh(+)

Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(+) Rh(-), Wh(+)

Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(+) Rh(-), Wh(+)

G. Jantung

- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra

Page 7: Case Asma Bronkial Aiii

- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra

Batas kanan : Linea parasternalis kanan

Batas Kiri : ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra

- Auskultasi : HR : 112 x/menit, reguler, bising (-). BJ I > BJ II

H. Abdomen

- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)

- Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),

Lien tidak teraba, hepar tidak teraba

- Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)

- Auskultasi : peristaltik usus (N)

I. Genetalia : tidak terdapat kelainan

J. Anus : tidak terdapat kelainan

K. Ekstremitas

Ekstremitas Superior InferiorKanan Kiri Kanan Kiri

Sianotik - - - -Edema - - - -Ikterik - - - -Gerakan Aktif Aktif Aktif AktifTonus otot Normotonus Normotonus Normotonus NormotonusSensibilitas N N N NAtrofi otot - - - -

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 8: Case Asma Bronkial Aiii

Hasil Laboratorium (6 Januari 2013)

Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

Haemoglobin 10,1 gr/dl 13 - 17 gr/dl

Leukosit 8,6 x 103 /ul 4,1-10,5.103/ul

Trombosit 246 x 103 / ul 150-400.103/ulHematokrit 32,4 % 40-55%KGDS 136 mg/dl 100-140 mg/dl

Hasil Foto thorax (6 Januari 2013)

Page 9: Case Asma Bronkial Aiii

Hasil: Foto underexposed, tidak terlihat gambaran udara di lambung.

DIAGNOSA SEMENTARA Asma bronkial persisten ringan

IV. PLANNING

Page 10: Case Asma Bronkial Aiii

1. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut

2. Edukasi

Saran Pemeriksaan :

1. Pemeriksaan Diftell

2. Pemeriksaan fungsi paru dengan Spirometri

3. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter

4. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)

5. Uji alergi (skin prick test)

6. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hiperaktivitas bronkus

V. PENATALAKSANAAN

UMUM

- Bedrest

- Diet MB

● KHUSUS

- Bedrest

- O2 2-3 liter/i (rebreathing)

- Ventolin nebulizer 2-3x/hari

- IVFD Dextrose 5% 20 gtt/i

- Inj. Dexamethason 1 amp/8 jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam

Page 11: Case Asma Bronkial Aiii

- Cetirizin 1x1

- Ambroxol syr 3xCth II

VI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Daftar Pustaka:

a. Mangunnegoro, dkk. Asma : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia. 2004.

b. Anonymous. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2009.

c. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan

Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis Asma Bronkial

2. Penatalaksanaan Asma Bronkial eksaserbasi akut dan kronik

3. Mengetahui indikasi pemberian terapi

4. Edukasi pencegahannya

Page 12: Case Asma Bronkial Aiii

Rangkuman1. Subjektif:

Pasien datang ke RSUD Yuliddin Away dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Keluhan dirasakan semakin memberat 1 hari

SMRS. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, lemas dan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku sulit tidur dan lebih nyaman

dengan posisi duduk. Sebelumnya pasien sudah mulai mengalami sesak sejak 1 tahun terakhir. Sesak terutama dirasakan pasien saat

kelelahan dan pada malam hari atau saat suasana dingin. Sesak semakin sering dialami pasien sejak 3 bulan terakhir. Pasien

menyangkal pernah berobat ke dokter sebelumnya. Pasien menyangkal pernah mengalami sesak napas sejak kecil.

2. Objektif:

Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang mendukung diagnosis Asma persisten ringan. Pada kasus ini diagnosis

ditegakkan berdasarkan:

Gejala klinis berupa sesak napas dan batuk. Sesak napas yang dialami pasien saat malam hari disertai dengan batuk menunjukkan

adanya reaksi inflamasi yang disebabkan oleh faktor pencetus. Reaksi inflamasi ini menyebabkan penyempitan saluran napas oleh

edema, sumbatan mukus, dan spasme otot bronkus. Gejala batuk dan sesak menandakan adanya penyempitan pada saluran

napas yang kecil. Sedangkan mengi menandakan adanya penyempitan disaluran napas besar. Gejala sesak yang semakin sering

dalam beberapa bulan terakhir (>2x/bulan) menunjukkan asma persisten ringan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan napas yang cepat (RR 30x/menit), mengi, suara napas tambahan (wheezing), ekspirasi

memanjang, serta retraksi suprasternal. Gejala-gejala ini mendukung diagnosis penyakit asma.

Pada pemeriksaan penunjang foto thorak pada pasien ini tidak dapat dibaca dengan jelas karena underexposed. Pemeriksaan

laboratorium darah didapatkan haemoblobin 10,1 gr/dl , hal ini sejalan dengan keadaan pasien yang lemas dan pucat, namun

tidak menunjang penegakan diagnosa asma bronkial.

Pemeriksaan lain yang dapat menggambarkan suatu Asma bronkial adalah spirometri dan uji provokasi bronkus, namun tidak

tersedia di RS.

Page 13: Case Asma Bronkial Aiii

3. Asesmen (penalaran klinis):

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus

dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) yang bersifat non-reversible. Yang ditandai adanya mengi

episodic, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan jalan nafas, termasuk kedalam penyakit saluran pernapasan kronik.

Faktor penyebab terjadi asma pada umumnya ada beberapa faktor antara lain: 1) Rangsangan alergi (menghirup bahan alergen

atau setelah mengkonsumsi bahan alergik tersebut), 2) Rangsangan bahan toksik dan iritan (kelompok ini meliputi asap rokok, polutan

pembuangan pabrik, asap obat nyamuk, uap cat, bahan kimia dan logam platina atau nikel), 3) Infeksi (pada umumnya infeksi virus,

bakteri dan jamur memicu timbulnya serangan asma namun dapat pula bertindak sebagai bahan alergen), 4) Obat (golongan terbanyak

adalah penisilin), 5) Ig E (Ig E ditemukan dalam serum dalam jumlah yang sangat sedikit. Ig E mudah diikat sebagai mastosit, basofil,

eosinofil, makrofag, dan trombosit yang pada permukaannnya memilik reseptor untuk fraksi Fc dari Ig E. Ig E dibentuk juga setempat oleh

sel plasma dalam selaput lender saluran nafas dan cerna. Bila kadar IgE pada penderita asma dengan kelainan lambung meningkat,

ternyata hal ini menyebabkan penderita lebih rentan dan lebih sering dapat serangan asma atau lebih berat), 6) Penyebab lain (faktor fisik

dan psikologi).

Manifestasi penyumbatan jalan napas pada asma disebabkan oleh bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema mukosa, infiltrasi seluler, dan

desquamasi sel epitel serta sel radang. Berbagai rangsangan alergi dan rangsangan nonspesifik, akan adanya jalan napas yang hiperreaktif,

mencetuskan respon bronkokonstriksi dan radang. Rangsangan ini meliputi alergen yang dihirup (tungau, tepung sari, sari kedelai, protein minyak

jarak), zat iritan (asam lambung), polutan udara, asap rokok, infeksi, obat-obatan, udara dingin, olahraga.

Obstruksi Saluran Respiratorik

Inflamasi saluran respiratorik yang ditemukan pada pasien asma diyakini mendasari gangguan fungsi: obstruksi saluran respiratorik

menyebabkan, keterbatasan aliran udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang

dihubungkan dengan gejala khas pada asma : batuk, sesak dan wheezing dan disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap

berbagai rangsangan. Batuk sangat mungkin disebabkan stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator inflamasi

Page 14: Case Asma Bronkial Aiii

terutama pada anak, batuk berulang bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang ditemukan.

Hiperreaktivitas Saluran Respiratorik

Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara klinis paling relevan pada penyakit

asma. Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap reaktivitas yang berlebihan atau hiperreaktivitas ini belum diketahui tetapi mungkin

berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyebabkan

perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat memperberat penyempitan

saluran respiratorik selama kontraksi otot polos.

Hiperreaktivitas bronkus secara klinis sering diperiksa dengan memberikan stimulus aerosol histamin atau metakolin yang

dosisnya dinaikkan secara progresif kemudian dilakukan pengukuran perubahan fungsi pant (PFR atau FEVI). Provokasi/stimulus lain

seperti latihan fisik, hiperventilasi, udara kering dan aerosol garam hipertonik, adenosin tidak mempunyai efek langsung terhadap otot

polos (tidak seperti histamin dan metakolin), akan tetapi dapat merangsang penglepasan mediator dari sel mast, ujung serabut saraf,

atau sel-sel lain pada saluran respiratorik. Dikatakan hiperreaktif bila dengan cara histamin didapatkan penurunan FEV 120% pada

konsentrasi histamin kurang dari 8 mg%.

Kejadian utama pada serangan asma adalah obstruksi saluran respiratorik secara luas yang merupakan kombinasi dari spasme otot

polos bronkus, udem mukosa karena imflamasi saluran respiratorik, dan sumbatan mucus. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di

seluruh paru.

Berat ringannya asma ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya gambaran klinis sebelum pengobatan dan obat-obat yang

digunakan untuk mengontrol asma. Klasifikasi menurut berat ringannya asma sangat penting untuk management penatalaksanaannya.

Page 15: Case Asma Bronkial Aiii

Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa

Klasifikasi derajat asma selain berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) melakukan pembagian derajat serangan asma berdasarkan

Page 16: Case Asma Bronkial Aiii

gejala dan tanda klinis, faal paru dan pemeriksaan laboratorium.

Penilaian derajat serangan asma

Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman henti napas

Aktivitas Berjalan

Bayi: menangis keras

Berbicara

Bayi: tangis pendek & lemah

Istirahat

Bayi: berhenti makan

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata

Posisi Bias berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan

Kesadaran Mungkin teragitasi Biasanya teragitasi Biasanya teragitasi Kebingungan

Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada

Mengi Sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi

Nyaring, sepanjang ekspirasi + inspirasi

Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop

Sulit/tidak terdengar

Sesak nafas Minimal Sedang Berat

Otot Bantu napas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoks torako-abdominal

Retraksi Dangkal, retraksi interkostal

Sedang, ditambah retraksi suprasternal

Dalam, ditambah napas cuping hidung

Dangkal/ hilang

Pulsus Paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda

Page 17: Case Asma Bronkial Aiii

< 10 mmHg < 10-20 mmHg < 20 mmHg kelelahan otot napas

PEFR/FEV1 % Nilai dugaan/nilai terbaik

-Pra bronkodilator

-Pasca bronkodilator

-

> 60%

> 80%

40 -60 %

60 -80 %

< 40%

<60% response <2 jam

SaO2 (%) >95 % 91-95% <90%

PaO2 Normal (biasanya tidak perlu diperiksa)

>60 mmHg <60 mmHg

PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg

Berdasarkan frekuensi dan derajat serangan asma, pasien termasuk kategori asma persisten ringan dengan serangan sedang.

4. Plan:

Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis menderita asma

persisten ringan

Pengobatan:

Tujuan tatalaksana pasien asma adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan cara:

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.

2. Mencegah eksaserbasi akut.

3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin.

Page 18: Case Asma Bronkial Aiii

4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise.

5. Menghindari efek samping obat.

6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel.

7. Mencegah kematian karena asma.

8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya.

Penatalaksanaan asma pada prinsipnya diklasifikasikan menjadi:

1. Penatalaksanaan asma akut/ saat serangan

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang

Penatalaksanaan untuk asma eksaserbasi akut:

Penilaian Awal

- Anamnesis

- Pemeriksaan fisik

- APE atau VEP1

- Saturasi Oksigen

Terapi Awal

- Inhalasi β2-agonis kerja cepat secara terus menerus selama 1 jam.

- Oksigen sampai tercapai saturasi O2≥ 90% (95% pada anak-anak)

- Steroid sistemik jika tidak ada respon segera. Atau jika pasien sebelumnya sudah menggunakan steroid oral atau jika keparahan sudah

berat.

- Sedasi merupakan kontra-indikasi terapi asma eksaserbasi.

Penilaian Ulang (setelah 1 jam) APE dan saturasi O2.

Page 19: Case Asma Bronkial Aiii

Ketika serangan asma tidak respon terhadap pengobatan yang biasa, maka penderita harus dirumahsakitkan (Total Bed Rest) :

- Oksigen 2 – 3 liter/menit untuk mengurangi hipoksia yang merupakan hasil dari serangan puncak asma.

- Salbutamol nebulizer (Beta – 2 – agonist kerja singkat), biasanya dikombinasikan dengan ipratropium (antikolinergik)

- Steroid sistemik, oral atau intra vena (prednisone, prednisolon, metilprednisolon, dexametason, atau hidrokortison), hati-hati

dapat memperberat kelainan lambung bahkan menimbulkan perdarahan.

- Bronkodilator lain yang terbukti efektif ketika pengobatan dengan obat-obat oral biasa gagal, adalah :

o Beta agonist nonspesifik, injeksi atau inhalasi (epinefrin, isotharin, isoproterenol, metaproterenol)

o Antikolinergik, Intra Vena atau nebulizer, dengan efek sistemik (glikoprolat, atropine)

o Metilxantin (teofilin, aminofilin) diberikan secara drip.

o Anastesi inhalasi yang memiliki efek bronkodilator (isofluran, halotan, enfluran).

o Intubasi dan ventilasi mekanik, untuk pasien yang mendekati gagal napas.

Selama serangan asma yang berat, dilakukan:

- Pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah (analisa Gas darah)

- Pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter= Pengukuran Arus Puncak Expirasi)

- Pemeriksaan rontgen dada.

Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah serangan. Pengobatan disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang:

- Edukasi- Obat asma (pengontrol dan pelega)- Menjaga kebugaran

Edukasi yang diberikan mencakup:

1. Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan

2. Mengenali gejala serangan asma secara dini

Page 20: Case Asma Bronkial Aiii

3. Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu penggunaannya

4. Mengenali dan menghindari faktor pencetus

5. Kontrol

Dengan melaksanakan ketiga hal diatas diharapkan tercapai tujuan penatalaksanaan asma yaitu terkontrol. Berikut adalah ciri-ciri asma

terkontrol, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol.

Tingkatan asma terkontrol

Karakteristik

Terkontrol

(Semua dari tanda-tanda)

Terkontrol sebagian

Pengukuran ada setiap minggu

Tidak terkontrol

Gejala siang Tidak ada

( 2 x atau </ minggu)

>2 x / minggu Tiga atau lebih gambaran asma terkontrol sebagian ada pada setiap minggu

Keterbatasan Aktivitas

Tidak ada Sewaktu-waktu dalam seminggu

Gejala/ terbangun malam

Tidak ada Sewaktu-waktu dalam seminggu

Pemakaian obat pelega / agonis b 2

Tidak ada

(2 x atau </ minggu)

> 2 x / minggu

Fungsi Paru

(APE atau VEP1)

Normal < 80 % prediksi atau nilai terbaik individu

Eksaserbasi Tidak ada Sekali atau lebih dalam setahun

Sekali dalam seminggu

Keterangan: Fungsi paru tidak berlaku pada anak-anak di usia 5 tahun atau di bawah 5 tahun

Page 21: Case Asma Bronkial Aiii

Pendidikan: dilakukan pada pasien dan keluarga pasien untuk membantu mencegah seringnya kekambuhan dan mengatasi serangan

asma. Keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai penyakit asma bronkial, mengenali pencetusnya, serta mengetahui cara

penanganannya dengan tepat. Dukungan keluarga juga diperlukan untuk pengontrolan pasien agar kualitas hidup pasien tidak semakin

menurun.

Konsultasi: Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Penyakit Paru. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang berperan dalam

terjadinya serangan asma beserta prognosis pada pasien ini. Selain itu perlu diberikan penjelasan mengenai cara mengatasi serangan

asma dan pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu, pasien beserta keluarga perlu diedukasi untuk penatalaksanaan awal Asma

Bronkial, yaitu:

Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis

Segera membawa pasien ke unit kesehatan terdekat

Melakukan terapi