case asep
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
DISUSUN OLEH :
Nur Faiqah binti Abdul Rahman
112012224
PEMBIMBING:
Dr. Evalina SpKJ(K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
PERIODE 11 NOVEMBER – 14 DESEMBER 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk. Jakarta-Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU JIWA
Nama pasien : Tn.A
Masuk RS pada tanggal : 7 November 2013
Rujukan/datang sendiri/dengan keluarga : Ditangkap
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Tempat dan tanggal lahir : Serang, 1 Maret 1990
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Cipinang
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Pengamen dan Pekerja Seks Komersial
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 5 Disember 2013, jam 10.00WIB.
A. KELUHAN UTAMA
WBS datang dibawa oleh satpol PP ketika baru selesai mengamen di daerah Cipinang
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
WBS dibawa ke Panti Insan ketika baru selesai mengamen di daerah Cipinang.
Menurut WBS, ia mengekos sendirian didaerah Cipinang juga. Hampir setiap hari WBS
akan mengamen bagi mendapat uang perbelanjaan. WBS mengenakan dandanan dan
memakai pakaian wanita sebelum keluar mengamen. WBS merupakan ahli kumpulan
waria yang sama-sama mengamen dengan WBS.
Selain itu, WBS turut bekerja sebagai PSK, pada mulanya WBS hanya ingin
mencoba-coba, tetapi setelah mendapat hasil yang lebih banyak dari sebelumnya, WBS
telah menjadi PSK secara rutin sejak tahun 2010. WBS tidak mahu berkerja di kampung
halaman, karena takut dimarahin atau dikatain oleh orang kampungnya. WBS juga tidak
mahu memalukan keluarganya. Walaupun keluarga WBS sudah mengetahui kondisi
WBS, tetapi hubungan WBS dengan keluarga masih baik.
WBS merasa bahawa 70% dari hatinya itu terarah kepada kewanitaan sedangkan
30% terarah kepada kelakian, karena WBS secara semulajadi berkelakuan seperti wanita
tetapi pernah juga memarahi atau melakukan tindakan yang menurut WBS “seperti
lelaki” apabila WBS dilecehin dan ditertawain sama teman sekerja atau orang
disekelilingnya.
WBS menyatakan dirinya tertarik pada kaum sejenis dan sering bergonta-ganti
pasangan sejenisnya. WBS pernah tidur satu ranjang dengan seorang perempuan, tetapi
WBS tidak mempunyai apa-apa rasa terhadapnya. WBS tidak berkeinginan untuk
mencoba narkoba walaupun teman-teman WBS ada yang mengambilnya karena WBS
takut akan kesan sampingnya. WBS sering minum alcohol sampai mabuk, terutama
apabila merasa stress atau sedang menghadapi masalah. WBS juga turut merokok.
WBS mempunyai keinginan untuk menyuntik vitamin apabila sudah cukup uang
supaya tubuhnya kelihatan lebih cantik dan menyerlah. Tetapi WBS menolak sebarang
operasi yang mengubah bentuk tubuhnya serta memasukkan sesuatu yang tidak asli
seperti silicon.
Di panti, WBS megeluh sering mempunyai dahak yang berwarna putih. WBS
menyangkal adanya batuk. Hubungan WBS dengan teman sebaraknya baik.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
WBS menyadari masalah kepribadiannya sejak sebelum SD. WBS suka
bermain dandan atau nikah-nikah dengan saudara perempunannya. WBS lebih
selesa untuk berkelakuan dan berpakaian seperti wanita. WBS mengaku berasa
seperti dirinya bukan laki-laki. WBS juga mengaku dirinya lebih tertarik dengan
kaum sejenisnya. WBS berkeinginan untuk menyuntik vitamin supaya tubuhnya
kelihatan lebih cantik. Namun WBS menyangkal adanya hasrat untuk merubah
fisik badannya seperti melakukan pembedahan atau suntik hormone.
2. Riwayat Gangguan Medik
WBS menyangkal adanya sebarang penyakit seperti diabetes mellitus ,
tuberculosis, asma atau penyakit jantung. Terakhir WBS memeriksa darah adalah
satu minggu sebelum WBS ditangkap, tetapi WBS masih belum mengambil
hasilnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
WBS mengaku menggunakan alcohol sejak datang ke Jakarta pada tahun 2007
tetapi tidak menggunakannya secara rutin. Biasanya WBS akan minum sehingga
mabuk. WBS juga merokok tetapi tidak setiap hari. Penggunaan zat psikoaktif dan
narkoba disangkal.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Tiada
D.RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Perkembangan Fisik
WBS lahir secara normal dan cukup bulan di rumah dengan bantuan neneknya. WBS
diimunisasi lengkap.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa kanak-kanak (0-11 tahun)
WBS mulai merasa diri seperti bukan laki-laki seawal usia 5 tahun. Sejak kecil
WBS sudah berkelakuan seperti perempuan dan lebih sering berteman dengan
teman perempuan. WBS juga suka bermain dandanan dan nikah. WBS sering
diejekin oleh teman-temannya, karena merasa tersisih, WBS tidak fokus pada
persekolahan sehingga pelajarannya terganggu.
b. Masa Remaja (12-18 tahun)
WBS meneruskan persekolah sampai SMA. Menurut WBS antara kekuatan
yang didapatkan sehingga berjaya bertahan sampai SMA adalah karena punya
teman yang turut disisihkan disekolahnya. WBS sering pindah sekolah karena tidak
tahan dicaci atau dihina oleh teman-temannya.
c. Masa Dewasa (> 18 tahun)
WBS merasa nalurinya untuk menjadi banci semakin kuat. Ditambah pula, adanya
sokongan dari waria waria yang lain. Maka WBS mengambil keputusan untuk
berhijrah ke Jakarta supaya dapat menjalani kehidupan sebagai waria.
3. Riwayat Pendidikan
Prestasi WBS semasa di alam persekolahan kurang bagus, tetapi WBS masih naik
kelas sehingga tamat SMA.
4. Riwayat Pekerjaan
WBS pernah bekerja sebagai pengawas SPBU selama satu tahun setengah,
tetapi berhenti karena merasa seperti ada sesuatu yang salah apabila dirinya coba
untuk berpakaian dan berkelakuan seperti laki-laki. Lalu OS datang ke Jakarta pada
tahun 2007 dan bekerja sebagai pengamen. WBS mula berkerja tambahan sebagai
PSK pada tahun 2010, apabila mendapatkan hasil yang lebih lumayan dari
mengamen
5. Kehidupan Beragama
WBS menganut agama Islam, tetapi menurut WBS, ia bukanlah seorang muslim
yang baik, karena ia menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh dirinya itu berdosa
disisi agama tetapi WBS masih tetap melakukannya. WBS juga tidak melaksanakan
solat dan mengaji.
6. Riwayat kehidupan Sosial dan Perkawinan
WBS belum pernah menikah karena WBS lebih tertarik dengan laki-laki.
WBS mengaku ada berhubungan intim dengan ramai lelaki, ditambah pula,
pekerjaan WBS sebagai PSK. Kebiasaanya WBS akan memakai kondom sewaktu
berhubungan. WBS pernah berkeinginan untuk menikah dengan “tomboi” karena
mahu mempunyai anak sendiri, tetapi WBS tidak mahu terlalu memikirkannya.
E. RIWAYAT KELUARGA
WBS merupakan anak ke 9 dari 14 bersaudara. Namun dua darinya sudah
meninggal dunia waktu bayi. Kedua orang tua OS masih ada dan sehat. Hubungan WBS
dengan keluarga baik.
Keterangan
1. Ayah = 50 tahun, Masih Hidup
2. Ibu = 50 tahun, Masih Hidup
3. Kakak perempuan = 38 tahun, masih hidup
4. Kakak perempuan = 36 tahun, masih hidup
5. Kakak perempuan = meninggal waktu bayi
6. Kakak laki-laki = 32 tahun, masih hidup
7. Kakak perempuan = 30 tahun, masih hidup
8. Kakak laki-laki = 28 tahun, masih hidup
9. Kakak perempuan = 26 tahun, masih hidup
10. Kakak perempuan = 24 tahun, masih hidup
11. WBS = 23 tahun, masih hidup
12. Adik laki-laki = meninggal waktu bayi karena jatuh dari kasur
13. Adik laki-laki = 20 tahun, masih hidup
14. Adik perempuan = 18 tahun, masih hidup
15. Adik perempuan = 16 tahun, masih hidup
16. Adik perempuan = 14 tahun, masih hidup
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien mengaku kehidupannya di panti lebih baik dari di luar dan bisa bersosial
dengan baik dengan teman di baraknya. Namun WBS masih tetap mahu segera keluar dari
panti untuk menjalani kehidupannya seperti biasa.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
WBS laki-laki berusia 23 tahun, tubuh terlihat normal, kulit sawo matang, rambut
panjang berwarna hitam dan tumbuh merata. Pada saat dilakukan wawancara pasien
tampak menggunakan pakaian berupa kaos kuning dan kain sarung, kebersihan diri
cukup. Pasien tampak sesuai umurnya.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium / neurologik : Kompos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : WBS sedang istirahat
b. Selama wawancara : WBS duduk dengan sikap tubuh tegak, kontak mata baik,
ramah, suara dapat didengar dengan jelas, spontan, antusias dalam menjawab
pertanyaan diikuti dengan gerakan-gerakan anggota tubuh yang lemah lembut
seperti wanita dan sikap sangat bersahabat
c. Sesudah wawancara : WBS kembali ke baraknya
4. Sikap terhadap pemeriksa : WBS kooperatif (menjawab pertanyaan dengan baik)
5. Pembicaraan :
a. Cara berbicara : bicara spontan, sopan dan lancar, volume suara cukup jelas, tidak
dramatis, tidak emosional, dan menjawab semua pertanyaan yang diberikan.
b. Gangguan berbicara : tidak ada
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : Eutimik
2. Afek ekspresi : afektif
a. Arus : cepat
b. Stabilisasi : stabil
c. Kedalaman : dalam
d. Skala diferensiasi : luas
e. Keserasian : serasi
f. Pengendalian impuls : kuat
g. Ekspresi : wajar
h. Dramatisasi : tidak ada
i. Empati : dapat diraba rasakan
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : Rendah
2. Pengetahuan umum : Baik (mengetahui nama presiden Indonesia yang sekarang)
3. Kecerdasan : Baik
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (WBS dapat menyebutkan waktu wawancara yaitu jam 10:00
WIB, dan dapat membedakan siang dan malam)
b. Tempat : Baik (WBS tahu sekarang sedang berada di panti)
c. Orang : Baik (WBS dapat membedakan dokter dan pegawai panti)
d. Situasi : Baik (WBS tahu dokter muda sedang wawancara untuk mencari tahu
kondisi penyakitnya)
6. Daya ingat
a. Tingkat :
Jangka panjang : baik (WBS ingat tempat lahirnya)
Jangka pendek : baik (WBS dapat menyebutkan menu makan tadi malam)
Segera : baik (WBS tahu nama pemeriksa)
7. Pikiran abstraktif : Tidak baik ( WBS tidak dapat menjawab makna dari pribahasa :
“ada gula ada semut”)
8. Visuospatial : baik (WBS dapat menggambarkan jam dan waktu sesuai diminta)
9. Bakat kreatif : baik (WBS memiliki bakat mendandan, menari dan menyanyi)
10. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (WBS dapat makan dan mandi sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir :
o Produktifitas : Baik, suara jelas, flight of ideas (-).
o Kontinuitas : Baik, inkoherensi (-),
o Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
o Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
o Waham : Tidak ada
o Obsesi : Tidak ada
o Fobia : Tidak ada
o Gagasan rujukan : tidak ada
o Gagasan pengaruh : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan
gejala yang agresif.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (WBS tahu dia harus menjaga nama keluarganya)
2. Uji daya nilai : Baik (WBS menjawab pertanyaan jika menemukan dompet dijalan,
WBS pasti akan mengembalikannya)
3. Daya nilai reabilitas : Baik
H. TILIKAN
Derajat 5 (sadar akan penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan penyakitnya
namun tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya)
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pernafasan dah suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Sistem kardiovaskular : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Sistem respiratorius : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Sistem gastrointestinal : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Extremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
B. STATUS NEUROLOGIK
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untul WBS membuat pemeriksaan rontgen paru karena sering merasa ada
dahak dan sesak nafas seperti asma. Selain itu, disarankan untuk pemeriksaan HIV karena
pekerjaan WBS sebagai PSK.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
WBS seorang laki-laki berusia 23 tahun, tampak sesuai umurnya. WBS merupakan anak
ke 9 dari 14 bersaudara. Kedua orang tuanya masih hidup dan sehat. Sejak dari kecil WBS
sudah mulai menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. WBS suka bermain
dandanan dan nikah. WBS pernah punya pacar yang sejenis sewaktu SD, dimana WBS
berperan sebagai cewek dan WBS merasa senang dengan perbuatannya itu.
Sewaktu di sekolah, WBS sering ditertawain karena perilakunya yang lembut. WBS pernah
mencuba untuk menjadi laki-laki tetapi berhenti mencoba karena merasakan bahwa usahanya
itu sia-sia dan WBS tidak akan bisa menjadi hipokrit dengan dirinya sendiri.
WBS berhijrah ke Jakarta karena tidak mahu pelakuannya memalukan keluarga dan tidak
mahu diejekin oleh orang kampung. Di jalarta, WBS bekerja sebagai pengamen dan PSK.
WBS senang berpakaian seperti wanita dan berdandan. WBS sering melakukan hubungan
intim dengan kaum sejenisnya, tetapi WBS tidak pernah berhubungan dengan wanita.
Menurut WBS, dia pernah tidur satu ranjang dengan perempuan, tetapi WBS tidak merasa
apa-apa. Sejak di Jakarta, WBS mulai merokok dan minum alkohol sehingga mabuk. Tetapi
tidak rutin, hanya apabila berkumpul dengan teman atau lagi pikirin masalah. WBS
menyangkal penggunaan narkoba
VII. FORMULA DIAGNOSTIK
Aksis I :
Susunan diagnostik ini berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna maka kasus ini termasuk:
WD: Transvertisme Peran Ganda karena memenuhi Kriteria Diagnostik F64.1 :
a. Adanya Mengenakan pakaian dari lawan sejenisnya sebagai bagian dari
ekstensi dirinya untuk menikmati sejenak pengelaman sebagai anggota lawan
sejenisnya.
b. Tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau
berkaitan dengan tindakan bedah.
DD: F 64 Transeksualisme
Pasien tidak ada keinginan untuk melakukan terapi hormonal atau pembedahan
untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan.
F65.1 Transvertisme fetihistik
Pasien tidak memaki pakaian lawan jenis untuk mencapai kepuasan seksual
Aksis II
Tidak terdapat retardasi mental dan belum dapat ditegakan adanya gangguan kepribadian.
Aksis III
Belum dapat ditegakkan gangguan fisik melalui pemeriksaan laboratorium.
Aksis IV
Problem psikososial dan lingkungan kasus ini adalah
- Masalah keluarga : tidak ada
- Masalah pekerjaan : susah mencari pekerjaan kecuali mengamen dan PSK
- Masalah sosial : cenderung terpengaruh dengan teman
Aksis V
GAF 81-90 ( saat masuk panti ) – gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
daripada gejala harian biasa
GAF 81-90 (saat di wawancara ) - gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
daripada gejala harian biasa. Keadaan baik, pasien bergaul baik dengan teman baraknya ,
hubungan interpersonal dan sosial baik.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : WD: F64.1 : Transvertisme Peran Ganda
DD : F64 : Transeksualisme
F65.1 : Transvertisme fetihistik
Aksis II : Tidak didapatkan RM, belum ditegakkan adanya gangguan kepribadian
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah mengenai pekerjaan dan hubungan sosial.
Aksis V : Global Assessment Functional (GAF) Scale
81-90 (saat masuk Panti)
81-90 ( saat di wawancara )
IX. PROGNOSIS
Faktor yang memperingan :
Ada dukungan keluarga
Ada motivasi diri sendiri
Faktor yang memberatkan :
Ada hendaya sosial dan pekerjaan
Kesimpulan: Dubia ad bonam
X. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik : tidak ada
b. Psikologis :
c. Sosial/Keluarga : ada
XI. TERAPI
PSIKOFARMAKA:
1. Antiansietas seperti Diazepam, Lorazepam, Buspirone, Sulpiride, Hydroxine
2. Antidepressant seperti Amitriptilin, Clomipramine, Moclobemide, Paroxetine, Fluoxetine
PSIKOTERAPI TERHADAP PASIEN :
a. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini apat digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi
distraktibilitas serta mengkoreksi kesalahan daya nilai.
b. Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok dengan ahli
keluarga atau waria yang lain.Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara:
Ventilasi: memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeluarkan isi hatinya.
Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala kepribadiannya bisa
hilang.
Reassurance: meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa dia sanggup
mengatasi masalahnya.
Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang berhubungan dengan
masalah kesehatan jiwa pasien, agar pasien lebih bersemangat mengatasinya.
c. Psikoterapi re-edukatif
- Mengubah pola prilaku pasien dengan meniadakan kebiasaan tertentu dan
membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan
d. Sosioterapi
- Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di panti