case anak-asma yoan jadi

44
KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT TARAKAN Nama : Yohana Christanti Herianto Tanda Tangan No NIM : 11.2012.048 ............................... Topik : Asma Dokter Pembimbing : Dr. Aulia, Sp.A ............................... I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. C No. RM : 01146773 Tanggal Lahir : 27 Agustus 2010 Umur : 3 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Kepa Duri RT 003/012, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta. Agama : Islam Tanggal masuk RS : 26 Agustus 2013 jam 05.34 WIB II. IDENTITAS ORANG TUA Ayah Ibu Nama : Tn. B Nama : Ny. S Umur : 24 tahun Umur : 20 tahun 1

Upload: santi-lestari

Post on 03-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jn

TRANSCRIPT

Page 1: Case Anak-Asma Yoan JADI

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT TARAKAN

Nama : Yohana Christanti Herianto Tanda Tangan

No NIM : 11.2012.048 ...............................

Topik : Asma

Dokter Pembimbing : Dr. Aulia, Sp.A ...............................

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. C

No. RM : 01146773

Tanggal Lahir : 27 Agustus 2010

Umur : 3 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kepa Duri RT 003/012, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta

Barat, DKI Jakarta.

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 26 Agustus 2013 jam 05.34 WIB

II. IDENTITAS ORANG TUA

Ayah Ibu

Nama : Tn. B Nama : Ny. S

Umur : 24 tahun Umur : 20 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : ± Rp 2.000.000/bulan Penghasilan : -

1

Page 2: Case Anak-Asma Yoan JADI

III. ANAMNESIS

Alloanamnesis dengan Ibu dan Bapak pasien pada tanggal 27 Agustus 2013, jam 16:30 WIB.

Keluhan Utama : Sesak napas sejak kurang lebih 3 hari SMRS.

Keluhan Tambahan : Batuk, pilek, demam.

Riwayat Penyakit Sekarang :

3 hari SMRS, ibu OS mengatakan anaknya sesak napas. Sesak napas terjadi terutama

pada saat OS sedang batuk-batuk. Pada malam hari, OS sering terbangun pada saat sedang

tidur karena OS sering batuk dan mengalami sesak napas. Sesak napas tidak disertai warna

biru pada bibir, akan tetapi pada saat OS sesak napas terdengar bunyi ”ngik-ngik”. Pada saat

sesak, pasien lebih nyaman pada posisi duduk. 2 hari sebelum sesak ini timbul, OS

mengalami batuk yang terus menerus setelah OS makan ice cream. Batuk disertai dengan

dahak namun dahak tidak bisa keluar. Pada saat sedang batuk, OS sering muntah. Pada

muntahan terdapat lendir namun tidak ada darah. Muntah hanya terjadi pada saat OS batuk

terus menerus saja. OS mengalami demam namun demam tidak tinggi, OS juga pilek tetapi

tidak terus menerus.

Ibu OS juga mengatakan bahwa OS sering mengalami sesak napas jika OS kelelahan.

Selain karena kelelahan, OS akan mengalami sesak napas terutama pada saat OS minum

minuman dingin seperti ice cream maupun minuman dingin lainnya. OS juga akan

mengalami sesak napas saat berada diruangan yang menggunakan AC maupun pada daerah

yang beriklim dingin. Pada saat terpapar asap rokok, OS juga seringkali sesak napas.

2 hari SMRS, sesak napas OS semakin memberat. Sesak napas disertai bunyi ”ngik-

ngik”. Selain itu, OS juga masih batuk terus menerus. OS juga demam namun tidak demam

tinggi. Kemudian ibu OS membawa OS berobat ke Puskesmas dekat daerah rumahnya. Di

Puskesmas tersebut, OS diberi obat puyer. Namun setelah minum obat tersebut, keadaan OS

tidak membaik dan tidak mengalami perubahan.

1 hari SMRS, sesak napas OS semakin bertambah berat bahkan OS sudah tidak mau

minum dan makan, dan badan OS juga terlihat sangat lemas. Batuk OS juga semakin

memberat. Kemudian OS dibawa ke UGD RS Tarakan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien memiliki riwayat penyakit asma sejak 1 tahun yang lalu.

2

Page 3: Case Anak-Asma Yoan JADI

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama yaitu nenek dari pasien.

- Riwayat DM : tidak ada

- Riwayat hipertensi : tidak ada

- Riwayat sakit jantung : tidak ada

- Riwayat sakit paru : tidak ada.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

Kehamilan

Perawatan antenatal : Teratur kontrol ke bidan, setiap 3 bulan, dan 2-3 kali saat memasuki

usia 8-9 bulan.

Penyakit kehamilan : Tidak ada

Kelahiran

Tempat kelahiran : Di Puskesmas Kebon Jeruk

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan

Masa gestasi : Cukup bulan (9 bulan 9 hari=37 minggu)

Keadaan bayi :

Berat Badan Lahir : 3000 gram

Panjang Badan Lahir : 49 cm

Lingkar Kepala : Ibu pasien lupa

Langsung menangis, warna kulit kemerahan,

APGAR tidak diketahui oleh Ibu pasien.

Kelainan bawaan : tidak ada

Kesan : neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB SMK)

3

Page 4: Case Anak-Asma Yoan JADI

Riwayat Perkembangan :

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan (normal : 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : 4 bulan (normal 3-4 bulan)

Duduk : 7 bulan (normal 6 bulan)

Merangkak : 8 bulan (normal 7- 10 bulan)

Berdiri : 12 bulan (normal 9-12 bulan)

Menyebut ”mama” : 11 bulan (normal 10-12 bulan)

Berbicara : 1,5 tahun

Berjalan sendiri : 14 bulan (normal 12-18 bulan)

Kesan : pertumbuhan tidak ada gangguan, perkembangan tidak ada gangguan.

Perkembangan pubertas

Rambut pubis : (-)

Payudara : (-)

Menars : (-)

Riwayat Imunisasi :

Ibu melakukan imunisasi di Puskesmas

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)BCG 2 bulanDPT/DT 2 bulan 4 bulan 18 bulan 5 tahun 12 tahunPOLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan 5 tahunCAMPAK 9 bulanHEPATITIS B 0 bulan 1 bulan 6 bulanHiB -MMR -Tifoid -Hepatitis A -Varisela -

Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap

Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan usia.

Booster belum dilakukan. Imunisasi tambahan belum dilakukan.

4

Page 5: Case Anak-Asma Yoan JADI

Riwayat Penyakit yang pernah diderita:

PENYAKIT UMUR PENYAKIT UMURDiare 1,5 tahun Morbili -Otitis - Parotitis -Radang Paru - Demam Berdarah -Tuberkulosis - Demam Tifoid -Kejang - Cacingan -Ginjal - Alergi -Jantung - Kecelakaan -Darah - Operasi -Difteri - Lain-lain -

Data Perumahan

Kepemilikan rumah : Rumah Kontrak

Keadaan rumah : Memiliki 2 jendela dan ventilasi di hampir tiap ruangan

sehingga sirkulasi udara baik.

Keadaan lingkungan : keadaan lingkungan rumah tinggal pasien dan sekitarnya tidak

terlalu bersih karena warga setempat sering membung sampah

sembarangan dan selokan yang terdapat di dekat rumah pasien

sering tersumbat dan berbau.

Kesan : keadaan rumah cukup baik, keadaan lingkungan kurang baik.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 27 Agustus 2013 pukul 16.30 WIB

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : - Tekanan darah : -

- Frekuensi nadi : 118 x / menit

- Frekuensi napas : 36 x / menit

- Suhu aksila : 36,8 0C

Data Antropometri

Berat badan : 17 kg (+2SD : z-score WHO)

Panjang badan : 93 cm (-2 s/d +2 SD : z-score WHO)

5

Page 6: Case Anak-Asma Yoan JADI

BMI = 17

(0,93)2

=19,6

Kesimpulan : keadaan gizi berlebih

Berdasarkan table WHO, perbandingan tinggi badan dengan berat badan

KESAN : status gizi berlebih

Pemeriksaan Sistematis

Kepala : Normosefali, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-

ubun besar cekung (-).

Mata : Cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat dan

isokor (+/+), palpebra superior et inferior dalam batas normal, refleks cahaya

langsung dan tidak langsung +/+.

Telinga : Sekret (-/-), serumen (+/+).

6

Page 7: Case Anak-Asma Yoan JADI

Hidung : sekret sedikit, berwarna putih jernih, napas cuping hidung (-),

epistaksis (-).

Mulut : Bibir lembab, sianosis perioral (-), bentuk normal, tonsil T1-T1 tidak

hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher : Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba membesar

Toraks :

Paru-paru

- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan napas.

- Palpasi : Gerak nafas simetris

- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki basah halus di basal paru +/+, wheezing

+/+.

Jantung

- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis

- Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra

- Perkusi : Batas kanan : sela iga II linea parasternalis desktra

Batas atas : sela iga II linea parasternalis sinistra

Batas kiri : sela iga IV linea midklavikularis sinistra

- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Datar, tidak tampak benjolan dan tidak ada gambaran vena.

- Palpasi : Supel, hepar/lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-), turgor kulit

baik.

- Perkusi : Timpani pada keempat kudran abdomen, shifting dullness (-).

- Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time < 2 detik.

Kulit : turgor kulit normal,warna kulit sawo matang, edema (-).

Tulang belakang : tidak ada kelainan

Anus dan rektum : Tidak dilakukan.

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Refleks : Reflek fisiologis dan patologis tidak tampak kelainan.

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

7

Page 8: Case Anak-Asma Yoan JADI

Laboratorium RS Tarakan :

Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13,9 11,0 – 16,5 g/dL

Hematokrit 43,1 35- 45 %

Leukosit 15.200 4000 – 10000/mm3Anak usia 3 tahun 5000-15.500/mm3

Eritrosit 5.27 3.95- 5.26 juta/uL

Trombosit 351.000 150.000 - 450.000/mm3

VI. RESUME

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun, datang dengan keluhan sesak napas sejak 3

hari SMRS. Pada saat sesak napas, napas pasien berbunyi. Selain sesak napas, OS juga batuk,

pilek dan demam. Pada pemeriksaan aulkultasi ditemukan bunyi rhonki dan wheezing pada

kedua paru. Lab : eritrosit 5,27 juta/uL. Berat badan/tinggi badan >+2 SD.

VII. DIAGNOSIS KERJA

Asma episode jarang serangan sedang

VIII. DIAGNOSA BANDING

- Rinosinobronkitis

- Bronchitis

- Bronkiolitis

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

X. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

1. Nebulisasi (tiap 6 jam) combivent ½ ampul : NS 2 cc

2. Tirah baring

8

Page 9: Case Anak-Asma Yoan JADI

Medikamentosa

1. Cinam 3x400 mg iv

2. Gentamicin 2x40 mg iv

3. Dexametasone 3x1/3 ampul

4. Ambroxol syrup 3x1/2 cth

5. Pulveres batuk 3x1 bungkus

6. Ventolin syrup 3x1/2 cth

7. Paracetamol 3x1 cth

8. KAEN 1 B 10 tpm

Anjuran :

Orang tua pasien diharapkan dapat menghindarkan anaknya dari paparan alergen yang

dapat menyebabkan anaknya sesak napas dengan cara menjaga kebersihan rumah dan

lingkungan tempat tinggal supaya terhindar dari debu yang dapat menyebabkan sesak

napas. Selain itu, bapak pasien diharapkan tidak merokok di dalam rumah atau merokok

pada saat berada di dekat pasien. Orang tua pasien juga diharapkan dapat mencegah si

anak untuk tidak mengkonsumsi minuman dingin seperti ice cream dan tidak

menempatkan anaknya pada ruangan yang dingin seperti ruangan yang ber AC.

Diharapkan untuk kedua orang tua pasien untuk berusaha menghindarkan atau

melindungi anaknya dari berbagai macam paparan alergen yang dapat menyebabkan

anaknya sesak napas.

9

Page 10: Case Anak-Asma Yoan JADI

FOLLOW UP

Follow-up/ Tanggal

S O A P

26/8/2013

27/8/2013

Pasien tiba di kamar rawat inap Melati dari IGD dengan diagnosis asma akut sedang, pneumonia.Pasien sesak napas berat dengan napas yang berbunyi disertai batuk yang berdahak, demam, dan pilek.

Batuk berdahak (+), sesak napas sudah sedikit berkurang, pilek kadang-kadang, demam (-), BAB dan BAK baik

KU : TSS, kesadaran : compos mentis.HR :113x/menit, RR : 46x/menitS : 37,5oCMata: pupil isokorHidung: terpasang O2

Jantung:BJ I-II normal,murmur-,gallop-Paru: Vesikuler, rho+/+,whe+/+Abdomen: datar,lemasExt:Akral hangat, CRT 3”Laboratorium :Hb : 13,9 g/dLHt : 43,1 %Eritrosit : 5.27 juta/uLLeukosit : 15.200/mm3Trombosit : 351.000/mm3

KU : tampak sakit sedang, kesadaran : compos mentis.HR : 110x/menit, RR : 36x/menit, S : 37,2 o C.Paru : SN vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (+/+)

Asma akut sedangPneumonia

Asma episode jarang serangan sedang (sedang dalam perbaikan)

-Nebulasi combivent ½ ampul : NS 2 cc-KAEN 1B 10 tpm-Gentamicin 2x40 mg iv-Dexametasone 3x1/3 ampul-Ambroxol syrup 3x1/2 cth-Cynam 3x400 mg iv-PCT 3x1 cth

-KAEN 1B 10 tpm-Gentamicin 2x40 mg iv-Dexametasone 3x1/3 ampul-Ambroxol syrup 3x1/2 cth-Cynam 3x400 mg iv-PCT 3x1 cth

28/8/2013 Batuk berdahak sudah berkurang, sesak sudah membaik, demam (-), pilek (-), BAB dan BAK baik.

KU : tampak sakit ringan, kesadaran : compos mentis.HR : 100x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,8 o C.Paru : SN vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Asma episode jarang serangan sedang sudah membaik

-KAEN 1B 10 tpm-Gentamicin 2x40 mg iv-Dexametasone 3x1/3 ampul-Ambroxol syrup 3x1/2 cth-Cynam 3x400 mg ivPCT 3x1 cth

Tanggal 28/8/2013 pasien diperbolehkan pulang.

10

Page 11: Case Anak-Asma Yoan JADI

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini, seorang anak perempuan berusia 3 tahun dengan diangnosis

asma. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan

elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang

menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan

batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan

obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau

tanpa pengobatan. Secara khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama beberapa

menit hingga beberapa jam setelah itu, pasien tampak mengalami kesembuhan klinik yang

total. Namun demikian, ada suatu fase ketika pasien mengalami obstruksi jalan napas dengan

derajat tertentu setiap harinya. Fase ini dapat ringan dengan atau tanpa disertai episode yang

berat atau yang lebih serius lagi, dengan obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-

hari atau berminggu-minggu. Keadaan semacam ini dikenal sebagai status asmatikus. Pada

beberapa keadaan yang jarang ditemui, serangan asma yang akut dapat berakhir dengan

kematian. 

Ada berbagai macam penyebab asma yaitu : faktor ekstrinsik (asma

imunologik / asma alergi) seperti reaksi antigen-antibodi, inhalasi alergen (debu, serbuk-

serbuk, bulu-bulu binatang) dan faktor intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

seperti infeksi (parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal), fisik (cuaca dingin,

perubahan temperature), iritan (kimia), polusi udara (CO, asap rokok, parfum), emosional

(takut, cemas dan tegang) dan aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

Pada pasien ini asma disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti debu dan intrinsik seperti

faktor fisik yaitu cuaca dingin, perubahan temperature, polusi udara yaitu asap rokok dan

aktivitas yang berlebihan.

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu dan

faktor lingkungan. Interaksi faktor genetik atau pejamu dengan lingkungan dipikirkan melalui

kemungkinan : 

Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik

asma

11

Page 12: Case Anak-Asma Yoan JADI

Baik faktor lingkungan maupun faktor pejamu atau genetik masing-masing

meningkatkan risiko asma

Disini faktor pejamu termasuk predisposisi yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma,

yaitu genetik asma, alergik (atopik), hiperreaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Fenotip

yang berkaitan dengan asma dikaitkan dengan ukuran subjektif (gejala) dan objektif

(hiperreaktivitas bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya.

Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau predisposisi asma

untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau

menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu allergen,

sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status

ekonomi dan besarnya keluarga. Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja

dipertimbangkan sebagai penyebab utama asma dengan pengertian faktor lingkungan tersebut

pada awalnya mensensitisasi jalan napas dan mempertahankan kondisi asma tetap aktif

dengan mencetuskan serangan asma atau menyebabkan menetapnya gejala. 

Pada pasien ini terdapat interaksi antara factor pejamu yaitu genetic asma karena nenek dari

pasien juga memiliki penyakit yang sama dengan pasien, selain itu juga karena alergik.

Sedangkan factor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya asma pada pasien yaitu

allergen, asap rokok, polusi udara.

Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan. Asma

bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh

kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40

tahun.

12

Page 13: Case Anak-Asma Yoan JADI

ALLERGY MARCH ATAU PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT ALERGI PADA

MANUSIA

Ternyata berbagai penelitian mengungkapkan bahwa terdapat Allergy March

atau perjalanan alamiah penyakit alergi yang timbul sesuai dengan perkembangan usia.

Perjalanan alamiah alergi tersebut menunjukkan bahwa pada usia tertentu manifestasi klinis

atau organ tubuh yang terganggu tampak berbeda. Meskipun banyak variasi Allergy March

yang terjadi tetapi secara umum digambarkan setiap usia manifestasi organ yang terganggu

berbeda. Pada usia sejak lahir hingga usia 5-7 tahun organ tubuh yang sangat sensitif adalah

kulit dan saluran cerna. Setelah itu saluran napas termasuk asma dan hidung mulai sering

terganggu. Pada usia remaja setalah memasuki usia dewasa asma berkurang tetapi gangguan

hidung masih berkepanjangan.

Tampaknya fenomena perjalanan alamiah alergi inilah yang menunjukkan

pada usia tertentu asma akan menghilang. Hal inilah yang sering dikaitkan dengan intervensi

upaya pengobatan pada penyakit asma dan tingkat keberhasilannya. Contohnya, gangguan

kulit, saluran cerna dan asma dianggap hilang saat usia tertentu karena olah raga renang,

bermain dipantai, minum darah ular, atau binatang ”tokek”. Tetapi orangtua jangan berharap

senang, karena ternyata setelah gangguan kulit, gangguan saluran cerna dan asmanya

menghilang orag tubuh yang terganggu adalah hidung. Jadi, sebenarnya alegi tidak membaik,

13

Page 14: Case Anak-Asma Yoan JADI

hanya organ tubuh yang terganggu berpindah tempat dari kulit, ke asma dan berikutnya ke

hidung.

MENGAPA TERJADI ALERGI MARCH

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya alergi makanan, yaitu faktor genetik,

imaturitas usus, pajanan alergi yang kadang memerlukan faktor pencetus. Alergi bersifat

genetik dan dapat diturunkan dari orang tua atau kakek/nenek pada penderita . Faktor

penyebab terjadi alergi yang lain adalah factor imaturitas saluran cerna atau ketidakmatangan

saluran cerna. Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung

masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan

menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan

limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus

imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga

memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh. Faktor pajanan alergi yang merangsang

produksi IgE spesifik sudah dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan.

Faktor imaturitas saluran cerna inilah tampaknya yang berperan dalam perjalanan alamiah

alergi seseorang. Saat usia sejak lahir ketidak matangan saluran cerna sangat berat pada bayi

tertentu seperti sering muntah, kolik, dan gangguan kulit. Seiring dengan pertambahan usia,

setelah 3 bulan kolik berangsur berkurang, usia 6 hingga 2 tahu keluhan muntah berkurang.

PERIODE JANIN

Alergi adalah penyakit dengan pola Th2. Pada orang normal yang non atopi,

pola sitokin Th1 dan Th2 dalam keadaan seimbang. Sedangkan pada penderita atopi,

keseimbangan lebih berat pada pola sitokin Th2 . Pada masa kehamilan dominasi juga pada

pola sitokin Th2. Sawar darah placenta masih transparan terhadap alergen dalam lingkungan

ibu. Faktor lingkungan dapat bekerja sebelum dan sesudah lahir. Faktor lingkungan sebelum

lahir dapat mempengaruhi diferensiasi sel T yang allergen spesifik menjadi fenotipe Th2,

sehingga alergi atopi sudah bekerja sebelum lahir. Kehamilan yang berhasil ditandai dengan

pergeseran Th1 ke Th2 di fase antar fetomaternal untuk mengurangi reaktifitas sistem imun

maternal terhadap allograft janin. Setelah kelahiran sistem imán menjadi matang,

kesimbangan bergeser ke arah Th1, sehingga profil sitokin Th1 dan Th2 menjadi seimbang.

Pada bayi yang punya bakat atopi keseimbangan ini tidak pernah tercapai sehingga dominasi

Th2 terus terjadi, mengakibatkan sensitisasi dan timbulnya gangguan alergi. Dalam

14

Page 15: Case Anak-Asma Yoan JADI

perkembangan terakhir ditemukan T regulator, sehingga ada peluang terjadi supresi imun

toleran. Fenomena ini dapat digunakan upaya pencegahan primer. 

PERIODE BAYI 0-7 TAHUN

Pada periode ini gangguan organ tubuh yang paling sering terjadi adalah

gangguan kulit dan saluran cerna. Karena imaturitas saluran pencernaan inilah maka

gangguan pencernaan yang disebabkan karena alergi paling sering ditemukan pada anak usia

di bawah 2 tahun, yang paling sensitif di bawah 3 bulan. Pada bayi baru lahir hingga usia 3

tahun biasanya ditandai sering rewel, colic/menangis terus menerus tanpa sebab pada malam

hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, sering mulet, meteorismus, muntah, sering flatus,

berak berwarna hitam atau hijau, berak timbul warna darah. Pada lidah sering ditemukan

berwarna putih. Gangguan buang air besar dapat berupa sulit buang air besar (tidak setiap

hari) atau malahan sering buang air besar. Pada yang lebih besar dapat berupa nyeri perut

berulang, sering buang air besar (>3 kali/perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras,

berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden)

kembung, muntah, sulit berak, sering flatus, sariawan, mulut berbau dan lidah sering kotor

(geographic tongue). Gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan

kulit dan rhinitis. Biasanya keluhan gangguan saluran cerna bersamaan dengan gangguan

kulit.

Mulut adalah termasuk salah satu bagian dari sistem saluran cerna. Bila

saluran cerna terganggu karena alergi makanan biasanya tampak juga gangguan pada organ

tubuh di daerah mulut di antaranya lidah, gigi dan bagian di rongga mulut lainnya. Pada bayi

lidah sering tampak kotor berwarna putih, gejala ini mirip gangguan moniliasis (like

moniliasis symptoms) sejenis jamur pada mulut. Bedanya pada alergi warna putih hanya tipis

dan tidak terlalu tebal, namun pada moniliasis tampak lebih tebal. Bila gangguan tersebut

karena jamur biasanya dengan obat tetes mulut jamur akan cepat membaik, namun bila

karena alergi biasanya diberi obat jamur tetap tidak akan membaik dan tetap sering timbul.

Bila karena alergi sebaiknya tidak perlu diberi obat jamur, namun cukup dibersihkan dengan

kasa basah. Pada anak yang lebih besar gangguan alergi bisa menimbulkan sariawan atau

luka (aphtous ulcer) pada lidah dan mulut yang sering berulang. Biasanya juga disertai lidah

kotor mirip gambaran pulau-pulau (geographic tounge). Gangguan lain adalah timbulnya

nyeri gigi atau gusi yang bukan di sebabkan karena infeksi atau gigi berlubang. Gangguan ini

biasanya sering dianggap sebagai impacted tooth (gigi yang tumbuhnya miring).

15

Page 16: Case Anak-Asma Yoan JADI

Tanda dan gejala alergi pada kulit biasanya sudah dapat di deteksi sejak lahir.

Bayi yang baru lahir apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh pencetus alergi

tampak terdapat bintil dan bercak kemerahan dan kusam pada kulit dahi dan wajah, kadang

disertai timbulnya beberapa papul warna putih di hidung. Apabila pencetus alergi tersebut

berlangsung terus maka sering. Pada bayi sering timbul dermatitis atopi di pipi, daerah popok

(dermatitis diapers) dan telinga, kadang dijumpai dermatitis seboroikum atau timbul kerak di

kulit kepala. Sering juga timbul bintik kemerahan di sekitar mulut. Kadang timbul furunkel di

kepala dan badan. Sering urticaria, miliaria, bengkak di bibir, lebam biru kehitaman seperti

bekas terbentur, bercak ke hitam seperti bekas digigit nyamuk. Perbedaan lokasi alergi kulit

sesuai dengan usia tertentu. Pada bayi sering lokasi alergi sekitar wajah dan daerah popok,

pada usia anak lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan dan tungkai.

Sedangkan pada anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi kulit biasanya pada

pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau pelipatan dalam antara tungkai atas dan

bawah. Ternyata saat gangguan hipersensitif pada saluran cerna inilah sering timbul berbagai

masalah pada penderita alergi. Saat saluran cerna terganggu atau sensitif akan mengakibatkan

daya tahan tubuh seorang anak memburuk. Hal ini terjadi karena merkanisme pertahanan

tubuh seseorang hampir sebagian besar atau sekitar 70% dibentuk di saluran cerna. Selama

masa usia 0-5 tahun gangguan saluran cerna seperti sering muntah, neyri perut dan sulit BAB

adalah fase dimana anak sangat vrentan atau mudah terserang infeksi seperti demam, batuk

dan pilek. Hal inilah juga menunjukkan bahwa banyak gangguan perilaku pada anak terjadi

sebelum usia 5-7 tahun lebih berat atau berkurang setelah usia 5-7 tahun. Gangguan perilaku

tersebut meliputi gangguan bicara, gangguan emosi, gangguan konsentrasi, gangguan tidur,

gangguan motorik dan sebagainya.

PERIODE 7-12 TAHUN

Setelah usia 5-7 tahun gangguan kulit dan saluran cerna cenderung membaik.

Pada periode ini organ tubuh yang terganggu berpeindah pada saluran napas yang paling

sering ditemukan. Manifestasi klinisnya berupa keluhan batuk, pilek, tanpa,atau dengan

disertai sesak atau asma. Keluhan tersebut biasanya terjadi pada malam atau pagi hari.

Biasanya keluhan tersebut lama sembuhnya meskipun sudah diobati.

PERIODE 12 TAHUN DEWASA

Setelah usia 12 tahun biasanya asma jauh berkurang meskipun pada sebagian

kecil menetap hingga usia dewasa. Pada usia ini organ tubuuh yang sensitive berpindah pada

16

Page 17: Case Anak-Asma Yoan JADI

hgidung. Manifestasi klinis alergi pada Telinga Hidung Tenggorok berupa rinitis, hidung

gatal, bersin dan sinusitis. Kadang dijumpai tenggorokan atau palatum terasa gatal dan post

nasal drip. Bila keluhan sering terjadi dan berlanjut akan menyebabkan komplikasi sinusitis,

epistaksis, deviasi septum nasi, tonsillitis kronis atau faringitis kronis. Ciri khas pada anak

biasanya dijumpai tanda hidung kelinci (rabbit nose) yaitu anak sering menggerak-gerakkan

hidung, sering menggosok-gosok hidung (salam alergi), mata sering gatal, belekan dan sering

berair, di bawah kelopak mata tampak tanda kehitaman (allergic shiner). Bila tidur sering

ngorok, atau napas dengan mulut, kadang juga timbul suara serak atau parau. Sering timbul

benjolan kelenjar di leher dan belakang kepala.

PENTING UNTUK PENCEGAHAN

Fenomena perjalanan alamiah alergi ini ternyata sangat penting untuk

pertimbangan pencegahan penyakit alergi dikemudian hari. Misalnya, penderita bayi dengan

gangguan kulit, saluran cerna yang mempunyai riwayat orangtua alergi akan beresiko

mengalami asma dikemudian hari. Kejadian asma dikemudian hari inilah yang dapat dicegah

bila manifestasi alergi saat usia bayi dan anak dapat diminimalkan. Demikian juga gangguan

rinitis dan sinbusitis di amsa dewasa dapat dicegah bila manifesasi alergi sejak dini

diminmalkan. Sehingga gejala dan manifestasi alergi saat usia bayi dan anak harus

diwaspadai dan diminmalkan karena dapat meminimalkan perjalanan alamiah penyakit alergi

di kemudian hari. Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek,

nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Dan bila anak sudah terdapat ciri-ciri

alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan

pencegahan sejak dini. Resiko alergi pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita

dapat mendeteksi dan mencegah sejak dini.

Pencegahan alergi makanan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tersier. Pencegahan Primer , bertujuan menghambat sesitisasi imunologi oleh

makanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE).. Pencegahan ini dilakukan

sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab alergi. Hal ini dapat dilakukan

sejak saat kehamilan. Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mensupresi (menekan)

timbulnya penyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi

tetapi manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara

pemeriksaan IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat tindakan

yang optimal adalah usia 0 hingga 3 tahun. Pencegahan tersier, bertujuan untuk mencegah

17

Page 18: Case Anak-Asma Yoan JADI

dampak lanjutan setelah timbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami

sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetapi belum menunjukkan

gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia 6 bulan

hingga 4 tahun.

Kontak dengan antigen harus dihindari selama periode rentan pada bulan-

bulan awal kehidupan, saat limfosit T belum matang dan mukosa usus kecil dapat ditembus

oleh protein makanan. Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak

terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan dikemudian hari. Hindari

atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Bila ibu

hamil didapatkan gerakan atau tendangan janin yang keras dan berlebihan pada kandungan

disertai gerakan denyutan keras (hiccups/cegukan) terutama malam atau pagi hari, maka

sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin. Committes on

Nutrition AAP menganjurkan elinasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi

sejak dalam kehamilan. Pemberian makanan padat dini dapat meningkatkan resiko timbulnya

alergi. Bayi yang mendapat makanan pada usia 6 bulan mempunyai angka kejadian dermatitis

alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat makanan tambahan

pada usia 3 bulan. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden

tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang

piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk). Tunda pemberian makanan penyebab

alergi, seperti ayam di atas 1 tahun, telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di

atas usia 3 tahun. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan

atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut. Pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi. Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari

makanan penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dapat masuk ke bayi melalui

ASI. Terutama kacang-kacangan, dan dipertimbangkan menunda telur, susu sapi dan ikan.

Meskipun masih terdapat beberapa penelitian yang bertolak belakang tentang hal ini.

Committes on Nutrition AAP menganjurkan pemberian suplemen kalsium dan vitamin

selama menyusui.

- Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik

formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan.Bila dicurigai alergi

terhadap susu sapi bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya

harus tetap diwaspadai karena 30 – 50% bayi masih mengalami alergi terhadap soya.

Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.

18

Page 19: Case Anak-Asma Yoan JADI

- Pemberian ASI atau Susu protein hidrolisa selama bulan pertama. yang terbukti

sangat kuat secara ilmiah.

- Sedangkan yang terbukti kuat lainnya adalah eliminasi tungau debu rumah pada awal

kehidupan, eliminasi penyebab alergi pada usia > 4 – 6 bulan dan pemakaian

Prebiotik.

- Pencegahan dengan menunda makanan padat masih belum banyak penelitian yang

mengungkapkan.

- Sedangkan pencegahan dengan Penambahan PUFA omega 3, penambahan nutrisi lain

(Zn, Ca, Fe, nukleotida) dan imunoterapi masih diragukan dan perlu penelitian lebih

jauh. Pemberian obat-obatan antihistamin dan ketotifen dengan efek antiinflamasi

sebagai pencegahan tidak terbukti secara klinis dan sudah mulai ditinggalkan sebagai

upaya pencegahan.

 

19

Page 20: Case Anak-Asma Yoan JADI

Pembagian derajat penyakit asma pada anak

 

Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru

Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten

Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan SeringLama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang

tahun, tidak ada remisiIntensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya beratDi antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malamTidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat tergangguPemeriksaan fisis diluar serangan

Normal (tidak ditemukan kelainan)

Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)

Tidak pernah normal

Obat pengendali (anti inflamasi)

Tidak perlu Perlu Perlu

Uji faal paru(di luar serangan)

PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%Variabilitas 20-30%

Variabilitas faal paru (bila ada serangan)

Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%

 

Penilaian derajat serangan asma

 

Parameter klinis,Fungsi paru,laboratorium

Ringan Sedang Berat Ancaman henti nafas

Sesak timbul-pada saat (breathless)

BerjalanBayi:menangis keras

BerbicaraBayi :-    Tangis pendek dan lemah-    Kesulitan makan/minum

IstirahatBayi :Tidak mau makan/minum

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kataPosisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk

bertopang lengan

Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable Bingung dan mengantukSianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/JelasMengi (wheezing) Sedang, sering

hanya pada akhir ekspirasi

Nyaring, sepanjang ekspirasi,± inspirasi

Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop

Sulit/tidak terdengar

Sesak nafas Minimal Sedang BeratObat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok

torako-abdominalRetraksi Dangkal, retraksi

intercostalSedang, ditambah retraksi suprasternal

Dalam, ditambah nafas cuping hidung

Dangkal / hilang

Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat MenurunPedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :Usia                       laju nafas normal< 2 bulan                       < 60 / menit2 – 12 bulan                   < 50 / menit1 – 5 tahun                     < 40 / menit6 – 8 tahun                     < 30 / menitLaju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi

20

Page 21: Case Anak-Asma Yoan JADI

Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :Usia                       laju nadi normal2 – 12 bulan                   < 160 / menit1 – 2 tahun                     < 120 / menit3 – 8 tahun                     < 110 / menitPulsus paradoksus (pemeriksaannya tidak praktis)

Tidak ada< 10 mmHg

Ada10-20 mmHg

Ada> 20 mmHg

Tidak ada, tanda kelelahan otot nafas

PEFR atau FEV1 (% nilai dugaan/% nilai terbaik)-     pra bronkodilator-     pasca bronkodilator

> 60%

40-60%

> 80%

60-80%

< 40%

< 60%Respon < 2 jam

SaO2 % > 95% 91-95% £ 90%PaO2 Normal biasanya

tidak perlu diperiksa

> 60 mmHg < 60 mmHg

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg 

21

Page 22: Case Anak-Asma Yoan JADI

ALUR TATA LAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK

22

Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal- Nebulasi beta agonis 1-2x, selang 20 menit- Nebulasi kedua+antikolinergik- Jika serangan sedang/berat, nebulasi langsung dengan beta2agonis+antikolinergik

Serangan ringan(nebulasi 1x, respons baik)

- Observasi 1-2 jam- Jika efek bertahan,

boleh pulang- Jika gejala timbul

lagi, perlakukan sebagai serangan sedang

Serangan sedang(nebulasi 2x, respons parsial)

- Berikan oksigen- Nilai kembali derajat

serangan, jika sesuai dengan serangan sedang, observasi di ruang rawat sehari

- Berikan steroid oral

Serangan berat(bila telah nebulasi 3x, respons

buruk)- Sejak awal berikan O2

saat/diluar nebulasi- Pasang jalur parenteral- Nilai ulang keadaan

klinis, jika sesuai dengan serangan berat, rawat di ruang rawat inap

- Foto rontgen toraksBoleh Pulang

- Bekali dengan obat beta agonis (hirupan/oral)

- Jika sudah ada obat pengendali, teruskan

- Jika pencetusnya adalah infeksi virus, dapat diberikan steroid oral

- Dalam 24-48 jam control ke Klinik Rawat Jalan, untuk reevaluasi

Ruang Rawat Sehari/Observasi- Teruskan pemberian O2- Lanjutkan steroid oral- Nebulasi tiap 2 jam- Bila dalam 12 jam

perbaikan klinis stabil, boleh pulang, tetapi jika klinis tetap belum membaik atau memburuk, alih Ruang Rawat Inap

Ruang Rawat Inap- Teruskan O2- Atasi dehidrasi dan

asidosis jika ada- Steroid IV tiap 6-8 jam- Nebulasi tiap 1-2 jam- Aminofilin IV awal,

lanjutkan rumatan- Jika membaik dalam 4-

6x nebulasi, interval jadi 4-6 jam

- Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang

- Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul ancaman henti napas, alih ke ruang rawat intensif

Catatan :- Jika menurut penilaian seangan nya sedang/berat, nebulisasi

pertama kali langsung dengan beta agonis+antikolinergik- Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke ruang

rawat intensif- Jika alat nebulisasi tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti

dengan adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali

- Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal, termasuk pada saat nebulasi

Page 23: Case Anak-Asma Yoan JADI

Gejala asma terdiri dari trias dispnea, batuk dan mengi. Pada bentuk yang paling khas, asma

merupakan penyakit episodik dan keseluruhan tiga gejala tersebut dapat timbul bersama-

sama. Pembagian asma menurut Phelan dkk (1983) adalah sebagai berikut : 

a. Asma episodik jarang

Golongan ini merupakan 70–75% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat pada anak

umur 3–6 tahun. Ditandai oleh adanya episode < 1x tiap 4-6 minggu, mengi setelah aktivitas

berat, tidak terdapat gejala di antara episode serangan dan fungsi paru normal di antara

serangan. Terapi profilaksis tidak dibutuhkan pada kelompok ini.

b. Asma episodik sering

Golongan ini merupakan 20% dari populasi asma anak. Ditandai oleh frekuensi serangan

yang lebih sering dan timbulnya mengi Umumnya gejala paling buruk terjadi papada aktivitas

sedang, tetapi dapat dicegah dengan pemberian agonis beta2. Gejala terjadi kurang dari

1x/minggu dan fungsi paru diantara serangan normal atau hampir normal. Terapi profilaksis

biasanya dibutuhkan.

c. Asma kronik atau persisten

Terjadi pada sekitar 5% anak asma. Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada

aktivitas ringan, dan diantara interval gejala dibutuhkan agonis beta2 lebih dari 3x/minggu

karena anak terbangun di malam hari atau dada terasa berat di pagi hari. Terapi profilaksis

sangat dibutuhkan.

Pasien ini termasuk Asma episode jarang karena frekuensi serangan pasien ini < 1x tiap 4-6

minggu, pasien sering mengi setelah aktivitas berat, tidak terdapat gejala di antara episode

serangan dan fungsi paru normal di antara serangan, dan serangan sedang karena pada pasien

ini mengalami sesak pada waktu berbicara, lebih nyaman pada posisi duduk pada waktu

sesak, dan tidak ditemukan sianosis.

Diagnosis asma pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dari keluhan

pasien seperti gejala berupa batuk berdahak, sesak napas, rasa berat di dada. Gejala

timbul/memburuk terutama malam hari. Diawali oleh factor pencetus seperti minuman

dingin, kelelahan, debu, asap rokok, dan cuaca atau udara dingin. Selain itu didasarkan pada

riwayat keluarga yang memiliki penyakit dan keluhan yang sama yaitu nenek dari pasien.

Pemeriksaan fisik didapatkan suara napas wheezing dan ronkhi di kedua lapang paru. Selain

pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain seperti foto rontgen

toraks, pemeriksaan darah eosinofil dan uji tuberculin dan uji kulit alergi dan imunologi.

23

Page 24: Case Anak-Asma Yoan JADI

Alur Diagnosis ASMA Pada Anak

Batuk dan/mengi

24

Riwayat penyakitPemeriksaan fisik

Uji tuberkulin

Patut diduga asma :- Episodik- Nokturnal/morning dip- Musiman- Pasca aktivitas fisik berat- Riwayat atopi pasien/keluarga

Tidak jelas asma :- Timbul pada masa neonatus- Gagal tumbuh- Infeksi kronik- Muntah/tersedak- Kelainan fokal paru- Kelainan sistem kardiovaskular

Jika ada fasilitas, periksa dengan peak flow meter atau spirometer untuk menilai :

- Reversibilitas (> 15%)- Variabilitas (> 15%)- Hiperreaktivitas (> 20%)

Pertimbangkan pemeriksaan :- Foto RO toraks dan sinus- Uji fungsi paru- Uji respons terhadap bronkodilator- Uji provokasi bronkus- Uji keringat- Uji imunologik- Pemeriksaan motilitas silia- Pemeriksaan Refluks Gastroesofagus (RGE)

Berikan bronkodilatorTidak berhasil

Berhasil

Diagnosis Kerja : ASMA

Tidak mendukung diagnosis lain

Mendukung diagnosis lain

Tentukan derajat & pencetusnyaBila asma episodiksering/persisten : foto rontgen

Diagnosis dan pengobatan sesuai diagnosis kerja

Berikan obat anti asma :Bila tidak berhasil : nilai ulang diagnosis dan ketaatan berobat

Pertimbangkan asma sebagai penyakit penyerta

Bukan asma

Page 25: Case Anak-Asma Yoan JADI

Pengobatan terhadap penyakit asma meliputi :

1) Bronkodilator

a. Beta Adrenergik Kerja Pendek (Short Acting)

Merupakan terapi fundamental dan obat pilihan pada serangan asma. Stimulasi

terhadap reseptor-reseptor beta adrenergic menyebabkan perubahan ATP menjadi

cyclic-AMP sehingga timbul relaksasi otot polos jalan napas yang menyebabkan

terjadinya bronkodilatasi.

o Epinefrin/Adrenalin

Merupakan beta adrenergic kerja pendek. Pada umumnya, epinefrin tidak

direkomendasikan lagi untuk mengobati serangan asma, kecuali jika tidak ada obat

beta2 agonis selektif. Epinefrin terutama diberikan jika ada reaksi anafilaksis atau

angioedema.

o Beta2 agonis selektif

Obat yang sering dipakai adalah salbutamol, terbutalin, dan fenoterol.

b. Methyl Xanthine (Teofilin Kerja Cepat)

Efek bronkodilatasi methyl xanthine setara dengan beta2 agonis inhalasi, tetapi karena

efek sampingnya lebih banyak dan batas keamanannya (safety margin) sempit, obat

ini sebaiknya diberikan hanya serangan asma berat yang dengan pemberian kombinasi

beta2 agonis dan antikolinergik serta steroid tidak/kurang memberikan respons.

Secara teori, selain sebagai bronkodilator, keunggulan teofilin pada serangan asma

adalah dapat merangsang pusat respiratorik dan meningkatkan kontraktilitas otot-otot

respiratorik.

2) Antikolinergik

a. Ipratropium bromida

Pemberian kombinasi nebulasi beta2 agonis dan antikolinergik (ipratropium

bromide) menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik daripada jika masing-

masing obat diberikan secara sendiri-sendiri.

3) Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid sistemik mempercepat perbaikan serangan asma dan

pemberiannya merupakan bagian tatalaksana serangan asma, kecuali pada serangan

ringan.

4) Obat-obat lain :

a. Magnesium sulfat

25

Page 26: Case Anak-Asma Yoan JADI

Pemberian magnesium sulfat dianjurkan sebagai terapi sistemik pada serangan

asma berat. Pemberian obat ini dapat dipertimbangkan pada anak dengan serangan

asma berat yang dirawat di ICU, terutama yang tidak/kurang berespon terhadap

pemberian kortikosteroid sistemik dan nebulisasi berulang dengan beta2 agonis

dan aminofilin.

b. Mukolitik

Pemberian mukolitik pada serangan asma ringan dan sedang dapat dilakukan

tetapi harus hati-hati pada anak dengan reflex batuk yang tidak optimal.

c. Antibiotik

Pemberian antibiotic pada asma tidak dianjurkan karena sebagian besar

pencetusnya bukan infeksi bakteri. Pada keadaan tertentu antibiotika dapat

diberikan yaitu pada infeksi respiratorik yang dicurigai disebabkan oleh bakteri

seprti adanya tanda-tanda pneumonia, sputum yang purulent, serta jika diduga ada

rinosinusitis yang menyertai asma.

d. Obat sedasi tidak dianjurkan karena dapat menekan/mendepresi pernapasan.

e. Antihistamin jangan diberikan pada serangan asma karena tidak mempunyai efek

yang menguntungkan karena dapat memperkental sputum.

5) Terapi suportif

a. Oksigen. Dapat diberikan pada serangan sedang dan berat.

b. Terapi cairan

Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena umur pasien masih kanak-

kanak ketika serangan timbul, selain itu pasien segera mendapatkan pengobatan atau terapi.

Prognosis pasien ke depannya akan lebih baik jika orang tua pasien dapat mencegah atau

menghindarkan pasien dari berbagai macam alergen atau pencetus asma pada anak mereka.

26

Page 27: Case Anak-Asma Yoan JADI

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan

di Indonesia. Balai Penerbit FKUI : Jakarta, 2004.

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku

Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan Ke 7. Percetakan Infomedika : Jakarta, 2002.

3. Isselbacher. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit dalam. Edisi 13. Volume 3. Editor

Edisi bahasa Indonesia : Ahmad H. Asdie. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta,

2000.

4. Robbins dkk. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Alih Bahasa : Staf pengajar

Laboratorium Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 1995.

5. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/resp/asma.html . Diakses tanggal 25 Mei

2009

27