capaian kinerja pengembangan metodebbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front... · 2021....
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 13
BAB II
CAPAIAN KINERJA PENGEMBANGAN
METODE
LAPORAN TAHUNAN 2020
14
LAPORAN TAHUNAN 2020 14
PENGEMBANGAN METODE/ VALIDASI/VERIFIKASI METODE Pengembangan metode/validasi/verifikasi metode yang
dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH merupakan
implementasi dari salah satu fungsi Balai Besar PPMB-TPH
dan mendukung program Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan yakni Program Peningkatan Produksi, Produktivitas,
dan Mutu Hasil Tanaman Pangan.
Pada tahun 2020 Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan
kegiatan pengembangan/validasi/verifikasi metode dalam
rangka memberikan memberikan solusi terhadap
permasalahan, kendala maupun harmonisasi perkembangan
teknologi yang muncul di bidang mutu benih tanaman
pangan.
Solusi yang diberikan yaitu berupa rekomendasi yang dapat
digunakan sebagai bahan kebijakan pengambilan
keputusan. Pada tahun ini yang disertai dengan adanya
pandemi Covid-19, sepuluh kegiatan pengembangan/
validasi/verifikasi metode tetap terlaksana dan
menghasilkan sepuluh rekomendasi. Adapun rincian secara
ringkas kegiatan pengembangan/validasi/verifikasi metode
sebagai berikut:
1. Penggunaan bahan Acuan Dalam Pemeriksaan Lapang
Kegiatan Sertifikasi Benih Padi
Dalam pelaksanaan proses sertifikasi benih, kegiatan
pengujian di laboratorium mengacu pada salah satu acuan
internasioanal yaitu International Seed Testing Association
(ISTA) Rules, sedangkan dalam kegiatan sertifikasi di lapang
belum keseluruhan mengacu ke aturan international
mengenai sertifikasi benih dan kebijakan mengenai
sertifikasi benih yang ada sekarang ini adalah Kepmentan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 15
Nomor 620/HK.140/C/04/2020 yang sebagian besar
mengacu Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) Seed Scheme, namun sebagian masih
ada yang berdasarkan pengalaman di lapang. Agar didapat
metode sertifikasi benih yang valid dan aplikatif, diperlukan
adanya pengembangan metode.
Salah satu metode sertifikasi benih padi secara
internasional yang dapat digunakan sebagai acuan adalah
metode yang tertuang dalam OECD Seed Scheme. Tujuan
dari skema benih OECD adalah untuk mendorong ”jaminan
mutu” benih diantara sesama negara anggota.
Salah satu bagian dari metode sertifikasi OECD Seed
Scheme yang belum dilaksanakan dalam sertifikasi benih di
Indonesia adalah kegiatan post control. Post control
dilakukan utuk memverifikasi berbagai benih yang beredar
guna menjamin bahwa varietas yang beredar masih sesuai
dengan standar. Post control menggunakan benih acuan
berupa Benih Inti/nucleus seed/NS. Selama ini dalam
pemeriksaan lapang. Pengawas Benih Tanaman (PBT)
menggunakan deskripsi varietas. Deskripsi varietas yang
ada, tidak menyediakan informasi yang lengkap yang dapat
digunakan oleh PBT dalam pemeriksaan di lapang, sehingga
masih muncul multi tafsir dari deskripsi tersebut saat
pemeriksaan di lapang.
Pada tahun 2019, telah dilaksanakan verifikasi metode
sertifikasi benih padi berdasarkan OECD Seed Scheme
dengan menggunakan benih inti. Verifikasi metode ini
merupakan inovasi dari pengembangan metode yang
bertujuan untuk mengetahui apakah metode sertifikasi
benih padi berdasar OECD Seed Scheme dapat dilaksanakan
sebagai metode sertifikasi benih padi di Indonesia dan hasil
samping dari kegiatan ini yaitu berupa benih bersertifikat
dapat dimanfaatkan oleh penangkar sebagai benih sumber.
LAPORAN TAHUNAN 2020
16
LAPORAN TAHUNAN 2020 16
Hasil yang didapat pada tahun 2019 adalah penggunaan
benih inti sebagai acuan pemeriksaan di lapang sangat
memudahkan pemeriksaan dibandingkan dengan
menggunakan deskripsi varietas, dikarenakan semua
karakteristik pembeda dapat dilihat langsung pada Benih
Inti, sedangkan dengan menggunakan deskripsi varietas,
semua parameter yang diamati tidak tertulis secara jelas.
Hasil samping dari inovasi pengembangan metode berupa
benih bersertifikat kelas Benih Pokok (BP) yang didapat
sebanyak kurang lebih 22 ton, penyaluran dan pemanfaatan
benihnya dilaksanakan melalui bantuan benih kepada
penangkar atau kelompok tani yang ada di wilayah Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSBTPH) Povinsi Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Lampung, serta sebagian benih
digunakan untuk kegiatan reakreditasi ISTA dan uji
profisiensi tahun 2020 di Balai Besar PPMB-TPH.
Penggunaan benih inti sebagai acuan dalam pemeriksaan
sertifikasi benih pertanaman padi di lapang sangat
diperlukan. Dalam penerapan standardisasi international
(ISO) penggunaan Benih Inti ini disebut sebagai bahan
acuan bersertifikat (reference material) yang dapat
menghasilkan data pemeriksaan yang valid.
Keluaran dari kegiatan ini adalah:
a. Diperoleh metode pemeriksaan lapang dalam proses
sertifikasi benih dengan menggunakan deskripsi varietas
yang dilengkapi dengan visualisasi karakteristik
pembeda antar varietas padi (bahan acuan) sebagai
usulan bahan kebijakan dalam peraturan pelaksanaan
sertifikasi benih padi.
b. Benih bersertifikat yang dihasilkan dapat digunakan
untuk mendukung program peningkatan penggunaan
benih bersertifikat dan pergantian varietas.
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 17
Kegiatan dilaksanakan di Balai Besar PPMB-TPH, Balai
Besar Penelitian Padi, serta PT. Sang Hyang Seri,
Sukamandi pada bulan Januari s.d Desember 2020.
Dalam pelaksanaan kegiatan inovasi pengembangan metode,
Balai Besar PPMB-TPH bekerjasama dengan PT. Sang Hyang
Seri, Sukamandi Jawa Barat dengan menggunakan lahan
seluas 10 ha. Varietas yang ditanam yaitu Ciherang, Inpari
IR Nutri Zinc, Mekongga, dan Inpari 32 kelas Benih Penjenis
(BS/Breeder Seed) produksi UPBS Balai Besar Penelitian
Padi sebanyak 200 kg.
Metode pelaksanaan:
a. Pembuatan bahan acuan
Bahan acuan dalam bentuk visualisasi karakterisitik
pembeda antar varietas padi, diambil dari pertanaman
yang ada di areal UPBS BB Penelitian Padi. Acuan yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah acuan yang baru
yaitu Kepmentan 620/ HK.140 /C/ 04/ 2020
b. Sumberdaya
1) PT. Sang Hyang Seri, Sukamandi
Mulai dari pengolahan tanah, budidaya tanaman,
proses sertifikasi di lapang, panen, prosesing benih,
pengambilan contoh benih, pengujian di
laboratorium, pemasangan label, sampai dengan
penyimpanan benih di gudang dilaksanakan oleh PT.
Sang Hyang Seri, produsen benih yang memiliki
Sertifikat untuk pelaksanan sertifikasi mandiri dari
LSSMBTPH (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura) dengan nomor
sertifikat 05-LSSMBTPH.
2) Balai Besar PPMB-TPH melaksanakan kegiatan yang
terkait dengan inovasi pengembangan metode, yaitu:
a) Pengawasan pelaksanaan tanam benih padi
LAPORAN TAHUNAN 2020
18
LAPORAN TAHUNAN 2020 18
b) Pengamatan fase vegetatif, fase berbunga, dan
fase masak dengan menggunakan dua cara,
yaitu: menggunakan acuan deskripsi varietas dan
pengamatan dengan menggunakan deskripsi
varietas, selanjutnya PBT membandingkan
kemudahan dalam pengamatan di lapang.
c) Menindaklanjuti hasil inovasi pengembangan
metode berupa benih bersertifikat dalam bentuk
bantuan benih ke penangkar.
d) Memantau perbanyakan benih bantuan di tingkat
penangkar.
Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu: penggunaan visualisasi
karakter pembeda sebagai bahan acuan di lapangan
memudahkan pemeriksaan. Petugas bisa membandingkan
parameter yang diamati dengan tanaman acuan, sedangkan
dengan menggunakan deskripsi varietas lebih sulit
dikarenakan semua parameter yang diamati tidak tertulis
lengkap di deskripsi.
Gambar 1. Pemeriksaan fase vegetatif
Gambar 2. Pengamatan di areal pertanaman
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 19
Gambar 3. Panen padi
Rekomendasi dari kegiatan ini adalah penggunaan
visualisasi karakter pembeda pada setiap varietas tanaman
padi dapat sebagai acuan dalam pemeriksaan sertifikasi
benih pertanaman padi di lapangan sangat diperlukan.
Dalam penerapan standardisasi international (ISO)
penggunaan visualisasi karanteristik pembeda ini disebut
sebagai bahan acuan bersertifikat (reference material) yang
dapat menghasilkan data pemeriksaan yang valid.
Hasil benih bersertifikat kelas Benih Dasar yang didapat
untuk varitetas Ciherang sebanyak 4.950 kg, Inpari IR
Nutri Zinc 4.125 kg, Mekongga 4,410 kg dan Inpari 32
sebanyak 5.925 kg. Penyaluran dalam bentuk bantuan
benih ke penangkar yang ada dibawah pengawasan BPSB
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Kalimantan Selatan dilaksanakan melalui sistem
revolving.
Gambar 4. Penyerahan bantuan benih dengan sistem revolving
LAPORAN TAHUNAN 2020
20
LAPORAN TAHUNAN 2020 20
2. Verifikasi Metode dan Pembuatan Bahan Acuan Untuk Sertifikasi Benih Kedelai Sesuai OECD Seed Scheme
Dalam pelaksanaan proses sertifikasi benih, untuk kegiatan
pengujian di laboratorium mengacu pada salah satu acuan
internasional yaitu International Seed Testing Association
(ISTA) Rules. Sedangkan dalam kegiatan sertifikasi di lapang
belum keseluruhan mengacu ke aturan internasional.
Kebijakan mengenai sertifikasi benih yang ada sekarang
adalah Kepmentan Nomor 620/HK.140/C/04/2020 tentang
Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Pangan yang
merupakan tindak lanjut penerapan di lapangan mengenai
sertifikasi benih tanaman pangan sesuai Permentan Nomor
12/Permentan/TP.02/4/2018 tentang Produksi, Sertifikasi,
dan Peredaran Benih Tanaman. Agar didapat metode
sertifikasi benih yang efisien dan akurat/efektif, maka
diperlukan verifikasi metode.
Prosedur yang ada di OECD Seed Scheme sebagian besar
sudah dilaksanakan dalam sertifikasi benih di Indonesia
yang tertuang dalam Nomor 620/HK.140/C/04/2020. Salah
satu bagian dari metode sertifikasi OECD Seed Scheme yang
belum dilaksanakan dalam sertifikasi benih di Indonesia
adalah kegiatan pre control. Pre control adalah istilah yang
digunakan untuk verifikasi varietas benih generasi awal
yaitu Benih Penjenis (BS) dan Benih Dasar (BD). Pre control
dilaksanakan dalam bentuk plot kontrol, benih acuan
ditumbuhkan dalam waktu yang bersamaan dengan
tanaman generasi berikutnya. Selama ini dalam
pemeriksaan lapang dalam sertifikasi benih di Indonesia
yang dilaksanakan oleh PBT menggunakan deskripsi
varietas sebagai acuan untuk mengecek identitas dan
kemurnian varietas.
Selain itu kegiatan ini dilaksanakan juga dalam rangka
mendukung penyediaan benih kedelai bagi produsen benih
dan/atau kelompoktani sebagai upaya meningkatkan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 21
penggunaan benih bermutu dan bersertifikat di tingkat
petani.
Tujuan verifikasi metode ini adalah: 1) memperoleh metode
sertifikasi benih yang efektif dan efisien; 2) memperoleh
bahan acuan dalam mendukung pemeriksaan tanaman
sertifikasi di lapang; dan 3) memperoleh benih kedelai yang
bermutu dan bersertifikat.
Kegiatan verifikasi metode dilaksanakan mulai bulan
Januari sampai dengan bulan Desember 2020 di Dusun
Margamulya Desa Ciasem Girang Kecamatan Ciasem
Kabupaten Subang, Jawa Barat, dan Balai Besar PPMB-
TPH. Bahan uji berupa varietas kedelai kelas BS (Benih
Sumber) yaitu varietas Grobogan, Anjasmoro, Dega 1, Dena
1 dan Devon 1) yang digunakan untuk plot kontrol dan
kelas BD (varietas Grobogan, Anjasmoro, Dena 1 dan Devon
1 berasal dari Balai Penelitian Kacang dan Umbi, Jawa
Timur serta varietas Dega 1 berasal dari Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, D.I. Yogyakarta untuk ditanam pada
area sertifikasi.
Verifikasi metode sertifikasi ini dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan uji (berupa benih kedelai kelas benih
BS dan BD dengan varietas Grobogan, Anjasmoro, Dena
1, Devon 1 serta Dega 1 kelas benih BP. Volume benih
yang dibutuhkan untuk kelas BS masing-masing
varietas 1 kg/plot kontrol dan untuk kelas BD dan BP
masing varietas 40 kg/ha.
b. Persiapan areal sertifikasi
Areal sertifikasi merupakan suatu hamparan yang terdiri
dari 5 (lima) unit sertifikasi @ 2 (dua) ha yang diajukan
untuk 5 varietas kedelai dengan kelas benih BD dan BP.
c. Pemeriksaan lapangan pendahuluan
LAPORAN TAHUNAN 2020
22
LAPORAN TAHUNAN 2020 22
Dilakukan sebelum tanam sampai tanam untuk
memastikan kebenaran lokasi, persyaratan lokasi,
persyaratan lahan dan benih sumber dll.
d. Pemeriksaan pertanaman
Pemeriksaan pertanaman kedelai dapat dilakukan pada
fase pertumbuhan tanaman, yaitu sejak dari fase
vegetatif, fase berbunga, dan fase masak.
e. Pembuatan bahan acuan:
1) Menanam tiap varietas yang diuji pada polibag, 20
tanaman untuk tiap varietas (Lokasi pertanaman di
Balai Besar PPMB-TPH);
2) Mendokumentasikan karakter penciri varietas pada
tiap fase pengamatan.
f. Pengambilan dan pengujian contoh benih di
laboratorium BPSB wilyah kerja terkait serta
pemasangan label yang dilakukan oleh penangkar di
bawah pengawasan PBT setempat.
g. Kompulasi data, penyusunan laporan.
Gambar 5. Kegiatan penanaman pada area sertifikasi benih kedelai
Pembuatan bahan acuan dilakukan dengan menanam tiap
varietas yang diuji pada polibag, sebanyak 20 tanaman
untuk tiap varietas dan mendokumentasikan karakter
penciri varietas pada tiap fase pengamatan.
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 23
Gambar 6. Pertanaman bahan acuan varietas kedelai
Tabel 8. Salah satu contoh visualisasi bahan acuan berupa
karakter morfologi tanaman kedelai varietas Dega 1
1.
Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil: Ungu
2.
Warna daun: Hijau Bentuk daun: Oval Warna bulu batang:
coklat
3. Kerapatan bulu ujung batang
Warna bunga:
Ungu
4. Tipe percabangan: 1-3 cabang Tipe pertumbuhan:
determenit
LAPORAN TAHUNAN 2020
24
LAPORAN TAHUNAN 2020 24
5.
6.
Warna polong: Coklat muda Bulu polong: coklat
Bentuk dan warna biji: lonjong & kuning Warna hilum:
Coklat
Kesimpulan yang didapat dari kegiatan ini yaitu: 1)
pengamatan/pemeriksaan di lapang dengan menggunakan
karakter morfologi pada plot kontrol lebih efektif/akurat dan
efisien dibanding menggunakan deskripsi; 2) terdapat
beberapa karakter yang mencirikan varietas tetapi tidak
tercantum pada deskripsi seperti: warna bulu dan kerapatan
bulu pada batang, serta kerapatan bulu pada polong; dan 3)
ciri varietas dengan menggunakan keterangan warna pada
deskripsi seperti warna epikotil, hipokotil, bunga, daun, biji,
bulu dll akan lebih efektif/akurat jika didukung dengan
performa warna secara visual karakter morfologi yang ada
pada plot kontrol.
Rekomendasi dari kegiatan ini adalah bahan acuan berupa
visualisasi karakter morfologi sebagai penciri varietas
diperlukan dalam pemeriksaan sertifikasi benih kedelai di
lapang untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat
dan efisien selain deskripsi.
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 25
Gambar 7. Kegiatan prosesing benih kedelai
Hasil samping dari kegiatan verifikasi metode ini berupa
benih kedelai dengan rincian seperti pada tabel berikut.
Tabel 9. Volume benih hasil kegiatan verifikasi metode
No Varietas Volume (Kg)
1 Dega 1 148
2 Grobogan 192
3 Dena 1 646,5
4 Anjasmoro 303
5 Devon 1 217
Total 1.506,5
Hasil kegiatan verifikasi metode Sertifikasi Benih Kedelai
Sesuai OECD Seed Scheme selanjutnya dimanfaatkan dalam
rangka mendukung penyediaan benih kedelai bagi
penangkar dan/atau kelompoktani sebagai upaya
meningkatkan penggunaan benih bermutu dan bersertifikat
di tingkat petani.
Tabel 10. Alokasi bantuan benih kedelai hasil verifikasi
metode
No Provinsi Kabupaten/Kota Penangkar/Poktan
1 Jawa Barat Cianjur KT. Unggul Sejahtera
KT. Rizki Tani
Subang UD. Marga Tani
CV. Dimas Purnama
LAPORAN TAHUNAN 2020
26
LAPORAN TAHUNAN 2020 26
Garut KT. Darma Ihtiar
Ikatan Penangkar Pedagang Benih
2 Banten Pandeglang KT. Mekar Bakti
3 Jawa Tengah Grobogan PB. Agro Lestari
4 D.I. Yogyakarta Gunung Kidul UD. Sumber Tani
Gambar 8. Penyerahan bantuan benih kedelai kepada penangkar
3. Kajian Sertifikasi Benih Padi Menggunakan Drone
Drone atau pesawat tanpa awak Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) mulai diaplikasikan untuk kegiatan pertanian. Drone
digunakan terutama untuk pertanian dengan lahan skala
luas. Seperti lahan padi, jagung dan perkebunan anggur.
Keterbatasan kemampuan mata manusia untuk memeriksa
hamparan pertanaman luas, dapat diatasi dengan
menggunakan drone pertanian yang dapat menangkap citra
dari atas (rekaman) dan memberikan informasi penting
mengenai kondisi tanaman serta lingkungan disekitarnya
bahkan secara live (langsung). Keakuratan citra bisa
disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan tingkat kecanggihan
alat. Semakin canggih kamera drone memungkinkan citra
atau gambar yang diperoleh lebih akurat dan jernih.
Kajian penggunaan drone ini masuk dalam kategori inovasi
pengembangan metode. Kedepan diharapkan dapat
dikembangkan pemanfaatan penggunaan drone secara
optimal dan melihat efektivitas penggunaan drone tersebut
dalam pengamatan sertifikasi benih padi di lapang baik untuk
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 27
pemeriksaan Campuran Varietas Lain (CVL), pengamatan fase
vegetatif, generatif dan fase masak serta tipe simpang
ataupun pengamatan kesehatan tanaman. Sehingga hasilnya
akan dapat membantu mempermudah PBT ataupun
stakeholder di bagian sertifikasi benih mandiri dalam
pengamatan pemeriksaan pertanaman padi di lapang/lahan.
Tujuan dari pengembangan metode ini adalah untuk
mengetahui pemanfaatan drone dalam membantu
pelaksanaan pemeriksaan di lapang pada fase vegetatif,
generatif dan fase masak dalam proses sertifikasi benih padi
oleh PBT sebagai operator/pengguna (user) drone. Manfaat
yang diperoleh dari hasil kegiatan pengembangan metode ini
adalah diperolehnya metode pemeriksaan lapang dalam
proses sertifikasi benih dengan memanfaatkan drone sebagai
usulan bahan kebijakan dalam peraturan sertifikasi benih
padi menggunakan drone dalam pelaksanaan sertifikasi benih
padi di lahan/lapang.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini Balai Besar PPMB-TPH
diberikan izin oleh PT. Sang Hyang Seri, Sukamandi untuk
melaksanakan pengamatan sertifikasi benih padi
menggunakan drone. Areal pertanaman padi yang digunakan
milik PT. Sang Hyang Seri, Sukamandi seluas ± 7,58 Ha
untuk pertanaman padi sebanyak tiga varietas dalam satu
musim tanam. Selain melakukan pengamatan di areal
pertanaman lain di luar PT. SHS, tim melakukan pengamatan
di lahan pertanaman padi lainnya yaitu di daerah Cianjur,
Jawa Barat.
Bahan yang digunakan untuk pengamatan sertifikasi benih
padi adalah pertanaman tiga varietas benih padi Inbrida Padi
sawah irigasi kelas Benih Penjenis/BS (Breeder Seed) untuk
menghasilkan Benih Dasar (Foundation Seed) yaitu Ciherang,
Inpari IR Nutri Zinc dan Mekongga produksi UPBS Balai
Besar Padi, Sukamandi sebanyak 150 kg. Pengamatan
pertanaman lain di Cianjur tim mendapatkan areal
LAPORAN TAHUNAN 2020
28
LAPORAN TAHUNAN 2020 28
pertanaman padi yang menghasilkan kelas Benih Dasar,
varietas yang diamati tersebut yaitu varietas Inpari 32 (1,5 ha)
dan Nutri Zinc (0,5 ha) pada fase generatif dengan total luas
areal yaitu 2 ha. Peralatan yang digunakan adalah Drone tipe
Phantom 4 ver 2.
Spesifikasi Drone:
- Remote Controller (G1)
- 1″ 20MP CMOS Sensor (G2)
- Gimbal-Stabilized 4K60/20MP Imaging
- Ocusync Transmission Reduced Propeller Noise
FlightAutonomy
- Four Directions of Obstacle Avoidance Top Speed of 72
Kph in Sport Mode Maximum Control Range of 7 Km
- Up to 30 Minutes Flying Time
- Baterai cadangan 3 pcs (G3)
- Tas Drone (G4)
Gambar 9. Drone beserta kelengkapannya
Metode pengamatan yang digunakan yaitu dengan
menentukan petak yang diamati secara acak (tergantung
kondisi lapang dan kemampuan drone dalam pengamatan
pertanaman padi) dengan luasan satu unit sertifikasi benih
maksimal 10 ha. Sebelum pemeriksaan pertanaman tiap fase
dilakukan, dilakukan pemeriksaan lapangan pendahuluan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 29
mengenai kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan
untuk areal sertifikasi.
Pemeriksaan lapangan pendahuluan dalam kajian ini
dimodifikasi dengan verifikasi awal luas lahan menggunakan
aplikasi yang dapat disematkan diperangkat ponsel seperti
Aplikasi Collector Classic for ArcGIS, Google Earth atau
aplikasi lainnya yang dapat menentukan luas lahan
pertanaman. Pengamatan pertanaman padi menggunakan
drone tiap sampling minimal sebanyak 200 rumpun. Tiap 200
rumpun menjadi 1 blok pengamatan sampling yang akan
diamati dalam satu areal pertanaman padi (Gambar 16).
Pengamatan parameter fase vegetatif, berbunga dan fase
masak menggunakan hasil foto dan/atau video dari drone,
kemudian membandingkannya dengan deskripsi varietas
yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Pertanian.
Gambar 10. Contoh plot pengamatan sampel pertanaman padi pada tiap
fase yang akan di dokumentasikan dengan menggunakan drone
Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase vegetatif,
fase berbunga dan fase masak/menjelang panen. Untuk
sertifikasi baku pada pertanaman padi parameter yang
diperiksa mengalami perubahan yang semula mengacu pada
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
v v v v v v
LAPORAN TAHUNAN 2020
30
LAPORAN TAHUNAN 2020 30
Kepmentan 991/HK.50/C/05/2018 kemudian mengalami
perubahan di bulan April 2020 dengan terbitnya Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 620/HK.150/C/04/2020 tentang
Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Pangan.
Acuan tersebut kemudian diadopsi drone untuk melihat
seberapa jauh drone dapat mencitrakan atau menerapkan
parameter tersebut dengan hasil dokumentasi berupa foto
dan/atau video yang mampu ditangkap drone (tergantung
pada kemampuan drone dalam mendokumentasikan pada
setiap fase).
Tim Balai Besar PPMB-TPH kemudian mengumpulkan dan
menganalisis data secara kualitatif hasil pengembangan
metode berupa data hasil visualisasi foto dan/atau video,
menyimpulkan data tersebut dan membuat rekomendasi hasil
pengamatan sertifikasi benih padi menggunakan drone.
Sebelum drone diterbangkan ke lapang oleh PBT, tim
melakukan Inhouse Training (tutorial) pengenalan dan
penggunaan drone, agar tim sebelum menerbangkan drone
memahami terlebih dahulu dasar-dasar tentang drone dan
mampu menerbangkan drone secara manual (Gambar 17).
Pemeriksaan lapangan pendahuluan mengenai kebenaran
batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi
dapat dicocokkan dengan peta lapangan yang telah
dilampirkan pada permohonan. Pemeriksaan tersebut
sekaligus untuk mengetahui kondisi lahan (isolasi dan
sejarah lapangan) yang akan dipergunakan sebagai areal
sertifikasi tersebut.
Namun untuk kajian ini menggunakan aplikasi untuk melihat
kondisi luasan lahan sertifikasi tersebut yaitu dengan
Aplikasi Collector Classic for ArcGIS, Pix4d capture atau
aplikasi lainnya yang dapat menentukan luas lahan
pertanaman secara real time atapun dapat diolah lebih lanjut
menggunakan komputer atau Laptop dari hasil tangkapan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 31
gambar oleh Pix4d. Hasil foto dari aplikasi Pix4d kemudian
diolah menggunakan Google Earth. Hal tersebut untuk
menjembatani apabila pihak produsen atau penangkar tidak
memiliki/melampirkan peta lapangan areal pertanaman
sertifikasi benih padi tersebut.
Gambar 11. Tampilan layar ponsel ketika menggunakan aplikasi Pix4d
capture dan drone menjalankan misi memfoto areal pertanaman padi
secara otomatis
Pemeriksaan fase vegetatif menggunakan drone dilaksanakan
oleh PBT Balai Besar PPMB-TPH yang mengecek luas
pertanaman padi Ciherang dan Nutri Zinc menggunakan
aplikasi ponsel Pix4d lalu diolah kembali menggunakan
aplikasi Google Earth maka diperoleh luasan 5,54 ha
sehingga ada selisih 0,04 ha dari informasi pertanaman yang
disampaikan pihak PT. SHS.
Gambar 12. Pengoperasian drone (lingkaran merah) untuk pengamatan
fase vegetatif di lahan padi varietas Ciherang dan Nutri Zinc
Drone tipe phantom ver. 2 ini dapat berfungsi untuk
mendeteksi gulma dan Campuran Varietas Lain (CVL) di
LAPORAN TAHUNAN 2020
32
LAPORAN TAHUNAN 2020 32
pertanaman padi varietas Ciherang dan IR Nutri Zinc.
Kondisi tersebut dapat dilakukan dengan pengoperasian
drone terbang rendah dengan ketinggian ± 2,5 meter dari
tanah dan sudut kamera 10o (gambar 8 dan 9). Gulma pada
tahap awal jika tidak dilakukan pembersihan dan terus ada
hingga panen dapat menyebabkan terikutnya biji
gulma/benih tanaman lain sehingga dapat mempengaruhi
hasil uji mutu benih di laboratorium. Kepmentan
620/HK.150/C/04/2020 mempersyaratkan hasil uji mutu di
laboratorium untuk benih kelas BS dan BD harus 0,0 %.
Sedangkan untuk CVL disetiap fase pengamatan untuk benih
kelas BS dan BD pada acuan Kepmentan tersebut
mempersyaratkan mutu benih di lapangan harus 0,0%.
Gambar 13. Tampilan foto Drone yang diolah oleh aplikasi Agisoft
Photoscan Professional di lahan padi Mekongga
Gambar 14. a. Gulma, b. CVL
a b
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 33
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fase berbunga dan fase
masak.
Gambar 15. a. Hasil foto drone yang bisa teramati pada fase berbunga di
lahan padi varietas Ciherang, b. IR Nutri Zinc
Gambar 16. a. Hasil foto drone yang bisa teramati pada fase masak di
lahan padi varietas Ciherang, b. IR Nutri Zinc
Drone dalam langkah awal (sebelum pengamatan parameter
tersebut dilaksanakan) bisa membantu PBT melihat secara
luas dengan pencitraan jarak jauh menggunakan drone untuk
melihat adakah CVL (terbatas pada parameter tinggi tanaman
dan warna daun bendera) dalam satu hamparan pertanaman,
sehingga bisa fokus dalam mendeteksi awal keberadaan CVL
dan gulma. Kemudian hasil deteksi awal tersebut (gambar
dan/atau video hasil pencitraan drone) bisa diverifikasi secara
langsung oleh PBT dengan melihat langsung pertanaman padi
di areal tersebut yang sudah dilewati oleh drone.
Hasil visualisasi drone untuk tahap pendugaan awal dapat
membantu PBT mempercepat pengamatan hanya dalam
karakteristik pada perbedaan ketinggian tanaman, warna
malai dan gabah bisa terlihat langsung di layar drone, namun
a b
LAPORAN TAHUNAN 2020
34
LAPORAN TAHUNAN 2020 34
tetap membutuhkan verifikasi langsung dengan pertanaman
yang terlihat di drone dengan pertanaman langsung.
Kesimpulan dalam pemeriksaan lapang sertifikasi tanaman
padi dengan menggunakan drone, hanya parameter tertentu
saja yang bisa terdeteksi secara visual foto dan/atau video
oleh drone untuk menduga CVL dan mengetahui keberadaan
gulma. Parameter tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan pendahuluan untuk mengetahui secara
global lahan yang akan ditanami dan luas lahan bisa
diketahui dengan aplikasi pihak ketiga yang harus
dipasang (instal) pada perangkat ponsel ataupun
komputer (jika harus pengolahan lebih lanjut);
b. Fase vegetatif yaitu tipe warna kaki, tipe
pertumbuhan/bentuk tanaman dan warna daun untuk
mendeteksi awal gulma dan Campuran Varietas Lain
(CVL);
c. Fase berbunga tipe pertumbuhan/bentuk tanaman,
warna daun, warna leher daun dan tinggi tanaman. Tipe
tersebut bisa terlihat dengan syarat ketinggian drone
dengan tanaman sekitar 1 – 1,5 m;
d. Fase masak sebelum panen yaitu warna gabah, warna
daun bendera, warna malai dan tinggi tanaman;
e. Dari ketiga fase tersebut maka disetiap parameter hanya
parameter tertentu saja yang dapat diamati oleh drone
seperti perbedaan ketinggian tanaman, tipe
pertumbuhan/bentuk tanaman, warna daun, warna leher
daun, warna gabah, warna daun bendera, warna malai.
Sedangkan gulma dapat terlihat diseluruh parameter
pengamatan terutama pada fase vegetatif.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah parameter yang
dipersyaratkan Kepmentan 620/HK.150/C/04/2020 untuk
pemeriksaan sertifikasi lapang yang dapat dilakukan dengan
drone yaitu perbedaan ketinggian tanaman, tipe
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 35
pertumbuhan/bentuk tanaman, warna daun, warna leher
daun, warna gabah, warna daun bendera, warna malai.
4. Penentuan Mutu Benih Kedelai untuk Kebutuhan Distibusi Benih Kedelai
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengantisisipasi
penurunan benih kedelai secara cepat salah satunya dengan
menggunakan kemasan yang tepat. Pada tahun 2012 Balai
Besar PPMB-TPH sudah melaksanakan pengembangan
metode untuk mendapatkan kemasan benih kedelai dengan
menggunakan plastik polyetylene (PE) dan high density
polyetylene (HDPE) dengan ketebalan ± 0,08 mm, dan
plastik kantong semar. Kesimpulan dari hasil pengujian
jenis kemasan kantong semar volume 1 kg dan 40 kg dapat
memepertahankan mutu benih kedelai sampai bulan
simpan ke-7 dengan tingkat KA ± 8%.
Jenis kemasan kantong semar volume 1 kg dengan tingkat
kadar air ± 12%, hanya dapat mempertahankan benih
kedelai sampai dengan bulan simpan ke-2 pada susu ruang.
Kemasan kantung semar volume 40 kg tidak dapat
digunakan untuk menyimpan benih kedelai selama 1 tahun
pada suhu ruang. Bahan uji dengan kadar air tinggi
berpengaruh meningkatkan persentase cendawan terbawa
benih seperti pada kemasan HDPE, yang berakibat
penurunan bahan uji.
Kemunduran kualitas benih dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, kemasan, dan masa simpan benih. Benih yang
dikemas dalam kemasan yang kurang baik akan mengalami
penurunan daya tumbuh sehingga diperlukan kemasan
yang sesuai dalam penyimpanan benih. Fungsi kemasan
dalam penyimpanan benih adalah melindungi kualitas fisik
maupun fisiologis benih dari pengaruh lingkungan simpan,
menghindari tercecernya benih dan memudahkan dalam
distribusi.
LAPORAN TAHUNAN 2020
36
LAPORAN TAHUNAN 2020 36
Tujuan dari pengembangan metode ini adalah untuk
menentukan standar mutu benih yang bisa didistribusikan.
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Besar PPMB-TPH dari
bulan Januari sampai Desember 2020. Benih yang
digunakan dalam kegiatan ini berasal dari produsen benih
kedelai di Kabupaten Grobogan. Tahap awal kegiatan
dengan melaksanakan pengadaan benih kedelai dengan 3
tingkat daya berkecambah yaitu tinggi dengan daya
berkecambah diatas 84%, sedang dengan daya berkecambah
74-84% dan daya berkecambah rendah dibawah 74%
dengan melihat data pada label benih.
Benih dari Kabupaten Grobogan dikirim melalui ekspedisi.
Setelah benih sampai di Balai Besar PPMB-TPH dilakukan
uji pendahuluan dengan parameter kadar air, daya
berkecambah dan indek vigor. Sambil menunggu hasil uji
pendahuluan dilakukan pengemasan benih dengan
menggunakan kemasan karung (K1), kemasan karung
beralas plastik PE 0,04 mm (K2) dan plastik PE 0,08 mm.
Setiap kemasan berisi 1 kg benih kedelai. Sebelum
dilakukan pengemasan benih dihomogenkan dengan
devider. Setiap kemasan dibuat 3 ulangan dan disimpan
selama 6 bulan pada suhu AC dan ruang.
Bahan yang digunakan benih kedelai 4 lot varietas
Grobogan, 3 (tiga) jenis kemasan kantong plastik
Polyethylene (PE) 0,08 mm, kemasan plastik PE 0,04 mm,
karung, kertas CD, Aquades, alkohol, plastik ukuran 2 kg.
Untuk mengetahui suhu dan kelembaban selama
penyimpanan dilakukan perekaman menggunakan data
logger. Melakukan pengujian benih yang sudah disimpan,
pengujian dilakukan setiap bulan dengan parameter kadar
air, daya berkecambah dan indek vigor. Rancangan
percobaan yang digunakan RAL dengan tiga ulangan. Faktor
perlakuan yang digunakan adalah jenis kemasan yaitu
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 37
kemasan karung (K1), kemasan karung beralas plastik PE
0,04 mm (K2), plastik PE 0,08 mm (K3).
Gambar 17. Penyiapan bahan uji benih kedelai di Grobogan
Benih dikirim dari Grobogan Jawa Tengah dengan
menggunakan expedisi, dan setelah sampai dilakukan
pengujian untuk menentukan data awal sebelum dilakukan
penyimpanan. Pada saat proses pengujian mutu awal,
dilakukan pengemasan benih dengan berbagai kemasan.
Sebelum dilakukan pengemasan benih dihomogenkan
terlebih dahulu dengan menggunakan devider untuk
mencampur benih agar kondisinya menjadi homogen.
Gambar 18. Proses homogenisasi dan pengemasan benih
Setelah pengemasan selesai dilakukan benih disimpan pada
suhu AC dan suhu ruang. Selanjutnya dilakukan pengujian
awal, seterusnya setiap bulan sampai penyimpanan 6 bulan.
Dari hasil kegiatan pengembangan metode ini dapat diambil
kesimpulan dan rekomendasi:
a. Penyimpanan benih dengan mutu daya berkecambah
diatas 90% mampu mempertahankan mutu benihnya
LAPORAN TAHUNAN 2020
38
LAPORAN TAHUNAN 2020 38
sampai 6 bulan penyimpanan dengan menggunakan
kemasan karung beralas plastik PE 0,04 dan PE 0,08
mm pada suhu ruang dan AC;
b. Penyimpanan benih dengan mutu daya berkecambah
sedang yaitu antara 75 -84 % mampu mempertahankan
mutu benihnya sampai 4 bulan penyimpanan dengan
menggunakan kemasan karung beralas plastik PE 0,04
dan PE 0,08 mm pada suhu ruang dan AC;
c. Penyimpanan benih dengan dengan mutu benih yang
sangat minim, hanya mampu disimpan selama 1 bulan
dengan menggunakan kemasan karung beralas plastik
PE 0,04 mm dan plastik PE 0,08 mm.
5. Evaluasi Retensi dan Prosedur Penyimpanan Benih Padi, Jagung dan Kedelai di Laboratorium
Laboratorium pengujian yang terakreditasi harus mengacu
pada SNI ISO/IEC 17025:2017 Persyaratan Umum
Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium
Kalibrasi. Pada butir 7.4 tentang penanganan barang uji, di
nyatakan bahwa laboratorium harus memiliki prosedur
untuk pengangkutan, penerimaan, penanganan,
perlindungan, penyimpanan, retensi dan pembuangan atau
pengembalian barang uji atau kalibrasi, termasuk semua
persyaratan yang diperlukan untuk melindungi integritas
dari barang uji atau kalibrasi, dan untuk melindungi
kepentingan laboratorium dan pelanggan. Tindakan
pencegahan harus diambil untuk menghindari penurunan
mutu, kontaminasi, kehilangan atau kerusakan pada
barang selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan/
masa tunggu, dan persiapan untuk pengujian atau
kalibrasi. Pada butir 7.4.4 lebih dipertegas bahwa bila
barang perlu disimpan atau dikondisikan dalam lingkungan
tertentu, kondisi ini harus dipelihara, dipantau dan dicatat.
Hampir seluruh laboratorium benih (BPSB) di Indonesia
telah terakreditasi oleh KAN, karena itu diperlukan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 39
kajian/evaluasi mengenai prosedur penyimpanan dan
retensi untuk benih yang diuji.
Dua faktor penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu
dan kelembaban udara. Umumnya benih dapat
dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup
lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga. Untuk
itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih.
Penyimpanan benih pada ruang terbuka akan
mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau
daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan
kelembaban.
Selain suhu dan kelembaban, yang harus diperhatikan
dalam penyimpanan benih adalah kemasan atau wadah
simpan yang digunakan. Justice dan Bass (1979),
mengemukakan bahwa penggunaan wadah dan cara simpan
benih sangat tergantung pada jenis, jumlah benih, teknik
pengepakan, lama penyimpanan, suhu ruang simpan dan
kelembaban ruang simpan.
Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka
viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas
benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan
kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih
(Widodo, 1991).
Untuk mengatasi semua permasalahan di atas, maka pada
tahun 2020 dilakukan kegiatan pengembangan metode
mengenai evaluasi retensi dan prosedur penyimpanan benih
padi, jagung dan kedelai di laboratorium.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh prosedur
penyimpanan benih padi, jagung dan kedelai sisa contoh uji
di laboratorium serta memperoleh justifikasi batas waktu
pengajuan permintaan uji ulang di laboratorium oleh
pelanggan.
LAPORAN TAHUNAN 2020
40
LAPORAN TAHUNAN 2020 40
Pengembangan metode ini terdiri dari 3 percobaan yaitu
komoditas padi, jagung dan kedelai. Setiap komoditas
disimpan pada ruang penyimpanan dengan suhu terkendali
23±2°C.
Rancangan percobaan yang digunakan pada setiap
percobaan adalah rancangan split plot dua faktor yaitu
faktor kemasan dan waktu penyimpanan:
a. Kemasan (plastic PE 0,8mm (K1), plastic hermetic (K2)
dan alumunium foil (K3).
Gambar 19. Kemasan untuk pengujian kadar air (kiri) dan kemasan
untuk pengujian daya berkecambah dan vigor benih
b. Bulan penyimpanan
Adapun lama penyimpanannya tergantung masa edar
benih masing-masing komoditasnya dan dikurangi 1
bulan (masa pengajuan uji ulang). Sehingga lama
penyimpanan untuk masing-masing komoditas adalah
sebagai berikut: benih padi selama 5 bulan, benih
jagung selama 5 bulan, dan benih kedelai selama 3
bulan.
Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Lot benih yang di uji
adalah lot benih yang memenuhi standar mutu di
laboratorium. Setiap bulan dilakukan pengujian mutu benih
berupa pengujian kadar air, daya berkecambah dan vigor
benih (RE dan First Count Test).
Pelaporan data hasil pengujian dilakukan berdasarkan
aturan ISTA. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap
variabel yang diamati dilakukan pengolahan data statistik
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 41
dengan analisis ragam uji F pada selang kepercayaan 95%.
Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%
dilakukan jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap
variabel tolok ukur pengamatan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan program SAS system 9.0.
a. Komoditas Padi
Benih padi yang digunakan dalam pengembangan
metode ini adalah benih padi varietas Ciherang, Inpari
32, IR 64 dan Memberamo.
Gambar 20. Benih padi yang digunakan
Secara keseluruhan, bila dilihat dari interaksi antara
bulan penyimpanan dan kemasan, daya berkecambah
benih padi tidak berbeda nyata setelah disimpan selama
5 bulan dengan menggunakan kemasan apapun.
b. Komoditas Jagung
Benih Jagung yang digunakan dalam pengembangan
metode ini adalah benih jagung varietas BISI 99, BISI
220, BISI 18, Srikandi Kuning dan NASA 29.
LAPORAN TAHUNAN 2020
42
LAPORAN TAHUNAN 2020 42
Gambar 21. Benih jagung yang digunakan
Bila dilihat secara keseluruhan, benih jagung yang telah
lulus standard minimal kelulusan, dapat disimpan
selama 5 bulan dengan menggunakan kemasan apapun.
c. Komoditas Kedelai
Benih kedelai yang digunakan dalam pengembangan
metode ini adalah benih kedelai varietas Grobogan
sebanyak 4 lot.
Berdasarkan hasil uji awal, untuk KD4 dapat tidak
dilanjutkan sampai tahap penyimpanan karena mutu
awal sebelum disimpan telah dibawah standar minimal
kelulusan.
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh bahwa faktor
tunggal bulan penyimpanan, faktor tunggal kemasan
dan interaksi antara dua faktor tidak berpengaruh nyata
pada keempat lot yang di uji.
Hal ini berarti bahwa penyimpanan benih pada suhu
terkendali 23±2°C dengan kemasan apapun dapat
mempertahankan mutu benih kedelai sampai selama 3
bulan, sehingga apabila terdapat complain atau
permintaan uji ulang, pengujian masih dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil pengembangan metode, maka diperoleh
kesimpulan bahwa:
a. Prosedur penyimpanan benih padi, jagung dan kedelai
sisa contoh uji di laboratorium adalah pada suhu
terkendali 23±2°C, dengan kemasan plastik PE 0,8mm,
plastic hermetic dan alumunium foil;
b. Justifikasi batas waktu pengajuan permintaan uji ulang
di laboratorium oleh pelanggan adalah sesuai masa edar
(benih padi selama 5 bulan, benih jagung selama 5
bulan dan benih kedelai selama 3 bulan).
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 43
Rekomendasi yang hasilkan adalah Penyimpanan benih
pada suhu terkendali 23±2°C dapat mempertahankan mutu
selama masa edar atau sampai pengajuan pelabelan ulang
(benih padi selama 5 bulan, benih jagung selama 5 bulan
dan benih kedelai selama 3 bulan). Sehingga apabila
terdapat komplain atau permintaan uji ulang, pengujian
masih dapat dilakukan. Tetapi tidak disarankan untuk
benih yang mutunya mendekati batas minimal standar
kelulusan.
6. Verifikasi Metode Pematahan Dormansi Dengan
Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Pada Benih Padi
Salah satu kendala yang dihadapi pada proses sertifikasi
benih, khususnya pengujian daya kecambah benih di
laboratorium adalah dormansi benih. Dormansi benih
adalah suatu kondisi dimana benih hidup tidak dapat
berkecambah meskipun telah dikecambahkan pada kondisi
lingkungan yang optimum. Dormansi dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor benih maupun faktor
lingkungan. Pada benih yang dorman, perkecambahan tidak
akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya.
Dormansi pada benih dapat dipatahkan dengan berbagai
cara baik secara fisik, mekanik maupun kimiawi.
Metode pematahan dormansi pada benih padi yang
direkomendasikan ISTA adalah dengan pemanasan
pendahuluan pada suhu 50±2oC, perendaman dalam air
atau asam nitric (HNO3) selama 24 jam. Pada tahun 2018
dan 2019 Balai Besar PPMB-TPH juga telah melaksanakan
pengembangan metode pematahan dormansi untuk benih
padi unggul nasional, padi varietas lokal, padi gogo serta
padi rawa. Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi
perlakuan panas kering dan perendaman Potassium Nitrat
(KNO3). Perlakuan cukup efektif namun masih memerlukan
waktu minimal 48 jam untuk perlakuan pematahan dormasi
benih. Oleh karena itu diperlukan alternatif perlakuan lain
LAPORAN TAHUNAN 2020
44
LAPORAN TAHUNAN 2020 44
seperti pemberian zat pengatur tumbuh dalam proses
pematahan dormansi benih padi, untuk mempercepat waktu
perlakuan.
Menurut Yuningsih et al (2015) menyatakan bahwa
perlakuan pemanasan pada benih selama 48 jam
dilanjutkan dengan perendaman pada asam giberelat (GA3)
10 ppm mampu menghasilkan daya berkecambah lebih dari
85% pada minggu ke 0 penyimpanan. Ilyas et al. (2007) juga
menyebutkan bahwa penggunaan asam giberelat (GA3) 120
ppm selama 48 jam efektif untuk permatahan dormansi
beberapa varietas padi gogo.
Dalam rangka mendukung percepatan peningkatan produksi
benih padi bersertifikat maka perlu dilakukan
pengembangan metode pematahan dormansi pada beberapa
varietas benih padi dengan menggunakan zat pengatur
tumbuh sehingga diperoleh perlakuan dormansi yang efektif
dan cepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
metode pematahan dormansi benih padi dengan penggunaan
zat pengatur tumbuh yang efektif dan cepat. Sehingga dapat
diperoleh bahan kebijakan untuk metode pematahan
dormansi beberapa benih padi sebagai acuan laboratorium
penguji benih dalam pengujian mutu benih padi.
Kegiatan verifikasi ini akan berlangsung dari bulan Januari
sampai dengan Desember 2020 di laboratorium pengujian
mutu benih Balai Besar PPMB-TPH dan beberapa
laboratorium BPSBTPH tingkat provinsi,
Bahan yang digunakan antara lain zat pengatur tumbuh
(ZPT) berupa asam giberelat (GA3) dan asam indola
asetat/auksin (IAA), Potassium Nitrat (KNO3) dan beberapa
varietas benih padi baru panen.
Kegiatan verifikasi terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 45
a. Uji coba beberapa konsentrarsi ZPT dan metode
perlakuan pada varietas benih padi baru panen.
b. Pada tahap ini akan digunakan beberapa tingkat
konsentrasi dan cara penggunaan ZPT.
Tabel 11. Perlakuan pematahan dormansi pada benih padi
a) Kontrol Tanpa perlakuan
b) Perendaman KNO3 5% 24 jam
c) Perendaman GA3 100 ppm 24 jam
d) Perendaman GA3 150 ppm 24 jam
e) Perendaman GA3 200 ppm 24 jam
f) Perendaman IAA 100 ppm 24 jam
g) Perendaman IAA 150 ppm 24 jam
h) Perendaman IAA 200 ppm 24 jam
Hasil dari berbagai perlakuan diatas diulang sebanyak
tiga ulangan dan hasilnya akan dievaluasi untuk
pemilihan metode yang paling efektif untuk pematahan
dormansi benih padi. Metode dinilai efektif apabila
mampu mematahakan dormansi benih padi berdasarkan
daya berkecambah lebih dari 80% dan konsentrasi ZPT
yang digunakan.
c. Aplikasi hasil uji tahap 1 pada beberapa varietas benih
padi baru panen Setelah diperoleh beberapa metode yang
efektif, maka dilakukan inventarisasi berbagai varietas
padi yang siap panen di berapa Provinsi.
Uji coba aplikasi metode pematahan dormansi
menggunakan ZPT pada beberapa laboratorium penguji
benih BPSBTPH tingkat provinsi
LAPORAN TAHUNAN 2020
46
LAPORAN TAHUNAN 2020 46
Beberapa laboratorium BPSBTPH akan diberikan ZPT
yang terbukti efektif untuk pematahan dormansi padi.
Laboratorium diminta untuk dapat mengaplikasikan
pematahan dormansi dengan menggunakan ZPT pada
benih yang baru penen.
d. Pengumpulan dan pengolahan data hasil uji
Pengumpulan dan pengolahan data meliputi data uji
awal sampai dengan data dari laboratorium BPSBTPH
provinsi yang mengaplikasikan metode ini. Pengolahan
data menggunakan uji sidik ragam dengan uji lanjut
Duncan dengan tarat kepercayaan 95%.
e. Analisa dan pengambilan kesimpulan
Analisa dan pengambilan kesimpulan berdasarkan
tingkat daya berkecambah yang dighasilkan pada
masing-masing metode. Metode pematahan dormansi
dianggap efektif apabila hasil uji daya berkecambah
>80%.
Hasil dari kegiatan ini diketahui bahwa pada tahap pertama
diperoleh 7 varietas benih padi baru panen dari provinsi
Jawa Tengah meliputi varietas Inpari 43, Ciherang, Sunggal,
Inpari 42, Mekongga, Inpari 32 dan Sintanur, dengan umur
panen 3 minggu setelah panen (MSP).
Gambar 22. Benih kegiatan pematahan dormansi padi
Perlakuan yang digunakan pada tahap pertama antara lain
perendaman KNO3 5% selama 24 jam, perendamana GA3
100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm selama 24 jam,
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 47
pernedaman IAA 100ppm, 150ppm, serta 200ppm selama 24
jam.
Pada varietas Sunggal dan Inpari 43, semua perlakuan
belum mampu mematahkan dormansi benih pada umur 3
dan 4 MSP, dan varietas Inpari 43 pada 5 MSP. Hal ini
diketahui dari hasil uji daya berkecambah masih dibawah
80%. Pada varietas Sunggal pada 5 MSP perlakuan KNO3 5%
dan GA3 100ppm mampu memberikan hasil uji daya
berkecambah lebih dari 80%. Pada varietas Ciherang
perlakuan KNO3 5% dan GA3 semua konsentrasi mampu
mematahkan dormansi benih sejak umur benih 3 MSP yaitu
lebih dari 90% dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
Pada varietas Inpari 32 dan Mekongga, perlakuan GA3
semua konsentrasi mampu mematahkan dormansi dengan
hasil uji daya berkecambah lebih dari 85% pada minggu ke 5
MSP. Perlakuan GA3 memberikan hasil daya berkecambah
lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan lain.
Perlakuan GA3 semua konsentrasi memberikan hasil
berbeda nyata untuk varietas Inpari 42 dengan hasil daya
berkecambah lebih dari 85% pada umur 3 MSP
dibandingkan dengan tanpa perlakuan (29%) KNO3 5%
(72%) dan IAA (57%). Pada varietas Sintanur semua
perlakuan mampu meningkatkan daya berkecambah diatas
80% dibandingkan dengan tanpa perlakuan.
Secara umum dapat diketahui bahwa perlakuan GA3 dan
KNO3 5% memeberikan hasil yang lebih baik dan berbeda
nyata pada varietas yang diuji. Sedangkan perlakuan IAA
tidak memberikan hasil yang cukup baik pada sebagian
besar variteas yang diuji. Oleh karena itu pada tahap
selanjutnya perlakuan IAA tidak lagi digunakan.
LAPORAN TAHUNAN 2020
48
LAPORAN TAHUNAN 2020 48
Gambar 23. a. Pengujian daya berkecambah dengan perlakuan KNO3
3%, b. GA3 300 ppm
Pada pengujian tahap kedua seharusnya digunakan berbagai
varietas dari beberapa provinsi. Namun dikarena kondisi
pandemi Covid-19, maka benih padi hanya diperoleh dari
Provinsi Jawa Tengah antara lain Inpari 24, Inpari 32,
Pajajaran, Sunggal dan Inpari IR Nutrizinc dengan umur
benih antara 2 dan 4 MSP.
Pada tahap kedua, perlakuan pematahan dormansi yang
digunakan antara lain perendaman KNO3 3% selama 48 jam
sebagai perlakuan yang telah rutin digunakan di
laboratorium, KNO3 5% selama 24 jam, GA3 200 ppm dan
GA3 300 ppm selama 24 jam.
Seluruh perlakuan mampu mematahkan dormansi benih
padi varietas pajajaran dengan hasil daya berkecambah lebih
dari 80% dan benih segar maksimal 2%. Sedangkan pada
varietas Inpari 24, seluruh perlakuan mampu menurunkan
jumlah benih segar sampai dengan 0% dibandingkan tanpa
perlakuan pada 4 MSP yaitu 12%.
Varietas Inpari 32, Sunggal dan IR Nutrizinc memberikan
respon yang berbeda-beda pada perlakuan pematahan
dormansi yang diberikan. Perlakuan KNO3 3% memberikan
hasil yang seragam pada ketiga varietas pada 2 MSP yaitu
diatas 80%. Perlakuan 5% selama 24 jam memberikan hasil
maksimal pada varietas Sunggal dengan umur 2 MSP.
Sedangkan perlakuan GA3 memberikan hasil diatas 80%
a b
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 49
pada varietas Inpari 32 dan Sunggal pada umur 2 MSP, dan
Inpari IR Nutrizinc pada umur 3 MSP.
Perbandingan secara ekonomis untuk penggunaan GA3 dan
KNO3 baik dari segi waktu pengujian serta biaya bahan yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 70. Dari segi waktu
penggunaan GA3 mampu menghemat waktu, namun dari
segi biaya GA3 lebih mahal daripada KNO3.
Pada tahap ketiga yaitu aplikasi perlakuan pematahan
dormansi digunakan GA3 300ppm untuk ke BPSB beberapa
provinsi antara lain Provinsi Jawa Tengah, DI. Yogyakarta,
Banten, Lampung, Jambi, Sulawesi Selatan, NTB, dan
Sumatera Barat.
Gambar 24. Validasi perlakuan pematahan dormansi di BPSBTPH
Provinsi Banten dan Jawa Tengah
Hasil perlakuan pematahan dormansi di beberapa
laboratorium BPSBTPH menunjukkan bahwa perlakuan GA3
dan KNO3 3% mampu mematahkan dormansi dan
memberikan hasil uji daya berkecambah yang lebih tinggi
dari pada kontrol. Pada beberapa varietas perlakuan GA3
memberikan hasil yang lebih tinggi daripada perlakuan
KNO3.
Kesimpulan yang diperoleh secara umum, perlakuan GA3
cukup efektif untuk perlakuan pematahan dormansi dan
dapat dijadikan alternatif perlakuan pematahan dormansi
dengan waktu lebih cepat yaitu 24 jam, selain perlakuan
KNO3 3% selama 48 jam yang telah diaplikasikan di
LAPORAN TAHUNAN 2020
50
LAPORAN TAHUNAN 2020 50
laboratorium selama ini.
Rekomendasi yang diperoleh adalah penggunaan perlakuan
pematahan dormansi dengan perendaman pada GA3 dengan
konsentrasi 300ppm selama 24 jam pada varietas Ciherang,
Sunggal, Inpari 42, Mekongga, Inpari 32 dan Sintanur,
dengan umur panen 3 MSP. Untuk varietas Pajajaran, Inpari
24 dan Inpari IR Nutrizinc dengan umur 4 MSP.
7. Kajian Metode Pengambilan Contoh Benih Padi, Jagung Dan Kedelai Untuk Pengecekan Mutu Benih Beredar
Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan, benih
mempunyai peranan yang cukup strategis, karena
berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas, mutu
hasil dan sifat ekonomis produk tanaman. Program
peningkatan produksi pertanian membutuhkan peningkatan
penyediaan dan penyaluran benih.
Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang disertai
dengan penerapan teknologi lainnya berkontribusi untuk
meningkatkan produktivitas, produksi dan mutu hasil
komoditas tanaman pangan. Oleh karena itu ketersediaan
benih varietas unggul bersertifikat perlu terus ditingkatkan
agar dapat memenuhi kebutuhan di lapangan dan mudah
diakses petani.
Pada tahun 2020, bantuan pemerintah dilaksanakan
melalui Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Hasil Tanaman Pangan yang dijabarkan dalam enam
kegiatan utama yang salah satunya merupakan Pengelolaan
Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan. Dalam rangka
peningkatan produksi komoditas padi dan jagung minimal
7% serta kenaikan tiga kali lipat ekspor di tahun 2024,
dilaksanakan kegiatan bantuan benih padi dan jagung
tahun anggaran 2020. Agar pelaksanaan kegiatan bantuan
benih padi dan jagung Tahun Anggaran 2020 berjalan
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 51
maka harus dilakukan sesuai Petunjuk Pelaksanaan
Bantuan Benih Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2020.
Petunjuk pelaksanaan ini merupakan acuan bagi para
pemangku kepentingan bantuan benih benih padi dan
jagung dalam melaksanakan kegiatan perbenihan tanaman
pangan.
Kepmentan Nomor 992/HK.150/C/05/2018 mengatur
kegiatan pengawasan peredaran benih tanaman pangan
dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam peredaran benih. Untuk mengetahui
kesesuaian mutu benih bina yang beredar dengan standar
mutu benih yang dipersyaratkan dilakukan pengecekan
mutu benih bina. Pengambilan contoh benih saat
pengecekan dilakukan oleh PBT pada benih yang sudah
dikelompokkan oleh pemilik benih dengan cara mengambil
kemasan secara visual terlihat paling buruk pada masing-
masing kelompok.
Dalam pelaksanaan kegiatan bantuan benih tanaman
pangan, perlu ditetapkan standar operasional prosedur,
dengan tahapan mekanisme penyaluran bantuan benih
tanaman pangan. Berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Tanaman Pangan Nomor 96/HK.310/C/4/2020
pengambilan contoh benih dilakukan pada setiap lot benih
yang sudah dikelompokkan sesuai dengan nomor lotnya
dengan ketentun yang berbeda untuk lot benih yang secara
visual kondisi kemasan terlihat seragam dan terlihat
berbeda.
Tujuan pengambilan contoh benih adalah untuk
mendapatkan contoh yang mewakili dengan ukuran yang
sesuai untuk pengujian, dan peluang keberadaaan setiap
komponen dalam contoh tersebut sama dengan tingkat
keberadaannya di dalam lot benih (ISTA, 2020). Karena
sebagaimanapun akuratnya pengujian di laboratorium, hasil
hanya menggambarkan kualitas dari sampel yang
LAPORAN TAHUNAN 2020
52
LAPORAN TAHUNAN 2020 52
dikerjakan analis, sehingga pengambilan contoh benih
menjadi titik kritis dalam proses bantuan benih beredar.
Aspek benih yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produktifitas dan mutu hasil tanaman adalah
mutu benih yang digunakan dan ketersediaannya. Dalam
rangka membantu meringankan modal usaha produksi
tanaman pangan, pemerintah memberikan bantuan sarana
produksi antara lain berupa benih. Benih bantuan yang
diberikan pemerintah adalah benih bersertifikat yang
memenuhi standar mutu. Namun dalam pelaksanaannya
sering kali mutu benih bantuan yang diterima oleh petani
tidak sesuai dengan standar mutu benih.
Peredaran benih yang tidak memenuhi baku mutu minimal
(BMB) dapat disebabkan oleh vigor benih awal yang kurang
bagus, kurangnya (jumlah dan kompetensi) sumber daya
manusia pengawasan benih seperti Pengawas Benih
Tanaman (PBT) dan Petugas Pengambil Contoh (PPC) atau
metode pengambilan contoh benih yang belum tepat. Dalam
kegiatan ini dilaksanakan kajian menggunakan beberapa
metode pengambilan contoh benih untuk memperoleh
metode yang tepat sehingga dapat mewakili lot benih yang
diedarkan dan mutu benih yang diedarkan sesuai standar
mutu benih dengan melibatkan beberapa produsen benih
padi, jagung dan kedelai. Namun dengan adanya pandemi
Covid-19, kegiatan ini dapat dilaksanakan terbatas pada
pengiriman benih bantuan dengan produsen benih yang
terdapat di Pulau Jawa. Pada kegiatan pengembangan
metode Balai Besar PPMB-TPH TA 2020 dilaksanakan
kajian metode pengambilan contoh benih padi, jagung dan
kedelai untuk pengecekan mutu benih benih bantuan
pemerintah beredar sehingga mutu benih bantuan yang
diterima oleh petani sesuai dengan standar mutu benih.
Kajian ini bertujuan untuk menelaah permasalahan dan
mencari titik kritis penurunan mutu benih selama proses
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 53
distribusi dan untuk memperoleh metode pengambilan
contoh benih padi, jagung dan kedelai untuk pengecekan
mutu benih beredar.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan kajian ini adalah
benih bantuan padi, jagung dan kedelai. Contoh uji
sejumlah contoh kirim minimal pada benih padi, jagung dan
kedelai yaitu 700 gr, 1000 gr dan 1000 gr per sampel
masing-masing lot.
Metode pelaksanaan kegiatan terdiri dari beberapa tahap,
yaitu:
a. Tahap awal kegiatan ini adalah melakukan koordinasi
dengan pihak pengadaan bantuan benih dan
produsen/penyedia benih untuk mendapatkan informasi
mengenai penyaluran benih bantuan padi, jagung
kedelai. Tim melaksanakan kegiatan pengambilan
sampel untuk pengecekan mutu benih awal sebelum
dikirim, pengecekan mutu benih setelah sampai di lokasi
penerima bantuan dan pengecekan mutu benih saat
diterima oleh penerima bantuan. Produsen benih yang
turut bekerja sama dalam kegiatan ini adalah Produsen
benih padi (CV. Putra Utama Perkasa dan CV. Kardika
Kresna), jagung (PT. Tunas Widji Inti Nayotamma dan
PT. BISI International Tbk), dan kedelai (UD. Sujinah,
CV. Megatani Mandiri dan UD. Marga Tani).
b. Pengecekan mutu awal benih sebelum dikirim dilakukan
di gudang produsen/penyedia. Dilakukan identifikasi
jenis kemasan yang digunakan, volume kemasan,
Kondisi simpan pengemasan, waktu panen, masalah
pada saat penyimpanan. Metode pengambilan contoh
benih di gudang dilakukan berdasarkan ISTA Rules.
c. Pengecekan mutu awal benih bantuan setelah sampai di
lokasi penerima bantuan (sebelum diedarkan) dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode pengambilan
LAPORAN TAHUNAN 2020
54
LAPORAN TAHUNAN 2020 54
contoh. Metode pengambilan contoh yang terdapat dalam
aturan adalah sebagai berikut:
1) Pengambilan contoh benih dari satu kemasan yang
paling buruk
2) Pengambilan contoh benih dari satu kemasan yang
bagus dan satu kemasan yang buruk.
Untuk kegiatan kajian ini menggunakan tiga metode sebagai
berikut:
a. Diambil satu kemasan yang baik: 2 x @1 Kg (dibagi
dalam 2 kemasan contoh kirim: 1 kemasan plastik dan 1
kemasan alufo);
b. Diambil satu kemasan yang paling buruk: Diambil satu
kemasan yang paling jelek: 2 x @1 Kg (dibagi dalam 2
kemasan contoh kirim: 1 kemasan plastik dan 1
kemasan alufo);
c. Diambil dari 3 (tiga) titik/campur: 2 x @1 Kg (dibagi
dalam 2 kemasan contoh kirim: 1 kemasan plastik dan 1
kemasan alufo).
Pada saat pengambilan sampel dilakukan identifikasi jenis
kemasan yang digunakan, volume kemasan, kondisi simpan
penyimpanan, jarak kirim, masalah pada saat penyimpanan
dan pengiriman. Seluruh sampel yang diambil pada saat
proses penyaluran benih bantuan dilakukan pengecekan
mutu dengan parameter mutu yang diuji di laboratorium
adalah kadar air, analisis kemurnian, daya berkecambah,
indeks vigour dan pengukuran radicula emmergence (RE).
Analisa statistik yang digunakan dalam kegiatan
pengembangan metode adalah secara deskriptif
membandingkan berbagai kondisi benih yang di ambil
contohnya dan berbagai cara pengambilan contoh benih
serta menggunakan Tabel 5C ISTA. Toleransi antara hasil
dua pengujian daya berkecambah pada contoh kirim yang
sama atau berbeda bila pengujian dilakukan di laboratorium
yang sama (two-way test at 2.5% significance level).
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 55
Pengambilan contoh benih pada pengiriman benih bantuan
Padi CV. Putra Utama Perkasa yang dikirim dari Pati
Provinsi Jawa Tengah ke Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa
Tengah. Lot benih yang dikirim sebanyak 1 lot varietas Situ
Bagendit dengan volume kemasan 5 kg, menggunakan
armada transportasi truk.
Gambar 25. Pengambilan contoh benih bantuan padi
Pengambilan contoh benih pada pengiriman benih bantuan
Padi CV. Kardika Kresna yang dikirim dari Nganjuk Provinsi
Jawa Timur ke Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Lot
benih yang dikirim sebanyak 2 lot varietas Inpara 32 dengan
volume kemasan 10 kg, menggunakan armada transportasi
truk trasportasi via kapal feri.
Pengambilan contoh benih pada pengiriman benih bantuan
Jagung PT. Tunas Widji Inti Nayotamma yang dikirim dari
Kediri Provinsi Jawa Tengah ke Wonogiri Provinsi Jawa
Tengah (Gambar 45). Lot benih yang dikirim sebanyak 3 lot
terdiri dari 2 varietas yaitu varietas RK 45 dan RK 58
dengan volume kemasan 5 kg, menggunakan armada
transportasi truk.
LAPORAN TAHUNAN 2020
56
LAPORAN TAHUNAN 2020 56
Gambar 26. Pengambilan contoh benih bantuan jagung
Pengambilan contoh benih pada pengiriman benih bantuan
Jagung PT. BISI International Tbk. yang dikirim dari Kediri
Provinsi Jawa Timur ke Bangkalan Provinsi Jawa Timur. Lot
benih yang dikirim sebanyak 1 lot varietas Bisi 2 dengan
volume kemasan 5 kg, menggunakan armada transportasi
truk.
Pengambilan contoh benih dilaksanakan pada pengiriman
benih bantuan kedelai UD Sujinah dari Grobogan Provinsi
Jawa Tengah ke Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung
Kidul Provinsi DI. Yogyakarta). Lot benih yang dikirim
sebanyak 2 lot varietas Grobogan dengan volume kemasan
20 kg, menggunakan armada transportasi truk.
Gambar 27. Pengambilan contoh benih bantuan kedelai
Pengambilan contoh benih pada pengiriman benih bantuan
kedelai CV. Megatani Mandiri yang akan dikirim dari
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 57
Nganjuk Provinsi Jawa Timur ke Lombok Timur Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Lot benih yang dikirim sebanyak 3 lot
varietas Anjasmoro dengan volume kemasan 20 kg,
menggunakan armada transportasi truk trasportasi via
kapal laut.
Pengambilan contoh benih kedelai di gudang benih UD
Marga Tani yang terletak di Subang, Jawa Barat, kemudian
melakukan pengiriman benih bantuan kedelai ke kelompok
tani di Grobogan Jawa Timur. Tim melakukan pengambilan
contoh pada saat benih diterima oleh kelompok tani dan
menyimpan benih di petanipenerima bantuan untuk diambil
sampelnya pada saat benih akan ditanam.
Pengambilan contoh benih kedelai di gudang benih UD
Marga Tani yang terletak di Subang, Jawa Barat, kemudian
melakukan pengiriman benih bantuan kedelai ke kelompok
tani di Pandeglang Provinsi Banten. Tim melakukan
pengambilan contoh pada saat benih diterima oleh kelompok
tani dan menyimpan benih di petani penerima bantuan
untuk diambil sampelnya pada saat benih akan ditanam.
Pengembangan metode ini lebih mengkaji permasalahan dan
mencari titik kritis penurunan mutu benih selama proses
distribusi terhadap mutu benih padi, jagung dan kedelai
karena terkadang dilaporkan mutu benih kurang baik saat
tiba di lokasi petani, seperti pada program bantuan benih
pemerintah. Pengambilan sampel setelah pengiriman
diambil menggunakan tiga metode pengambilan contoh.
Saat pemilihan kemasan yang diambil secara umum dalam
kondisi baik kemasan yang paling buruk diambil dalam
kondisi kemasan kotor, berada di tumpukan paling bawah
namun tidak ada indikasi basah atau bocor.
Berdasarkan hasil mutu benih pada pengiriman benih padi
dan jagung untuk parameter kadar air ke beberapa lokasi
benih pada ketiga metode pengambilan contoh diperolh hasil
yang tidak berbeda, terdapat benih yang mengalami sedikit
LAPORAN TAHUNAN 2020
58
LAPORAN TAHUNAN 2020 58
kenaikan tingkat kadar air tetapi tidak signifikan dan masih
memenuhi persyaratan minimal berdasarkan Kepmentan
Nomor 620/HK.150/C/04/2020 tentang Petunjuk Teknis
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan yaitu untuk benih padi
(13%), jagung (12%). Namun untuk parameter kadar air
benih kedelai berdasarkan hasil pengecekan mutu awal
diperoleh mutu kadar air lebih dari persyaratan mutu
maksimal yaitu sebesar 11%. Pada pengiriman benih kedelai
varietas Grobogan Lot 12 dari Grobogan ke Gunung Kidul
mutu awal kadar air sebesar 11,3% semakin meningkat
hingga mencapai 12,1% ditingkat petani.
Berdasarkan hasil mutu benih pada pengiriman benih padi
dan jagung untuk parameter daya berkecambah ke
beberapa lokasi benih pada ketiga metode pengambilan
contoh diperoleh hasil yang tidak berbeda. Benih yang
disimpan lama pada saat pengiriman mengalami sedikit
penurunan tetapi tidak signifikan masih memenuhi
persyaratan minimal berdasarkan Kepmentan
620/HK.150/C/04/2020 yaitu untuk benih padi (80%),
jagung (85%). Namun untuk parameter daya berkecambah
benih kedelai berdasarkan hasil pengecekan mutu awal
diperoleh mutu daya berkecambah kurang dari persyaratan
mutu minimal yaitu sebesar 65%. Pada pengiriman benih
kedelai varietas Grobogan Lot 12 dari Grobogan ke Gunung
Kidul mutu awal daya berkecambah sebesar 61% semakin
menurun hingga mencapai 32% ditingkat petani.
Saat ini belum ada persyaratan standar minimal untuk
parameter vigor benih. Berdasarkan hasil mutu benih pada
pengiriman benih padi dan jagung untuk parameter Vigor
(indeks vigor dan radicle emergence) ke beberapa lokasi
benih pada ketiga metode pengambilan contoh diperoleh
hasil yang tidak berbeda. Untuk benih dengan tingkat
indeks vigor dan radicle emergence yang rendah mengalami
penurunan mutu daya berkecambah lebih cepat
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 59
dibandingkan benih dengan tingkat indeks vigor dan radicle
emergence yang tinggi.
Berdasarkan hasil pelaksanaan kajian metode pengambilan
contoh benih padi, jagung dan kedelai untuk pengecekan
mutu benih beredar dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pada benih padi secara umum terjadi penurunan mutu
benih tetapi masih toleran baik di lokasi tujuan maupun
di tingkat petani;
b. Pada benih jagung secara umum terjadi penurunan
mutu benih tetapi masih toleran baik di lokasi tujuan
maupun di tingkat petani;
c. Pada benih kedelai secara umum terjadi penurunan
mutu benih tetapi pada parameter daya berkecambah
tidak toleran baik di lokasi tujuan maupun di tingkat
petani;
d. Hasil pengecekan mutu benih setelah pengiriman
menggunakan tiga metode pengambilan contoh dengan
menggunakan kemasan contoh kirim aluminium foil dan
plastik tidak berbeda dengan indikasi kemasan tidak
basah dan tidak ada kebocoran;
e. Benih dengan tingkat vigor yang rendah mengalami
penurunan mutu daya berkecambah lebih cepat
dibandingkan benih dengan tingkat vigor yang tinggi.
Rekomendasi dari hasil kajian metode pengambilan contoh
benih padi, jagung dan kedelai untuk pengecekan mutu
benih beredar adalah sebagai berikut:
a. Untuk mempertahankan mutu benih ditingkat petani,
maka benih padi, jagung dan kedelai yang akan dikirim
harus memenuhi persayaratan mutu minimal yang
dipersyaratkan dalam Kepmentan
620.HK.140.C.04.2020;
b. Jika benih sudah diterima oleh petani tetapi tidak
segera ditanam untuk menjaga mutu benih bantuan
maka dibutuhkan standar operasional prosedur untuk
penyimpanan benih ditingkat petani;
LAPORAN TAHUNAN 2020
60
LAPORAN TAHUNAN 2020 60
c. Untuk pengiriman ke lokasi yang membutuhkan waktu
lama sebaiknya dipilih benih dengan tingkat vigor dan
daya berkecambah yang tinggi.
8. Identifikasi Kebenaran Kode Event Bt11 Dan GA21 pada Benih Jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG)
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Indonesia
mendapatkan tantangan berat saat ini. Terbatasnya jumlah
varietas unggul jagung yang mampu beradaptasi dengan
baik dan bertahan lama pada kondisi iklim ekstrim
merupakan salah satu faktor dalam peningkatan
produktivitas jagung nasional. Hal tersebut mengakibatkan
Indonesia menjadi negara pengimpor jagung. Pada tahun
2013, Indonesia mengimpor jagung sebanyak 3 juta ton
untuk bahan pakan ternak, yang 76% berasal dari negara
penanam jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG), sehingga
terdapat kemungkinan beberapa jagung PRG tersebut sudah
ada di Indonesia.
Budidaya pertanaman PRG dapat menjadi salah satu solusi
dalam menghadapi permasalahan pertanian seperti, varietas
yang produktivitas yang rendah, rentan terhadap hama dan
penyakit serta terbatasnya lahan optimal. Masalah global
seperti peningkatan jumlah penduduk, dan tuntutan
terhadap varietas atau produk pertanian berkualitas harus
segera mendapat tindak lanjut. PRG memang dapat
memberikan manfaat ekonomi kepada petani dan
masyarakat, namun PRG juga dapat menjadi sumber
kontroversi terutama yang berhubungan dengan komoditas
dan produk pangan.
Jagung (Zea mays) termasuk produk pertanian utama yang
telah banyak dimodifikasi menggunakan teknik rekayasa
genetika. Pada saat ini, luasan jagung PRG telah mencapai
57,4 juta ha dengan produksi mencapai 32% dari produksi
jagung dunia. Beberapa produk jagung PRG telah ditanam
secara luas di beberapa negara, yaitu jagung tahan hama,
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 61
seperti Mon89034, Mon810, BT11, TC1507 dan MIR162,
serta jagung toleran herbisida, antara lain GA21, NK603,
dan MIR604. Beberapa jagung PRG, yaitu GA21,
TC1507, BT11, MIR162, MIR604, NK603, dan Mon89034,
telah mendapatkan persetujuan keamanan pangan PRG
(aman untuk dikonsumsi sebagai pangan) dari Kepala
Badan POM. Persetujuan dari lembaga terkait memberi
potensi kegiatan budidaya tanaman PRG di Indonesia dan
permintaan pengujian deteksi kebenaran event PRG yang
telah mendapat sertifikat keamanan pangan PRG.
Untuk itu laboratorium Elektroforesis Balai Besar PPMB-
TPH pada TA 2020 mengajukan kegiatan pengembangan
metode Identifikasi Kebenaran Kode Event Produk Rekayasa
Genetik Bacillus thuringensis 11 (Bt11) dan Gibberelin acid
21 (Ga21) Pada Benih Jagung. Berdasarkan Permentan
Nomor 12 tahun 2018 tentang Produksi, Sertifikasi dan
Peredaran Benih Tanaman, pasal 33 (f) untuk benih Produk
Rekayasa Genetik (PRG) harus mencantumkan kode PRG
(event). Sedangkan pada ISTA Rules (2019) juga telah
mencantumkan pengujian benih Genetically Modified
Organisms (GMO) bab 19, dengan tiga dasar metode yaitu
berdasar DNA, berdasar protein dan berdasar uji
pertanaman atau bioassay.
Tujuan pengembangan metode ini adalah memperoleh
metode pengujian, penanda DNA untuk event PRG Bt 11
dan GA 21 benih jagung yang sesuai kode PRG sebagai
varietas benih maupun sesuai dengan tercantum pada
kemasan benih/komoditas. Manfaat hasil pengembangan
metode berupa prosedur metode pengujian dan penanda
DNA yang berguna dalam verifikasi kebenaran PRG berkode
Bahan pengujian yang digunakan terdiri dari Reference
Material jagung PRG event BT11 dan GA21 serta komoditas
jagung yang beredar. Untuk benih jagung PRG event Bt11
dan Ga21 serta non PRG dari Bt11 dan Ga21 yang masih
LAPORAN TAHUNAN 2020
62
LAPORAN TAHUNAN 2020 62
satu varietas merupakan partisipasi dari PT Syngenta yang
berasal dari sumber benih di Amerika Serikat (USA). Contoh
benih PRG dan non PRG tersebut berupa benih yang sudah
dibuat menjadi tepung sehingga tidak dapat digunakan
sebagai bahan perbanyakan tanaman.Peralatan yang
digunakan adalah timbangan analitik, perangkat uji
ekstraksi isolasi DNA, perangkat uji penggandaan DNA
(PCR) dan perangkat uji biomolekuler serta perangkat uji
kimia.. Bahan dan sarana pengujian untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan metode ini bersumber pada
anggaran kegiatan pengembangan dan validasi metode Balai
Besar PPMB-TPH Tahun Anggaran 2020.
Tabel 12. Daftar contoh uji yang digunakan dalam pengembangan metode
No Asal Contoh Benih Varietas Contoh Pengujian
1 Benih jagung non PRG beredar di Indonesia
Srikandi Kuning, Nasa 29, BISI 18, Bisi 99, Bisi 220, Pioneer Gajah,
Pioneer Bison, NK 6172, NK 7202
2 Benih jagung non PRG
(Syngenta /USA)
Satu varietas sama dengan Bt 11,
Ga 21
3 Benih jagung PRG
(Syngenta/USA)
Bt 11, Ga 21
4 CRM GMO level 4 (maize) Bt 11, Ga 21, MIR 604
Tahap awal kegiatan ini adalah penyiapan contoh benih
jagung non PRG yang berasal dari benih jagung varietas
unggul yang beredar di Indonesia. Contoh kerja yang
digunakan dalam pengujian diambil dari sampel benih.
Masing-masing sampel benih uji tersebut selanjutnya
diekstrasi isolasi DNA kemudian dianalisis secara molekuler
menggunakan teknik PCR menggunakan lima marka DNA,
yang terdiri dari dua primer spesifik penciri PRG ( primer
35S, dan TNOs),dua primer spesifik untuk mengidentifikasi
event kode PRG (Bt11 dan Ga21), dan satu primer spesifik
genus jagung (primer Zein). Pemilihan penggunaan primer
tersebut dilakukan berdasarkan informasi yang telah
dilaporkan sebelumnya, yang merupakan marka molekuler
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 63
yang informatif dalam membedakan atau deteksi PRG
(Bahagiawati, 2015). Informasi primer, sekuen, ukuran
produk yang dihasilkan oleh masing-masing sesuai
referensinya masing-masing dalam kegiatan identifikasi PRG
yang digunakan pada kegiatan ini secara terperinci
ditampilkan pada tabel berikut
Tabel 13. Daftar primer yang digunakan untukdeteksi dan
identifikasi PRG jagung
No Primer Urutan basa (5^ - 3^) Produk
(bp)
Sumber
data
1 P35S Forward
GATAGTGGGATTGTGCGTCA 195 Gurakan et al. (2011)
P35S
Revers
GCTCCTACAAATGCCATCA
2 Tnos-F GAATCCTGTTGCCGGTCTTG 180 Randhawa
et al (2006) Tnos-R TTATCCTAGTTTGCGCGCTA
3 BT11-F CCATTTTTCAGCTAGGAAGTTC 110 Matsuoka
et al (2001) BT11-R TCGTTGATGTTKGGGTGTTC
4 GA21-F ACGGTGGAAGAGTTCAATGTATG 270 Matsuoka
et al (2001) GA21-R TCTCCTTGATGGGCTGCA
5 Zein-F GACATTGTGGCATCATCATTT 277 Gurakan et
al. (2011) Zein-R AGTGCGACCCATATTCCAG
Masing-masing sampel uji terdiri dari dua ulangan DNA
hasil ekstraksi isolasi dari masing-masing sampel uji
selanjutnya diuji kuantitas maupun kualitas DNA melalui
nilai absorbansi larutan DNA pada panjang gelombang 260
nm dan 280 nm menggunakan spektrofotometer UV
Nanodrop. Penentuan kemurniaan DNA yang dihasilkan
mengacu pada nilai rasio absorbansi DNA yang diperoleh
pada panjang gelombang A260/A280 pada kisaran 1.8 sd
2.0.
Hasil bacaan yang berada di luar kisaran tersebut
menunjukkan bahwa pada sampel DNA yang masih
terkontaminasi oleh makromolekul lainnya, seperti protein
maupun RNA. Selain itu, penentuan kualitas DNA yang
diperoleh juga dilakukan secara visual menggunakan teknik
elektroforesis horizontal dengan cara me-running masing-
LAPORAN TAHUNAN 2020
64
LAPORAN TAHUNAN 2020 64
masing sampel DNA tersebut selama 30 menit pada agarosa
1% di dalam buffer TAE 1x. Nilai konsentrasi DNA yang
berasal dari nilai absorbansi dari masing-masing sampel uji
sudah dihitung secara otomatis pada fasilitas alat
spektrofotometer uv nanodrop dengan satuan konsentrasi
adalah ng/µl.
Selanjutnya masing-masing DNA stok diencerkan menjadi
konsentrasi 20 ug/ul sebagai larutan kerja atau sebagai
cetakan dalam analisis PCR. Pada pengembangan metode
ini, reaksi PCR dilakukan dengan volume total sebesar 20 ul
per tabung mikro (microtube). Komposisi reaksi PCR yang
digunakan terdiri dari 5.0 ul PCR ready mix, 2,0 ul primer
forward dan reverse, 3 ul cetakan DNA dan 10 ul dd H20.
Berdasarkan Instruksi Kerja Pengujian (IKP), kondisi PCR
yang digunakan pada kegiatan ini, meliputi tahap sebagai
berikut, yakni tahapan pertama (denaturasi awal) dilakukan
pada suhu 95 °C selama 5 menit sebanyak 1 siklus, tahap
kedua denaturasi yang terdiri tiga suhu 94°C selama 30
detik, dilanjutkan suhu 50°C selama 30 detik dan 72°C
selama 1 menit sebanyak 10 siklus, tahap ketiga annealing
yang terdiri sub tahap 94°C selama 30 detik dilanjut suhu
annealing sesuai primer yang digunakan dalam deteksi atau
identifikasi event PRG (57, 58, 59°C) selama 30 detik,
elongasi pada suhu 72°C selama 30 detik sebanyak 30
siklus, dan tahap akhir atau final extension pada suhu 72°C
selama 7 menit sebanyak 1 siklus.
Pada optimasi kondisi PCR dilakukan penyesuaian suhu
annealing, yaitu plus minus 5 °C dari masing-masing primer
sehingga diperoleh tiga kondisi optimal yaitu suhu annealing
57, 58, 59°C untuk. Deteksi atau identifikasi PRG. Pada
tahap optimalisasi PCR ini juga dilakukan verifikasi metode
uji terhadap volume reagen PCR dimana pada IKP
sebelumnya menggunakan volume 25 ul per mikrotube
(campuran terdiri dari 4,5 ul buffer PCR + MgCl + dNTP, 2,5
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 65
ul primer forward referse, 0.15 ul Tag DNA Polimerase, 1,0
ul DNA cetakan dan 16,8 ul dd H20). Hasil pengembangan
metode ini menunjukkan bahwa optimasi volume uji PCR
yang dilakukan memberikan hasil uji yang tidak berbeda
berdasarkan visualisasi amplikon setelah running
elektroforesis gel agarose 2 % dimana konsentrasi buffer
TAE yang digunakan 2x dan running gel dilaksanakan
selama 150 menit dengan daya 50 volt, 40 uA, 2 watt.
Berdasarkan hasil kegiatan pengembangan metode
“Identifikasi Kebenaran Kode Event Bt11 dan Ga21 pada
Benih Jagung Produk Rekayasa Genetik (PRG)”, telah
diperoleh larutan stok DNA yang berasal dari sembilan
varietas unggul jagung non PRG (Srikandi Kuning, Nasa 29,
BISI 18, Bisi 99, Bisi 220, Pioneer Gajah, Pioneer Bison, NK
6172, dan NK 7202) yang diektraksi isolasi DNA
menggunakan metode Sambrook dalam skala
minipreparation. DNA stok tersebut sudah diuji kualitas dan
kuantitas DNAnya berdasarkan metode pengukuran
berbasis absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan
280 nm menggunakan alat spektrofotometer UV Nanodrop.
Selain itu, visualisasi DNA hasil ekstraksi isolasi juga telah
berhasil dilakukan menggunakan teknik elektroforesis pada
gel agarose 1%.
Gambar 28. Contoh benih PRG dari PT. Syngenta Indonesia dan fisik
salah satu contoh jagung PRG berupa tepung
LAPORAN TAHUNAN 2020
66
LAPORAN TAHUNAN 2020 66
Gambar 29. Hasil visualisasi uji PCR dengan primer 35s pada DNA
Jagung GMO Bt 11 (3045), non GMO (3046) menggunakan dua marker
50 dan 100 bp
Gambar 30. Hasil visualisasi uji PCR dengan primer 35s pada DNA
Jagung GMO Ga21 (3047), Non GMO (3048) menggunakan dua marker
100 dan 50 bp
Sebelum pelaksanaan pengujian metode PRG, tim
pengembangan metode melakukan tahap optimasi prosedur
dalam pengujian penggandaan DNA (PCR) yaitu terhadap
kondisi PCR dan volume reagen PCR yang digunakan. Tahap
tersebut terdokumentasi dimana visualisasi hasil amplifikasi
sebelum tahap optimasi dilakukan yaitu dengan kondisi
annealing 61°C dan volume PCR 25 ul dimana hasil
menunjukkan visualisasi DNA sulit terbaca perlu dilakukan
optimasi pada sampel yang sama. Pada saat optimasi
kondisi PCR dibedakan berdasarkan primer yang digunakan
dan volume reaksi yang digunakan adalah 20 ul.
Pada pelaksanaan pengembangan metode ini terdapat
kendala teknis yang dihadapi analis yatu dalam pembacaan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 67
hasil amplikon (pasang basa/bp) dimana alel DNA diantara
dua ukuran marker DNA contohnya antara 100 bp dan 200
bp maka terdapat dua cara pelaporan amplikon yaitu
pertama 100-200 bp, dan kedua 150 bp. Selanjutnya untuk
tahap kegiatan hasil pengujian maka yang dilaporkan
adalah hasil ampifikasi berupa ukuran fragment DNA (alel
dengan satuan pasang basa) Penggunaan teknologi modern
tidak berarti harus menggantikan teknologi yang telah ada,
namun teknologi tersebut bermanfaat untuk meningkatkan
efisiensi kerja terutama ketersediaan benih bermutu benih
dimasa mendatang.
Permasalahan dan tindak lanjut untuk kegiatan pengujian
kemurnian genetik benih secara molekuler (DNA)
memerlukan kesiapan SDM, alat dan bahan uji sehingga
memberikan data hasil uji yang akurat. Selanjutnya data
hasil uji tersebut dianalisa menjadi pelaporan hasil uji
sebagai informasi yang dapat digunakan pelanggan. Untuk
itu kemampuan analis yang terukur, peralatan uji yang
memenuhi ketelusuran pengukuran melalui pengecekan
rutin dan kalibrasi, dan kesesuaian bahan uji terhadap
persyaratan parameter pengujian terkait merupakan
standar prosedur kerja di laboratorium yang harus dipenuhi
oleh laboratorium pengujian.
Berdasarkan hasil dan pembahasan pelaksanaan
pengembangan metode pengujian biomolekuler DNA dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Metode uji identifikasi kebenaran kode PRG benih jagung
untuk event Bt 11 telah berhasil dilakukan
menggunakan metode deteksi berbasis PCR
menggunakan primer spesifik Bt 11, dengan kondisi
suhu penempelan (annealing) primer yang optimum
adalah 58°C, dengan volume total reaksi PCR adalah 20
ul per mikrotube dengan komposisi reaksi terdiri dari
master mix PCR 5 ul, primer (F+R) 2 ul, cetakan DNA
(50x) 3 ul dan ddH2O 10 ul.
LAPORAN TAHUNAN 2020
68
LAPORAN TAHUNAN 2020 68
b. Metode uji deteksi kebenaran kode PRG benih jagung
untuk event Bt 11 telah berhasil dilakukan
menggunakan metode deteksi berbasis PCR
menggunakan primer 35 S, dengan kondisi suhu
penempelan (annealing) primer yang optimum adalah
57°C, dengan volume total reaksi PCR adalah 20 ul per
microtube dengan komposisi reaksi terdiri dari master
mix PCR 5 ul, primer (F+R) 2 ul, cetakan DNA (50x) 3 ul
dan ddH2O 10 ul.
Rekomendasi dari kegiatan ini yaitu penanda DNA atau
primer 35 S dapat digunakan sebagai untuk mendeteksi
kebenaran kode PRG dan primer Bt 11 direkomendasikan
untuk digunakan dalam mengidentifikasi kebenaran kode
PRG event Bt 11. Selain itu, penggunakan primer Zein
sangat disarankan untuk digunakan dalam analisis deteksi
jagung PRG sebagai kontrol internal dalam analisis
(mengidentifikasi kebenaran bahwa benih yang digunakan
dalam analisis berasal dari genus jagung).
9. Verifikasi Metode Evaluasi Petugas Pengambil Contoh Benih Sesuai International Seed Testing Association (ISTA)
Pengambilan contoh merupakan salah satu persyaratan
proses point 7.3 yang tercantum dalam SNI 17025:2017
untuk kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi.
Point tersebut menjelaskan bahwa laboratorium harus
memiliki rencana dan metode pengambilan contoh bila
laboratorium melakukan pengambilan contoh zat, bahan
atau produk untuk pengujian dan atau kalibrasi. Metode
pengambilan contoh harus memperhatikan faktor-faktor
yang harus dikendalikan untuk memastikan keabsahan
hasil pengujian. Artinya pengambilan contoh harus
dilakukan dengan benar sesuai acuan atau referensi.
International Seed Testing Association (ISTA) adalah referensi
International untuk pengujian mutu benih di laboratorium,
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 69
juga untuk pengambilan contoh benih. ISTA Rules telah
menjelaskan dan mengatur secara lengkap hal-hal terkait
teknis dalam pengambian contoh benih, bahkan dijelaskan
secara khusus dalam Handbook Seed Sampling ISTA
termasuk sistem pengendalian dan jaminan mutu dalam
pengambilan contoh. Persyaratan standard akreditasi ISTA
dalam pengambilan contoh meliputi ; lingkungan, peralatan
dan kalibrasi, identifikasi lot, pengambilan sampel,
penanganan sampel, metode dan prosedur serta sistem
jaminan mutu. Jaminan mutu dalam pengambilan contoh
sangat penting pada semua tahapan mulai dari penyiapan
lot benih, pengambilan contoh primer sampai penyiapan
contoh kerja.
Petugas Pengambil Contoh (PPC) memegang peranan penting
dalam pengambilan contoh benih untuk pengujian mutu
benih. Laboratorium atau lembaga penguji mutu benih
harus menjamin bahwa PPC benih dalam ruang lingkupnya
memiliki kompetensi yang diperlukan dalam kegiatan
pengambilan contoh sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Keakuratan informasi yang disampaikan dan pengambilan
contoh yang dilakukan oleh PPC sangat penting untuk
integritas sertifikat analisis benih yang dikeluarkan. Oleh
karena itu diperlukan adanya sistem jaminan mutu dalam
pengambilan contoh untuk memastikan bahwa tahapan
proses pengambilan contoh dapat berjalan efektif dan efisien
dengan cara mengendalikan kesalahan (error) yang mungkin
terjadi.
Kondisi sekarang ini, belum semua Petugas Pengambil
Contoh (PPC)/Pengawas Benih Tanaman (PBT) diikut
sertakan dalam Pelatihan Pengambilan Contoh. Namun
pengambil kebijakan dalam hal ini Direktur Perbenihan dan
Balai Besar PPMB-TPH sudah berusaha untuk
meningkatkan jumlah PPC/PBT yang diikut sertakan dalam
pelatihan. Bahkan di tahun 2020 sebagian besar BPSBTPH
mempunyai program Inhouse Training PPC. Untuk
LAPORAN TAHUNAN 2020
70
LAPORAN TAHUNAN 2020 70
memantau kinerja, jika di laboratorium ada “Uji Profisiensi”
dan uji banding maka Petugas Pengambil Contoh juga perlu
dievaluasi kinerjanya yaitu dengan Monitoring PPC.
Metode Monitoring PPC sudah tercantum dalam ISTA
sebagai referensi Internasional pengujian di laboratorium
dan pengambilan contoh benih atau sampling. ISTA telah
mengatur sistem jaminan mutu atau monitoring terhadap
petugas pengambil contoh (PPC) benih sebagai jaminan
terhadap pengujian mutu benih yang berkualitas.
Monitoring terhadap PPC benih meliputi:
a. Supervisi yaitu penilaian terhadap PPC secara individu
terkait performa PPC dalam sampling benih.
b. Check sampling
c. Audit yaitu periksaan system secara total meliputi
(manual, prosedur, instruksi) bukan terhadap PPC
secara individu.
Tujuan evaluasi petugas pengambil contoh sesuai ISTA
adalah untuk memverifikasi metode monitoring PPC agar
efektif, efisien dan dapat diaplikasikan.
Kegiatan di lakukan pada Januari sampai Desember 2020 di
Balai Besar PPMB-TPH dan dengan melibatkan Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih-TPH Provinsi Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Selatan
khususnya para Petugas Pengambil Contoh (PPC) benih.
Yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah lot benih beserta
peralatan dan perlengkapan pengambilan contoh benih
(PCB), perlengkapan pengujian mutu di laboratorium
beserta dokumen yang diperlukan. Pelaksanaan kegiatan
dilakukan melalui penilaian langsung performa PPC di
provinsi sesuai metode yang dijelaskan dalam ISTA.
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 71
Gambar 31. Alur kegiatan evaluasi PPC
Evaluasi terhadap performa Petugas Pengambil Contoh (PPC)
pada saat kegiatan pengambilan contoh benih untuk
kegiatan sertifikasi, pelabelan maupun pengecekan mutu
benih adalah semata-mata sebagai implementasi dari
peningkatan serta pemeliharaan terhadap kompetensi para
PPC. Hal ini dilakukan sebagai bentuk jaminan mutu
terhadap sertifikat hasil uji sampel benih di laboratorium,
karena kegiatan pengambilan contoh benih merupakan tolok
ukur yang menunjukkan dan menggambarkan mutu dari
suatu lot benih tertentu.
Evaluasi yang dilakukan terhadap PPC, melalui supervisi
untuk menilai performa PPC pada saat pengambilan contoh
suatu lot benih di suatu gudang atau tempat tersusunnya
lot benih pada masa waktu tertentu dengan memperhatikan
segala perlengkapan yang dibawa oleh PPC seperti
peralatan, dan dokumen yang digunakan untuk
pengambilan contoh benih yang dipersiapkan untuk
melaksanakan tugasnya serta segala aktifitasnya pada saat
melakukan pengambilan contoh, misal memeriksa kondisi
lot benih, memperhitungkan jumlah karung yang akan
ditusuk atau diambil contoh primernya.
Supervisi dianggap selesai sampai PPC mempersiapkan
contoh benih yang akan dikirimkan ke laboratorium dengan
LAPORAN TAHUNAN 2020
72
LAPORAN TAHUNAN 2020 72
menuliskan identitas benih dan atribut lainnya yang
diperlukan dengan selengkap-selengkapnya agar dapat
tertelusur.
Evaluasi terhadap para PPC ini dianalogikan sebagai uji
kompetensi yang memerlukan nilai acuan atau suatu
referensi untuk menilai apakah performa seorang PPC pada
saat melaksanakan tugasnya sesuai atau tidak sesuai
dengan membandingkan performa antara PPC satu dengan
lainnya pada saat mengambil contoh dalam waktu yang
hampir bersamaan pada suatu lot benih yang sama.
Performa PPC yang telah mengikuti pelatihan, memiliki
sertifikat, cakap dan berpengalaman dianggap sebagai suatu
nilai acuan yang menjadi referensi bagi PPC lainnya.
Evaluasi selanjutnya melalui cek sampling untuk
mengevaluasi contoh benih yang diambil oleh PPC dalam
aktifitasnya melaksanakan kegiatan pengambilan contoh
melalui pengujian sampel oleh analis di laboratorium. Hal
yang menjadi indikator dalam evaluasi tersebut adalah hasil
pengujian contoh benih tersebut harus sesuai dengan
toleransi yang tercantum dalam Tabel pengujian ISTA. Hasil
pengujian contoh benih PPC yang dianggap sebagai nilai
acuan menjadi nilai kebenaran hasil uji. Sehingga jika
terdapat hasil pengujian contoh benih PPC lainnya yang
tidak sesuai dengan batas toleransi dianggap tidak toleran,
sehingga diperlukan diskusi dan evaluasi dengan Evaluator
agar lebih baik di masa berikutnya.
Evaluasi coba dilakukan terhadap PPC di Balai Pengawasan
dan Serifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSB-TPH) di empat provinsi yaitu Provinsi Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Kegiatan evaluasi secara supervisi dilakukan dengan melihat
secara langsung performa PPC saat melakukan kegiatan
pengambilan contoh benih di gudang baik untuk pelabelan
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 73
dan sertifikasi benih atau kegiatan lainnya yang
melaksanakan praktek pengambilan contoh benih.
Untuk memudahkan pelaksanakan evaluasi terhadap PPC
oleh Tim Evaluator, maka disusunlah suatu tabel
monitoring. Tabel monitoring tersebut adalah implementasi
dari referensi sesuai International Seed Testing Association
meliputi: supervisi, cek sampling, dan audit, namun
disesuaikan dengan referensi Kepmentan Nomor 993 Tahun
2018 sebagai referensi Nasional Pengambilan Contoh Benih
yang bersumber dari ISTA.
Gambar 32. Evaluasi PPC Provinsi Sumatera Selatan
Gambar 33. Evaluasi PPC Provinsi Jawa Tengah
Evaluasi berdasarkan tabel monitoring terhadap para PPC di
empat provinsi menunjukkan bahwa adanya beberapa
persamaan terkait kegiatan PCB. Terutama dari sisi
LAPORAN TAHUNAN 2020
74
LAPORAN TAHUNAN 2020 74
peralatan dan perlengkapan yang mesti tersedia saat
pelaksanaan PCB. Umumnya timbangan adalah
perlengkapan yang jarang dibawa saat PCB. Namun peran
timbangan cukup penting, tidak bisa digantikan oleh
perlengkapan lainnya. Meskipun volume bisa diperkirakan
berdasarkan pengalaman, namun tidak bisa dijadikan
sebagai rujukan. Timbangan diperlukan untuk memastikan
bahwa volume minimal contoh kirim yang sesuai dengan
aturan dapat terpenuhi, sehingga dapat mewakili mutu lot
benihnya.
Selain itu kepemilikian Kepmentan 993 Tahun 2018 sebagai
acuan PCB tidak dimiliki PPC secara merata, sehingga
laboratorium harus memfasilitasi para PPC yang berada
dalam naungannya, sehingga acuan PPC dalam
melaksanakan PCB seragam di manapun PPC bertugas. Hal
lainnya yang ditemukan saat evaluasi adalah plastik yang
dipakai untuk mengemas benih. Kemasan plastik benih
tidak sesuai dengan acuan yaitu PE 0,08 mm. Kemasan
plastik yang digunakan oleh PPC di masing-masing Provinsi
berbeda-beda. Namun acuan di Kepmentan 993 sebagai
referensi untuk pengujian mutu benih dan PCB
mensyaratkan bahwa plastik yang digunakan untuk
mengemas benih adalah PE 0,08 mm. Kemasan standar
sangat penting digunakan untuk mempertahankan mutu
kadar air benih selama contoh kirim dalam perjalanan
sampai dilakukan pengujian di laboratorium.
Hasil evaluasi PPC berdasar metode ISTA sangat
memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia dengan
beberapa penyesuaian terkait kebijakan-kebijakan di
masing-masing laboratorium penguji benih sebagai tempat
bernaung para PPC. Adapun tabel monitoring yang telah
tersusun dapat digunakan sebagai media sosialisasi
pelaksanaan evaluasi PPC, meskipun masih belum
sempurna dan harus ada perbaikan-perbaikan sesuai
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 75
dengan kondisi dan masukkan dari laboratorium penguji
benih sebagai pengguna untuk peningkatan kompetensi
PPCnya masing-masing.
Hal yang dapat disimpulkan adalah: 1) metode supervisi dan
cek sampling dapat diaplikasikan untuk melihat secara
langsung performa PPC secara umum berdasarkan
pemahamannya dalam melaksanakan pengambilan contoh
sesuai prosedur yang benar, bukan hanya sekedar menusuk
karung untuk mengambil contoh benih; dan 2)
menyamakan persepsi dan pemahaman bahwa seorang PPC
adalah professional dan independen sehingga mampu
menunjukkan bahwa kinerjanya dalam melaksanakan
pengambilan contoh dapat dipertanggungjawabkan sesuai
aturan yang berlaku, dengan fasilitas pengambilan contoh
benih yang mumpuni.
Rekomendasi metode supervisi dan cek sampling dapat
digunakan untuk mengevaluasi secara langsung performa
PPC Benih.
10. Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Hawar Daun Pada Benih Padi Berdasarkan Metode Liquid Assay
dan Konfirmasi dengan Teknik PCR
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) adalah salah
satu penyakit utama pada pertanaman padi sawah. Daerah
endemik HDB di Indonesia adalah Jawa Barat dan Jawa
Tengah, dengan tingkat serangan yang beragam.
Sebagai upaya untuk mencegah atau mengurangi gangguan
penyakit pada tanaman, penggunaan benih yang bebas dari
patogen merupakan suatu keharusan dalam sistem usaha
pertanian. Oleh karena itu diperlukan pengujian kesehatan
benih untuk mendeteksi keberadaan patogen atau status
kesehatan benih.
LAPORAN TAHUNAN 2020
76
LAPORAN TAHUNAN 2020 76
Patogen penyebab penyakit pada tanaman dapat berupa
bakteri, cendawan, virus, dan nematoda. Melalui uji
kesehatan benih, patogen dapat dideteksi lebih dini,
sehingga penyakit terbawa benih yang dapat mengganggu
perkecambahan dan pertumbuhan benih yang berdampak
pada penurunan kualitas dan kuantitas hasil dapat
dihindari.
Metode deteksi patogen berbasis kultur mikroba pada suatu
media merupakan metode standar yang digunakan dalam
mendeteksi patogen, namun metode konvensional ini
membutuhkan serangkaian tahapan kultur, memerlukan
konfirmasi secara biokimiawi dan serologis, membutuhkan
waktu yang relatif lama, dan menggunakan peralatan
laboratoium yang intensif, serta membutuhkan banyak
keterampilan teknis. Dengan berbagai kelemahan tersebut
menyebabkan metode ini dinilai kurang efektif.
Pengujian sehari-hari yang dilakukan dalam kegiatan
identifikasi patogen khususnya bakteri terbawa benih di
Balai Besar PPMB-TPH masih dilakukan secara
konvensional menggunakan metode kultur dari agar liquid
assay. Pada proses pengujian dengan menggunakan metode
ini, permasalahan yang umumnya muncul adalah
terdapatnya keraguan analis dalam pengambilan
kesimpulan saat melakukan pengamatan terhadap warna
koloni bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) dimana
analis belum dapat membedakan warna kuning koloni
antara bakteri Xoo dengan bakteri Xanthomonas lainnya.
Selain itu, analis melakukan pengamatan warna koloni
tanpa dibandingkan dengan acuan berupa kontrol positif
dari bakteri tersebut. Disamping itu, laboratorium juga
belum mempunyai prosedur terdokumentasi secara jelas
bagi analis untuk melakukan pengamatan warna koloni dari
bakteri yang menjadi target tersebut, sehingga analis belum
dapat menjamin keakuratan hasil pengujiannya. Untuk
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 77
mengatasi permasalahan tersebut, maka penting bagi
laboratorium melakukan kegiatan verifikasi terhadap
metode pengujian bakteri Xoo menggunakan metode liquid
assay.
Metode pengujian yang mulai banyak dikembangkan pada
saat ini adalah metode berbasis biologi molekuler seperti
teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Metode ini sangat
penting mengingat diperlukannya teknik deteksi dan
identifikasi yang cepat, efisien dan akurat dalam kegiatan
deteksi penyakit pada benih. Oleh sebab itu, potensi
penggunaan teknik PCR dalam membantu pendeteksian
keberadaan patogen-patogen penyebab penyakit pada benih
perlu dilakukan pengkajian.
Kajian awal yang perlu dilakukan antara lain adalah terkait
metode isolasi asam nukleat (DNA) yang digunakan dalam
teknik PCR dan modifikasinya untuk identifikasi patogen-
patogen penyakit pada benih. Oleh karena itu, sebagai
upaya mendapatkan metode identifikasi bakteri Xoo yang
lebih cepat dan akurat, maka pada tahun 2020 dilakukan
kegiatan verifikasi metode identifikasi bakteri penyebab
penyakit hawar daun pada benih padi berdasarkan metode
liquid assay yang kemudian dikonfirmasi dengan teknik
PCR. Pengujian bakteri dengan metode liquid assay ini
memerlukan waktu pelaksanaan yang relatif lama sekitar 11
hari, sehingga dianggap perlu alternatif metode dengan
waktu pelaksanaan yang lebih cepat dan salah satunya
dapat dilakukan melalui teknik PCR yang diharapkan dapat
mempersingkat waktu pengujian menjadi 2-3 hari.
Tahap awal kegiatan ini adalah pengambilan beberapa
contoh sampel padi sebanyak 4 galur yang dilakukan di
lahan pertanaman padi milik Kebun Percobaan Muara
Bogor, di bawah naungan Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi, Badan Litbang Pertanian. Pertanaman padi yang
diambil adalah yang menunjukkan gejala penyakit hawar
LAPORAN TAHUNAN 2020
78
LAPORAN TAHUNAN 2020 78
daun bakteri atau kresek. Sedangkan 3 sampel benih padi
yang lain, merupakan benih yang diduga terdeteksi bakteri
Xoo berdasarkan hasil uji sebelumnya menggunakan
metode liquid assay.
Tabel 14. Daftar sampel uji yang digunakan dalam verifikasi metode identifikasi bakteri XOO
No Jenis Tanaman/
Galur Hasil Persilangan Asal/Tgl Panen
1 Varietas/Galur Hasil Persilangan
Kebun Percobaan Muara/ 11 Juni 2020
2 Cigeulis/Sigambiri Putih Kebun Percobaan Muara/
11 Juni 2020
3 TIL 8 (qTSN4.4-yp9)/Inpago 8 Kebun Percobaan Muara/
11 Juni 2020
4 TIL 3 (YTH183)/Silugonggo Kebun Percobaan Muara/
11 Juni 2020
5 TIL 3 (YTH183)/Dodokan -
6 Membramo -/ 11 April 2020
7 Inpari 32 -
Hasil uji yang dilakukan oleh beberapa analis menunjukkan
sebagian besar sampel padi yang dianalisis teridentifikasi
memiliki bakteri target (Xanthomonas oryzae pv. Oryzae)
dengan indikator terdapatnya warna kuning pada koloni
bakteri yang ditumbuhkan. Namun secara spesifik tingkatan
warna kuning tersebut tidak dilaporkan sehingga kebenaran
hasil identifikasi perlu dikonfirmasi melalui pengujian PCR.
Elektroforesis dan Visualisasi Hasil PCR
Berdasarkan Panduan Deteksi Bakteri Patogen (Giyanto,
2017), PCR dijalankan dengan tahapan sebagai berikut; 1)
predenaturasi pada suhu 95oC selama 2 menit, 2)
denaturasi (fase pemisahan utas DNA) pada suhu 95oC
selama 30 detik, suhu 63oC selama 30 detik untuk
annealing (pengintegrasian primer), elongasi (sintesis
untaian DNA baru) pada suhu 72oC selama 1 menit yang
berlangsung sebanyak 29 siklus, dan 3) tahap akhir atau
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 79
final extention pada suhu 72oC selama 7 menit sebanyak 1
siklus.
Gambar 34. Hasil visualisasi sampel koloni bakteri dan dua isolat
kontrol positif yang terdeteksi bakteri XOO
Gambar 35. Hasil visualisasi warna koloni bakteri dengan berbagai
tingkatan warna kuning pada beberapa sampel yang tidak
teridentifikasi bakteri XOO
LAPORAN TAHUNAN 2020
80
LAPORAN TAHUNAN 2020 80
Hasil pengujian berdasarkan metode liquid assay yang
dilakukan oleh analis menunjukkan bahwa sebagian besar
analis berhasil mengidentifikasi bakteri XOO sebagai target
analisis. Bila dibandingkan dengan hasil identifikasi yang
dilakukan melalui metode PCR terhadap sampel DNA baik
yang berasal dari benih maupun yang berasal dari koloni
bakteri yangl dibiakkan pada media agar, masing-masing
analis hanya berhasil mendeteksi 1 sampel yang
menunjukkan pola pita positif spesifik terhadap bakteri XOO.
Namun demikian, kebenaran hasil deteksi sangat
dipengaruhi oleh ketelitian Analis dalam melakukan
rangkaian uji biokimia, seperti uji reaksi gram dengan KOH
3%, uji katalase, uji oksidase, dan hidrolisa pati. Selain itu,
faktor lain yang juga sangat berpengaruh pada keakuratan
hasil analisis adalah kualitas bahan yang digunakan pada
proses pengujian secara biokimia tersebut, seperti kondisi
larutan stok bahan pereaksi yang digunakan (masih
termasuk baru atau stok yang telah lama dibuat).
Berdasarkan hasil pengembangan metode yang dilakukan
pada kajian ini dapat disimpulkan bahwa metode isolasi
dapat digunakan, namun demikian hasil uji PCR terhadap
DNA bakteri yang diambil dari koloni yang ditumbuhkan
pada media agar, masih memerlukan optimasi terhadap
kondisi PCR maupun teknik elektroforesisnya agar produk
PCR dan separasi fragmen DNA yang dihasilkan beserta
DNA ladder lebih tajam serta pita DNA yang muncul pada
sampel positif muncul secara konsisten pada kedua
ulangan.
Hasil pengembangan metode menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil identifikasi bakteri XOO dengan
menggunakan metode liquid assay dan metode PCR baik
menggunakan sampel berupa benih maupun koloni bakteri.
Kendala yang muncul pada pelaksanaan pengembangan
metode ini secara teknis antara lain adalah terdapatnya
LAPORAN TAHUNAN 2020
LAPORAN TAHUNAN 2020 81
kesulitan analisis dalam membaca dan menginterpretasikan
produk PCR yang dihasilkan, yakni terdapatnya alel fragmen
DNA yang tidak sesuai dengan ukuran marker DNA (DNA
ladder) yang diharapkan dimana berdasarkan referensi
ukuran produk PCR yang seharusnya adalah sekitar 470 bp,
namun pada kajian ini ukuran produk PCR yang diperoleh
terlihat seolah ada pada ukuran di atas 500 bp. Selain itu,
permasalahan yang terjadi juga diduga terdapat dalam
proses persiapan sampel, disertai dengan waktu
pelaksanaan pengujian yang kurang maksimal.
Berdasarkan pelaksanaan kajian pengembangan metode
identifikasi bakteri penyebab hawar daun pada benih padi
berdasarkan metode liquid assay dan konfirmasinya dengan
teknik PCR dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Metode liquid assay yang digunakan untuk identifikasi
XOO melalui beberapa rangkaian pengujian secara
biokimia dapat dilakukan oleh analis, namun kelemahan
penggunaan metode ini tidak dapat ditentukan warna
koloninya secara spesifik
b. Teknik isolasi menggunakan sampel uji berupa benih
pada pengujian PCR membutuhkan waktu pengujian
yang lebih cepat dibandingkan menggunakan sampel
berupa koloni bakteri
c. Terdapat perbedaan hasil identifikasi bakteri XOO
dengan menggunakan metode liquid assay dan metode
PCR baik menggunakan sampel berupa benih maupun
koloni bakteri
d. Metode identifikasi bakteri dengan menggunakan metode
PCR lebih cepat dan akurat daripada pengujian
konvensional menggunakan metode liquid assay
e. Perlu optimasi dalam proses isolasi maupun program
elektroforesis DNA agar separasi ladder dapat terlihat
lebih jelas.
Rekomendasi: pengujian PCR dengan menggunakan teknik
isolasi sampel dari ekstraksi benih dan isolat berupa koloni
LAPORAN TAHUNAN 2020
82
LAPORAN TAHUNAN 2020 82
bakteri dari biakan pada media agar dapat digunakan
secara efektif untuk identifikasi bakteri Xanthomonas oryzae
pv. oryzae.
PELAYANAN PENGUJIAN
Pelayanan pengujian dapat didefinisikan sebagai bentuk
layanan jasa dari laboratorium yang dalam hal ini
dilaksanakan oleh Balai Besar PPMB-TPH dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pelayanan
pengujian di Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH
mencakup kegiatan pengujian internal dan eksternal.
Pengujian internal dilakukan untuk mendukung kegiatan uji
profisiensi, uji petik mutu benih yang beredar, pemeliharaan
ruang lingkup akreditasi serta pemeliharaan kompetensi
alat serta analis, sedangkan pengujian eksternal merupakan
permintaan pengujian dari customer (pelanggan).
Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 35
Tahun 2016, telah ditetapkan Jenis dan Tarif Penerimaan
Negara Buka Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian
Pertanian. Dalam Peraturan Pemerintah disebutkan, bahwa
jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian
diantaranya adalah. jasa layanan pengujian, analisis, dan
pengembangan pertanian.
Peraturan Pemerintah ini juga menegaskan, bahwa seluruh
penerimaan PNBP yang berlaku pada Kementerian Pertanian
wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
Berdasarkan peraturan ini maka laboratorium Balai Besar
PPMB-TPH berhak meminta biaya kepada pelanggan
eksternal yang nantinya akan disetorkan ke kas negara.
Setiap jenis pengujian mempunyai tarif yang berbeda.