cabe jawa
TRANSCRIPT
Artikel Penelitian
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa(Piper Retrofractum Vahl) sebagaiFitofarmaka Androgenik pada
Laki-laki Hipogonad
Nukman Moeloek,* Silvia W. Lestari,* Yurnadi,* Bambang Wahjoedi**
*Departemen Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
**Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Abstrak: Telah diketahui bahwa androgen eksogen dapat meningkatkan kadar testosteron
darah dan menekan produksi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone
(LH) pada laki-laki hipogonad. Salah satu androgen alami yang telah banyak digunakan
adalah cabe jawa. Namun, belum diketahui apakah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan
fertilitas pada laki-laki hipogonad. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai
pengaruh androgen (testosteron) ekstrak cabe jawa terhadap laki-laki hipogonad. Hipotesis
penelitian ini adalah ekstrak cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan
menekan produksi FSH dan LH pada laki-laki hipogonad. Penelitian ini menggunakan desain
single blind study dengan subjek laki-laki hipogonad. Didapatkan hasil bahwa cabe jawa
dapat meningkatkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 laki-laki hipogonad (78%), ekstrak
cabe jawa dosis 100 mg/hari tidak dapat menurunkan kadar FSH dan LH pada laki-laki
hipogonad, terhadap PSA dan berat badan laki-laki hipogonad, bersifat androgenik lemah
dan dapat meningkatkan frekuensi koitus laki-laki hipogonad. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa pada dosis 100 mg/hari dapat bersifat/bertindak sebagai
fitofarmaka androgenik yakni dapat meningkatkan kadar testosteron darah dan libido pada
laki-laki hipogonad dan bersifat aman.
Kata kunci: cabe jawa, androgen, hipogonad, FSH dan LH, PSA
255
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
Clinical Study of Piper Retrofractum Vahl. (Javanese Long Pepper)
Extracts as an Androgenic Phytopharmaca in Male Hypogonadism
Nukman Moeloek,* Silvia W Lestari,* Yurnadi, Bambang Wahjoedi**
*Department of Medical Biology of Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta
** National Institute of Health Research and Development,
Department Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta
Abstract: It has been known already that exogenous androgen could increase blood testosterone
level and decrease FSH and LH production in hypogonadism. One of natural androgen is Piper
Retrofractum Vahl (javanese long pepper). However, it has not been known yet that its extract
could increase fertility in hypogonadism. It needs a further study to know androgen (testosterone)
effect of javanese long pepper extract in hypogonadism. The hypothesis of this study is javanese
long pepper. extract could increase blood testosterone level and decrease FSH and LH production
in hypogonadism. This study is using single blind design and male hypogondism as subject. The
results are javanese long pepper extract could increase blood testosterone level in 7 from 9 male
hypogonadism; in 100 mg/day dosage could not decrease FSH and LH level; did not effect to PSA
and body weight; in 100 mg/day dosage could effect as weak androgenic and increase the fre-
quency of coitus in male hypogonadism. The conclusions of this study are javanese long pepper is
one source of natural androgen; in 100 mg/day dosage could act as androgenic phytopharmaca,
which could increase testosterone blood level and libido safely.
Key words: javanese long pepper, androgen, hypogonadism, FSH and LH, PSA
Pendahuluan
Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu
perhatian dan penanganan serius secara bersama-sama
dengan infertilitas perempuan dalam penatalaksanaan diag-
nosis dan terapi pasangan suami isteri (pasutri) yang ingin
memiliki anak.1,2 Persentase infertilitas pada laki-laki cukup
besar (± 40-60%) dan salah satunya adalah gangguan
kesuburan. Selain itu penanganan infertilitas pria merupakan
masalah yang cukup kompleks dan rumit.3
Gangguan kesuburan pada laki-laki dapat dibagi atas 3
golongan yakni: 1. Pre-testikuler; 2. Testikuler; 3. Post-testi-
kuler. Gangguan pre-testikuler berkaitan dengan gangguan
hormonal yang mempengaruhi proses spermatogenesis
seperti menurunnya produksi Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga menimbulkan
keadaan yang disebut hipogonadisme. Gangguan testikuler
dapat terjadi di dalam tubulus seminiferus, misalnya testis
rusak akibat trauma atau infeksi. Adapun gangguan post-
testikuler adalah berbagai gangguan yang terjadi setelah
spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus, misalnya
gangguan viabilitas dan motilitas spermatozoa karena infeksi
atau sebab lain.4
Berbagai obat yang mengandung bahan hormon, vita-
min, dan afrodisiak atau campuran berbagai ramuan telah
digunakan sejak dahulu di Arab, Perancis, Cina, Jepang, dan
Indonesia.5 Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi
gangguan kesuburan termasuk dengan pengobatan secara
tradisional dengan menggunakan bahan alami.
Berbagai sumber androgen di alam antara lain terdapat
dalam tanaman obat dan salah satu tanaman obat yang diduga
mempunyai kandungan androgen adalah buah cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl.). Obat fitofarmaka cabe jawa telah
banyak digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai obat
tradisional. Secara empirik buah cabe jawa telah digunakan
sebagai obat lemah syahwat (aprodisiaka), lambung lemah,
dan peluruh keringat dan rematik.6-8
Sejumlah fitoandrogen masih perlu diuji efeknya agar
dijadikan sebagai pengganti testosteron sintetis. Istilah an-
drogen digunakan secara kolektif untuk senyawa yang kerja
biologiknya sama dengan testosteron. Fungsi utama andro-
gen adalah merangsang perkembangan, aktivitas organ
reproduksi, dan sifat seks sekunder, sedangkan kerja
kombinasinya disebut kerja androgenik. Androgen utama
pada seorang pria adalah testosteron yang telah dihasilkan
oleh sel Leydig di dalam testis.9
Selain efek androgenik, maka pengaruh hormon andro-
gen dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan
fisik seseorang atau efek anabolik. Namun demikian, pada
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik
256
AkromegaliUji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
a
b
A B C
laki-laki akan terjadi juga sindrom yang analog dengan meno-
pause pada perempuan yang dikenal sebagai andropause.
Keadaan ini akan menjadi lebih baik dengan pemberian an-
drogen.9 Androgen juga diperkirakan bertanggung jawab
terhadap keagresifan dan tingkah laku seksual laki-laki. Telah
diketahui pula bahwa androgen eksogen dapat mening-
katkan kadar testosteron darah dan menekan produksi
hormon gonadotropin FSH dan LH pada laki-laki hipogonad.9
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang
diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel saraf sehingga
mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal dari
tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan
penelitian secara ilmiah, cabe jawa digunakan sebagai
afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk
anabolik, dan sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka
dikatakan bahwa secara umum kandungan kimia atau
senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah
turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain
yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang
dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga
senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya
adalah senyawa piperine.10
Berbagai hasil penelitian sebelumnya menunjukan
bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.),
mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar
hormon testosteron tikus percobaan serta sudah diketahui
karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun ekstrak
etanol 95% serta cukup aman. Ekstrak cabe jawa ini
tampaknya mempunyai prospek positif untuk dapat
dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui
berbagai aspek penelitian secara klinik. Fitofarmaka
merupakan sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau
sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang
berlaku (SK Menkes No. 760/Menkes/Per/IX/1992). Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh
androgenik ekstrak cabe jawa pada pria infertil dengan
menggunakan pria hipogonad sebagai subjek penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
androgenik ekstrak cabe jawa terhadap kadar hormon
testosteron, FSH, LH, konsentrasi spermatozoa, frekuensi
koitus, dan berat badan pria hipogonad. Hasil penelitian ini
diharapkan cabe jawa dapat dijadikan bahan androgen alami
sebagai androgen alternatif yang terdapat dalam sumber daya
alam (SDA) Indonesia dan sekaligus dapat menghemat devisa
akibat mengimpor androgen sintetis dari luar negeri.
Metode
Bahan dan Alat Penelitian
Pria hipogonad sehat dengan berat badan 60-70 kilo-
gram, ekstrak kering cabe jawa dan plasebo yang dimasukan
ke dalam kapsul gelatin, EDTA, kit FSH dan LH, kit
testosteron, kit kimia darah, kit PSA, timbangan, vacutainer,
alkohol 70%, spuit therumo syringe 5 mililiter, rak tabung,
botol semen, improve Neubauer, kapas, orkidometer,
sentrifus, counter, mikroskop, dan alat tulis.
Rancangan Percobaan
Batasan Operasional
Hipogonad merupakan suatu kondisi terjadinya
penurunan fungsi gonad (testis/ovarium). Pada laki-laki,
tanda ataupun gejalanya berupa penurunan produksi hormon
testosteron dan produksi sperma. Kriteria inklusi dari
peneltiaan ini adalah pasien laki-laki berumur 18-50 tahun,
volume testis <15 mL, oligozoospermia, pasien dengan atau
tanpa keluhan penurunan libido/potensi seks, nilai tes-
tosteron darah/serum di bawah kisaran normal, bersedia dan
dapat berpartisipasi pada penelitian ini setelah mendapat
informasi lengkap, dan dapat minum obat. Selanjutnya untuk
kriteria eksklusi adalah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat yang diteliti, pasien diperkirakan tidak akan
dapat mengikuti secara penuh uji klinik, laki-laki yang
mendapat terapi androgen oral (harus menunggu 6 minggu
untuk dapat diikutsertakan), menderita penyakit kronis hati,
ginjal dan prostat, riwayat ketagihan alkohol atau narkoba,
menggunakan obat lain yang mempengaruhi metabolisme dan
kerja androgen.
Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
dilakukan dengan rancangan penelitian single blind clini-
cal trial. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh pria
hipogonad. Subjek penelitian adalah pasien dengan infertil
oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi
seks, volume testis <15 mL, serta kadar hormon testosteron
di bawah kisaran normal.
Perlakuan Subjek Percobaan
Dosis dan Cara Perlakuan
Penetapan dosis uji didasarkan hasil penelitian pada
tikus yang telah diekstrapolasikan ke dosis manusia
berdasarkan perbandingan luas permukaan (ekstrapolasi
menurut cara Paget & Barners) dan penggunaan empirik,
yaitu 100 mg/orang yang dimasukkan ke dalam 1 (satu) butir
kapsul.
Uji klinik dilakukan sebanyak 3 fase: 1. Fase skrining,
2.Fase terapi, 3. Fase pemulihan
1. Fase skrining (3 bulan):
Fase ini dilakukan skrining awal pasien infertil dengan
oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi
seks, serta volume testis <15 mL. Setelah pasien menanda-
tangani informed consent, baru dilakukan pemeriksaan.
2. Fase terapi (1 bulan):
Pada fase ini, para calon peserta yang setuju untuk
mengikuti uji klinik harus menandatangani informed consent
yang telah disediakan. Sebanyak 10 pasien secara acak
mendapat kapsul ekstrak cabe jawa, dan 10 pasien lagi
mendapat kapsul plasebo. Penelitian ini merupakan fase I uji
257
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik
klinik dan pada fase I uji kliknik biasanya dianjurkan tidak
lebih dari 10 orang yang diuji pada terapi dengan bahan
obat yang baru.11 Oleh karena itu, jumlah pasien yang
mendapatkan ekstrak cabe jawa adalah maksimal sepuluh
orang.
3. Fase pemulihan (1 bulan):
Pada fase pemulihan dilakukan pemeriksaan yang sama
dengan fase terapi, namun tanpa pemberian ekstrak ataupun
plasebo cabe jawa.
Pengambilan Data
Pada ketiga fase dilakukan pengambilan darah untuk
pemeriksaan laboratorium. Pengambilan darah dilakukan
dengan menggunakan spuit terumo syringe 5 mililiter pada
pembuluh darah vena. Darah yang didapatkan kemudian
disentrifus untuk memisahkan serum dan darah. Serum darah
digunakan untuk pemeriksaan hormonal, sedangkan da-
rahnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah. Adapun
Data Awal Pria Hipogonad Sebelum Perlakuan
71.4
2.43
13.3
73.0
2.74
14.4
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
Berat badan Konsentrasi
spermatozoa
Volume testis
Berat Badan, Konsentrasi Spermatozoa, Volume Testis
(Kilogra
m, ju
ta/m
L, gra
m/m
L)
Perlakuan
Plasebo
(Kontrol)
parameter yang diamati pada pemeriksaan hormonal adalah
kadar testosteron, FSH, dan LH. Untuk parameter kimia darah
adalah berupa darah rutin, fungsi hepar, ginjal, profil lipid.
Pengambilan sampel semen dilakukan secara koitus
interuptus oleh pasien dan kemudian dihitung konsentrasi
spermatozoa yang didapatkan. Sebagai data tambahan
dilakukan penimbangan berat badan relawan setiap kali
pemeriksaan.
Pemeriksaan untuk analisis semen dilakukan di
Departemen Biologi Kedokteran FKUI, selanjutnya untuk
pemeriksaan kadar hormon testosteron, FSH, dan LH
dilakukan di Makmal Terpadu FKUI dengan teknik radio
immuno assay (RIA), sedangkan untuk pemeriksaan kimia
darah dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSCM/FKUI.
Analisis Statistik
Sampel setiap parameter dievaluasi dengan menggu-
nakan analisis statistik untuk melihat tingkat signifikansi dari
data yang didapatkan.12,13
Gambar 1. Karakteristik Data Awal Laki-laki Hipogonad yang Mendapat Ekstrak Cabe
Jawa dan Plasebo (Kontrol).
Keterangan: Berat badan: perlakuan; rerata=71,4, SE=4,66. Plasebo; rerata =73,0,SE=2,54. Kon-
sentrasi spermatozoa: Perlakuan; rerata=2,43, SE=1,22. Plasebo; rerata=2,74,SE=
0,79, volume testis: perlakuan; rerata=13,31, SE=0,78. Plasebo; rerata= 14,44, SE=
0,84.
Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar
Hormon Testosteron Pria Hipogonad
3.0 2.953.51 3.50
3.173.75
3.01
4.00
2.29
3.43
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
Perlakuan Kontrol (Plasebo)
Hari Perlakuan
ng/d
L
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-7
Hari ke-30
Hari ke 60
Gambar 2. Rerata Kadar Hormon Testosteron Laki-laki Hipogonad sebelum, selama,
dan sesudah Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=3,01, SE=0,49; Hari ke-1. Rerata=3,51, SE=0,41; Hari
ke-7. Rerata=3,17, SE=0,56; Hari ke-30. Rerata=3,01, SE=0,40; Hari ke-60. Rerata=
2,29, SE=0,30. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,95, SE=0,26; Hari ke-1. Rerata=3,50,
SE=0,56; Hari ke-7. Rerata=3,75, SE=0,22; Hari ke-30. Rerata=4,00, SE=0,45; Hari
ke-60. Rerata=3,43, SE=0,24.
258
AkromegaliUji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
Hasil
Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali dalam
uji klinik ekstrak cabe jawa pada manusia.
Data awal berat badan, konsentrasi spermatozoa, dan
volume testis
Dari hasil penimbangan berat badan, konsentrasi sper-
matozoa, dan pengukuran volume testis ditemukan bahwa
data tidak menunjukkan perbedaan karakteristik berat badan,
konsentrasi spermatozoa, dan volume testis pada pria
kelompok ekstrak cabe jawa dan kelompok plasebo/kontrol
(Gambar 1).
Kadar Hormon Testosteron sebelum, selama, dan sesudah
Terapi
Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh pemberian
ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap kadar testosteron darah
Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar
Hormon FSH Pria Hipogonad
13.7
10.512.2
14.413.5
10.6
13.2
10.510.08.8
0.02.04.06.08.0
10.012.014.016.018.0
FSH
Perlakuan Kontrol (Plasebo)
Hari Perlakuan
ng/d
L
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-7
Hari ke-30
Hari ke 60
Gambar 3. Rerata Kadar Hormon FSH Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan se-
sudah Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=13,68, SE=1,92; Hari ke-1. Rerata=12,24, SE=1,62;
Hari ke-7. Rerata=13,50, SE=1,81; Hari ke-30. Rerata=13,17, SE=1,72; Hari ke-60.
Rerata=10,02, SE=1,20. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=10,45, SE=0,83; Hari ke-1. Re-
rata=14,38, SE=3,09; Hari ke-7. Rerata=10,60, SE=0,90; Hari ke-30. Rerata=10,52,
SE=1,77; Hari ke-60. Rerata=8,77, SE=0,63.
Gambar 4. Rerata Kadar Hormon LH Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan se -
sudah Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=3,76, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=5,19, SE=0,76; Hari
ke-7. Rerata=3,81 SE=0,39; Hari ke-30. Rerata=4,77, SE=0,59; Hari ke-60. Rerata=
7,16, SE=0,92. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=3,68, SE=0,48; Hari ke-1. Rerata=4,36,
SE=0,74; Hari ke-7. Rerata=3,48, SE=0,78; Hari ke-30. Rerata=6,88, SE=1,17; Hari
ke-60. Rerata=7,24, SE=0,98.
relawan (Gambar 2).
Kadar Hormon FSH sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar hormon FSH menunjukkan bahwa hasil
analisis statistik ternyata tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)
terhadap kadar FSH relawan (Gambar 3).
Kadar Hormon LH sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar hormon LH menunjukkan bahwa hasil
analisis statistik ternyata juga tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05)
terhadap kadar LH relawan(Gambar 4).
Kadar PSA sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data kadar PSA menunjukkan bahwa hasil analisis
statistik ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar
Hormon LH Pria Hipogonad
3.76 3.68
5.194.36
3.81 3.48
4.77
6.887.16 7.24
0123456789
Perlakuan Kontrol (Plasebo)
Hari Perlakuan
ng/d
L
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-7
Hari ke-30
Hari ke 60
259
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik
pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap
kadar PSA relawan (Gambar 5).
Konsentrasi Spermatozoa sebelum, selama, dan sesudah
Terapi
Hasil analisis statistik dari data konsentrasi spermato-
zoa memperlihatkan terdapat perbedaan yang signifikan
ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap konsentrasi spermato-
zoa para relawan (Gambar 6).
Frekuensi Koitus sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Hasil analisis statistik dari data frekuensi koitus mem-
perlihatkan terdapat perbedaan yang signifikan pemberian
ekstrak cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para relawan
(Gambar 7).
Berat Badan sebelum, selama, dan sesudah Terapi
Dari data berat badan relawan menunjukkan bahwa hasil
analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Pengaruh Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa Terhadap Kadar
PSA Pria Hipogonad
0.790.530.48
0.83
2.13
1.23
0.840.50
0.750.50
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
PSA
Perlakuan Kontrol (Plasebo)
Hari Perlakuan
ng/d
L
Hari ke-0
Hari ke-1
Hari ke-7
Hari ke-30
Hari ke 60
Gambar 5. Rerata Kadar PSA Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah
Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=0,79, SE=0,23; Hari ke-1. Rerata=0,48, SE=0,10; Hari
ke-7. Rerata=2,13, SE=0,53; Hari ke-30. Rerata=0,84, SE=0,19; Hari ke-60. Rerata=
0,75, SE=0,24. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=0,53, SE=0,10; Hari ke-1. Rerata=0,83,
SE=0,29; Hari ke-7. Rerata=1,23, SE=0,71; Hari ke-30. Rerata=0,50, SE=0,20; Hari
ke-60. Rerata=0,10, SE=0,00.
Gambar 6. Rerata Konsentrasi Spermatozoa Laki-laki Hipogonad sebelum, selama,
dan sesudah Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=2,43, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=6,79, SE=4,24; Hari
ke-60. Rerata=6,81, SE=2,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,74, SE=0,79; Hari ke-30.
Rerata=2,54, SE=1,13; Hari ke-60. Rerata=5,00, SE=0,43.
Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap
Konsentrasi Spermatozoa Pria Hipogonad
2.4
6.8 6.8
2.7 2.5
5.0
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60
Hari Perlakuan
juta
/mL
Perlakuan
Kontrol
(Plasebo)
pengaruh pemberian ekstrak cabe jawa (p>0,05) terhadap
berat badan (Gambar 8) relawan.
Diskusi
Pada Gambar 3, 4, 5, dan 6 menunjukkan bahwa dari
hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pengaruh pemberian cabe jawa (p>0,05) terhadap
kadar hormon testosteron darah, FSH, LH, dan PSA pria
relawan. Namun jika diperhatikan secara proporsional pada
hari ke-1 dan 7 pemberian ekstrak cabe jawa dapat mening-
katkan kadar testosteron darah pada 7 dari 9 pria relawan
(78%), dari rerata 1,19 ng/mL pada hari ke-0 menjadi 2,56 ng/
mL pada hari ke-1. Pada kelompok kontrol hanya 2 dari 6
(33%) kadar testosteron darahnya meningkat pada hari ke-1
yang mendapat Plasebo.
Selanjutnya setelah pemberian cabe jawa pada hari ke
30 serta setelah penghentian pemberiannya (fase pemulihan)
pada hari ke 60, rata-rata kandungan testosteron menurun
kembali ke nilai awal (base line). Hal ini menunjukkan bahwa
260
Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Frekuensi
Koitus Pria Hipogonad
4.24.8
2.42.0
2.5 2.5
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60
Hari Perlakuan
Kali/m
inggu
Perlakuan
Kontrol
(Plasebo)
Gambar 7. Rerata Frekuensi Koitus Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah
Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=4,22, SE=1,22; Hari ke-30. Rerata=4,78, SE=1,13; Hari
ke-60. Rerata=2,38, SE=0,41. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=2,00, SE=0,26; Hari ke-30.
Rerata=2,50, SE=0,18; Hari ke-60. Rerata=2,50, SE=0,32.
Gambar 8. Rerata Berat Badan Laki-laki Hipogonad sebelum, selama, dan sesudah
Mendapat Ekstrak dan Plasebo Cabe Jawa.
Keterangan: Perlakuan; Hari ke-0. Rerata=71,44, SE=4,66; Hari ke-30. Rerata=72,00, SE=4,56;
Hari ke-60. Rerata=69,50, SE=4,64. Plasebo; Hari ke-0. Rerata=73,00, SE=2,54; Hari
ke-30. Rerata=69,75, SE=3,77; Hari ke-60. Rerata=64,00, SE=2,76.
ekstrak cabe jawa berpengaruh secara spontan dan tidak
dapat bertahan lama di dalam tubuh relawan atau mempunyai
daya tinggal dalam darah (duration of action) yang tidak
lama. Kemungkinan lain adalah dosis cabe jawa yang
diberikan masih belum optimal untuk dapat mempertahankan
peningkatan kandungan testosteron lebih lama pada relawan.
Hal ini terlihat karena belum adanya penekanan jumlah FSH
dan LH pada relawan yang diberi cabe jawa. Menurut Rochira
et al.,14 peningkatan testosteron dapat menurunkan kadar
FSH dan LH karena terjadinya umpan balik negatif (negative
feed back) testosteron terhadap poros hipotalamus-hipofisis-
testis.
Dengan diketahuinya ekstrak cabe jawa tidak menu-
runkan kadar FSH dan LH, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
cabe jawa mempunyai daya androgenik lemah. Hal ini mungkin
disebabkan oleh rendahnya kadar testosteron dalam ekstrak
cabe jawa (androgen lemah) atau karena dosis yang diberikan
pada penelitian ini terlalu kecil akibat faktor kehati-hatian. Di
dalam ekstrak cabe jawa terdapat kandungan minyak atsiri,
piperin, piperidin, dan turunannya yang merupakan sumber
Pengaruh Ekstrak Cabe Jawa dan Plasebo Terhadap Berat
Badan Pria Hipogonad
71.4 72.0 69.573.0
69.864.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
Hari ke-0 Hari ke-30 Hari ke 60
Hari Perlakuan
Kilogra
m
Perlakuan
Kontrol
(Plasebo)
bahan baku obat aprodisiak potensial15 dan zat-zat tersebut
di atas diduga mengandung testosteron alami.
Berdasarkan Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan jumlah konsentrasi spermatozoa
dan frekuensi koitus relawan setelah pemberian cabe jawa.
Jumlah sperma meningkat setelah 30 hari pemberian cabe
jawa (6,79±4,243 juta/mL) dan tetap tinggi setelah pem-
beriannya dihentikan (hari ke 60) (6.81 ±2.635 juta/mL).
Namun, peningkatan jumlah sperma tersebut belum mencapai
batas normal sperma manusia yakni >20 juta/mL. Peningkatan
sperma pada penelitian ini terjadi karena kandungan
testosteron meningkat jumlahnya, sedangkan FSH dan LH
masih tetap seperti semula (tidak berbeda secara bermakna).
Kondisi ini menstimulasi spermatogenesis (proses pem-
bentukan sperma) berjalan secara baik sehingga mening-
katkan produksi sperma para relawan. Menurut Reddy16
bahwa spermatogenesis merupakan proses pembentukan
spermatozoa yang dimulai dari spermatogonia, spermatosit,
spermatid dan spermatozoa. Pada perkembangan sel germi-
nal ini dibutuhkan beberapa hormon penunjang di antaranya
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik
261Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010
hormon testosteron dan hormon gonadotropin seperti FSH
dan LH.16
Selanjutnya pada frekuensi koitus, dalam hal ini
memperlihatkan perbedaan yang bermakna pemberian ekstrak
cabe jawa (p<0,05) terhadap coitus para relawan. Namun,
kondisi ini mulai menjadi normal atau turun kembali setelah
penghentian pemberian ekstrak cabe jawa. Hal menunjukkan
bahwa cabe jawa dapat meningkatkan libido atau sexual in-
tercourse para relawan. Peningkatan tersebut merupakan nilai
tambah dari cabe jawa jika diberikan pada laki-laki yang
mempunyai keluhan tentang coitus.
Dari Gambar 8 dapat dilihat dan menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan berat badan para relawan
setelah pemberian cabe jawa. Hal ini mungkin disebabkan
oleh kandungan ekstrak cabe jawa tidak dapat memicu
terjadinya sintesis protein dalam tubuh yang akan ber-
pengaruh terhadap berat badan para relawan.
Kesimpulan
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak cabe jawa
(Piper retrofractum Vahl) pada dosis 100 mg/hari dapat
bersifat/bertindak sebagai fitofarmaka androgenik, yakni
dapat meningkatkan kadar hormon testosteron darah dan
libido pada pria hipogonad serta bersifat aman.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada dosis yang lebih
besar dengan jumlah pria hipogonad yang lebih banyak.
Ucapan Terimakasih
Para peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Republik Indonesia sebagai penyandang dana
penelitian yang bekerjasama dengan Task Force Andrology
Departemen Biologi Kedokteran FKUI sehingga penelitian
ini dapat berjalan dan berlangsung dengan lancar.
Daftar Pustaka
1. Huynh T, Mollard R, Trounson A. Selected Genetic Factors Asso-
ciated With Male Infertility. Hum Reprod Update. 2002;8:183-
98.
2. World Health Organization. Towards More Objectivity In Diag-
nosis And Management of Male Infertility. Int J Androl.
1987;7:1-53.
3. Moeloek N. Beberapa Perkembangan Mutakhir Di Bidang
Andrologi. Maj Kedok Indon 1990;445-53.
4. Brinkworth MH & Handelsman DJ. Environment Influences on
Male Reproductive Health. Dalam Nieschlag E & Behre HM.
Andrology. Second Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg:
New York; 2000.p.255-57.
5. Katchadourian HA & Lunde DT. Fundamental of Human Sexual-
ity (2nd Edition). New York. Holt Rinehart and Winston. 1976
6. Depkes RI. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1, Jakarta;
Depkes RI, 1985.
7. Mardisiswojo, RH. Cabe Puyang warisan nenek moyang. PT Karya
Wreda, Jakarta, 1975.
8. Wahjoedi B, Pudjiastuti, Adjirni, Nuratmi B, Astuti Y. Efek
androgenik ekstrak etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
pada anak ayam. JBA Indon. 2004;3:201-204.
9. Hanley, DF. Drugs use and abuse. Strauss RH ed. Sports medicine
and Physiology. Philadelphia: WB Saunders; 1979.p.396-404
10. Nuraini A. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat
sebagai aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia 2003;IV(10):1-4.
11. Simmons PRN. Clinical Trials. Research Initiative Treatment
Action. Vol 8. No. 1. Summer. 2002 (www.Centerforaids.Org/
rita/;Accessed 3 May 2005)
12. Meddish R. Statistic Handbook For Non-Statistician. London.
Mc Graw-Hill Book Company (UK) Limited, 1975.
13. Stell RGD & Torrie JH. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Edisi 3.
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.
14. Rochira V, Matteo F, Elena V, Carani C. Estrogens and Male
Reproduction Chapter 17. Endotext.com (Your Endocrine
Source). 2003.
15. Cabe jawa. www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=
108,Akses 3 Maret 2006,13:45.
16. Reddy PRK. Hormonal contraception for human males: pros-
pects. Asian J Androl. 2000;2:46-50.
HO
Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik
Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 6, Juni 2010262