ca kulit revisi fix
DESCRIPTION
FarmakoterapiTRANSCRIPT
SKIN CANCER
(KANKER KULIT)
KELAS: FKK A 2011
NAMA ANGOTA KELOMPOK:
Lisa Sudaryanto 118114042
Angela Irena Sumartono 118114043
MM. Risa Puspitasari 118114044
Deby Darmayanti 118114051
Desak Made Intan Cahyani 118114052
Dirk Victor Umbu Laiya P.J 118114053
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2014
1
A. DEFINISI
Tubuh terdiri dari triliunan sel-sel. Suatu sel tumbuh normal membelah menjadi sel
baru dan mengalami kematian secara teratur. Sel normal seseorang membelah lebih cepat
untuk berkembang, namun setelah memasuki usia dewasa sebagian besar sel hanya
membelah untuk menggantikan sel yang usang atau mati atau untuk memperbaiki saat
mengalami cedera. Kanker dimulai ketika sel-sel di bagian tubuh mulai tumbuh di luar
kendali. Sebuah kanker dimulai dari pertumbuhan sel diluar kontrol atau sel abnormal.
Pertumbuhan sel kanker berbeda dengan sel normal, yaitu sel terus tumbuh dan membentuk
sel baru. Sebuah sel menjadi sel kanker karena kerusakan DNA. Pada sel normal ketika
terjadi kerusakan DNA maka salah satu sel akan memperbaiki atau sel tersebut mati, namun
dalam sel kanker DNA yang rusak tidak diperbaiki dan sel tidak mengalami kematian seperti
seharusnya. Sebaliknya, sel tersebut akan membelah menjadi sel baru dimana tubuh tidak
membutuhkan pembelahan sel baru tersebut. Contoh penyebab kerusakan DNA seperti
merokok dan paparan sinar ultraviolet (UV) (American Cancer Society, 2013).
Fungsi kulit normal :
1. Meliputi organ-organ internal dan membantu melindungi mereka dari luka
2. Sebagai penghalang masuknya kuman ke dalam tubuh seperti bakteri
3. Mencegah hilangnya banyak air dan cairan lain yang terlalu banyak
4. Membantu kontrol suhu tubuh
5. Melindungi seluruh tubuh dari sinar ultraviolet (UV)
Membantu tubuh membuat vitamin D (American Cancer Society, 2013).
Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari
lingkungan hidup sekitar. Kulit tersusun dari jutaan sel. Seiring dengan perubahan pola hidup
ke arah yang tidak sehat, semakin meningkatnya radiasi sinar ultraviolet, akibat-akibat dari
toxin tertentu, dan juga faktor genetik, mengakibatkan sel-sel penyusun kulit mengalami
2
pertumbuhan yang tidak terkontrol dimana lazim disebut sebagai sel kanker (American
Cancer Society, 2013).
Kanker kulit adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat
penyusun sel kulit yang normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus membelah menjadi
bentuk yang abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan DNA. Bila dilihat dari segi
histopatologik memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai
tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma. Kanker kulit dapat diklasifikasikan dalam
tiga tipe terbanyak yaitu Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma
Maligna (Budimulja, 2005).
(Baughman, Diane, C., Joann, C, dan Hackley, 2000).
B. EPIDEMIOLOGI
Kanker kulit memiliki tiga tipe utama yaitu Karsinoma Sel basal, Karsinoma Sel
Skuamosa dan Melanoma Maligna. Karsinoma Sel Basal menempati urutan pertama, diikuti
Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma Maligna pada urutan ketiga. Walaupun jumlah
insiden Melanoma Maligna lebih kecil dibanding Karsinoma Sel Basal dan Karsinoma Sel
Skuamosa, angka kematian yang disebabkannya cenderung lebih besar yaitu menyebabkan
75% kematian akibat kanker kulit. Di Australia, yang merupakan salah satu negara dengan
insiden kanker kulit tertinggi di dunia, dilaporkan terjadi insiden kanker kulit empat kali lipat
lebih tinggi dibanding Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Melanoma merupakan jenis
kanker kulit dengan insiden tertinggi pada umur 15-44 tahun di Australia (Marija, B.,
Vedrana, B., Stanic, S., 2008). Menurut International Agency for Research on Cancer
(IARC) 2007 insiden kankerkulit tertinggi di Australia pada umur 15-44 tahun disebabkan
oleh sekitar 14% dari orang dewasa, 24% dari remaja dan 8% dari anak-anak sering berjemur
dimusim panas, dan faktor kulit pun sebagai faktor utama banyaknya terserang kanker di
Australia karena sebagian besar penduduk Australia memiliki kulit putih dimana diketahui
orang kulit putih jumlah melaninnya sedikit Di Australia sekitarr 95% kanker kulit
melanoma dapat berkembang (Armstrong, 2004). Dapat dikatakan faktor utama penyebab
3
utama adalah paparan sinar UV, dan faktor penyebab lainnya adalah riwayat keluarga
(Gordon, L.G, Hirst, N.G., Gies, P.H., Gies, H.F., Green, C.,2008).
Di Indonesia data registrasi kanker pathological based (berbasis patologi) sudah ada,
tapi yang hospital based (berbasis rumah sakit) maupun population based (berbasis populasi)
khususnya maupun population based (berbasis populasi) khususnya kanker kulit masih belum
lengkap. Hal tersebut mengakibatkan data epidemiologi kanker kulit di Indonesia masih
kurang, sementara negara lain telah mempublikasikan datanya secara nasional. Di Jakarta,
pada tahun 2000-2009, Poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK)
Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) melaporkan 261 kasus Karsinoma Sel
Basal(KSB), dikuti dengan 69 Karsinoma Sel Skuamosa KSS, dan 22 melanoma
(Suriadiredja, 2012).
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa
faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
1. Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun
dari sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya
pelindung kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh
terhadap terjadinya kanker kulit.
2. Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit daripada orang
yang memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada
orang kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari
paparan berbahaya sinar matahari, sehingga mengurangi risiko terkena kanker kulit.
Namun, orang-orang yang memiliki kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit
meskipun jumlahnya cenderung lebih kecil.
3. Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat
meningkatkan risiko terkena kanker kulit.Namun, dalam banyak kasus paparan
dalam jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit.Gen pembawa
kanker atau tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan
‘bantuan’ zat atau bahan karsinogen terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker atau
tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di University of Pittsburg Cancer Institute di
4
Amerika telah memukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit
diantaranya adalah human papilloma virus/ HPV. Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker
kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko
terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat
(Isselbacher, et al., 2002).
D. MANIFESTASI KLINIS
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :
1. Benjolan kecil yang membesar
Benjolan terdapat diwajah, berwarna pucat seperti lilin,permukaannya mengkilap,
tidak terasa sakit atau gatal, dan yang semula kecil makin lama makin membesar.
Apabila diraba, benjolan terasa keras kenyal.Kadang –kadang benjolan menjadi
hitam atau kebiruan, bagian tengah mencekung dan tertutup kerak atau keropeng
yang mudah berdarah bila diangkat.
2. Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah
Benjolan ini membasah dan tertutup keropeng, teraba keras kenyal, dan mudah
berdarah bila disentuh.
3. Tahi lalat yang berubah warna
Tahi lalat menjadi lebih hitam, gatal, sekitarnya berwarna kemerahan dan mudah
berdarah.Tahi lalat ini bertambah besar dan kadang-kadang di sektarnya timbul
bintik-bintik.
4. Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh
Koreng dan luka yang sudah lama, tidak pernah sembuh walaupun sudah diobati,
koreng ini pinggirnya meninggi dan teraba keras serta mudah berdarah, adanya
koreng karena terjadi benturan, bekas luka ang sudah lama atau terinfeksi.
5. Bercak kecoklatan pada orang tua
Bercak ini banyak ditemukan pada muka dan lengan, bercak ini makin lama
permukaannya makin kasar,bergerigi,tetapi tidak rapuh,tidak gatal, dan tidak sakit.
6. Bercak hitam ysng menebal pada telapak kaki dan tangan
Bercak ini ditemukan pada kulit yang berwarna pucat seperti ditelapak kaki dan
telapak tangan. Bercak ini mula-mula dangkal, berwarna hitam keabuan,batas
kabur,tepi tidak teraba, tidak sakit maupun gatal. Kemudian bercak cepat berubah
5
menjadi lebih hitam, menonjol diatas permukaan kulit , dan tumbuh ke dalam kulit
serta mudah berdarah (Marija, B., Vedrana, B., Stanic, S., 2008).
E. KLASIFIKASI KANKER KULIT
Kanker kulit secara umum dibagiatas dua golongan besar yaitu, malenoma maligna
dan non malenoma maligna.
Non Melanoma Maligna
1. Karsinoma sel basal (KSB)
a. Definisi
Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang timbul
dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut.Kanker kulit jenis ini tidak
mengalami penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat
berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Karsinoma sel basal
merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan (Marija, B., Vedrana, B., Stanic,
S., 2008; Telfer, N.., Mortont, C.A., 2008).
b. Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya di wajah) dan leher.
Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki dan kulit kepala
(Marwali, 2002). Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu-abu
mengkilat, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.Papula
makin lama makin membesar menjadi makula dan bagian tengah dapat timbul ulkus atau
tidak ada ulkus (Siregar, 2005).
Menurut (Marwali, 2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini bervariasi,
yaitu:
1) Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak sebagai lesi
tunggal.Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan nasolabial, dahi
dan tepi kelopak mata.Pada awalnya tampak nodul kecil, transparan seperti
mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Kemudian lesi
membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi cekung,
meninggalkan tepi yang meninggi dan keras.
2) Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratif. Bedanya pada jenis ini
berwarna cokelat atau hitam berbintik-bintik atau homogen yang secara klinis
dapat menyerupai melanoma.
6
3) Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang
cekung, berwarna putih kekuningan.
4) Tipe Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai plak
transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale sampai
ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti kawat.
5) Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa nodul
kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus
atau noduler dengan warna yang bervariasi.
2. Karsinoma sel skuamosa
a. Definisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari dalam
epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari,
karsinoma ini dapat pula timbul dari kulit yang normal atau lesi yang sudah ada
sebelumnya. Kanker ini merupakan permasalahan yang gawat karena sifatnya invasif
dengan mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebabkan
75% kematian akibat dari karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa paling
sering timbul pada lansia dan terjadi akibat pajanan sinar matahari yang berkepanjangan.
Tumor ini sering timbul didaerah kulit yang memperlihatkan lesi-lesi prakanker,
misalnya keratosis (pertumbuhan bersisik), dermatitis aktinik, atau didaerah kulit yang
pernah berubah warnanya, dan dibekas jaringan parut misalnya jaringan parut luka bakar.
Pengunaan obat penekan imun (imunosupresif) memicu timbulnya tumor ini pada pasien
transplant karena sensitivitas karena obat akibat radiasi UVA dan UVB (Marija, B.,
Vedrana, B., Stanic, S., 2008).
7
(Baughman, Diane, C., Joann, C, dan Hackley, 2000).
b.Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah kulit
yang terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap
bagian tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan
ekstremitas, sedangkan pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropik lebih banyak
pada ekstremitas bawah, badan dan dapat pula dijumpai pada bibir bawah serta
punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus dengan tepi
yang tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai kembang kol, pada perabaan
keras dan mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna
kekuningan. Tumor menyebar melalui saluran getah bening ke ala-alat lain (Siregar,
2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa bervariasi,
dapat berupa :
a) Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus
dengan tepi yang berbatas kurang jelas
b) Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas permukaan
kulit, tidak rata, berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau
pucat, membasah atau berdarah dan berbau.
c) Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning
kemerahan. Dalam perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan
metastasis ke kelnjar limfe regional atau ke organ-organ dalam.
8
Squamous cell skin carcinoma
d) Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering mengadakan
invasi yang cepat dan terjadi metastasi.
Melanoma Maligna
a. Definisi
Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit
(sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel
subkutan). Melanoma maligna adalah suatu tumor agresif sel-sel penghasil melanin yang
terletak pada dasar epidermis. Melanoma maligna dapat timbul dari bekas tahi lalat
(nevus) atau timbul secara spontan dari kulit sehat. Kanker kulit jenis ini sering dijumpai
pada usia pertengahan atau usia senja dan timbul akibat luka bakar hebat yang disertai
rasa melepuh yang dirasakan sepanjang waktu. Kulit kerang, pecah-pecah, dan rambut
berwarna kuning terang merupakan faktor resiko lain (Brashers, V. L., 2003).
Melanoma Maligna merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas dan
berasal dari sistem melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam
waktu yang singkat, tidak saja melalui aliran limfa ke kelenjar regional, tetapi juga
menyebar melalui aliran darah ke organ-organ dalam serta dapat menyebakan kematian
(Marwali, 2000). Melanoma Maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari
melanosit dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
b. Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini sehingga diagnosis
melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau
adanya tahi lalat atau tanda lahir (tompel) yang berubah seperti:
1. Perubahan dalam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
(Marija, B., Vedrana, B., Stanic, S., 2008).
Tahi lalat walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi ganas,
dan dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang sering adalah
terutama di telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu pada tahi lalat, yang
mulai sering terasa gatal, mudah berdarah, ada borok atau luka yang sukar sembuh, harus
9
juga lebih curiga. Perlu diwaspadai apabila suatu tahi lalat dicuriga menjadi ganas adalah
bila pada tahi lalat tersebut ditemukan tanda "ABCDE" melanoma maligna, yaitu:
A= Asimetrik (bentuknya tak beraturan )
B= Border ( ketidak-beraturan batas, pinggirannya tidak rata).
C= Color (perubahan warna, warnanya yang bervariasi dari satu area ke area).
D= Diameternya lebih besar dari 5 mm
E= Evolution (Marwali, 2000).
c. Klasifikasi melanoma maligna
a) Melanoma superfisial
Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan
merupakan bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Nampak seperti noda
berwarna coklat- hitam yang menyebar dari tahi lalat
(Corwin, E. J., 2007).
b) Melanoma lentigo-maligna
Melanoma lentigo maligna adalah jenis melanoma yang tumbuh paling
lambat. Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh dengan
10
lambat pada daerah kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal tangan,kepala
dan leher pada orang yang berusia lanjut (Corwin, E. J., 2007).
c) Melanoma noduler
Melanoma nodular dapat tumbuh lebih cepat ke dalam dermis daripada jenis lain
dari melanoma melanoma nodular tampak seperti kubah berbentuk benjolan.
Melanoma noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang menyerupai blueberry
dengan permukaan yang relatife licin seta berwarna biru hitam yang seragam.
Melanoma noduler akan menginvasi langsung kedalam lapisan dermis (pertumbuhan
vertikel) dan dengan demikian memiliki prognosis yang buruk (Corwin, E. J., 2007).
d) Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat
didaerah yang terlalu terpajan sinar matahari dan tidak terdapat difolikel rambut. Jenis
melanoma ini sering terdapat di telapak kaki,telapak tangan, dasar kuku dan
membrane mukosa yang berkulit gelap (Corwin, E. J., 2007).
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan melanoma maligna
dalam 6 stadium yaitu:
1. Stadium I Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in
situ)
2. Stadium II Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
3. Stadium III Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
4. Stadium IV Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
5. Stadium V Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
6. Stadium VI Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan,
pleomorfi dengan kromatin kasar. Setiap sel mengandung butir melanin. Sel
berkelompok atau bergerombol. Pada dermis ditemukan infiltrate limfosit
atau makrofag yang mengandung melanin.
Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang digunakan
dalam stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai berikut:
1. Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh atau ke
kelenjar limfe regional.
2. Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional.
3. Stadium III
11
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh (Marwali,
2000).
Ciri-ciri dari klasifikasi kanker kulit
Jenis Ciri PenangananSel basal Nodus berwarna seperti daging (pink),
boasanya cekung ditengahnya dan dapat terus membesar. Warnanya mengkilap/ seperti lilin, paling sering terlihat pada area yang terpajan sinar matahari di telinga, wajah, atau tanggan.
eksisi
Sel skuamosa Lesi bersisik dan sedikit menonjol, disertai ulkus pada area tengah lesi. Batas lesi tidak beraturan dan mengeras pada tahap lanjut. Paling sering mengenai area yang terpapar sinar matahari biasanya di wajah atau area jaringan parut.
Eksisi, kadang butuh radiasi
Melanoma maligna
Lesi yang tumbuh dengan cepat dan membentuk de novo atau tumbuh dari yang sebelumya yang diderita. Biasanya menonjol, berwarna hitam atau coklat, atau terkadang muncul dalam bermacam-macam warna. Batas tidak beraturan. Tidak simetris dan dapat mengeluarkan darah. Paling sering ditemukan di daerah terpapar matahari, namun dapat tumbuh diarea kulit lain.
Eksisi, pengangkatan jaringan sekitar, biopsi nodus limfe, radiasi, kemoterapi, terapi imun dapat dilakukan
(Corwin, E. J., 2007).
F. Skor TNM
Sistem TNM digunakan pada tahap kanker kulit melanoma. Dalam sistem ini
terdapat huruf T-N-M, masing-masing-huruf T, N, dan M menjelaskan daerah yang berbeda
dari pertumbuhan kanker. Skor TNM ini digunakan untuk menetapkan tahap kanker
(Brashers, V. L., 2003).
1. T = tumor
Kategori T memberitahu seberapa tebal tumor primer. Kategori T digolongkan dari
skor dari 1 sampai 4 berdasarkan seberapa dalam tumor telah tumbuh ke dalam kulit, diukur
dalam mm (milimeter). Untuk T1 -T4 melanoma, subkategori dibagi berdasarkan dua faktor
penting. Faktor pertama adalah status ulserasi . Lapisan atas kulit tumor utuh (tidak ulserasi)
atau rusak dan hilang (ulserasi). Faktor kedua adalah tingkat mitosis dermal yang merupakan
ukuran seberapa banyak sel melanoma membagi per mm2 (milimeter kuadrat) jaringan
melanoma (American Cancer Society, 2014).
12
Kategori SubkategoriTis berarti ada sel-sel abnormal pada epidermis.
-
1.Tumor T1 tebal <1 mm - Tumor T1a memiliki tingkat mitosis <1 / mm dan tidak ada ulserasi - Tumor T1b memiliki tingkat mitosis > 1 / mm dan memiliki ulserasi
2. Tumor T2 tebal 1,01-2,0 mm - Tumor T2a tidak memiliki ulserasi - Tumor T2b memiliki ulserasi
3. Tumor T3 tebal 2,01-4,0 mm - Tumor T3a tidak memiliki ulserasi - Tumor T3b memiliki ulserasi
4. Tumor T4v tebal > 4,0 mm - Tumor T4a tidak memiliki ulserasi - Tumor T4b memiliki ulserasi
(American Cancer society, 2014).
2. N = Node (simpul)
Kategori N mencerminkan seberapa jauh melanoma telah menyebar pada area getah
bening. Kelenjar getah bening adalah kelompok-kelompok kecil sel yang melawan penyakit-
yang terletak di seluruh tubuh. Faktor utama untuk skor N adalah jumlah kelenjar getah
bening yang telah tersebar sel kanker. Pada N1 dan N2 melanoma, subkategori berdasarkan
bagaimana metastasis kelenjar getah bening ditemukan dan apakah sel kanker telah menyebar
ke pembuluh kulit atau didekat getah bening (American Cancer Society, 2014).
Kategori SubkategoriN0 berarti tidak ada kanker pada kelenjar getah bening terdekat.
-
N1 berarti bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke node (simpul) hanya 1 getah bening
- N1A berarti bahwa metastasis kelenjar getah bening hanya ditemukan oleh ahli patologi karena ukurannya sangat kecil.
- N1B berarti bahwa node metastasis getah bening ditemukan selama
13
pemeriksaan fisik atau dengan tes pencitraan dan kemudian dikonfirmasi oleh ahli patologi
N2 berarti bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke 2 sampai 3 kelenjar getah bening, pembuluh getah bening atau kulit.
- N2a berarti bahwa metastasis kelenjar getah bening hanya ditemukan oleh ahli patologi karena ukurannya sangat kecil
- N2B berarti bahwa node metastasis getah bening ditemukan selama pemeriksaan fisik atau dengan tes pencitraan dan kemudian dikonfirmasi oleh ahli patologi
- N2C berarti bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke area kecil dari kulit terdekat (disebut metastasis satelit) atau pembuluh getah bening di dekatnya (disebut metastasis in-transit) tetapi tidak ke kelenjar getah bening
N3 berarti bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke kelenjar ≥ 4 getah bening, kelenjar getah bening tetap bersatu, atau sel-sel kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening atau kulit.
-
(American Cancer Society, 2014).
3. M = metastasis
Kategori M menjelaskan jika kanker telah menyebar jauh yang disebut metastasis.
Melanoma biasanya menyebar ke kulit dan kelenjar getah bening, selanjutnya sering
menyebar ke paru-paru, kemudian ke hati, otak, tulang, dan atau usus. Pola yang berbeda dari
penyebaran melanoma juga mungkin terjadi. Untuk metastasis, subkategori berdasarkan
mana kanker telah menyebar dan apakah tingkat LDH normal atau tinggi (American Cancer
Society, 2014).
Kategori SubkategoriM0 berarti melanoma belum menyebar ke tempat yang jauh
-
M1 berarti melanoma telah menyebar ke organ
- M1A berarti kanker telah menyebar ke kulit, daerah di bawah kulit, atau kelenjar getah bening, dengan tingkat LDH yang normal.- M1B berarti kanker telah menyebar ke paru-paru, dengan tingkat LDH yang normal.
14
- M1C berarti kanker telah menyebar ke organ internal dengan tingkat LDH normal atau telah menyebar ke setiap situs dengan tingkat LDH yang tinggi.
(American Cancer Society, 2014).
G. Stage kanker
Stage 0 Tis N0 M0Stage IA T1a N0 M0Stage IB T1b N0 M0
T2a N0 M0Stage IIA T2b N0 M0
T3b N0 M0Stage IIB T3b N0 M0
T4b N0 M0Stage IIC T4b N0 M0Stage III Any T >N1 M0Stage IV Any T Any M M1
(American Cancer Society, 2014)
H. PATOGENESIS
1. P eran P53 P ada P atogenesis M olekuler Karsinoma Sel Basal (KSB)
Karsinoma Sel Basal (KSB) berasal dari sel pluripotensial stratum basalis yang
terbentuk secara terus-menerus sepanjang kehidupan manusia. Pada umumnya tumor berasal
dari epidemis, tetapi dapat pula tumbuh dari selubung luar akar folikel rambut.
Karsinogenesis merupakan proses bertahap dan kompleks dari akumulasi perubahan genetik.
Pada etiopatogenesis kanker terdapat empat gen yang berperan penting yaitu: oncogen, tumor
suppressor gene, gen penyandi apoptosis dan gen untuk repair DNA. Radiasi UV memiliki
hubungan erat dalam patogenesis terjadinya kanker kulit termasuk KSB dan diperkirakan p53
menjadi target utama radiasi sinar UV. Tidak hanya pada jaringan tumor ganas, mutasi p53
juga dijumpai pada keratosis aktinik, sehingga disimpulkan bahwa mutasi p53 terjadi pada
awal proses karsinogenesis non melanoma, bahkan sebelum manifestasi klinisnya muncul.
Pada peristiwa sel stress antara lain kerusakan DNA, hipoksia, stres oksidatif
maupun onkogen akan menginduksi berbagai mediator upstream untuk aktivasi p53 seperti
14ARF dan MDM2. Pada saat p53 aktif terjadi fosforilasi pada satu atau lebih residu serin
pada N atau C terminus, selanjutnya akan terikat pada elemen enhancer/promotor yang
merupakan target downstream dari p53.
Jalur penting sebagai downstream aktivasi p53 adalah sebagai berikut:
15
a. Mengaktivasi perbaikan DNA yang rusak. Pada keadaan normal, p53 dalam keadaan
tidak aktif dan terikat pada protein Murine Double Minuta (MDM2) atau protein Human
Double Minute (HMD2) yang berfungsi mencegah aktivasi p53. Saat terinduksi oleh
berbagai karsinogen seperti radiasi UV yang berpotensi merusak DNA, maka terjadi
fosforilasi p53 oleh beberapa protein antara lain Ataxia-Telangiectasia-Mutated (ATM) ,
Checkpoint Kinase 1 (CHK1) dan CHK2, selanjutnya p53 menjadi aktif. Setelah protein
p53 teraktivasi, terjadi induksi siklus sel untuk memasuki fase istirahat agar sel rusak
dapat diperbaiki dan terjadi pula pengaktifan apoptosis. Selain itu p53 juga berperan
dalam proses Nucleotide Excision Repair (NER) maupun Base Excision Repair (BER).
b. Mengontrol proses apoptosis, jika kerusakan DNA tidak lagi dapat diperbaiki dengan
adanya mekanisme apoptosis, maka dapat dipastikan sel-sel yang abnormal tidak akan
dapat bertahan dan berlanjut sampai bereplikasi. p53 normal, yang merupakan produk
dari p53, memiliki kemampuan untuk memastikan apakah sel yang abnormal tersebut
telah dihancurkan dan tidak lagi membelah. Namun fungsi apoptosis ini menyimpang
bila terjadi mutasi p53. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa Bcl-2 dan Bax
merupakan down stream p53. Ekspresi Bax yang didinduksi oleh p53 dapat mempercepat
proses apoptosis, dengan membentuk heterodimer dengan Bcl-2 lewat protein
homolognya (BH1 dan BH2), sehingga mampu menghambat aktivitas Bcl-2.
Keterlibatan Bcl-2 pada induksi apoptosis oleh p53 dibuktikan oleh studi yang dilakukan
Miyashita pada tikus yang mengalami defisiensi p53, ekspresi Bcl-2 meningkat, diikuti
menurunnya regulasi dari ekspresi Bax. Hasil ini membuahkan suatu hipotesis bahwa
kemampuan apoptosis p53 sebagian disebabkan karena efek supresinya pada ekspresi
Bcl-2.
16
Gambar : proses apoptosis pada sel basal
2. P engaruh Paparan UV terhadap Kerusakan DNA dan M utasi P53 pada Karsinoma
Sel Basal (KSB)
Gambar : Pengaruh sinar UV terhadap kanker kulit
Analisis terhadap mutasi pada p53 menegaskan bahwa terdapat hubungan antara
paparan UV, kerusakan DNA dan karsinoma pada kulit. Radiasi UVB dan UVC dapat
17
menginduksi kerusakan DNA yang khas, menghasilkan dimer cyclobutane-type pyrimidine
(CPD) dan pyrimidine -pyrimidone atau disebut juga photoproducts. p53 memainkan peran
penting sebagai pelindung sel dari kerusakan DNA akibat paparan UVB. Kerusakan DNA
akibat paparan sinar UV mengaktivasi suatu mekanisme untuk menghapus DNA yang rusak,
menunda kelanjutan siklus sel, perbaikan DNA atau apoptosis lewat aktivasi transkripsi gen
yang merupakan down stream p53, seperti p21, MDM2, dan Bax. Secara normal, hanya
sedikit p53 yang dapat dijumpai pada sel, namun akibat respon terhadap sinar UV, terjadi
induksi kadar p53. Dengan tingginya kadar p53 ini, siklus sel akan memasuki fase istirahat
(G1), yang memungkinkan terjadinya perbaikan seluler untuk meniadakan lesi pada DNA
sebelum DNA mengalami sintesis dan mitosis lebih lanjut. Proses apoptosis juga meningkat
sehingga dapat disimpulkan gen p53 merupakan sarana untuk memperbaiki kerusakan DNA
atau untuk mengeliminasi sel yang mengalami kerusakan DNA yang berlebihan.
Pada kebanyakan kanker, terjadi mutasi missense (mutasi yang mengubah suatu
kodon spesifik yang menyandi satu asam amino menjadi asam amino lain). Protein yang
dihasilkan akan mengalami perubahan fungsi. Seringkali terjadi hilangnya suatu alel,
sehingga terjadi lost of heterogenicity (LOH), yang banyak dijumpai pada karsinoma kolon,
paru dan kandung kemih. Pada kasus-kasus KSB frekuensi LOH lebih rendah dibandingkan
keganasan lain dan lebih sering terjadi mutasi langsung secara independen pada kedua alel
untuk p53 menghasilkan bentuk mutant p53 akibat paparan berulangkali radiasi UV.
Jenis mutasi yang terjadi pada umumnya merupakan transisi sekuens dipyrimidine C
T dan CCTT yang karakteristik untuk mutasi yang disebabkan oleh UVB. UV dapat
mengakibatkan kerusakan pada dimer cytosine yang tidak dapat diperbaiki, sehingga terjadi
mutasi tandem (dua atau lebih salinan sekuensi DNA yang tersusun dalam urutan head-to tail
di sepanjang kromosom), di mana dua residu cytosine digantikan oleh dua basa thymin.
Mutasi ini dapat terjadi pada kodon 241, 248, 250 dan 258. Deteksi mutasi pada tandem
sekuens CC TT pada kodon 247 dan 248 lebih banyak dilakukan dengan alasan: mutasi
tandem tersebut lebih spesifik dibandingkan mutasi tunggal C T. selain itu kodon 248
menyandi asam amino arginine yang berperan penting dalam fungsi tumor suppressor Mutasi
p53 merupakan prediktor KSB, terdapat dose response relationship dimana terjadi
peningkatan risiko KSB seiring dengan peningkatan frekuensi mutasi (Peter, Erb., Jingmin,
J., Erwin ,K., Ainhoa, M., Marion, W., 2008).
3. Melanoma Maligna
18
Pada sel normal didapatkan molekul p53 wild type yang berfungsi mengendalikan
replikasi DNA. Mutasi pada gen p53 menghasilkan protein p53mutan serta hilangnya fungsi
p53 wildtype untuk mengendalikan siklussel.Ekspresi protein p53 mutan merupakan
perubahan yang umum didapatkan pada berbagai jenis kanker pada manusia. Gen p53
terletak pada lokus kromosom 17p13yang umumnya mengalami delesi.Penelitian struktur
kromosom pada melanoma didapatkan bahwa terjadi banyak perubahan kromosom pada
melanoma primer tetapi mutasi padakromosom 17 tempat gen p53 jarangditemukan. Hal ini
menunjukkan bahwamutasi gen p53 kurang berperan dalam terjadinya melanoma
Proses pertumbuhan melanomamaligna melibatkan dua jalur mutasi yaitu gen p53
atau gen p16INK4a sebagai tahap untuk menghindari proses senescence.Walaupun peran
inaktivasi gen p16INK4a dalam melanoma sudah dapat dipastikan, peranan mutasi gen p53
masih belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara normal gen p53 dapat mencegah terjadinya
tumor dengan menjagastabillitas genom, penghentian siklus sel pada tahap tertentu, induksi
apoptosis sertamenghambat aktivitas transkripsi genyang berperan pada progresi tumor,
sehingga gen p53dikenal sebagai gen penjaga (guardiangenome). Frekuensi mutasi gen p53
pada melanoma dilaporkan lebih rendah dibanding dengan tumor ganas lainnya. Mekanisme
perubahan yang menyebabkan kerusakan jalur p53 terletak pada lokus CDKN2A berakibat
mutasi pada gen ARF (alternatif readingframe) dan p16. ARF berperan menjaga aktivitas
fungsional p53, sedangkan p16 lebih berperan pada jalur retinoblastoma (Rb). Delesi pada
ekson CDKN2A mengganggu kedua jalur tersebut.Walaupun pada umumnya mutasi
melibatkan salah satu jalur di atas, mutasi gen p53 dan p16 secara bersamaan dapat terjadi
pada beberapa kultur sel melanoma yang seringkali berhubungan dengan mutasi BRAF.
Mutasi yang bersamaan ini ditemukan pada penderita dengan survival yang rendah sebagai
gen penjaga, gen p53 berfungsi dalam perbaikan DNA sel pada kulit yang rusak karena
berbagai macam faktor seperti sinar ultraviolet, obat yang diberikan secara topikal serta iritasi
kronis. Mutasi gen p53 pada kulit telah terbukti berperan dalam terjadinya karsinoma sel
skuamousa, sedangkan pemberian p53 wild type dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker
dan menginduksi apoptosis. Analisis proses perkembangan dan progresi melanoma
menunjukkan bahwa mutasi genetik p53 pada melanoma sedikit ditemukan sedangkan
peningkatan ekspresi p73 yang termasuk keluarga gen p53, berhubungan dengan progresi dari
melanoma primer menjadi metastasis. Keluarga gen p53 terbukti berperan dalam perbaikan
kerusakan DNA pada melanosit, proses apoptosis dan penghentian siklus sel melanosit.
I. DIAGNOSA KANKER KULIT
19
Secara umum diagnosis penyakit kanker kulit dapat ditegakan dari anamnesis,
pemeriksaan klinis dengan melihat eufloresensi kulit, pemeriksan penunjang seperti
dermoskopi, serta pemeriksan histopatologi sebagai standar baku. Karena masing-masing tipe
kanker kulit memilki eufloresensi yang berbeda maka penegakan diagnosis tiap-tiap tipe
berbeda (American Cancer Society, 2014).
1. Anamnesis
Pertanyaan yang digunakan dalam penegakkan kanker kulit seperti :
- apakah sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup lama secara terus
menerus?
- Apakah ada riwayat kulit terbakar yang berulang akibat paparan sinar matahari?
- Apakah menderita penyakit-penyakit yang mengakibatkan supresi pada imunitas
seperti HIV?
- Apakah pernah terpapar bahan arsenik?
- Apakah pasien merokok?
- Apakah pasien pernah menderita Melanoma Maligna sebelumnya?
- Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Melanoma Maligna? (American
Cancer Society, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pada pemeriksan fisik untuk karsinoma sel basal sebagai berikut : Nodular Basalioma
akan didapatkan eufloresensi berupa nodul menyerupai kutil, tidak berambut, berwarna
coklat atau hitam, tidak mengkilat (keruh). Morphoeic Basal Cel Carcinoma akan
didapatkan eufloresensi menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda berupa
kelainan yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat, berwarna kekuningan, dan pada
tepinya keras. Pigmentasi basal sel carcinoma akan didapatkan eufloresensi berupa nodul
berwarna coklat, biru, atau keabuan dan kenampakannya mirip dengan Melanoma.
b. Pada pemeriksan fisik untuk spesifik karsinoma sel skuamosa berupa inspeksi untuk
melihat eufloresensi kulit akan didapatkan kelainan-kelainan berupa nodul yang keras
dengan batas yang tidak tegas, permukan mula-mula licin seperti kulit normal yang
akhirnya berkembang menjadi papiloma. Ulserasi dapat terjadi, umumnya mulai timbul
pada waktu berukuran 1-2cm, diikuti pembentukan krusta dengan pingir yang keras serta
mudah berdarah.
c. Pada pemeriksan fisik untuk Melanoma Maligna, Superficial Spreading Melanoma
(SM) dapat ditemukan kelainan berupa bercak dengan ukuran beberapa milimeter sampai
beberapa cm dengan warna bervariasi (waxy, kehitaman, kecoklatan, putih, biru), tidak
20
teratur, berbatas tegas dengan sedikit penonjolan di permukaan kulit. Nodular Melanoma
(NM) dapat ditemukan kelainan berupa nodul berwarna biru kehitaman dengan batas tegas
serta mempunyai variasi bentuk yaitu bentuk dengan permukaan licin pada lapisan
epidermis, nodus yang menonjol dengan bentuk tidak teratur pada permukan kulit, dan
bentuk eksofitik dengan ulserasi. Lentigo Malignant Melanoma dapat ditemukan kelainan
berupa bentuk yang berbatas tegas, berwarna coklat kehitaman serta tidak homogen,
bentuk tidak teratur, dan pada bagian tertentu dapat tumbuh nodul yang berbatas tegas
setelah bertahun-tahun. Acral Lentiginous Melanoma (ALM) dapat ditemukan kelainan
yang berbeda sesuai dengan lokasi melanoma.Pada daerah anal berupa pigmentasi
sedangkan pada daerah vulva akan tampak pigmentasi lebih mengkhusus berwarna biru
kehitaman dengan lokasi sampai mengenai rahim (American Cancer Society, 2014).
3. Pemeriksaan dermoskopi
Dermoskopi adalah suatu metode non invasif yang memungkinkan dalam evaluasi
warna dan struktur epidermis secara mikro (histologis) yang tidak bisa dilhat dengan mata
telanjang. Evaluasi penyebaran warna dari lesi dan struktur histologis dapat membedakan
apakah lesi tersebut jinak atau ganas terutama pada lesi kulit berpigmen. Hal yang
diperhatikan adalah ABCDE (asymmetry, irregular borders, multiple colors, diameter >6
mm, enlarging lesion), bila hal tersebut didapatkan pada lesi yang diperiksa, kemungkinan
lesi tersebut bersifat ganas (karsinoma).
4. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti Melanoma Maligna adalah pemeriksan histopatologi dengan melakukan
biopsi jaringan kulit yang dicurigai mengandung sel-sel kanker tersebut (skin biopsy)
(Hendaria, dkk, 2013).
Tes Untuk uji melanoma:
- Tes jaringan tumor
Untuk mengidentifikasi adanya melanoma, dapat dilakukan dengan cara biopsy. Biopsy
adalah prosedur medis yang meliputi pengambilan sampel kecil dari jaringan tubuh
sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop. Ada banyak jenis biopsi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya melanoma (American Cancer Society,
2014).
- Jenis biopsi kulit
a. Biopsi Insisi
Biopsi insisi yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor ganas dengan
menggunakan pisau bedah. Hal ini juga dapat digunakan untuk lesi yang berada pada
21
tempat yang tidak mudah dihilangkan seperti wajah, telinga, telapak tangan, atau
telapak kaki (American Cancer Society, 2014).
b. Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi yaitu mengambil seluruh tumor. Untuk tumor jinak, tindakan ini sekaligus
sebagai terapi (American Cancer Society, 2014).
c. Biopsi Punch
Biopsi yang dilakukan dengan menggunakan “pukulan”. Sebuah alat digunakan untuk
memotong dan menghapus jaringan. jenis biopsi digunakan untuk lesi yang ukurannya
sangat besar atau yang terdapat pada daerah-daerah tertentu dari tubuh. Daerah ini
termasuk wajah, telinga, jari, jari kaki, telapak tangan, atau telapak kaki (American
Cancer Society, 2014).
22
-
-
-
-
-
-
d. Shave Biopsy
Shave biopsy digunakan untuk menghilangkan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Epidermis adalah lapisan luar kulit. Dermis adalah lapisan kedua dari kulit, di bawah
epidermis. Shave biopsy biasanya tidak dilakukan/ dianjurkan apabila melanoma telah
tumbuh ke dalam dermis. Hal ini dilakukan karena tidak akan memberitahu seberapa
dalam kanker telah tumbuh. Shave Biopsi sering digunakan untuk menghilangkan tahi
lalat yang terlihat normal (American Cancer Society, 2014).
- Tes jaringan kelenjar getah bening
Setelah dilakukan tes biopsi dan apabila hasil dari tes biopsi menunjukan adanya
melanoma dapat dilakukan jaringan kelenjar getah bening untuk memeriksa apakah kanker
telah menyebar. Kelenjar getah bening adalah bagian yang terpenting dari dari system
kekebalan tubuh. Kebanyakan melanoma ditemukan lebih awal, ketika sel-sel kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening. Untuk melanoma awal, pengujian kelenjar getah bening
biasanya tidak dianjurkan (American Cancer Society, 2014).
Jenis tes biopsi kelenjar getah bening
23
Ada lebih dari satu jenis biopsi kelenjar getah bening. Biopsi kelenjar getah bening
dapat dilakukan selama operasi. Atau, hal itu dapat dilakukan dengan jarum yang sangat tipis.
jenis biopsi dianjurkan tergantung pada faktor-faktor tertentu seperti apakah ada atau
tidaknya tanda-tanda penyebaran kanker (American Cancer Society, 2014).
a. Biopsi Nodus Sentinel Limfa
Biopsi nodus sentinel limfa adalah operasi yang menghilangkan nodus limfa sentinel
untuk menguji sel-sel kanker. Nodus limfe sentinel adalah kelenjar getah bening yang p
ertama yang terserang sel kanker.Jenis biopsi kelenjar getah bening dianjurkan apabila
adanya peluang resiko bahwa melanoma telah menyebar ke kelenjar getah bening, tapi pada
kasus seperti ini pemeriksaan fisik tidak dapat dilakukan. Biasanya pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan mikroskop karena sel kanker yang berada di kelenjar getah
bening sangat kecil. Karena Sentinel biopsi kelenjar getah bening adalah tes bedah, tidak
dianjurkan apabila penyebaran kanker masih sangat kecil. Untuk biopsi, cairan khusus
disuntikkan ke dalam jaringan kulit di dekat tumor primer. Efek samping dari biopsi kelenjar
getah bening sentinel yaitu mati rasa, nyeri, memar, dan penumpukan cairan di dekat lokasi
biopsi. Karena hanya satu atau sangat sedikit kelenjar getah bening yang dihilangkan, efek
samping yang serius seperti lymphedema (pembengkakan akibat penumpukan cairan) jarang
terjadi (American Cancer Society, 2014).
b. FNA (Fine-Needle Aspiration) Biopsy
Biopsi ini sering digunakan apabila kelenjar getah bening yang membesar selama
pemeriksaan fisik. Biopsi FNA menggunakan jarum yang sangat tipis untuk mengangkat
potongan-potongan kecil dari kelenjar getah bening yang digunakan untuk menguji sel-sel
kanker. Obat bius disuntikkan untuk sebelum dilakukan biopsi FNA. Biopsi FNA
menyebabkan sedikit ketidaknyamanan dan tidak meninggalkan bekas luka (American
Cancer Society, 2014).
c. Excisional lymph node biopsy
Kelenjar getah bening biopsi eksisi menghilangkan pembesaran kelenjar getah
bening melalui luka bedah kecil di kulit. Jenis biopsi ini dilakukan jika terdapat kelenjar
getah bening yang membesar selama tes berlangsung (American Cancer Society, 2014).
Selain itu ada beberapa uji lainnya:
1. TES DARAH
Tes darah tidak digunakan untuk menemukan atau mastikan(mendiagnosa)
melanoma. Tes darah ini dapat digunakan untuk memantau melanoma bila telah menyebar
dari kelenjar kulit dan getah bening ke bagian tubuh lainnya. Tingkat abnormal dari zat kimia
24
tertentu dalam darah mungkin mengindikasikan bahwa kanker telah menyebar ke bagian
tubuh yang jauh. Salah satu zat kimia yang dicari adalah tingkat LDH tinggi (laktat
dehidrogenase). LDH adalah zat yang ditemukan dalam darah yang terlibat dalam produksi
energi dalam sel. Jika hasil tes darah abnormal, ada kemungkinan disarankan melakukan tes
lainnya (American Cancer Society, 2014).
2. TES IMAGING
Tes Imaging mengambil gambar dari bagian dalam tubuh pasien. Sebelum tes, pasien
mungkin diminta untuk berhenti makan atau minum selama beberapa jam dan juga harus
melepaskan benda logam yang ada di tubuh pasien. Tes ini sering tidak mengalami efek
samping. Tes Imaging tidak digunakan untuk mendiagnosa melanoma, tetapi dapat digunakan
jika pasien memiliki tanda-tanda atau gejala bahwa melanoma telah menyebar. Gejala
tersebut termasuk nyeri yang tidak dapat dijelaskan. Tes Imaging juga dapat diberikan setelah
pengobatan untuk memeriksa bahwa pengobatan yang dilakukan telah bekerja. Tes Imaging
yang dapat digunakan untuk melanoma dijelaskan berikutnya:
a. CT (Computed Tomography) scan
CT scan yaitu mengambil banyak gambar dari bagian tubuh dari sudut yang berbeda
menggunakan sinar-X. Mesin CT scan besar dan memiliki sebuah terowongan di tengah.
selama pengujian, pasien akan berbaring di meja yang akan bergerak perlahan melalui
terowongan dan mesin akan mengambil banyak gambar. Maka komputer akan
menggabungkan semua gambar menjadi satu gambar rinci. Tes Imaging membutuhkan15- 60
menit untuk menyelesaikan. komputer menggabungkan gambar x-ray untuk membuat detail
gambar dari organ dan jaringan dalam tubuh. sebelum tes, pasien mungkin akan diberi
contrast dry untuk membuat gambar lebih jelas. Dry dapat dimasukkan ke dalam segelas air
untuk minum, atau mungkin disuntikkan ke pembuluh darah. Efek samping yang mungkin
timbul adalah merasa memerah atau gatal-gatal. Efek samping yang jarang terjadi, reaksi
alergi yang serius. beritahu dokter jika memiliki reaksi buruk sebelumnya (American Cancer
Society, 2014).
b. MRI SCAN
MRI (Magnetic Resonance Imaging) scan merupakan suatu alat seperti CT scan
kecuali menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat untuk mengambil gambar dari
bagian dalam tubuh. MRI sangat berguna untuk melihat jaringan lunak, otak, sumsum tulang
belakang, dan daerah-daerah tertentu dalam tulang. MRI scan dapat menyebabkan tubuh
pasien merasa sedikit hangat. Seperti CT scan, contrast dry dapat digunakan. MRI dapat
25
digunakan bersama dengan tes pencitraan lain atau jika pasien khawatir tentang paparan
radiasi dapat melakukan tes lainnya (American Cancer Society, 2014).
c. PET/CT SCAN
PET/CT (positron emission tomography/ computed tomography) scan yaitu cara sel-
sel menggunakan bentuk sederhana dari gula. Untuk membuat gambar, sugar radiotracer
pertama perlu disuntikkan ke pembuluh darah pasien. Radiotracer memungkinkan keluar
sejumlah kecil energi yang dilihat oleh mesin sehingga dapat mengambil gambar. Sel-sel
kanker menggunakan gula yang lebih cepat dari sel normal, sehingga mereka terlihat lebih
cerah di komputer untuk membuat gambar tiga dimensi dari penggunaan gula ke seluruh
tubuh (American Cancer Society, 2014).
d. ULTRASOUND
Ultrasound adalah tes yang menggunakan gelombang suara untuk mengambil
gambar dari bagian dalam tubuh. Tes ini kadang-kadang digunakan untuk melihat lebih baik
kelenjar getah bening pertama (primer) tumor melanoma dalam situasi tertentu. misalnya,
dokter dapat mempertimbangkan tes ini jika temuan selama pemeriksaan fisik kelenjar getah
bening tidak jelas. atau, dapat digunakan jika pasien memilih untuk tidak melakukan tes
kelenjar getah bening atau prosedur seperti node biopsi sentinel getah bening atau
pembedahan kelenjar getah bening(American Cancer Society, 2014).
Untuk tes ini, pasien akan berbaring di atas meja dan memperoleh olesan gel pada
kulit pasien di area kelenjar getah bening. Dokter kemudian akan meluncur perangkat
genggam bolak-balik di atas area gel. Perangkat ini mengirimkan gelombang suara
memantulnya dari kelenjar getah bening dan jaringan lain dalam tubuh pasien untuk membuat
sebuah gambar kelenjar getah bening, yang ditampilkan pada layar komputer (American
Cancer Society, 2014).
J. TERAPI
1. Tujuan Terapi
a. Mengurangi risiko kekambuhan terhadap kanker kulit.
b. Meningkatkan kualitas hidup pasien.
c. Mengurangi mortalitas dan morbiditas.
d. Mengurangi luasnya daerah penyebaran dari sel kanker.
2. Terapi Non-Farmakologi
a. Jangan mencoba berjemur untuk membuat kulit lekas berwarna coklat kekuningan
jika kulit anda mudah terbakar.
26
b. Hindari pejanan sinar matahari yang tidak diperlukan, khususnya ketika radiasi sinar
UV terjadi intensif antara pukul 10.00 wib – 15.00 wib.
c. Jangan sekali-kali membiarkan kulit terbakar karena sinar UV.
d. Oleskan preparat tabir surya pelindung kulit jika anda harus berjemur bawah terik
matahari. Preparat ini akan menghalangi pancaran sinar matahari yang berbahaya.
e. Oleskan preparat tabir surya kembali sesudah terkena terik matahari dalam waktu
yang lama.
f. Gunakan pelembab bibir atau lipgloss yang mengandung preparat tabir surya dengan
angka SPF tinggi.
g. Kenakan pakaian pelindung yang tepat (misalnya: topi, kemeja tangan panjang).
h. Jangan menggunakan lampu pemanas untuk membuat kulit berwarna cokelat
kekuningan.
i. Pembedahan
Ahli bedah biasanya akan mengangkat lesi ditambah batas-batas jaringan normal
sekitarnya untuk mencegah berkembangnya kembali tumor tersebut. Satu margin 1-2
cm sekeliling melanoma dipertimbangkan secara adekuat untuk melanoma dengan
ketebalan kurang dari 3 mm. lesi-lesi dengan kedalaman lebih dari 1mm tetapi kurang
dari 3 mm ditangani melalui pembedahan dengan kesembuhan kira-kira 70-80%. Lesi
dalam lebih dari 3mm kemungkinan akan mengalami kekambuhan sekitar 40-50%.
Batas-batas reseksi sekeliling melanoma yang dalam ini biasanya direkomendasikan
menjadi paling sdikit 2-3 cm. Terapi radiasi merupakan bentuk pengobatan lainnya.
Dengan penggunaan energi sinar X, kobalt, electron, atau sumber-sumber radiasi
lainnya untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel melanoma.
j. Radiaton dan Terapi Ablative
a. Radiation terapi
Terapi radiasi adalah penggunaan radiasi untuk mengobati penyakit (terutama
kanker). Terapi radiasi, kadang-kadang disebut radioterapi, menggunakan energi
gelombang energi tinggi, gelombang penembus atau partikel seperti sinar x, sinar
gamma, sinar proton, atau sinar neutron untuk menghancurkan sel-sel kanker atau
mencegah mereka bereproduksi.
b. Terapi ablative
Terapi ablative pada kanker kulit ini menggunakan laser karbondioksida. Terapi ini
tidak digunakan pada kanker primer, tetapi digunakan pada satellite metastases ( kanker
kecil yang berjarak 2 cm dari kanker primer), in-transit metastases (kanker yang
27
berjarak lebih dari 2 cm dari kanker primer, tetapi tidak masuk sampai kelenjar getah
bening. (Dipiro, et. al., 2008).
3. Terapi Farmakologi
a. Terapi Biologis (Imunoterapi)
Imunoterapi adalah stimulasi artifisial terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
mengobati atau melawan penyakit. Salah satu bentuk imunoterapi adalah
penyuntikkan obat-obatan (yang disebut interferon) untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh untuk memperlambat pertumbuhan kanker.
Nama Genenerik Nama Brand Rute PemberianTerapi sistemikInterferon alfa Intron-A intravenaPeginterferon alfa -2b Sylatron intravenaInterleukin – 2 Proleukin intravenaIpilimumab Yervoy intravenaTerapi LokalBacillus Calmette-Guerin - intavenaInterferon alfa Intron – A intavenaImiquimod Aldara, Zyclara Cream Interleukin-2 Proleukin intavena
Pada table di atas dijelaskan bahwa imunoterapi menggunakan interleukin-2, IL-
2 (T Cell Growth Factor, TCGF, lymphokine) adalah sejenis sitokina yang disebut
hormon leukositotropik,yang berperan sebagai stimulan dalam proliferasi sel B dan
sel T. IL-2 ditelisik mempunyai fungsi yang serupa dengan IL-15. IL-2 berperan
dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk
mencegah autoimunitas, sedangkan IL-15 berperan dalam pemeliharaan sel T memori.
Interferon alfa digunakan sebagai terapi tambahan, ini disebabkan karena interferon
alfa mempuyai kerugian yang lebih besar dari pada interferon. Ipilimumab berfungsi
mengaktifkan respon imun pada tubuh untuk melawan sel melanoma di dalam tubuh.
Sedangkan obat-obat dengan efek local yang terdapat pada table cara penggunaanya
yaitu langsung menyuntikan langsung pada sel tumor (American Cancer Society,
2014).
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat atau hormon untuk mengatasi kanker. Dua
istilah medis lain yang sering digunakan untuk menggambarkan kemoterapi adalah
antineoplastik (yang berarti anti-kanker) dan terapi sitotoksik (yang berarti membunuh
sel-sel kanker). Obat kemoterapi dapat diberikan secara oral, suntikan intravena (ke
28
pembuluh darah), injeksi subkutan (bawah kulit), injeksi intramuskular (ke dalam
otot), injeksi intra-arteri (ke pembuluh nadi), atau topikal (dengan krim atau gel)
(American Cancer Society, 2014).
Berbeda dengan perawatan lain seperti radiasi dan pembedahan yang merupakan
pengobatan lokal, kemoterapi hampir selalu digunakan sebagai pengobatan sistemik.
Artinya, obat berjalan ke seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker di mana pun
mereka mungkin telah menyebar. Siklus kemoterapi biasanya adalah setiap 14,21 dan
28 hari, ini ditujukan agar tubuh dapat beristirahat setelah pengobatan.
Nama Genenerik Nama Brand Rute PemberianTerapi sistemikCarboplatin - IntravenaDacarbazine DTIC- Dome IntravenaNab-paclitaxel Abraxane IntravenaPaclitaxel Taxol intravenaTemozolomide Temodar Pill dan Intravena Cisplatin Platinol intavenavinblastine Velban, Velsar intavenaTerapi Regional Melphalan Alkeran Intravena
(American Society, 2014).
c. Terapi menggunakan vaksin
Terapi vaksin pada kanker adalah untuk meningkatkan respon tubuh untuk
melawan sel kanker dalam tubuh, pada penelitia terapi vaksin belum evektif untuk
membunuh sel kanker.
Penatalaksanaan Karsinoma
Penatalaksanaan karsinoma ini bergantung pada lokasi tumor, tipe sel (lokasi dan
kedalaman), sifat-sifat yang invasif atau tidak anvasif dan ada tidaknya kelenjar limfe yang
mengalami metastase, tindakannya adalah:
a. Eksisi bedah: tujuannya untuk mengangkat keseluruhan tumor
b. Pembedahan mikrografik moh: merupakan metode untuk mengangkat lesi kulit yang
malignan.
c. Bedah elektro: merupakan tekhnik penghancuran atau penghilangan jaringan dengan
menggunakan energi listrik.
d. Bedah beku: tujuannya menghancurkan tumor dengan cara dee freezing (alat jarum
termokopel). Dilakukan setelah dikemoterapi.
Pengobatan berdasarkan Stage Kanker (NCCN, 204)
Stadium Klinis Penatalaksanaan
29
Stage 0 (in situ) Awal:Tidak memerlukan test.Utama : Wide Excision sisa tumor dengan ekstra margin 0,5 cm (1/5") dari kulit normal.Adjuvant : tidak ada terapi.
Stage IA (Ketebalan kurang dari 1 mm, Clark level II atau III, tidak ada ulkus)
Awal:Tidak memerlukan test.Utama : Wide Excision sisa tumor dengan ekstra margin 1 cm (2/5") dari kulit normalAdjuvant : tidak ada terapi.
Stage IB (Ketebalan kurang dari 1 mm, ada ulkus atau Clark level IV atauV)
Awal: Chest x-ray dan test darah LDH.Utama: Diskusi dengan dokter terkait hasil dari biopsi nodus sentinel limfa, terbagi 2 lagi:
a. Wide Excision(tanpa biopsi nodus sentinel limfa) dengan ekstra 1 cm – 2 cm dari kulit normal untuk ketebalan lesi 1-2 mm.
b. Wide Excisiondengan ekstra 1 cm – 2 cm dari kulit normal untuk ketebalan lesi 1-2 mm dan biopsi nodus sentinel limfa.
Adjuvant:a. Jika lesi berukuran < 1 mm, dengan
ulkus, Clark level IV atau V dilakukan observasi atau uji klinis. Jika lesi berukuran 1 – 4 mm dilakukan observasi atau uji klinis. Jika berukuran > 4 mm maka dilakukan uji klinis, injeksi interferon, atau observasi.
b. Nodus sentinel tidak mengandung kanker: uji klinis, injeksi interferon, atau observasi.Nodus sentinel mengandung kanker: lihat stage IIIA.
Stage II (Ketebalan > 1 mm dengan atau tanpa ulkus)
Awal: Chest x-ray dan test darah LDH, Brain MRI, CT scan, PET scan tergantung pada gejala.Utama: Diskusi dengan dokter terkait hasil dari biopsi nodus sentinel limfa, terbagi 2 lagi:
a. Wide Excision(tanpa biopsi nodus sentinel limfa) dengan ekstra 1 cm – 2 cm dari kulit normal untuk ketebalan lesi 1-2 mm.
b. Wide Excisiondengan ekstra 1 cm – 2 cm dari kulit normal untuk ketebalan lesi 1-2 mm dan biopsi nodus sentinel limfa.
Adjuvant:
30
c. Jika lesi berukuran < 1 mm, dengan ulkus, Clark level IV atau V dilakukan observasi atau uji klinis. Jika lesi berukuran 1 – 4 mm dilakukan observasi atau uji klinis. Jika berukuran > 4 mm maka dilakukan uji klinis, injeksi interferon, atau observasi.
d. Nodus sentinel tidak mengandung kanker: uji klinis, injeksi interferon, atau observasi.Nodus sentinel mengandung kanker: lihat stage IIIA.
Stage IIIA (positif terdapat nodus sentinel)
Awal: Dilakukan CT/ PET/ MRI jika diperlukan.Chest x-ray.Blood LDH level.Utama: menghilang semua nodus limfa pada area di nodus sentinel.Adjuvant: uji klinik atau observasi atau injeksi interferon
Stage IIIB, IIIC (ada T, N1-N3 disertai Tx)
Awal: Biopsi FNA atau biopsi nodus limfa.Chest x-ray.Blood LDH level.CT scan of pelvis if groin lymph nodes are enlarged.Dilakukan CT/ PET/ MRI jika diperlukan.Utama:Wide excision dari tumor dengan ukuran margin 2 cm dari kulit normal dan pembedahan dari nodus limfa pada area kanker (Jika biopsi nodus limfa terdapat melanoma).Adjuvant: uji klinik atau observasi atau injeksi interferon atau radiasi pada area kanker nodus limfa jika stage IIIC.
Stage III (in-transit) Awal: Biopsi FNA atau biopsi nodus limfa.Chest x-ray.Blood LDH level.CT scan of pelvis if groin lymph nodes are enlarged.Dilakukan CT/ PET/ MRI jika diperlukan.Utama:Excision dari kulit margin margin yang luas atau injeksi dari BCG atau interferon untuk sampai mencapai sisa lesi atau perfusi area dengan kemoterapi melphalan.
31
Adjuvant: uji klinik atau observasi atau injeksi interferon.
Stage IV (Metastasis) Awal: FNA atau biopsi untuk membuktikan penyebaran kanker sudah jauh Chest x-ray dan/ atau chest CT.Blood LDH level.Dilakukan CT/ PET/ MRI jika diperlukan.Terapi:a. Single metastasis
Pembedahan → uji klinik atau observasi atau interferon.Terapi sistemikObservasi sampai 3 bulan dan scan berulang.
b. Multiple metastasisNo brain metastases present → uji klinik atau kemoterapi dengan DTIC atau treatment dengan IL-2 atau DTIC dan obat lain, atau Temozolomide atau terapi suportif terhadap gejala.Brain metastases present → uji klinik atau Temozolomide atau tearpi sistemik lain jika kesehatan baik atau terapi suportif terhadap gejalanya.
(Menurut NCCN (cit., Medscape, 2005), 2004).
k. EFEK SAMPING DARI PENGOBATAN KANKER
Sebuah efek samping adalah suatu keadaan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan
terkait kondisi fisik atau kondisi emosional yang disebabkan oleh pengobatan. Masing-
masing pengobatan untuk melanoma dapat menyebabkan efek samping. Beberapa efek
samping yang terjadi biasanya lebih umum daripada yang lain. Bagaimana tubuh Anda akan
merespon pengobatan yang tidak dapat dikenali sepenuhnya. Anda mungkin memiliki efek
samping yang berbeda dari orang lain. Untuk mempelajari tentang semua efek samping dari
pengobatan, pasien atau keluarga dapat berbicara dengan dokter. Efek samping yang umum
terkait perawatan untuk melanoma dijelaskan berikutnya (American Cancer Society, 2014).
a. Efek samping dari operasi
Risiko dan keparahan efek samping dari operasi untuk melanoma tergantung pada
banyak faktor. Ini termasuk jenis operasi, tingkat (batasan) operasi, dan ukuran tumor
melanoma.
i. Wide Excision
32
Wide Excision adalah operasi yang menghilangkan seluruh tumor melanoma bersama dengan
beberapa jaringan tampak normal di sekitar tepinya. Efek samping dari operasi ini yaitu rasa
sakit, bengkak, dan bekas luka. Rasa sakit dan bengkak biasanya bersifat sementara dan
biasanya hanya berlangsung selama beberapa minggu setelah operasi. Bekas luka dapat
menjadi efek samping permanen operasi (American Cancer Society, 2014).
ii. Biopsi Sentinel Kelenjar Getah Bening
Operasi ini menghilangkan sentinel nodus getah bening - kelenjar getah bening pertama di
mana sel-sel kanker kemungkinan akan menyebar dari tumor primer. Kemungkinan efek
samping yang mungkin terjadi yaitu mati rasa, nyeri, memar, dan penumpukan cairan didekat
lokasi biopsi. Efek samping yang serius seperti lymphedema jarang terjadi (American Cancer
Society, 2014).
iii. Diseksi Nodus Getah Bening
Diseksi kelenjar getah bening adalah operasi untuk mengeluarkan beberapa atau semua
kelenjar getah bening di daerah dekat tumor melanoma pertama (primer). Efek samping yang
umum dari operasi ini meliputi nyeri, mati rasa, gerakan lengan atau kaki terbatas, dan
lymphedema-bengkak karena penumpukan cairan getah bening. Biasanya, getah bening
mengalir dalam satu arah aliran menuju jantung. Operasi kelenjar getah bening dapat
mengganggu aliran normal dari getah bening dan menyebabkan terjadinya penumpukan
cairan di salah satu anggota tubuh (lengan atau kaki). Penumpukan getah bening
menyebabkan lengan atau kaki membengkak. Ini disebut lymphedema dan itu adalah efek
samping yang paling serius dari operasi kelenjar getah bening. Lymphedema bisa sementara
atau permanen. Tidak ada cara untuk mengetahui kapan lymphedema akan muncul. Hal ini
dapat terjadi hanya setelah operasi atau bulan sampai tahun selanjutnya (American Cancer
Society, 2014).
b. Efek samping dari imunoterapi
Efek samping yang terjadi dari imunoterapi tergantung pada obat, bagaimana obat
itu diberikan, jumlah yang diambil, lamanya pengobatan, dan orang (pasien). Ketika
diberikan dalam dosis tinggi, beberapa obat imunoterapi dapat menyebabkan efek samping
sangat serius. Beberapa efek samping yang lebih umum dari masing-masing obat imunoterapi
yang digunakan untuk melanoma adalah sebagai berikut:
Interleukin-2:
•Gejala flu (demam, menggigil, sakit
kepala, kelelahan, nyeri tubuh),
• Tes darah abnormal
memperlihatkan gangguan hati atau
ginjal.
33
• Mual dan / atau muntah,
• Napas tersengal,
• Kebingungan,
• Penumpukan cairan,
• Kerusakan jantung,
• Ruam kulit, dan
• Tekanan darah rendah
Interferon:
• Gejala flu (demam, menggigil,
kelelahan, sakit kepala, nyeri tubuh),
• Mual,
• Muntah,
• Tidak merasa lapar,
• Depresi,
• Rambut menipis, dan
•Kerusakan hati
Ipilimumab:
• Kelelahan,
• Diare,
• Ruam kulit, dan
• Gatal.
Ipilimumab dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti peradangan yang parah dan
masalah di usus, kelenjar hati, saraf, kulit, mata, dan hormon. Lihat Prinsip terapi sistemik
pada halaman 80 untuk lebih rincinya (American Cancer Society, 2014).
c. Efek samping dari terapi yang ditargetkan
Efek samping dari terapi yang ditargetkan tergantung pada obat, dosis, lamanya
pengobatan, dan orang (pasien). Beberapa efek samping yang tercantum di bawah hanya
disebabkan oleh satu obat sasaran. Lainnya disebabkan oleh kedua obat yang ditargetkan tapi
berbeda dalam seberapa besar kemungkinan mereka terjadi. Efek samping yang umum dari
obat yang ditargetkan untuk melanoma meliputi:
• Nyeri sendi dan/ atau otot,
• Sakit kepala,
• Demam,
• Kelelahan,
• Rambut rontok,
• Ruam kulit dan / atau gatal,
• Kanker kulit lainnya (tidak melanoma),
• Sensitivitas terhadap sinar matahari,
• Mual dan / atau muntah,
• Jumlah sel darah rendah,
• Bengkak, dan
• Diare.
(American Cancer Society, 2014).
d. Efek samping dari kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi tergantung pada obat, cara pemberian obat, jumlah
yang diambil, lamanya waktu pengobatan, dan orang (pasien). Secara umum, efek samping
disebabkan oleh kematian sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Sel-sel ini ditemukan dalam
usus, mulut, dan darah. Efek samping yang umum dari kemoterapi untuk melanoma
meliputi:
34
• Infeksi,
• Demam,
• Jumlah sel darah putih rendah,
• Perdarahan dan memar,
• Mual dan muntah,
• Kehilangan nafsu makan,
• Kelelahan,
• Luka pada mulut, dan
• Rambut rontok.
(American Cancer Society, 2014).
e. Efek samping dari terapi radiasi
Efek samping dari terapi radiasi tergantung pada dosis dan daerah kulit yang diobati.
Sebagian besar efek samping ini bersifat sementara. Misalnya, perubahan kulit biasanya
hilang dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah menyelesaikan pengobatan. Efek samping
yang umum dari terapi radiasi untuk melanoma meliputi:
• Bengkak,
• Nyeri,
• Rasa berat di daerah radiasi,
• Perubahan kulit seperti Sunburn,
• Kelelahan, dan
• Kanker kedua.
(American Cancer Society, 2014).
35
Daftar Pustaka
American Cancer Society, 2014, Melanoma Skin Cancer, Atlanta, Ga: American Cancer
Society, American, pp. 1-108.
Armstrong B.k., 2004, How Sun Exposure Causes Skin Cancer: An Epidemiological
Perspective, Hill D, Elwood JM, Prevention of Skin Cancer, The Netherlands: Kluwer
Academic Publishers, English, pp. 89-116.
Baughman, Diane, C., Joann, C, dan Hackley, 2000, Keperawatan Medical Bedah : buku
saku dari Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta, pp. 15-17.
Brashers, V. L., 2003, Aplikasi Klinis Patofisiologi, EGC, Jakarta, hal. 145-149.
Budimulja, Unandar, 2005, Morfologi Dan Cara Membuat Diagnosis Tumor Kulit, Edisi ke-
IV, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 229-238.
Corwin, E. J., 2007, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, hal. 135-139.
Dipiro, 2008, Pharmacotherapy- A Pathophysiologic Approach, 7th ed, The McGraw-Hill
Companies, USA, pp. 2311-2328.
Damogalad, V., Hosea, J.E., dan Hamidah, S.S., 2013, Formulasi Krim Tabir Surya Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L Merr) dan Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor(SPF), Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT , Vol .No. 02, hal.40.
Enviromental Working Group, 2014, What’s Wrong With High SPF?,
http://www.ewg.org/2014sunscreen/whats-wrong-with-high-spf/ diakses tanggal 6
November 2014).
Gasparoto, T.H., Oliveira, C.E., Freaitas, L.T., Pinheiro, C.R., Ramos, N.R., Silva, A.L.,
et.al., 2012, Inflammatory Events During Murine Squamosa Cell Carcinoma
Development, Journal of Inflammation, p. 46.
Gordon L.G, Hirst NG, Gies PH, Gies, H.F., Green, C., 2008, What is Impact Would
Effective Solarium Regulation Have in Australia, MJA, vol. 189, pp.375-376.
Isselbacher, et al., 2000, Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Ed.13, EGC,
Jakarta, p. 50.
Marija, B., Vedrana, B., Stanic, S., 2008, Variation in Clinical Presentation of Basal Cell
Carcinoma, University Department of Dermatology and Venereology Zagreb, Croatia,
pp. 25-30.
Marwali, H., 2000, Ilmu Penyakit Kulit, EGC, Jakarta, pp. 20, 25, 30.
36
brachytherapy
Medscape, 2014, Aldesleukin (Rx) - Interleukin 2, Proleukin: Contraindications & Cautions,
http://reference.medscape.com/drug/interleukin-2-proleukin-aldesleukin-342203#5,
diakses tanggal 6 November 2014.
NCCN (cit., Medscape, 2005), 2004, Melanoma: Treatment Guidelines for Patients (Part 2),
http://www.medscape.com/viewarticle/507588_5, hal. 191-198.
Peter, Erb., Jingmin, J., Erwin ,K., Ainhoa, M., Marion, W., 2008, Apoptosis dan
Phatogenesis of Melanoma and Non Melanoma Skin Cancer, Landes Bioscience, USA,
pp. 283-288.
Siregar, R.S., 2005, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Jakarta, EGC, pp. 30-35.
Suriadiredja, A., 2012, Epidemiologi Kanker Kulit, Departemen IK. Kulit dan Kelamin
FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, hal. 61.
Telfer, N.R., Mortont, C.A., 2008, Guidelines For The Management of Basall Cell
Carcinoma. British Journal Of Dermatology, pp. 35-48.
The International Agency for Research on Cancer Working Group on artificial ultraviolet
light and skin cancer, 2007, The Association of Use of Sunbeds with Cutaneous
Malignant Melanoma and Other Skin Cancers: A Systematic Review, International
Journal of Cancer, vol.120 (5), p. 1116.
WHO, 2014, Ultraviolet Radiation and The INTERSUN Programme,
http://www.who.int/uv/intersunprogramme/activities/uv_index/en/, diakses pada
tanggal 4 November 2014.
37
Pertanyaan dan Jawaban Pertanyaan
1. Dewi (118114065):
Tahi lalat belum tentu kanker kulit, bagaimana cara mengetahui bahwa tahi lalat
tersebut adalah kanker kulit ? Jika tahi lalat tersebut mengalami pembesaran dapatkah
dilakukan pengangkatan? Dan apakah kemunculan tahi lalat sebagai tanda adanya
melanoma?
Jawab : 1. Mengetahui tahi lalai tersebut dicurigai merupakan kanker kulit atau bukan dengan
mengidentifikasi tahi lalat berdasarkan “ABCDE” yaitu A= Asimetrik (bentuknya
tak beraturan ); B= Border ( ketidak-beraturan batas, pinggirannya tidak rata); C=
Color (perubahan warna, warnanya yang bervariasi dari satu area ke area); D=
Diameternya lebih besar dari 5 mm; E= Evolution (Marwali, 2000).
2. Jika tahi lalat tersebut mengalami pembesaran dapat dilakukan penganngkatan
yaitu dengan operasi. Kemunculan tahi lalat tidak selalu menjadi tanda adanya
melanoma. Akan menjadi melanoma jika tahi lalat tersebut jika terjadi perubahan
dalam warna, perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat),
timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit), terjadi peninggian pada lesi yang
sebelumnya datar, perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi
berpigmen.
2. Tesa (118114072):
Epidemiologi untuk melanoma merupakan jenis kanker kulit dengan insiden tertinggi
pada umur 15-44 tahun di Australia, kenapa dari kisaran tersebut? Produk pemutih
kulit dapat menurunkan kadar melanin, apakah beresiko menjadi kanker kulit?
Jawab :
- Karena umur tersebut merupakan umur produktif (lebih banyak melakukan aktivitas diluar,
sehingga lebih sering terkena paparan sinar UV), oleh sebab itu rentang usia 15-44 tahun.
Salah satu faktor resiko kanker kulit adalah kulit putih (kulit putih mengandung kadar
melanin yang rendah) berdasarkan hal tersebut maka penggunaan kosmetik yang dapat
menurunkan kadar melanin dapat meningkatkan resiko kanker kulit. Selai itu karena
penggunaan kosmetik juga dapat menipiskan lapisan epidermis sehingga akibat adanya
paparan sinar UV secara terus menerus dan kadar melanin dalam kulit menurun maka akan
semakin meningkatkan resiko.
Penelitian pendukung : Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) 2007
insiden kankerkulit tertinggi di Australia pada umur 15-44 tahun disebabkan oleh sekitar 14%
38
dari orang dewasa, 24% dari remaja dan 8% dari anak-anak sering berjemur dimusim panas,
dan faktor kulit pun sebagai faktor utama banyaknya terserang kanker di Australia karena
sebagian besar penduduk Australia memiliki kulit putih dimana diketahui orang kulit putih
jumlah melaninnya sedikit Di Australia sekitarr 95% kanker kulit melanoma dapat
berkembang (Armstrong, 2004). Dapat dikatakan faktor utama penyebab utama adalah
paparan sinar UV, dan faktor penyebab lainnya adalah riwayat keluarga (Gorden et.al, 2008).
3. Uci (118114036) :
Cara penggunaan ultrasound untuk mendeteksi kanker kulit? Interleukin kenapa
dapat menimbulkan efek samping kebingungan?
Jawab :
- Ultrasound adalah tes yang menggunakan gelombang suara untuk mengambil gambar dari
bagian dalam tubuh. Tes ini kadang-kadang digunakan untuk melihat lebih baik kelenjar
getah bening pertama (primer) tumor melanoma dalam situasi tertentu. misalnya, dokter
dapat mempertimbangkan tes ini jika temuan selama pemeriksaan fisik kelenjar getah
bening tidak jelas. atau, dapat digunakan jika pasien memilih untuk tidak melakukan tes
kelenjar getah bening atau prosedur seperti node biopsi sentinel getah bening atau
pembedahan kelenjar getah bening(American Cancer Society, 2014). Untuk tes ini, pasien
akan berbaring di atas meja dan memperoleh olesan gel pada kulit pasien di area kelenjar
getah bening. Dokter kemudian akan meluncur perangkat genggam bolak-balik di atas
area gel. Perangkat ini mengirimkan gelombang suara memantulnya dari kelenjar getah
bening dan jaringan lain dalam tubuh pasien untuk membuat sebuah gambar kelenjar getah
bening, yang ditampilkan pada layar komputer (American Cancer Society, 2014).
- Obat Interleukin harus diberikan di bawah pengawasan seorang penyedia perawatan
kemoterapi kanker kesehatan yang berpengalaman di rumah sakit. Dosis tinggi aldesleukin
terapi telah dikaitkan dengan sindrom kebocoran kapiler(CLS), sehingga menyebabkan
hipotensi danpenurunan perfusi organ, yang mungkin parah dan dapat mengakibatkan
kematian. Dengan adanya hipotensi maka aliran oksigen ke otak tidak mencukupi
sehingga dapat membuat sesorang menjadi bingung yakni fokus berkurang (Medscape,
2014).
4. Greta (118114079):
Penggunaan handbody yang mengandung SPF tinggi apakah dapat menyebakan
kanker kulit ?
39
Jawab :
Handbody dengan SPF tinggi memiliki kandungan bahan kimia yang lebih tinggi pula. Oleh
sebab itu zat-zat kimia inilah yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit yang
nantinya berdampak ke kanker kulit (Enviromental Working Group, 2014).
5. Sari (118114007)
Mencabut bulu kaki/tangan mengakibatkan terjadinya benjolan-benjolan,
dapatkah menjadi kanker kulit atau tidak?
Jawab :
Mencabut bulu ketiak memang dapat menimbulkan iritasi dan perih, tapi nggak memicu
kanker payudara. Tapi mencabut bulu ketiak dapat menyebabkan peradangan tinggi. Pada
ketiak terdapat bakteri komensal yang sebenarnya nggak merugikan jika keadaan kulit kita
normal atau tidak luka. Setelah pencabutan bulu tersebut, kuman ini dapat masuk dan
menimbulkan reaksi inflamasi sehingga terjadi infeksi. Kanker payudara muncul karena
adanya sel-sel yang nggak normal tumbuh di payudara. Bila jenisnya ganas, sel-sel tersebut
dapat menyebar ke kelenjar getah bening yang terdapat di ketiak.
6. Natan (118114024):
Durasi waktu sampai terkena kanker kulit ?
Jawab: Karena yang mengakibatkan terjadinya kanker kulit oleh banyak faktor. Untuk durasi
waktu yang dibutuhkan cukup lama, sikitar ± 5 tahun.
7. Asri (118114014):
Orang Albino apakah dapat menjadi faktor resiko dalam kanker kulit?
Jawab : Pada orang albino kandungan kadar melanin dalam kulit sedikit, sehingga faktor
resiko untuk orang albino besar karena komposisi melanin dalam tubuh yang sangat
terbatas merupakan salah satu faktor resiko kanker kulit.
8. Bu Yunita:
Indeks UV untuk Asia berapa?
Jawab:
Indeks UV merupakan sarana penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap risiko paparan berlebihan terhadap radiasi UV. Sebagai bagian dari upaya
internasional, indeks UV dikembangkan oleh WHO, Mendorong orang untuk mengurangi
40
paparan sinar matahari yang dapat menurunkan efek kesehatan berbahaya dan secara
signifikan mengurangi biaya perawatan kesehatan (WHO, 2014).
Apakah yang dimaksud indeks UV?
Jawab:
Tingkat radiasi UV dan nilai-nilai indeks yang bervariasi sepanjang hari. Range indeksi UV
yang tertinggi biasanya terjadi pada siang dan tergantung pada lokasi
41
(WHO,2014).
Untuk meminimalisir paparan UV terhadap tubuh dapat dilakukan langkah berikut ini ;
Langkah 1: Cari tahu Index UV hari ini
Langkah 2: Periksa perlindungan matahari yang direkomendasikan.
Apabila indeks UV 0-2 : Anda dapat dengan aman menikmati berada di luar
Apabila indeks UV 3 sampai 7 Carilah tempat teduh pada jam tengah hari
Apabila indeks UV 8 Hindari berada di luar pada jam tengah hari (WHO,2014).
Klasifikasi resiko :
Medium Risk dapat dikatakan matahari tidak berbahaya, tetapi harus menghindari
berada di bawah sinar matahari langsung selama lebih dari 1 sampai 2 jam, karena
akan menyebabkan Kemerahan (eritema) setelah lama eksposisi, disarankan untuk
kacamata,tabir surya dan menggunakan pakaian ter tutup
High Risk berarti Anda dapat membakar dalam 30 sampai 60 menit. Cobalah untuk
menjaga dari sinar matahari langsung, menutupi atau memakai lotion tabir surya SPF
15 +. Gunakan pakaian pelindung.
42
Very High Risk berarti bahwa bisa membakar parah dalam 20 sampai 30 menit. Tetap
keluar dari sinar matahari langsung, menutupi dan menggunakan tabir surya lotion
SPF 15+ (WHO,2014).
Panjang gelombang untuk sinar UV-A adalah 320-400 nm, dengan panjang
gelombang sebesar itu mampu masuk ke dalam dermis sehingga meyebabkan kerusakan
jaringan dermis. Sinar UV-B memiliki panjang gelombang 290-320 nm, biasanya
menyebabkan kerusakan kulit yang ditimbulkan berada di bagian bawah dermis, berupa luka
bakar, kelainan pra-kanker dan keganasan. UV-A dapat menimbulkan melanoma dan
penuaan dini (Damogalad,2013).
Apa hubungan Inflamasi dengan Kanker Kulit Skuamosa?Jawab:
Respon inflamasi memainkan peran yang menentukan dalam berbagai tahap perkembangan
tumor, termasuk inisiasi, promosi, kemajuan, invasi, dan metastasis. Lingkungan mikro
tumor, yang diatur oleh sel-sel inflamasi, mempengaruhi sel-sel ganas melalui produksi
sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, prostaglandin, spesies oksigen reaktif (ROS) dan
oksida nitrat (NO). Tingkat sub-mematikan dari ROS dan NO, yang diproduksi oleh neutrofil
aktif dan makrofag, perkembangan kanker berkendara dengan menginduksi kerusakan DNA.
Mereka juga merangsang proliferasi sel kanker, membantu pembentukan tumor.
Myeloperoxidase (MPO), yang berlimpah disajikan dalam neutrofil dan pada tingkat lebih
rendah dalam monosit dan jenis tertentu dari makrofag, telah sangat berkorelasi dengan
berbagai jenis perkembangan kanker karena perannya dalam pembentukan ROS. Selain itu,
enzim proteolitik elastase (ELA) juga terlibat dengan karsinogenesis dan metastasis melalui
degradasi matriks ekstraseluler, memfasilitasi invasi kanker. Karsinoma sel skuamosa (SCC)
merupakan salah satu kanker yang paling umum pada manusia dan biasanya muncul dari
mutasi ectodermal atau endodermal sel yang melapisi rongga tubuh. Sementara SCC dapat
terjadi pada sejumlah besar jaringan, sel-sel di kulit sering dikaitkan dengan kelainan seluler
di lapisan basal epidermis akibat rusak UV keratinosit. Meskipun imunosupresi saat ini
dianggap sebagai faktor risiko untuk SCC, peradangan terlibat dalam pembentukan SCC, dan
sinar UV telah ditunjukkan untuk meningkatkan infiltrat inflamasi, yang meningkatkan
pertumbuhan tumor kulit (Gasparoto, Oliveira, Freaitas, Pinheiro, Ramos, Silva, et.al., 2012).
43