askep ca colon fix

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, semua manusia menginginkan keadaan sehat, baik jiwa maupun raga. Karena sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental dan sosial, serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, (WHO, 1947). Sementara menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan; kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Misi dari Indonesia sehat 2010 mengenai pembangunan berwasasan kesehatan, mendorong kemandirian, pelayanan kesehatan bermutu-merata-terjangkau, dan memelihara serta meningkatkan kesehatan individu, kelompok, masyarakat dan lingkungan. Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal Cancer atau lebih dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada colon, rectum, dan appendix. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang mematikan di dunia. Adapun faktor penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga, kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging, jeroan), umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas, adanya penyakit saluran pencernaan : radang usus, ulcerative colitis, hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami tertarik untuk mengambil masalah yang berhubungan dengan sistem gastrointestinal , dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn. S, dengan gangguan sistem gastrointestinal : post lapparatomie reseksie anastomosis hari ke- 5, di ruang yosef 3 – SK kamar 303 bed 3. Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. 1

Upload: angger-windu-apriyoga

Post on 03-Jul-2015

5.266 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep CA Colon Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya, semua manusia menginginkan keadaan sehat, baik jiwa maupun

raga. Karena sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental

dan sosial, serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan, (WHO, 1947).

Sementara menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan; kesehatan merupakan

keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Misi dari Indonesia sehat

2010 mengenai pembangunan berwasasan kesehatan, mendorong kemandirian, pelayanan

kesehatan bermutu-merata-terjangkau, dan memelihara serta meningkatkan kesehatan

individu, kelompok, masyarakat dan lingkungan.

Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal Cancer atau lebih

dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada

colon, rectum, dan appendix. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang mematikan di

dunia. Adapun faktor penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga,

kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging,

jeroan), umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas, adanya penyakit saluran

pencernaan : radang usus, ulcerative colitis, hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika,

Amerika.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami tertarik untuk mengambil masalah yang

berhubungan dengan sistem gastrointestinal, dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn.

S, dengan gangguan sistem gastrointestinal : post lapparatomie reseksie anastomosis hari

ke-5, di ruang yosef 3 – SK kamar 303 bed 3. Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai

a. Tujuan umum :

Setelah menyelesaikan makalah ini, diharapkan kita sebagai calon perawat mampu

memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif sesuai dengan standar dan

etika keperawatan pada klien yang mengalami masalah kesehatan pada sisitem

gastrointestinal: post lapparatomie reseksie anastomosis.

1

Page 2: Askep CA Colon Fix

b. Tujuan khusus :

Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari kanker kolorektal.

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan gangguan system gastrointestinal:

kanker kolon dan post operasinya.

Mahasiswa dapat mendiagnosa masalah dengan gangguan sistem gastrointestinal:

kanker kolon, baik pre maupun post operasi.

Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan dengan gangguan sistem

gastrointestinal: kanker kolon, intervensi untuk pre maupun post operasi.

Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan dengan gangguan system

gastrointestinal: kanker kolon.

Mahasiswa dapat mengevaluasi dari tindakan keperawatan dengan gangguan sistem

gastrointestinal: kanker kolon.

1.3 Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mengunakan metode diskusi kelompok,

konsultasi dengan dosen pembimbing serta metode deskriptif melalui studi kasus. Teknik

pengambilan data tersebut menggunakan cara sebagai berikut:

1. Pengkajian

Dalam penyusunan makalah ini, langkah pertama yang kami lakukan adalah pengkajian

kepada Tn.S.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukankami adalah secara head to toe yang mencakup semua

sistem pada tubuh.

3. Studi Pustaka

Penulis mencari berbagai sumber dan referensi yang berhubungan dengan penyakit Ca

Colon.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam tiga bab, yaitu BAB I

Pendahuluan yang berisi: latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan,

sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoretis yang berisi: Pengertian, Anatomi Fisiologi

usus besar, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, tes diagnostik, penatalaksanaan

medis, dan konsep proses keperawatan klien dengan kanker kolon. BAB III Tinjauan Kasus,

terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi

keperawatan, evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

2

Page 3: Askep CA Colon Fix

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

Kanker Colon

A. Definisi

Kanker adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel- sel kanker tidak seperti sel- sel tumor

jinak, menunjukan sifat invasive dan metastasis dan sangatlah anaplastik. (Kamus Dorland)

Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. (Pricilla Lemone)

Colorectal Cancer atau lebih dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk

keganasan yang terjadi pada colon, rectum, dan appendix. (www.drarief.com)

Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum, penyakit

ini adalah penyakit kedua yang mematikan. (http://id.wikipedia.org)

Kanker Kolorectal adalah kanker yang menyerang daerah kolon dan rectum.

(www.cancer.org)

Jadi, Kanker Kolorectal adalah suatu kanker yang bersifat fatal karena dapat mengalami

invasi dan metastasis serta menyerang daerah kolon dan rectum.

B. Anatomi Fisiologi Usus Besar

Anatomi

Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari

cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi feces.

Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari mikroorganisme yang

termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan sampai feces dikeluarkan

melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih

3

Page 4: Askep CA Colon Fix

dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan

secara normal melalui defakasi.

Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal.

Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung tersembunyi.

Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm

disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik.

Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon ascendens, colon

transversal, colon descendens dan colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan

berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon

transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon

descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang sebenarnya,

dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk saluran S yang

membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.

Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak lengkap.

Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk tiga berkas otot,

yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu

kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah

lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang

melekat di sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan

mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk suatu

lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar tubuler yang

disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus halus, dengan tiga jenis sel

yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada sel

goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.

Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan berakhir pada

lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang sederhana, dan

berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat pencernaan.beristirahat Bagian terakhir

dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari

pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal

4

Page 5: Askep CA Colon Fix

daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang anus. Otot

rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan

Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian

bawah tersusun squamous.

Fisiologi

Fungsi utama kolon adalah: absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk

feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian

proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan

dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi

gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan

mendorong.

a) Gerakan Mencampur “Haustrasi”

Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, ± 2.5 cm otot

sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang

sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi

menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap

haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik, kemudian menghilang 60

detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga

sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar

secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan

dengan permukaan mukosa usus besar, dan  cairan serta zat terlarut secara progresif

diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.

b) Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”

Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang

lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari

sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk

beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan

mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat

yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf

setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla

spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian

distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi,

tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses.

Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung

5

Page 6: Askep CA Colon Fix

dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga

menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai

ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini

dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.

c) Absorpsi dalam Usus Besar

Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air

dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan

bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon

pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya

dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon  penyimpanan).

d) Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air

Mukosa usus besar mirip seperti usus  halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif

natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar

lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi

ketika aldosteron teraktivasi.  Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien

osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.

Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti

penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam

usus besar.

e) Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari

sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus

besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

Kerja Bakteri dalam kolon.

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada

kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai

tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang

menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄).

Komposisi feses.

Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20%

anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari

pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan

6

Page 7: Askep CA Colon Fix

oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja

bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja

akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan

penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0).  Bau feses disebabkan produk kerja

bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak

terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses

bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama

kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

f) Proses Defekasi

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang

lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid  dan rectum serta sudut

tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke

rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.

Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1)

sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus.

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum

mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan

eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah

refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen

menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam

kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang

peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari

pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara

volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi

volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan

mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan

suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter

eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot

abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks

defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen

sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan

dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens,

7

Page 8: Askep CA Colon Fix

sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis

ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus.

Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat.

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil

napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari

kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik

keluar cincin anus mengeluarkan feses.

C. Etiologi

- Sedikit Olahraga

- Kegemukan

- Alkohol

- Mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging, jeroan)

- Resti pada umur 50 tahun

- Adanya polip kolorectal

- Hereditas

- Adanya penyakit saluran pencernaan : radang usus, ulcerative colitis, hemeroid

- Ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika.

D. Klasifikasi

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,

klasifikasi Dukes, dijabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

E. Patofisiologi

 Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat

meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian

rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan

kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma

(terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda.

Tumor dapat menyebar :

1) Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.

2) Melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan mesokolon.

3) Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.

8

Page 9: Askep CA Colon Fix

Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi

dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.

Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar adalah suatu

bentuk keganasan yang terjadi pada kolon, rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju,

kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab

kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan suatu tindakan yang

disebut sebagai kolonoskopi, sedangkan untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti

kemoterapi.

F. Manifestasi Klinik

Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia

Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia

Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada

feses, obstruksi

Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal

G. Test Diagnostik

Pemeriksaan abdomen dan rectal

Sigmoidoscopy dan colonscopy

Barium Enema

CT Scan Abdomen

9

Page 10: Askep CA Colon Fix

Operasi : Right/ Left Hernia Colectomy : Abdominal – Perineal Resection, Laparascopy

Colectomy

Radiasi

Chemotherapy

Liver fungsi test.

H. Insiden

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rektum relatif umum.

Pada kenyataannya kanker kolon dan rectum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari

kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya Barat. Diperkirakan bahwa

150.000 kasus baru kanker kolorectal didiagnosis di negara ini tiap tahunnya.

Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.

Insidennya meningkat sesuai usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun)

dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami kanker kolon, penyakit

usus inflamasi kronis atau polip.

Insiden kanker pada sigmoid dan area rectal telah menurun, sedangkan insidens pada

kolon asenden dan desenden meningkat. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah

40% sampai 5%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.

Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan

hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi/ pendarahan rectal.

I. Penatalaksanaan Medis

Cairan Intravena dan NGT (obstruksi usus )

Pengobatan tergantung terhadap penyakit

Pentahapan yang digunakan secara jelas adalah klasifikasi Duke :

- Kelas A : Tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa

- Kelas B : Peneterasi melalui dinding usus

- Kelas C : Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional

- Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

Pembedahan :

Tipe pembedahan tergantung lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan

(Doughty & Jackson, 1993 ), adalah sebagai berikut :

Reseksi segmental dengan Anatomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi

pertumbuhan, pembuluh darah, nodus limfatik )

Reseksi Abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor

dan porsi sigmoid dan semua rectum serta sfingter anal )

Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta

reanastomosis lanjut dari kolostomi

10

Page 11: Askep CA Colon Fix

Kolostomie permanen dan illeostomy → untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak

direseksi.

J. Asuhan Keperawatan

Pengkajian :

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah, adanya

nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi,frekuensi, durasi, berhubungan dengan

makan atau defekasi ), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, defekasi tentang warna, bau,

dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus. Informasi tambahan mencakup

riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; riwayat

keluarga dari penyakit kolorectal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasikan

mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alcohol. Riwayat

penurunan berat badan adalah penting.

Pengkajian objektif  mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi

abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi

terhadap karakter dan adanya darah.

Diagnosa Keperawatan :

Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi

Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker

Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri

setelah pulang

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  insisi bedah (abdomen dan perianal),

pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.

Intervensi Keperawatan :

1. Sering mengkaji keadekuatan penanganan nyeri. Gunakan informasi subjektif dan objektif,

meliputi :(1) lokasi, intensitas, dan karakter nyeri; (2) tanda-tanda nonverbal, meliputi : wajah

meringis, posisi tubuh tegang, tampak terpejam, peningkatan pols, peningkatan atau

penurunan tekanan darah, pernafasan cepat dan dangkal. Klien dapat berasumsi bahwa

nyeri akan terjadi atau toleransi atau dapat menjadi ketakutan tergantung pengobatan

analgesik. Menanyakan dengan seksama dan mengkaji dapat memberikan informasi akurat

kepada perawat tentang status nyeri klien, dan berguna mengontrol rasa tidak nyaman klien.

11

Page 12: Askep CA Colon Fix

2. Tanyakan klien tentang skala nyeri dalam rentang 0 – 10 (0 = tanpa nyeri, 10 = nyeri

sangat). Catat derajat / tingkat nyeri. Nyeri bersifat pengalaman subjektif. Persepsi dan

respon klien terhadap nyeri berbeda-beda. Latar belakang keyakinan dan etnik dapat

mempengaruhi respon terhadap nyeri.

3. Kaji efektifitas penanganan nyeri ½ jam sesudah pemberian obat. Monitor efektifitas dan

efek yang merugikan. Penyesuaian dosis mungkin dibutuhkan untuk mengatasi nyeri tanpa

efek yang berbahaya.

4. Kaji luka dari tanda-tanda peradangan atau bengkak; kaji selang drainase dan kelancaran

selang. Kurangnya kontrol nyeri atau perubahan nyeri dapat berhubungan dengan distensi

organ yang terpasang NGT atau kateter urine atau dapat mengindikasikan andanya infeksi

atau abses.

5. Kaji distensi abdomen, tenderness, dan bising usus. Perdarahan intra-abdominal,

peritonitits, atau ileus paralitik dapat menyebabkan nyeri dan dapat membingungkan antara

nyeri yang diakibatkan oleh bekas insisi.

6. Pemberian obat-obatan nyeri diprioritaskan untuk aktifitas atau prosedur. Analgesik dapat

mengurangi rasa tidak nyaman klien, memberi rasa nyaman saat ambulasi.

7. Penanganan nonfarmakologik, seperti posisi, berbagai aktifitas, stimulus lingkungan,

inaginasi, dan teknik relaksasi. Teknik ini berguna untuk meningkatkan efek analgesia.

8. Bebat / tekan insisi dengan bantal, dan ajarkan klien bagaimana melakukannya saat batuk

dan bernafas dalam untuk mencegah komplikasi pernafasan berhubungan ketakutan akan

rasa nyeri. Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Klien yang disangka kanker

kolorektal akan dilakukan prosedur-prosedur diagnostik lanjutan berisiko defisiensi nutrisi

karena sering dilakukan prosedur persiapan untuk usus dan diet cairan.

Intervensi Keperawatan Pre-Operatif

1. Pastikan tanda-tanda valid untuk prosedur. Ini berguna bagi pasien dan anggota keluarga

untuk memahami prosedur dan kemungknan risiko dan keunggulan, sebaiknya alternatif

untuk persiapan prosedur. Penandatanganan format persetujuan khususnya untuk prosedur

sebagai dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju untuk dilakukan prosedur.

2. Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur, klarifikasi dan interpretasikan sesuai

kebutuhan. Beri instruksi apa yang diharapka selama periode postoperatif, meliputi

penanganan nyeri; pemasangan selang seperti NGT, IVFD, latihan pernafasan, reintroduksi

intake oral makanan dan cairan. Klien yang dipersiapkan dengan baik selama preoperatif

biasanya tidak cemas dan mampu lebih baik untuk menolong / mendukung perawatan

postoperatif. Persiapan adekuat juga mengurangi kebutuhan narkotik untuk analgesik dan

meningkatkan pemulihan klien.

3. Pemasangan NGT postoperatif. Meskipun sering dilakukan pemasangan di kamar bedah

hanya untuk pembedahan, NGT dapat dipasang terpasang preoperatif untuk membuang

sekresi dan mengosongkan isi lambung.

12

Page 13: Askep CA Colon Fix

4. Prosedur persiapan usus. Antibiotik oral dan pareteral sebaiknya kathartik dan enema /

ditelan dapat diberikan preoperatif untuk membersihkan usus dan mengurangi risiko

kontaminasi peritoneal oleh isi usus selama pembedahan.

Intervensi Keperawatan Post-Operatif

1. Perawatan rutin untuk klien bedah. Monitor tanda vital dan intake dan output, meliputi

drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan

perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan

integritas psikologi.

2. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari usus

menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi

kembalinya peristaltik.

3. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan posisi.

Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih cepat dan

mengalami beberapa komplikasi.

4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk membantu

batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau kolostomi adalah

bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi

pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.

5. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat, irigasi

dengan gentle/hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan postoperatif untuk

dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan

kelancaran penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.

6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai perubahan

atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase dapat berwarna

merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 – 3

hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat mengindikasikan

komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.

7. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi abdomminoperitoneal untuk

menghindari pemasangan temperatur rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya.

Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau

gangguan penyembuhan.

8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien dengan

suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya, kehilangan

elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien

berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan chloride; dan alkalosis

metabolik.

13

Page 14: Askep CA Colon Fix

9. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan.

Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi akibat

dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.

10.Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan

kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor distensi

abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan kembali perlahan-

lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.

11.Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.

12.Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk instruksi

diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang kemungkinan komplikasi

postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-

tanda dan gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.

Evaluasi :

Hasil yang diharapkan :

1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat

2. Mengalami sedikit nyeri

3. Meningkatkan toleransi aktivitas

4. Mencapai tingkat nutrisi optimal

- Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori

- Kram adomen berkurang

5. Keseimbangan tercapai

- Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual

- Berkemih sedikitnya 1,5 L/ 24 jam

6. Mengalami penurunan ansietas

- Mengungkapkan masalah dan rasa takut degan bebas

- Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres

7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah pulang.

- Mendiskusikan diagnosa, prosedur badah, dan perawatan diri Pascaoperatif

- Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi

8. Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal

- Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit periostomal

9. Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal

10. Tidak mengalami komplikasi

- Menggunakan antibiotik oral sesuai resep

- Bekerjasama dalam protokol pembersihan usus

- Tidak demam

- Bising Usus ada

- Lingkar abdomen adalam batas normal atau menurun

14

Page 15: Askep CA Colon Fix

- Tidak ada bukti perforasi atau pendarahan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESEKSI ANASTOMOSIS COLON

1. Definisi

Reseksi kolon adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh

kolon (Debakey, Michael E, 2009).

Saat reseksi kolon, bagian kolon yang mengalami gangguan diangkat dan dua bagian yang

sehat akan disambungkan kembali disebut end-to-end anastomosis. (Swierzewski, Stanley

J, 2001).

2. Perawatan Pasca Operasi

Pasien dengan pembedahan colorectal umumnya dirawat di rumah sakit selama 1 – 2

minggu (Schoetz et al, 1997). Namun dengan menggunakan pathway pemulihan, pasien

dengan pembedahan colorectal bisa keluar dari rumah sakit dalam 2 – 5 hari setelah

pembedahan (Wind et al, 2006).

a. Setelah kembali dari ruang pemulihan (Hari 0)

Setelah pasien kembali dari ruang pemulihan, temperatur, nadi, tekanan darah,

respirasi dan saturasi oksigen dimonitor secara ketat. Pasien diberikan cairan intravena

sesuai order, hindari normal salin dan idealnya dihentikan dalam 24 jam (Billyard et al,

2007).

Output urine melalui kateter urine dan dimonitor setiap jam. Output urine 1 – 3 ml/kg

BB/jam setelah 8 jam adalah hal yang normal. Penanganan nyeri biasanya diberikan

melalui epidural atau sistem patient-contolled analgesia (PCA). Mobilisasi dini adalah

penting untuk mengurangi komplikasi dari imobilitas, seperti infeksi dada. Pasien

dianjurkan untuk duduk di kursi selama 2 jam pada hari operasi untuk meningkatkan

pernapasan dalam (Francis, 2008).

Intake oral dianjurkan ± 1 liter dan makan diet normal. Pada awalnya pasien diberi

air putih, jika dapat ditoleransi diberikan minuman suplemen nutrisi dan diharapkan

mengkonsumsi 400 ml (Fearon, et al, 2005). Jika tidak mengalami mual dan muntah,

pasien dapat mengkonsumsi makanan padat.

b. Hari 1 Pasca Operasi

Observasi pasien secara teratur, pertahankan keseimbangan cairan dan

dokumentasikan jika buang air besar. Berat badan pasien juga ditimbang setiap hari

untuk menilai keseimbangan cairan. Infus dihentikan jika pasien toleransi terhadap

minum dan kateter urine biasanya dilepas. King et al (2006a) merekomendasikan agar

kateter dilepas pada hari 1 untuk reseksi kolon dan hari 3 untuk reseksi rektal. Infeksi

saluran kemih lebih mungkin terjadi jika kateter tetap terpasang selama lebih dari dua

15

Page 16: Askep CA Colon Fix

hari. Namun, hal ini perlu dipertimbangkan terhadap resiko komplikasi lain jika kateter

dilepas secara cepat. (Wald et al, 2008).

Test darah rutin setiap hari sampai hari ke-3 untuk memonitor darah lengkap, ureum

dan elektrolit. Analgesia melalui epidural atau PCA dan tambahan paracetamol pada hari

I, NSAIDs seperti Ibuprofen 400 mg tds ditambahkan dalam penanganan nyeri. NSAID

harus diberikan hati-hati pada pasien yang lebih tua dan riwayat gangguan ginjal (British

National Formulary, 2009), untuk kedua kelompok ini Oxycodone dapat digunakan..

Pasien dianjurkan mobilisasi dengan berjalan 4 kali sehari. Jika mereka cukup baik,

mereka idealnya duduk di kursi paling kurang 8 jam (Francis, 2008). Intake oral paling

kurang 2 liter termasuk minuman supplemen nutrisi, pasien harus mengambil makanan

sendiri untuk meningkatkan mobilitas dan kemandirian (Billyard et al, 2007).

c. Hari 2 dan 3 Pasca Operasi

Pada hari 2 dan 3 pasca operasi, perawat harus melakukan : observasi secara

teratur, pertahankan keseimbangan cairan, ganti kateter urine jika tidak dilepas pada hari

pertama, observasi luka, ganti balutan jika diperlukan, epidural atau PCA dihentikan pada

hari 2 dilanjutkan dengan analgesia oral, mobilitas dan diet seperti hari 1, pendidikan

pasien, ingatkan pasien tentang peran mereka dalam program pemulihan dan mulai

discharge planning. Hendry et al (2009) mengatakan bahwa pasien yang mencapai

tujuan peningkatan program pemulihan pasca operasi cenderung mengalami kemajuan

yang baik dan berpotensi mengalami pemulihan yang cepat.

3. Komplikasi Pasca Operasi

Pembedahan traktus gastrointestinal seringkali mengganggu proses fisiologi normal

pencernaan dan penyerapan. Komplikasi yang terjadi tergantung pada tingkat dan lokasi

pembedahan. Reseksi pada bagian proksimal tidak menimbulkan gangguan karena ileum

dan kolon meningkatkan absorpsi cairan dan elektrolit. Ileum yang tersisa terus

mengabsorbsi garam empedu sehingga hanya sedikit yang mencapai kolon. Sebaliknya, jika

reseksi pada bagian ileum, maka kolon akan menerima beban yang lebih besar terhadap

cairan dan elektrolit serta garam empedu yang mengurangi kemampuannya untuk

mengabsorpsi garam dan air, sehingga menyebabkan diare. Selain itu jika kolon direseksi,

kemampuan untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit sangat kurang.

(Jeejeebhoy, K. N, 2009).

16

Page 17: Askep CA Colon Fix

Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan berupa mual, muntah dan ileus pasca

operasi.

Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dalam 24 jam

pertama setelah pembedahan. (Zeitz, 2004). Jika pasien mengalami mual dan muntah,

mereka diberikan obat antiemetik untuk meningkatkan intake oral (Fearon, et al, 2005).

Jika dengan antiemetik, pasien masih tetap muntah, mengalami distensi abdomen, nyeri

abdomen meningkat, takikardia, maka ileus pasca operasi atau komplikasi lain perlu

dipikirkan.

Ileus Pasca Operasi

Post-operative ileus (POI) merupakan akibat dari pembedahan abdominal, terutama

setelah pembedahan kolon (De Castro et al, 2008). Kondisi ini biasanya tidak

mengancam kehidupan tetapi merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan

pasien dirawat lebih lama setelah menjalani pembedahan abdominal (Leiser, 2007).

Post-operative ileus (POI) didefinisikan sebagai gangguan motilitas usus setelah

pembedahan abdominal (Han-Geurts et al, 2007). Beberapa faktor yang menyebabkan

gangguan motilitas usus antara lain : inflamasi lokal intestinal, obat anestesi, overhidrasi,

analgetik pasca operasi dan mobilitas yang kurang.

17

Page 18: Askep CA Colon Fix

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S

DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL :

POST LAPPARATOMIE RESEKSIE ANASTOMOSIS HARI Ke-5

DI RUANG YOSEF 3 - SK KAMAR 303 BED 3

RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG

I. PENGKAJIAN

A. Pengumpulan Data

1. Data Umum

a. Identitas klien

Nama : Tn. S

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Swasta

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Status perkawinan : Kawin

Tanggal, jam masuk : 27-09-2010, pukul 15.00

Tanggal, jam pengkajian : 12-10-2010, pukul 10.00

No. Reg : R10019XXX

Diagnosa medis : Obs. Febris + abd. pain

Alamat : Jl. K.A, Jakarta Timur

b. Identitas keluarga/Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 32 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Hubungan dengan klien : Istri

Alamat : Jl. K.A, Jakarta Timur

18

Page 19: Askep CA Colon Fix

2. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Klien

1. Riwayat kesehatan sekarang

a. Alasan masuk rumah sakit.

Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan panas sudah 2 hari, panasnya

hilang timbul, dan mengeluh nyeri pada bagian perut.

b. Keluhan utama.

Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi sejak 5 hari yang lalu.

c. Riwayat penyakit sekarang.

Klien mengatakan keluhan nyari bertambah ketika klien batuk dan setelah

mendapat obat suntikan dan keluhan berkurang ketika klien beristirahat

sambil kaki ditekuk. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri dirasakan

pada daerah luka operasi dan nyeri terasa sampai ke anus. Klien mengatakan

nyeri yang dirasakan berada pada skala 5 (skala 0-10), yaitu nyeri sedang

dan mengganggu sebagian aktivitas. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba.

Skala nyeri :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala 0 : Tidak ada nyeri

Skala 5 : Nyeri sedang, mengganggu sebagian aktivitas.

Skala 10 : Nyeri sangat berat, tidak bisa beraktivitas.

d) Keluhan yang menyertai

Klien mengeluh mual, muntah, batuk dan lemas.

e) Riwayat kesehatan konservatif dan pengobatan klien sekarang.

Tindakan konservatif yang telah dilakukan pada klien adalah pemasangan

infuse dan kateter. Klien telah mendapatkan obat analgetik dan antibiotik.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a) Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat dan cuaca.

b) Riwayat rawat inap / penyakit sebelumnya

Klien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya, hanya klien

mengatakan dulu pernah kecelakaan dan berobat ke RS. C namun tidak

sampai dirawat.

c) Riwayat operasi

Klien mengatakan belum menjalani operasi sebelumnya.

19

Page 20: Askep CA Colon Fix

Tn. S42 th

d) Riwayat tranfusi

Klien mangatakan belum pernah mendapatkan tranfusi darah.

e) Riwayat pengobatan

Klien mengatakan obat yang sering diminum adalah panadol saat sakit kepala

dan promag saat mag-nya kambuh.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Riwayat penyakit anggota keluarga keturunan

lien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit

menular dan menurun.

2. Keadaan kesehatan di lingkungan rumah

Klien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya berada di daerah

perumahan padat penduduk.

3. Genogram 3 generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

3. Data Biologis

a) Penampilan umum :

Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, klien terpasang infus

(Combiflex) di lengan kiri, terpasang kateter urin, terpasang drain penrous, cairan

20

Page 21: Askep CA Colon Fix

berwarna kemerahan, klien tampak berbaring lemah di tempat tidur, ekspresi wajah

klien tampak sedih, aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.

b) Tanda- tanda vital

TD : 120/90 mmHg di lengan kanan

Suhu : 36,5 C / aksila kiri

Nadi : 76x / menit di ateri radialis kanan, teratur

Pernapasan : 18 x/ menit, pernapasan dalam dan teratur.

c) Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : dari 59 kg => 43 kg (turun sekitar 16 kg)

IMB : BB/ (TB) m2 = 43 / (1,6)2 = 16,7

Klien kategori : underweight.

d) Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik per system

1. Sistem Pernapasan

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak nafas, tidak ada kesulitan bernafas, klien

mengeluh ada batuk.

Inspeksi :

Tidak ada pernafasan cuping hidung ,tidak ada deviasi septum nasi, mukosa hidung

lembab, tidak ada sekret, tidak ada polip, klien tidak terpasang oksigen. Bentuk dada

simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi dada.

Pola irama pernafasan teratur, tidak ada dyspnea.

Palpasi :

Daerah sinus paranasalis tidak terdapat nyeri, vocal fremitus teraba sama pada kedua

lapang paru, tidak ada krepitasi.

Perkusi :

Terdengar bunyi sonor di semua lapang paru, batas parudi ics 1-6 kanan dan kiri.

Auskultasi :

Vesicular : terdengar hampir di seluruh lapang paru. Bronchial :terdengar di

suprasternal notch. Bronchovesikular : terdengar di percabangan trachea. Tidak ada

suara nafas tambahan. Vocal resonans:getaran teraba sama pada kedua lapang paru.

Masalaj Keperawatan : tidak ada masalah.

2. Sistem Kardiovaskular

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak minum alcohol dan tidak biasa merokok tidak ada nyeri dada

dan jantung tidak berdebar-debar.

Inspeksi :

21

Page 22: Askep CA Colon Fix

Ictus cordis tidak terlihat.Tidak ada edema, tidak ada clubbing of the finger, tidak ada

epitaksis (mimisan), tidak ada cyanosis.

Palpasi :

Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikularis kiri, getaran terasa, tidak ada thrill,

capillary refill time < 2 detik, tidak ada edema, ada fraktur di costae 6 kanan.

Perkusi :

Terdengar bunyi pekak. Batas jantung atas di ICS 2 linea sternalis kiri, dan batas

jantung bawah di ICS 5 linea midklavikularis kiri.

Auskultasi :

Bunyi jantung I terdengar lebih keras di ICS 4 linea sternalis kiri, tunggal, teratur.HR 74

x/mnt.Bunyi jantung II terdengar lebih keras di ICS 2 linea sternalis kanan, tunggal,

teratur.Tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak ada irama gallop.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.

3. Sistem Pencernaan

Anamnesa :

Klien mengatakan makan 3x sehari baik saat dirumah, klien baru mulai makan cair 4 x

400 cc. Klien mengatakan mual dan kurang nafsu makan, klien megatakan tidak ada

nyeri menelan. Klien minum susu ½ gelas (100 cc). Klien mengatakan BAB teratur saat

dirumah satu kali sehari, konsistensinya lembek dan tidak ada darah, namun selama

dirawat di rumah sakit belum pernah BAB sejak setelah operasi. Klien mengatakan ada

nyeri pada daerah perut, yaitu pada daerah luka operasi.

Inspeksi :

Bibir kering dan pecah-pecah, tidak ada stomatitis, lidah agak kotor, tidak ada gingivitis,

gusi tidak berdarah, tonsil T1, tidak ada caries, tidak ada gigi yang tanggal, bentuk

abdomen datar, tidak ada gambaran bendungan pembuluh darah vena, tidak ada spider

nevi, ada distensi abdomen, tidak ada hemoroid, tidak ada fisurra dan fistula, tampak

ada balutan luka operasi di perut dan terpasang drain silikon.

Auskultasi :

Bising usus 2 x/mnt, bunyi peristaltik usus lemah.

Palpasi :

Ada nyeri tekan di daerah perut yang paling dekat dengan luka operasi.

Perkusi : abdomen terdengar bunyi tympani.

Masalah keperawatan :

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan.

4. Sistem Perkemihan

Anamnesa :

22

Page 23: Askep CA Colon Fix

Klien mengatakan kebiasaan b.a.k dirumah 3-4 x sehari dan sekarang klien dipasang

kateter urin. Klien mengatakan sedikit minum, tadi minum 4 teguk dari botol.

Inspeksi :

Terpasang kateter urin, warna urine kuning, jumlah urin 100 cc.

Palpasi :

Tidak terkaji.

Perkusi :

Tidak terkaji.

Masalah keperawatan : resiko devisit volume cairan

5. Sistem Persyarafan

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak ada kesulitan, tidak ada pusing, tidak ada baal, tidak ada pelo

atau tidak jelas dalam berbicara. Daya ingat dan orientasi klien terhadap (waktu, tempat

dan orang) baik.

Inspeksi :

Bentuk muka simetris, mulut simetris, tidak ada spastic, tidak ada parese (kelemahan),

sensibilitas ekstremitas atas dan bawah baik yaitu klien dapat merasakan rangsangan

kapas, tajam dan tumpul.

Tingkat kesadaran: Kualitatif compos mentis .

Kuantitatif pada GCS 15 ( E=4, M=6, V=5 )

Uji Saraf Kranial

N I ( Olfaktorius) :klien dapat mencium dan mengidentifikasi bau

minyak kayu putih pada kedua lubang hidungnya

dengan mata tertutup.

N II ( Optikus ) :klien dapat membaca nama perawat pada

jarak 30 cm, lapang pandang klien jelas.

N III (Okulomotorius) :klien dapat menggerakkan kedua bola mata

kekanan dan kekiri mengikuti jari perawat.

N IV (Troklearis) :klien dapat menggerakkan kedua bola mata keatas

dan kebawah mengikuti jari perawat.

N VI (Abdusen ) : klien dapat menggerakkan kedua bola mata

memutar mengikuti jari perawat.

N V ( Trigeminal) : klien dapat mengunyah dengan baik.

N VII (Facialis) :klien dapat mengangkat alis mata, mengerutkan dahi, dan

tersenyum. Klien mampu membedakan rasa manis, asin, pahit.

N VIII ( Vestibulokoklearis) : klien dapat mendengarkan gesekan tangan

23

Page 24: Askep CA Colon Fix

perawat pada telinga kiri dan kanan.

N IX ( Glosofaringeus) : klien tidak ada nyeri menelan.

N X ( Vagus) : uvula berada di tengah, warna kemerahan.

N XI (Assesorius) : klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri saat

diberikan tahanan oleh perawat.

N XII (Hipoglossus) : klien tidak dapat menggerakkan atau menjulurkan

lidah kerena kesulitan untuk membuka mulut.

Refleks fisiologis:

Refleks bisep : +/+

Refleks trisep : +/+

Refleks patella : +/+

Refleks Patologis :

Refleks babinski : -/-

Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

6. Sistem Muskuloskeletal

Anamnesa :

Klien mengatakan aktivitas klien terbatas dan klien merasa lemas.

Inspeksi :

Ekstremitas atas simetris, ekstremitas bawah simetris, tidak ada atrofi. Rentang gerak /

range of motion (ROM) klien bebas. Bentuk collumna vertebralis simetris, klien tidak

terpasang gips, traksi, ada verband luka operasi di perut.

Nilai kekuatan otot :

5 5

5 5

Keterangan kekuatan otot :

5 : kekuatan kontraksi maksimal (dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan

maksimal).

4 : kekutan sedang (bisa bergerak melawan pemeriksaan dengan kekuatannya berkurang).

3 : kekuatan hanya cukup untuk mengatasi kekuatan gravitasi (bisa melawan gravitasi

tetapi tidak dapat melawan tahanan pemeriksa).

2 : kemampuan untuk menggerakkan tapi tidak dapat mengatasi kekuatan gravitasi.

1 : kekuatan kontraksi minimal (terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan sendi).

0 : ketidakmampuan sama sekali dalam melakukan kontraksi.

Palpasi :

24

Page 25: Askep CA Colon Fix

Tidak ada nyeri tekan pada proccesus spinosus, tidak ada nyeri tekan pada daerah

servical sampai lumbo sacral.

Masalah keperawatan : keterbatasan aktivitas.

7. Sistem Panca Indera

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak menggunakan kacamata, dan tidak ada gangguan penglihatan.

Klien juga mengatakan tidak menggunakan alat bantu mendengar dan tidak ada

gangguan dalam pendengaran.

Inspeksi :

Pinna utuh dan simetris, kanalis auditorius eksternal terlihat agak kotor, refleks cahaya

politzer +/+, membran tympani terlihat utuh, battle sign tidak ada, tidak ada cairan atau

darah yang keluar dari telinga, tidak ada gangguan penciuman, dan pengecapan di

sistem lain. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, palpebra tidak ada ptosis,

tidak ada hematoma dan tidak ada benjolan. Bulu mata : tidak ada trikhiasis, madarosis,

pupil isokor, reaksi cahaya +/+ (normal), diameter 3 mm.

Palpasi :

TIO tekanan terabasama kiri dan kanan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

8. Sistem Endokrin

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak sering kencing, tidak sering minum ataupun sering makan, dan

tidak sering berkeringat banyak. Klien mengatakan tidak pernah punya luka yang lama

sembuh.

Inspeksi :

Bentuk tubuh klien normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran

di ujung-ujung ekstremitas, dan tidak ada lesi ataupun luka gangren.

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

9. Sistem Reproduksi

Anamnesa :

Klien baru memiliki 1 anak, dan klien tidak berganti-ganti pasangan.

Inspeksi :

Genitalia bersih dan tidak ada bau.

Palpasi :

Tidak ada benjolan / massa dan tidak ada lesi pada area mamae. Tidak ada

gynaecomastia.

25

Page 26: Askep CA Colon Fix

Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

10. Sistem Integumen

Anamnesa :

Klien mengatakan tidak ada gatal atau panas, dan rambut tidak rontok.

Inspeksi :

Rambut bersih, warna hitam, distribusi merata, bentuk kuku normal. Kulit agak kering,

warna kulit sawo matang. Tidak terdapat bullae, pustula, ptechiae maupun ekimosis.

Tampak ada luka operasi di perut klien, dan terpasang drain di perut bagian kanan.

Palpasi :

Tekstur kulit kering, kulit tidak begitu lembab. Turgor kulit elastis (kembali dengan

cepat setelah di cubit).

Masalah keperawatan : resti infeksi.

4. Data Psikologis

a. Status emosi : terkendali dan stabil, ekspresi wajah klien tampak sedih.

b. Konsep diri

Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, terlebih

kalau klien gemuk.

Harga diri : Klien mengatakan sudah puas denagn perannya saat ini.

Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan bisa kembali bekerja lagi.

Identitas diri : Klien seorang laki-laki, sudah menikah dan memiliki 1 anak.

Peran : Klien mengatakan perannya sebagai suami dan pegawai swasta

sudah tercapai.

Gaya komunikasi : Tenang, berespon dan bicara klien jelas.

Pola Interaksi : Klien dekat dengan istri dan teman-teman kerjanya.

Pola mengatasi masalah : kalau ada masalah klien mengatakan memilih untuk bercerita

kepada istri.

5. Data Sosio – Spiritual

a. Pendidikan/pekerjaan: Lain-lain / klien seorang pegawai swasta.

b. Hubungan sosial : Klien sering berinteraksi dengan suami dan sahabatnya.

c. Sosial dan Kultur : Budaya jawa-betawi.

d. Gaya hidup : Klien suka mengikuti kegiatan sosial, dan kadang ikut

berseperada ria

e. Arti kehidupan : Anugrah dari yang Kuasa.

f. Arti kematian : Merupakan awal dari kehidupan baru.

26

Page 27: Askep CA Colon Fix

g. Arti sehat : Merupakan suatu anugrah yang harus disyukuri.

h. Arti sakit : Merupakan suatu ujian dari Tuhan.

i. Hubungan dengan Tuhan : Klien menjalankan sholat 5 waktu, tapi sering bolong-

bolong.

j. Harapan tentang sehat sakit : ingin cepat sembuh dan sehat serta bisa beraktivitas

kembali.

k. Kegiatan agama yang diikuti : tidak ada.

6. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

Klien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya merupakan suatu penyakit yang cukup

berat.

7. Data Penunjang

a) Laboratorium

Hematologi (27-09-2010)

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin

Leukosit

Trombosit

Kimia:

Glukosa Sewaktu

11,1

13.900

469.000

85

13,9 – 18 gr/dl

5000 – 10.000 /UL

150.000 – 450.000 /UL

Bukan DM : < 110

Belum pasti DM : 110-199

DM : >= 200

Kimia (27-09-2010)

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

SGOT (AST)

SGPT (ALT)

Gamma GT

Ureum

Kreatinin (darah)

Kalium (darah)

Natrium (darah)

Calcium (darah)

Chlorida

Magnesium

15

26

81

18

0,8

3,5

129

8,5

94

2,0

15 – 37 U/L

30 – 65 U/L

5 – 85 U/L

10 – 50 mg/dl

< 15 mg/dl

3,5 – 5,3 mmol/L

135 – 145 mmol/L

8,1 – 10,4 mg/dl

98 – 107 mmol/dl

1,8 – 2,4 mg/dl

27

Page 28: Askep CA Colon Fix

Hematologi (28-09-2010)

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Laju Endap Darah 1 jam 82 < 10 mm/1 h

Hitung jenis (diff count)

Net. Segmen

Limfosit

Monosit

74%

16%

10%

50-70%

20-40%

2-8%

Faeces (29-09-2010)

Faeces rutin (analisa tinja)

Makrokopis Mikroskopis Pencernaan

Konsistensi : lembek

Lendir : negative

Darah : negative

Nanah : negative

Leukosit : 0-1

Eritrosit : 0-1

Telur cacing : negative

Amoeba colli : negative

Amoeba histolitica : negative

Amylum : negative

Lemak : negative

Serat tumbuhan : positive

Serat obat : positive

Benzidin Test Positive Normal : negative

Hematologi (04-10-2010)

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 11,2 13,9 – 18 gr/dl

Hematologi (04-10-2010)

Nama pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Laukosit

Hematrokit

9.900

38

5000 – 10.000 / UL

40 – 54%

Hematologi (06-10-2010)

Nama Pemeriksan Hasil Nalai Rujukan

Hemoglobin

PTT

Protrombin Time

11,1

26,7

Kontrol: 27,7

12,2 INR: 1,06

13,9 – 31,8 detik

21,2 – 31,8 detik

Kontrol: 22,3 – 0,1 detik

8,01 – 12,0 detik

28

Page 29: Askep CA Colon Fix

Kontrol: 12,6 Kontrol: 10,4 – 14,00 detik

Hematologi (07-10-2010)

Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin

Hematokrit

10,4

31

13,9 – 18 gr/dl

40 – 54%

Urine (10-10-2010)

Urine : Makroskopis

Urine Kimia Hasil Nilai Normal Sedimen Nilai Nomal

Glukosa

Bilirubin

Keton

Berat jenis

pH

Protein

Urobilinogen

Nitrit

Blood

Leukosit

Negative

Negative

40 mg/dl

>= 1,030

5,5

100 mg/dl

0,2 Eu/dl

Positive

Large

Negative

Negative

Negative

< 5 mg/dl

1,001 – 1,035

4,6 – 8,0

< 30 mg/dl

< 1,0 Eu/dl

Negative

Negative

Negative

Sel epitel : 3-4

Leukosit : 1-3

Eritrosit : banyak

Silinder : hyalin (+)

Kristal : -

Bakteri : +++

-

< 5 LPB

< 5 LPB

-

-

-

b) Radiologi

Thorax (27-09-2010)

Cor normal.

Hilus normal. Corakan bronkhovaskuler dan parenkim kedua paru normal, sinus dan

diafragma normal.

Struktur skeletal dinding thorax osteopeni. Post fraktur posterior kostae 6 kanan.

Vertebra thorax skoliosis dengan konveksitas kurva skoliosis kekanan.

Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal. Tidak dijumpai KP aktif/pneumonia.

Skoliosis thorakalis. Osteopeni. Post fraktur posterioir kostae 6 kanan.

USG Abdomen (27-09-2010)

Klinis : nyeri perut.

Kesan :

Early parenchymal liver disease.

Polip kecil dinding posterioir KE dengan diameter 2,3 mm.

29

Page 30: Askep CA Colon Fix

Kolitis pada caecum dengan reaktif limfadenopati ringan disekitarnya. DD/Crohn’s

disease.

Tidak dijumpai kelainan pada USG lien, pankreas, ginjal bilateral, VU, aorta dan prostat.

Patologi (30-09-2010)

Makroskopis : jaringan sedikit, warna kecoklatan sc.

Mikroskopis : keping lapisan epitel silindris bersel goblet yang masih dalam batas normal,

dengan keping-keping stroma jaringan ikat fibrovaskuler bersebukan masif sel sedang

MN, PMN (banyak eosinofil) dan makrophag.

Pada sediaan ini tidak tampak tanda-tanda ganas.

Kesimpulan: gambaran histopatologi lebih kearah ulcerative colitis.

Colonoscopy (30-09-2010)

Massa a/r caecum – colon ascenden ec susp. Ca.

Pemeriksaan CT Scan abdomen dilakukan tanpa dan post kontras iv fase arterioportal

dan portalvenous dari puncak diafragma sampai perineum.

Kesimpulan:

Annular carcinoma daerah caecum dan colon ascenden proximal sepanjang 8 cm

perluasan ke illeum terminale, telah menembus tunica serose menginfasi jaringan fat

pericolon, metastasis ke KGB pericolon. Jumlah > 6, tidak tampak metastase ke

peritoneum atau hepar.

Kandung empedu, pankreas, limpa, adrenal kiri kanan, dan ginjal kiri kanan tidak tampak

kelainan.

TNM staging : T3 N2b.

c) Terapi

Terapi oral :

Mucosta 3 x 1 tab.

Vioquin 500 mg 2 x1 tab.

Ultracet 2 x 1 tab.

OMZ 2x1 caps.

Terapi injeksi :

OMZ 20 mg 2x1

Vomceran 8 mg 2x1

Gracef 1 gr 1x1

Flagil 500 mg 2x1

d) Terapi parenteral : Combiplex 1000 cc, 63 cc/jam

30

Page 31: Askep CA Colon Fix

e) Diit : 4 x 100 cc cair.

f) Acara infus : RL 30 tetes/menit.

g) Mobilisasi : duduk.

Lampiran Terapi :

1. Nama obat : OMZ

Golongan : Antacid, antiulcerants

Dosis : 2 x 20 mg

Indikasi : Ulkus duodenal danlambung, refluks esofagus, sindroma Zollinger-Ellison

Kontra indikasi : Keganasan jika diduga ulkus gaster.

Efek samping : Jarang, gangguan GI, sakit kepala, ruam kulit.

2. Nama obat : Vomceran

Golongan : Antiemetic

Dosis : 2 x 8 mg

Indikasi : Mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi pada pasien dengan

kanker, pencegahan mual dan muntah post operasi.

Kontra indikasi : Hamil, laktasi.

Efek samping : Konstipasi, sakit kepala, muka kemerahan atau terasa hangat,

peningkatan sementara kadar transaminase serum, ruam.

3. Nama obat : Gracef

Golongan : Sefalosporin

Dosis : 1 x 1 gr

Indikasi : Infeksi saluran nafas dan THT, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi,

genitalia, abdominal, sepsis, endokarditis, meningitis.

Kontra indikasi : Hipersensitif.

Efek samping : Reaksi hipersensitifitas, efek GI, super infeksi, nyeri pada tempat injeksi,

flebitis, leukopenia ringan, eosinofilia, neutropenia.

4. Nama obat : Flagyl

Golongan : 2 x 500 mg

Dosis : Antibiotic.

Indikasi : Uretritis dan vaginitis, amubiasis, pencegahan infeksi anaerob pasca

operasi, giardiasis.

Kontra indikasi : Hamil trimester pertama.

Efek samping : gangguan GI, anoreksia, nyeri ulu hati, konvulsi, neurupati perifer, rasa

31

Page 32: Askep CA Colon Fix

tidak enak pada mulut, lidak rasa berbulu, utukaria, ruam kulit, pruritis,

angioedema ringan, jarang: syock analfilaksis.

B. Pengelompokan Data

Data Subyektif Data Obyektif

Klien mengeluh nyeri pada daerah luka

bekas operasi

Klien mengeluh nyeri bertambah ketika

klien batuk

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

berada pada skala 5 (nyeri sedang)

Klien mengatakan nyeri terasa sampai ke

anus

Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti

ditusuk-tusuk

Klien mengatakan kemarin muntah

Klien mengeluh mual dan kurang nafsu

makan

Klien mengeluh perut terasa tidak enak

Klien mengeluh lemas

Klien mengatakan aktivitasnya terbatas

Klien mengeluh batuk

Klien mengatakan sedikit minum

Klien mengatakan takut melihat luka

operasinya

Klien tampak meringis kesakitan

Tampak ada luka operasi di perut

Klien tampak takut saat diganti verban

Ada cairan pada luka operasi saat diganti

verban

Terpasang drain penrous, cairan berwarna

kemerahan

Klien tampak berbaring lemah di tempat

tidur

Klien minun susu ½ gelas (100 cc)

Terpasang infus untuk nutrisi perenteral :

Combiflex 63 cc/jam

Acara infus: RL 30 tetes/mnt

Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan

keluarga

Klien minum dari botol 4 teguk

Bibir tampak kering dan pecah-pecah

BB klien 16 kg, menjadi 43 kg

IMT klien 16,7 (kategori underweigh)

TTV :

TD : 120/90 mmHg

S : 36,5 oC

N : 76 x/mnt

RR : 18 x/mnt

Data Etiologi Masalah

32

Page 33: Askep CA Colon Fix

DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah

luka operasi

Klien mengatakan nyeri bertambah

saat batuk

Klien mengatakan nyeri yang

dirasakan berada dalam skala 5

(nyeri sedang)

Klien mengatakan nyeri dirasakan

seperti ditusuk-tusuk.

DO :

Klien tampak meringis kesakitan

Klien tampak takut saat diganti

verban

TTV :

TD : 120/90 mmHg

S : 36,5 oC

N : 76 x/mnt

RR : 18 x/mnt

Ca Colon

Tindakan Reseksie Anstomosis

Terputusnya kontinuitas jaringan

Mengeluarkan mediator kimia(histain, bradikinin, prostaglandin,

serotonin)

Merangsang ujung-ujung saraf sekitar

Hipothalamus

Corteks Cerebri

Dipersepsikan menjadiNyeri

Gangguan rasa nyaman : nyeri.

DS : Klien mengatakan kemarin muntah

Klien mengeluh mual dan kurang

nafsu makan

Klien mengeluh perut terasa tidak

enak

DO : Klien minun susu ½ gelas (100 cc)

Terpasang infus untuk nutrisi

perenteral : Combiflex 63 cc/jam

BB klien 16 kg, menjadi 43 kg

IMT klien 16,7 (kategori underweigh)

Terputusnya kontinuitas jaringan

Nyeri

Tekanan intraabdominal meningkat

Menekan pusat makanan di Hipothalamus

Lambung

N. Vagus

N. Aferen

Pusat lapar dipersepsikan

Mual, anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

33

Page 34: Askep CA Colon Fix

DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah

luka bekas operasi

Klien mengatakan nyeri terasa

sampai ke anus

Klien mengatakan nyeri terasa

sampai ke anus

DO :

Tampak ada luka operasi di perut

Ada cairan pada luka operasi saan

diganti verban

Terpasang drain penrous, cairan

berwarna kemerahan

Tindakan reseksie anastomosis

Terputusnya kontinuitas jaringan

Luka operasi

Port d’ entry mikroorganisme

Masuknya kuman, bakteri pada luka

Resiko terjadi infeksi

Resti terjadinya infeksi.

DS : Klien mengatakan sedikit minum

Klien mengatakan kemarin muntah

DO : Klien minum dari botol 4 teguk

Bibir tampak kering dan pecah-

pecah.

Acara infus: RL 30 tettes/mnt

Tekanan intra abdominal meningkat

Menekan pusat makanan di hipothalamus

N. Vagus

Mual, anoreksia(kurang makan, kurang minum)

Menekan refleks vagal

muntah

kekurangan cairan

Resiko devisit volume cairan.

DS : Klien meneluh lemas Klien mengatakan aktivitasnya

terbatas

DS : Klien tampak berbaring lemah di

tempat tidur Aktivitas klien dibantu oleh perawat

dan keluarga

Terputusnya kontinuitas jaringan

Mengeluarkan mediator kimia dan asam laktat

Metabolisme anaerob meningkat

Nyeri, lemas

Aktivitas terbatas

Keterbatasan aktivitas.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d terputurnya kontinuitas jaringan.

2. Kebtuhan nutrisi kurang dari keutuhan tubuh b.d mual dan anoreksia.

3. Resti terjadnya infeksi b.d port de entry.

4. Resiko devisit volume cairan b.d muntah dan asupan cairan inadekuat.

34

Page 35: Askep CA Colon Fix

5. Keterbatasan askivitas b.d kelemahan fisik.

35

Page 36: Askep CA Colon Fix

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No TANGGALDIAGNOSA

KEPERAWATAN PERENCANAAN

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL1 12-10-2010 Gangguan rasa

nyaman: nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan.

DS : Klien mengeluh

nyeri pada daerah luka operasi

Klien mengatakan nyeri bertambah saat batuk

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berada dalam skala 5 (nyeri sedang)

Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.

DO : Klien tampak

meringis kesakitan Klien tampak takut

saat diganti verban TTV :

TD : 120/90 mmHgS : 36,5 oCN : 76 x/mntRR : 18 x/mnt

Rasa nyeri klien berkurang atau hilang dalam jangka waktu 6 x 24 jam, dengan kriteria : Nyeri berkurang sampai

dengan hilang. Wajah klien tampak rileks. Klien dapat bergerak

bebas tanpa nyeri

Kaji keluhan nyeri , catat lokasi, dan intensitas nyeri (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda- tanda rasa sakit yang non verbal

Berikan posisi yang nyaman atau tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

Obervasi TTV (TD, nadi, suhu, RR) tiap 6 jam.

Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya: relaksasi progresif, tarik napas dalam, dan sentuhan terapetik.

Ajarkan teknik distraksi : mendengarkan musik, membaca, dll.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Kolaborasi pemberian analgetic sesuai indikasi dokter.

Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri

Posisi yang nyaman dapat mengurangi stres pada area insisi. Tirah baring diperlukan untuk membatasi nyeri.

Pemantauan cermat diperlukan untuk menentukan tatus dan melacak setiap perubahan.

Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.

Distraksi merangsan thalamus, yang dapat meningkatkan endofin yang mengubah transmisi nyeri.

Situasi yang tenang membuat klien rileks, sehingga nyeriberkurang.

Pemberia terapi analgetic dapat mengurangi rasa nyeri.

36

Page 37: Askep CA Colon Fix

2 30/06/2010 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan anoreksia.

DS : Klien mengatakan

kemarin muntah Klien mengeluh

mual dan kurang nafsu makan

Klien mengeluh perut terasa tidak enak

DO : Klien minun susu ½

gelas (100 cc) Terpasang infus

untuk nutrisi perenteral : Combiflex 63 cc/jam

BB klien 16 kg, menjadi 43 kg

IMT klien 16,7 (kategori underweigh)

Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam, dengan kriteria : Klien mampu

menghabiskan 1 porsi makan.

Klien tidak mengeluh mual.

Kaji keluhan mual yang dialami klien.

Observasi bagaimana cara makan dihidangkan.

Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

Catat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Memberikan umpan balik positif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya.

Jelaskan mamfaat makanan atau nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit

Berikanoral hygiene sebelum makan

Berikan obat-obatan antiemetic atau antacid sesuai program dokter.

OMZ 2x1Vomceran 8 mg 2x1

Mengatasi rasa mual yang dialami klien

Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien.

Menghindari mual dan muntah

Mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Memotivasi dan meningkatkan semangat pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat

Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.

Mengurangi rasa mual dan diharapkan intake nutrisi meningkat.

37

Page 38: Askep CA Colon Fix

3 12-10-2010 Resti terjadinya infeksi b.d port de entry

DS : Klien mengeluh

nyeri pada daerah luka bekas operasi

Klien mengatakan nyeri terasa sampai ke anus

Klien mengatakan nyeri terasa sampai ke anus

DO : Tampak ada luka

operasi di perut Ada cairan pada luka

operasi saan diganti verban

Terpasang drain penrous, cairan berwarna kemerahan

Tidak terjadi infeksi di daerah luka operasi dan sekitar luka drain silokon dalam waktu 6 x 24 jam, dengan kriteria : Luka operasi kering Tidak ada tanda-tanda

infeksi Suhu tubuh dalam batas

normal (36 - 37,5 oC)

Kaji tanda-tanda infeksi, seperti ada tidaknya pus, merah, bengkak, panas, dan kematian jaringan.

Pantau TTV dan kualitas nyeri.

Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler.

Pertahankan alat tenun tetap bersih.

Lakukan cuci tangan yang baik dan peraatan luka aseptik.

Ganti verban setiap hari dengan prinsip steril.

Lihat luka post operasi dan balutan, catat karakteristik drainase lukaatau drain adanya eritema.

Kolaborasi pemberian terapi antibiotik : Gracef 1 x 1 gr.

Jelaskan tentang kondisi kesehatan klien kepada klien atau keluarga.

Dengan adanya infeksi dapat memberikan informasi perubahan perkembangan kesehatan.

Untuk mendeteksi adanya infeksi (respon inflamasi)

Untuk mengurangi ketegangan pada otot abdominal.

Memberikan kenyamanan pada klien dan mengurangi transmisi mikroorganisme.

Menurunkan resiko penyebaran bakteri (mikroorganisme).

Balutan dapat melindungi luka dari masuknya mikroorganisme.

Memberikan defeksi dini terjadinya proses infeksi, pengawasan penyembuhan luka.

Obat-obat antibiotik dianjurkan untuk menekan perkembangan mikroba dan bakteri.

Pengetahuan tantang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi klien.

38

Page 39: Askep CA Colon Fix

4 12-10-2010 Resiko devisit volume cairan b.d muntah dan asupan cairan yang inadekuat

DS : Klien mengatakan

sedikit minum Klien mengatakan

kemarin muntah

DO : Klien minum dari

botol 4 teguk Bibir tampak kering

dan pecah-pecah.Terpasang infus.

TTV :TD : 120/90 mmHgS : 36,5 oCN : 76 x/mntRR : 18 x/mnt

Keterbatasan aktivitas

Tidak terjadi defisit volume cairan tubuh dalam waktu 4 x 24 jam, dengan kriteria : Bibir klien tidak kering dan

pecah-pecah. Suhu tubuh normal 36,5-

37,5 0C. Nadi 60-100 x/mnt. Tekanan darah dalam

rentang normal (100/70 – 120/80 mmHg).

Aktivitas klien terpenuhi

Kaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital

Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik

Monitor intake – output tiap 4 jam

Monitor tetesan infus klien tiap 2 jam

Berikan cairan intravena Asering 20 tts/mnt sesuai program dokter.

Anjurkan pasien untuk banyak minum (2000-2500ml).

Menetapkan data dasar pasien

Untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya

Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan untuk mengetahui keseimbangan cairan

Tetesan infus yang lancar memberikan kebutuhan cairan klien yang adekuat

Penting bagi klien yang mengalami kekurangan cairan tubuh, karena cairan langsung kedalam pembuluh darah.

Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

Untuk mengetahui keadaan

39

Page 40: Askep CA Colon Fix

5 12-10-210 b.d kelemahan fisik.

DS : Klien mengeluh lemas Klien mengatakan

aktivitasnya terbatas

DS : Klien tampak

berbaring lemah di tempat tidur

Aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga.

selama perawatan, dengan kriteria : Kebutuhan personal

hygiene klien terpenuhi secara mandiri.

Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara optimal.

Aktivitas tidak memerlukan bantuan orang lain

Kaji tingkat immobilisasi klien

Dekatkan barang-barang yang diperlukan klien

Tingkatkan aktivitas perawatan diri klien dari perawatan diri parsial sampai lengkap sesuai indikasi.

Anjurkan klien agar mobilisasi secara aktif ditempat tidur.

Rencanakan priode istirahat teratur sesuai jadwal harian klien

Identifikasi dan dorong kemajuan klien pertahankan catatan perkembangan.

Jelaskan kepada klien pentingnya mobilisasi.

Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas klien.

klien, sehingga dapat mengetahui perubahan perkembangan kemampuan aktivitass klien

Uempermudah klien dalam mengambil barang kebutuhannya.

Partisipasi klien dalam perawatan diri memperbaiki fungsi fisiologisnya dan mengurangi kelelahan akibat ketidak aktifan, dan juga memperbaiki harga diri dan kesejahtraan klien

Memulihkan kondisi klien secara bertahap

Periode istirat teratur memungkinkan tubuh untuk menghemat dan memulihkan energi.

Dorongan dan realisasi kemajuan dapat memberi klien inisiatif untuk melanjutkan kemajuan.

Membantu mempercepat pemulihan, melancarkan peredaran darah.

Keluarga dapat kooperatif dalam membantu memenuhi kebutuhan klien dan proses penyembuhan.

40

Page 41: Askep CA Colon Fix

IV. IMPEMENTASI KEPERAWATAN

No.

Tanggal DK Jam Implementasi Nama & TTD

1. 12-10-2010 I,II,III

II

V

I,III

II

I,III

I

I,III,IV

07.50

08.00

08.15

08.50

09.00

09.30

10.00

11.00

Mengobservasi klien, KU klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, terpasang infuse untuk Combiplex di lengan kiri tetsan lancar. Terpasang kateter urin, terpasang drain penrous, cairan berwarna kemerahan. Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi dan ada mual.R : Klien tampak terbaring lemah di

tempat tidurH : Klien kooperatif dengan sapaan.

Memberikan terapi injeksi : OMZ 2x20 mg dan Vomceran 2x8 mg pada klien via IV bolus.R : Klien menerima terapi sesuai petunjukH : Klien tampak lebih tenang

Membantu memandikan klien di tempat tidur.R : Klien kooperatifH : Klien merasa lebih segar.

Merapihkan dan membersihkan tempat tidur dan lingkungan klien.R : Klien kooperatifH : Tempat tidur dan lingkungan tampak

rapi.

Mengobservasi makan pagi klien. R : Klien mengatakan masih ada mual.H : Klien makan cair (susu) ½ gelas

(100 cc)

Melakukan ganti verban klien. Luka tampak bersih, ada cairan (pus) saat ditekan, luka dibersihkan dengan NS 0,9% kemudian oles dengan bethadine 10% dan tutup dengan Bactigras.R : Klien tampak takut dan kesakitan.H : Luka dan verband tampak lebih bersih. Melakukan Pengkajian.R : Klien kooperatif saat anamnesa dan pemeriksaanH : Data pasien didapatkan.

Mengukur TTV klien:R : Klien kooperatifH : TD: 120/90 mmHg

N: 82 x/mntS: 37 oC

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

41

Page 42: Askep CA Colon Fix

2. 13-10-2010 III

V

I,III

II,IV

I,III

I,V

I,III,IV

II

07.50

08.00

08.40

09.00

10.00

10.30

11.00

12.30

Mengobservasi klien: KU tampak sakit sedang, kesadaran: CM, terpasang infus RL 30 tets/mnt di lengan kiri, tetesan lancar, terpasang kateter urin, terpasang drain penrous, cairan berwarna kuning kemerahan. Klien mengatakan nyeri sedikit bekurang hanya terasa sesaat ketika diberikan obat, mual masih ada.R :Klien kooperatif dengan pertanyaan

dan jawaban.H : Klien masih terbaring di tempat tidur.

Membantu memandikan klien di tempat tidur.R : Klen kooperatif saat dimandikanH : Klien tampak lebih segar setelah dimandikan

Mengganti alat tenun kemudian merapihkan tempat tidur.R : Klien kooperatif untuk miring kanan

dan kiriH : Tempat tidur bersih dan rapi.

Mengobservasi makan pagi dan minum klien, klien sudah mulai diet bubur saring.R : Klien mengatakan masih sedikit-sedikit

makannya.H : Klien menghabiskan ¼ porsi bubur

sumsum dan mengatakan sudah minum sebanyak 4 teguk dari botol.

Melakukan ganti verband klien. Luka tampak bersih, masih ada pus saat ditekan. Luka dibersihkan dengan NS 0,9%, kemudian dioles bethadine 10% dan ditutup dengan bactigras.R : Klien tampak meringis menahan sakit.H : Luka dan verband menjadi bersih.

Melepas kateter urin klien.R : Klien merasa takut dan kesakitan.H : Klien masi merasa nyeri di daerah

saluran kencing.

Mengukur TTV klien.R : Klien kooperatifH : TD: 120/90 mmHg

N: 80 x/mntS: 36,8 oC

Mengobservasi makan siang klien.R : Klien masih sedikit-sedikit makannyaH : Klien menghabiskan ¼ porsi bubur.

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

42

Page 43: Askep CA Colon Fix

3. 14-10-2010 I,IV

V

I,III

II,IV

I,III

I,IV

II

07.50

08.00

08.40

09.00

09.30

11.00

12.00

Mengobservasi klien: KU tampak sakt sedang, kesadaran CM. Terpasang infus RL 30 tetes/mnt di lengan kiri, tetesan lancar. Masih terpasang kateter urin dandrain penrous, cairan berwarna kekuningan. Keluhan: nyeri sudah berkurang, mual tidak ada, hanya makan masih sedikit-sedikit sambil belajar makan.R : Klien kooperatifH : Klien sudah tampak lebih segar.

Membantu memandikan klien di tempat tidur.R : Klien kooperatif saat dimandikan.H : Klien tampak lebih segar.

Merapihkan tempat tidur dan lingkungan.R : Klien kooperatif saat dirapihkan.H : Tempat tidur dan lingkungan tampak

lebih rapi.

Mengobservasi makan dan minum klien.R : Klien kooperatif menjawab.H : Klien makan pagi bubur sumsum habis

½ porsi, klien pagi ini sudah minum susu ½ gelas dan air putih ½ gelas.

Membantu mengganti verban klien. Luka tampak bersih, masih ada sedikit pus saat ditekan. Luka dibersihkan dengan NS 0,9% dan dioles dengan bethadine 10%.R : Klien masih sedikit menahan sakit saat

luka ditekan.H : Luka dan verband menjadi lebih bersih.

Mengobservasi TTV klien.R : Klien kooperatif saat diukur TTV.H : TD: 110/80 mmHg

N: 78 x/mntS: 37,0 oC

Memberikan obat oral pada klien : mucosta (antacid, antiulcerant) 3x1 tab.R : Klien belum selesai makan siang.H : Klien mau meminum obat setelah

makan siang.

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

Rendry

43

Page 44: Askep CA Colon Fix

V. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal DK Evaluasi Nama& TTD

12-10-2010 I S : klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi

O: klien tampak meringis kesakitan

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

II S : klien mengatakan mual dan perut terasa tidak enak

O: - klien makan cair habis ½ gelas (100 cc)

- klien masih tepasang nutrisi parenteral Combiplex

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

III S: klien mengatakan takut saat diganti verban

O: ada luka post operasi di perut dan ada luka pemasangan

drain penrous, dan keluar banyak pus saat luka ditekan

A: masalah belum teratasi.

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

IV S: klien mengatakan masih sedikit minum

O: bibir dan kulit klien terlihat kering

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Roma

V S: klien mengatakan lemas

O: - klien terbaring di tempat tidur

- aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga

A:masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

13-10-2010 I S: klien mengatakan masih ada nyeri di daerah luka operasi

O: klien tampak meringis kesakitan saat diganti verban

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

II S: klien mengatakan masih ada mual

O: klien hanya menghabiskan ¼ porsi bubur

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

III S: klien mengatakan sakit ketika luka ditekan untuk

mengeluarkan pus

O: ada pus saat luka operasi ditekan

A: masalah belum teratasi

Rendry

44

Page 45: Askep CA Colon Fix

P: intervensi dilanjutkan

IV S: klien mengatakan minumnya masih sedikit

O: - klien munum hanya 4 teguk dari botol

- terpasang infus RL 30 tetes/mnt

- bibir dan kulit klien kering

A: masalah sudah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

V S: klien mengatakan masih lemas

O: klien masih terlihat lemas dan aktivitas masih dibantu

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

14-10-2010 I S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang

O: wajah klien tampak lebih rileks

A: masalah teratasi sebaian

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

II S: klien mengatakan sudah tidak ada mual, hanya makan baru

belajar sedikit-sedikit

O: klien menghabiskan ¼ porsi bubur

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

III S: klien mengatakan masih ada nyeri saat luka ditekan

O: masih ada sedikit pus dari luka operasi

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

IV S: klien mengatakan belum terlalu banyak minum

O: klien pagi minun ½ gelas

masih terpasang infus RL 30 tetes/mnt

bibir klien masih tampak kering

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

V S: klien mengatakan sudah tidak lemas

O: klien sudah mulai berjalan-jalan

aktivitas klien masih dibant sebagian

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

Rendry

45

Page 46: Askep CA Colon Fix

BAB IVPENUTUP

V.1 Kesimpulan

Kanker Kolorectal adalah keganasan di kolon / rectum. Colorectal Cancer atau lebih

dikenal sebagai Ca Colon dan rectal, adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada colon,

rectum, dan appendix. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang mematikan di dunia.

Adapun faktor penyebab dari kanker ini antara lain adalah karena sedikit Olahraga,

kegemukan, alkohol, mengkonsumsi makanan tinggi protein hewani (seperti daging, jeroan),

umur > 50 tahun, adanya polip kolorectal, hereditas, adanya penyakit saluran pencernaan :

radang usus, ulcerative colitis, hemeroid, ras : terutama Eropa, Afrika, Amerika.

Reseksi kolon adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh

kolon (Debakey, Michael E, 2009). Saat reseksi kolon, bagian kolon yang mengalami

gangguan diangkat dan dua bagian yang sehat akan disambungkan kembali disebut end-to-

end anastomosis. (Swierzewski, Stanley J, 2001).

Pasien dengan pembedahan colorectal umumnya dirawat di rumah sakit selama 1 – 2

minggu (Schoetz et al, 1997). Namun dengan menggunakan pathway pemulihan, pasien

dengan pembedahan colorectal bisa keluar dari rumah sakit dalam 2 – 5 hari setelah

pembedahan (Wind et al, 2006).

V.2 Saran

Mahasiswa tingkat dua semester 4 memahami dan mengerti mengenai konsep penyakit

kanker kolorektal, memahami tentang Pengertian, etiologi, faktor resiko, manifestasi klinik,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, pengobatan pada keadaan khusus, serta

dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada klien dengan penyakit kanker kolon,

baik pre-operasi maupun pos-operasi.

46

Page 47: Askep CA Colon Fix

DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal.

Cet. 1. Jakarta : EGC.

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.

Ed.1. Jakarta : Salemba Medika.

Sjamsuhidadjat. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2 ; Cet.1. jakarta : EGC.

http://ardiwqblog.blogspot.com/2010/09/reseksi-dan-anastomosis-colon.html

http://www.drarief.com/mengenal-kanker-kolon/

http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/

http://panmedical.wordpress.com/2010/03/24/fisiologi-dan-anatomi-kolon-defekasi/

http://sinau-biologi.blogspot.com/2009/03/anatomi-usus-besar_6278.html.

47