buletin_no1th4kmii

15
Buletin KMII Media Fikir dan Tausiyah Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 DAFTAR ISI Iftitah (Redaksi) ........................................................................................................... 1 Kajian Utama Membangun Keluarga dan Masyarakat Untuk Generasi Sholih (Edy Marwanta) .......................................................................................................... 2 Renungan Jangan Putus Asa Dalam Berdoa ...................................................................... 6 Ustad Menjawab (M. Zaitun Rasmin) ...................................................................... 8 Seputar Keluarga Kita Wisnu Prastowo ................................................................................................. 8 Pengalaman Tempat Sholat di Dalam Shinkansen (Yose Fachmi) ...................................... 12 Petikan Berziarahlah ........................................................................................................ 14 Renungan Ayat & Hadis ............................................................................................. 14

Upload: handriansyah-doel

Post on 17-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

reference

TRANSCRIPT

  • Buletin KMII Media Fikir dan Tausiyah

    Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007

    DAFTAR ISI

    Iftitah (Redaksi) ........................................................................................................... 1 Kajian Utama

    Membangun Keluarga dan Masyarakat Untuk Generasi Sholih (Edy Marwanta) .......................................................................................................... 2

    Renungan Jangan Putus Asa Dalam Berdoa ...................................................................... 6

    Ustad Menjawab (M. Zaitun Rasmin) ...................................................................... 8 Seputar Keluarga Kita

    Wisnu Prastowo ................................................................................................. 8 Pengalaman

    Tempat Sholat di Dalam Shinkansen (Yose Fachmi) ...................................... 12 Petikan

    Berziarahlah ........................................................................................................ 14 Renungan Ayat & Hadis ............................................................................................. 14

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 1

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu Alhamdulillah. Hanya kepada Allah jualah kita bersyukur. Selalu dan untuk selamanya. Tanpa karunia dan kasih sayang-Nya, apalah artinya kita. Juga apa artinya jerih payah yang siang dan malam kita lakukan. Apa kabar pembaca yang tercinta? Semoga hari ini dan juga seterusnya, Anda semua sehat, lahir dan batin. Bisa mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat. Kami mohon maaf, karena dengan segala keterbatasan, akhirnya jadwal terbitnya Buletin KMII edisi pertama tahun keempat ini tertunda. Kami sadar, bahwa segalanya membutuhkan profesionalisme, etos kerja, dan keikhlasan. Karenanya, kesabaran Anda, kerjasama dan dukungan yang tulus dari Anda, telah memberi kami lebih dari sekedar semangat untuk terus menjaga keberlangsungan buletin ini. Hujan dan angin yang terjadi beberapa hari belakangan ini mengiringi kepulangan ke tanah air salah seorang pengisi kolom buletin yaitu Ustad M. Zaitun Rasmin. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan atas kontribusi beliau selama ini bagi dakwah di Jepang. Teriring doa bagi beliau dan keluarga agar senantiasa berada dalam lindungan Allah swt. Mari kita panjatkan pula rasa syukur atas lulusnya beberapa saudara kita yang baru saja menyelesaikan studinya. Semoga baik ilmu maupun pengalaman yang diperoleh selama di Jepang menjadi sumbangan bagi kemajuan umat di manapun mereka berada. Dalam edisi kali ini kami mengangkat tema tahun baru Hijriah dengan harapan semoga semangatnya dapat mengiringi kita dalam membangun generasi yang sholih di masa-masa mendatang.. Simak nasehat Bapak Edy Marwanta dalam acara Kajian Islam Awal Tahun KMII yang disarikan dalam kolom kajian utama. Jangan lewatkan pula kisah Yose Fachmi yang menceritakan pengalamannya dalam kolom pangalaman. Tidak lupa saran dan kritik, juga doa Anda, sangat kami nantikan. Semoga kebersamaan ini diabadikan Allah swt. In tanshurullaha yanshurkum wa yutasbbit aqdamakum. Jika kalian menolong (agama) Allah, pasti Allah menolong kalian, dan meneguhkan pijakan kaki kalian. Wassalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

    Salam, Redaksi

    Redaksi menerima kritik, komentar, opini, tulisan islami, dan pertanyaan seputar fiqh Islam.

    Dilayangkan ke alamat email: [email protected] Insya Allah, email yang masuk akan segera ditindaklanjuti.

    Isi tulisan yang dimuat menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis bersangkutan Terima kasih.

    Iftitah

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 2

    Membangun Keluarga dan Masyarakat untuk Generasi Sholih Edy Marwanta Tahun Hijriah adalah Tahun Baru Islam yang ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab ra berdasarkan hijrahnya Rasulullah saw sebagai patokan. Hijrah merupakan dua makna. Yang pertama adalah perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Yang kedua adalah perpindahan karakter kita dari sifat buruk ke sifat yang baik. Hijrah dalam makna perpindahan tempat adalah hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah, dan sejak itu tidak ada hijrah yang lain. Sedangkan hijrah dalam arti yang kedua sampai saat ini masih terus berlangsung. Karenanya Allah swt memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman, berhijrah, berjihad dalam memberikan kontribusi untuk perbaikan umat. Terkait dengan kontribusi, kita perlu mengetahui arti sholih. Ada sebuah ilustrasi yang bagus tentang makna sholih ini. Sebutlah ada seorang anak, katakanlah namanya Badu. Ia diberi kemampuan 5 oleh Allah swt. Lalu ada seorang anak lain, katakanlah namanya Budi, ia diberi kemampuan nilai 8 oleh Allah swt. Kenyataannya, si Badu mendapat nilai 5 dalam rapornya dan Budi mendapat nilai 6. Dalam perspektif Islam, si Badu lebih sholih dibanding Budi, karena ia dapat mengoptimalkan potensinya yang diberikan Allah swt, meskipun dalam realitanya ia kalah nilai dari Budi. Tugas kita adalah membentuk generasi sholih. Langkah-langkah yang perlu dilakukan guna pembentukan generasi ini adalah membangun pribadi, keluarga, masyarakat dan negara.

    Terkait dengan pembangunan pribadi, menurut data penggunaan narkoba di Indonesia tahun 2006, terdapat 3.1 juta pecandu yang 90%-nya adalah generasi muda (40 tahun ke bawah). Inilah kondisi negara kita, di mana generasi mudanya banyak yang terjerat narkoba. Sampai-sampai di Depok, nilai narkoba yang ditangkap melebihi dari pendapatan bersih daerah tersebut. Di Semarang (1992), dari 1086 responden pelajar SMP-SMU, 4.1% remaja putra dan 5.1% remaja putri telah melakukan seks bebas (zina), naudzubillah min dzalik. Terkait dengan zina ini, ada kisah pada masa Rasulullah. Adalah seorang pemuda yang ingin masuk islam. Tetapi pemuda tersebut masih tetap ingin berzina. Para sahabat yang hadir pada saat itu terlihat geram mendengarnya. Tetapi Rasulullah, menenangkan para sahabat. Lalu Rasulullah saw bertanya kepada pemuda tersebut, Apakah engkau memiliki adik perempuan? Atau ibu? Bagaimana perasaanmu apabila adik perempuanmu atau ibumu atau adik ayahmu dizinahi orang? Akhirnya perasaan pemuda itu tersentuh dan tidak mau berzina lagi. Perkelahian antar pelajar juga masih menjadi problematika generasi muda pada saat ini. Juga sampai pada tindak kriminal. Melihat begitu parahnya keadaan di sekitar kita, adalah tugas setiap diri kita untuk membentuk generasi yang sholih secara pribadi. Ada tiga penjagaan yang bisa kita lakukan guna pembetukan dari generasi sholeh ini. Yang pertama adalah penjagaan kesadaran internal (pribadi), yaitu yang tumbuh dari pribadi kita. Yang kedua adalah penjagaan lingkungan (keluarga, masyarakat). Kita tahu lingkungan masyarakat itu begitu penting. Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah seorang pembunuh yang sudah membunuh 99 orang yang ingin bertobat. Lalu, ia datang ke seorang ulama dan meceritakan kondisinya. Ulama yang pertama menjawab, bahwa tobatnya tidak akan

    Kajian Utama

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 3

    diterima oleh Allah. Maka karena kesalnya, maka ulama tadi pun langsung dibunuh. Tetapi setelah dia pergi ke ulama berikutnya. Sang ulama ke dua mengingatkan kalau tobatnya akan diterima oleh Allah swt, tetapi dia harus mau hijrah ke kota lain yang berisi orang-orang baik. Dan ketika ditengah jalan orang tersebut meninggal dunia. Hikmah dari kisah ini adalah, jika lingkungan buruk maka kita akan terimbas keburukan. Yang ketiga adalah penjagaan sistem hukum (negara). Hal ini diperlukan untuk membuat sebuah sistem negara yang memberikan keluasan untuk kebaikan dan menyempitkan kesempatan kepada keburukan. Penjagaan ini terkait dengan pemimpin negara, wakil-wakil negara dan pejabat-pejabat negara. Untuk itu kita bertanggung jawab dalam memilih pemimpin-pemimpin negara yang baik atau hanif. Membangun generasi penerus juga berhubungan dengan pembangunan keluarga muslim. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan : Memilih pasangan yang baik. Dalam memilih pasangan, kita harus memiliki visi yang jauh. Misalnya, mencari pasangan untuk bapak/ibu dari anak-anak kita. Tentu saja tidak harus seperti ini, tetapi setidaknya dengan pandangan seperti ini kita tidak hanya sekedar mencari pasangan untuk waktu yang singkat dan hanya untuk bersenang-senang tanpa tanggung jawab. Dalam mencari pasangan, kita bukan mencari yang perfect, tapi yang sholih/ah, yang fit/cocok untuk kita. Jadikan motivasi agama, motivasi untuk membentuk keluarga yang baik menjadi motivasi kita. Tatanan rumah tangga yang Islami. Dalam Al-Quran disebutkan, seorang suami adalah pemimpin bagi istrinya ar rijaalu qawwaamuuna `alan nisaa, suami adalah pemimpin keluarga.

    Mengenal karakter pasangan. Sebuah keluarga tidak akan berjalan harmonis apabila tidak saling mengenal. Karena setiap kita itu sangatlah unik dan khas., baik dari segi asal dan lingkungan maupun background pendidikan atau sistem tatakrama di rumah tanggal dan lain sebagainya, oleh karenanya kita harus saling mengenal karakter, cara berfikirnya dan kesukaan. Dibangun dengan cinta. Tanda-tanda cinta yang pertama: takjub. Kita mengingat kebaikan-kebaikan suami/istri kita. Seorang suami atau istri selalu ingin tampil baik/berdandan pada pasangannya. Tanda yang kedua: selalu ingat. Jangan sampai ingat kita kepada pasangan melebihi ingatan kita pada Allah swt. Tanda yang ketiga pengorbanan. Cinta kepada Allah swt harus termanifestasikan dalam pengorbanan kita. Ada tiga lapisan cinta, yang pertama, cinta yang timbul karena ketertarikan fisik. Lalu lapisan yang kedua, cinta yang timbul dari ketertarikan perilaku. Lapisan yang paling dalam atau yang ketiga, cinta yang timbul karena dari hati/qolbu. Cinta inilah yang mampu membuat cinta bertahan/langgeng. Komunikasi (suami-istri, ortu-anak). Keluarga harus dibangun dengan sebuah komunikasi yang baik, antara suami dan istri ataupun antara orang tua dan anak-anak. Dalam kenyataannya banyak ibu-ibu yang marah, karena dalam keluarga tidak pernah dimintai pendapatnya, seakan-akan keberadaannya hanyalah pelengkap saja. Padahal mungkin saja, apa yang tidak terfikirkan oleh kita, telah dan akan terfikirkan oleh pasangan kita. Junjungan kita Rasulullah saw suka minta izin dulu kepada istrinya sebelum melakukan shalat malam, walaupun ada ijin atau tidak Rasul akan tetap shalat karena bagi beliau shalat malam adalah kewajiban. Switching dan multi-tasking. Kita harus bisa melakukan switching (peralihan) dari mode kerja di kantor ke mode di rumah. Kalau mode rumah maka kita melakukan permainan dengan

    Kajian Utama

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 4

    anak, bercakap-cakap dengan istri dan lainnya, bukannya melanjutkan tugas di kantor. Anak dan keberadaan ibu. Keberadaan ibu itu bagi anak sangatlah penting. Kita bisa mengambil contoh bagaimana keberadaan ibu itu bisa membuat seorang Ismail muda bisa tumbuh dengan tingkat keimanan yang luar biasa. Rumahku surgaku, keluarga SaMaRa atau SaMaRaTa (SaMaRa dan Takwa). Kita juga harus bisa menciptakan suasana rumah kita, seperti suasana surga yang digambarkan Allah swt di dalam Al-Quran, di antaranya penuh kesejukan, kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan. Tidak hanya dirasakan oleh sang ayah atau ibu saja, tetapi juga oleh seluruh anggota keluarga dan tetangga. Kebahagiaan. Di antara kebahagiaan dalam keluarga yaitu pasangan yang sholihah, rumah yang luas, kendaraan yang bagus, tetangga yang baik. Dalam membangun keluarga yang sholih, hubungan antara orang tua dan anak juga penting : Lembut, dialogis. Komunikasi dalam keluarga itu sebaiknya dilakukan dengan lembut dan dialogis. Mengajak bukan menyuruh. Maka kata-kata yang kita pakai bukanlah ayo sholat tetapi mari kita sholat. Membangkitkan obsesi positif. Apa yang dilakukan oleh sang anak ini akan memberikan dampak yang besar, yaitu akan mendapatkan surga. Inilah fitrah manusia, kita akan rela untuk melakukan sesuatu itu apabila ada imbalannya. Al ummu madrasatun. Ibu adalah madrasah anak-anak dalam keluarga. Oleh karena itu betapa pentingnya mencari pasangan/ibu yang baik bagi anak-anak kita. Ajarkan karakter: aqidah, ibadah, akhlaq. Khususnya di Jepang ini. Kita harus berhati-hati,

    karena pendidikan yang diterima anak-anak di sekolah Jepang itu berbeda dengan konsep aqidah islam. Konsep Tuhan dalam Jepang adalah di alam ini ada tuhan dan ada manusia, sedangkan dalam konsep Islam, alam ini keberadaannya diciptakan oleh Tuhan. Pola pikir (ilmu), cita rasa (seni). Kita harus mengajarkan keluarga kita pola pikir yang logis seperti contoh tidak boleh mempercayai perdukunan, dll. Dan juga kita mengajarkan kepada anak-anak kita citra rasa seni yang islami pula. Membangun Masyarakat Islam Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan antara lain : Pentingnya masyarakat yang baik bagi generasi muda Berpikir komunal dan global. Kita harus berfikir anak orang lain adalah anak kita juga. Kalau anak orang lain buruk maka anak kita juga akan terkena imbas buruknya, sehingga kita juga memiliki kewajiban untuk mengingatkan anak-anak muslim yang ada di sekitar kita. Teori jendela pecah (broken window). Kalau di sebuah rumah salah satu jendelanya pecah, maka akan dengan mudah orang beranggapan rumah tadi sudah rusak, tidak berpenghuni ataupun sudah tidak dipakai lagi. Sehingga orang-orang dengan mudahnya untuk membuang sampah, melemparkan kaleng bekas dan semacamnya ke rumah tersebut. Aplikasinya adalah dalam masyarakat. Kalau ada sebagian dari masyarakat sebuah daerah itu mabuk-mabukan atau terjerat dengan narkoba, maka perfektif orang-orang akan pemuda-pemuda dari daerah itu sama buruknya. Bertetangga dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, memberi kebaikan dan kemanfaatan bagi sekitar. 5S: senyum, salam, sapa, sopan, santun. Untuk membangun masyarakat yang baik kita harus membudayakan prinsip 5 S ini dalam kehidupan bermasyarakat kita.

    Kajian Utama

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 5

    Menyapa anak. Di Jepang ini, sering terjadi kejahatan terhadap anak kecil akhir-akhir ini. Dan salah sebagai solusi dari permasalahan itu adalah menyapa anak-anak di jalanan. High trust society, bukan low trust society. Di Indonesia masih sering terjadi hanya karena masalah sepele seperti diliatin atau dilirik atau tersenggol dengan tidak sengaja menyebabkan terjadinya keributan atau perkelahian. Ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia masih dalam level low trust society. Peran Negara Amar maruf nahi munkar. Kita diperintahkan untuk menyuruh kepada perbuatan baik dan melarang orang melakukan perbuatan buruk. Menyuruh dan melarang itu dibutuhkan sebuah power/kekuatan. Oleh karena itu, kekuatan tertinggi kita adalah negara. Makin tinggi negara itu maka memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan amar maruf nahi mungkar. Hukum, UU, regulasi. Untuk membentuk generasi yang sholeh, yang bisa dilakukan oleh negara adalah dengan membentuk hukum, undang-undang atau regulasi. Dakwah yang me-negara dan negara yang mendakwah. Pemimpin yang amanah Anak-anak kita calon pemimpin negara. Kita tahu, bahwa anak-anak kita ini adalah calon pemimpin negara di masa yang akan datang, dan dipundak merekalah tugas membangun negara ini akan dipikulkan oleh karena itu kita harus sangat berhati-hati dalam mendidik mereka. Doa. Ada berbagai macam doa, salah satunya, Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa Ada sebuah perumpamaan yang bagus tentang sebuah gambaran generasi muslim yang sholeh yang tertulis pada ayat QS Ibrahim 24 25

    Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Akarnya kokoh. Yang dimaksud dengan akar yang kokoh adalah pondasinya yang bagus. Seperti akhlaknya yang baik, ibadahnya yang bagus, dll Dahannya menjulang ke langit. Maksud dari menjulang ke langit adalah potensi yang dimilikinya berkembang dengan optimal. Berbuah di setiap musim. Sedangkan perumpamaan yang ketiga adalah, berbuah di setiap musim. Yang artinya bahwa seorang generasi yang sholeh itu harus memberikan kotribusi atau manfaat kepada umat atau masyarakat di mana saja dan kapan saja. Seperti sabda Rasulullah, khoirunnas man khorinas, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang banyak manfaatnya bagi orang lain. ***

    Kajian Utama

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 6

    Jangan Putus Asa Dalam Berdo'a... "Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang doa-doa, ketika Allah menunda ijabah doa itu" Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa. Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dari Allah. Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah. Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal: Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya. Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.

    Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya. Syekh Abu Muhammad Abdul Aziz al-Mahdawi mengatakan, "Siapa pun yang tidak menyerahkan pilihannya dengan suka rela kepada Allah Ta'ala, maka orang tersebut terkena istidraj (sanjungan yang terhinakan). Orang tersebut termasuk golongan mereka yang disebut oleh Allah: Penuhilah kebutuhannya, karena Aku benci mendengarkan keluhannya. Tetapi jika seseorang memasrahkan pada pilihan Allah, bukan pilihan dirinya, maka otomatis doanya telah terkabul, walaupun belum terwujud bentuknya. Sebab amal itu sangat tergantung pada saat akhirnya. " Wacana di atas dilanjutkan: Allahlah yang menjamin ijabah doa itu menurut pilihan-Nya padamu, bukan menurut pilihan seleramu, kelak pada waktu yang dikehendaki-Nya, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki. Seluruh doa hamba pasti dijamin pengabulannya. Sebagaimana dalam firman Allah : Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan bagimu. Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau

    Renungan

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 7

    ditunda pengabulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.(HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim). Dalam hadits lain disebutkan, Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. (HR. Bukhari-Muslim) Dalam menafsiri suatu ayat Telah benar-benar doa kalian berdua di ijabahi maksudnva baru 40 tahun diijabahi doanya. Menurut Syekh Abul Hasan asy-Syadzili, perihal firman Allah: Maka hendaknya kalian berdua istiqamah, maksudnya adalah tidak tergesa-gesa. Sedangkan ayat, Dan janganlah kalian mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan agar disegerakan ijabah doanya. Bahwa ijabah doa itu diorientasikan pada pilihan Allah, baik dalam bentuk yang riil ataupun waktunya, semata karena tiga hal: Pertama, karena kasih sayang dan pertolongan Allah pada hamba-Nya. Sebab Allah Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui. Dzat Yang Maha Pemurah apabila dimohon oleh orang yang memuliakan-Nya, ia akan diberi sesuatu yang lebih utama menurut Kemahatahuan-Nya. Sementara seorang hamba itu pada dasarnya bodoh terhadap mana yang baik dan yang lebih bermashlahat. Terkadang seorang hamba itu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu buruk baginya, dan terkadang ia membenci sesuatu padahal yang dibenci itu lebih baik baginya. Inilah yang seharusnya difahami pendoa. Kedua, bahwa sikap tergantung pada pilihan Allah itu merupakan sikap yang bisa mengabadikan hukum-hukum ubudiyah, di samping lebih mengakolikan wilayah rububiyah. Sebab manakala suatu ijabah doa itu tergantung pada selera hamba dengan segala jaminannya,

    niscaya doa itu sendiri lebih mengatur Allah. Dan hal demikian suatu tindakan yang salah. Ketiga, doa itu sendiri adalah ubudiyah. Rahasia doa adalah menunjukkan betapa seorang hamba itu serba kekurangan. Kalau saja ijabah doa itu menurut keinginan pendoanya secara mutlak, tentu bentuk serba kurang itu tidak benar. Dengan demikian pula, rahasia taklif (kewajiban ubudiyah) menjadi keliru, padahal arti dari doa adalah adanya rahasia taklif itu sendiri. Oleh sebab itu, lbnu Athaillah as-Sakandari menyatakan pada wacana selanjutnya: Janganlah membuat dirimu ragu pada janji Allah atas tidak terwujudnya sesuatu yang dijanjikan Allah, walaupun waktunya benar-benar nyata. Maksudnya, kita tidak boleh ragu pada janji Allah. Terkadang Allah memperlihatkan kepada kita akan terjadinya sesuatu yang kita inginkan dan pada waktu yang ditentukan. Namun tiba-tiba tidak muncul buktinya. Kenyataan seperti itu jangan sampai membuat kita ragu-ragu kepada janji Allah itu sendiri. Allah mempunyai maksud tersendiri dibalik semua itu, yaitu melanggengkan rububiyah atas ubudiyah hamba-Nya. Syarat-syarat ijabah atas janji-Nya, terkadang tidak terpenuhi oleh hamba-Nya. Karena itu Allah pun pernah menjanjikan pertolongan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW dalam perang Uhud dan Ahzab serta memenangkan kota Mekkah. Tetapi Allah menutupi syarat-syarat meraih pertolongan itu, yaitu syarat adanya sikap merasa hina di hadapan Allah yang bisa menjadi limpahan pertolongan itu sendiri. Sebab Allah berfirman dalam surat At-Taubah: Allah benar-benar menolongmu pada Perang Badar, ketika kamu sekalian merasa hina . Kenapa demikian? Sebab sikap meragukan janji Allah itu bisa mengaburkan pandangan hati kita terhadap karunia Allah sendiri. As-Sakandari meneruskan: Agar sikap demikian tidak mengaburkan mata hatimu dan meredupkan

    Renungan

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 8

    cahaya rahasia batinmu. Bahwa disebut di sana padanya pengaburan mata hati dan peredupan cahaya rahasia batin, karena sikap skeptis terhadap Allah itu, akan menghilangkan tujuan utama dan keleluasaan pandangan pengetahuan dibalik janji Allah itu. (sumber: www.sufinews.com ) Diasuh oleh Muhammad Zaitun Rasmin Tanya : Apakah merayakan tahun baru dalam islam itu adalah sesuatu hal yang diperbolehkan atau bertentangan dengan sunnah rasulullah? Jawab : Merayakan tahun baru hijriyah adalah termasuk perkara yang tidak dikerjakan oleh Rasulullah dan para shahabat, tabiin dan para ulama terdahulu. Karena itu yang lebih baik adalah tidak merayakannya. Sebab sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shollallahu alaihi wassalam. Kalau dimaksudkan sebagai sarana belajar buat kaum muslimin maka hendaknya jangan dikhususkan dengan acara peringatan/perayaan, tapi cukup dibuat pengajian yang membahas tentang makna dan hakikat hijrah. Dan sebaiknya pengajian tersebut adalah bahagian dari kegiatan pengajian yang dibuat secara berkala dengan topik-topik yang dapat disesuaikan dengan waktu-waktu yang dianggap bersejarah oleh kaum muslimin. Misalnya membahas shirah nabawiyah pada bulan Rabiul Awwal, membahas masalah sholat pada bulan Rajab, membahas puasa dan keutamaan Al-quran pada bulan Syaban, membahas masalah zakat dan jihad pada bulan Ramadhan, membahas masalah ibadah korban dan haji pada bulan Zulqaidah dan sebagainya..

    Adapaun kalau disebut sebagai acara peringatan maka ini akan membawa konsekwensi seolah-olah itu adalah hal yang disyariatkan. Dan bila hal tersebut terus berlangsung maka tidak tertutup kemungkinan generasi berikutnya akan menganggap itu adalah sunnah atau bahkan wajib. Namun demikian, tidak sepantasnya kita serta merta mencap bidah bagi orang-orang yang melakukan acara peringatan tahun baru hijriyah, selama itu hanya dalam bentuk pengajian atau ceramah-ceramah, dan bukan dalam suatu bentuk ibadah mahdhah seperti zikir bersama, sholat sunnat berjamaah dan lain sebagainya. Wallahu alam. Muhammad Zaitun Rasmin ***

    Lebih Dekat dengan (mantan) Atase Kehutanan RI Untuk Jepang, Wisnu Prastowo

    Pembaca yang budiman, Atase kehutanan adalah jabatan langka di dalam sebuah kedutaan Indonesia di dunia. Atase kehutanan ini hanya terdapat di kedutaan Indonesia untuk Jepang saja. Oleh karena kelangkaannya kita tidak begitu familiar dengan jabatan yang satu ini. Sebenarnya apa tugas dan misi dari Atase bidang ini, mari kita coba ikuti dari penuturan Bapak Wisnu yang baru saja menyelesaikan amanahnya untuk mengomandoi bidang ini di Tokyo dan telah kembali ke tanah air pada Desember 2006 yang lalu. Keunikan dari jabatan ini masih kalah unik dengan sosok Bapak Wisnu, yang jauh lebih unik. Seorang sosok Priyayi tawadu` yang

    Renungan

    Ustad Menjawab

    Seputar Keluarga Kita

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 9

    begitu piawai dalam merangkai kata-kata guna menyulam mutiara-mutiara hikmah kehidupan. Wawancara kali ini pun agak sedikit unik dibandingkan dengan wawancara-wancara sebelumnya, yang mana kali ini wawancara dilakukan via cyber tidak bertatap muka secara langsung. Hal ini selain disebabkan oleh kesibukan beliau dalam mengemban amanah sebagai Atase, juga kesibukan beliau mempersiapkan diri untuk pulang ke Tanah Air karena masa jabatannya yang sudah berakhir pada bulan Desember kemarin. Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Semoga dengan wawancara yang sederhana ini ada hikmah yang dapat diambil, bisa lebih mengenal sehingga lebih sayang dan bisa mempererat tali silaturahmi di antara kita. Bolehkah KMII lebih mengenal Bapak Wisnu? Silakan dan terima kasih. Nama lengkap saya Wisnu Prastowo. (berkaitan dengan nama ini, saya pernah bertanya ke ibu kenapa kok dinamai seperti itu, apa artinya? Mungkin guyon, mungkin serius, ibu bilang Wisnu itu artinya memelihara (mungkin terinspirasi dari dewa wisnu yang tugasnya memelihara bumi, meskipun ayah-ibu saya Islam); Prastowo itu dari kata Jawa, Pras dari Pra artinya sebelum, Towo kira-kira artinya bicara. Maksudnya peliharalah mulutmu sebelum bicara. Sayangnya saya tidak taat dengan pesan ibu, bukannya menjaga mulut sebelum bicara tapi malah suka ngoceh sembarangan. Tapi ada ustadz yang bilang Wisnu itu artinya Wis-NU, sudah jadi NU emangnya sebelumnya Muhammadiah? hehe). Keluarga, satu isteri dan tiga orang anak - satu perempuan dan dua lelaki. Saya berasal dari Departemen Kehutanan, mulai tugas di Jepang tanggal 28 Desember 2002 menggantikan pak Tachrir Fathoni (mantan ketua KMII tiga

    periode sebelum pak Pudjiatmoko). Tugas saya di Jepang sudah berada di penghujung akhir dan Insya Allah akhir Desember 2006 ini kembali ke tanah air, pengganti sudah siap namanya Dr. Tetra Yanuardi, dan siap bergabung dengan KMII. Pada kesempatan ini saya sekaligus mohon pamit kepada rekan-rekan semuanya, mohon maaf lahir bathin atas segala kekhilafan dan kesalahan yang pernah saya perbuat. Boleh tahu riwayat pendidikan (Sekolah) Bapak? Dari TK sampai SMA saya sekolah di kampung halaman, Solo, mahasiswa pindah dikit ke Yogya, di UGM. Alhamdullilah dapat beasiswa dari CIDA sehingga bisa melanjutkan belajar ke Canada. Karena bidang studi saya menyangkut kehutanan, saya memilih University of New Brunswick di Fredericton, Canada bagian Timur. Orang Canada pun jarang melancong ke propinsi New Brunswick karena isinya cuma hutan jarang manusianya. Bagaimana kisah masa kanak-kanak, dewasa hingga kini? Kisah dari masa kanak-kanak sampai dewasa biasa-biasa saja, tidak ada yang special dan mengejutkan apalagi keajaiban. Masa kanak-kanak memang masa yang terindah, lugu, penuh keceriaan dan perkawanan yang tulus, belum punya interest apalagi ambisi. Dulu di kampung saya ada sungai yang airnya jernih dan banyak ikannya, kami anak-anak sering mengail ikan disana dan dijamin pasti dapat ikan. Sungai itu memisahkan dua kampung, untuk jalan pintas ada jembatan gantung kecil yang dibuat dari bambu dan hanya bisa dilewati orang. Meniti jembatan harus ekstra hati-hati kayak pemain akrobat, kalau kepeleset bisa nyebur ke sungai. Kami sebut jembatan goyang karena kalau dilewati selalu bergoyang-goyang. Suatu ketika, saat itu saya masih bocah kecil digendong paman meniti jembatan. Tangan paman yang satu memegang saya, tangan yang satunya

    Seputar Keluarga Kita

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 10

    memegang burung merpati. Ditengah jembatan burung merpati berontak mengepak-ngepakkan sayapnya dan lepas dari tangan paman. Secara reflek, tangan paman yang satunya melepas saya untuk menggapai burung yang memberontak. Walhasil saya tercebur ke sungai. Untung paman cukup sigap, ikut menyebur sungai menangkap saya dan membawa ketepian. Sayangnya, sungai yang penuh kenangan itu kini sudah hilang, tertimbun sampah, tanah dan kotoran. Saya kadang juga heran, sungai koq bisa hilang, berubah jadi parit-pun tidak. Kampung yang dulu terpisahkan sungai kini sudah jadi satu, tidak perlu lagi jembatan goyang bambu. Wah, sayang sekali yah. Memang tanpa kita sadari ternyata kita sudah membuat kerusakan di muka bumi ini. Ngomong-ngomong, siapa sih orang yang paling dijadikan panutan/contoh atau orang yang paling berpengaruh dalam hidup? Sebagai seorang Moslem, secara ideal orang yang paling kita jadikan panutan adalah Rasullulah SAW, karena pada diri beliaulah kita bisa menemukan segala kesempurnaan diri seorang manusia. Orang tua, ayah dan ibu, juga membawa pengaruh dalam kehidupan saya. Dari seorang orok yang belum tahu apa-apa, berkembang menjadi anak-anak dan selanjutnya remaja dan dewasa, kita banyak bersentuhan dengan orang tua kita. Beliaulah yang membangun sosok dasar kita sebelum diri kita berkembang lebih lanjut melalui interaksi langsung dengan orang-orang lain yang kita jumpai dalam kehidupan ini. Secara tidak kita sadari, sebetulnya banyak sekali orang yang membawa pengaruh dalam diri kita. Bukan hanya dari orang-orang ternama yang sisi-sisi positif kehidupannya dapat kita jadikan sebagai contoh untuk membengun diri kita, tapi juga dari orang-orang biasa yang kita temui dalam kehidupan ini. Bukankah semua orang sebetulnya mempunyai sisi baik yang bisa kita tiru, contoh dan ikuti agar kita dapat mengambil

    hikmah dan manfaatnya untuk membentuk sosok diri kita menjadi semakin baik? Banyak yang bilang kalau Pak Wisnu ini hidupnya nggak pernah susah dan selalu ceria, apa resepnya? Dalam laut bisa diduga, dalam hati siapa tahu. Koq tahu kalau hidup saya tidak pernah susah dan selalu ceria? Apa dari indikator badan saya yang semakin hari semakin tambun? Sebetulnya susah-senang, murung-ceria itu kan hanya permainan hati dan pikiran kita. Kalau hati dan pikiran mengendalikan kita ya kita akan selalu didera fluktuasi emosional tersebut, tapi kalau hati terutama pikiran bisa kita kendalikan kita akan bisa lebih stabil. Yang membedakan susah dan ceria kan sebetulnya kan hanya arah gerak lengkungan mulut dan bibir kita. Kalau melengkung keatas artinya ceria, kalau melengkung kebawah artinya sedang susah atau murung. Mulut dan bibir kan ada dalam kontrol kita, ya tinggal kita pilih mau kita gerakkan melengkung kebawah atau ke atas. Sebagai manusia biasa saya juga kadang susah dan tidak ceria. Alhamdullilah, karena sering mendengarkan dan menyimak ceramah para ustadz dan rekan-rekan kita, saya lebih bisa mengakrabi dan menyikapi suasana hati dan pikiran. Misalnya dengan nasehat para ustadz agar kita sesekali melihat kebawah, ke saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Kalau rasa murung dan sedih akan muncul, pikiran dan hati kita kendalikan, istiqfar, dan bertanya ke diri sendiri kenapa aku harus murung dan sedih, wong banyak saudara lain yang diberi cobaan lebih berat saja bisa lebih tabah koq. Demikian juga kalau kita dihinggapi rasa senang dan ceria yang berlebihan, kita harus segera kendalikan diri kita kenapa kita harus terlalu senang, wong banyak saudara kita yang dilanda kesedihan. Dengan membiasakan dan mencoba melatih pengendalian diri, serta selalu dilandasi rasa tabah dan tawaqal saat kelabu dan rasa syukur kepada Allah SWT disaat cerah, Insya Allah

    Seputar Keluarga Kita

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 11

    kita akan bisa menjadi manusia yang selalu ditengah, seimbang. Bagaimana pandangan Bapak setelah 4 tahun tinggal di negeri Jepang? Apakah ada hikmah-hikma yang bisa diambil di sini? Sebetulnya tinggal di Jepang dan di tanah air sama saja. Keduanya mempunyai hal-hal yang positif dan negatif, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Banyak yang bilang tinggal di Jepang itu lebih enak dan nyaman dibanding di Indonesia, karena jauh lebih bersih, tertib dan aman. Itu mungkin salah satu hikmah yang bisa diambil dan kita jadikan harapan agar suatu ketika Indonesia bisa sebersih, tertib dan aman seperti Jepang. Ada juga yang bilang orang Jepang lebih ramah, lebih mengormati dan menghargai orang lain dibanding orang Indonesia. Ini yang mungkin saya kurang sependapat, menang banyak orang Jepang yang ramah, tapi banyak yang keramahannya tidak genuine, ramah karena tugas dan ramah karena ada kepentingan. Banyak keramahan orang Jepang yang mendadak menghilang pada saat dia sudah menjadi dirinya sendiri. Seorang pelayan toko atau restaurant di Jepang tiba-tiba sangat ramah saat kita datang. Tanpa kita ajak senyum mereka tersenyum, tanpa kita ajak bicara mereka nyerocos bicara. Tapi saat tugas di toko atau restaurant usai, saat kita senyumi atau kita tanya sesuatu tampak seperti tidak peduli. Kalau orang kita lebih genuine, dalam kondisi dan situasi apapun, saat tugas atau tidak, saat butuh atau tidak, kalau memang orangnya ramah ya ramah terus, kalau memang orangnya ketus ya ketus terus. Hikmah yang lain adalah kita bisa merasa lebih beruntung menjadi orang Indonesia, dibanding orang Jepang yang kesepian dan underpressure dalam kegemerlapan dan kedigdayaan ekonominya. Kita sering lihat betapa gampangnya orang Jepang mengambil keputusan untuk bunuh diri pada saat dia menghadapi tekanan hidup dan tidak ada orang yang bisa dijadikan tempat mengadu. Kita di Indonesia yang penuh dengan

    berbagai keterbatasan materi, tetap saja bisa merasakan betapa hidup ini indah karena dengan mudah kita bisa bersilaturahim dan berbagi rasa dengan siapapun. Hikmah lain yang bisa dipetik dari Jepang masih banyak, kita bisa belajar bagaimana modernitas tidak merusak tradisi budaya, kalau kita cenderung tercerabut dari akar budaya manakala kita merasa jadi orang modern. Orang Jepang yang sangat rasional kadang juga menyenangi klenik, misalnya suka menulis harapan-harapan di secarik kertas yang digantung di para-para kuil. Tapi harapan yang dinginkannya tidak serta-merta diserahkan pada kekuatan klenik melainkan dicapai dengan kerja keras. Kalau kita masih banyak yang suka pasrah bongkokan ke klenik tanpa diikuti upaya dan kerja keras untuk mencapainya. Hikmah lain yang penting adalah bagaimana kita bisa belajar dari orang Jepang yang sangat produktif, disiplin, terfokus dan hidup dalam kendali system, sehingga kinerja dan hasilnya bisa efektif, efisien dan optimal. Hikmah lain yang sifatnya lebih makro adalah bagaimana Jepang yang super kaya tapi jarang orang perorangnya yang super kaya. Kekayaan digunakan untuk fasilitas dan pelayanan publik sehingga dapat dimanfaatkan bersama, bukan untuk orang per orang. Bagaimana Bapak mempertahankan prinsip sebagai seorang muslim dalam menjalankan tugas di Jepang? Sebetulnya prinsip sebagai seorang muslim harus selalu dijaga dan dipertahankan, tidak perlu terpangaruh tempat dan waktu. Kalau kita sudah committed dengan kemusliman kita, meskipun berada di negara yang islami atau di negara yang super bebas, kemusliman kita harus tetap tegar jangan sampai terdegradasi. Mungkin pertanyaannya mengarah ke bagaimana kita bersikap dengan sikap hidup orang Jepang yang jauh dari nilai-nilai keislaman seperti minum-minum, pola dandan wanitanya yang semlohey, bertebarannya tempat hiburan malam dan perjudian. Itu semua sebetulnya kan bukan

    Seputar Keluarga Kita

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 12

    bagian dari way of life kita, sesuatu yang asing bagi kita, sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi kita, ya tidak usah diperhatikan apalagi diterjuni dan dinikmati. Untuk bisa tinggal di Jepang dengan nyaman, kita tidak perlu merubah diri kita jadi orang Jepang atau atau mengikuti perilaku orang Jepang yang kita nilai tidak sesuai dengan nilai-nilai kita. Kita harus tetap menunjukkan sikap dan jati diri kita sendiri. Dilain pihak, meskipun secara syariah orang Jepang tidak islami, tapi banyak sikap hidup mereka yang sebetulnya sesuai dengan nilai-nilai islami seperti tertib, disiplin, bersih, patuh aturan, dsb. Kalau sisi positif ini kita renungi dan kita contoh maka justru akan dapat memperkuat sikap keislaman kita. Seperti nasehat para ustadz, ambil yang baik-baik tinggalkan yang buruk. Bagaimana pandangan Bapak tentang KMII Jepang? (kegiatannya, suasananya, masyarakatnya, dll) Alhamdullilah ada KMII di Jepang. Seperti wadi atau mata air ditengah padang tandus. Dengan adanya KMII maka masyarakat muslim Indonesia di Jepang yang tersebar di berbagai sudut dan penjuru Jepang tidak mengalami diaspora pada keterpencilan dan kesendirian masing-masing. Suasana kehidupan Jepang yang sibuk dengan aktivitas keduniawian bisa membuat kita mengalami kesepian ruhani. Terima kasih untuk pengurus KMII yang dengan tulus ikhlas, tanpa kenal lelah, inovatif, dinamis dan professional telah merancang dan melaksanakan berbagai aktivitas kegiatan untuk kepentingan umat muslim di Jepang. Dengan adanya berbagai kegiatan rutial keagamaan maupun sosial kemasyarakatan yang diprakarsai KMII, maka umat islam Indonesia di Jepang bisa menemukan kembali suasana kehidupan yang islami. Fasilitas internet dan radio yang telah disediakan KMII sangat menolong umat islam Indonesia yang tersebar di berbagai pelosok Jepang (bahkan di luar Jepang) untuk sharing informasi, berinteraksi dan

    bersilaturahim, sehingga bisa selalu merasa dekat dalam jamaah kebersamaan, meskipun terpisahkan oleh jarak dan kesibukan masing-masing. Apakah ada saran/masukan untuk kegiatan KMII-Jepang dan juga kira-kira tradisi KMII-Jepang apa yang harus tetap dipertahankan? Sementara tidak ada, yang penting adalah continual improvement, selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat. (israka95) *** Tempat Sholat di dalam Shinkansen Yose Fachmi Kupandangi pengumuman yang terpampang di dinding bagian dalam kereta shinkansen kodama1) Nagoya-Tokyo yang sedang kutumpangi. Tamokuteki shitsu2) (ruang serba guna) berada di gerbong nomor 11, begitu kira-kira arti tulisan tersebut. Hmm selidiki atau gak usah ya. Begitu gumamku dalam hati, tergerak untuk bangkit mencari tahu apakah kira-kira fasilitas tamokuteki shitsu ini bisa kupakai atau tidak. Ingatanku kembali melayang ke kejadian unik beberapa bulan yang lalu di Akihabara3). Saat itu, aku dan beberapa rekan mahasiswa

    Seputar Keluarga Kita

    Pengalaman

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 13

    Indonesia di Tokyo, tengah membantu rombongan dosen dari Indonesia yang sedang berkunjung ke Tokyo, untuk memandu mereka berbelanja di kawasan pasar barang elektronik tersebut. Tanpa disangka, ketika kami memasuki sebuah departemen store duty-free4), kami dilayani oleh seorang pelayan toko yang berasal dari Indonesia. Selain melayani kami dengan baik, sang pelayan juga menunjukkan kepada kami sebuah alternatif tempat untuk melaksanakan sholat yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Ya, kami dipersilakan sholat di salah satu ruang ganti pakaian departemen store tersebut. Meski hanya cukup untuk digunakan sholat sendirian, namun tempat ini jelas lebih tenang karena orang-orang tidak akan berlalu lalang di sekitar kita. Hmm jika saja tamokuteki shitsu di shinkansen ini sebesar ruang ganti pakaian, tentu bisa kupakai untuk sholat dengan posisi awal berdiri, kembali aku membatin. Masih segar dalam ingatanku penjelasan seorang ustadz bahwa pelaksanaan sholat fardhu sebisa mungkin dilakukan dengan berdiri dan menghadap kiblat. Saat itu sang ustadz memberikan contoh bahwa jika kondisi mengharuskannya untuk sholat fardhu di atas pesawat, maka ia akan berusaha mencari tempat yang agak lapang di dalam pesawat agar bisa sholat dengan berdiri dan menghadap kiblat5). Belakangan kuketahui bahwa ternyata memang ada maskapai-maskapai penerbangan yang menyiapkan space khusus dalam pesawatnya untuk keperluan sholat. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kuputuskan untuk bangkit dari tempat dudukku, untuk mencari tahu seperti apa sih tamokuteki shitsu itu. Masuk ke gerbong nomor 11, kutemukan apa yang kucari. Sebuah ruang kecil dengan panjang sekitar 2 meter, dan lebar hampir sama dengan setengah lebar shinkansen. Di depannya tertera tulisan bahwa ruangan tersebut dapat digunakan oleh ibu menyusui, orang yang merasa kurang enak badan, dan lain-

    lain. Wah, kayaknya bisa nih, pikirku girang. Apalagi tertulis bahwa kini ruangan tersebut sedang kosong dan tidak digunakan. Aku pun bergerak memegang gagang pintunya untuk membuka. Oops terkunci! Oh iya, ternyata ada keterangan berikutnya bahwa bagi yang ingin menggunakan ruang tersebut, silakan lapor kepada petugas kereta. Aku pun selanjutnya memberanikan diri memanggil seorang petugas yang kebetulan ada di dekat tempat itu. Sumimasen saya ingin pakai ruangan ini, kataku. Oh begitu, kalau boleh tahu, untuk apa? balas petugas tersebut. Saya ini orang Islam, dan sekarang ingin pakai tempat itu untuk oinori (berdoa), jelasku. Oh, begitu. Kalau begitu tunggu sebentar ya, saya lapor kepada petugas yang pegang kunci dulu, katanya. Tak lama kemudian, petugas itu pun datang membawa kunci ruangan tamokuteki shitsu itu. Douzo, silakan dimanfaatkan kata sang petugas. Terima kasih ya, kataku. Ternyata kondisi ruangannya cukup nyaman, dan ukurannya pun bisa digunakan untuk sholat dengan berdiri, bahkan mungkin kalau mau bersempit-sempit, bisa untuk 2 orang berjamaah. Karena saat itu aku sudah mempersiapkan wudhu, maka segeralah kukeluarkan kompas untuk mengetahui arah kiblat. Alhamdulillah, bertambahlah satu lagi koleksi tempat alternatif untuk melakukan sholat. *** Demikian, sekilas pengalaman singkat penulis di dalam shinkansen. Harapan penulis, semoga tulisan ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya yang terkadang kebingungan untuk mencari tempat untuk sholat jika berada dalam perjalanan. Allahumma ainnii alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika. Ya, Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik untuk-Mu. ---------------------

    Pengalaman

  • Edisi 1 Th. 4/ 30 Muharam 1428 H/18 Februari 2007 Buletin KMII 14

    Catatan : 1) Jenis kereta shinkansen yang paling lambat dan berhenti di setiap perhentian. 2) Ruang serba guna di dalam shinkansen. Biasanya terdapat di sekitar gerbong nomor 10 3) Kawasan di Tokyo yang merupakan pasar bagi barang elektronika. 4) Bebas pajak 5) Keterangan lebih lanjut masalah ini, silakan dirujuk buku Fikih Sunnah jilid 1 tulisan Sayyid Sabiq atau buku Sifat sholat Nabi tulisan M. Nashiruddin Albani Berziarahlah Dr. Mustafa Assibai`, seorang ulama da`wah yang banyak mengabdikan hidupnya untuk perjuangan menegakkan Islam, memiliki nasehat sangat berharga : Ziarahlah ke pengadilan setahun sekali, supaya engkau tahu karunia akhlak yang Swt berikan kepadamu.

    Ziarahlah ke rumah sakit sebulan sekali, supaya engkau tahu karunia sehat yang Swt berikan kepadamu Ziarahlah ke taman seminggu sekali, supaya engkau tahu karunia indahnya alam yang Swt berikan kepadamu. Ziarahlah ke perpustakaan sehari sekali, supaya engkau tahu karunia akal yang Swt berikan kepdamu. Dan, berziarahlah kepada Rabbmu setiap saat, supaya engkau tahu karunia nikmat kehidupan ini yang Swt berikan kepadamu. (Tarbawi Edisi 8 Th. 1 30 April 2000 M / 25 Muharam 1421 H)

    Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S. Al-Israa, 17 : 36) Abu Hurairah r.a berkata : Bersabda Nabi saw; Cukup seseorang berdusta kalau ia membicarakan semua apa yang didengarnya. (H.R. Muslim)

    Renungan Ayat & Hadis

    Pengalaman

    Petikan