buku_pengantar hukum tata guna tanah
TRANSCRIPT
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 1/32
TATA GUNA TANAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENATAGUNAAN TANAH
1. Catur Tertib Pertanahan
Tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan. Kedudukan tanah
yang penting ini kadang tidak diimbangi dengan usaha untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang timgul dalam bidang pertanahan. Faktamemperlihatkan bahwa keresahan di bidang pertanahan mendatangkan
dampak negatif di bidang sosial, politik dan ekonomi.
Untuk itu berdasarkan Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditentukan agar
pembangunan di bidang pertanahan diarahkan untuk menata kembali
penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah. Atas dasar Tap MPR No.
IV/MPR/1978, Presiden mengeluarkan kebijaksanaan bidang pertanahan yang
dikenal dengan Catur Tertib Bidang Pertanahan sebagaimana dimuat dalamKeppres No. 7 Tahun 1979, meliputi:
a. Tertib Hukum Pertanahan
Diarahkan pada program:
1. Meningkatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat.
2. Melengkapi peraturan perundangan di bidang pertanahan.
3. Menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang terjadi.
4. Meningkatkan pengawasan dan koordinasi dalam pelaksanaan hukum
agraria.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 2/32
b. Tertib Administrasi Pertanahan
Diarahkan pada program:
1. Mempercepat proses pelayanan yang menyangkut urusan pertanahan.
2. Menyediakan peta dan data penggunaan tanah, keadaan sosial ekonomi
masyarakat sebagai bahan dalam penyusunan perencanaan penggunaan tanah
bagi kegiatan-kegiatan pembangunan.
3. Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanah-tanah kelebihan batas
maksimum, tanah-tanah absente dan tanah-tanah negara.
4. Menyempurnakan daftar-daftar kegiatan baik di Kantor Agraria maupun
di kantor PPAT.
5. Mengusahakan pengukuran tanah dalam rangka pensertifikatan hak atas
tanah.
c. Tertib Penggunaan Tanah
Diarahkan pada usaha untuk:
1. Menumbuhkan pengertian mengenai arti pentingnya penggunaan tanah
secara berencana dan sesuai dengan kemampuan tanah.
2. Menyusun rencana penggunaan tanah baik tingkat nasional maupun tingkat
daerah.
3. Menyusun petunjuk-petunjuk teknis tentang peruntukan dan penggunaan
tanah.
4. Melakukan survey sebagai bahan pembuatan peta penggunaan tanah, peta
kemampuan dan peta daerah-daerah kritis.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 3/32
d. Tertib Pemeliharaan Tanah Dan Lingkungan Hidup
Diarahkan pada usaha:
a. Menyadarkan masyarakat bahwa pemeliharaan tanah merupakan
kewajiban setiap pemegang hak atas tanah.
b. Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada pemiliknya
atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi beban setiap
orang, badan hukum, atau isntansi yang mempunyai suatu hubungan dengan
tanah.
c. Memberikan fatwa tata guna tanah dalam setiap permohonan hak atas
tanah dan perubahan penggunaan tanah.
Pertimbangan dari segi tata guna tanah, antara lain menjawab:
• Apakah pemberian hak atas tanah kepada pemohon itu sesuai dengan
rencana tata guna tanah yang sudah ada ?
• Apakah penggunaan tanah sebagai yang dimaksud pemohon sesuai dengan
daya kesanggupan dan kemampuan tanah yang bersangkutan ?
• Apakah tidak perlu diadakan syarat-syarat khusus mengenai
pemeliharaan kesuburan dan pengawetan tanah yang bersangkutan?
• Melakukan analisa dampak lingkungan (ANDAL) sebelum suatu usaha
industri/pabrik didirikan.
• Melakukan pemantauan terhadap penggunaan tanah. Yang erat kaitannya
dengan bidang tata guna tanah adalah tertib penggunaan tanah dan tertib
pemeliharaan tanah & lingkungan hidup.
2. Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 4/32
Berdasarkan Kep. Menteri Agraria/KBPN Nomor 5 Tahun 1995 tentang
Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan dicanangkanlah suatu gerakan
nasional dengan nama Gerakan Nasional Pemasangan Tanda Batas Pemilikan
Tanah, yaitu gerakan kesadaran masyarakat untuk mensukseskan Catur
Tertib Pertanahan.
Pemasangan tanda batas pemilikan tanah dilakukan oleh pemilik tanah yang
berdampingan secara bersama-sama yang tergabung dalam wadah Kelompok
Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (POKMASDARTIBNAH)
Gerakan Nasional Sadar Tertib Pertanahan:
a. Tujuan
Sebagai gerakan partisipasi masyarakat dalam rangka mempercepat Catur
Tertib Pertanahan serta menigkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Prinsip Dasar
1. Pemasangan tanda batas tanah dilakukan oleh pemilik tanah secara
bersama-sama pemilik tanah yang berdampingan
2. Diciptakan adanya kelompok masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat
untuk mensukseskan kegiatan ini.
3. Sasaran
Masyarakat pemilik tanah di perkotaan dan pedesaan, melalui kelompok
POKMASDARTIBNAH, dimana Kepala Kantor Pertanahan
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 5/32
Kabupaten/Kotamadya bertindak selaku motivator maupun sebagai fasilitator
dalam kegiatan tersebut.
3. Penatagunaan Tanah Pertanian
Tanpa adanya planning, maka pemakaian tanah-tanah pertanian terutama
hanya akan berpedoman pada kepentingan masing-masing atau pada
keuntungan insidentil yang mereka harapkan dari jenis-jenis tanaman
tertentu. Dengan planning maka dapat dicapai keseimbangan yang baik antara
luas tanah dengan jenis-jenis tanaman yang penting bagi rakyat dan negara.
Dalam planning diberikan jatah tanah menurut keperluan rakyat dan negara
untuk jenis tanaman-tanaman yang penting bagi program sandang pangan, baik
bagi bahan pangan maupun tanaman perdagangan.
Usaha kearah penatagunaan tanah secara teknis telah dilakukan tetapi belum
secara menyeluruh, antara lain dalam bentuk perundang-undangan seperti:
UU No. 38 Prp Tahun 1960 mengenai luas minimum tanaman tebu yang harus
ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk dapat menjamin produksi tebu dan
kesinambungan produktifitas pabrik gula yang harus diimbangi dengan
penetapan maksimum luas tanah di daerah sekitar perkebunan tebu/pabrik
gula yang bersangkutan, yang boleh ditanami tanaman perdagangan lain.
UU No. 20 Tahun 1964 yang mensyaratkan penetapan jumlah sewa yang layak,
dalam arti sewa yang tidak merugikan kaum tani atas tanah-tanah yang
diharuskan ditanam (tebu).
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 6/32
Rencana pembangunan Tahunan (Repeta) tahun 2004 di bidang pembangunan
sektor pertanian terdapat beberapa kendala, yaitu:
a. Masalah teknis yaitu keterlambatan musim hujan
b. Tekanan dari komoditas pertanian dari luar negeri akibat dibukanya
mekanisme impor dan makin menurunya tarif bea masuk
c. Terfragmentasinya lahan pertanian yang didorong dengan laju konversi
lahan pertanian yang semakin meningkat.
4. Penertiban Pemakaian tanah secara liar.
Penertiban pemakaian tanah liar sudah sejak lama dilakukan yaitu:
• Pada tahun 1948 dengan Ordonansi Onrechtmatige Ocupatie van
Gronden
• UU Darurat No. 8 Tahun 1954
• UU Darurat No. 1 Tahun 1951 yang diganti dengan
•
UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah TanpaIzin dari yang berhak atau kuasanya.
Kepada penguasa daerah diberi wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan
penyelesaian atas tanah yang bukan perkebunan dan bukan hutan, yang
digunakan tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah yang ada di
daerahnya antara lain dengan perintah pengosongan, dengan memperhatikan
peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan.
Dalam penjelasan UU ini disebutkan mengenai banyaknya tanah-tanah di
dalam maupun di luar kota yang dipakai orang-orang tanpa izin. Juga
pemekaian tanah secara tidak teratur di perkotaan, lebih-lebih yang
melanggar norma hukum dan tata tertib yang menghambat pembangunan yang
direncanakan.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 7/32
5. Penyediaan Dan Penggunaan Tanah Bagi Keperluan Perusahaan
Pembangunan yang terus meningkat jelas menuntut tersedianya tanah sebagai
sarananya. Di satu pihak luas tanah yang tersedia sangat terbatas. Oleh
karena itu apabila keperluan tanah bagi perusahaan-perusahaan terutama
perusahaan yang menunjang perekonomian negara tidak diatur maka akhirnya
tanah akan menjadi faktor penghambat dalam proses pembangunan.
Atas dasar pertimbangan di atas, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan
tentang bagaimana penyediaan dan penggunaan tanah bagi keperluan
perusahaan (diatur dalam PMDN No. 5 Tahun 1974):
a. Agar tercipta suasana dan keadaan yang serasi dan menguntungkan bagi
pelaksanaan kegiatan pembangunan.
b. Agar supaya pada satu pihak, kebutuhan para pengusaha dan kegiatan
pembangunan yang memerlukan tanah dapat dicukupi dengan memuaskan.
Dengan demikian penyediaan tanah untuk kepentingan perusahaan tidak hanya
didasarkan pada segi keuntungan ekonomis tetapi juga harus diperhatikan
segi-segi yang lain, yaitu:
• segi yuridis
• pengaruhnya terhadap situasi sosial politik keamaan nasional didasarkan
pada asas-asas pembangunan nasional.
Dalam kebijaksanaan yang diatur dalam PMDN No. 5 Tahun 1974 yang
kemudian diatur lebih lanjut dalam Keppres No. 83 Tahun 1989 ditentukan
antara lain:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 8/32
a. Penetapan lokasi perusahaan:
1) Sejauh mungkin dihindari pengurangan areal tanah pertanian yang subur.
2) Sedapat mungkin harus dihindari pengurangan areal pertanian yang subur.
3) Hendaknya dihindari pemindahan penduduk dari tempat kediamannya.
4) Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya
pengotoran/pencemaran lingkungan.
Point 1) ini biasanya sering diabaikan yaitu perubahan fungsi dari tanah
pertanian menjadi tanah kering untuk lokasi perusahaan. Perubahan yang
demikian biasanya didasarkan pada pertimbangan:
• Kepentingan nasional memang menghendaki perubahan tanah pertanian
menjadi lokasi perusahaan.
•
Perubahan ini harus mendatangkan keuntungan ekonomis yang lebih tinggi
• Perusahaan yang bersangkutan harus dapat menyerap tenaga kerja
sebanyak mungkin.
• Sedapat mungkin digunakan tanah-tanah yang tidak atau kurang
produktif.
• Hendaknya dihindari pemindahan penduduk yang tanahnya masuk dalam
lokasi proyek.
1) Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya
pengotoran/pencemaran lingkungan.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 9/32
b. Penetapan luas tanah yang diperlukan:
Ditentukan bahwa luas tanah yang diperlukan luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan yang nyata artinya kebutuhan yang benar-benar diperlukan untuk
menyelenggarakan usahanya dan kemungkinan perluasan usahanya dikemudianhari.
Penetapan luas tanah yang diperlukan perusahaan harus dilakukan secara
tepat dan cermat, hal ini untuk menghindari akibat-akibat yang tidak baik:
1)
Luas tanah yang diberikan melebihi luas yang benar-benar diperlukan Inimengakibatkan ada sebagian tanah yang tidak dimanfaatkan/ditelantarkan
dimana hal ini bertentangan dengan asas optimal dan fungsi sosial hak atas
tanah.
2) Untuk mencegah usaha-usaha yang bersifat monopoli dan spekulatif.
Untuk mencegah hal tersebut maka dikeluarkanlah beberapa peraturan:
• Surat Keputusan MDN No. 268 tahun 1982 yang menentukan bahwa
perusahaan yang memperoleh tanah dari negara harus
memanfaatkan/menggunakan tanah tersebut dalam waktu 10 tahun sejak
keluarnya ijin pembebasan tanah.
• Instruksi Mendagri No. 21 Tahun 1973 yang memerintahkan kepada
Gubernur untuk melarang perusahaan baik perseorangan maupun badan hukum
untuk memiliki dan menguasai tanah yang melampaui tanah yang melampaui
batas kebutuhan usaha sesungguhnya.
c. Macam Hak atas tanah yang dapat diberikan:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 10/32
1) Jika perusahaan itu merupakan usaha perseorangan dan pemiliknya WNI
hak atas tanah yang diberikan ialah: hak milik, HGU, HGB, dan hak pakai.
2) Jika perusahaan itu berbentuk badan hukum hak atas tanah yang diberikan
ialah: Hak Pengelolaan, HGU, HGB, dan hak pakai.
Khusus mengenai hak pengelolaan ini perusahaan yang diberi hak mempunyai
wewenang:
merencanakan peruntukan dan penggunaan tanahnya.
1) Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya.
2) Menyerahkan bagian-bagian dari tanah kepada pihak ketiga yang
memerlukan.
Misalnya PERUMNAS (Perusahaan Perumahan Nasional) dalam kegiatannya
berupa:
3) Merencanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan
perumahan.
Pelaksanaan pembangunan perumahan
4) Menyerahkan rumah beserta tanahnya kepada yang berhak
6. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 PP No. 16 Tahun 2004 ditentukan mengenai
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di
kawasan lindung atau kawasan budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasandalam RTRW. Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung tidak
boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem
alami.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 11/32
Penggunaan tanah di kawasan budidaya tidak boleh ditelantarkan, harus
dipelihara dan dicegah kerusakannya. Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya
tidak saling bertentangan, tidak saling mengganggu, dan memberikan
peningkatan nilai tambah terhadap penggunan tanahnya. Ketentuan mengenai
penggunaan dan pemanfaatan tanah ditetapkan melalui pedoman teknispenetagunaan tanah, yang menjadi syarat menggunakan dan memanfaatkan
tanah.
Dalam hal penggunaan dan pemanfaatan tanah, pemegang hak atas tanah
wajib menikuti persyaratan yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Persyaratan ini antara lain pedoman teknis
penatagunaan tanah, persyaratan mendirikan bangunan, persyaratan dalam
analisis mengenai dampak lingkungan, persyaratan usaha, dan ketentuanlainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada pulau-pulau kecil dan bidang-bbidang
tanah yang berada di sempadan pantai, sempadan danau, sempadan waduk,
dan atau sempadan sungai harus memperhatikan:
a.Kepentingan umum;
b.Keterbatasan daya dukung, pembangunan yang berkelanjutan, keterkaitan
ekosistem, keanekaragaman hayati serta kelestarian fungsi lingkungan.
Apabila terjadi perubahan RTRW, maka penggunaan dan pemanfaatan tanah
mengikuti RTRW yang terakhir.
Pemanfaatan tanah dapat ditingkatkan apabila tidak mengubah penggunaan
tanahnya. Peningkatan pemanfaatan tanah harus memperhatikan hak atas
tanahnya serta kepentingan masyarakat. Pemanfaatan tanah untuk kawasan
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 12/32
lindung dapat ditingkatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan ekowisata apabila
menganggu fungsi kawasan.
Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan di bawah tanah yang
tidak terkait dengan penguasaan tanah dapat dilaksanakan apabila tidak
mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah yang bersangkutan. Jika
kegiatan tersebut menggangu pemanfaatan tanah harus mendapat
persetujuan pemegang hak atas tanah.
Penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai denganRTRW disesuaikan melalui penyelenggaraan penatagunaan tanah.
7. Penggunaan Dan Penetapan Luas Tanah Untuk Tanaman-Tanaman
Tertentu
Beberapa aturan yang berkaitan dengan penyediaan tanah untuk tanaman-tanaman tertentu ialah:
a. UU No. 38 Prp Tahun 1960 tentang penetapan luas tanah bagi tanaman-
tanaman tertentu.
b. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi
(TRI)
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan dalam pengadaan tanah ini:
a)Mengenai letak tanah
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 13/32
Ditentukan di desa-desa yang termasuk dalam wilayah kerja perusahaan yang
memerlukan tanah
b)Mengenai luas tanah
Harus memperhatikan kepentingan perusahaan dan masyarakat serta
kelangsungan kesuburan tanah
c)Pola tanam
Agar tanah yang diperlukan bagi tanaman tertentu ditentukan secara
bergiliran.
Kemudian cara untuk memperoleh tanah dapat dilakukan dengan:
Perjanjian sewa tanah antara petani pemilik tanah atau kelompok tani dengan
perusahaan yang memerlukan tanah.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah besarnya penetapan uang sewa.
Jumlah uang sewa minimal sama dengan hasil yang diperoleh apabila tanah itu
dikerjakan sendiri oleh pemiliknya.
Perjanjian bagi hasil tanah pertanian.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah besarnya imbangan pembagian
hasil antara pemilik dengan perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
LANDASAN HUKUM TATA GUNA TANAH
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 14/32
1.Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung
prinsip-prinsip sebagai berikut:
Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh negara.
Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus
menggunakan BARA + K tersebut untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Bahwa hubungan antara negara dengan BARA + K merupakan hubungan
menguasai.
2.Sebagai pelaksana dari pasal 33 ayat (3) UUD 45 adalah Pasal 14 dan 15
UUPA
Pasal 14 menentukan agar pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai
persediaan, peruntukan dan penggunaan BARA + K untuk kepentingan-
kepentingan yang bersifat politis, ekonomis, sosial dan keagamaan.
Dalam penjelasan umum poin 8 dinyatakan bahwa:
Akhirnya untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita bangsa dan Negara di
atas dalam bidang agraria perlu adanya suatu rencana (planning) mengenai
peruntukkan, penggunaan dan persediaan bumi, air dan ruang angkasa untuk
keperluan berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara: Rencana Umum
(National Planning) yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yang kemudian
diperinci menjadi rencana-rencana khusus (regional planning) dari tiap-tiapdaerah. Dengan adanya planning itu maka penggunaan tanah dapat dilakukan
secara terpimpin dan teratur hingga dapat membawa manfaat yang sebesar-
besarnya bagi Negara dan rakyat.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 15/32
Dalam penjelasan pasal 14 dinyatakan bahwa:
Pasal ini mengatur soal perencanaan persediaan, peruntukan dan penggunaan
bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang telah dikemukakan dalam penjelasan
umum (II angka 8). Mengingat akan corak perekonomian Negara dikemudianhari dimana industri dan pertambangan akan mempunyai peranan yang penting,
maka disamping perencanaan untuk pertanian perlu diperhatikan, pula
keperluan untuk industri dan pertambangan (ayat 1 huruf d dan e).
Perencanaan itu tidak saja bermaksud menyediakan tanah untuk pertanian,
peternakan, perikanan, industri dan pertambangan, tetapi juga ditujukan
untuk memajukannya. Pengesahan peraturan Pemerintah Daerah harus
dilakukan dalam rangka rencana umum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan
sesuai dengan kebijaksanaan Pusat.
Pasal 15 menentukan suatu kewajiban kepada semua pihak yang menggunakan
tanah baik Pemerintah, masyarakat maupun perseorangan untuk memelihara
tanahnya.
Undang-undang yang diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang
pembuatan rencana umum penggunaan tanah sebagaimana dikehendaki pasal14 UUPA ialah peraturan pemerintah
3.No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
4.UU No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5.UU No. 38 Prp Tahun 1960 jo UU No. 20 Tahun 1964 tentang Penggunaan
dan Penetapan luas tanah untuk tanaman-tanaman tertentu.
Mengenai penertiban/pemanfaatan:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 16/32
6.UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang
berhak atau kuasanya.
7.Instruksi Mendagri No. 2 Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 1982
8.Keputusan Mendagri No. 268 Tahun 1982 tertanggal 17 Januari 1982
Mengenai Fatwa tata guna tanah diatur dalam Peraturan Mendagri No. 3
Tahun 1972 jo No. 6 Tahun 1986.
9.PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Menurut Mieke Komar Kantaatmadja, selain aspek-aspek tujuan penataan
ruang, penatagunaan tanahpun harus mengacu pada kebijaksanaan dasar
mengenai pertanahan yang terkandung dalam UUPA dan undang-undang lain
yang berkaitan dengan penggunaan tanah. Dasar-dasar penatagunaan tanah
itu adalah:
1. Kewenangan untuk mengatur persediaan, peruntukkan dan penggunaan
tanah serta pemeliharaan tanah ada pada Negara;
2. Hak atas tanah memberikan wewenang kepeda pemegang hak untuk
menggunakan tanah yang bersangkutan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu;
3. Kewenangan pemegang hak atas tanah untuk mempergunakan tanah
tersebut dibatasi oleh ketentuan bahwa hak atas tanah berfungsi sosial;
4. perlunya perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah dalam proses
penatagunaan tanah;
5. penatagunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari pengaturan penguasaan
dan pemilikan tanah;
6. penggunaan tanah disamping sebagai subsistem penatagunaan ruang juga
merupakan subsistem dari system pembangunan;
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 17/32
7. Karena sifatnya multidimensi (dimensi fisik, ekonomi, soaial, politik,
hankam) dan multisektor maka penatagunaan tanah dalam prakteknya harus
diselenggarakan secara koordinatif;
8. penatagunaan tanah harus mampu menyediakan tanah bagi semua kegiatanpembangunan yang sifatnya dinamis, karena penatagunaan tanah bersifat
dinamis dan sibernetik;
9. Penyelenggaraan penatagunaan tanah merupakan tugas pemerintah pusat
yang pelaksanaannya di daerah berdasarkan dekonsentrasi atau medebewind.
Salah satu sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan tata guna tanah adalah
terjadinya penatagunaan tanah yang terdapat di perkotaan dan pedesaansehingga akan muncul suatu konsep penataan tanah yang baik serta serasi
dari aspek lingkungan. Konsep yang dimaksud untuk menata penggunaan tanah
di perkotaan dan pedesaan ialah Konsolidasi Tanah.
__._,_.___
MODEL PERENCANAAN TATA GUNA TANAH
Sebelum dikeluarkannya PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah,
masalah model perencanaan penggunaan tanah masih merupakan masalah yang
belum tuntas artinya masalahnya masih menjadi pembicaraan diantara para
perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini disebabkan belum ditemukan
model perencanaan penggunaan tanah yang dapat dijadikan pedoman oleh para
perencana pembangunan.
Adapun faktor-faktornya adalah:
1.UUPA sendiri hanya mengatur secara garis besarnya saja.
Hal ini bisa dilihat dalam ketentuan Pasal 14 dan Pasal 15 UUPA (UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria). Pasal 14
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 18/32
menentukan agar Pemerintah membuat “rencana umum” penggunaan tanah
untuk berbagai macam kepentingan masyarakat dan negara. Sedang Pasal 15
UUPA menentukan agar penggunaan tanah tidak menimbulkan kerusakan bagi
lingkungan hidup termasuk terpeliharanya tingkat kesuburan tanah.
2.Adanya perbedaan pendapat tentang kedudukan dari rencana penggunaan
tanah.
3.Selama ini pemerintah Indonesia menggunakan model perencanaan penataan
wilayah termasuk penggunaan tanah yang diwarisi oleh Pemerintah Hindia
Belanda.
Tetapi setelah keluar PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
maka sudah ada aturan yang bisa dipergunakan sebagai acuan dalam mengatur
dan menyelesaikan persoalan penatagunaan tanah di Indonesia.
Ada beberapa Model Perencanaan Penggunaan Tanah yaitu:
1.Model Zoning
Menurut model ini, tanah di suatu wilayah/daerah tertentu dibagi dalam
beberapa zone penggunaan atau kepentingan-kepentingan/kegiatan-
kegiatan/usaha-usaha yang dilakukan.
Contoh model zoning yang dikembangkan oleh Ernest W Borgess untuk kota
Chicago, dimana wilayah dibagi menjadi:
a.Wilayah “the loop” yang merupakan wilayah perdagangan yang sering
disebut “downtown”.
b.“The zone in transitions” merupakan wilayah yang disiapkan bagi
perkembangan industri dan perdagangan.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 19/32
c.“The zone of working men’s homes” merupakan wilayah pemukiman bagi
pekerja-pekerja kelas bawah.
d.“The residential zone” merupakan wilayah pemukiman bagi orang-orang kaya
e.“The commuters zone” merupakan wilayah diluar batas kota.
Kebaikan dari model zoning adalah:
Tugas perencana penggunaan tanah cukup sederhana.
Adanya jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah warga
masyarakat.
Kelemahan-kelemahannya adalah:
Tidak adanya ruang atas tanah yang dapat menampung kegiatan-kegiatan yang
dipandang merugikan atau mengganggu apabila diletekkan pada zone-zone
tertentu.
Akan terjadi perkembangan wilayah yang tidak merata.
Pada suatu saat, suatu zone akan mengalami tingkat kepadatan yang tinggi.
2.Model Terbuka
Istilah terbuka mempunyai arti bahwa suatu ruang atas tanah dalam satu
wilayah tertentu tidak terbagi-bagi dalam zone-zone penggunaan
sebagaimana dalam model zoning. Model terbuka menitikberatkan pada usaha-usaha untuk mencari lokasi yang sesuai bagi suatu kegiatan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Untuk memperoleh lokasi yang sesuai,
faktor-faktor tertentu harus diperhatikan antara lain:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 20/32
a.Data kemampuan fisik tanah
Atas data kemampuan fisik tanah dibuatlah pola penggunaan tanah. Pola
penggunaan tanah perkotaan dibuatlah jaringan jalan dengan tetap
memperhatikan asas ATLAS. Sedangkan pola penggunaan tanah untukpedesaan dibuat atas dasar tinggi dan tingkat kemiringan tanah. Atas dasar
ini maka suatu wilayah pedesaan dibedakan menjadi beberapa wilayah
penggunaan utama yang disebut wilayah tanah usaha.
Wilayah tanah usaha dibedakan menjadi:
Wilayah tanah usaha terbatas.
Ketinggian <> 1000 m
Perbedaan ketinggian tanah ini akan membedakan pula perbedaan pola
penggunaan tanah
b.Keadaan sosial ekonomi masyarakat
Meliputi: kepadatan penduduk, kegiatan yang dilakukan penduduk & mata
pencaharian, rata-rata pendapatan perkapita, adat istiadat dll. Data ini
penting untuk mencegah keresahan-keresahan masyarakat sebagai akibatadanya kegiatan pembangunan.
Keadaan lingkungan hidup.
Untuk mengetahui pengaruh pembangunan terhadap lingkungan hidup
dilakukan dengan ANDAL (analisa dampak lingkungan)
c.Data mengenai penguasaan tanah yang ada di wilayah tersebut.
Prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam model terbuka:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 21/32
a.Bahwa perencanaan penggunaan tanah tidak menggariskan kegiatan yang
harus diletakkan, tetapi meletakkan kegiatan yang telah digariskan.
b.Tersedianya peta penggunaan tanah bukan merupakan tujuan tetapi
berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mecapai tujuan pembangunan.
c.Bahwa tanah itu sendiri tidak dapat memberikan suatu bagi manusia, tetapi
kegiatan yang ada di atasnyalah yang memberikan manfaat dan kemakmuran.
Kebaikan dari model terbuka:
a.Semua kegiatan pembangunan baik pemerintah maupun swasta dilaksanakan
dan tertampung, tanpa ada kekawatiran akan terjadi konflik dalampenggunaan tanah.
b.Tanah dapat digunakan sesuai dengan asas-asas penggunaan tanah.
Kelemahan model terbuka adalah kurangnya jaminan kepastian hukum
terhadap hak atas tanah warga masyarakat. Hak atas tanah warga
masyarakat kurang mendapatkan jaminan hukum. Untuk mengatasi ini maka
hendaknya proses pembebasan tanah dilakukan sesuai dengan peraturan yangberlaku.
3.Land Consolidation
Dikenal pula adanya teknik konsolidasi tanah (land consolidation) yaitu teknik
penataan kembali lokasi dan batas-batas tanah serta sarana dan prasarana
(pelurusan jalan, sungai, saluran pembagian/pembuangan air) sedemikian rupa,sehingga pengkaplingan menjadi berbentuk segi empat panjang dan setiap
persil dapat dicapai secara efisien oleh penggarap atau saluran air.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 22/32
Penatagunaan tanah juga mencakup arti pemeliharaan. Tanah itu harus
dipelihara baik-baik menurut cara yang lazim dikerjakan di daerah yang
bersangkutan sesuai dengan petunjuk dari jawatan-jawatan yang
bersangkutan agar bertambah kesuburan serta dicegah kerusakannya.
Dalam dictum peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun
1991 tentang Konsolidasi Tanah dinyatakan bahwa tanah sebagai kekayaan
bangsa Indonesia harus dimanfaatnkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Untuk itu perlu dilakukan konsolidasi tanah sebagai upaya untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penggunaan tanah serta
menyelaraskan kepentingan induvidu dengan fungsi sosial tanah dalam rangka
pelaksanaan pembangunan.
Konsolidasi tanah ialah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali
penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumber daya alan dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
Bertitik tolak dari definisi tersebut di atas maka ada beberapa elemen darikonsolidasi tanah, yaitu:
a. Konsolidasi tanah merupakan kebijakan pertanahan;
b. Konsolidasi tanah berisikan penataan kembali penguasaan, penggunaan, dan
usaha pengadaan tanah;
c. Konsolidasi tanah bertujuan untuk kepentingan pembangunan, meningkatkan
kualitas lingkungan, pemeliharaan sumber daya alam;
d. Konsolidasi tanah harus dilakukan dengan melibatkan pastisipasi aktif
masyarakat.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 23/32
Tujuan Konsolidasi tanah ialah untuk mencapai pemanfaatan tanah secara
optimal melalui peningkatan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah.
Sedangkan sasaran yang akan dicapai ialah terwujudnya suatu tatanan
penguasaan dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur.
Sedangkan pelaksanaan konsolidasi tanah diatur lebih lanjut dalam SE KBPN
No. 410-4245/1991 tentang Petunjuk Pelaksnaan Konsolidasi Tanah. Dalam
pont 2 SE ini dinyatakan bahwa Peningkatan yang demikian itu mengarah
kepada tercapainya suatu tatanan penatagunaan dan penguasaan tanah yang
tertib dan teratur. Sasaran konsolidasi tanah terutama ditujukan pada
wilayah sebagai berikut:
a. Wilayah perkotaan;
1) Wilayah pemukiman kumuh;
2) Wilayah yang tumbuh pesat secara alami;
3) Wilayah pemukiman yang mulai tumbuh;
4) Wilayah yang direncanakan menjadi pemukiman yang baru;
5) Wilayah yang relative kosong di bagian pinggiran kota yang diperkirakanakan berkembang sebagai daerah pemukiman
b. Wilayah pedesaan
1) Wilayah yang potensial dapat memperoleh pengairan tetapi belum tersedia
jaringan irigasi;
2) Wilayah yang jaringan irigasinya telah tersedia tetapi pemanfaatannya
belum merata;
3) Wilayah yang berpengairan cukup baik maupun masih perlu ditunjang oleh
pangadaan jaringan jalan yang memadai.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 24/32
Pada point 3 SE KBPN No. 410-4245/1991 dinyatakan bahwa konsolidasi
tanah meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Konsolidasi tanah perkotaan
1) Pemilihan lokasi;
2) Penyuluhan;
3) Penjajakan kesepakatan;
4) Penetapan lokasi konsolidasi tanah dengan surat Kep.
Bupati/walikotamadya;
5) Pengajuan daftar usulan rencana kegiatan konsolidasi tanah;
6) Identifikasi subjek dan objek;
7) Pemetaan dan pengukuran keliling;
8) Pengukuran dan pemetaan rincian;
9) Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah;
10) Pembuatan blok plan/pradisain tata ruang;
11) Pembuatan desain tata ruang;
12) Musyawarah tentang rencana penetapan kapling baru;
13) Pelepasan hak atas tanah oleh para peserta;
14) Penegasan tanah sebagai objek konsolidasi tanah;
15) Staking out/relokasi;
16) Konstruksi/pembentukan badab jalan dll;
17) Redistribusi tanah/penerbitan sk pemberian hak;
18) Sertifikat;
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 25/32
b. Konsolidasi tanah pedesaan
1) Pemilihan lokasi;
2) Penyuluhan;
3) Penjajakan kesepakatan;
4) Penetapan lokasi konsolidasi tanah dengan surat Kep.
Bupati/walikotamadya;
5) Identifikasi subjek dan objek;
6) Pengajuan daftar usulan rencana kegiatan konsolidasi tanah;
7) Seleksi calon penerima hak
8) Pemetaan dan pengukuran kapling;
9) Pengukuran dan pemetaan rincian;
10) Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah;
11) Pembuatan blok plan/pradisain tata ruang;
12) Pembuatan desain tata ruang;
13) Musyawarah tentang rencana penetapan kapling baru;
14) Pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;
15) Penegasan tanah sebagai objek konsolidasi tanah;
16) Staking out/relokasi;
17) Konstruksi/pembentukan prasarana umum dll;
18) Redistribusi tanah/penerbitan sk pemberian hak;
19) Sertifikat;
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 26/32
Kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan konsolidasi tanah diarahkan
pada tertib penggunaan tanah tetapi juga diarahkan untuk melakukan
penataan kembali bidang-bidang tanah tertentu.
ASAS-ASAS TATA GUNA TANAH
Perencanaan tata agraria harus didasarkan pada tiga prinsip:
1.Prinsip penggunaan aneka (principle of multiple use)
Prinsip ini menghendaki agar rencana tata agraria dapat memenuhi beberapa
kepentingan sekaligus pada satu kesatuan tanah tertentu.
2.Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum production)
Prinsip ini dimaksudkan agar penggunaan suatu bidang agraria diarahkan untuk
memperoleh hasil fisik yang setinggi-tingginya untuk memenuhi kebutuhan
rakyat yang mendesak.
3.Prinsip penggunaan optimum (principle of optimum use)
Prinsip ini menghendaki agar penggunaan suatu bidang agraria dapat
memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya kepada orang yang
menggunakan/mengusahakan tanpa merusak sumber alam itu sendiri.
Dalam literatur Hukum Agraria biasanya dibedakan 2 kelompok asas tata
guna tanah yang disebabkan oleh karena adanya perbedaan titik berat
penggunaan tanah diantara keduanya dimana penggunaan tanah di daerah
pedesaan lebih dititikberatkan pada usaha-usaha pertanian. Sedangkan
penggunaan tanah di daerah perkotaan dititikberatkan pada kegiatan non
pertanian serta perbedaan ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan dengan
perkotaan. Berdasarkan penjelasan Pasal 13 ayat (5) PP No. 16 Tahun 2004
tentang Penatagunaan Tanah, bahwa pedoman teknis penggunaan tanah
bertujuan untuk menciptakan penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 27/32
lestari, optimal, serasi dan seimbang (LOSS) diwilayah pedesaan serta aman,
tertib, lancar dan sehat (ATLAS) di wilayah perkotaan yang menjadi
persyaratan penyelesaian administrasi pertanahan. Secara rinci asas tata
guna tanah itu dijelaskan sebagai berikut:
Asas tata guna tanah untuk daerah pedesaan (rural land use planning).
Biasanya disingkat dengan LOSS.
1.Lestari
Tanah harus dimanfaatkan dan digunakan dalam jangka waktu yang lama yang
akan berdampak pada:
a) Akan terjadi penghematan dalam penggunaan tanah.
b) Agar supaya generasi yang sekarang dapat memenuhi kewajibannya untuk
mewarislan sumber daya alam kepada generasi yang akan datang.
Suatu ungkapan dari seorang raja Afrika bahwa: the land belongs to agreat
family of which many member are dead, some are living and the large number
still to the born. (jadi tanah bukan milik masyarakat sekarang saja, tetapi
tanah milik dari masyarakat dulu masyarakat sekarang dan masyarakat yang
akan datang).
2.Optimal
Pemanfaatan tanah harus mendatangkan hasil atau keuntungan ekonomis yang
setinggi-tingginya.
3.Serasi dan seimbang
Suatu ruang atas tanah harus dapat menampung berbagai macam kepentinganpihak-pihak, sehingga dapat dihindari adanya pertentangan atau konflik dalam
penggunaan tanah.
Asas tata guna tanah untuk daerah perkotaan (urban land use planning)
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 28/32
1.Aman
Maksudnya aman dari: bahaya kebakaran, dari tindak kejahatan, bahaya
banjir, bahaya kecelakaan lalu lintas dan aman dari ketunakaryaan.
2.Tertib
Maksudnya tertib dalam bidang pelayanan, dalam penataan wilayah perkotaan,
dalam lalu lintas, dan dalam hukum.
3.Lancar
Maksudnya lancar dalam pelayanan, lancar berlalu lintas, dan lancar dalam
komunikasi.
4.Sehat
Maksudnya sehat dari segi jasmani dan sehat dari segi rohani.
Sedangkan asas penatagunaan tanah menurut PP No. 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah ialah keterpaduan, berdayaguna dan berhasilguna, serasi,
selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan dan
perlindungan hukum (Pasal 2).
PENGERTIAN TATA GUNA TANAH
Istilah tata guna tanah biasa juga dikenal dengan istilah asingnya sebagai
“Land Use Planning”. Apabila istilah tata guna tanah dikaitkan dengan obyek
hukum agraria nasional (UUPA), maka penggunaan istilah tersebut kurang
tepat. Hal ini dikarenakan obyek hukum agraria meliputi: bumi, air, ruang
angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Sedangkan tata
guna tanah hanya berobyek tanah yang merupakan salah satu bagian dari
obyek hukum agraria. Maka istilah yang tepat adalah “Tata Guna Agraria”
atau “Agrarian Use Planning” yang meliputi:
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 29/32
1.Tata Guna Tanah (land use planning)
2.Tata Guna Air (water use palnning)
3.Tata Guna Ruang Angkasa (air use planning)
Dalam ketentuan menimbang huruf a TAP MPR No. IX Tahun 2001 Tentang
Pembaruan Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam ditegaskan bahwa
bahwa sumber daya agraria/sumber daya alam meliputi bumi, air, ruang
angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia, merupakan kekayaan
Nasional yang wajib disyukuri. Oleh karena itu harus dikelola dan
dimanfaatkan secara optimal bagi generasi sekarang dan generasi mendatangdalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Ada beberapa definisi tata guna tanah yang dapat dijadikan acuan:
1.Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur peruntukan,
penggunaan dan persediaan tanah secara berencana dan teratur sehingga
diperoleh manfaat yang lestari, optimal, seimbang dan serasi untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dan negara.
2.Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan penataan, penyediaan,
peruntukan dan penggunaan tanah secara berencana dalam rangka
melaksanakan pembangunan nasional.
Tata guna tanah adalah usaha untuk menata proyek-proyek pembangunan,
baik yang diprakarsai pemerintah maupun yang tumbuh dari prakarsa danswadaya masyarakat sesuai dengan daftar sekala prioritas, sehingga di satu
pihak dapat tercapai tertib penggunaan tanah, sedangkan di pihak lain tetap
dihormati peraturan perundangan yang berlaku.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 30/32
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil unsur-unsur yang ada, yaitu:
a. Adanya serangkaian kegiatan.
Yang meliputi pengumpulan data lapangan yang menyangkut tentang
penggunaan, penguasaan, dan kemampuan fisik tanah, pembuatan rencana/pola
penggunaan tanah untuk kepentingan pembangunan dan pengawasan serta
keterpaduan di dalam pelaksanaanya.
b. Penggunaan tanah harus dilakukan secara berencana.
Ini mengandung konsekuensi bahwa penggunaan tanah harus dilakukan atas
dasar prinsip-prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut ialah lestari, optimal,
serasi dan seimbang.
c. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Ialah untuk tercapainya sebesar-besar kemakmuran rakyat menuju
masyarakat yang adil dan makmur.
3.Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah
yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkaitdengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan
masyarakat secara adil (Pasal 1 PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah). Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan
bentukan alami maupun buatan manusia. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan
untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan
tanahnya. Sedangkan pengertian penguasaan tanah adalah hubungan hukum
antara orang per orang, kelompok orang atau badan hukum dengan tanah
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1960 pengertian bumi, selain
permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 31/32
dibawah air. Sedangkan tanah menurut PP 16 Tahun 2004 ialah wujud tutupan
permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
Penatagunaan tanah merupakan bagian dari sub sistem penataan ruang wilayah
yang dituangkan dalam rencana tata ruang wilayah. Rencana tata ruang
wilayah ialah hasil perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administrative
dan atau aspek fungsional yang telah ditetapkan.
TUJUAN TATA GUNA TANAH
Tujuan dari tata guna tanah harus diarahkan untuk dapat mencapai sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut:
1.Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah tempat.
Maksudnya setiap kegiatan yang memerlukan tanah harus diperhatikan
mengenai data kemampuan fisik tanah untuk mengetahui sesuai tidaknyakemampuan tanah tersebut dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2.Mengusahakan agar tidak terjadi penggunaan tanah yang salah urus.
Maksudnya setiap harus melaksanakan kewajibannya memelihara tanah yang
dikuasainya. Hal ini untuk mencegah menurunnya kualitas sumber daya tanah
yang akirnya akan timbul kerusakan tanah.
3.Mengusahakan adanya penggendalian terhadap perkembangan kebutuhan
masyarakat akan tanah.
7/23/2019 Buku_pengantar Hukum Tata Guna Tanah
http://slidepdf.com/reader/full/bukupengantar-hukum-tata-guna-tanah 32/32
Pengendalian ini dilakukan untuk menghindari konflik kepentingan akibat
penggunaan tanah.
Mengusahakan agar terdapat jaminan kepastian hukum bagi hak-hak atas
tanah warga masyarakat.
4.Jaminan kepatian hukum penting untuk melindungi warga masyarakat yang
tanahnya diambil untuk kepentingan proyek pembangunan.
Berdasarkan ketentuan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
tujuan dari penatagunaan tanah ialah pemanfaatan tanah sebagai satukesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Secara rinci
penatagunaan tanah bertujuan untuk:
a. mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai
kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRW;
b. mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai
dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW;
c. mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan danpemanfaatan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah;
d. menjamin kepastian hukum untuk memanfaatkan tanah bagi masyarakat
yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan RTRW yang
telah ditetapkan.