buku studi diet total; survei konsumsi makanan individu diy 2014

Download Buku Studi Diet Total; Survei Konsumsi Makanan Individu DIY 2014

If you can't read please download the document

Upload: nihrd-moh-ri

Post on 13-Sep-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

SDT 2014 DIY

TRANSCRIPT

  • i

    Buku

    Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    2014

    Tim Penulis : Sugianto, SKM, M.Sc.PH

    M. Faozan, SKM, MPH Asih Setyani, SP, MPH

    Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

    2014

  • ii

    Kata Pengantar

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan

    karunia Allah, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014

    Daerah Istimewa Yogyakarta SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI).

    Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Daerah Istimewa

    Yogyakarta dilakukan di bulan Mei - Juli 2014 di 5 kabupaten/kota. Sebanyak 52 enumerator

    disebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 3 koordinator klaster yang berasal dari

    peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) serta 1

    Penanggung Jawab Operasional Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak

    575 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak 1805 individu dapat di wawancara.

    Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu pelatihan koordinator

    klaster dan enumerator.

    Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data di

    lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat)

    dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat gizi dalam

    bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat gizi.

    Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih

    yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator, koordinator

    klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas Kesehatan Provinsi serta Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari

    Perguruan Tinggi, para Dosen Politeknik Kesehatan dan semua pihak yang telah

    berpartisipasi mensukseskan SDT ini.

    Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu

    Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,

    dalam menunjukkan karya baktinya.

    Billahi taufiq walhidayah, wassalamualaikum wr. wb.

    Jakarta, Desember 2014

    Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Dan Epidemiologi Klinik

    Dr. Siswanto, MHP

  • iii

    Kata Sambutan

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia

    Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu tahun

    2014. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan bagian dari Studi Diet Total

    (SDT) bersama dengan kegiatan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI

    dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan Timur).

    Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data

    dilakukan sejak bulan Maret- Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273

    koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab Operasional

    Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi dan sebanyak

    162.044 individu dapat di wawancara.

    SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang

    dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat

    bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari beberapa

    zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya ketersediaan

    komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup

    semua zat gizi.

    Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan data di lapangan, kemudian dilakukan

    entry data ke komputer yang dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses data cleaning

    dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data

    dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses

    pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian,

    stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan

    khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman.

    Data konsumsi makanan individu ini harus dapat go international. Oleh karena itu, data

    perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual

    Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang

    dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan

  • iv

    stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global Individual

    Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT).

    Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus

    atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf

    Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan

    Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas

    Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi

    mensukseskan SDT ini.

    Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu Menteri

    Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa, dalam

    menunjukkan karya baktinya.

    Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. wb.

    Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI

    Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE

  • v

    Ringkasan Eksekutif

    Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014 mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI dilakukan karena belum tersedia data konsumsi makanan individu nasional yang lengkap sebagai dasar melakukan ACKM. Penelitian ini merupakan survei berskala nasional dan multi years, dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. Penelitian Studi Diet Total dilakukan pada tahun 2014 dan 2015. Studi Diet Total terdiri dari SKMI dan ACKM. Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6%). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawncarai (87,9%). Hasil SDT di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa rata-rata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 19,1 gram per hari, kentang dan olahan 8,9 gram per hari dan ubi jalar 3,4 gram perhari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah singkong dan olahan yaitu 29,5 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu sebesar 72,3 gram per hari. Persentase penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan sebesar 72,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun yaitu sebesar 65,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok sayuran dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah sayuran daun sebesar 85,0 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang yaitu sebesar 20,3 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah pisang sebesar 20,4 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas yaitu sebesar 42,5 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah daging unggas sebesar 36,9 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan unggas yaitu sebesar 1,6 gram per hari, Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah jeroan lainnya sebesar 4,0 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan air tawar yaitu sebesar 15,6 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah ikan laut sebesar 6,9 persen. Rerata penduduk mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam yaitu sebesar 25,20 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah telur ayam sebesar 51,5 persen.

  • vi

    Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu cair yaitu sebesar 4,9 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah susu kental manis sebesar 12,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa dan olahan yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa sebesar 94,5 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula yaitu sebesar 28,96 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah gula sebesar 92,3 persen. Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah bumbu basah yaitu sebesar 14,56 gram per hari. Persentase penduduk yang mengkonsumsi bumbu di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah garam sebesar 98,9 persen. Rerata konsumsi kelompok minuman jenis minuman serbuk, tertinggi adalah teh instan/daun kering (3.8 gram). Persentase penduduk yang mengkonsumsi kelompok minuman menurut kelompok umur tertinggi tertinggi adalah minuman serbuk (74,1%). Rerata tertinggi konsumsi air minum pada kelompok uisa 19-55 tahun (1.330,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek adalah pada kelompok usia 19-55 tahun (248,6 ml). Rerata tertinggi konsumsi minuman cair kemasan pabrikan adalah pada kelompok usia 5-12 tahun (38,7 ml). Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah mengonsumsi air minum (97,7%). Rerata konsumsi suplemen tertinggi pada semua kelompok usia adalah minuman suplemen (0,4 ml). Rerata konsumsi jamu tradisional (0,54 ml) lebih tinggi dibanding konsumsi jamu pabrikan (0,02 mg) pada semua kelompok usia. Persentase tertinggi penduduk yang mengonsumsi suplemen adalah mengonsumsi suplemen multivitamin (1%). Persentase penduduk mengonsumsi jamu tradisional (0,9%) lebih tinggi dibanding jamu pabrikan (0,6%). Rerata asupan energi penduduk laki-laki baik di daerah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibanding penduduk perempuan. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan, paling tinggi pada kelompok usia 13-18 tahun. Rerata asupan energi penduduk laki-laki di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun. Sedangkan rerata asupan energi penduduk perempuan di daerah pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun. Rerata kecukupan energi pada laki-laki berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (99%). Rerata kecukupan energi pada perempuan berdasarkan kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (96%). Berdasarkan tempat tinggal, rerata kecukupan energi penduduk perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok teratas memiliki rerata kecukupan energi tertinggi, dan kelompok menengah bawah memiliki rerata kecukupan energi terendah. Proporsi penduduk yang defisit energi menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit energi dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami defisit energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (49,1% ) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah. Persentase penduduk yang lebih dari 100 persen AKE menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan energi dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan energi > 100 persen AKE tertinggi (31%) dan penduduk kelas menengah bawah mengalami kelebihan energi > 100% AKE terendah (15,7%).

    Rerata asupan protein penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia

  • vii

    5-12 tahun (72 g). Rerata asupan protein penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (69 g). Rerata asupan protein penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (56 g). Rerata kecukupan protein penduduk laki-laki maupun perempuan menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (129). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih tinggi kecukupan proteinnya dibanding penduduk daerah pedesaan. Berdasartkan indeks kepemilikan, rerata kecukupan protein tertinggi pada penduduk menengah teratas (107 persen). Proporsi penduduk yang defisit protein menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan lebih mengalami defisit protein dibanding laki-laki. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah pedesaan lebih mengalami defisit protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas menengah bawah mengalami defisit energi tertinggi (50,6persen) dan penduduk kelas teratas mengalami defisit energi terendah (26,3%). Proporsi penduduk yang lebih dari 100 persen AKP menurut jenis kelamin, menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih mengalami kelebihan protein dibanding pedesaan. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, penduduk kelas teratas mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP tertinggi (56,8%) dan penduduk kelas terbawah mengalami kelebihan protein > 100 persen AKP terendah (30%).

    Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (81,1 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (78,4 g). Rerata asupan lemak penduduk laki-laki di pedesaan, tertinmggi pada kelompok usia 19-55 tahun (70,7 g). Rerata asupan lemak penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (76,0 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (302,6 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (254,2 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (295,3 g). Rerata asupan karbohidrat penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (245,7 g).

    Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.553 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di perkotaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (2.126 mg). Rerata asupan natrium penduduk laki-laki di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 13-18 tahun (1.258 mg). Rerata asupan natrium penduduk perempuan di pedesaan, tertinggi pada kelompok usia 5-12 tahun (1.558 mg). Rerata konsumsi gula dan garam, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 55 + tahun. Rerata konsumsi minyak/lemak, penduduk laki-laki menurut kelompok usia, tertinggi pada kelompok usia 19-55 tahun (24,5 g). Berdasarkan tempat tinggal, penduduk daerah perkotaan lebih rendah rerata konsumsi gula, garam, maupun minyak/lemak dibanding penduduk daerah pedesaan.

    Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi 1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) masih sedikit dikonsumsi penduduk

    Daerah Istimewa Yogyakarta (rerata 32,5 gram per orang per hari) dan masih ada penduduk yang mengalami defisit energy, maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal sebagai.

    2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit (rerata konsumsi ikan laut 9,3 per orang per hari dan proporsi penduduk yang mengkonsumsi ikan laut hanya 6,9%) dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk

    3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau

  • viii

    4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat (kelompok usia 5-12 tahun mengkonsumsi minuman kemasan serbuk sebesar 3,6 gram per orang per hari dan mengkonsumsi minuman kemasan cairan sebesar 32,2 ml per orang per hari), maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan

    5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula (31,61 gram per orang per hari), garam (3,7 gram per orang per hari), dan minyak/lemak (50,3 gram per orang per hari), ini melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

    Kata Sambutan ......................................................................................................... iii

    Ringkasan Eksekutif ................................................................................................. v

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

    DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. xv

    BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

    1.1. Latar belakang ........................................................................................................ 1

    1.2. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................... 2

    1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 2

    1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 2

    1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

    BAB II METODE PENELITIAN ................................................................................... 4

    2.1. Disain penelitian...................................................................................................... 4

    2.2. Tempat dan Waktu .................................................................................................. 4

    2.3. Populasi dan Sampel .............................................................................................. 4

    2.4. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................... 4

    2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................... 12

    2.5.1. Instrumen ............................................................................................................ 12

    2.5.2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................................... 12

    2.5.3. Wawancara .......................................................................................................... 12

    2.5.4. Penimbangan Berat Badan .................................................................................. 14

    2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 14

    2.7. Pengawasan Kualitas Data ................................................................................... 18

    2.7.1. Analisis Data ....................................................................................................... 19

    2.8. Ijin penelitian. ........................................................................................................ 20

    2.9. Pertimbangan etik penelitian ................................................................................. 20

    BAB III HASIL ........................................................................................................... 21

    3.1. Gambaran umum lokasi ........................................................................................ 21

    3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates) ................................................. 22

    3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) ..................................................................................................... 23

    3.4. Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................. 59

    3.5. Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................ 62

  • x

    3.6. Asupan Lemak ...................................................................................................... 64

    3.7. Asupan karbohidrat ............................................................................................... 65

    3.8. Asupan natrium ..................................................................................................... 66

    3.9. Konsumsi gula, garam dan minyak/lemak ............................................................. 67

    3.10. Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan protein ......................................... 69

    BAB IV. KESIMPULAN ............................................................................................. 70

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 73

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI ................................................................ 6

    Tabel 3.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 22

    Tabel 3.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22

    Tabel 3.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014............................................................... 22

    Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 23

    Tabel 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 24

    Tabel 3.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .......................................................... 25

    Tabel 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26

    Tabel 3.8 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 27

    Tabel 3.9 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang perhari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 28

    Tabel 3.10 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................. 29

    Tabel 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30

    Tabel 3.12 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 31

    Tabel 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Buah- Buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 32

    Tabel 3.14 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 33

    Tabel 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................ 34

    Tabel 3.16 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 35

    Tabel 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakart 2014 ............................................... 36

    Tabel 3.18 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 37

  • xii

    Tabel 3.19 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38

    Tabel 3.20 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 39

    Tabel 3.21 Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40

    Tabel 3.22 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41

    Tabel 3.23 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 41

    Tabel 3.24 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 42

    Tabel 3.25 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43

    Tabel 3.26 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 44

    Tabel 3.27 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45

    Tabel 3.28 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 46

    Tabel 3.29 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 46

    Tabel 3.30 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Bumbu Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 48

    Tabel 3.31 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49

    Tabel 3.32 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Minuman Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 50

    Tabel 3.33 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51

    Tabel 3.34 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Makanan Komposit Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 52

    Tabel 3.35 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ...................................................................................... 52

    Tabel 3.36 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Air Menurut Kelompok UmurDaerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 53

    Tabel 3.37 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54

    Tabel 3.38 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Suplemen dan Jamu Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................ 55

  • xiii

    Tabel 3.39 Rerata Konsumsi Serealia, Umbi/Pati, Kacang, Sayur, Buah, Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .... 56

    Tabel 3.40. Rerata Konsumsi Jeroan, Ikan, Telur, Susu, Minyak, olahannya, Gula dan konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................................. 57

    Tabel 3.41 Rerata Konsumsi Bumbu, Minuman, Makanan Komposit, Air dan Suplemen per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 58

    Tabel 3.42 Rerata Asupan Energi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 59

    Tabel 3.43 Rerata Kecukupan Energi Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 60

    Tabel 3.45 Rerata Asupan Protein Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 62

    Tabel 3.46 Rerata Kecukupan Protein Menurut Karakteristik Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ..................................................................................................................................... 63

    Tabel 3.47 Rerata Asupan Lemak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 64

    Tabel 3.48 Rerata Asupan Karbohidrat Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 65

    Tabel 3.49 Rerata Asupan Natrium Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................................................... 66

    Tabel 3.50 Rerata Konsumsi Gula, Garam, Minyak/Lemak Pada Penduduk Menurut Karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................................................. 67

    Tabel 3.51 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes No 30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .. 68

    Tabel 3.52 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset, dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........... 69

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 24

    Gambar 3.2 Rerata Konsumsi Kelompok Umbi dan Olahan per orang per hari (gram)Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 26

    Gambar 3.3 Rerata Konsumsi Kelompok Kacang-Kacangan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ................................... 28

    Gambar 3.4 Rerata Konsumsi Kelompok Sayuran dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 30

    Gambar 3.5 Rerata Konsumsi Kelompok Buah-buahan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur,Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .............................................. 32

    Gambar 3.6 Rerata Konsumsi Kelompok Daging dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 34

    Gambar 3.7 Rerata Konsumsi Kelompok Jeroan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 36

    Gambar 3.8 Rerata Konsumsi Kelompok Ikan dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 38

    Gambar 3.9Rerata Konsumsi Kelompok Telur dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 40

    Gambar 3.10 Rerata Konsumsi Kelompok Susu dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 42

    Gambar 3.11 Rerata Konsumsi Kelompok Minyak, Lemak dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 .................................. 43

    Gambar 3.12 Rerata Konsumsi Kelompok Gula dan Konfeksionari per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 45

    Gambar 3.13 Rerata Konsumsi Kelompok Bumbu per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................ 47

    Gambar 3.14 Rerata Konsumsi Kelompok Minuman per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ........................................................... 49

    Gambar 3.15 Rerata Konsumsi Kelompok Makanan Komposit per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 51

    Gambar 3.16 Rerata Konsumsi Kelompok Air per orang per hari (ml), Menurut Kelompok Umur Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................................................. 53

    Gambar 3.17 Rerata Konsumsi Kelompok Suplemen dan Jamu per orang per hari (mg) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 ............................................. 54

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan

    ADI : Acceptable Daily Intake

    AKG : Angka Kecukupan Gizi

    ART : Anggota Rumah Tangga

    Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manumur Kesehatan

    Balita : Bawah Lima Tahun

    Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    BB : Berat Badan

    BDD : Berat Dapat Dimakan

    BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan

    BPS : Badan Pusat Statistik

    BS : Blok Sensus

    BTP : Bahan Tambahan Pangan

    DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan

    DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total

    EFSA : European Food Safety Authority

    FAO : Food and Agriculture Organization

    FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool

    JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives

    KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan

    Korwil : Koordinator Wilayah

    Lansia : Lanjut Umur

    Mandat : Manajemen Data

  • xvi

    MDGs : Millenium Development Goals

    MSG : Mono Sodium Glutamat

    PAM : Perusahaan Air Minum

    Poltekkes : Politeknik Kesehatan

    PSP : Persetujuan Sesudah Penjelasan

    PTDI : Provisional Tolerable Daily Intake

    PTM : Penyakit Tidak Menular

    PTMI : Provisional Tolerable Montly Intake

    PTWI : Provisional Tolerable Weekly Intake

    RAN : Rencana Aksi Nasional

    RSE : Relative Standard Error

    RT : Rumah Tangga

    SDT : Studi Diet Total

    SKMI : Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia

    WHO : World Health Organization

  • 1

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan. Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular. Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur. Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007. Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan. Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi. Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence based yang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.

  • 2

    Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional. SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk. Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta

    1.2. Perumusan Masalah Penelitian

    Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah you are what you eat. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu : tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu : 1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk

    menurut jenis dan kelompok makanan di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di Daerah

    Istimewa Yogyakarta? 3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya

    lebih di Daerah Istimewa Yogyakarta? 4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah

    Istimewa Yogyakarta? 5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang

    dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta?

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan umum

    Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta.

  • 3

    Tujuan khusus 1. Memperoleh informasi rata-rata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu

    menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Daerah Istimewa Yogyakarta

    2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Daerah Istimewa Yogyakarta

    3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta

    4. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta

    5. Memperoleh daftar makanan (food list) yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta

    2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta

    3. Memperoleh daftar makanan (foodlist) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia

    Makanan (ACKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta

    4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan

  • 4

    BAB II METODE PENELITIAN

    2.1. Disain penelitian

    Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.

    2.2. Tempat dan Waktu

    Studi Diet Total (SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2014.

    2.3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam SKMI Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 5 kabupaten/kota. Besar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 26 BS di 5 kabupaten/kota dan 642 RT dengan perkiraan indviidu sebesar 2.053 orang.

    Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Daerah Istimewa Yogyakarta

    Cara Pemilihan Sampel Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 642 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu

    2.4. Variabel dan Definisi Operasional

    Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:

    Tingkat Rumah Tangga

    Blok I : Pengenalan Tempat Blok II : Keterangan Rumah Tangga

  • 5

    Blok III : Keterangan Pengumpul Data Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist) Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga Tingkat Individu

    Blok VII :Keterangan Pengumpul Data Blok VIII : Keterangan Individu Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam

  • 6

    Tabel 0.1 Variabel dan Definisi Operasional SKMI

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi

    Analisis DKBM Rasio Rerata dan standar deviasi

    2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    3 Konsumsi umbi-umbian

    Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    4 Konsumsi kacang-kacangan, biji

    Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    8 Konsumsi jeroan/non daging

    Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    12 Konsumsi minyak, lemak

    Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    13 Konsumsi gula, sirup, konfeksionari

    Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

  • 7

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    16 Konsumsi makanan komposit

    Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi

    Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

    19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

    Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

    20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

    Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

    21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi

    Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

    Ordinal 1. < 70 % AKE

    2. 70 -100% AKE

    3. 100-130% AKE

    4. >130% AKE

    22 Tingkat Kecukupan Asupan Protein

    Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

    Ordinal 1. < 80 % AKP

    2. 80 -100% AKP

    3 100-120% AKP

    4 >120% AKP

    23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin

    Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM

    Rasio

  • 8

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari kemarin

    Dihitung berdasarkan kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM

    Rasio

    25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin

    Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM

    Rasio

    26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki

    Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg

    Ordinal

    27 Makanan yang dikonsumsi ART

    Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin

    Wawancara Nominal

    28 Konsumsi makanan individu

    Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumah tangga baik yang dimasak di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar rumah selama sehari kemarin

    Wawancara dan penimbangan hidangan

    Nominal

    29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI

    Buku kode hidangan Nominal

    30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1. Di rumah tangga

    2. dibeli

    3. diberi

    31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan

    Wawancara dan pengamatan

    Nominal

    32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan pengamatan

    Nominal

    33 Alamat tempat makanan dijual

    Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar

    Wawancara Nominal

  • 9

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    34. URT/porsi hidangan/makanan

    Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan

    Wawancara Ordinal sendok makan (sdm)

    sendok teh (sdt)

    centong, potong, biji, buah, piring

    35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum

    Wawancara Nominal

    1.Air kemasan

    2.Air isi ulang

    3.Air ledeng/PDA

    4.Air ledeng eceran/beli

    5.Sumur bor/pompa

    6.Sumur gali terlindung

    7.Mata air tak terlindung

    8.Penampungan air Hujan

    9.Air danau/sungai/irigasi

    10.Tidak tahu

    36 Perlakuan pada bahan makanan mentah

    Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah

    Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas

    2.Dicuci, tidak dikupas

    3.Tidak dicuci, dikupas

    4.Tidak dicuci dan tidak

    dikupas

    8.Tidak berlaku

    37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.

    Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/ sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah

  • 10

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    38 Status responden terkini

    Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.

    Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan

    2.Ada perubahan

    3.Meninggal

    4.Pindah

    5.Lahir

    6.ART baru

    7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)

    39 Umur Umur anggota rumah tangga Wawancara Nominal a. < 1 bln isikan hari

    b. < 5 thn isikan bulan

    c. 5 thn isikan tahun

    40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang berumur diatas 10 tahun

    Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja

    2.Bekerja

    3.Sekolah

    41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga

    Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, berat bahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga

    Wawancara

    42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan

    Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas

    Wawancara/ pengamatan

    Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat

  • 11

    No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

    43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh sebelum dimasak di rumah tangga

    Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi

    44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin

    Wawancara Mililiter

    45 Perlakuan pada bahan mentah

    Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumah tangga

    Wawancara Nominal 1.Dicuci

    2.Dikupas

    3.tidak dicuci

    4.Tidak dikupas

    5.Tidak dicuci & tidak dikupas

    7.Tidak berlaku

    46 Pengolahan/pemasakan

    Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya

    Nominal Kukus

  • 12

    2.5. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

    2.5.1. Instrumen

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel

    Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013) 2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku foto makanan 4. Timbangan makanan dan penggaris 5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital

    2.5.2. Cara Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data : berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data : persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data : jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.

    2.5.3. Wawancara

    Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda: a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses

    penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.

    b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.

    Tehnik wawancara

    Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang

  • 13

    prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Teknik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner. Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.

    Proses wawancara

    Persiapan

    Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya. Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan.

    Hari Pengumpulan data

    Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang dapat dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara. Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menandatangani informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimana setiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan. Akan terdapat ART yang

  • 14

    diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp. 50.000,00 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp. 20.000,00 untuk setiap individu yang diwawancara. Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.

    2.5.4. Penimbangan Berat Badan

    Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.

    2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data

    Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan :

    1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Daerah Istimewa Yogyakarta (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)

    2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu 3. Buku pedoman umum 4. Buku pedoman kode bahan pangan 5. Buku pedoman pengisian kode hidangan 6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng 7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan

    resep makanan siap saji dan jajanan 8. Buku foto makanan 9. Buku pedoman pengisian kuesioner 10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen 11. Buku pedoman manajeman data 12. Timbangan makanandan penggaris 13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital 14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri 15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, 14andat, alat tulis, rompi, topi.

  • 15

    Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan

    Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:

    Laki-laki dan perempuan lulusan D3 Gizi- S1 Gizi

    Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam (menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)

    Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet

    Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)

    Usia tidak lebih dari 40 tahun

    Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter

    Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.

    Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai 26 BS maka diperlukan sebanyak 13 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.

    Proses rekrutmen:

    Proses rekrutmen di Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan dengan koordinasi antara Korwil I (Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik) dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

    Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi

    Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan

  • 16

    Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:

    Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)

    Metode SDT

    Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner

    Penimbangan berat

    Praktek lapangan

    Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan

    Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data

    Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 5-7 Mei 2014 di Hotel Mutiara Malioboro Yogyakarta diikuti 25 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lintas sektor terkait di Daerah Istimewa Yogyakarta, Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta dan Badan Litbang Kesehatan. Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 8-16 Mei 2014 diikuti 65 orang di Hotel Mutiara, Malioboro Yogyakarta.

    Pelaksanaan Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 21 Mei sampai dengan 6 Juni 2014. Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:

    1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry

    3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan

    Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 20 hari hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :

    Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman

    Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat)

    Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara

    Melakukan data entry hasil wawancara

    Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry

    Mengirim data yang telah diedit/ dicleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat

    Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian

    Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

  • 17

    Koordinator Klaster

    Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan. Tugas penanggungjawab klaster

    Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.

    Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data

    Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.

    Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.

    Syarat-syarat koordinator klaster :

    Laki-laki atau perempuan

    Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah

    Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota

    Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet

    Menyerahkan fotocopi KTP

    Usia tidak lebih dari 55 tahun

    Menyerahkan persetujuan/ijin atasan Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta

  • 18

    Pelatihan petugas

    Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan. Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.

    Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data

    Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.

    Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:

    1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data.

    2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadwal dan mekanisme pelaksanaan.

    3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan. 4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan

    logistik.

    Pelaksanaan di lapangan

    Pengumpulan data Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 13 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap dua BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga. Satu BS terdiri dari 25 rumah tangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 3 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 4-5 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang. Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan data editing, melakukan data entri; mengirimkan data setiap selesai data entri di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Badan Litbangkes dan tim korwil.

    2.7. Pengawasan Kualitas Data

    Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut: 1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan,

    konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam,

  • 19

    perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan

    2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara

    3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

    4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih 19and mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke 19andate19 data sudah harus melalui proses editing.

    5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.

    6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.

    7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

    8. Semua kegiatan koster : supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.

    2.7.1. Analisis Data

    Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN yaitu:

    1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Susu dan hasil olahannya 11. Minyak, lemak dan olahan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen

  • 20

    Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu :

    1. Energi 2. Protein 3. Lemak 4. Karbohidrat 5. Natrium

    Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan

    2.8. Ijin penelitian.

    Izin penelitian diajukan pada Kementerian Dalam Negeri diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan waktu penelitian. Ijin penelitian untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dikeluarkan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

    2.9. Pertimbangan etik penelitian

    Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan Nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.

  • 21

    BAB III HASIL

    3.1. Gambaran umum lokasi

    Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara astronomis terletak pada 733-812 Lintang Selatan dan 11000-11050 Bujur Timur, dengan luas

    3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.754 km

    2) (Sumber: RPJMD).

    Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi : a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang

    Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438 kelurahan/desa, yaitu :

    a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, 45 kelurahan);

    b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan dan 75 desa);

    c. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, 12 kecamatan dan 88 desa);

    d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, 144 desa);

    e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan dan 86 desa).

    Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi daerah dengan ketinggian < 100 m, 100-500 m dan 5001.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul), 1.0002000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah : a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan

    vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km

    2 dengan ketinggian 80

    2.911 m. b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping

    dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini

    memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700 m.

    c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km

    2 dengan ketinggian : 0

    572 m. d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan

    sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62

    km2

    dengan ketinggian 0 80 m.

    Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar, (dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.

  • 22

    Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar 0,00 mm 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-35

    0 C. Kelembaban udara

    berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 240

    o dan kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot.

    3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response rates)

    Dari 26 BS terpilih untuk sampel SDT 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta, BS yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 26 BS (100%) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota. Adapun dari jumlah target rumah tangga sebesar 642 RT terdapat 575 RT yang berhasil dikunjungi (89,6 %). Sedangkan untuk jumlah target ART 2053 orang terdapat 1805 orang yang berhasil diwawancarai (87,9%).

    Tabel 0.1 Distribusi BS, RT dan ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan Kabupaten/Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Kabupaten/ Kota

    BS RUTA ART

    Target Kunj 1 Kunj 2 Target Kunj 1 Kunj 2 Target Kunj 1 Kunj 2

    Kulon Progo 4 4 4 100 98 12 372 341 41

    Bantul 5 5 5 124 115 15 411 355 38

    Gunung Kidul 6 6 6 150 147 18 481 467 45

    Sleman 6 6 6 143 115 18 421 358 37

    Kota Yogyakarta 5 5 5 125 100 15 368 284 29

    Daerah Istimewa Yogyakarta 26 26 26 642 575 78 2053 1805 190

    ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelamin Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.2

    Tabel 0.2 Distribusi ART yang Distribusi berhasil dikunjungi (response rate)

    berdasarkan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Jenis kelamin Jumlah

    N persen

    Laki-laki 836 49,3 Perempuan 858 50,7

    Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0

    Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan jenis kelompok umur Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.3

    Tabel 0.3 Distribusi ART yang berhasil dikunjungi (response rate) berdasarkan umur dan Jenis Kelamin, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Kelompok Umur Jumlah

    N persen

    0 59 bulan 79 4,7 5 12 tahun 167 9,9 13 18 tahun 162 9,6 19 55 tahun 877 51,8 > 55 tahun 409 24,1

    Daerah Istimewa Yogyakarta 1.694 100,0

  • 23

    Tabel 3.4 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Karakterisitik Jumlah (N= 1694 )

    N %

    Jenis kelamin

    Laki-laki 836 49.3

    Perempuan 858 50.7

    Kelompok umur

    0 59 bln 79 4.7

    5 12 thn 167 9.9

    13 18 th 162 9.6

    19 55 thn 877 51.8

    >55 thn 409 24.1

    Kuintil indeks kepemilikan

    Terbawah 226 13.4

    Menengah bawah 340 20.1

    Menengah 319 18.8

    Menengah atas 335 19.8

    Teratas 474 28.0

    3.3. Bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group)

  • 24

    Tabel 0.5 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Kelompok Umur

    Jenis Serealia dan Olahan (g)

    Beras Olahan Beras Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan

    Lainnya Total

    Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

    0 59 bln 56,8 49,4 8,0 19,5 6,4 13,1 19.4 25.4 32,9 60,8 2,0 7,1 0,9 4,3 126 80.4

    5 - 12 thn 130,9 69,7 5,9 21,0 10,6 19,8 28.5 50.4 45,7 85,2 2,9 13,2 2,3 8,0 227 107.5

    13 18 thn 176,5 109,2 9,4 29,6 17,4 32,8 18.8 54.7 77,6 125,9 2,2 9,9 0,3 2,2 302 151.8

    19 55 thn 155,0 97,8 8,6 27,4 16,1 23,6 9.3 24.9 39,0 82,2 3,7 16,4 0,2 2,4 232 124.1 > 55 thn 126,5 73,8 8,7 29,1 13,4 22,1 9.4 26.0 12,8 43,5 2,5 15,1 0,0 0,7 173 95.5

    Semua umur 143,2 92,7 8,4 27,2 14,6 23,7 12.6 33.0 36,7 81,6 3,1 14,9 0,4 3,3 219 124.3

    143,2

    8,414,6 11,9

    36,7

    3,1 0,40

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    Beras olahanberas

    terigu olahanterigu

    mie jagungdan

    olahannya

    lainnya

    Gambar 0.1 Rerata Konsumsi Kelompok Serealia dan Olahan per orang per hari (gram) Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

  • 25

    Rerata penduduk mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan hasil olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 143,2 gram per hari. Penduduk mengonsumsi serealia dan hasil olahannya kedua terbanyak adalah mie dengan rerata 36,7 gram per hari, diikuti terigu 14,6 gram perhari. Berdasarkan kelompok umur, rata-rata penduduk mengonsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 176,5 gram per hari. Rerata penduduk mengonsumsi mie tertinggi pada kelompok umur usia 13-18 tahun yaitu sebesar 77,6 gram. Rerata penduduk mengonsumsi tertinggi terigu pada kelompok umur 13-18 tahun yaitu sebesar 9,4 gram per hari. Rerata konsumsi olahan terigu tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebesar 28,5 gram per hari. Jagung dan olahannya paling banyak dikonsumsi oleh penduduk umur 19-55 tahun sebesar 3,7 gram gram per hari.

    Tabel 0.6 Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahan Menurut Kelompok Umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2014

    Kelompok Umur

    Jenis Serealia dan Olahan

    Beras Olahan Beras

    Terigu Olahan Terigu

    Mie Jagung dan Olahan

    Lainnya

    0 59 bln 84,8 20,3 27,8 49.4 32,9 10,1 3,8 5 - 12 thn 98,8 14,4 40,7 50.3 35,3 9,0 9,6 13 18 thn 98,1 21,6 51,2 24.7 42,0 6,8 2,5 19 55 thn 97,8 22,5 54,8 20.5 30,3 13,8 0,8 > 55 thn 99,3 20,0 48,7 19.6 12,2 9,3 0,2

    Semua umur 97,7 20,9 50,4 25.0 27,7 11,4 1,8

    Proporsi penduduk yang mengkonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta tertinggi adalah beras yaitu 97,7 persen, diikuti terigu 50,5 persen dan mie 27,7 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi pe