pengaruh pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan … · sayur dan buah merupakan salah satu komponen...

88
PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN TERHADAP KONSUMSI SAYUR DAN ASUPAN GIZI RUMAH TANGGA DAN BALITA RIAN DIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vanliem

Post on 12-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN

TERHADAP KONSUMSI SAYUR DAN ASUPAN GIZI

RUMAH TANGGA DAN BALITA

RIAN DIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)
Page 3: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pemanfaatan

Pekarangan dan Penyuluhan Terhadap Konsumsi Sayur dan Asupan Gizi Rumah

Tangga dan Balita adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Rian Diana

NIM 151110051

Page 4: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

RINGKASAN

RIAN DIANA. Pengaruh Pemanfaatan Pekarangan dan Penyuluhan Terhadap

Konsumsi Sayur dan Asupan zat Gizi Rumah Tangga dan Balita. Dibimbing oleh

ALI KHOMSAN dan DADANG SUKANDAR.

Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat. Akan

tetapi konsumsi sayur dan dan buah terutama sayuran masih dibawah rekomendasi

yang dianjurkan. Penelitian kuasi eksperimental ini bertujuan untuk menganalisis

pengaruh pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan

asupa gizi rumah tangga dan balita. Penelitian dilakukan di Kecamatan

Tamansari. Responden dalam penelitian ini adalah anggota posyandu yang

memiliki balita (n=61). Terdapat 31 rumah tangga kelompok kontrol dan 30

rumah tangga kelompok intervensi. Konsumsi sayur dan asupan zat gizi

dikumpulkan menggunakan metode recall 2x24 jam. Paket tanaman pekarangan

dan penyuluhan gizi diberikan kepada kelompok intervensi. Analisis data

menggunakan independet t-test dan Mann Whitney untuk membandingkan

perbedaan variabel antara kelomppok kontrol dan intervensi. Paired t-test dan

Wilcoxon test dilakukan untuk mengetahui perbedaan pre dan post intervensi.

Hubungan antara dua variabel dianalisis menggunakan Rank Spearman. Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi dianalisis

menggunakan MANOVA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan gizi

setelah dilakukannya penyuluhan. Pemanfaatan pekarangan terkendala dengan

sempitnya lahan pekarangan. Konsumsi sayur rumah tangga dan balita kurang dari

1 porsi per kapita per hari. Asupan zat gizi rumah tangga mengalami peningkatan

tetapi tidak berbeda nyata antar kedua kelompok. Sementara itu, asupan energi,

protein, kalsium, fosfor, dan besi kelompok kontrol lebih baik dibandingkan

kelompok intervensi. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya pendapatan rumah

tangga di kelompok kontrol sehingga memiliki akses pangan yang lebih baik

dibandingkan kelompok intervensi.

Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa konsumsi sayur buah rumah

tangga dipengaruhi oleh luas pekarangan dan pengeluaran rumah tangga.

Sementara itu, konsumsi sayur lainnya dipengaruhi oleh interaksi antara jumlah

anggota keluarga dan usia ibu. Tidak ada variabel yang secara signifikan

mempengaruhi asupan vitamin A dan C rumah tangga dan konsumsi sayur balita.

Asupan vitamin A balita dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga,

pendidikan ibu, pengeluaran rumah tangga, pengetahuan gizi ibu, dan kebiasaan

makan sayur sejak dini. Sementara itu, asupan vitamin C balita dipengaruhi oleh

jumlah anggota rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, pengetahuan gizi ibu,

dan kebiasaan makan sayur sejak dini. Pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan

memberikan pengaruh yang signifikan pada asupan zat gizi balita, namun belum

dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada konsumsi sayur rumah tangga

dan balita.

Kata kunci: asupan zat gizi, konsumsi sayuran, pekarangan, penyuluhan gizi

Page 5: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

SUMMARY

RIAN DIANA. The Effects of Home Gardening Utilization and Extension on

Vegetables Consumption and Nutrient Intake. Supervised by ALI KHOMSAN

and DADANG SUKANDAR.

Vegetables and fruits (VF) are important in healthy diets. However, the

consumption of VF especially vegetables are still below the recommendations.

This Quasi experimental nonequivalent groups design aimed to analyze the effects

of home gardening utilization and extension on vegetables consumption. The

subjects were the posyandu member in Tamansari Subdistrict. Households (HH)

with children under 5 years old were included in this study (n=61); 31 HH as

control group and 30 HH as an intervention group. The vegetable consumption

was determined by recall 2x24 hours. Home gardening package, and nutrition

extension were given to the intervention group. Independent t-test and Mann

Whitney were performed to compare the difference between groups and paired t-

test and Wilcoxon test within the groups. Rank Spearman was used to correlate

between variable. Multivariate general linear modeling using MANOVA was

used to analyze the determinants of vegetables consumption.

The result showed that home garden utilization is contrained by the

narrowness of the yards. The vegetable consumption in both groups are less than

one portion/capita/day. Nutrition extension improved nutrition knowledge

(p<0.001). Household nutrient intake improved but not significant between the

groups. Control gorup had better intake of energy, protein, calsium, phosphor, dan

iron. This can be caused by higher income in control group so they had better

accces to food than the intervention group.

Home garden size and HH expenditure determined fruit vegetables

consumption. Meanwhile, mother’s age and number of family member determined

other vegetables consumption. There were no significant variabels determined

vitamin A n vitamin C intake at household level. . There were also no significant

variabels determined toddler vegetable consumption. Number of family member,

mothers education level, HH expenditure, nutrition knowledge, and vegetable

consumption habit determined toddlers vitamin A intake. Number of family

member, HH expenditure, nutrition knowledge, and vegetable consumption habit

determined toddlers vitamin C intake. The utilization of home garden and

extension had significant effects on toddlers nutirient intake but not significant on

HH and toddlers vegetables consumption.

.

Keywords: home gardening, nutrient intake, nutrition extension, vegetable

consumption

Page 6: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN

TERHADAP KONSUMSI SAYUR DAN ASUPAN GIZI

RUMAH TANGGA DAN BALITA

RIAN DIANA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Hadi Riyadi, MS

Page 9: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

Judul Tesis : Pengaruh Pemanfaatan Pekarangan dan Penyuluhan Terhadap Konsumsi Sayur

dan Asupan Gizi Rumah Tangga dan Balita

Nama : Rian Diana

NIM : I151110051

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS

Ketua

Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Gizi Masyarakat

drh M Rizal M Damanik, MRepSc, PhD

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

(30 Desember 2013)

Tanggal Lulus:

( )

Page 10: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan judul Pengaruh

Pemanfaatan Pekarangan dan Penyuluhan Terhadap Konsumsi Sayur dan Asupan Zat Gizi

Rumah Tangga Balita.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS dan

Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan saran untuk perbaikan tesis ini, serta Dr Ir Hadi Riyadi MS selaku penguji yang

telah memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada The Nestle

Foundation selaku pemberi dana penelitian payung, Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS,

Dr Ir Tin Herawati, MS, dr Mira Dewi, MSi and Dr Ir Anna Fatchiya, MS selaku tim peneliti

yang telah banyak memberikan saran. Catur Dwi Anggarawati, SP, Oktarina, SGz, Iin

Sya’diah, SGz, Merita, SGz dan rekan-rekan lainnya yang telah ikut membantu pengambilan

data.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, atas segala doa dan

kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Rian Diana

Page 11: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Kerangka Pemikiran 3

2. METODE 5

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Cara Pemilihan Responden 5

Prosedur Intervensi 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

3. DEFINISI OPERASIONAL 11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Karakteristik Sosio Demografi 12

Pemanfaatan Pekarangan 16

Pengetahuan Gizi dan Efikasi Diri 23

Konsumsi Sayur dan Asupan Zat Gizi Rumah tangga 28

Kebiasaan Makan dan Asupan Zat Gizi Balita 42

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayur dan

Asupan Zat Gizi 55

5. SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 66

RIWAYAT HIDUP 75

Page 12: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

ii

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengambilan data 8 2 Variabel dan kategori penyajian data 9 3 Sebaran responden berdasarkan karakteristik rumah tangga 13 4 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan 14 5 Median dan interquartile range (IQR) pendapatan dan pengeluaran

rumah tangga (Rp/kapita/bulan) 14 6 Pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga responden

(Rp/kap/bulan) 15 7 Rata-rata dan standar deviasi luas lahan dan produksi pekarangan

responden 16 8 Sebaran responden berdasarkan pemanfaatan pekarangan 17 9 Sebaran responden berdasarkan luas pekarangan (m2) 18 10 Sebaran responden berdasarkan pemanfaatan pekarangan 23 11 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi pre-post

penyuluhan (jangka pendek) 24 12 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi 24 13 Sebaran responden berdasarkan skor efikasi diri konsumsi sayur 25 14 Sebaran responden berdasarkan efikasi diri konsumsi sayur 26 15 Sebaran responden berdasarkan efikasi diri pemanfaatan pekarangan 27

16 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan sayur rumah tangga 28 17 Sebaran rumah tangga responden berdasarkan frekuensi makan 29 18 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan sayur 30 19 Sebaran responden berdasarkan konsumsi sayuran berwarna 31 20 Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian sayur 32 21 Sebaran responden berdasarkan tempat mendapatkan sayuran 32

22 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi sayur rumah tangga 33 23 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan mencuci dan mengolah

sayuran 34 24 Persentase responden berdasarkan sayuran yang disukai 36 25 Persentase responden berdasarkan sayuran yang tidak disukai 37

26 Median (IQR) konsumsi rumah tangga (per kapita per hari) 39 27 Sebaran rumah tangga responden berdasarkan tingkat kecukupan

zat gizi (%) 40 28 Median (IQR) tingkat kecukupan zat gizi rumah tangga (%) 41 29 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin dan usia 42 30 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan 42 31 Sebaran balita berdasarkan konsumsi lauk pauk yang disukai balita 43

32 Sebaran balita berdasarkan konsumsi lauk pauk yang tidak disukai balita 43 33 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan jajan 44 34 Sebaran balita berdasarkan makanan jajanan yang disukai 44 35 Sebaran balita berdasarkan makanan jajanan yang tidak disukai 45

36 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah 46

Page 13: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

iii

37 Sebaran balita berdasarkan buah yang disukai 46 38 Sebaran balita berdasarkan buah yang tidak disukai 47 39 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi sayur dan jumlah jenis

konsumsi sayur 47 40 Sebaran balita berdasarkan sayuran yang disukai 49 41 Sebaran balita berdasarkan sayuran yang tidak disukai 49 42 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan konsumsi susu 50 43 Median (IQR) konsumsi balita 52 44 Sebaran balita berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat gizi 53 45 Median (IQR) tingkat kecukupan zat gizi balita 54 46 Hasil uji manova konsumsi sayur buah dan lainnya rumah tangga 55 47 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur rumah tangga 56 48 Hasil uji Manova Vitamin A dan C rumah tangga 57

49 Hasil uji Manova konsumsi sayur buah dan lainnya balita 57 50 Hasil uji Manova Vitamin A dan C balita 57 51 Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan vitamin A dan C balita 58

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh program pemanfaatan pekarangan

dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi

rumah tangga dan balita. 4

2 Hasil total panen pekarangan kelompok intervensi (kg) 20

3 Hasil panen pekarangan selama intervensi 1 tahun (kg) 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Manova konsumsi sayur dan buah rumah tangga dan balita 66

2 Hasil Manova konsumsi vitamin A dan C rumah tangga dan balita 70

Page 14: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayur dan buah merupakan komponen yang penting dalam diet yang sehat

sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat. WHO merekomendasikan konsumsi

sayur dan buah minimal 400 g per hari untuk mengurangi risiko beberapa penyakit

tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung koroner (Hung et al. 2004), diabetes

(Heidemann et al. 2005; Nὂthlings et al. 2008), hipertensi (Appel et al. 1997), dan

kanker (Van Duyn & Pivonka 2000; World Cancer Research Fund/American

Institute of Cancer Research 2007).

Sejak tahun 1996, Departemen Kesehatan mempromosikan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu pesan PHBS rumah tangga adalah

mengonsumsi sayur dan buah 5 porsi setiap hari, konsumsi sayur yang dianjurkan

adalah 2-3 porsi setiap hari (Kemenkes 2011). Sementara itu, Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS) menganjurkan konsumsi sayur 3-5 porsi setiap hari.

Manfaat konsumsi sayur dan buah telah terbukti menguntungkan kesehatan,

akan tetapi konsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia (93.6%) masih kurang

dari lima porsi sehari (Balitbangkes 2008). Data Susenas tahun 2012 menunjukkan

bahwa rata-rata konsumsi sayur penduduk Indonesia baru mencapai 150.16

g/kap/hari (BPS 2013) atau kurang dari 2 porsi/hari. Peranan sayuran dalam

menurunkan risiko penyakit berhubungan dengan zat gizi yang dikandungnya

seperti vitamin, kalium, serat, antioksidan, folat, flavonoid dan senyawa fitokimia

lainnya (Hu 2003; Dauchet et al. 2006). Kandungan fitokimia dan zat gizi yang

terdapat dalam sayuran dapat berfungsi sebagai antioksidan (Van Duyn dan

Pivonka 2000), berperan dalam mekanisme mengurangi stres oksidatif,

memperbaiki profil glikoprotein, menurunkan tekanan darah, meningkatkan

sensitivitas insulin, dan memperbaiki regulasi homeostatis (Dauchet et al. 2006).

Konsumsi sayuran dan asupan zat gizi dipengaruhi oleh tiga faktor utama,

yaitu sosio demografi, individu dan lingkungan (Pollard 2008; Patrick & Nicklas

2005). Ketersediaan dan akses pangan merupakan faktor lingkungan yang

mempengaruhi konsumsi sayuran (Jago et al. 2007; Dave et al. 2010). Scaglioni et

al. (2011) menyatakan bahwa lingkungan yang berhubungan dengan makanan yang

diciptakan orangtua di rumah membentuk preferensi pangan anak dan pola

penerimaan makanan, selain itu, ketersediaan dan paparan terhadap pangan tertentu

akan mempengaruhi pemilihan dan asupan pangan anak. Paparan yang sering dan

pengenalan rasa sayuran pada anak usia 2-3 tahun merupakan strategi yang baik

untuk mengubah penerimaan sayuran yang baru dikenal (Hausner et al. 2012).

Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa program pekarangan

meningkatkan konsumsi sayur dan buah (Masset et al. 2012; HKI 2010),

meningkatkan intik vitamin A dan konsentrasi serum retinol (Bloem et al. 1996;

Faber et al. 2001; Faber et al. 2002). Anak-anak yang tinggal di rumah tangga yang

memiliki pekarangan mempunyai keanekaragaman diit dan frekuensi makan

sayuran yang lebih baik (Cabalda et al. 2011). Balita yang tidak menerima kapsul

vitamin A dan tidak memiliki pekarangan rumah memiliki risiko buta senja 3 kali

Page 15: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

2

lebih tinggi dibandingkan balita yang menerima vitamin A dan memiliki

pekarangan rumah (Campbell et al. 2011). Pemanfaatan kebun sekolah disertai

pendidikan gizi menunjukkan adanya peningkatan konsumsi sayur dan buah pada

siswa dan guru (McAleese dan Ranklin 2007; Ratcliffe et al. 2011).

Pemanfaatan pekarangan di pulau Jawa dapat mengurangi pengeluaran

pangan rumah tangga sebesar 9.9% dan memberikan kontribusi pemenuhan

konsumsi vitamin A sebanyak 12.4% dan vitamin C sebesar 23.6% (Arifin et al.

2012) serta mencegah memburuknya status gizi balita di Bogor (Khomsan et al.

2009). Telah banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan konsumsi sayur dan

buah melalui pemanfaatan kebun sekolah dan penyuluhan gizi. Akan tetapi, belum

banyak penelitian di Indonesia yang dilakukan untuk mengamati dan menganalisis

pengaruh intervensi pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan gizi terhadap

konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak balita secara khusus.

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk menggali informasi tersebut.

Perumusan Masalah

Sayur merupakan sumber vitamin dan mineral yang berperan sebagai zat

pengatur dalam tubuh. Konsumsi sayur memberikan banyak manfaat kesehatan

bagi tubuh, akan tetapi tingkat konsumsi sebagian besar penduduk Indonesia masih

sangat rendah. Rendahnya konsumsi sayur dapat menimbulkan beberapa masalah

kesehatan seperti sariawan (National Health and Medical Research Council 1999),

divertikulosis (Marlett et al. 2002), dan meningkatkan risiko PTM (Hu 2003; Hung

et al. 2004; Heidemann et al. 2005; Nὂthlings et al. 2008, Appel et al. 1997, World

Cancer Research Fund/American Institute of Cancer Research 2007; Van Duyn dan

Pivonka 2000).

Determinan konsumsi sayur adalah faktor sosio demografi, individu dan

lingkungan. Kebiasaan makan rumah tangga dan ketersediaan pangan merupakan

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi preferensi dan asupan pangan anak

(Scaglioni et al. 2011). Ketersediaan dan akses pangan merupakan faktor

lingkungan yang mempengaruhi konsumsi sayuran (Dave et al. 2010; Jago et al.

2007). Ketika suatu pangan tidak tersedia maka tidak dapat dikonsumsi. Jika hal ini

berlangsung dalam waktu yang lama, maka orang menjadi tidak terbiasa

mengonsumsi pangan tersebut yang akhirnya menjadi kebiasaan yang melekat dan

sulit diubah sampai dewasa.

Rumah tangga yang tinggal di perdesaan umumnya memiliki rumah dan

pekarangan yang cukup luas. Pekarangan ini terkadang hanya ditanami tanaman

hias atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Intervensi penyuluhan gizi dan

peningkatan pemanfaatan pekarangan untuk ditanami sayuran merupakan salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan di tingkat

rumah tangga.

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah

(1) bagaimana konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita? (2) faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita? dan (3)

seberapa besar pengaruh penyuluhan gizi dan pemanfaatan tanaman pekarangan

terhadap konsumsi sayur rumah tangga dan anak balita?.

Page 16: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

3

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat

gizi rumah tangga dan balita. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk;

1. Menganalisis pemanfaatan pekarangan rumah tangga

2. Menganalisis konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga dan anak

balita.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan asupan

zat gizi rumah tangga dan anak balita.

4. Menganalisis dan mengevaluasi pengaruh peningkatan pemanfaatan

pekarangan dan penyuluhan gizi terhadap konsumsi sayur dan asupan zat

gizi rumah tangga dan anak balita.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi

mengenai besaran pengaruh peningkatan pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan

terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi. Dengan demikian penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perencanaan dan pelaksanaan program

peningkatan konsumsi sayur yang lebih efektif.

Kerangka Pemikiran

Kuantitas dan kualitas gizi yang baik dapat menciptakan hidup sehat dan

produktif. Hal ini tidak saja memerlukan protein dan kalori yang cukup akan tetapi

juga memerlukan vitamin dan mineral yang banyak terkandung dalam sayur dan

buah. Pada tahun 2012, rata-rata konsumsi sayur penduduk Indonesia kurang dari 2

porsi sehari. Rendahnya konsumsi sayur dapat menimbulkan beberapa masalah

kesehatan dan meningkatkan risiko PTM.

Konsumsi sayur dan asupan zat gizi dipengaruhi oleh faktor sosial demografi,

individu, dan lingkungan (Patrick & Nicklas 2005; Pollard 2008). Faktor sosial

demografi meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan (Beydoun dan Wang

2007), keadaan sosial ekonomi (Viswanath dan Bond 2007), dan pekerjaan (Uglem

et al. 2007). Sementara itu, faktor individu yang berpengaruh terhadap konsumsi

sayur adalah pengetahuan (Wardle et al. 2000), sikap, perilaku (Gibson et al. 1998)

preferensi (Gatto et al. 2012), efikasi diri (Watters et al. 2007), dan kebiasaan

(Maclellan et al. 2004). Orangtua, terutama ibu, merupakan gatekeepers konsumsi

rumah tangga terutama anak-anaknya. Ibu biasanya membeli, menyediakan, dan

menyajikan makanan di rumah. Oleh karena itu, ibu mempunyai peran yang

penting dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi rumah tangga.

Faktor lingkungan meliputi lingkungan rumah tangga, preferensi anggota

rumah tangga, kemampuan daya beli, ketersediaan dan akses pangan. Orangtua

memiliki peran langsung dalam membentuk pola makan anak melalui perilaku,

sikap dan pola pemberian makan (Patrick & Nicklas 2005). Lingkungan rumah

yang berhubungan dengan makanan yang diciptakan orangtua membentuk

preferensi pangan anak dan pola penerimaan makanan, selain itu, ketersediaan dan

Page 17: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

4

paparan terhadap pangan tertentu akan mempengaruhi pemilihan dan asupan

pangan anak (Scaglioni et al. 2011; Patrick & Nicklas 2005). Ketersediaan pangan

yang beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup di tingkat rumah tangga

dapat dipengaruhi oleh pendapatan (Kamphuis et al. 2006). Ketersediaan melalui

produksi sendiri di lahan pekarangan dapat meningkatkan konsumsi sayur dan buah

(Cabalda et al. 2011; Ratcliffe et al. 2011).

Keterangan: Hubungan dan pengaruh antar variabel diteliti

Hubungan dan pengaruh antar variabel tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaruh program pemanfaatan pekarangan dan

penyuluhan terhadap konsumsi sayur dan asupan zat gizi rumah tangga

dan balita.

Konsumsi Sayur dan

Asupan Zat Gizi Rumah

Tangga Balita

Pengetahuan, sikap, dan

praktek Ibu

Praktek pemberian

makan

Karakteristik Sosio

Demografi

Usia

Jenis kelamin

Besar RT

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Pengeluaran

Kebiasaan makan

Preferensi, Efikasi diri

Ketersediaan dan akses pangan

(pemanfaatan pekarangan)

Intervensi program pemanfaatan pekarangan dan

penyuluhan

Page 18: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

5

2. METODE

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah quasi experimental nonequivalent groups design.

Penelitian ini mengacu pada penelitian payung Khomsan et al. (2011-2013)

bekerjasama dengan The Nestle Foundation (NF) dengan judul “A Multi-Approach

Intervention to Empower Posyandu Nutrition Program to Combat Malnutrition

Problem in Rural Areas”. Desain kuasi eksperimental adalah suatu desain

ekperimental dimana unit perlakuannya tidak diacak (Shadish et al. 2002).

Pengacakan perlakuan pada responden tidak dapat dilakukan karena pelaksanaan

intervensi memerlukan persetujuan dan pernyataan keikutsertaan responden. Selain

itu, responden merupakan anggota posyandu yang sama dan tinggal di satu desa

sehingga akan sulit untuk menghindari kontaminasi pada kelompok kontrol.

Pada penelitian terdapat satu kelompok kontrol dan satu kelompok intervensi.

Pre-test dan post-test dilakukan kepada kedua kelompok tersebut. Kelompok

intervensi diberikan paket tanaman pekarangan berupa tanaman sayuran sumber

vitamin dan mineral, pelatihan budidaya sayuran dan penyuluhan gizi. Sementara

itu, kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan apapun sampai post-test

dilakukan. Kelompok kontrol akan diberikan paket tanaman pekarangan, pelatihan

budidaya sayuran, dan penyuluhan gizi setelah post-test dilaksanakan, sehingga

kelompok kontrol mendapatkan manfaat yang sama seperti kelompok intervensi.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kecamatan Tamansari dipilih sebagai lokasi penelitian dengan dasar pertimbangan

bahwa lokasi tersebut memiliki karakteristik demografi wilayah perdesaan yang

berlokasi di lereng pegunungan dan masih banyak penduduknya bekerja sebagai

petani.

Penelitian dilakukan selama delapan belas bulan sejak Desember 2011 sampai

Juni 2013. Kegiatan penelitian terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan pengambilan

data akhir. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pengumpulan data awal,

sosialisasi, pemberian perlakuan berupa pemberian paket tanaman pekarangan

(sayuran), pelatihan budidaya sayuran, dan penyuluhan gizi.

Cara Pemilihan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan balitanya di Kecamatan

Tamansari, Kabupaten Bogor. Responden dalam penelitian ini adalah Ibu rumah

tangga yang memiliki anak balita dan merupakan peserta posyandu di Kecamatan

Tamansari, Kabupaten Bogor. Responden yang memenuhi kriteria inklusi didatangi

ke rumahnya dan menerima penjelasan lisan dan tulisan mengenai tujuan, manfaat

dan tata cara pelaksanaan penelitian berikut informed consent untuk ditandatangani.

Berikut tahapan pemilihan desa, posyandu dan rumah tangga responden dan

balitanya :

1. Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dipilih sebagai lokasi

kegiatan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki karakteristik

demografi wilayah perdesaan.

Page 19: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

6

2. Pemilihan 4 desa dari Kecamatan Tamansari, dengan pertimbangan adanya

potensi lahan pertanian untuk pengembangan pekarangan serta sebagian

penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani. Empat desa yang

terpilih adalah Desa Sukajadi, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, dan Desa

Sukajaya. Penentuan kelompok kontrol dan intervensi dilakukan secara

acak, sehingga terpillih Desa Sukajadi sebagai kelompok kontrol dan tiga

desa lainnya sebagai kelompok intervensi. Peneliti memilih dua desa dalam

penelitian ini, satu kelompok kontrol (Desa Sukajadi) dan satu kelompok

intervensi (Desa Sukajaya) dengan kriteria masing-masing desa tersebut

memiliki satu posyandu yang dijadikan lokasi penelitian.

3. Pemilihan 1 posyandu dari desa yang terpilih dengan kriteria peserta

terbanyak. Responden sebanyak 61 ibu rumah tangga dan balitanya dipilih

dengan teknik nonprobability sampling, yaitu purposive sampling. Terdapat

3 kriteria inklusi responden, yaitu 1) ibu dan balita peserta posyandu yang

berasal dari rumah tangga dengan kepala rumah tangga (KK) atau memiliki

kerabat yang berprofesi sebagai petani, serta rumah tangga balita tersebut

memiliki pekarangan rumah. 2) ibu dan balitanya tercatat di posyandu, dan

3) ibu bersedia menjadi responden untuk diwawancarai serta bersedia

mengikuti penyuluhan gizi dan menerima program tanaman pekarangan

(home gardening). Terdapat 2 kriteria eksklusi responden, yaitu menolak

berpartisipasi dan berencana pindah dalam kurun waktu penelitian 18 bulan.

4. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 61 Ibu rumah tangga yang

memiliki anak balita (31 responden kontrol dan 30 responden intervensi).

Jumlah responden kelompok intervensi pada data awal dan data akhir tidak

berubah yaitu sebanyak 30 responden. Sementara itu, pada kelompok

kontrol, data awal sebanyak 31 responden dan data akhir sebanyak 30

responden. Pada saat pelaksanaan intervensi terdapat satu responden dari

kelompok kontrol mengundurkan diri karena pindah rumah ke desa lain.

Prosedur Intervensi

Pada penelitian ini, terdapat dua perlakuan, yaitu kontrol dan intervensi.

Kontrol tidak mendapatkan perlakuan apapun selama waktu intervensi dilakukan

dan akan diberikan perlakuan yang sama dengan intervensi setelah semua perlakuan

intervensi selesai, sehingga kontrol mendapatkan manfaat dari penelitian ini.

Bentuk intervensi pada penelitian ini adalah pemberian paket tanaman pekarangan

berupa tanaman sayuran sumber vitamin dan mineral, pembimbingan budidaya

sayuran, dan penyuluhan gizi. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan

Tamansari dilibatkan dalam membimbing responden untuk menanam sayuran di

pekarangannya. Berikut adalah tahapan penelitian:

1.Tahap Pertama : Pengambilan data awal

2.Tahap Kedua : Pemberian intervensi

a. Pemanfaatan pekarangan :

i. Sosialisasi program

ii. Observasi awal pemanfaatan pekarangan

iii. Penentuan jenis tanaman yang akan dikembangkan

iv. Pelaksanaan program

Page 20: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

7

Pembuatan demplot sebagai tempat percontohan

praktek budidaya tanaman

Pembuatan persemaian tanaman

Persiapan penanaman

Pembuatan pupuk

Penanaman

Pendampingan dan monitoring (1 bulan sekali)

b. Penyuluhan gizi : Penyuluhan disampaikan oleh tim peneliti

(penelitian payung) dalam bentuk ceramah dan diskusi

menggunakan alat bantu powerpoint, leaflet, flipchart, handout,

poster, banner, dan modul. Terdapat lima topik penyuluhan

(penyuluhan dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu dua minggu sekali

selama 3 bulan. Masing-masing penyuluhan dilaksanakan selama

45-60 menit). Pre-test dan post-test yang berisi 10 soal yang sama

diberikan untuk mengukur keberhasilan penyuluhan gizi. Berikut

adalah topik penyuluhan:

i. Gizi untuk balita

ii. Gizi untuk anak

iii. Pemilihan makanan untuk balita

iv. Sanitasi dasar

v. Keamanan pangan

c. Terdapat dua kegiatan lain yang mendukung pemanfaatan

pekarangan dan penyuluhan gizi yaitu penyuluhan budidaya sayuran,

dan demo memasak. Pada penyuluhan budidaya sayuran tidak

dilakukan pre dan post-test karena hanya bertujuan untuk

mendiskusikan keberhasilan, kendala dan hambatan responden

dalam melaksanakan pemanfaatan pekarangan sehingga responden

dapat mengambil contoh dari keberhasilan responden lain dan dapat

mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam budidaya sayuran

dipekarangan. Demo masak yang dilakukan adalah memasak

camilan/snack untuk balita menggunakan bahan pangan lokal yang

tersedia. Tujuannya, agar ibu peserta penyuluhan dapat menyediakan

sendiri camilan atau snack yang sehat dan bergizi. Ada dua resep

yang dipraktekkan yaitu kroket singkong isi sayuran dan nugget

ayam dan sayuran.

3.Tahap Ketiga : Pengambilan data akhir.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu rumah tangga menggunakan

instrumen kuesioner. Sebelum pengumpulan data dilakukan, kuesioner

diujicobakan di lokasi penelitian.

Page 21: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

8

Tabel 1 Jenis dan cara pengambilan data

No Aspek Variabel Cara

pengumpulan

Pre Post

1. Sosial

ekonomi

rumah tangga

1. Besar rumah tangga

2. Usia

3. Jenis kelamin

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

6. Pendapatan rumah tangga

7. Pengeluaran rumah tangga

Wawancara

menggunakan

kuesioner

√ √

2. Kepemilikan

&

pemanfaatan

lahan

pekarangan

1. Luas pekarangan rumah,

sawah, kebun, dan kolam

2. Jenis pemanfaatan

pekarangan

3. Jenis dan jumlah produksi

tanaman pekarangan, sawah,

kebun, kolam dan ternak

Wawancara

menggunakan

kuesioner

√ √

3. Karakteristik

individu

balita

1. Umur

2. Jenis kelamin

Wawancara

menggunakan

kuesioner

√ √

4. Kebiasaan

makan Balita

1.Berupa pertanyaan mengenai

kebiasaan makan

2. Jenis makanan yang disukai

dan tidak disukai

3. Praktek pemberian makan

Wawancara

menggunakan

kuesioner dan √ √

5. Efikasi diri Efikasi diri

Wawancara

menggunakan

kuesioner

6. Konsumsi

sayur dan

1. Jumlah dan jenis sayur yang

dimakan.

Recall

konsumsi

pangan 2x 24

jam

√ √ Asupan zat

gizi

2. Kandungan zat gizi

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui proses pengumpulan data, kemudian

editing, coding, dan entry data menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Analisis

data dilakukan secara deskriptif dan inferensia menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) for windows versi 16 dan SAS 9.1.3

dengan tingkat kepercayaan 90% (α=0.1).

Kandungan dan tingkat kecukupan zat gizi dari suatu jenis pangan dihitung

dengan rumus berikut:

Page 22: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

9

Keterangan:

KGij : Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j

Bj : Berat makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj : Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i

Ki : Konsumsi zat gizi i

AKGi : Angka kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

Tabel 2 Variabel dan kategori penyajian data

No Variabel Kategori

1. Besar Rumah tangga

(BKKBN 1998)

1. Kecil (≤ 4 orang)

2. Sedang (5-6 orang)

3. Besar (≥ 7 orang)

2. Pendidikan 1. SD (≤ 6 tahun)

2. SMP (7-9 tahun)

3. SMA (10-12 tahun)

4. Diploma/S1 (> 12 tahun)

3. Pekerjaan 1. Petani

2. Pedagang

3. Buruh tani

4. Buruh non tani

5. PNS

6. Jasa

7. Ibu rumah tangga

8. Lainnya

4. Kebiasaan konsumsi sayur

sejak dini

1. Ya

2. Tidak

5. Luas pekarangan

1. ≤10 m2

2. 11-30 m2

3. >30 m2

6. Skor Efikasi diri konsumsi

sayur

1. Rendah (<13)

2. Sedang (13-17)

3. Tinggi (>17)

7. Tingkat kecukupan zat gizi

(Gibson 2005)

1. Kurang (≤ 77%)

2. Normal (> 77%)

Analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif meliputi rata-rata, standar

deviasi, median, interquartile range (IQR) dan frekuensi. Untuk membandingkan

perbedaan variabel antar kelompok kontrol dan intervensi dilakukan uji beda

independent t-test dan Mann Whitney. Sementara itu, perbedaan data pre dan post

diuji menggunakan Paired t-test dan Wilcoxon Signed Ranks Test. Hubungan antara

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Page 23: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

10

dua variabel diketahui menggunakan Rank Spearman. Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap konsumsi sayur dianalisis menggunakan MANOVA.

Sebelum data dianalisis secara multivariat, hubungannya tidak linear oleh karena

itu, ditranformasi menjadi eksponensial. Konsumsi sayur buah dan sayur lainnya

ada yang bernilai nol, oleh karena itu ditambah 1 sehingga dapat di logaritma

natural (ln). Data konsumsi sayur ditransformasi menggunakan ln (Y+1). Jika

hipotesis nol (H0) ditolak maka analisis data dilanjutkan ke univariate sehingga

didapat model akhir multivariate.

Model konsumsi sayur rumah tangga yang digunakan adalah :

Model asupan vitamin A dan vitamin C balita yang digunakan adalah :

Keterangan :

= Y1+1, Y1 = konsumsi sayur buah RT (g)

= Y2+1, Y2 = = konsumsi sayur lainnya RT (g)

X1 = luas pekarangan (m2)

X2 = pengeluaran rumah tangga (Rp/kap/bulan)

X3 = perkalian ln jumlah anggota rumah tangga dengan ln usia ibu

Keterangan :

= Y1+1, Y1 = asupan vitamin A (RE)

= Y2+1, Y2 = = asupan vitamin C (mg)

X1 = jumlah anggota rumah tangga (orang)

X2 = pendidikan ibu (tahun)

X3 = pengeluaran rumah tangga (Rp/kap/bulan)

X4 = pengetahuan gizi ibu

X5 = kebiasaan makan sayur sejak dini

Hipotesis :

H0 =

H1 =

Hipotesis :

Page 24: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

11

3. DEFINISI OPERASIONAL

Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun.

Efikasi diri adalah harapan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan

suatu perilaku tertentu.

Kebiasaan makan adalah perilaku, cara dan kebiasaan yang dilakukan seseorang

dalam hal konsumsi pangan.

Konsumsi pangan adalah konsumsi pangan dalam hal jenis dan jumlah yang

dimakan yang dikumpulkan dengan cara recall 2x 24 jam.

Konsumsi sayur adalah konsumsi sayur dalam hal jenis dan jumlah yang dimakan

yang dikumpulkan dengan cara recall 2x 24 jam.

Pekarangan adalah lahan di sekitar rumah, memiliki batas lahan dan kepemilikan

yang jelas, dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan atau tempat memelihara

berbagai jenis ternak dan ikan.

Pemanfaatan pekarangan adalah pendayagunaan lahan pekarangan dengan

bertanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Pemanfaatan pekarangan meliputi luas lahan, produksi, dan frekuensi panen.

Pendapatan rumah tangga adalah total penghasilan yang diperoleh seluruh anggota

rumah tangga baik dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan atau

lainnya (pemberian, hadiah) selama satu bulan terakhir dinyatakan dalam

rupiah/kapita/bulan.

Penyuluhan gizi adalah upaya peningkatan pengetahuan gizi yang dilakukan untuk

mendorong terjadinya perubahan perilaku meliputi materi gizi untuk balita,

gizi untuk anak, pemilihan makanan untuk balita, sanitasi dasar, keamanan

pangan, budidaya sayur di pekarangan, dan demo memasak makanan camilan

dari sayuran.

Praktek pemberian makan adalah perilaku orangtua khususnya Ibu dalam praktek

pemberian makan anak balitanya.

Preferensi pangan adalah suka atau tidaknya seseorang terhadap jenis pangan

tertentu.

Produktivitas sayuran adalah produksi sayur dibagi dengan luas lahan sayur.

Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang berada dalam satu

rumah, tinggal bersama, makan dari satu dapur, dan dikepalai oleh seorang

kepala rumah tangga

Sayuran adalah bagian tanaman yang dapat atau layak disayur untuk dimakan

secara matang maupun mentah.

Sayuran buah adalah adalah bagian tanaman (buah) yang dapat atau layak disayur

untuk dimakan secara dimasak maupun mentah (tomat, pare, terong, dll).

Sayuran lainnya adalah adalah bagian tanaman selain bagian buah seperti bagian

umbi, batang dan daun yang dapat atau layak disayur untuk dimakan secara

dimasak maupun mentah (kangkung, bayam, wortel, buncis, dll).

Sosio demografi adalah karakteristik rumah tangga ditinjau dari usia, jenis kelamin,

jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.

Tingkat pendidikan adalah lama waktu menempuh pendidikan formal yang pernah

diikuti dalam satuan tahun.

Page 25: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosio Demografi

Kecamatan Tamansari merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Bogor yang terletak di bawah kaki Gunung Salak. Kecamatan ini

memiliki 8 desa, yaitu Desa Pasireurih, Sirnagalih, Tamansari, Sukamantri,

Sukaluyu, Sukaresmi, Sukajadi, dan Sukajaya dengan jumlah penduduk pada tahun

2010 sebanyak 91 899 jiwa.

Responden penelitian ini adalah ibu balita berjumlah 61 orang yang tinggal

di Kecamatan Tamansari. Besar rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga

yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota rumah tangga lainnya yang tinggal

bersama. Secara umum, besar rumah tangga responden cukup bervariasi pada kedua

kelompok. Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden kelompok

kontrol dan intervensi tergolong pada rumah tangga kecil (≤4 orang). Kelompok

intervensi memiliki proporsi rumah tangga sedang yang lebih banyak dibandingkan

rumah tangga besar. Keadaan sebaliknya terjadi pada kelompok kontrol yang

memiliki proporsi rumah tangga sedang lebih sedikit dibandingkan rumah tangga

besar. Meskipun demikian, hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata antara besar rumah tangga kelompok kontrol dan intervensi.

Secara keseluruhan usia ayah dan ibu tergolong pada usia produktif. Usia

ayah berkisar antara 20-55 tahun, dengan median 30 tahun dan usia ibu berkisar

antara 18-45 tahun, dengan median 25 tahun. Sebagian besar ayah dan ibu pada

kedua kelompok berada pada kisaran usia 21-40 tahun. Meskipun demikian, masih

cukup banyak ibu yang tergolong pada usia ≤ 20 tahun pada kedua kelompok. Hasil

uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara usia

ayah dan ibu pada kelompok kontrol dan intervensi.

Tingkat pendidikan ayah dan ibu dilihat dari lama pendidikannya. Hasil uji

Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaaan yang nyata antara lama

pendidikan ayah (p=0.019) dan ibu (p=0.000) pada kelompok kontrol dan

intervensi. Kelompok kontrol memiliki lama pendidikan (setara 1 SMP) yang

sedikit lebih baik dibandingkan kelompok intervensi (setara kelas 5 SD). Meskipun

demikian, ketika melihat sebaran tingkat pendidikannya, hampir seluruh ayah dan

ibu pada kelompok kontrol dan intervensi tergolong dalam tingkat pendidikan yang

rendah (≤ 9 tahun) dan hanya sedikit (<10%) yang memiliki tingkat pendidikan

SMA dan diploma atau sarjana.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam menunjang

kualitas sumberdaya manusia. Hasil penelitian Adnan & Muniandy (2012)

menunjukkan bahwa pendidikan ibu dapat mempengaruhi praktek pemberian

makan anak sehingga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini juga didukung

oleh hasil penelitian Abuya et al. (2012) yang menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan ibu dapat menjadi prediktor yang kuat untuk status gizi anak.

Page 26: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

13

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan karakteristik rumah tangga

Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum jenis pekerjaan ayah adalah

buruh non tani (buruh pembuatan sepatu), petani, pedagang, buruh tani, PNS, jasa

dan lainnya. Kecamatan Tamansari merupakan salah satu sentra produksi sepatu,

oleh karena itu banyak ayah yang bekerja sebagai buruh sepatu dengan upah per

minggu. Pekerjaan sebagai buruh sepatu (buruh non tani) ditekuni oleh lebih dari

sepertiga (35.5%) ayah di kelompok kontrol dan lebih dari separuh (66.7%) ayah di

kelompok intervensi. Pekerjaan di bidang jasa seperti tukang ojeg dan supir dijalani

Karakteristik

Rumah tangga

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Besar rumah

tangga

Kecil 18 (58.1) 17 (56.7) 35 (57.4)

Sedang 6 (19.4) 8 (26.7) 14 (23.0)

Besar 7 (22.6) 5 (16.7) 12 (19.7)

Median (IQR) 4 (3.0) 4 (2.3) 4 (1.5)

p value 0.716

Usia Ayah

≤ 20 tahun 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

21- 40 tahun 30 (96.8) 27 (90.0) 57 (93.4)

≥ 41 tahun 0 (0.0) 3 (10.0) 3 (4.9)

Median (IQR) 29 (6.0) 30 (8.0) 30 (8.5)

p value 0.195

Usia Ibu

≤ 20 tahun 6 (19.4) 7 (23.3) 13 (21.3)

21- 40 tahun 25 (80.6) 22 (73.3) 47 (77.0)

≥ 41 tahun 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.6)

Median (IQR) 23 (7.0) 25 (7.5) 25 (7.0)

p value 0.519

Pendidikan Ayah

SD 25 (80.6) 28 (93.3) 53 (86.9)

SMP 3 (9.7) 1 (3.3) 4 (6.6)

SMA 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Diploma/S1 3 (9.7) 1 (3.3) 4 (6.6)

Median (IQR) 6 (0.0) 6 (2.0) 6 (0.5)

p value 0.019

Pendidikan Ibu

SD 22 (71.0) 29 (96.7) 51 (83.6)

SMP 7 (22.6) 1 (3.3) 8 (13.1)

SMA 2 (6.5) 0 (0.0) 2 (3.3)

Median (IQR) 6 (3.0) 5 (2.0) 6 (2.0)

p value 0.000

Page 27: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

14

oleh hampir sepertiga ayah di kelompok kontrol, sementara itu pekerjaan sebagai

petani, pedagang, dan buruh tani dijalani oleh sepertiga ayah di kelompok

intervensi.

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan ibu di kedua kelompok pada umumnya adalah ibu rumah tangga.

Hanya ada 2 orang ibu di kelompok intervensi yang ikut bekerja membantu

suaminya dengan bekerja sebagai pedagang dan buruh sepatu. Sementara itu, di

kelompok kontrol hanya ada 3 orang ibu yang berdagang di rumah untuk

menambah penghasilan rumah tangga dan 1 orang di bidang jasa.

Tabel 5 Median dan interquartile range (IQR) pendapatan dan pengeluaran rumah

tangga (Rp/kapita/bulan)

Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga

yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non

pangan anggota rumah tangga. Pendapatan total rumah tangga diperoleh dari

pendapatan kepala rumah tangga, istri dan pendapatan dari anggota rumah tangga

lainnya seperti anak dan orangtua yang bekerja yang termasuk dalam satu

pengelolaan keuangan. Median pendapatan dan pengeluaran total per kapita per

bulan kelompok intervensi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Akan tetapi keragaman pendapatan dan pengeluarannya juga cukup tinggi. Hal ini

Pekerjaan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Pekerjaan ayah

Petani 1 (3.2) 3 (10.0) 4 (6.6)

Pedagang 2 (6.5) 3 (10.0) 5 (8.2)

Buruh tani 3 (9.7) 3 (10.0) 6 (9.8)

Buruh non tani 11 (35.5) 20 (66.7) 31 (50.8)

PNS 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.6)

Jasa 9 (29.0) 0 (0.0) 9 (14.8)

Lainnya 5 (16.1) 0 (0.0) 5 (8.2)

Pekerjaan ibu

Pedagang 3 (9.7) 1 (3.3) 4 (6.6)

Buruh non tani 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.6)

Jasa 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Ibu rumah tangga 27 (87.1) 28 (93.3) 55 (90.2)

Keterangan Kontrol Intervensi Total p

value

Pendapatan 273 333 (494 819) 212 500 (163 125) 240 000 (257 525) 0.067

Pengeluaran

Pangan 187 040 (122 964) 196 071 (87 026) 190 714 (101 660) 0.817

Non pangan 184 967 (267 585) 126 917 (110 186) 164 340 (212 701) 0.817

Total 456 170 (343 284) 340 048 (178 621) 376 140 (249 786) 0.162

Page 28: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

15

menunjukkan tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga cukup beragam,

ada yang memiliki pendapatan dan pengeluaran yang sangat tinggi dan ada juga

yang sangat rendah. Pendapatan kelompok kontrol sedikit lebih baik dibandingkan

dengan kelompok intervensi (p<0.1). Pengeluaran pangan dan non pangan antara

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol memiliki pola yang sama dengan

pendapatan dan pengeluaran total. Kedua kelompok memiliki median pengeluaran

pangan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran non pangan. Hasil uji Mann

Whitney terhadap pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan dan pengeluaran

total per kapita per bulan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata diantara

kedua kelompok tersebut. BPS (2013) menyatakan bahwa garis kemiskinan

Indonesia pada bulan September 2012 untuk wilayah perdesaan adalah Rp 240 441

per kapita per bulan. Berdasarkan garis kemiskinan tersebut, maka kelompok

kontrol termasuk tidak miskin atau sedikit lebih tinggi dari garis kemiskinan,

sedangkan kelompok intervensi sedikit berada di bawah garis kemiskinan. Sebaran

pengeluaran pangan dan non pangan dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah

ini.

Tabel 6 Pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga responden

(Rp/kap/bulan)

Karakteristik responden Kontrol Intervensi

Rata-rata % Rata-rata %

Pengeluaran pangan

Beras 54 000 10.4 65 300 17.8

Lauk-pauk 44 700 8.6 33 400 9.1

Sayur 20 400 3.9 19 200 5.2

Buah 10 100 1.9 7 795 2.1

Minyak goreng 8 934 1.7 8 850 2.4

Minuman 10 800 2.1 9 096 2.5

Jajanan 42 400 8.2 38 700 10.5

Susu 8 731 1.7 7 924 2.2

Lainnya 11 600 2.2 13 000 3.5

Total pangan 211 664 40.7 203 265 55.4

Pengeluaran non pangan

Kesehatan 15 500 3.0 24 300 6.6

Pendidikan 2 628 0.5 4 635 1.3

Pakaian 15 900 3.1 12 100 3.3

Listrik 14 700 2.8 11 300 3.1

Bahan bakar 8 278 1.6 7 761 2.1

Rokok 47 400 9.1 42 500 11.6

Lainnya 204 000 39.2 61 200 16.7

Total non pangan 308 406 59.3 163 796 44.6

Rata-rata alokasi pengeluaran pangan kelompok intervensi memiliki

proporsi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol akan

tetapi kedua kelompok tersebut memiliki pola yang hampir sama. Sebagian besar

alokasi pangan digunakan untuk memenuhi pembelian beras, makanan jajanan, dan

lauk pauk. Alokasi pengeluaran pangan terbesar dikeluarkan untuk pembelian beras

Page 29: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

16

yang merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Besarnya

alokasi pengeluaran untuk makanan jajanan perlu diwaspadai terutama jajanan

anak, karena banyak jajanan yang mengandung zat aditif berbahaya yang dapat

merugikan kesehatan. Proporsi pengeluaran non pangan terbesar adalah untuk

pengeluaran non pangan lain-lain (pengeluaran transport, pulsa handphone,

pembayaran kredit, sumbangan dan pajak), rokok, dan kesehatan. Pembayaran

kredit motor, hutang dan arisan merupakan kontributor pengeluaran tertinggi pada

pengeluaran non pangan lain-lain. Biaya kesehatan memiliki proporsi pengeluaran

yang cukup besar karena responden memiliki anak balita yang masih rentan

terhadap penyakit sehingga lebih sering berobat. Pengeluaran non pangan yang

paling sedikit adalah untuk biaya pendidikan. Hal ini terjadi karena sebagian besar

anggota rumah tangga responden hanya bersekolah sampai SMP sehingga tidak

mengeluarkan biaya SPP.

Pemanfaatan Pekarangan

Pekarangan adalah lahan di sekitar rumah, memiliki batas lahan dan

kepemilikan yang jelas, dapat ditanami berbagai jenis tumbuhan atau tempat

memelihara berbagai jenis ternak dan ikan. Keberlangsungan pekarangan

tergantung pada biofisik, sosio ekonomi dan budaya. Secara sosio ekonomi,

pekarangan memiliki empat fungsi, yaitu; (1) produksi subsisten, untuk melengkapi

pangan pokok (sayuran, buah, bumbu, produk hewani), dan produk non pangan

lainnya, serta berkontribusi terhadap ketahanan pangan, (2) pekarangan dapat

menghasilkan produk komersial untuk mendapatkan tambahan pendapatan, (3)

fungsi sosio budaya, untuk keindahan, tempat bermain anak, tempat bersosialisasi

dan upacara keagamaan, (4) fungsi ekologi dan lingkungan, sebagai habitat untuk

tanaman dan hewan (Arifin et al. 2012).

Tabel 7 Rata-rata dan standar deviasi luas lahan dan produksi pekarangan

responden

Terdapat empat jenis lahan yang diusahakan oleh keluarga responden, yaitu

lahan pekarangan, sawah, kebun dan kolam. Rata-rata luas pekarangan dan kolam

yang dimiliki oleh kelompok kontrol lebih luas dibandingkan dengan kelompok

Karakteristik

Responden

Kontrol

(n=31)

Intervensi

(n=30)

Total

(n=61)

p

value

Luas lahan (m2)

Pekarangan 21.0 ± 33.9 6.8 ± 7.4 14.0 ± 25.5 0.065

Sawah 0.0 ± 56.7 ± 204.2 27.9 ± 144.8 0.037

Kebun 15.7 ± 59.9 24.0 ± 127.7 19.8 ± 98.5 0.671

Kolam 0.8 ± 2.8 0.4 ± 2.2 0.6 ± 2.5 0.628

Produksi tanaman (kg/tahun)

Pekarangan 13.9 ± 37.4 8.4 ± 21.3 11.2 ± 30.5 0.969

Sawah 0.0 ± 408.3 ± 1455.9 1 011.2 ± 6 299.3 0.442

Kebun 52.7 ± 131.1 133.2 ± 486.4 92.3 ± 352.9 0.886

Kolam 14.2 ± 55.2 17.2 ± 64.7 15.7 ± 59.6 0.628

Ternak 8.5 ± 27.5 2.3 ± 4.7 5.5 ± 20.0 0.400

Page 30: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

17

intervensi (p<0.1). Akan tetapi keragamannya juga cukup tinggi, artinya luas lahan

tidak tersebar merata di seluruh rumah tangga responden. Sementara itu, luas sawah

yang dimiliki kelompok intervensi lebih luas dibandingkan kelompok intervensi

p<0.05 Hal ini disebabkan oleh tidak ada satu pun responden di kelompok kontrol

yang memiliki sawah. Luas kebun, dan kolam di kedua kelompok tidak berbeda

nyta (p>0.1). Keragaman data yang tinggi, menunjukkan bahwa luas kebun dan

kolam responden bervariasi. Sebagian besar responden di kedua kelompok tidak

memiliki kebun dan kolam.

Hasil produksi tanaman per tahun yang diusahakan pada berbagai jenis

lahan menunjukkan bahwa produksi tanaman di kedua kelompok masih rendah.

Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara produksi

tanaman di pekarangan, sawah, kebun, kolam dan hasil ternak pada kelompok

kontrol dan intervensi. Rendahnya produksi di kedua kelompok serta keragaman

yang tinggi dari hasil produksi tanaman ini dapat menyebabkan tidak nampaknya

perbedaan yang nyata antar kedua kelompok.

Kelompok kontrol lebih banyak memanfaatkan pekarangan dibandingkan

dengan kelompok intervensi. Namun, pemanfaatan tersebut belum dilakukan

dengan optimal bahkan sebagian pekarangan dibiarkan kosong. Lebih dari separuh

reponden (63.3%) kelompok intervensi tidak memanfaatkan pekarangannya dengan

alasan tidak memiliki benih/bibit tanaman, tidak punya waktu/repot mengurus

rumah/anak-anak, tidak tahu cara menanamnya dan berbagai alasan lainnya. Hanya

separuh (54.8%) responden kelompok kontrol yang telah memanfaatkan

pekarangannya dengan berbagai jenis tanaman. Jenis pemanfaatan pekarangan yang

banyak dilakukan di kedua kelompok adalah menanam buah-buahan, tanaman hias,

sayuran, umbi-umbian dan tanaman lainnya.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pemanfaatan pekarangan

Tanaman buah merupakan tanaman tahunan yang buahnya dapat dimakan

dan tidak memerlukan perawatan yang intensif dari pemilik rumah sehingga

tanaman ini banyak ditanam di sekitar rumah. Tanaman hias merupakan komoditas

unggulan Kecamatan Tamansari, sehingga cukup banyak responden yang menanam

tanaman hias, baik untuk dijual, dibudidayakan, ataupun hanya untuk estetika saja.

Sayuran dan umbi-umbian lebih banyak ditanam di sawah dan kebun. Tanaman

jenis ini kurang menjadi prioritas ditanam di pekarangan karena lahan yang sempit

dan tidak terbiasa ditanam di sekitar halaman rumah. Kementan (2012)

Karakteristik Responden Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Pemanfaatan pekarangan

Dimanfaatkan 17 (54.8) 11 (36.7) 28 (45.9)

Tidak dimanfaatkan 14 (45.2) 19 (63.3) 33 (54.1)

Jenis pemanfaatan pekarangan

Sayuran 5 (16.7) 1 (8.3) 6 (14.3)

Buah 11 (36.7) 8 (66.7) 19 (45.2)

Umbi-umbian 3 (10.0) 0 (0.0) 3 (7.1)

Tanaman hias 9 (30.0) 2 (16.7) 11 (26.2)

Lainnya 2 (6.7) 1 (8.3) 3 (7.1)

Page 31: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

18

menerangkan bahwa pemanfaatan pekarangan dapat mewujudkan kemandirian dan

ketahanan pangan dengan cara; (1) memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah

tangga, (2) meningkatkan penghasilan rumah tangga, dan (3) meningkatkan

konsumsi makanan yang beragam, bergizi dan seimbang sesuai dengan potensi

pangan lokalnya.

Kurangnya pemanfaatan pekarangan dan tingginya potensi pekarangan

untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga mendorong diadakannya

program pemanfaatan pekarangan. Program ini merupakan program pendayagunaan

pekarangan dengan cara penanaman sayuran atau pemeliharaan ternak untuk

pemenuhan konsumsi rumah tangga. Pelaksanaan program pemanfaatan

pekarangan diawali dengan sosialisasi program kepada para responden dan

dilanjutkan dengan observasi awal pemanfaatan pekarangan untuk menentukan

jenis tanaman atau ternak yang akan dikembangkan di kelompok intervensi.

Sosialisasi program disampaikan oleh tim peneliti, tim penyuluh pertanian dari

Badan Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kelautan (BP3K Dramaga) dan

pemerintah desa setempat pada minggu ke-3 bulan Maret 2012. Sosialisasi

program meliputi penyampaian maksud dan tujuan program, waktu pelaksanaan,

dan bentuk kegiatan dan himbauan dari pemerintah desa akan

keterlibatan/kerjasama dari peserta program.

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis tanaman yang

menjadi pilihan responden berdasar minat responden, dengan prioritas yang paling

tinggi sampai paling rendah secara berturut-turut yaitu tomat, cabe keriting, jahe,

terong ungu, bayam, pare hijau, kacang panjang, ceisin, pakcoy, buncis dan

kangkung. Setelah berdiskusi dengan tim peneliti dan responden, akhirnya

diputuskan tanaman yang akan dikembangkan dalam program ini adalah tanaman

yang wajib ditanam dan tanaman pilihan. Tanaman wajib meliputi cabe rawit, cabe

merah, tomat, kangkung dan bayam. Cabe rawit, cabe merah, dan tomat mewakili

tanaman bumbu yang pasti dibutuhkan oleh responden untuk memasak, sedangkan

kangkung dan bayam mewakili tanaman yang diharapkan dapat memberikan

kontribusi zat gizi terrhadap rumah tangga responden. Tabel 9 menunjukkan luas

pekarangan sebelum ada program pemanfaatan pekarangan dan luas lahan yang

digunakan pada program ini.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan luas pekarangan (m2)

Luas pekarangan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Luas pekarangan pre

≤ 10 16 (51.6) 21 (70.0) 37 (60.7)

11-30 7 (22.6) 9 (30.0) 16 (26.2)

> 30 8 (25.8) 0 (0.0) 8 (13.1)

x̄ ± sd 21.0 ± 33.9 6.8 ± 7.4 14.0 ± 25.5

p value 0.065

Luas pekarangan post

≤ 10 17 (56.7) 22 (73.3) 39 (65.0)

11-30 7 (23.3) 6 (20.0) 13 (21.7)

> 30 6 (20.0) 2 (6.7) 8 (13.3)

x̄ ± sd 30.0 ± 89.6 8.9 ± 12.7 19.6 ± 64.3

p value 0.204

Page 32: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

19

Rata-rata luas pekarangan kelompok kontrol yang dimanfaatkan adalah 21.0

m2, lebih luas dibandingkan dengan kelompok intervensi yang hanya 6.8 m2

(p<0.1). Luas lahan di kelompok kontrol cukup bervariasi. Lebih dari separuhnya

memiliki luas ≤10 m2 dan seperempatnya >30 m2. Sementara itu, di kelompok

intervensi, sebagian besar responden memiliki luas pekarangan ≤10 m2, dan tidak

ada yang memiliki luas pekarangan >30 m2. Setelah dilakukan program

pemanfaatan pekarangan, terdapat 2 responden yang memperluas pekarangannya

menjadi >30 m2. Luas pekarangan kelompok kontrol yang berkurang diakibatkan

alih fungsi lahan pekarangan menjadi teras rumah yang di semen dan perluasan

bangunan rumah.

Pemanfaatan pekarangan yang sempit (<200 m2) dapat mengurangi

pengeluaran pangan sampai 9.9% (Arifin et al. 2012), dan pekarangan dengan luas

16 m2 berpotensi dalam memenuhi kecukupan zat gizi dalam sehari (zat besi dan

kalsium sebesar 40%, vitamin A 80% dan vitamin C 100%) dengan anggota rumah

tangga sebanyak 5 orang (AVRDC 1993 diacu dalam Ali dan Tsou 1997).

Pelaksanaan program pemanfaatan pekarangan yang dilakukan meliputi 5

tahapan yaitu: (1) penentuan demplot sebagai tempat percontohan praktek budidaya

tanaman, (2) praktek persemaian tanaman dengan menggunakan media sekam

bakar dan bokashi, (3) persiapan penanaman yang meliputi pembuatan rak

vertikultur, pembuatan pagar pekarangan, pengolahan pekarangan, pendistribusian

bibit, polybag dan pupuk, (4) praktek pembuatan pupuk cair sebagai salah satu

upaya pemenuhan nutrisi tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dan

aman bagi konsumsi pangan, dan tahap kelima (5) penanaman yang dilakukan

setelah pengolahan tanah dan pembuatan pagar atau pembuatan rak vertikultur.

Hasil monitoring pemanfaatan pekarangan menunjukkan bahwa sebagian

responden tidak terbiasa menanam sayuran atau tanaman pertanian lainnya

terutama responden yang berusia di bawah 30 tahun. Semua responden belum

memahami tentang budidaya dan pemeliharaan tanaman, terutama pemilihan media

tanam. Oleh karena itu teknik melarung dikenalkan pada responden sebagai salah

satu upaya pemanfaatan limbah pekarangan menjadi kompos dan media tanam.

Teknik melarung dilakukan dengan cara memasukkan tanah dan sampah organik

secara berlapis ke dalam karung, tambahkan pupuk kandang jika ada, biarkan

selama 2 minggu hingga 1 bulan lalu dapat dijadikan media tanam sayuran.

Walaupun belum diaplikasikan oleh semua responden, tetapi sudah mulai terlihat

pemanfaatan teknik ‘melarung’ tersebut, di samping pemanfaatan polibag, ember

bekas atau pot tanaman.

Tanaman cabe, tomat, pakcoy, terong, dan buncis merupakan jenis tanaman

yang dianggap sulit di budidayakan karena pemeliharaannya memerlukan

perawatan yang lebih intensif dibandingkan tanaman berdaun. Namun hasil

panennya cukup banyak karena masa produktifnya yang relatif lama dibandingkan

dengan sayuran daun. Sementara itu, tanaman yang mudah ditanam adalah bayam,

tomat, kangkung dan caisin.

Tanaman yang pertama siap ditanam dari persemaian adalah caisin

dilanjutkan dengan tanaman lainnya. Tanaman bayam, kangkung, kacang panjang

dan buncis sudah mulai ditanam oleh responden pada minggu pertama bulan Mei

dan pada beberapa responden sudah panen di minggu pertama bulan Juni. Tanaman

bayam, kangkung, ceisin sudah mulai dipanen pada minggu ke-4 bulan Mei sampai

Page 33: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

20

minggu ke-2 bulan Juni. Hasil produksi pekarangan selama 1 tahun intervensi

dapat dilihat pada Gambar 2.

Produksi pekarangan cukup fluktuatif selama 1 tahun intervensi

berlangsung. Pada awal pelaksanaan program pemanfaatan pekarangan, responden

dan rumah tangga cukup antusias untuk mengikuti program tersebut. Namun

semangat ini turun naik seiring dengan perjalanan waktu. Ketika musim hujan dan

kemarau yang parah maka para PPL lebih banyak memberikan motivasi agar

responden tidak cepat menyerah melihat tanamannya mati akibat kekeringan

ataupun kelebihan air.

Gambar 2. Hasil total panen pekarangan kelompok intervensi (kg)

Selama 1 tahun intervensi, produksi pekarangan tertinggi terjadi pada

bulan Agustus 2012 (114.8 kg) dengan sayuran yang menyumbang produksi

terbanyak adalah tomat (63.9 kg), terong (15.2 kg) dan pare (10.5 kg). Sebagian

besar hasil panen dikonsumsi sendiri, dan sisanya dibagikan ke tetangga atau

saudara. Terdapat beberapa responden yang menjual hasil panennya di rumah atau

ke warung karena menanam di luas areal yang cukup luas sehingga hasilnya cukup

banyak. Produksi pekarangan turun drastis pada bulan September dan Oktober 2012

dikarenakan musim kemarau, sehingga tanaman menjadi kering dan mati

kekurangan air. Responden lebih mengutamakan air untuk kebutuhan hidup sehari-

hari seperti memasak, mencuci, dan MCK. Secara perlahan, bulan November-

Desember 2012 produksi pekarangan mulai meningkat seiring dengan berlalunya

musim kemarau, Akan tetapi pada bulan Januari 2013, curah hujan cukup tinggi di

wilayah penelitian sehingga menyebabkan produksi pekarangan berada di titik

terendah (11.2 kg) dengan sayuran yang menyumbang produksi terbanyak adalah

cabe rawit (2.6 kg), terong dan pare masing-masing 2 kg.

Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa terong, tomat, dan pare merupakan

sayuran buah yang memberikan kontribusi besar terhadap produksi pekarangan.

Tanaman ini merupakan tanaman yang dapat dipanen berulang kali sehingga

berpotensi untuk terus ditanam di pekarangan. Sementara itu, caisin dan kangkung

merupakan sayuran daun yang paling tinggi produksinya. Jenis sayuran buah dan

daun yang produksinya tinggi ini mengindikasikan bahwa sayuran tersebut cocok

Page 34: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

21

untuk ditanam di pekarangan dan berpotensi meningkatkan konsumsi sayuran dan

pendapatan rumah tangga.

Gambar 3. Hasil panen pekarangan selama intervensi 1 tahun (kg)

Tinggi rendahnya produksi sayuran dan keberhasilan program pemanfaatan

pekarangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal

meliputi luas lahan, cuaca, pupuk, hama dan penyakit tanaman (HPT), dan cara

perawatan. Luas lahan yang sempit menghasilkan produksi yang sedikit. Masalah

ini di coba diatasi dengan penanaman pada polibag dan vertikultur, akan tetapi hasil

panen yang dihasilkan belum menunjukkan hasil yang optimal. Cuaca yang terlalu

kering dan panas atau terlalu basah juga dapat menurunkan produksi pekarangan,

seperti yang digambarkan hasil panen pada bulan September 2012 dan Januari

2013. Kurangnya pupuk, perawatan dan penanganan HPT yang tidak tepat juga

dapat menurunkan hasil panen pekarangan. Sebagian besar responden dengan

tanaman pekarangan yang subur merupakan responden yang memiliki kandang

kambing dekat dengan pekarangannya. Kotoran kambing yang digunakan sebagai

Page 35: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

22

pupuk kandang meningkatkan kesuburan tanah dan memberikan nutrisi bagi

tanaman sehingga hasil produksi sayuran pekarangan meningkat. Hama yang

banyak dikeluhkan oleh responden adalah hama semut merah yang menyebabkan

tanaman tidak dapat berkembang dengan optimal.

Faktor internal yang dapat mempengaruhi produksi sayuran adalah motivasi

responden dan dukungan rumah tangga. Dukungan suami merupakan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan pekarangan yang optimal di kelompok

intervensi. Suami mendukung responden dalam hal pembuatan sarana seperti

pagar, rak, penataan dan budidaya. Pekarangan yang sangat sempit dapat ditata

dengan menarik dan efisien dengan bantuan suami sehingga tanaman dapat tumbuh

subur dan produktif sehingga dapat mengurangi biaya dapur sehari-hari. Hasil

panen yang diperoleh dikonsumsi sendiri dan dibagikan ke tetangga sekitar yang

membutuhkan. Harapan yang banyak dilontarkan adalah agar responden tetap

dikunjungi dan program terus berjalan karena bermanfaat untuk rumah tangga dan

masyarakat.

Alokasi waktu responden ataupun suami responden merupakan salah satu

faktor pendukung keberhasilan pemanfaatan pekarangan. Walaupun responden

merasakan manfaat dari peningkatan pemanfaatan pekarangan dan sudah terbiasa

menanam, tetapi ketika responden dan suaminya tidak punya waktu untuk merawat

dan memelihara tanaman, maka produksi pekarangannya menjadi kurang

optimal.Tanaman pekarangan rumah (home gardening) tergantung pada (1) tenaga

kerja yang ada di rumah, (2) ketersediaan lahan di sekitar rumah, (3) ketersediaan

teknologi sederhana atau perkakas berkebun sederhana, (4) ketersediaan bibit dan

air, dan (5) minat atau motivasi. Walaupun manfaatnya dalam pemenuhan gizi

rumah tangga terbatas, akan tetapi produksi sayuran dapat meningkatkan

pendapatan dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya jika sayuran tersebut

tumbuh di musim yang tepat dan petani memiliki kemampuan manajemen yang

baik (AVRDC 1995).

Pada pengumpulan data akhir seluruh responden menyatakan niatnya untuk

melanjutkan pemanfaatan pekarangan karena memberikan manfaat bagi rumah

tangganya. Pada pelaksanaan program pemanfaatan pekarangan terdapat beberapa

kendala yaitu sebagian responden merasa kesulitan dalam merawat tanaman

pekarangan (28.6%), menyiapkan pupuk (17.9%), membuat persemaian (14.3%)

dan membuat media tanam (14.3%), namun dengan dukungan rumah tangga (suami

dan orangtua) dan bantuan serta arahan PPL, tahapan budidaya yang dirasakan

cukup sulit tersebut dapat diatasi. Pemanfaatan pekarangan di kelompok intervensi

dapat berlangsung secara berkelanjutan karena responden sudah dapat membibitkan

tanaman secara mandiri, serta membuat dan menggunakan pupuk buatan sendiri

sehingga proses budidaya tanaman pekarangan dapat berlangsung tanpa tergantung

pada pihak lain.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa program pemanfaatan

pekarangan dapat menghemat uang belanja sehingga responden dapat mengurangi

pembelian sayuran rata-rata Rp 9 700/minggu, dengan penghematan minimum

sebesar Rp 1 000/minggu dan maksimum Rp 70 000/minggu. Hampir seluruh

responden puas dengan hasil tanaman pekarangannya. Namun demikian, responden

masih mempunyai harapan agar hasil panen tanaman pekarangan dapat mengurangi

belanja sayur, produksi yang lebih banyak dan dapat lebih memperindah

halamannya.

Page 36: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

23

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pemanfaatan pekarangan

Pengetahuan Gizi dan Efikasi Diri

Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan faktor penting untuk

terbentuknya praktek gizi kesehatan. Bagi masyarakat perdesaan pengetahuan gizi

dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti posyandu, petugas kesehatan,

media cetak dan media elektronik. Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan melalui

2 waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Untuk pengukuran pengetahuan

gizi jangka pendek, dilakukan pre dan post-test sebanyak 10 soal per topik

penyuluhan sehingga total pertanyaan adalah 50 soal. Pengetahuan gizi di

kelompok intervensi meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 12.3 poin

(Tabel 11). Hasil uji paired t-test menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar

skor pengetahuan pre dan post penyuluhan. Selain itu, hasil uji independent t-test

(p<0.001) juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara kelompok

Pemanfaatan pekarangan n %

Program pekarangan bermanfaat bagi rumah tangga 28 100.0

Tingkat kesulitan menanam di pekarangan

Sulit 14 50.0

Biasa saja 5 17.9

Tidak sulit 9 32.1

Tahapan yang dirasakan sulit dalam program pekarangan

Membuat persemaian 4 14.3

Menyiapkan media tanam 4 14.3

Menyiapkan pupuk 5 17.9

Perawatan 8 28.6

Lainnya 5 17.9

Ibu ingin melanjutkan pemeliharaan tanaman pekarangan 28 100.0

Ibu puas dengan hasil tanaman pekarangan 26 92.9

Ibu membibitkan tanaman pekarangan sendiri 22 78.6

Ibu membuat dan menggunakan pupuk sendiri (tidak

membeli) 27 96.4

Program pekarangan dapat menghemat belanja sayuran 26 92.9

Rata-rata jumlah uang belanja sayuran yang dihemat

(Rp/minggu) 9759±13 795

Harapan terhadap tanaman pekarangan

Produksi lebih banyak 26 92.9

Dapat mengurangi belanja sayur 28 100.0

Dapat memperindah halaman 25 89.3

Tidak berharap apa-apa 3 10.7

Lainnya 1 3.6

Page 37: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

24

kontrol dan intervensi. Hal ini mengindikasikan keberhasilan penyuluhan dalam

meningkatkan pengetahuan gizi kesehatan responden dalam jangka pendek.

Sementara itu, pengukuran pengetahuan gizi jangka panjang, dilakukan dengan cara

memberikan pertanyaan gizi dan kesehatan sebanyak 10 pertanyaan yang sama

pada pengumpulan data awal dan akhir (Tabel 12). Skor pengetahuan gizi data awal

dan data akhir kelompok intervensi tidak berbeda nyata (Wilcoxon p=0.145).

Begitupun dengan hasil uji Mann Whitney antara kelompok kontrol dan intervensi

juga tidak berbeda nyata (p=0.156).

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi pre-post

penyuluhan (jangka pendek)

*Signifikan pada (p<0.001)

Tabel 12 menunjukkan bahwa median skor pengetahuan gizi kedua kelompok

termasuk ke dalam kategori sedang. Setelah dilakukan intervensi penyuluhan gizi,

rata-rata skor kedua kelompok meningkat. Sehingga hasil uji beda menunjukkan

tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut.

Peningkatan skor pengetahuan gizi di kelompok kontrol dapat disebabkan oleh

tingginya informasi mengenai gizi dan kesehatan yang diperoleh responden di

kelompok kontrol. Tingkat partisipasi responden di posyandu berhubungan positif

dengan pengetahuan dan perilakunya (Madanijah dan Triana 2007).

Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan gizi

*Signifikan pada (p<0.001)

Hasil analisis data lebih dari 300 penelitian menunjukkan bahwa pendidikan

gizi lebih efektif jika fokus pada perilaku/action dan secara sistematis

menghubungkan teori, penelitian, dan praktek dibandingkan pengetahuan saja.

Faktor lingkungan merupakan salah satu komponen yang sangat penting. Oleh

karena itu, program pendidikan gizi dalam pelaksanaannya sebaiknya bekerja sama

Kategori

pengetahuan gizi

Kontrol Intervensi

Pre Post Pre Post Kurang (<60) 9 (29.0) 7 (22.6) 10 (33.3) 3 (10.0)

Sedang (60 - 80) 18 (58.1) 21 (67.7) 19 (63.3) 16 (53.3)

Baik (>80) 4 (12.9) 3 (9.7) 1 (3.3) 11 (36.7)

Rata-rata ± Std (skor) 64.7 ± 16.8 66.5 ±15.9 62.4 ± 9.8 75.6 ± 11.2

Selisih 1.8 ± 8.9 12.3 ± 7.4*

Independent t test

p value 0.000

Kategori

pengetahuan gizi

Kontrol Intervensi

Pre Post Pre Post Kurang (<60) 10 (32.3) 4 (13.8) 13 (43.3) 11 (39.3)

Sedang (60 - 80) 18 (58.1) 10 (34.5) 10 (33.3) 6 (21.4)

Baik (>80) 3 (9.7) 15 (51.7) 7 (23.3) 11 (39.3)

Median (IQR) 70 (20) 90 (20) 70 (32.5) 75 (30)

Selisih -10 (20)* 0 (30)

p value 0.156

Page 38: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

25

pengambil keputusan di masyarakat untuk meningkatkan ketersediaan dan akses

pangan (harga dan tempat yang terjangkau) (Contento 2008).

Selain pengetahuan, efikasi diri juga merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan perilaku. Efikasi diri adalah keyakinan atau harapan seseorang

mengenai kemampuannya untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang akan

mempengaruhi kehidupannya. Efikasi diri menentukan bagaimana orang merasakan

sesuatu, berpikir, memotivasi diri sendiri dan berperilaku. Efikasi diri dihasilkan

melalui 4 tahap utama yaitu, kognitif, motivasi, afektif dan pemillihan proses

(Bandura 1994). Efikasi diri konsumsi sayur dilihat dari 7 pertanyaan

menggunakan 3 skala likert (tidak yakin, yakin, sangat yakin). Tabel 13.

Menunjukkan bahwa sebagian besar responden di kedua kelompok memiliki skor

efikasi diri konsumsi sayur yang rendah. Skor yang rendah mengindikasikan

responden meragukan kemampuan dirinya sendiri untuk dapat menyediakan dan

mengonsumsi sayur dalam jumlah yang cukup untuk rumah tangganya. Komitmen

yang lemah terhadap konsumsi sayur ini dapat menimbulkan konsumsi sayur rumah

tangga yang rendah. Rincian pernyataan efikasi diri konsumsi sayur (pernyataan 1-

7) dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan skor efikasi diri konsumsi sayur

Skor efikasi Kontrol Intervensi Total

Rendah (<13) 27 (90.0) 23 (76.6) 50 (83.3)

Sedang (13-17) 3 (10.0) 6 (20.0) 9 (15.0)

Tinggi (>17) 0 (0.0) 1 (3.3) 1 91.7)

Median (IQR) 11.0 (3) 12.0 (3.3) 11.5 (3)

p value 0.316

Menurut Contento (2008) niat dapat dilihat dari sikap, persepsi pengaruh

sosial atau norma sosial, dan efikasi diri. Orangtua yang peduli pada kesehatan dan

asupan makanan anaknya dapat mengubah kebiasaan makannya ketika anaknya ada

di sekitar mereka (Maclellan et al. 2004). Orangtua, terutama ibu merupakan

gatekeeper asupan gizi anak. Ibu biasa membeli, menyiapkan dan menyediakan

makanan. Orangtua memiliki peranan yang penting dalam pembentukan kebiasaan

makan dan preferensi anak-anak.

Tabel 14. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di kelompok kontrol dan

intervensi yakin dapat menyediakan sayuran yang cukup untuk dimakan rumah

tangga dan dapat membuat rumah tangga makan sayuran dalam jumlah yang cukup.

Keyakinan ibu, sedikit menurun ketika ibu ditanyakan mengenai kesanggupannya

membuat balitanya makan sayuran dalam jumlah yang cukup. Lebih dari separuh

ibu merasa yakin dapat membuat anak balitanya makan sayuran dalam jumlah yang

cukup, dan kurang dari sepertiganya merasa tidak yakin.

Keyakinan ibu juga menjadi menurun ketika ditanya mengenai

kesanggupannya dalam membuat rumah tangga dan balitanya mengonsumsi

sayuran 3-5 porsi sehari untuk orang dewasa dan 2-3 porsi untuk balita sesuai

anjuran PUGS. Pada kelompok kontrol, Sebagian besar ibu yakin dapat membuat

rumah tangga makan sayuran dalam jumlah yang cukup, akan tetapi keyakinan

tersebut turun sebesar 36.7% ketika ibu ditanya kesanggupannya untuk dapat

mendorong rumah tangga makan sayuran 3-5 porsi sehari. Keyakinan ibu juga

turun sebesar 10% ketika ditanya kesanggupannya untuk dapat mendorong

Page 39: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

26

balitanya makan sayuran 2-3 porsi sehari. Pada kelompok intervensi, keyakinan ibu

yang yakin dapat membuat rumah tangga dan balitanya makan sayuran dalam

jumlah yang cukup juga menurun sebesar 43.3% ketika ibu ditanya

kesanggupannya untuk dapat mendorong rumah tangga makan sayuran 3-5 porsi

sehari dan turun sebesar 16.7% ketika ibu ditanya kesanggupannya untuk dapat

mendorong balitanya makan sayuran 2-3 porsi sehari.

Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan efikasi diri konsumsi sayur

Perbedaan keyakinan ini dapat disebabkan oleh persepsi yang dimiliki

responden mengenai jumlah konsumsi sayuran yang cukup untuk rumah tangga

berbeda dengan standar atau anjuran PUGS yang berlaku. Hal ini dapat terlihat

pernyataan sebagian besar responden yang menyatakan bahwa sayuran sebaiknya

dikonsumsi rumah tangga dan balita sebanyak 2-3 kali sehari. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Lechner et al. (1997) yang menunjukkan terjadinya

inkonsistensi antara penilaian konsumsi sayur secara subyektif yang lebih tinggi

Kebiasaan makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Ibu dapat menyediakan sayuran dalam jumlah yang cukup untuk dimakan rumah

tangga

Tidak yakin 5 (16.7) 4 (13.3) 9 (15.0)

Yakin 24 (80.0) 23 (76.7) 47 (78.3)

Sangat yakin 1 (3.3) 3 (10.0) 4 (6.7)

Ibu dapat membuat rumah tangga anda makan sayuran dalam jumlah yang cukup

Tidak yakin 4 (13.3) 7 (23.3) 11 (18.3)

Yakin 26 (86.7) 21 (70.0) 47 (78.3)

Sangat yakin 0 (0.0) 2 (6.7) 2 (3.3)

Ibu dapat membuat balita anda makan sayuran dalam jumlah yang cukup

Tidak yakin 9 (30.0) 6 (20.0) 15 (25.0)

Yakin 19 (63.3) 20 (66.7) 39 (65.0)

Sangat yakin 2 (6.7) 4 (13.3) 6 (10.0)

Ibu dapat mendorong rumah tangga makan sayuran 3-5 porsi/hari

Tidak yakin 14 (46.7) 21 (70.0) 35 (58.3)

Yakin 15 (50.0) 8 (26.7) 23 (38.3)

Sangat yakin 1 (3.3) 1 (3.3) 2 (3.3)

Ibu dapat mendorong balita makan sayuran sebanyak 2-3 porsi/hari di rumah

Tidak yakin 14 (46.7) 14 (46.7) 28 (46.7)

Yakin 16 (53.3) 15 (50.0) 31 (51.7)

Sangat yakin 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Ibu dapat menyediakan camilan/snack sayur setiap hari untuk rumah tangga dan balita

Tidak yakin 17 (56.7) 18 (60.0) 35 (58.3)

Yakin 13 (43.3) 11 (36.7) 24 (40.0)

Sangat yakin 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Ibu dapat meningkatkan konsumsi sayuran rumah tangga dan balita anda akan 3 bulan

kedepan

Tidak yakin 7 (23.3) 11 (36.7) 18 (30.0)

Yakin 23 (76.7) 18 (60.0) 41 (68.3)

Sangat yakin 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Page 40: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

27

dibandingkan dengan penilaian secara obyektif berdasarkan pedoman gizi.

Sebanyak 88% responden merasa sudah cukup mengonsumsi sayuran, akan tetapi

jika dibandingkan dengan pedoman, maka mereka termasuk ke dalam kelompok

orang yang tidak cukup mengonsumsi sayuran.

Efikasi diri sebagian besar ibu di kelompok kontrol (76.7%) dan lebih dari

separuh ibu kelompok intervensi (60.0%) cukup baik untuk meningkatkan

konsumsi sayuran rumah tangga dan balita anda akan 3 bulan kedepan. Camilan

sehat yang tersedia di rumah dapat mengurangi jajanan anak yang tidak sehat di

luar rumah. Akan tetapi, lebih dari separuh ibu di kelompok kontrol (56.7%) dan

intervensi (60.0%) merasa tidak yakin dapat menyediakan camilan/snack sayur

setiap hari untuk rumah tangga dan balitanya. Alasan yang banyak dikemukan oleh

responden tidak dapat menyediakan camilan sayuran adalah repot, tidak ada waktu

membuat dan harganya mahal.

Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan efikasi diri pemanfaatan pekarangan

Secara keseluruhan, hanya ada 1 orang ibu dari kelompok intervensi yang

merasa sangat yakin dapat meningkatkan produksi sayuran dari pekarangan. Lebih

dari separuhnya (58.3%) merasa tidak yakin dan sisanya (40.0%) merasa yakin.

Lebih dari separuh Ibu (66.7%) di kelompok kontrol merasa tidak yakin dapat

meningkatkan konsumsi sayur dari hasil produksi sayuran pekarangan dan sisanya

(33.3%) merasa yakin. Kondisi sebaliknya terjadi di kelompok intervensi, lebih dari

separuh ibu (66.7%) kelompok intervensi merasa yakin dapat meningkatkan

konsumsi sayur dari hasil produksi sayuran pekarangan dan 30% merasa tidak

yakin. Ibu di kelompok intervensi sebagian besar merasa yakin dapat melanjutkan

program tanaman pekarangan tanpa pendampingan PPL/bantuan dari

IPB/organisasi luar lainnya. Hal ini baik untuk keberlanjutan pemanfaatan

pekarangan setelah program ini selesai.

Pemanfaatan

Pekarangan

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Ibu dapat meningkatkan produksi sayuran dari pekarangan

Tidak yakin 17 (56.7) 18 (60.0) 35 (58.3)

Yakin 13 (43.3) 11 (36.7) 24 (40.0)

Sangat yakin 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Ibu dapat meningkatkan makan sayur rumah tangga dari hasil produksi sayuran

pekarangan

Tidak yakin 20 (66.7) 9 (30.0) 29 (48.3)

Yakin 10 (33.3) 20 (66.7) 30 (50.0)

Sangat yakin 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Ibu dapat melanjutkan program tanaman pekarangan tanpa pendampingan PPL/bantuan

dari IPB/organisasi luar lainnya

Tidak yakin - 5 (16.7) 5 (16.7)

Yakin - 24 (80.0) 24 (80.0)

Sangat yakin - 1 (3.3) 1 (3.3)

Page 41: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

28

Konsumsi Sayur dan Asupan Zat Gizi Rumah tangga

Definisi sayur banyak dihubungkan dengan kandungan, kualitas gizi dan

manfaat kesehatannya. Dari aspek gizi, sayur merupakan pangan dengan densitas

energi yang rendah, kaya akan vitamin, mineral, serat dan komponen bioaktif

lainnya (World Cancer Research Fund/American Institute of Cancer Research

2007).

Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan

perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama makan,

frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan tentang makanan misalnya

pantangan, distribusi makanan diantara anggota rumah tangga, cara pemilihan

bahan makanan yang hendak dimakan. Ada berbagai faktor yang menentukan

kebiasaan makan di antaranya adalah pola pemberian makan orangtua kepada anak.

Ibu adalah orang yang paling dominan dalam menentukan menu sayur rumah

tangga dan balita di kedua kelompok. Sebagian besar anggota rumah tangga

(86.7%) kelompok kontrol tidak ikut menentukan menu sayur rumah tangga. Pola

yang berbeda ditunjukkan oleh kelompok intervensi, Walaupun ibu merupakan

orang dominan dalam menentukan menu rumah tangga, akan tetapi keinginan atau

pendapat anggota rumah tangga lain juga ikut diperhitungkan dalam menentukan

menu sayur rumah tangga.

Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan sayur rumah tangga

Kebiasaan makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Siapa yang paling dominan dalam menentukan menu sayur rumah tangga dan

balita

Ayah 2 (6.7) 1 (3.3) 3 (5.0)

Ibu 27 (90.0) 27 (90.0) 54 (90.0)

Anak 1 (3.3) 2 (6.7) 3 (5.0)

Terdapat anggota rumah tangga yang lain ikut menentukan menu

Ya 4 (13.3) 13 (43.3) 17 (28.3)

Tidak 26 (86.7) 17 (56.7) 43 (71.7)

Terdapat anggota rumah tangga yang tidak menyukai sayuran

Ya 9 (30.0) 12 (40.0) 21 (35.0)

Tidak 21 (70.0) 18 (60.0) 39 (65.0)

Ibu memperkenalkan berbagai macam sayuran kepada balita

Ya 27 (90.0) 28 (93.3) 55 (91.7)

Tidak 3 (10.0) 2 (6.7) 5 (8.3)

Rumah tangga dan balita suka mencoba berbagai macam sayur? (selain yang

disukai rumah tangga dan balita)

Ya 22 (73.3) 27 (90.0) 49 (81.7)

Tidak 8 (26.7) 3 (10.0) 11 (18.3)

Ibu mendorong rumah tangga dan anak balita untuk makan sayur

Ya 27 (90.0) 25 (83.3) 52 (86.7)

Kadang-kadang 3 (10.0) 4 (13.3) 7 (11.7)

Page 42: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

29

Sebagian besar (70.0%) responden di kelompok kontrol menyatakan bahwa

masih ada anggota rumah tangganya yang tidak menyukai sayuran karena tidak

dibiasakan dari kecil, aroma dan rasa sayuran yang tidak enak serta alasan

kesehatan (kangkung dapat menyebabkan penyakit asam urat). Sementara itu di

kelompok intervensi, sebanyak 62.1% responden menyatakan masih ada anggota

rumah tangganya yang tidak menyukai sayuran dengan alasan tidak suka, rasanya

pahit dan aromanya tidak menyenangkan, serta sayuran dapat menyebabkan

penyakit asam urat. Beragam reaksi ibu ketika menyikapi anggota rumah tangganya

yang tidak menyukai sayuran seperti membujuknya memakan sayuran, memintanya

mencoba terlebih dahulu, memaksanya, mencampurkan sayuran dalam makanan

lain, memasak jenis sayuran yang disukai saja, sampai membiarkannya. Sebagian

besar ibu di kedua kelompok mendorong rumah tangga dan balitanya untuk makan

sayur dan ibu juga suka mencoba berbagai macam sayuran (selain yang disukai

rumah tangga dan balita).

Orangtua yang peduli pada kesehatan dan asupan makanan anaknya dapat

mengubah kebiasaan makannya ketika anaknya ada di sekitar mereka (Maclellan et

al. 2004). Penghambat utama konsumsi sayur dan buah adalah rendahnya usaha,

kurangnya pengetahuan, faktor sosio-psikologis (preferensi, kebiasaan, mood),

faktor lingkungan sosial (pengaruh anggota rumah tangga, pengalaman masa kecil)

dan ketersediaan. Semakin banyak hambatan maka semakin sedikit orang

mengonsumsi sayur dan buah. Persepsi yang salah mengenai kecukupan asupan

yang sudah tinggi, preferensi anak, sikap ibu, pengalaman masa kecil termasuk

paparan yang terbatas terhadap sayur dan buah atau memori negatif dapat

mempengaruhi konsumsi sayur dan buah (Maclellan et al. 2004). Anak-anak

mengonsumsi lebih banyak sayuran yang tidak di sukai ketika sayuran tersebut di

sajikan bersama sayuran yang di sukai (Olsen et al. 2012).

Kepuasaan atau kenikmatan merupakan determinan konsumsi sayur dan buah

seperti rasa, daya cerna dan rasa kenyang. Pola asuh makan merupakan faktor

utama dari pengenalan lingkungan makanan dan mempengaruhi preferensi

makanan anak dan asupan energinya. Birch dan Fisher (1998) menyatakan bahwa

hanya sedikit pilihan makanan yang diperkenalkan orangtua, kebanyakan diketahui

melalui pengalaman makan dan berhubungan dengan kemampuan mengunyah

makanan dan lingkungan makan terutama konteks sosial dan psikologis.

Tabel 17 Sebaran rumah tangga responden berdasarkan frekuensi makan

Frekuensi makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Frekuensi makan rumah tangga dalam sehari

1 kali 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

2 kali 12 (40.0) 11 (36.7) 23 (38.3)

3 kali 17 (56.7) 18 (60.0) 35 (58.3)

4 kali 1 (3.3) 0 (0.0) 1 (1.7)

Frekuensi makan sayuran rumah tangga dalam sehari

1 kali 12 (40.0) 7 (25.0) 19 (32.8)

2 kali 11 (36.7) 14 (50.0) 25 (43.1)

3 kali 6 (20.0) 7 (25.0) 13 (22.4)

4 kali 1 (3.3) 0 (0.0) 1 (1.7)

Page 43: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

30

Frekuensi makan rumah tangga dapat menggambarkan kebiasaan makan

suatu rumah tangga. Secara umum, kelompok kontrol dan intervensi memiliki pola

makan dan konsumsi sayur yang serupa. Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari

separuh rumah tangga responden makan 3 kali sehari dan lebih dari sepertiganya

memiliki kebiasaan makan 2 kali sehari. Sementara itu, frekuensi konsumsi sayuran

sebagian besar responden di kedua kelompok kurang dari 3 kali sehari, dan kurang

dari seperempatnya yang mengonsumsi sayuran 3 kali sehari. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Riskesdas 2007 yang menyatakan konsumsi sayur

dan buah hampir seluruh penduduk Indonesia (93.6%) masih kurang dari lima porsi

sehari (Balitbangkes 2008). Kemenkes (2011) menganjurkan konsumsi sayur 2-3

porsi setiap hari, bahkan PUGS menganjurkan konsumsi sayur yang sedikit lebih

banyak, yaitu 3-5 porsi setiap hari.

Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan makan sayur

Kebiasaan makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Waktu makan sayur rumah tangga dan balita makan dalam jumlah banyak

Makan pagi 2 (7.7) 7 (23.3) 9 (16.1)

Makan siang 18 (64.3) 14 (46.7) 32 (55.2)

Makan sore/malam 20 (71.4) 21 (70.0) 41 (70.7)

Waktu makan sayur rumah tangga dan balita makan dalam jumlah sedikit

Makan pagi 27 (90.0) 20 (66.7) 47 (78.3)

Makan siang 5 (19.2) 8 (27.6) 13 (23.6)

Makan sore/malam 6 (23.1) 8 (27.6) 14 (25.5)

Ibu menyediakan camilan dari sayuran

Ya 11 (36.7) 12 (40.0) 23 (38.3)

Tidak 19 (63.3) 18 (60.0) 37 (61.7)

Berapa kali sebaiknya rumah tangga dan balita ibu mengonsumsi sayuran

1x/hari 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

2x/hari 11 (36.7) 12 (40.0) 23 (38.3)

3x/hari 19 (63.3) 17 (56.7) 36 (60.0)

Tidak perlu setiap hari 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Tabel 18 menunjukkan lebih dari separuh responden kelompok kontrol

mengonsumsi sayuran dalam jumlah yang banyak pada waktu makan siang (60.0%)

dan makan sore/malam hari (66.7%). Sementara itu, sebagian besar (76.7%)

responden di kelompok intervensi mengonsumsi sayuran dalam jumlah yang

banyak pada waktu makan sore/malam dan kurang dari separuhnya (43.3%) pada

waktu makan siang. Waktu makan pagi merupakan waktu makan sayuran dalam

jumlah yang sedikit. Sebagian besar (90.0%) responden di kelompok kontrol dan

lebih dari separuh (66.7%) responden di kelompok intervensi, memakan sayur

dalam jumlah yang sedikit pada waktu makan pagi. Pada umumnya ibu memasak

setelah sarapan dan rumah tangga responden banyak yang membeli sarapan berupa

nasi uduk, dan gorengan sehingga konsumsi sayur pada waktu makan pagi lebih

sedikit dibandingkan makan siang dan malam.

Page 44: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

31

Lebih dari separuh responden di kedua kelompok tidak menyediakan

camilan dari sayuran dengan alasan banyak biaya, tidak bisa membuatnya,

bahannya sulit, malas, repot, tidak sempat/tidak ada waktu, lebih baik membeli

daripada membuat sendiri. Camilan dari sayuran seperti combro isi sayuran,

bakwan isi sayuran, nugget isi sayuran dan camilan lainnya, merupakan camilan

sehat yang dapat dibuat oleh ibu dengan memanfaatkan sayuran yang ada di rumah

dengan menambahkan sedikit bahan seperti singkong parut, tepung terigu, tepung

beras atau bahan lainnya agar lebih menarik. Camilan yang dibuat di rumah lebih

terjamin kebersihan dan keamanannya dibandingkan dengan jajanan di luar rumah

yang banyak mengandung bahan tambahan pangan berbahaya.

Jawaban responden cukup beragam ketika ditanya berapa kali sebaiknya

rumah tangga dan balita mengonsumsi sayuran dalam sehari. Sebanyak 63.3%

responden di kelompok kontrol menjawab 3 kali sehari dan sisanya (36.7%)

menjawab 2 kali sehari. Sementara itu, responden di kelompok intervensi yang

mengatakan konsumsi sayuran sebaiknya 3 kali sehari sebanyak 46.7%, 2 kali

sehari sebanyak 36.7%, 1 kali sehari (3.3%) dan tidak perlu tiap hari sebanyak

6.7%. Kurangnya pemahaman responden mengenai PUGS terutama konsumsi sayur

yang dianjurkan sebanyak 3-5 porsi mengakibatkan tidak ada satupun responden

yang menjawab konsumsi sayur yang baik lebih dari 4 kali sehari. Responden

merasa bahwa konsumsi sayur sebanyak 4 kali sehari terlalu banyak dan tidak

mungkin dilakukan.

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan konsumsi sayuran berwarna

Frekuensi

(per minggu)

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

1 kali 4 (13.3) 4 (13.3) 8 (13.3)

2 kali 3 (10.0) 1 (3.3) 4 (6.7)

3 kali 9 (30.0) 7 (23.3) 16 (26.7)

4 kali 2 (6.7) 8 (26.7) 10 (16.7)

5 kali 4 (13.3) 2 (6.7) 6 (10.0)

6 kali 1 (3.3) 0 (0.0) 1 (1.7)

7 kali 7 (23.3) 8 (26.7) 15 (25.0)

Median (IQR) 3.0 (3.5) 4.0 (4.0) 4.0 (3.8)

p value 0.629

Konsumsi sayuran berwarna di kedua kelompok cukup beragam. Kelompok

kontrol paling banyak mengonsumsi sayuran berwarna 3 kali dan 7 kali per

minggu. Sementara itu, kelompok intervensi 4 kali dan 7 kali per minggu. Rata-rata

konsumsi sayuran berwarna di kedua kelompok sama yaitu 4 kali per minggu. Hasil

uji beda Mann Whitney (p=0.629) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata

antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Konsumsi sayuran tidak

hanya dilihat dari jumlah dan frekuensinya saja, akan tetapi juga dari kualitasnya.

Sayuran berwarna mengandung lebih banyak fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh

dibandingkan sayuran tidak berwarna. Kandungan fitokimia yang terdapat dalam

sayur dan buah dapat berfungsi sebagai antioksidan. Karotenoid, flavonoid,

fitoestrogen, fenol, capsaisin, resveritrol, dan antosianin dapat menjadi prekursor

vitamin A, menghambat proliferasi sel, membantu diferensiasi sel epitel normal,

meningkatkan kerja vitamin C, menghambat penyumbatan darah, antiinflamatori,

Page 45: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

32

menghambat pertumbuhan sel kanker, menurunkan tingkat kolesterol darah, dan

mencegah zat karsinogenik berikatan dengan DNA. Kandungan fitokimia lainnya

seperti sulfida dapat menstimulasi enzim anti kanker dan detoksifikasi

karsinogenik. Isothiosianat dan fenol dapat meningkatkan aktifitas enzim

detoksifikasi glutation tranferase (Van Duyn dan Pivonka 2000).

Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian sayur

Frekuensi

(per minggu)

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

2 kali 1 (3.3) 0 (0.0) 1 (1.7)

3 kali 4 (13.3) 9 (30.0) 13 (21.7)

4 kali 8 (26.7) 5 (16.7) 13 (21.7)

5 kali 2 (6.7) 4 (13.3) 6 (10.0)

6 kali 1 (3.3) 2 (6.7) 3 (5.0)

7 kali 14 (46.7) 10 (33.3) 24 (40.0)

Median (IQR) 5.5 (3.0) 5.0 (4.0) 5.0 (3.0)

p value 0.346

Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pembelian sayur

kelompok kontrol dan intervensi hampir sama yaitu 5 kali per minggu. Hasil uji

Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara pembelian

sayur kedua kelompok tersebut. Lebih dari sepertiga responden di kedua kelompok

membeli sayuran setiap hari. Terdapat kecenderungan pembelian sayur yang lebih

sedikit pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dapat

dilihat dari proporsi responden yang membeli sayur 2-3 kali di kelompok intervensi

lebih banyak dibandingkan di kelompok kontrol.

Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan tempat mendapatkan sayuran

Tempat mendapatkan

sayuran

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Warung dekat rumah 30 (100.0) 27 (90.0) 57 (95.0)

Tukang sayur 15 (50.0) 20 (66.7) 35 (58.3)

Kebun 10 (33.3) 12 (40.0) 22 (36.7)

Pekarangan 3 (10.0) 27 (90.0) 30 (50.0)

Hampir seluruh responden di kedua kelompok mendapatkan sayuran dari

warung yang terletak dekat rumah. Lebih dari separuhnya dari tukang sayur, dan

sepertiga responden mendapatkan sayuran dari kebun. Sebagian besar responden di

kelompok intervensi mendapatkan sayur dari pekarangannya sendiri dan hanya

10% responden di kelompok kontrol yang mendapatkan sayuran dari pekaranganya

sendiri. Penurunan frekuensi pembelian sayur dan peningkatan pemanfaatan

pekarangan dapat menjadi indikator yang positif untuk pengurangan pengeluaran

pangan rumah tangga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Arifin et

al. (2012) yang menunjukkan bahwa pemanfaatan pekarangan sempit (<200 m2)

dapat mengurangi pengeluaran pangan rumah tangga sampai 9.9%, dan dapat

berkontribusi dalam menyediakan sumber vitamin A (12.4%) dan C (23.6%).

Page 46: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

33

Data konsumsi sayur yang meliputi berat dan jumlah jenis sayur diperoleh

menggunakan recall 2x24 jam. Konsumsi sayur dibagi menjadi dua yaitu konsumsi

sayur buah dan sayur lainnya. Sayuran buah memberikan kontribusi produksi

perkarangan yang cukup besar dibandingkan sayuran daun dan sayuran umbi. Rata-

rata konsumsi sayur total responden kelompok kontrol (58.5 g/kap/hari) dan

kelompok intervensi (69.0 g/kap/hari) masih kurang dari 1 porsi sehari. Setelah

dilakukan intervensi berupa penyuluhan gizi dan pemanfaatan pekarangan,

konsumsi sayur mengalami sedikit peningkatan, akan tetapi tidak signifikan. Rata-

rata konsumsi sayur buah dan sayur lainnya dapat di lihat pada Tabel 22. Data pre

menunjukkan rata-rata konsumsi sayur buah baru mencapai 29.5 g/kap/hari

(kelompok kontrol) dan 29.4 g/kap/hari (kelompok intervensi). Intervensi yang

dilakukan meningkatkan konsumsi sayur buah akan tetapi tidak signifikan.

Sementara itu konsumsi sayur lainnya memiliki pola yang berbeda dengan sayur

buah, dimana konsumsi sayur lainnya mengalami sedikit penurunan (p<0.1).

Banyaknya jenis sayur yang dikonsumsi tidak mengalami perubahan yang

bermakna baik sebelum maupun sesudah intervensi dilaksanakan. Konsumsi sayur

di kedua kelompok masih berada di bawah rata-rata konsumsi sayur penduduk

Indonesia (150.2 g/kap/hari). Kemenkes dalam PHBS nya merekomendasikan 2-3

porsi sayuran sehari atau sekitar 200-300 gram/orang/hari.

Tabel 22 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi sayur rumah tangga

Luas pekarangan yang sangat sempit mengakibatkan produksi sayur dari

pekarangan masih sangat sedikit (produktivitas=600 gram/bulan) sehingga belum

dapat memberikan konstribusi yang nyata terhadap konsumsi sayur rumah tangga.

Hasil korelasi Spearman juga menunjukkan banyaknya jumlah anggota rumah

tangga berkorelasi negatif dengan konsumsi sayur (p<0.05) dan kuantitas sayur

(berat) yang dikonsumsi berkorelasi positif dengan kualitas (jumlah jenis) sayur

yang dikonsumsi (p<0.001 untuk sayur buah, dan p<0.01 untuk sayur lainnya).

Diet tinggi sayur dan buah secara luas dianjurkan untuk meningkatkan

kesehatan tubuh karena kandungan vitamin (terutama vitamin C dan A), mineral

Konsumsi sayur Kontrol Intervensi Total p value

Konsumsi sayur buah (g/kap/hari)

Pre 29.5 (40.3) 29.4 (26.7) 29.5 (34.0)

0.260 Post 30.8 (34.5) 45.4 (46.0) 38.1 (40.9) Selisih 1.3 (50.0) 16.1 (51.8) 8.6 (51.0) p value 0.890 0.100 0.195

Konsumsi sayur lainnya (g/kap/hari)

Pre 29.0 (24.7) 39.6 (35.3) 34.2 (30.5)

Post 27.4 (36.2) 24.3 (26.5) 25.9 (31.6)

Selisih -1.6 (42.1) -15.3 (42.9) -8.3 (42.7) 0.214

p value 0.835 0.061 0.134

Jumlah jenis konsumsi sayur

Pre 3.9 (2.2) 4.3 (2.6) 4.1 (2.4)

0.791 Post 4.0 (3.0) 4.7 (2.9) 4.3 (2.9) Selisih 0.2 (3.3) 0.4 (3.2) 0.3 (3.2) p value 0.736 0.470 0.448

Page 47: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

34

(terutama elektrolit), dan fitokimia (terutama antioksidan). Selain itu, sayur dan

buah juga merupakan sumber serat makanan yang baik (Slavin dan Llyod 2012).

Kombinasi fitokimia yang sinergis dalam sayur dan buah merupakan komponen

yang penting dalam pencegahan penyakit kronis. Konsumsi dalam bentuk makanan

sebagai diet lebih disarankan dan lebih baik dibandingkan dengan suplementasi zat

gizi tunggal (Liu 2003).

Rata-rata jumlah jenis konsumsi sayur pada kelompok intervensi sedikit

lebih tinggi yaitu 4.3 jenis dibandingkan dengan kelompok intervensi 3.9 jenis.

Setelah intervensi dilakukan, terdapat peningkatan banyak jenis sayur yang

dikonsumsi kelompok intervensi sebanyak 0.2 poin dan kontrol sebanyak 0.4 poin.

Akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antar kedua kelompok.

Seluruh responden di kedua kelompok mencuci sayuran sebelum dimasak.

Hal ini menunjukkan bahwa responden mengerti akan kebersihan dan keamanan

pangan terutama sayuran. Pengolahan sayuran dilakukan dengan berbagai cara

seperti dibuat sayur (kuah), tumis, kukus dan lalap (mentah). Seluruh responden di

kelompok kontrol dan sebagian besar (93.3%) responden di kelompok intervensi

menghidangkan sayuran untuk rumah tangga dalam bentuk sayur (kuah). Hampir

seluruh (96.7%) responden di kelompok intervensi dan sebagian besar (80.0%)

kelompok kontrol menghidangkan sayuran untuk rumah tangga dalam bentuk

tumis. Sementara itu lebih dari separuh responden kelompok kontrol sering

memasak sayur dalam bentuk tumis dan mentah. Kurang dari separuh responden

kelompok intervensi yang mengukus sayur, dan hanya sedikit responden yang

memakan sayuran dalam bentuk mentah.

Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan mencuci dan mengolah sayuran

Kebiasaan makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Ibu mencuci sayuran sebelum dimasak

Ya 30 (100.0) 30 (100.0) 60 (100.0)

Tidak 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Pengolahan sayuran yang sering dimasak untuk rumah tangga

Mentah 16 (53.3) 5 (16.7) 21 (35.0)

Tumis 24 (80.0) 29 (96.7) 53 (88.3)

Kukus 16 (53.3) 12 (40.0) 28 (46.7)

Sayur (kuah) 30 (100.0) 28 (93.3) 58 (96.7)

Pengolahan sayuran yang sering dimasak untuk balita Mentah 5 (16.7) 0 (0.0) 5 (8.3)

Tumis 22 (73.3) 20 (66.7) 42 (70.0)

Kukus 10 (33.3) 6 (20.0) 16 (26.7)

Sayur (kuah) 29 (96.7) 28 (93.3) 57 (95.0)

Pengolahan sayuran untuk balita sedikit berbeda dengan rumah tangga.

Sebagian besar responden di kedua kelompok mengolah sayuran dalam bentuk

kuah, dan lebih dari separuhnya ditumis. Sepertiga (33.3%) responden kelompok

kontrol dan 20.0% kelompok intervensi mengukus sayuran untuk balitanya.

Sebanyak 16.7% responden di kelompok kontrol menyajikan sayuran mentah untuk

Page 48: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

35

balitanya, sementara itu tidak ada satupun responden di kelompok intervensi yang

menyajikan sayuran mentah untuk balitanya.

Pengolahan sayuran dapat meningkatkan atau menurunkan kandungan gizi

ataupun non gizi sayuran tersebut. Slavin dan Llyod (2012) menyatakan bahwa

pada umumnya pengolahan pangan meningkatkan kandungan serat terutama ketika

kandungan airnya berkurang. Pemasakan, pembakaran atau perlakuan panas pada

pengolahan pangan akan meningkatkan kandungan serat dengan cara mengeluarkan

air, sehingga serat terkumpul atau terbentuknya reaksi Maillard yang tertangkap

sebagai serat dalam metode gravimetri. Sementara itu, sayur dan buah yang dikupas

dapat menurunkan kandungan seratnya. Anggur yang dimakan dengan kulitnya

memiliki kandungan serat yang lebih banyak dibandingkan dengan anggur tanpa

kulit (1.4 g vs 0.4 g per porsi). Sayuran sering kali dikonsumsi dalam bentuk olahan

(bukan mentah) seperti direbus, ditumis, digoreng atau bentuk pengolahan lainnya.

Jika kentang direbus menjadi pangan yang memiliki densitas gizi yang tinggi, dan

jika digoreng maka akan menyumbang lemak dan natrium dalam diet.

Ketersediaan zat gizi mikro yang terkandung dalam sayuran dapat

dipengaruhi oleh penanganan, penyimpanan dan pengolahan sayuran. Sayuran yang

direbus dapat meningkatkan bioavalibilitas besinya. Bioavalibilitas zat besi kol

meningkat dari 5% menjadi 18% melalui pemasakan dan berkurang

bioavalibilitasnya dari 18% menjadi 12% jika kol tersebut dimasak, setelah

disimpan dalam kulkas selama 3 hari pada suhu 4°C (Tsou et al., 1995 diacu dalam

Ali dan Tsou 1997). Bioavalibilitas zat besi pada tauge juga meningkat 9% menjadi

19.5% jika di masak, setelah tauge tersebut direndam dalam air selama 6 jam

(AVRDC 1995). Provitamin A terdegradasi dengan adanya asam, panas, dan

cahaya, dan bioavalibilitas zat gizi ini pada umumnya lebih baik pada sayuran segar

dibandingkan pada produk olahannya (AVRDC 1987 diacu dalam Ali dan Tsou

1997).

Tabel 24 menunjukkan sayuran yang disukai oleh anggota rumah tangga

responden. Sebanyak 12.7% ayah kelompok kontrol dan 6.9% kelompok intervensi

menyukai semua jenis sayuran. 5 jenis sayuran yang paling disukai ayah di

kelompok kontrol adalah kangkung, sayur asam, sayur sop, bayam, dan buncis.

Sementara itu, di kelompok intervensi sayuran yang disukai ayah adalah kangkung,

sayur asam, bayam, sawi, daun singkong dan sayur sop. Sebanyak 14.5% ibu di

kelompok kontrol dan 21.6% di kelompok intervensi menyukai semua jenis

sayuran. 5 jenis sayuran yang paling banyak disukai ibu kelompok kontrol adalah

kangkung, bayam, sayur asem, kacang panjang, sayur sop, dan daun singkong.

Jenis sayuran yang disukai ibu kelompok intervensi adalah kangkung, sayur asem,

bayam, dan sawi. Lebih dari 30% anak non balita di kedua kelompok menyukai

semua jenis sayuran. Kangkung, sayur sop, bayam, tauge, sawi, dan wortel

merupakan sayuran yang banyak disukai anak non balita di kelompok kontrol.

Sementara itu, kangkung, bayam, sawi, sayur asam, dan wortel merupakan 5 jenis

sayuran yang banyak disukai anak non balita di kelompok intervensi.

Kangkung, bayam, sayur sop (wortel, kentang dan kol) , sayur asam (kacang

panjang, labu siam, melinjo dan kacang merah), sawi, dan daun singkong

merupakan sayuran yang selalu tersedia di warung atau tukang sayur terdekat

dengan hanya yang terjangkau (Rp. 1 000 - 3 000 per ikat/bungkus). Sehingga

dengan paparan yang sering dan kersediaan yang selalu ada dapat menyebabkan

sayuran tersebut lebih disukai oleh responden dan rumah tangganya. Orangtua,

Page 49: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

36

terutama ibu merupakan gatekeeper asupan gizi anak. Ibu biasa membeli,

menyiapkan dan menyediakan makanan. Orangtua memiliki peranan yang penting

dalam pembentukan kebiasaan makan dan preferensi anak-anak.

Preferensi merupakan salah satu faktor sosio-psikologis yang menjadi

determinan konsumsi sayur dan buah (Maclellan et al. 2004). Blanchette dan Brug

(2005) menyatakan bahwa determinan utama konsumsi sayur dan buah anak usia 6-

12 tahun adalah ketersediaan, akses dan preferensi rasa. Wild et al. (2013)

menambahkan bahwa paparan intik sayuran yang lebih sering dapat meningkatkan

preferensi sayuran, sehingga anak-anak menjadi lebih menyukai sayur. Selain itu,

adanya berbagai pilihan sayuran untuk dimakan juga meningkatkan intik sayuran

total anak 4-6 tahun (Dominguez et al. 2013).

Tabel 24 Persentase responden berdasarkan sayuran yang disukai

Ruel et al. (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola

konsumsi sayur dan buah adalah pendapatan, harga, ketersediaan, preferensi,

produksi di rumah sendiri, dan pengambilan keputusan di dalam rumah tangga.

Sayuran Ayah Ibu Anak non balita

Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Kangkung 23.6 22.4 20.0 19.6 16.7 17.4

Buncis 7.3 1.7 5.5 0.0 0.0 2.2

Kacang

panjang 3.6 0.0 7.3 0.0 0.0 0.0

Sayur sop 10.9 5.2 7.3 2.0 14.3 2.2

Sayur asem 10.9 17.2 9.1 17.6 0.0 8.7

Labu siam 0.0 0.0 3.6 0.0 0.0 0.0

Bayam 9.1 15.5 12.7 17.6 11.9 15.2

Sawi 1.8 8.6 3.6 5.9 4.8 10.9

Wortel 3.6 3.4 1.8 3.9 4.8 4.3

Daun

singkong 3.6 5.2 7.3 2.0 2.4 0.0

Toge 1.8 1.7 1.8 0.0 4.8 2.2

Sayur lodeh 1.8 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0

Katuk 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2

Terong 0.0 3.4 0.0 3.9 0.0 2.2

Paria 1.8 3.4 3.6 3.9 0.0 0.0

Daun

pepaya 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Kacang-

kacangan 1.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Kentang 1.8 0.0 0.0 0.0 2.4 0.0

Ketimun 1.8 1.7 0.0 0.0 0.0 0.0

Suka semua

sayuran 12.7 6.9 14.5 21.6 38.1 30.4

Leunca 0.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0

Jamur 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0 0.0

Jaat 0.0 1.7 0.0 0.0 0.0 0.0

Jengkol 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2

Page 50: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

37

Seiring dengan peningkatan pendapatan maka konsumsi sayur dan buah juga

meningkat. Sementara itu dengan adanya kenaikan harga dan rendahnya

ketersediaan akan membatasi konsumsi sayur dan buah. Variasi yang tinggi pada

konsumsi per kapita antar rumah tangga, walaupun dengan pendapatan dan harga

yang konstan, mengindikasikan bahwa preferensi konsumen mempunyai peranan

yang penting. Preferensi sangat universal, tergantung budaya, spesifik per rumah

tangga atau bahkan spesifik per individu. Pola asuh makan merupakan faktor utama

dari pengenalan lingkungan makanan dan mempengaruhi preferensi makanan anak

dan asupan energinya.

Tabel 25 Persentase responden berdasarkan sayuran yang tidak disukai

Tidak ada satupun ayah dan ibu di kelompok kontrol dan intervensi yang

tidak menyukai semua jenis sayuran. Hanya 5.9% anak non balita kelompok

kontrol yang tidak menyukai semua jenis sayuran, dan tidak ada satupun anak non

balita kelompok intervensi yang tidak menyukasi semua jenis sayuran. Sayuran

yang banyak tidak disukai ayah di kelompok kontrol adalah kangkung, bayam,

sawi, sayur asam, dan sayur sop, sementara itu ayah di kelompok intervensi tidak

menyukai terong, paria, buncis, sayur sop, dan sayur asam. Ibu relatif menyukasi

semua jenis sayuran, di kelompok kontrol sayuran yang paling tidak disukai ibu

adalah terong dan di kelompok intervensi adalah sawi. Anak non balita juga lebih

sedikit yang tidak menyukai sayuran dibandingkan dengan para ayah di kedua

Sayuran Ayah Ibu Anak non balita

Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Kangkung 10.5 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0

Buncis 0.0 5.7 0.0 0.0 0.0 0.0

Kacang

panjang 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0

Sayur sop 5.3 5.7 0.0 0.0 2.9 3.4

Sayur asem 7.9 5.7 0.0 3.4 2.9 0.0

Bayam 10.5 0.0 3.1 0.0 2.9 0.0

Sawi 10.5 5.7 3.1 6.9 5.9 3.4

Wortel 7.9 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0

Daun

singkong 2.6 2.9 3.1 0.0 0.0 0.0

Toge 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0

Sayur lodeh 0.0 2.9 0.0 0.0 0.0 0.0

Terong 7.9 17.1 12.5 0.0 5.9 6.9

Paria 0.0 8.6 3.1 0.0 2.9 3.4

Daun pepaya 0.0 0.0 0.0 3.4 0.0 3.4

Kacang-

kacangan 0.0 0.0 0.0 0.0 2.9 0.0

Kentang 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Ketimun 0.0 2.9 0.0 3.4 0.0 0.0

Kol 2.6 0.0 3.1 0.0 0.0 0.0

Tidak suka

semua

sayuran

0.0 0.0 0.0 0.0 5.9 0.0

Page 51: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

38

kelompok. Terong merupakan sayuran yang paling tidak disukai anak non balita

kedua kelompok. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Konsumsi zat gizi diperoleh dari konversi konsumsi pangan rumah tangga

yang dikumpulkan dengan metode recall 2x24 jam. Recall konsumsi pangan

mencakup jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

Selanjutnya konsumsi pangan tersebut dikonversi ke dalam zat gizi dengan

menggunakan DKBM. Agudo (2005) menyatakan bahwa recall menggambarkan

konsumsi pada periode waktu yang pendek yang berdekatan dengan waktu

wawancara. Oleh karena itu, metode recall ini cocok digunakan untuk menilai

perbedaan rata-rata intik sayur dan buah, dengan asumsi sampel populasi yang

representatif dan survei recall 24 jam terdistribusi dengan baik antar musim

maupun antar hari kerja atau hari libur.

Secara umum, sebagian besar rumah tangga di kedua kelompok memiliki

tingkat kecukupan zat gizi per kapita di bawah 77% AKE pada data awal. Setelah

intervensi diberikan, tingkat kecukupan zat gizi di kedua kelompok mengalami

sedikit peningkatan walaupun hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata antar kedua kelompok, kecuali konsumsi dan tingkat

kecukupan kalsium. Responden di kelompok kontrol memiliki rata-rata konsumsi

dan tingkat kecukupan kalsium yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok

intervensi. Hal tersebut dapat terjadi karena pendapatan rumah tangga responden di

kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi, sehingga mampu

membeli pangan sumber kalsium. Kamphuis et al. (2006) menyatakan bahwa

ketersediaan pangan yang beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup di

tingkat rumah tangga dapat dipengaruhi oleh pendapatan.

Tabel 26 menunjukkan median dan IQR konsumsi pangan perkapita.

Sebelum intervensi penyuluhan gizi dan pemanfaatan pekarangan dilakukan,

median konsumsi energi dan protein kelompok kontrol sebesar 920 kkal dan 21.1 g,

kelompok intervensi 1 259 kkal dan 29 g. Setelah dilakukan intervensi, konsumsi

energi dan protein meningkat di kedua kelompok (peningkatan kelompok

kontrol=409 kkal; 10 g dan kelompok intervensi=154 kkal; 5 g). Meskipun

demikian, hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara konsumsi

energi dan protein pada kedua kelompok tersebut. Peningkatan ini terjadi terutama

pada konsumsi beras. Beras merupakan sumber energi dan protein nabati yang

cukup penting bagi rumah tangga responden, karena sumbangan konsumsi beras

terhadap energi mencapai 56.1% dan terhadap protein sebesar 35.6%.

Data akhir menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi dan tingkat

kecukupan vitamin A pada kedua kelompok. Pada kelompok intervensi, tingkat

kecukupan vitamin A >77% mengalami peningkatan sebanyak 20%. akan tetapi

setelah diuji secara statistik, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata

antar kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Tingkat kecukupan vitamin A dapat menjadi perkiraan konsumsi sayur yang

baik. Agudo (2005) menyatakan bahwa pengukuran komponen makanan melalui

cairan tubuh dan jaringan dapat digunakan sebagai biomarker konsumsi. Biomarker

yang baik untuk intik sayur dan buah adalah pengukuran plasma karotenoid. Pada

umumnya karotenoid yang diukur adalah komponen provitamin A seperti α-

carotene, ß-carotene, ß-cryptoxanthin lycopene, lutein dan zeaxanthin (ACAORN

2010). Pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan cairan tubuh (darah)

ataupun jaringan. Oleh karena itu, pendekatan peningkatan konsumsi sayur dilihat

Page 52: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

39

dari peningkatan konsumsi vitamin A. Sayuran memberikan kontribusi sebesar 48%

terhadap total konsumsi vitamin A dan 91% vitamin C pada rumah tangga

responden.

Tabel 26 Median (IQR) konsumsi rumah tangga (per kapita per hari)

Zat gizi Median (IQR) konsumsi

Kontrol Intervensi Total

Energi (kkal)

Pre 920.0 (475.5) 1 259.6 (551.6) 1 059.9 (531.4)

Post 1 255.0 (447.7) 1 270.6 (695.0) 1 270.6 (502.0)

Selisih 409.1 (493.5) 153.5 (742.7) 269.5 (622.0)

p value 0.553

Protein (g)

Pre 21.1 (12.3) 28.9 (19.3) 26.4 (16.4)

Post 32.9 (13.6) 35.9 (13.9) 34.5 (12.7)

Selisih 10.3 (10.6) 4.9 (23.1) 9.1 (14.7)

p value 0.214

Kalsium (mg)

Pre 129.4 (104.9) 190.7 (164.4) 142.2 (155.0)

Post 221.2 (187.5) 180.8 (154.7) 198.7 (160.9)

Selisih 73.9 (177.4) 2.6 (185.2) 49.9 (189.5)

p value 0.031

Fosfor (mg)

Pre 300.9 (267.7) 502.8 (324.6) 376.2 (332.6)

Post 518.7 (169.5) 692.5 (272.8) 588.1 (265.0)

Selisih 195.9 (219.2) 149.7 (306.3) 173.7 (264.5)

p value 0.416

Besi (mg)

Pre 6.2 (3.4) 7.7 (5.3) 6.8 (5.1)

Post 8.5 (5.1) 9.7 (6.2) 9.2 (5.6)

Selisih 2.3 (4.8) 0.7 (9.2) 1.9 (6.7)

p value 0.533

Vitamin A (RE)

Pre 120.4 (187.2) 146.7 (240.4) 130.9 (213.9)

Post 213.6 (274.6) 341.7 (368.3) 251.8 (309.6)

Selisih 66.2 (286.4) 103.9 (325.9) 78.2 (295.2)

p value 0.344

Vitamin B (mg)

Pre 0.5 (0.3) 0.6 (0.9) 0.6 (0.6)

Post 0.9 (0.8) 1.0 (0.9) 0.9 (0.9)

Selisih 0.3 (0.9) 0.4 (1.3) 0.3 (1.1)

p value 0.777

Vitamin C (mg)

Pre 8.8 (13.3) 13.4 (24.3) 10.3 (16.7)

Post 12.3 (16.6) 18.8 (24.6) 13.8 (18.8)

Selisih 3.1 (22.7) 2.5 (20.1) 2.9 (21.8)

p value 0.544

Page 53: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

40

Pemberian intervensi berupa pemanfaatan tanaman pekarangan dan

penyuluhan gizi belum mampu meningkatkan konsumsi sayur responden.

Meskipun, pemanfaatan pekarangan dengan budidaya sayuran dapat mengurangi

rata-rata belanja sayuran Rp 9 800 per minggu, akan tetapi sayuran yang diproduksi

masih sedikit dan waktu panen belum berkesinambungan. Sehingga konsumsi

sayuran dari pekarangan belum optimal. Peningkatan pengetahuan mengenai gizi

dan kesehatan responden, juga belum dapat mengubah perilaku konsumsi sayuran

responden dan rumah tangganya.

Tabel 27 Sebaran rumah tangga responden berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi

(%)

Peningkatan tingkat kecukupan zat gizi di kedua kelompok dapat diakibatkan

oleh adanya variasi konsumsi yang dilakukan oleh responden. Sehingga pada saat

pengambilan data recall hari pertama dan kedua kurang dapat menggambarkan

perkiraan intik yang biasa dimakan, selain itu ACAORN (2010) menyatakan bahwa

persepsi dan konseptualisasi mengenai ukuran porsi makanan, dapat menjadi bias

recall 24 jam. Pada orang dewasa bias recall cenderung underestimate intik sebesar

10% dibandingkan dengan intik yang diamati atau melalui pengamatan.

Tingkat

Kecukupan

Kontrol Intervensi Total

≤ 77 >77 ≤ 77 >77 ≤ 77 >77

Energi

Pre 27 (87.1) 4 (12.9) 20 (66.7) 10 (33.3) 47 (77.0) 14 (23.0)

Post 19 (63.3) 11 (36.7) 18 (62.1) 11 (37.9) 37 (62.7) 22 (37.3)

Protein

Pre 26 (83.9) 5 (16.1) 18 (60.0) 12 (40.0) 44 (72.1) 17 (27.9)

Post 17 (58.6) 12 (41.4) 16 (53.3) 14 (46.7) 33 (55.9) 26 (44.1)

Kalsium

Pre 29 (96.7) 1 (3.3) 29 (96.7) 1 (3.3) 58 (96.7) 2 (3.3)

Post 28 (93.3) 2 (6.7) 28 (93.3) 2 (6.7) 56 (93.3) 4 (6.7)

Fosfor

Pre 21 (67.7) 10 (32.3) 12 (40.0) 18 (60.0) 33 (54.1) 28 (45.9)

Post 9 (30.0) 21 (70.0) 4 (13.3) 26 (86.7) 13 (21.7) 47 (78.3)

Besi

Pre 29 (93.5) 2 (6.5) 24 (80.0) 6 (20.0) 53 (86.9) 8 (13.1)

Post 20 (66.7) 10 (33.3) 19 (65.5) 10 (34.5) 39 (66.1) 20 (33.9)

Vitamin A

Pre 28 (90.3) 3 (9.7) 26 (86.7) 4 (13.3) 54 (88.5) 7 (11.5)

Post 23 (79.3) 6 (20.7) 20 (66.7) 10 (33.3) 43 (72.9) 16 (27.1)

Vitamin B

Pre 25 (80.6) 6 (19.4) 17 (56.7) 13 (43.3) 42 (68.9) 19 (31.1)

Post 11 (37.9 ) 18 (62.1) 10 (33.3) 20 (66.7) 21 (35.6) 38 (64.4)

Vitamin C

Pre 30 (100.0) 0 (0.0) 29 (96.7) 1 (3.3) 59 (98.3) 1 (1.7)

Post 28 (93.3) 2 (6.7) 30 (100.0) 0 (0.0) 58 (96.7) 2 (3.3)

Page 54: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

41

Tabel 28 Median (IQR) tingkat kecukupan zat gizi rumah tangga (%)

Zat Gizi Median (IQR) tingkat Kecukupan gizi (%)

Kontrol Intervensi Total

Energi

Pre 51.6 (25.2) 69.5 (28.8) 58.6 (28.1)

Post 69.1 (29.8) 72.9 (42.3) 71.2 (32.6)

Selisih -20.8 (27.0) -7.7 (44.2) -11.4 (36.2)

p value 0.621

Protein

Pre 47.0 (33.4) 65.9 (40.2) 55.9 (40.7)

Post 72.2 (34.6) 76.0 (28.7) 74.8 (29.2)

Selisih -21.0 (25.0) -5.3 (47.0) -16.6 (34.1)

p value 0.220

Kalsium

Pre 16.2 (14.5) 27.8 (24.2) 20.8 (22.4)

Post 29.3 (25.1) 26.4 (22.3) 27.0 (24.1)

Selisih -10.3 (23.6) 0.5 (27.8) -6.4 (26.5)

p value 0.035

Fosfor

Pre 49.5 (60.6) 85.3 (55.1) 70.8 (66.1)

Post 90.2 (48.3) 121.8 (51.7) 101.1 (50.7)

Selisih -31.6 (40.9) -21.2 (68.9) -29.4 (55.6)

p value 0.584

Besi

Pre 39.7 (21.7) 54.3 (34.5) 48.0 (33.6)

Post 57.8 (36.7) 65.1 (46.4) 60.8 (41.0)

Selisih -13.0 (32.9) 2.2 (59.6) -11.0 (47.5)

p value 0.582

Vitamin A

Pre 24.1 (35.7) 29.5 (47.3) 26.0 (41.2)

Post 41.2 (54.9) 65.1 (72.5) 48.1 (61.5)

Selisih -12.7 (56.1) -16.1 (64.8) -14.7 (59.0)

p value 0.337

Vitamin B

Pre 52.5 (36.2) 67.4 (96.3) 62.8 (67.9)

Post 91.7 (89.8) 102.5 (102.5) 93.7 (97.4)

Selisih -35.4 (99.0) -37.8 (144.8) -35.4 (117.9)

p value 0.798

Vitamin C

Pre 13.8 (18.0) 21.4 (37.7) 15.1 (27.4)

Post 17.0 (24.8) 29.8 (32.7) 20.5 (25.9)

Selisih -4.3 (32.7) -2.0 (28.5) -3.6 (31.2)

p value 0.451

Page 55: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

42

Kebiasaan Makan dan Asupan Zat Gizi Balita

Lebih dari separuh balita di kelompok kontrol berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan di kelompok intervensi jumlah balita laki-laki sama banyak dengan

balita perempuan. Sebagian besar balita di kelompok kontrol dan intervensi berada

di rentang usia 12-36 bulan dengan rata-rata 18.5 bulan pada kelompok kontrol dan

19.4 bulan pada kelompok intervensi. Pada usia 12 bulan anak sudah mulai

diperkenalkan pada makanan rumah tangga atau makanan padat, serta makanan

yang bisa dipegang seperti biskuit, cookies, potongan sayuran rebus, buah, dan lain-

lain, sehingga ketika balita sudah berusia 24 bulan dapat memakan makanan rumah

tangga.

Tabel 29 Sebaran balita berdasarkan jenis kelamin dan usia

Lingkungan rumah yang diciptakan orangtua (yang berhubungan dengan

makanan) membentuk preferensi pangan anak dan pola penerimaan makanan,

selain itu, ketersediaan dan paparan terhadap pangan tertentu akan mempengaruhi

pemilihan dan asupan pangan anak (Scaglioni et al. 2011; Patrick & Nicklas 2005).

Orangtua, terutama ibu, merupakan gatekeepers konsumsi rumah tangga terutama

anak-anaknya. Ibu biasanya membeli, menyediakan, dan menyajikan makanan di

rumah. Oleh karena itu, ibu mempunyai peran yang penting dalam pembentukan

kebiasaan makan anak.

Tabel 30 Sebaran responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan

Kebiasaan

mencuci

tangan

Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Ibu selalu mencuci tangan ketika hendak menyuapi anak makan

Ya 30 (100.0) 28 (93.3) 58 (96.7)

Tidak 0 (0.0) 2 (6.7) 2 (3.3)

Anak mencuci tangan sebelum makan

Ya 28 (93.3) 25 (83.3) 53 (88.3)

Tidak 2 (6.7) 4 (13.3) 6 (10.0)

NA 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.7)

Kebiasaan mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan makanan merupakan awal dari kebiasaan yang baik. Mencuci tangan

Karakteristik Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 20 (64.5) 15 (50.0) 35 (57.4)

Perempuan 11 (35.5) 15 (50.0) 26 (42.6)

Usia

<12 bulan 9 (29.0) 6 (20.0) 15 (24.6)

12 – 36 bulan 22 (72.0) 23 (76.7) 45 (73.8)

>36 bulan 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (1.6)

Rata-rata±sd 18.5 ± 9.6 19.4 ± 10.1 18.9 ± 9.8

Page 56: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

43

sebelum makan dan menyuapi anak merupakan salah satu pencegahan

berpindahnya kuman dan bakteri dari tangan ke mulut. Hampir semua responden di

kedua kelompok mencuci tangan sebelum menyuapi anaknya, dan sebagian besar

balita ikut mencuci tangannya sebelum makan.

Tabel 31 Sebaran balita berdasarkan konsumsi lauk pauk yang disukai balita

Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa lauk pauk yang disukai balita

cukup beragam. 4 jenis lauk-pauk yang paling disukai balita di kedua kelompok

adalah tempe, tahu, telur, daging ayam. Ikan asin merupakan lauk yang paling

banyak tidak disukai balita kelompok kontrol dan intervensi. Separuh balita di

kelompok kontrol dan lebih dari sepertiga di kelompok internensi menyukai semua

jenis lauk-pauk. Peningkatan usia balita dan perkembangan gigi geligi dan organ

pencernaan yang semakin sempurna menyebabkan balita mampu memakan semua

jenis makanan seperti orang dewasa. Sehingga balita lebih banyak mencoba dan

mengenal rasa berbagai lauk-pauk dibandingkan 1 tahun sebelum pelaksanaan

program.

Tabel 32 Sebaran balita berdasarkan konsumsi lauk pauk yang tidak disukai balita

Pola asuh makan merupakan faktor utama dari pengenalan lingkungan

makanan dan mempengaruhi preferensi makanan anak dan asupan energinya. Birch

dan Fisher (1998) menyatakan bahwa hanya sedikit pilihan makanan yang

diperkenalkan orangtua, kebanyakan diketahui melalui pengalaman makan dan

Lauk pauk Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Telur 11 (16.7) 12 (18.5) 23 (17.6)

Daging ayam 11 (16.7) 8 (12.3) 19 (14.5)

Tongkol 8 (12.1) 6 (9.2) 14 (10.7)

Tempe 13 (19.7) 13 (20.0) 26 (19.8)

Tahu 12 (18.2) 11 (16.9) 23 (17.6)

Ikan asin/rebon 6 (9.1) 6 (9.2) 12 (9.2)

Ikan mas/segar 4 (6.1) 9 (13.8) 13 (9.9)

Semua suka 1 (1.5) 0 (0.0) 1 (0.8)

Lauk pauk Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Telur 2 (6.3) 1 (2.8) 3 (4.4)

Daging ayam 1 (3.1) 2 (5.6) 3 (4.4)

Tongkol 2 (6.3) 1 (2.8) 3 (4.4)

Tempe 0 (0.0) 1 (2.8) 1 (1.5)

Tahu 1 (3.1) 4 (11.1) 5 (7.4)

Ikan asin/rebon 8 (25.0) 8 (22.2) 16 (23.5)

Ikan mas/segar 2 (6.3) 2 (5.6) 4 (5.9)

Semua suka 16 (50.0) 14 (38.9) 30 (44.1)

Daging sapi dan

kambing 0 (0.0) 3 (8.3) 3 (4.4)

Page 57: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

44

berhubungan dengan kemampuan mengunyah makanan dan lingkungan makan

terutama konteks sosial dan psikologis.

Tabel 33 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan jajan

Kebiasaan jajan merupakan kebiasaan yang sulit dihindari, terutama jika

banyak jenis jajanan tersedia di sekitar rumah. Sebagian besar balita di kedua

kelompok memiliki kebiasaan jajan. Makanan jajanan yang berwarna mencolok

lebih menarik perhatian dan cenderung disukai oleh anak-anak dibandingkan

dengan makanan yang berwarna tidak mencolok. Kebiasaan anak mengonsumsi

makanan berwarna mencolok di kelompok kontrol lebih tinggi 7% dibandingkan

kelompok intervensi. Makanan yang berwarna mencolok umumnya menggunakan

zat pewarna berbahaya seperti pewarna tekstil pada proses pembuatannya sehingga

dapat memberikan efek negatif serta membahayakan tubuh apabila dikonsumsi baik

dalam jangka pendek atau pun jangka panjang.

Tabel 34 Sebaran balita berdasarkan makanan jajanan yang disukai

Makanan jajanan

kesukaan Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Makanan pedas 1 (3.2) 1 (3.0) 2 (3.1)

Agar-agar 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Biskuit 2 (6.5) 2 (6.1) 4 (6.3)

Bakso 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Chiki 4 (12.9) 2 (6.1) 6 (9.4)

Buras 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Permen 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Makanan manis 0 (0.0) 2 (6.1) 2 (3.1)

Roti 4 (12.9) 2 (6.1) 6 (9.4)

Sosis 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Kerupuk 1 (3.2) 3 (9.1) 4 (6.3)

Wafer 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Sukro 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Minuman 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Suka semua 14 (45.2) 21 (63.6) 35 (54.7)

Chiki, roti dan biskuit merupakan 3 jenis makanan jajanan yang banyak

disukai balita kelompok kontrol dan intervensi. Setelah intervensi dilaksanakan (1

tahun), kebiasaan jajan anak dan konsumsi makanan berwarna mencolok

Kebiasaan makan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Anak balita suka jajan

Ya 29 (96.7) 30 (100.0) 59 (98.3)

Tidak 1 (3.3) 0 (0.0) 1 (1.7)

Anak sering mengonsumsi makanan dengan warna mencolok

Ya 15 (50.0) 13 (43.3) 28 (46.7)

Tidak 15 (50.0) 17 (56.7) 32 (53.3)

Page 58: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

45

mengalami peningkatan, selain itu, jenis makanan jajanan yang disukai anak juga

semakin beragam. Sebanyak 45.2% balita kelompok kontrol dan 63.6% balita

kelompok intervensi menyukai semua jenis makanan jajanan. Mengubah kebiasaan

anak-anak tidaklah mudah dan memerlukan upaya ibu yang lebih optimal,

berkesinambungan dan konsisten untuk mengurangi kebiasaan jajan anak yang

tidak sehat. Patrick dan Nicklas (2005) menyatakan bahwa faktor lingkungan

seperti lingkungan rumah tangga, preferensi anggota rumah tangga, kemampuan

daya beli, ketersediaan dan akses pangan mempengaruhi konsumsi dan asupan zat

gizi. Orangtua memiliki peran langsung dalam membentuk pola makan anak

melalui perilaku, sikap dan pola pemberian makan.

Data awal menunjukkan bahwa biskuit dan permen merupakan makanan

jajanan yang tidak disukai oleh banyak balita di kedua kelompok. Setelah 1 tahun

intervensi dilaksanakan, makanan jajanan yang tidak disukai oleh banyak balita di

kedua kelompok adalah gorengan, chiki dan biskuit. Biskuit merupakan makanan

yang memiliki kandungan gizi yang baik dibandingkan dengan chiki dan gorengan.

Biskuit dapat menjadi alternatif makanan jajanan yang sehat bagi anak.

Tabel 35 Sebaran balita berdasarkan makanan jajanan yang tidak disukai

Makanan jajanan Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Agar-agar 5 (7.7) 3 (4.3) 8 (6.0)

Gorengan 11 (16.9) 15 (21.7) 26 (19.4)

Baslok 0 (0.0) 3 (4.3) 3 (2.2)

Biskuit 9 (13.8) 14 (20.3) 23 (17.2)

Wafer 2 (3.1) 2 (2.9) 4 (3.0)

Chiki 11 (16.9) 6 (8.7) 17 (12.7)

Kacang sukro 1 (1.5) 1 (1.4) 2 (1.5)

Pilus 2 (3.1) 4 (5.8) 6 (4.5)

Permen 6 (9.2) 4 (5.8) 10 (7.5)

Coklat 4 (6.2) 1 (1.4) 5 (3.7)

Roti 4 (6.2) 5 (7.2) 9 (6.7)

Sosis 4 (6.2) 3 (4.3) 7 (5.2)

Minuman 4 (6.2) 3 (4.3) 7 (5.2)

Kerupuk 1 (1.5) 5 (7.2) 6 (4.5)

Konsumsi sayuran dan buah yang tinggi akan kandungan vitamin, mineral

dan serat, memiliki dampak kesehatan yang baik bagi tubuh. Diet tinggi sayur dan

buah secara luas dianjurkan untuk meningkatkan kesehatan tubuh karena

kandungan vitamin, terutama vitamin C dan A, mineral terutama elektrolit, dan

fitokimia, terutama antioksidan. Selain itu, sayur dan buah juga merupakan sumber

serat makanan yang baik (Slavin dan Llyod 2012). Kebiasaan mengonsumsi sayur

dan buah perlu dibiasakan sejak dini agar anak terbiasa mengonsumsi sayur dan

buah pada saat dewasa.

Page 59: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

46

Tabel 36 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah

Sebagian besar balita di kedua kelompok telah dibiasakan mengonsumsi

sayur dan buah sejak dini. Buah yang banyak disukai balita kelompok kontrol

adalah jeruk, pisang, dan rambutan dan yang disukai balita kelompok intervensi

adalah jeruk, dukuh, apel dan rambutan. Buah yang disukai ini tidak banyak

berubah setelah 1 tahun intervensi dilaksanakan.

Tabel 37 Sebaran balita berdasarkan buah yang disukai

Orangtua yang peduli pada kesehatan dan asupan makanan anaknya dapat

mengubah kebiasaan makannya ketika anaknya ada di sekitar mereka (Maclellan et

al. 2004). Pengalaman terhadap makanan tertentu pada awal kehidupan merupakan

faktor yang kuat dalam membentuk kebiasaan konsumsi sayur dan buah, partisipasi

dalam aktifitas rumah tangga yang melibatkan sayur dan buah dengan suasana yang

menyenangkan seperti menyiapkan sayur dan buah bersama, ingatan yang baik

mengenai rasa sayur dan buah merupakan beberapa alasan orang menyukai sayur

dan buah pada masa dewasanya (Devine et al. 1998).

Kebiasaan

makan

Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Pre Post Pre Post Pre Post

Anak balita dibiasakan sejak dini mengonsumsi buah

Ya 28 (90.3) 30 (100.0) 24 (80.0) 28 (93.3) 52 (85.2) 58 (96.7)

Tidak 0 (0.0) 0 (0.0) 2 (6.7) 2 (6.7) 2 (3.3) 2 (3.3)

NA 3 (9.7) 0 (0.0) 4 (13.3) 0 (0.0) 7 (11.5) 0 (0.0)

Anak balita dibiasakan sejak dini mengonsumsi sayuran

Ya 25 (83.3) 28 (93.3) 24 (80.0) 30 (100.0) 49 (81.7) 58 (96.7)

Tidak 0 (0.0) 2 (6.7) 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0) 2 (3.3)

NA 5 (16.7) 0 (0.0) 6 (20.0) 0 (0.0) 11 (18.3) 0 (0.0)

Buah Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Jeruk 15 (22.4) 16 (25.4) 31 (23.8)

Apel 6 (9.0) 4 (6.3) 10 (7.7)

Pisang 6 (9.0) 6 (9.5) 12 (9.2)

Rambutan 14 (20.9) 10 (15.9) 24 (18.5)

Salak 1 (1.5) 1 (1.6) 2 (1.5)

Manggis 2 (3.0) 2 (3.2) 4 (3.1)

Semangka 6 (9.0) 3 (4.8) 9 (6.9)

Pepaya 2 (3.0) 2 (3.2) 4 (3.1)

Melon 0 (0.0) 3 (4.8) 3 (2.3)

Alpukat 1 (1.5) 0 (0.0) 1 (0.8)

Kelengkeng 5 (7.5) 3 (4.8) 8 (6.2)

Mangga 4 (6.0) 2 (3.2) 6 (4.6)

Dukuh 0 (0.0) 9 (14.3) 9 (6.9)

Pir 3 (4.5) 1 (1.6) 4 (3.1)

Jambu biji 1 (1.5) 0 (0.0) 1 (0.8)

Suka semua 1 (1.5) 1 (1.6) 2 (1.5)

Page 60: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

47

Tabel 38 Sebaran balita berdasarkan buah yang tidak disukai

Buah Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Jeruk 0 (0.0) 1 (3.2) 1 (1.6)

Apel 2 (6.5) 1 (3.2) 3 (4.8)

Pisang 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Rambutan 0 (0.0) 1 (3.2) 1 (1.6)

Salak 0 (0.0) 2 (6.5) 2 (3.2)

Anggur 1 (3.2) 1 (3.2) 2 (3.2)

Semangka 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Kedongkong 2 (6.5) 0 (0.0) 2 (3.2)

Melon 4 (12.9) 0 (0.0) 4 (6.5)

Alpukat 0 (0.0) 1 (3.2) 1 (1.6)

Kelengkeng 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Mangga 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Dukuh 0 (0.0) 1 (3.2) 1 (1.6)

Pir 1 (3.2) 0 (0.0) 1 (1.6)

Jambu biji 0 (0.0) 1 (3.2) 1 (1.6)

Suka semua 15 (48.4) 21 (67.7) 36 (58.1)

Durian 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Manggis 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Lainnya 2 (6.5) 1 (3.2) 3 (4.8)

Buah yang tidak disukai oleh balita kelompok kontrol adalah pisang,

rambutan, melon, dukuh, dan manggis. Sementara itu, buah yang tidak disukai

balita di kelompok intervensi adalah rambutan dan durian. Seiring dengan

bertambahnya usia, pengenalan terhadap berbagai macam buah semakin beragam

sehingga 49.4% balita kelompok kontrol dan 67.7% intervensi menyukai semua

jenis buah.

Tabel 39 Rata-rata dan standar deviasi konsumsi sayur dan jumlah jenis konsumsi

sayur

Konsumsi sayur Kontrol Intervensi Total p value

Berat konsumsi sayur buah

Pre 2.1 (5.3) 1.6 (5.7) 1.8 (5.5)

0.582 Post 10.4 (22.8) 13.5 (27.5) 11.9 (25.1)

Selisih 8.3 (22.9) 11.9 (28.7) 10.1 (25.8)

p value 0.054 0.030 0.003

Berat konsumsi sayur lainnya

Pre 16.9 (21.0) 9.6 (15.9) 13.3 (18.8)

0.020 Post 9.8 (17.4) 16.4 (22.0) 13.1 (19.9)

Selisih -7.1 (19.4) 6.8 (25.8) -0.3 (23.6)

p value 0.049 0.159 0.928

Jumlah jenis konsumsi sayur

Pre 3.7 (2.4) 4.3 (2.6) 4.0 (2.5)

0.731 Post 4.2 (3.1) 4.7 (2.9) 4.5 (3.0)

Selisih 0.7 (2.7) 0.4 (3.2) 0.6 (3.0)

p value 0.167 0.470 0.144

Page 61: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

48

Tabel 39. menunjukkan bahwa konsumsi sayur kedua kelompok masih

sanngat rendah atau kurang dari 1 porsi per hari. Rata-rata konsumsi sayur total

balita kelompok kontrol adalah 25.6 g dan kelompok intervensi sebesar 18.7 g.

Konsumsi sayur balita memiliki keragaman data yang cukup besar. Hal ini dapat

dilihat dari standar deviasi yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-ratanya. Data

akhir menunjukkan bahwa konsumsi sayur buah mengalami peningkatan di kedua

kelompok (p<0.05) dibandingkan dengan data awal. Peningkatan kelompok

intervensi sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, akan tetapi tidak

berbeda nyata.

Konsumsi sayur lainnya memiliki pola yang berbeda dengan konsumsi

sayur buah pada balita. Data awal menunjukkan rata-rata konsumsi sayur lainnya

yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok intervensi.

Sementara itu, data akhir menunjukkan terjadinya penurunan konsumsi sayur lainya

yang signifikan pada kelompok kontrol dan terjadi sedikit peningkatan yang tidak

signifikan pada kelompok intervensi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara konsumsi sayur lainnya kelompok komtrol

dengan intervensi (p<0.01).

Rata-rata jumlah jenis sayur yang dikonsumsi balita sebanyak 3.7 jenis

(kontrol) da 4.3 jenis (intervensi). Meskipun terdapat peningkatan jumlah jenis

sayur yang dikonsumsi, namun, tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok

kontrol dan intervensi setelah diberikannya perlakuan penyuluhan dan pemanfaatan

pekarangan. Berdasarkan PUGS, rekomendasi konsumsi sayur untuk balita adalah

sebanyak 1-2 porsi atau 100-200 gram sayuran. Konsumsi balita di kedua kelompok

masih jauh di bawah ketentuan PUGS.

Semakin banyak hambatan maka semakin sedikit orang mengonsumsi sayur

dan buah. Persepsi harga yang tinggi membuat orang berpikir untuk menambahkan

sayur dan buah dalam anggaran pangan. Persepsi yang salah mengenai kecukupan

asupan yang sudah tinggi, preferensi anak, sikap ibu, pengalaman masa kecil

termasuk paparan yang terbatas terhadap sayur dan buah atau memori negatif dapat

mempengaruhi konsumsi sayur dan buah.

Baranowski et al. (2006) menyatakan bahwa pola pembelian pangan

mempengaruhi ketersediaan dan akses sayur dan buah di rumah. Harga buah yang

mahal, penyajian sayuran yang membosankan, sedikitnya kandungan zat gizi

(hilang pada saat pemasakan), kurang disukai rumah tangga, kurang berguna dalam

menurunkan berat badan dan lebih sulit mempersiapkannya merupakan beberapa

alasan yang menjadi penghambat asupan sayur dan buah. Selain itu, Maclellan et

al. (2004) menyatakan bahwa penghambat utama konsumsi sayur dan buah adalah

rendahnya usaha, kurangnya pengetahuan, faktor sosio-psikologis (preferensi,

kebiasaan, mood), faktor lingkungan sosial (pengaruh anggota rumah tangga,

pengalaman masa kecil) dan ketersediaan.

Meningkatkan ketersediaan dan akses pangan merupakan dua cara untuk

meningkatkan konsumsi sayur dan buah rumah tangga. Sebuah review mengenai

sayur dan buah menunjukkan bahwa konsumsi anak-anak, remaja, dan dewasa

berhubungan dengan ketersediaan di rumah dan hubungan tersebut berlaku

sepanjang waktu (Jago et al. 2007).

Page 62: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

49

Tabel 40 Sebaran balita berdasarkan sayuran yang disukai

Bayam dan wortel merupakan sayuran yang banyak digemari balita di

kelompok kontrol, sedangkan bayam, sayur asam, dan sawi adalah 3 jenis sayuran

yang banyak disukai balita kelompok intervensi. Setelah 1 tahun data awal diambil,

sayuran yang disukai balita kelompok kontrol lebih beragam, namun yang paling

banyak disukai tetap bayam dan wortel. Balita di kelompok intervensi mengalami

sedikit perubahan preferensi dibandingkan 1 tahun yang lalu, yaitu lebih menyukai

bayam, kangkung, dan wortel.

Tabel 41 Sebaran balita berdasarkan sayuran yang tidak disukai

Sayuran Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Bayam 19 (33.3) 27 (40.9) 46 (37.4)

Kangkung 6 (10.5) 12 (18.2) 18 (14.6)

Sayur sop 8 (14.0) 2 (3.0) 10 (8.1)

Wortel 13 (22.8) 7 (10.6) 20 (16.3)

Ketimun 0 (0.0) 2 (3.0) 2 (1.6)

Tauge 3 (5.3) 1 (1.5) 4 (3.3)

Sawi 1 (1.8) 4 (6.1) 5 (4.1)

Labu siam 2 (3.5) 1 (1.5) 3 (2.4)

Buncis 1 (1.8) 2 (3.0) 3 (2.4)

Jamur tiram 0 (0.0) 1 (1.5) 1 (0.8)

Daun singkong 0 (0.0) 1 (1.5) 1 (0.8)

Kentang 2 (3.5) 1 (1.5) 3 (2.4)

Semua sayuran suka 2 (3.5) 1 (1.5) 3 (2.4)

Sayur asem 0 (0.0) 2 (3.0) 2 (1.6)

Katuk 0 (0.0) 1 (1.5) 1 (0.8)

Jagung 0 (0.0) 1 (1.5) 1 (0.8)

Kacang panjang 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Sayuran Kontrol n (%) Intervensi n (%) Total n (%)

Buncis 1 (2.6) 2 (6.1) 3 (4.2)

Kangkung 7 (17.9) 1 (3.0) 8 (11.1)

Sayur sop 1 (2.6) 1 (3.0) 2 (2.8)

Wortel 1 (2.6) 0 (0.0) 1 (1.4)

Semua sayuran 1 (2.6) 0 (0.0) 1 (1.4)

Tauge 1 (2.6) 0 (0.0) 1 (1.4)

Sawi 3 (7.7) 3 (9.1) 6 (8.3)

Labu siam 1 (2.6) 0 (0.0) 1 (1.4)

Paria 0 (0.0) 2 (6.1) 2 (2.8)

Kacang panjang 2 (5.1) 0 (0.0) 2 (2.8)

Daun singkong 0 (0.0) 1 (3.0) 1 (1.4)

Kentang 2 (5.1) 0 (0.0) 2 (2.8)

Tidak ada 11 (28.2) 13 (39.4) 24 (33.3)

Sayur asem 3 (7.7) 6 (18.2) 9 (12.5)

Makanan pedas 1 (2.6) 1 (3.0) 2 (2.8)

Belum dicoba berbagai

macam sayuran 1 (2.6) 1 (3.0) 2 (2.8)

Lainnya 3 (7.7) 2 (6.1) 5 (6.9)

Brokoli 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Bayam 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Page 63: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

50

Bayam merupakan sayuran yang paling tidak disukai balita di kelompok

kontrol dan kangkung adalah sayuran yang paling tidak disukai balita di kelompok

intervensi. Setelah pelaksaan intervensi penyuluhan dan pemanfaatan pekarangan

selesai, sebanyak 28.2% balita kelompok kontrol dan 39.4% balita kelompok

intervensi menyukai semua jenis sayuran. Sayuran yang banyak tidak disukai

setelah intervensi adalah kangkung (kontrol) dan sayur asam (intervensi).

Kepuasaan atau kenikmatan merupakan determinan konsumsi sayur dan buah

seperti rasa, daya cerna dan rasa kenyang. Giskes et al. (2007) menyatakan bahwa

determinan konsumsi sayur dan buah adalah faktor lingkungan seperti ketersediaan

dan akses (akses terhadap toko dan ketersediaan makanan), kondisi sosial

(hubungan interpersonal dan sosial) kondisi budaya (keterlibatan dengan kelompok

masyarakat, budaya makan, sikap kesehatan, pengalaman makanan pada masa

kecil, partisipasi budaya) dan kondisi materi (keuangan, materi dan sosial).

ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. ASI menyediakan semua energi dan zat gizi yang dibutuhkan

pada 6 bulan awal kehidupan bayi, lebih setengah kebutuhan energi bayi pada usia

6-12 bulan, dan sepertiga kebutuhan energi pada usia 12-24 bulan. ASI

meningkatkan perkembangan kognitif dan sensoris bayi, selain itu ASI juga dapat

memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi dan penyakit kronis. Oleh

karena itu, WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan

pertama kehidupan bayi (WHO 2013).

Tabel 42 Sebaran balita berdasarkan kebiasaan konsumsi susu

Manfaat ASI telah banyak diketahui oleh masyarakat terutama ibu, akan

tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan seorang ibu tidak dapat memberikan

ASI kepada bayinya karena alasan kesehatan atau alasan pribadi. Hampir sepertiga

bayi di kelompok kontrol dan kurang dari seperempat bayi di kelompok intervensi

mengonsumsi susu formula. Hal ini terjadi karena ASI tidak keluar atau produksi

ASI sedikit sehingga rumah tangga memberikan susu formula sebagai tambahan.

Setelah program penyuluhan dan pemanfaaatan pekarangan dilakukan, kebiasaan

ini tidak banyak berubah, kecuali di kelompok intervensi terdapat peningkatan

pemberian susu formula sebesar 13.3% karena balita sakit, berat badannya turun,

ibu bekerja sehingga anak ditinggal di rumah, dan terdapat 1 balita yang termasuk

dalam gizi kurang sehingga mendapat bantuan susu dari puskesmas.

Hampir semua ibu mampu memproduksi ASI untuk satu bahkan dua bayi.

Jumlah produksi ASI tergantung pada jumlah yang bayi makan, dan akan

meningkat jika bayi menginginkan lebih dari biasanya. Bahkan pada ibu yang

kekurangan makan, mereka masih mampu untuk memproduksi ASI yang cukup

Kebiasaan minum susu Kontrol

n (%)

Intervensi

n (%)

Total

n (%)

Anak ibu diberikan susu formula (saat di bawah usia 1 tahun)

Ya 10 (33.3) 9 (30.0) 19 (31.7)

Tidak 20 (66.7) 21 (70.0) 41 (68.3)

Anak balita masih diberikan susu sapi (bukan SKM)

Ya 3 (10.0) 9 (30.0) 12 (20.0)

Tidak 27 (90.0) 21 (70.0) 48 (80.0)

Page 64: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

51

untuk pertumbuhan bayi yang baik. Hanya sedikit saja kasus ibu yang tidak bisa

memproduksi susu karena gangguan hormon atau perkembangan kelenjar payudara

yang kurang baik (WHO 1995).

Bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup karena bayi kurang

menghisap/menyedot ASI atau hisapannya tidak efektif. Ketika bayi menghisap

payudara, maka bayi menstimulasi saraf yang ada di puting payudara. Stimulasi ini

menyebabkan pelepasan hormon ke pembuluh darah. Hormon prolaktin

mengaktifkan jaringan yang memproduksi susu, dan hormon oksitosin berperan

dalam mengeluarkan ASI dari payudara atau yang disebut dengan let down reflex

sehingga ASI bisa diminum oleh bayi (ABA 2012).

Anak balita sebaiknya tetap diberikan susu, karena susu merupakan sumber

protein dan mineral khususnya kalsium yang baik untuk anak. Tabel diatas

menunjukkan bahwa konsumsi susu balita di kedua kelompok masih sangat

rendah. Sebagian besar balita sudah tidak mengonsumsi susu. Harga susu yang

mahal menjadi kendala utama dalam pemberian susu pada balita. Oleh karena itu,

banyak ibu memberikan susu kental manis kepada balita karena harganya yang

lebih murah. Susu kental manis sebaiknya tidak dikonsumsi oleh balita karena susu

tersebut mengandung lebih banyak gula dibandingkan susu bubuk atau susu cair.

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak, yang berfungsi sebagai zat tenaga. Kelebihan energi disimpan sebagai

cadangan energi, dalam jangka pendek disimpan sebagai glikogen dan jangka

panjang sebagai lemak. Tabel 43. Menunjukkan median konsumsi energi balita di

kelompok kontrol adalah 671 kkal atau TKE sebesar 81% sedangkan di kelompok

intervensi median konsumsi energi adalah 738 kkal dan telah memenuhi TKE

sebesar 78%. Data akhir menunjukkan adanya peningkatan konsumsi energi di

kedua kelompok sehingga terjadi peningkatan rata-rata TKE sebesar 48% pada

kelompok kontrol dan 28% pada kelompok intervensi. Asupan energi dan TKE

kelompok kontrol lebih baik dibandingkan kelompok intervensi (p<0.05). Hal ini

dapat diakibatkan oleh perbedaan penghasilan rumah tangga kontrol yang lebih

baik dibandingkan dengan penghasilan rumah tangga intervensi, sehingga rumah

tangga kontrol memiliki akses pangan yang lebih baik dibandingkan dengan

kelompok intervensi.

Data akhir konsumsi protein menunjukkan adanya peningkatan konsumsi

rata-rata protein sebesar 16 gram dan TKP 47% pada kelompok kontrol serta

peningkatan 7 gram pada kelompok intervensi dan TKP 3%. Terdapat perbedaan

yang nyata antara konsumsi dan TKP (p<0.01) kelompok kontrol dan intervensi.

Konsumsi dan tingkat kecukupan kalsium (p<0.01) dan fosfor (p<0.01)

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi juga berbeda nyata. Kelompok

kontrol mengalami peningkatan konsumsi kalsium sebesar 166 mg, fosfor sebesar

326 mg dan peningkatan tingkat kecukupan kalsium sebesar 33%, serta fosfor 56%.

Asupan fosfor kelompok intervensi juga meningkat sebesar 44 mg atau Sementara

itu, asupan kalsium menurun sebanyak 54 mg, dan penurunan tingkat kecukupan

kalsium sebesar 20%. Penurunan konsumsi dan tingkat kecukupan kalsium dan

fosfor pada kelompok intervensi dapat diakibatkan oleh menurunnya pengeluaran

pangan untuk lauk pauk sebesar 7%. Lauk pauk merupakan pangan hewani sumber

protein, kalsium, fosfor dan besi yang baik untuk tubuh.

Page 65: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

52

Tabel 43 Median (IQR) konsumsi balita

Zat Gizi Konsumsi

Kontrol Intervensi Total

Energi (kkal)

Pre 671.5 (481.2) 737.9 (302.5) 705.9 (455.5)

Post 1 398.8 (637.8) 1 114.8 (436.5) 1 187.5 (519.1)

Selisih 727.7 (654.3) 384.3 (653.1) 535.4 (630.2)

p value 0.097

Protein (g)

Pre 14.3 (12.8) 15.9 (10.4) 14.8 (10.8)

Post 33.6 (14.5) 23.5 (9.0) 27.2 (15.0)

Selisih 16.4 (10.5) 6.5 (15.6) 13.8 (17.2)

p value 0.003

Kalsium (mg)

Pre 296.4 (401.6) 223.0 (341.2) 273.3 (341.4)

Post 489.2 (706.7) 167.8 (312.7) 255.3 (572.0)

Selisih 166.1 (625.7) -54.4 (369.6) -15.1 (429.1)

p value 0.004

Fosfor (mg)

Pre 183.8 (271.1) 242.5 (145.1) 223.1 (165.8)

Post 507.9 (336.0) 320.8 (229.8) 374.6 (332.3)

Selisih -326.3 (325.8) 44.6 (197.8) 140.6 (354.7)

p value 0.002

Besi (mg)

Pre 4.2 (5.2) 4.7 (6.0) 4.5 (4.9)

Post 11.2 (11.0) 7.3 (6.5) 9.5 (8.9)

Selisih 6.5 (11.4) 2.6 (8.5) 4.2 (8.4)

p value 0.004

Vitamin A (RE)

Pre 183.3 (271.1) 169.3 (407.8) 183.3 (356.7)

Post 297.6 (314.5) 290.2 (407.0) 294.5 (345.9)

Selisih 95.2 (406.8) -4.1 (446.3) 61.1 (408.5)

p value 0.716

Vitamin B (mg)

Pre 0.8 (0.5) 0.8 (0.6) 0.8 (0.6)

Post 1.1 (1.2) 1.1 (0.7) 1.1 (0.9)

Selisih 0.2 (0.8) 0.2 (0.9) 0.2 (0.8)

p value 0.395

Vitamin C (mg)

Pre 9.1 (27.2) 10.3 (10.6) 10.2 (18.7)

Post 8.9 (20.0) 9.9 (29.0) 9.5 (25.7)

Selisih -2.2 (24.4) -0.4 (35.7) -1.9 (22.7)

p value 0.130

Page 66: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

53

Tingkat kecukupan besi lebih dari separuh balita di kedua kelompok pada

data awal masih di bawah 77%. Setelah 1 tahun intervensi, terjadi peningkatan

konsumsi dan tingkat kecukupan besi pada balita di kedua kelompok sehingga

tingkat kecukupan besi balita yang di bawah 77% tinggal sepertiganya. Tingkat

kecukupan besi kelompok kontrol meningkat 67% dan kelompok intervensi 27%.

Uji t test menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara konsumsi (p<0.01) dan

tingkat kecukupan besi (p<0.01) pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Tabel 44 Sebaran balita berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat gizi

Konsumsi vitamin A, dan vitamin B balita secara umum mengalami

peningkatan dikedua kelompok. Akan tetapi setelah di uji beda hasilnya

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara kedua kelompok tersebut.

Trend konsumsi vitamin C mengalami sedikit penurunan pada kedua kelompok.

Pada kelompok kontrol konsumsi vitamin C mengalami penurunan sebesar 2 mg,

dan kelompok intervensi 0.2 mg. Akan tetapi tidak berbeda secara nyata.

Tingkat

Kecukupan

Kontrol Intervensi Total

≤ 77% >77% ≤ 77% >77% ≤ 77% >77%

Energi

Pre 13 (41.9) 18 (58.1) 14 (46.7) 16 (53.3) 27 (44.3) 34 (55.7)

Post 3 (10.0) 27 (90.0) 6 (20.0) 24 (80.0) 9 (15.0) 51 (85.0)

Protein

Pre 18 (58.1) 13 (41.9) 14 (46.7) 16 (53.3) 32 (52.5) 29 (47.5)

Post 4 (13.3) 26 (86.7) 10 (33.3) 20 (66.7) 14 (23.3) 46 (76.7)

Kalsium

Pre 18 (58.1) 13 (41.9) 17 (56.7) 13 (43.3) 35 (57.4) 26 (42.6)

Post 14 (46.7) 16 (53.3) 20 (66.7) 10 (33.3) 34 (56.7) 26 (43.3)

Fosfor

Pre 19 (61.3) 12 (38.7) 15 (50.0) 15 (50.0) 34 (55.7) 27 (44.3)

Post 6 (20.0) 24 (80.0) 13 (43.3) 17 (56.7) 19 (31.7) 41 (68.3)

Besi

Pre 21 (67.7) 10 (32.3) 20 (66.7) 10 (33.3) 41 (67.2) 20 (32.8)

Post 4 (13.3) 26 (86.7) 12 (40.0) 18 (60.0) 16 (26.7) 44 (73.3)

Vitamin A

Pre 22 (71.0) 9 (29.0) 18 (60.0) 12 (40.0) 40 (65.6) 21 (34.4)

Post 16 (53.3) 14 (46.7) 16 (53.3) 14 (46.7) 32 (53.3) 28 (46.7)

Vitamin B

Pre 4 (12.9) 27 (87.1) 3 (10.0) 27 (90.0) 7 (11.5) 54 (88.5)

Post 4 (13.3) 26 (86.7) 2 (6.7) 28 (93.3) 6 (10.0) 54 (90.0)

Vitamin C

Pre 24 (77.4) 7 (22.6) 28 (93.3) 2 (6.7) 52 (85.2) 9 (14.8)

Post 26 (86.7) 4 (13.3) 23 (76.7) 7 (23.3) 49 (81.7) 11 (18.3)

Page 67: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

54

Tabel 45 Median (IQR) tingkat kecukupan zat gizi balita

Zat Gizi Median (IQR) tingkat Kecukupan gizi (%)

Kontrol Intervensi Total

Energi

Pre 81.0 (57.9) 79.7 (56.3) 80.8 (47.6)

Post 135.6 (61.2) 114.5 (45.3) 121.0 (50.4)

Selisih 47.8 (71.0) 27.7 (75.1) 38.1 (76.7)

p value 0.018

Protein

Pre 73.7 (38.8) 83.5 (70.9) 75.0 (49.4)

Post 131.2 (68.9) 89.6 (49.3) 100.3 (65.6)

Selisih 47.4 (70.9) 3.3 (64.3) 23.7 (76.8)

p value 0.003

Kalsium

Pre 66.8 (59.8) 53.9 (160.1) 63.2 (93.5)

Post 97.8 (139.9) 33.6 (62.0) 52.6 (112.2)

Selisih 33.2 (124.5) -20.0 (153.7) -4.4 (93.3)

p value 0.004

Fosfor

Pre 62.3 (54.3) 76.6 (103.5) 67.5 (67.5)

Post 127.0 (78.1) 81.3 (60.0) 105.6 (82.5)

Selisih 56.2 (94.3) -0.5 (115.2) 16.9 (102.1)

p value 0.002

Besi

Pre 60.5 (55.8) 62.8 (72.9) 60.7 (59.1)

Post 132.3 (139.9) 91.7 (81.5) 111.6 (110.1)

Selisih 67.4 (147.4) 26.5 (107.6) 49.9 (108.1)

p value 0.006

Vitamin A

Pre 45.8 (67.8) 42.3 (101.9) 45.8 (89.2)

Post 71.6 (79.7) 69.1 (101.8) 70.5 (88.4)

Selisih 21.7 (103.1) -3.3 (111.6) 13.4 (100.9)

p value 0.684

Vitamin B

Pre 173.6 (134.9) 192.6 (147.5) 180.5 (139.3)

Post 212.5 (211.1) 191.2 (115.9) 198.7 (159.6)

Selisih 35.4 (99.0) 37.8 (144.8) 35.4 (117.9)

p value 0.798

Vitamin C

Pre 21.0 (56.0) 23.5 (23.8) 22.7 (38.5)

Post 22.2 (47.1) 20.8 (67.8) 20.8 (59.7)

Selisih -3.5 (53.7) -4.3 (72.1) -3.5 (57.6)

p value 0.148

Page 68: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

55

Pemberian intervensi penyuluhan gizi dan pemanfaatan pekarangan tidak

memberikan dampak yang nyata pada konsumsi dan asupan zat gizi kelompok

intervensi. Hal ini dapat disebabkan oleh penghasilan dan pengeluaran pangan

masih tergolong rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu,

Pengetahuan, sikap dan praktek ibu yang baik dan ditambah dengan peningkatan

pemanfaatan tanaman pekarangan tidak cukup memberikan perubahan yang nyata

pada konsumsi dan asupan zat gizi anak karena faktor lingkungan dan sosial yang

tidak berubah juga dapat menghambat perubahan kebiasaan makan ke arah yang

lebih baik. Contento (2008) menyatakan bahwa pemilihan makanan dipengaruhi

oleh 4 faktor, yaitu faktor perilaku predisposisi secara biologis (secara lahirian

manusia lebih menyukasi rasa manis dibandingkan rasa pahit dan hambar, terdapat

mekanisme lapar dan kenyang), faktor yang kedua adalah pengalaman terhadap

makanan (manusia memiiki kapasitas untuk menyukai makanan melalui kondisi

fisiologis dan sosial tertentu). Faktor ketiga adalah faktor pribadi atau personal

seperti keyakinan, pengetahuan, sikap, keterampilan, norma sosial, rumah tangga

dan jaringan sosial lainnya juga ikut mempengaruhi pemilihan makanan. Faktor

yang terakhir adalah faktor lingkungan. Faktor ini memiliki pengaruh yang sangat

kuat dalam pemilihan makanan. Ketersediaan dan akses pangan, sumberdaya

materi, lingkungan sosial, dan budaya dapat memfasilitasi atau menghambat orang

untuk bertndak sesuai dengan kepercayaan, sikap dan pengetahuanya tentang

makanan yang sehat. Keempat faktor ini berinteraksi satu sama lain secara

dinamis.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayur dan Asupan Zat Gizi

Hasil uji multivariate menunjukkan adanya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen (p<0.05). Tabel 47. Menunjukkan bahwa luas

pekarangan dan pengeluaran rumah tangga berpengaruh signifikan (p<0.1) terhadap

konsumsi sayur buah. Responden dengan luas pekarangan yang sempit dapat

menghasilkan sayuran buah dengan jumlah yang cukup untuk di konsumsi sendiri.

Sementara itu, responden dengan pekarangan yang lebih luas dapat menghasilkan

sayuran buah yang lebih banyak. Produksi sayur buah dengan rata-rata 34.7

kg/bulan, berkontribusi besar (79%) terhadap hasil panen pekarangan secara

keseluruhan. Hasil panen yang melimpah pada waktu yang sama membuat sayuran

buah tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh rumah tangga itu sendiri. Oleh karena

itu, responden menjual dan membagikannya kepada tetangga atau rumah

tangganya.

Tabel 46 Hasil uji manova konsumsi sayur buah dan lainnya rumah tangga

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.68498 2.71 6 78 0.0193

Pillai’s trace 0.34467 2.78 6 80 0.0167

Hotelling-

Lawley Trace

0.41661 2.68 6 50.3 0.0248

Roy’s Greatest

Root

0.21863 2.92 3 40 0.0459

Page 69: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

56

Pengeluaran pangan merupakan salah satu faktor tidak langsung yang

mempengaruhi konsumsi sayur buah rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga

yang rendah mengakibatkan tingginya konsumsi sayur buah. Hal ini dapat terjadi

karena produksi sayur dari pekarangan meningkatkan ketersediaan dan akses

sayuran rumah tangga. Rumah tangga tidak perlu membeli sayuran, karena sayuran

dapat langsung di konsumsi dari pekarangan sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa semakin tinggi

produksi sayur maka pengeluaran pangan akan semakin rendah (p<0.01). Alokasi

pengeluaran sayuran yang tidak digunakan dapat di alokasikan untuk pembelian

pangan lainnya.

Tabel 47 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur rumah tangga

Luas pekarangan dan pengeluaran rumah tangga hanya dapat menjelaskan

10.6% dari variabel yang mempengaruhi konsumsi sayur buah rumah tangga.

Sementara itu, interaksi antara jumlah anggota rumah tangga dan usia ibu hanya

dapat menjelaskan 11.6% dari variabel yang mempengaruhi konsumsi sayur

lainnya. Interaksi antara jumlah anggota rumah tangga dan usia ibu mempengaruhi

konsumsi sayur lainnya. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga dan

semakin tua usia ibu maka konsumsi sayur lainnya semakin banyak.

Kepuasaan terutama rasa merupakan faktor penting yang mempengaruhi

konsumsi sayur dan buah. Selain itu, musim, ketersediaan, kebiasaan, kesadaran

mengenai pentingnya konsumsi sayur dan buah untuk kesehatan, pengaruh sosial

(pengaruh anggota rumah tangga), efikasi diri, kemampuan/keahlian dan waktu

untuk menyiapkan dan mengolah sayur dan buah merupakan faktor yang

mempengaruhi konsumsi sayur dan buah orang dewasa (Brug et al. 1995).Variabel

psikososial, preferensi, kebiasaan makan sayuran yang dicontohkan orang tua,

efikasi diri, niat, paparan terhadap sayuran, ketersediaan dan kebiasaan anak dapat

menjelaskan konsumsi sayur anak usia 4-12 tahun sebanyak 33% (Rienaerts et al.

2007).

Statistic Parameter

estimate

Standar error t value Pr > │t│

Sayur buah

Intercept 5.19950 1.59767 3.25 0.0023

Luas pekarangan -0.03903 0.02222 -1.76 0.0866

Pengeluaran RT -0.000004 0.000002 -1.91 0.0632

Adj R-Sq 0.1064

F (p) 2.71 (0.0580)

Sayur lainnya

Intercept 0.96150 1.28053 0.75 0.4571

Jumlah ART*Usia ibu 0.56729 0.19386 2.93 0.0056

Adj R-Sq 0.1161

F (p) 2.88 (0.0476)

Page 70: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

57

Hasil uji manova menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara

jumlah anggota rumah tangga, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, luas pekarangan,

efikasi ibu, pengeluaran rumah tangga, produksi sayur pekarangan, dan

pengetahuan gizi ibu terhadap asupan vitamin A dan vitamin C rumah tangga.

Tabel 48 Hasil uji Manova Vitamin A dan C rumah tangga

Hasil uji manova menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara

jumlah anggota rumah tangga, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, luas pekarangan,

efikasi ibu, pengeluaran rumah tangga, produksi sayur pekarangan, dan

pengetahuan gizi ibu, sikap gizi ibu, dan kebiasan mengkonsumsi sayuran sejak

dini terhadap konsumsi sayur buah dan sayur lainnya balita.

Tabel 49 Hasil uji Manova konsumsi sayur buah dan lainnya balita

Hasil uji manova menunjukkan bahwa ada variabel independen yang

berpengaruh signifikan terhadap asupan vitamin A atau vitamin C balita (p<0.05).

Jumlah anggota rumah tangga yang semakin banyak, pendidikan ibu yang semakin

tinggi, pengeluaran rumah tangga yang semakin besar, pengetahuan gizi ibu yang

rendah, dan kebiasaan makan sayur sejak dini dapat berpengaruh terhadap asupan

vitamin A dan vitamin C balita.

Tabel 50 Hasil uji Manova Vitamin A dan C balita

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.56140359 1.42 16 68 0.1580

Pillai’s trace 0.49156778 1.43 16 70 0.1554

Hotelling-

Lawley Trace

0.68689451 1.43 16 52.162 0.1652

Roy’s Greatest

Root

0.49707272 2.17 8 35 0.0542

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.7036 0.62 20 64 0.8870

Pillai’s trace 0.3205 0.63 20 66 0.8759

Hotelling-

Lawley Trace

0.3873 0.60 20 50.35 0.8905

Roy’s Greatest

Root

0.2516 0.83 10 33 0.6032

Statistic Value F value Num DF Den DF Pr > F

Wilks’ Lambda 0.3896 1.93 20 64 0.0252

Pillai’s trace 0.7126 1.83 20 66 0.0355

Hotelling-

Lawley Trace

1.3047 2.04 20 50.35 0.0214

Roy’s Greatest

Root

1.0565 3.49 10 33 0.0032

Page 71: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

58

Uji anova dilakukan untuk vitamin A dan vitamin C karena hasil uji manova

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel independen. Hasil uji

anova yang tersaji pada Tabel 51 menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah

anggota rumah tangga maka asupan vitamin A dan C balita semakin tinggi. Hal ini

diduga karena balita merupakan anggota rumah tangga yang kebutuhan makannya

menjadi prioritas utama. Sumber vitamin A terdiri dari pangan hewani dan pangan

nabati. Sementara itu, sumber vitamin C banyak terdapat pada pangan nabati.

Pangan hewani memiliki bioavalibilitas vitamin A lebih baik, walaupun relatif lebih

mahal dibandingkan pangan nabati. Harga pangan yang mahal dapat

mengakibatkan ketersediaan yang terbatas pada rumah tangga. Ketika jumlah

anggota rumah tangga banyak dan pangan yang tersedia terbatas, maka balita pada

umumnya yang lebih diutamakan untuk mengonsumsi pangan tersebut

dibandingkan anggota rumah tangga lainnya.

Tabel 51 Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan vitamin A dan C balita

Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap asupan vitamin A balita. Hasil

penelitian Marian et al. (1992) menunjukkan bahwa asupan vitamin A balita pada

ibu yang berpendidikan menengah ke atas lebih baik dibandingkan dengan ibu

berpendidikan menengah ke bawah. Hal ini membuktikan pentingnya peningkatan

pendidikan wanita sebagai upaya yang penting dalam meningkatkan gizi balita.

Pengeluaran rumah tangga yang semakin besar dapat meningkatkan asupan

vitamin A dan vitamin C. Ketika satu rumah tangga mengeluarkan uang lebih

banyak untuk membeli pangan terutama pangan hewani dan sayur dan buah sumber

vitamin A dan C maka asupan vitamin A dan C balita akan meningkat.

Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap asupan vitamin A dan vitamin C.

Penelitian yang sudah ada pada umumnya menunjukkan dengan semakin tingginya

pengetahuan gizi maka asupan zat gizi juga semakin baik. Akan tetapi hasil

Statistic Parameter

estimate

Standar error t value Pr > │t│

Asupan Vitamin A

Intercept 2.75132 1.71851 1.60 0.1189

Jumlah ART 0.30100 0.10505 2.87 0.0072

Pendidikan Ibu 0.28094 0.11717 2.40 0.0223

Pengeluaran RT 0.00000235 0.00000134 1.75 0.0886

Pengetahuan Gizi Ibu -0.01509 0.00759 -1.99 0.0553

Kebiasaan makan sayur

sejak dini

-0.00453 0.00115 -3.94 0.0004

Adj R-Sq 0.3368

F (p) 3.18 (0.0058)

Asupan Vitamin C

Intercept 1.09709 1.69521 0.65 0.5220

Jumlah ART 0.32734 0.10363 3.16 0.0034

Pengeluaran RT 0.00000265 0.00000132 2.00 0.0533

Pengetahuan Gizi Ibu -0.01344 0.00749 -1.79 0.0819

Kebiasaan makan sayur

sejak dini

-0.00263 0.00114 -2.32 0.0270

Adj R-Sq 0.2100

F (p) 2.14 (0.0489)

Page 72: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

59

penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dimana pengetahuan gizi yang

semakin tinggi mengakibatkan konsumsi vitamin A dan C yang semakin rendah.

Perbedaan persepsi ibu mengenai konsumsi sayur yang cukup juga dapat

menghambat konsumsi sayur sebagai sumber vitamin A dan C sehingga asupan

vitamin A dan C tetap rendah meskipun pengetahuannya sudah meningkat.

Kebiasaan balita mengkonsumsi sayur sejak dini berpengaruh terhadap

asupan vitamin A dan C. Anak balita yang dibiasakan mengonsumsi sayur sejak

dini maka asupan vitamin A dan C nya semakin baik. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Rienaerts et al. (2007) yang menyatakan bahwa kebiasaan

dan paparan anak terhadap konsumsi sayur sejak dini dapat mempengaruhi

konsumsi sayur anak.

5. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemanfaatan pekarangan di kelompok kontrol dan intervensi belum optimal

dan masih terkendala dengan sempitnya lahan pekarangan. Jenis pemanfaatan

pekarangan yang banyak dilakukan di kedua kelompok adalah menanam buah-

buahan, tanaman hias, sayuran, dan umbi-umbian. Sayuran buah yang dapat di

panen berulang kali memberikan kontribusi besar terhadap produksi pekarangan.

Sebagian besar hasil panen dikonsumsi sendiri, dan sisanya dibagikan ke tetangga

atau saudara. Produktivitas berkorelasi negatif dengan pengeluaran pangan

(p<0.01). Faktor yang mempengaruhi produksi tanaman pekarangan adalah faktor

internal (motivasi, dukungan keluarga, dan alokasi waktu) dan eksternal (luas

lahan, cuaca, pupuk, HPT, dan perawatan).

Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan gizi dalam jangka pendek

(p<0.001), akan tetapi tidak jangka panjang. Konsumsi sayur rumah tangga

kelompok kontrol dan intervensi kurang dari 1 porsi per hari. Tidak ada

peningkatan konsumsi sayur buah dan lainnya yang signifikan pada kedua

kelompok setelah dilakukannya intervensi pemanfaatan pekrangan dan penyuluhan

gizi. Sebagian besar rumah tangga di kedua kelompok memiliki tingkat kecukupan

zat gizi per kapita di bawah 77% AKG pada data awal. Setelah intervensi diberikan,

tingkat kecukupan zat gizi di kedua kelompok mengalami peningkatan akan tetapi

tidak berbeda nyata antara kelompok kontrol dan intervensi, kecuali konsumsi dan

tingkat kecukupan kalsium (p<0.05).

Konsumsi sayur balita di kelompok kontrol dan intervensi kurang dari 1 porsi

per hari. Terdapat peningkatan konsumsi sayur buah yang signifikan (p<0.05)

sesudah dilakukannya intervensi, akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata antara

kelompok kontrol dan intervensi. Terjadi peningkatan konsumsi sayur lainnya pada

kelompok intervensi akan tetapi tidak signifikan. Sementara itu, pada kelompok

kontrol terjadi penurunan konsumsi sayur lainnya (p<0.1). Keragaman konsumsi

yang tinggi mengakibatkan tidak adanya perbedaan yang nyata antara kelompok

kontrol dan intervensi. Lebih dari separuh balita di kedua kelompok memiliki

tingkat kecukupan kalsium, fosfor, besi, vitamin A, dan vitamin C kurang dari 77%

Page 73: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

60

dan tingkat kecukupan energi, protein, dan vitamin B lebih dari 77%. Setelah

intervensi pemanfaatan pekarangan dan penyuluhan gizi dilakukan, terdapat

peningkatan konsumsi dan tingkat kecukupan gizi pada semua zat gizi kecuali

kalsium dan vitamin C pada kelompok intervensi. Kelompok kontrol memiliki

tingkat kecukupan energi (p<0.05), protein (p<0.01), kalsium (p<0.01), fosfor

(p<0.01), dan besi (p<0.01) yang lebih baik dibandingkan kelompok intervensi. Hal

ini dapat disebabkan oleh pendapatan rumah tangga di kelompok kontrol yang lebih

tinggi dibandingkan sehingga memiliki akses pangan yang lebih baik dibandingkan

kelompok intervensi.

Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa konsumsi sayur buah rumah tangga

dipengaruhi oleh luas pekarangan (p<0.1) dan pengeluaran rumah tangga (p<0.1).

Sementara itu, konsumsi sayur lainnya dipengaruhi oleh interaksi antara jumlah

anggota keluarga dan usia ibu (p<0.001). Tidak ada variabel yang secara signifikan

mempengaruhi asupan vitamin A dan C rumah tangga dan konsumsi sayur balita.

Asupan vitamin A balita dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga (p<0.001),

pendidikan ibu (p<0.05), pengeluaran rumah tangga (p<0.1), pengetahuan gizi ibu

(p<0.1), dan kebiasaan makan sayur sejak dini (p<0.001). Sementara itu, asupan

vitamin C balita dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga (p<0.001),

pengeluaran rumah tangga (p<0.1), pengetahuan gizi ibu (p<0.1), dan kebiasaan

makan sayur sejak dini (p<0.05).

Saran

Sayuran yang dapat di panen berulang kali dengan perawatan yang mudah,

baik untuk dikembangkan di pekarangan. Penyuluhan gizi yang disertai

peningkatan kemampuan mengolah sayuran perlu dilakukan agar pengetahuan gizi

yang meningkat dapat diterapkan dalam perilaku konsumsi sayuran sehari-hari.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan pekarangan pada lahan

yang lebih luas dan dampak penyuluhan gizi pada jangka panjang dalam

meningkatkan konsumsi sayuran rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

[ABA] Australian Breastfeeding Association. 2012. Low supply [internet].

[diunduh pada 2013, Oktober 19]. Tersedia pada:

https://www.breastfeeding.asn.au/bf-info/common-

concerns%E2%80%93mum/supply

Abuya BA, Ciera J, Kimani-Murage E. 2012. Effect of mother’s education on

child’s nutritional status in the slums of Nairobi. BMC Pediatrics 12:80.

DOI:10.1186/1471-2431-12-80

Page 74: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

61

[ACAORN] Australasian Child & Adolescent Obesity Research Network. 2010.

http://www.acaorn.org.au/streams/nutrition/assessment-methods/24hr-

recall.php

Adnan N, Muniandy ND. 2012. The relationship between mothers’ educational

level and feeding practices among children in selected kondergartens in

Selangor, Malaysia: a cross-sectional study. Asian Journal of Clinical

Nutrition 4(2): 39-52. DOI: 10.3923/ajcn.2012.39.52

Agudo A. 2005. Measuring intake of fruit and vegetables [Internet]. Background

paper for the joint FAO/WHO Workshop on fruit and vegetables for health,

1-3 September 2004, Kobe, Japan: WHO. [diunduh 2012 Des 16]. Tersedia

pada:https://extranet.who.int/iris/restricted/bitstream/10665/43144/1/9241592

826_eng.pdf

Ali M and Tsou SCS. 1997. Combating micronutrient deficiencies through

vegetables a neglected food frontier in Asia. Food Policy. 22(1): 17-38.

Appel LJ, Moore TJ, Obarzanek E, Vollmer WM, Svetkey LP, Sacks FM, Bray

GA, Vogt TM, Cutler JA, Windhauser MM, Lin P-H, Karanja N, Simons-

Morton D, McCullough M, Swain J, Steele P, Evans MA, Miller ER, Harsha

DW. 1997. A clinical trial of the effects of dietary patterns on blood pressure.

New England Journal of Medicine. 336(16):1117-24.

Arifin HS, Munandar A, Schultin KG, Kaswanto, RL. 2012. The role and impacts

of small-scale, homestead agroforestry systems (“pekarangan”) on household

prosperity: an analysis of agro-ecological zones of Java, Indonesia.

International Journal of Agriscience; 2(10):896-914.

[AVRDC] Asian Vegetable Research and Development Center. 1995. AVRDC

1994 Progress Report, pp. 239-243, 317-318, Taiwan.

[Balitbangkes] Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (ID). 2008. Riset

Kesehatan Dasar Riskesdas 2007, Departemen Kesehatan RI.Birch LL, Fisher

JO. 1998. Development of eating behaviors among children and adolescents.

Pediatrics. 101(3 Pt 2):539-49.

Bandura A. 1994. Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of

human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.

Baranowski T, Watson K, Missaghian M, Broadfoot A, Baranowski J, Cullen K,

Nicklas T, Fisher J, O’Donnell S. 2006. Parent outcome expectancies for

purchasing fruit and vegetables: a validation. Public Health nutrition:

10(3):280-291.doi: 10.1017/S1368980007382499.

Beydoun MA, Wang Y. 2007. 'Do nutrition knowledge and beliefs modify the

association of socio-economic factors and diet quality among US adults?.

Preventive Medicine. vol. In Press:1518.

[BKKBN] Badan Koordinasi Rumah tangga Berencana Nasional (ID). 1998.

Gerakan Rumah tangga Berencana dan Rumah tangga Sehat. BKKBN,

Jakarta.

Blanchette L, Brug J. 2005. Determinants of fruit and vegetable consumption

among 6-12-year-old children and effective interventions to increase

consumption. J Hum Nutr Diet. Dec;18(6):431-43.

Bloem MW, Huq N, Gorstein J, Burger S, Khan T, Islam N, Baker S, Davidson F.

Production of fruits and vegetables at the homestead is an important source of

vitamin A among women in rural Bangladesh. European Journal of Clinical

Nutrition. 50 Suppl 3:S62-7.

Page 75: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

62

Brug J, Debie S, van Assema P, Weijts W. 1995. Psychosocial determinants of fruit

and vegetable consumption among adults: Results of focus group interviews.

Food Qualily and Preference. 6 \:99-107.

BPS. 2013. Garis Kemiskinan Maret 2012 sumber : BPS (2013) : Berita Resmi

Statistik profil kemiskinan di Indonesia September 2012. No. 06/01/Th. XVI,

2 Januari 2013 http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan13.pdf

[BPS] Badan Pusat Statistik. Rata-rata Konsumsi Kalori (KKal) per Kapita Sehari

Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2012 [internet]. [diunduh 2013 Feb

21]. Tersedia pada:

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=05&n

otab=5

Cabalda AB, Rayco-Solon P, Solon JAA, Solon FS. 2011. Home gardening is

associated with Filipino preschool children’s dietary diversity. J Am Diet

Assoc. 111:711-715.doi: 10.1016/j.jada.2011.02.005.

Campbell AA, Akhter N, Sun K, de Pee S, Kraemer K, Moench-Pfanner R, Rah JH,

Badham J, Bloem MW, Semba RD. 2011. Relationship of homestead food

production with night blindness among children below 5 years of age in

Bangladesh. Public Health Nutrition. 14(9):1627–1631.

doi:10.1017/S1368980011000693.

Contento IR. 2008. Nutrition education: linking research, theory, and practice. Asia

Pac J Clin Nutr. 17(1):176-179.

Dauchet L, Amouyel P, Hercberg S, Dallongeville J. 2006. Fruit and vegetable

consumption and risk of coronary heart disease: a meta-analysis of cohort

studies. The Journal of Nutrition. 136(10): 2588.

Dave JM, Evas AE,Pfeiffer KA, Watkins KW, Saunders RP. 2010. Correlates of

availability and accessibility of fruits and vegetables in homes of low-income

Hispanic families. Health Education Research. 25(1):97-108.

doi:10.1093/her/cyp044

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2011. Strategi nasional penerapan pola konsumsi

makanan dan aktifitas fisik untuk mencegah penyakit tidak menular. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Dominguez PR, Gamiz F, Gil M, Moreno H, Zamora RM, Gallo M, de Brugada I.

2013. Providing choice increases children’s vegetable intake. Food Quality

and Preference. 30: 108–113. http://dx.doi.org/10.1016/

j.foodqual.2013.05.006

Faber M, Venter SL, Benade AJS. 2001. Increased vitamin A intake in children

aged 2-5 years through targeted home-gardens in a rural South African

community. Public Health Nutrition. 5(1):11-16.doi: 10.1079/PHN2001.

Faber M, Phungula MAS, Venter SL, Dhansay MA, Benade AJS. 2002. Home

gardens focusing on the production of yellow and dark-green leafy vegetables

increase the serum retinol concentrations of 2–5-y-old children in South

Africa. Am J Clin Nutr. 76:1048–54.

Gatto, NM., Ventura, EE., Cook, LT., Gyllenhammer, LE., and Davis, JN. 2012.

LA Sprouts: A garden-based nutrition intervention pilot program influences

motivation and preferences for fruits and vegetables in Latino youth. J Acad

Nutr Diet. 112:913-920.doi: 10.1016/j.jand.2012.01.014

Page 76: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

63

Gibson EL, Wardle J, Watts CJ. 1998. Fruit and vegetable consumption, nutritional

knowledge and beliefs in mothers and children. Appetite. 31(2):205-28.

Hausner H, Olsen A, Møller P. 2012. Mere exposure and flavour–flavour learning

increase 2–3 year-old children’s acceptance of a novel vegetable. Appetite.

58:1152–1159.

Heidemann C, Hoffmann K, Spranger J, Klipstein-Grobusch K, Mohlig M, Pfeiffer

AF, Boeing H. 2005. A dietary pattern protective against type 2 diabetes in

the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC)--

Potsdam Study cohort. Diabetologi. 48(6):1126-34.

[HKI] Helen Keller International. 2010. Homestead food production model

contributes to improved household food security, nutrition and female

empowerment – Experience from scaling-up programs in Asia (Bangladesh,

Cambodia, Nepal and Philippines). Nutrition Bulletin. 8(1):1-8.

Hu FB. 2003., Plant-based foods and prevention of cardiovascular disease: an

overview. Am J Clin Nutr. 78(suppl): 544S-51S.

Hung HC, Joshipura KJ, Jiang R, Hu FB, Hunter D, Stephanie A, Smith-Warner,

Colditz GA, Rosner B, Spiegelman, D, Willett WC. 2004.'Fruit and vegetable

intake and risk of major chronic disease. Journal of the National Cancer

Institute, 96(21): 1577-84. doi: 10.1093/jnci/djh296.

Jago R, Baranowski T, Baranowski JC. 2007. Fruit and vegetable availability: a

micro environmental mediating variable?. Public Health Nutrition. 10(7):

681–689.doi: 10.1017/S1368980007441441.

Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis. New

Jersey (US): Pearson Prentice Hall.

Kamphuis CBM, Giskes K, de Bruijn G-J, Wendel-Vos W, Brug J, van Lenthe FJ.

2006. Environmental determinants of fruit and vegetable consumption among

adults: a systematic review. British Journal of Nutrition. 96(4):620-35. doi:

10.1017/BJN20061896

[Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan

Lestari (KRPL). Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.

Khomsan A, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES. 2009. Studi

Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu serta Perbaikan

Gizi Balita. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor dan Nestle Foundation.

Lechner, L, Brug J, De Vries H. 1997. Misconceptions of fruit and vegetable

consumption: differences between objective and subjective estimation of

intake. JNE. (29): 313-320.

Liu RH. 2003. Health benefits of fruit and vegetables are from additive and

synergistic combinations of phytochemicals. Am J Clin Nutr. 78(3): 517S-20.

Maclellan DL, Gottschall-Pass K, Larsen R. 2004. Fruit and vegetable

consumption: benefits and barriers. Canadian Journal of Dietetic Practice &

Research. 65(3):101-5.

Madanijah S, Triana N. 2007. Hubungan antara status gizi masa lalu anak dan

partisipasi ibu di posyandu dengan kejadian tuberkulosis pada murid taman

kanak-kanak. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(1):29-41.

Page 77: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

64

Marlett JA, McBurney MI, Slavin JL. 2002. Position of the American Dietetic

Association: health implications of dietary fiber. Journal of the American

Dietetic Association. 102(7):993.

Masset E, Haddad L, Cornelius A, Castro JI. 2012. Effectiveness of agricultural

interventions that aim to improve nutritional status of children: systematic

review. BMJ. 344: d8222. doi: 10.1136/bmj.d8222.

McAleese JD, Rankin LL. 2007. Garden based nutrition education affects fruit and

vegetable consumption in sixth-grade adolescents. J Am Diet Assoc. 107:662-

665. doi: 10.1016/j.jada.2007.01.015.

National Health and Medical Research Council. 1999. Dietary Guidelines for Older

Australians, Commonwealth of Australia, Canberra.

Nὂthlings, U et al.. 2008. Intake of Vegetables, Legumes, and Fruit, and Risk for

All-Cause, Cardiovascular, and Cancer Mortality in a European Diabetic

Population. J. Nutr. 138: 775–781.

Olsen A, Ritz C, Kraaij LW, Moller P. 2012. Children’s liking and intake of

vegetable: a school based intervention study. Food Quality and Preference.

23: 90-98. doi:10.1016/j.foodqual.2011.10.004

Patrick H, Theresa A, Nicklas. 2005. A review of family and social determinants of

children’s eating patterns and diet quality. Journal of the American College of

Nutrition. 24(2):83–92.

Pollard CM. 2008. Determinants of fruit and vegetables consumption among adults

in Perth, Western Australia [disertasi]. Perth (AU): Curtin University of

Technology.

Ratcliffe MM. et al. 2011. The effects of school garden experiences on middle

school-aged students’ knowledge, attitudes, and behaviors associated with

vegetable consumption. Health Promotion Practice. 12(1):36-43.

Reinaerts e, de Nooijer J, Candel M, de Vries N. 2007. Explaining school children’s

fruit and vegetable consumption: The contributions of availability,

accessibility, exposure, parental consumption and habit in addition to

psychosocial factors. Appetite. 48: 248–258

Ruel MT, Minot N, Smith L. 2005. Patterns and Determinants of Fruit and

Vegetable Consumption in Sub-Saharan Africa: A Multicountry Comparison.

WHO.

Scaglioni S, Arrizza C, Vecchi F, Tedeschi S. 2011. Determinants of children’s

eating behavior. Am J Clin Nutr. 94(suppl):2006S–11S.

Shadish WR, Cook TD, Campbell DT. 2002. Experimental and quasi experimental

design for generalized causal inference. New York (US): Houghton Mifflin

Company.

Slavin JL, Lloyd B. 2012. Health benefits of fruits and vegetables. Adv. Nutr.

3:506–516. doi:10.3945/an.112.002154.

Uglem S, Frolich W, Stea TH, Wandel M. 2007. Correlates of vegetable

consumption among young men in the Norwegian National Guard. Appetite.

48(1): 46-53.

Van Duyn MA, Pivonka E. 2000. Overview of the health benefits of fruit and

vegetable consumption for the dietetics professional: Selected literature

[review]. J Am Diet Assoc. 100:1511-1521.

Page 78: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

65

Viswanath K & Bond K. 2007. Social determinants and nutrition: reflections on the

role of communication. Journal of Nutrition Education & Behavior. 39(2)

Suppl:S20-4.

Wardle J, Parmenter K, Waller J. 2000. Nutrition knowledge and food intake.

Appetite. 34(3): 269-75.doi: 10.1006/appe.2000.0314.

Watters JL, Satia JA, Galanko JA. 2007. Associations of psychosocial factors with

fruit and vegetable intake among African-Americans. Public Health

Nutrition. 10(7):701-11.

[WHO] World Health Organization. 2013. Exclusive breastfeeding [internet].

[diunduh 2013 Oktober 19]. Tersedia pada:

http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/

[WHO] World Health Organization. 1995. Not enough milk [internet]. [diunduh

2013 Oktober 20]. Tersedia pada:

http://www.who.int/chd/publications/newslet/update/updt-21.htm

Wild VWT, de Graaf C, Jager G. Effectiveness of flavour nutrient learning and

mere exposure as mechanism to increase toddler’s inatek and preference for

green vegetables. Appetite. 64: 89-96.

World Cancer Research Fund/American Institute of Cancer Research. 2007. Food,

Nutrition, Physical Activity, and the Prevention of Cancer: a Global Perspective,

AICR. Washington DC (US).

Page 79: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

66

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Manova konsumsi sayur rumah tangga

data sayur ;

input y1 y2 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8;

if y1=-1 then y1=.; if y2=-1 then y2=.; if x1=-1 then x1=.; if x2=-1 then x2=.;

if x3=-1 then x3=.; if x4=-1 then x4=.; if x5=-1 then x5=.;

if x6=-1 then x6=.; if x7=-1 then x7=.; if x8=-1 then x8=.;

ly1=log(y1+1);ly2=log(y2+1);lx1=log(x1);lx2=log(x2);lx3=log(x3);

lx4=log(x4+1);lx5=log(x5);lx6=log(x6);lx7=log(x7+1);lx8=log(x8+1);

lx1lx2=lx1*lx2; lx1lx3=lx1*lx3; lx1lx4=lx1*lx4;lx1lx5=lx1*lx5;lx1lx6=lx1*lx6;

lx1lx7=lx1*lx7;lx1lx8=lx1*lx8;

lx2lx1=lx2*lx1; lx2lx2=lx2*lx2; lx2lx3=lx2*lx3; lx2lx4=lx2*lx4;lx2lx5=lx2*lx5;lx2lx6=lx2*lx6;

lx2lx7=lx2*lx7;lx2lx8=lx2*lx8;

lx3lx1=lx3*lx1; lx3lx2=lx3*lx2; lx3lx3=lx3*lx3; lx3lx4=lx3*lx4;lx3lx5=lx3*lx5;lx3lx6=lx3*lx6;

lx3lx7=lx3*lx7;lx3lx8=lx3*lx8;

lx4lx1=lx4*lx1; lx4lx2=lx4*lx2; lx4lx3=lx4*lx3; lx4lx4=lx4*lx4;lx4lx5=lx4*lx5;lx4lx6=lx4*lx6;

lx4lx7=lx4*lx7;lx4lx8=lx4*lx8;

lx5lx1=lx5*lx1; lx5lx2=lx5*lx2; lx5lx3=lx5*lx3; lx5lx4=lx5*lx4;lx5lx5=lx5*lx5;lx5lx6=lx5*lx6;

lx5lx7=lx5*lx7;lx5lx8=lx5*lx8;

lx6lx1=lx6*lx1; lx6lx2=lx6*lx2; lx6lx3=lx6*lx3; lx6lx4=lx6*lx4;lx6lx5=lx6*lx5;lx6lx6=lx6*lx6;

lx6lx7=lx6*lx7;lx6lx8=lx6*lx8;

lx7lx1=lx7*lx1; lx7lx2=lx7*lx2; lx7lx3=lx7*lx3; lx7lx4=lx7*lx4;lx7lx5=lx7*lx5;lx7lx6=lx7*lx6;

lx7lx7=lx7*lx7;lx7lx8=lx7*lx8;

lx8lx1=lx8*lx1; lx8lx2=lx8*lx2; lx8lx3=lx8*lx3; lx8lx4=lx8*lx4;lx8lx5=lx8*lx5;lx8lx6=lx8*lx6;

lx8lx7=lx8*lx7;lx8lx8=lx8*lx8;

cards;

100 125 4 28 1 57.75 7 249150 70

0 0 4 25 6 12.4 11 275500 58

425 200 7 23 6 10.76 13 154381 64

30 102 4 27 4 13.9 12 248666.75 52

0 0 3 20 6 0 13 743666.6667 54

396 112 3 23 6 0 13 409089 76

0 350 3 20 6 0 11 689833.3333 74

0 5 20 9

109 0 25 3 0 10 74

0 126 4 30 4 0 10 243212.5 58

0 150 5 30 6 0 7 367160 66

139 200 3 28 6 0 11 704944.3333 70

0 11 4 29 6 17.74 10 396441.75 74

265 6 3 21 9 24.12 14 398000 72

251 212 6 27 6 0 12 442555.6667 74

37 650 3 20 12 50 11 488333.3333 74

0 0 4 22 6 10 13 358091.75 40

80 0 3 22 12 0 12 331889 84

202 162 3 23 6 0 11 84

207 0 8 22 6 35 9 115270.875 80

123 200 7 23 6 35 11 266988 70

35 200 7 21 6 5 10 178811.8571 70

212 50 7 19 9 0 15 197785.7143 70

46 192 5 20 8 489.2 12 372400 70

156 332 4 27 9 0 13 742041.75 66

35 100 5 29 9 100 9 725866.6 76

386 250 9 21 9 16 11 118627.7778 74

36 0 4 23 6 28.8 9 422000 86

Page 80: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

67

486 175 8 31 6 4 11 241327 64

452 25 4 29 6 0 14 604525 64

294 272 5 32 6 0 13 433560 54

332 0 4 25 3 5.1 14 309104.25 36.1 56

150 100 7 30 3 7.16 14 297142.8571 1.15 48

232 237 14 40 6 8.568 13 171214.2857 35.45 86

25 145 5 35 4 0.9 12 335516.6 5.25 70

205 300 5 25 6 0 11 418600 2.45 89.1

0 100 7 20 6 17.8 11 161952.4286 79.75 84

332 3 4 27 3 6 11 360458.25 14.35 75

75 74 4 28 4 10.875 12 383583.25 19 80

150 100 4 25 5 0.93 13 258625 26.15 84

51 37 3 19 6 11.325 13 568111 46.5 84

0 250 3 19 8 44 12 441805.3333 32.5 86

0 56 4 28 3 54 11 448916.5 7.3 62

300 1 3 22 6 5.9778 10 442972 10 84

85 50 3 18 4 7.16 20 351766.6667 2.45 58

287 28 3 18 4 3.8 14 470333.3333 21.05 70

766 145 5 25 4 21.27 8 362200 8.4 70

20 300 3 27 6 13.34 14 401944.3333 24.75 74

216 112 4 33 4 1.67 14 196875 25.85 68

391 49 5 21 4 1.14 13 181916.6 50.35 64

158 320 6 24 3 1.635 13 299055.5 13.7 82

120 0 3 20 6 6.844 10 273777.6667 22.4 86

453 25 3 28 3 25.175 10 474500 13.775 72

335 56 5 27 6 0 11 441733.2 80

80 216 8 45 5 4 13 361708.375 4.75 62.7

57 112 6 30 6 0.412 9 444166.6667 4.2 80

65 200 4 29 6 1.59 9 200875 22.82 80

60 453 5 26 6 1.96 12 450066.6 5 72.5

166 100 3 25 6 1.46 14 246333.3333 4.35 76

418 125 3 20 4 1.65 8 273500 16.8 88

6 37 7 25 6 0.7248 8 191714.2857 17.9 97.5

;

PRoC reg;

model ly1 ly2 = x4 x6 lx2lx1;

mtest x4,x6, lx2lx1;

*mtest ly1-ly2, x4,x6, lx2lx1;

proc reg;

model ly1 ly2 = x4 x6 lx2lx1;

run;

The SAS System 13:47 Thursday, January 13, 2014 21 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly1 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 33.79219 11.26406 2.71 0.0580 Error 40 166.44720 4.16118 Corrected Total 43 200.23939

Page 81: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

68

Root MSE 2.03990 R-Square 0.1688 Dependent Mean 4.12662 Adj R-Sq 0.1064 Coeff Var 49.43269 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 5.19950 1.59767 3.25 0.0023 x4 1 -0.03903 0.02222 -1.76 0.0866 x6 1 -0.00000382 0.00000200 -1.91 0.0632 lx2lx1 1 0.12253 0.24187 0.51 0.6152

The SAS System 13:47 Thursday, January 13, 2014 22 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly2 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 23.12059 7.70686 2.88 0.0476 Error 40 106.92569 2.67314 Corrected Total 43 130.04627 Root MSE 1.63497 R-Square 0.1778 Dependent Mean 4.17857 Adj R-Sq 0.1161 Coeff Var 39.12757 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 0.96150 1.28053 0.75 0.4571 x4 1 0.00691 0.01781 0.39 0.6999 x6 1 0.00000117 0.00000160 0.73 0.4691 lx2lx1 1 0.56729 0.19386 2.93 0.0056

The SAS System 13:47 Thursday, January 13, 2014 23

The REG Procedure Model: MODEL1 Multivariate Test 1 Multivariate Statistics and F Approximations S=2 M=0 N=18.5 Statistic Value F Value Num DF Den DF Pr > F Wilks' Lambda 0.68498021 2.71 6 78 0.0193 Pillai's Trace 0.34466899 2.78 6 80 0.0167 Hotelling-Lawley Trace 0.41661143 2.68 6 50.261 0.0248 Roy's Greatest Root 0.21862618 2.92 3 40 0.0459

Page 82: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

69

NOTE: F Statistic for Roy's Greatest Root is an upper bound. NOTE: F Statistic for Wilks' Lambda is exact. The SAS System 13:47 Thursday, January 13, 2014 24 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly1 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 33.79219 11.26406 2.71 0.0580 Error 40 166.44720 4.16118 Corrected Total 43 200.23939 Root MSE 2.03990 R-Square 0.1688 Dependent Mean 4.12662 Adj R-Sq 0.1064 Coeff Var 49.43269 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 5.19950 1.59767 3.25 0.0023 x4 1 -0.03903 0.02222 -1.76 0.0866 x6 1 -0.00000382 0.00000200 -1.91 0.0632 lx2lx1 1 0.12253 0.24187 0.51 0.6152 The SAS System 13:47 Thursday, January 13, 2014 25 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly2 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 3 23.12059 7.70686 2.88 0.0476 Error 40 106.92569 2.67314 Corrected Total 43 130.04627 Root MSE 1.63497 R-Square 0.1778 Dependent Mean 4.17857 Adj R-Sq 0.1161 Coeff Var 39.12757 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 0.96150 1.28053 0.75 0.4571 x4 1 0.00691 0.01781 0.39 0.6999 x6 1 0.00000117 0.00000160 0.73 0.4691

lx2lx1 1 0.56729 0.19386 2.93 0.0056

Page 83: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

70

Lampiran 2. Hasil Manova asupan vitamin A dan C balita

data sayur ;

input y1 y2 x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10;

if y1=-1 then y1=.; if y2=-1 then y2=.;

if x1=-1 then x1=.; if x2=-1 then x2=.;

if x3=-1 then x3=.; if x4=-1 then x4=.; if x5=-1 then x5=.;

if x6=-1 then x6=.; if x7=-1 then x7=.; if x8=-1 then x8=.;

if x9=-1 then x9=.; if x10=-1 then x10=.;

ly1=log(y1+1);ly2=log(y2+1); ly3=log(y3+1); ly4=log(y4+1); ly5=log(y5+1);

lx1=log(x1);lx2=log(x2);lx3=log(x3);

lx4=log(x4+1);lx5=log(x5);lx6=log(x6);lx7=log(x7+1);lx8=log(x8+1);

lx9=log(x9+1);lx10=log(x10+1);

lx1lx2=lx1*lx2; lx1lx3=lx1*lx3; lx1lx4=lx1*lx4;lx1lx5=lx1*lx5;lx1lx6=lx1*lx6;

lx1lx7=lx1*lx7;lx1lx8=lx1*lx8;lx1lx9=lx1*lx9;lx1lx10=lx1*lx10;

lx2lx1=lx2*lx1; lx2lx2=lx2*lx2; lx2lx3=lx2*lx3; lx2lx4=lx2*lx4;lx2lx5=lx2*lx5;lx2lx6=lx2*lx6;

lx2lx7=lx2*lx7;lx2lx8=lx2*lx8;lx2lx9=lx2*lx9;lx2lx10=lx2*lx10;

lx3lx1=lx3*lx1; lx3lx2=lx3*lx2; lx3lx3=lx3*lx3; lx3lx4=lx3*lx4;lx3lx5=lx3*lx5;lx3lx6=lx3*lx6;

lx3lx7=lx3*lx7;lx3lx8=lx3*lx8;lx3lx9=lx3*lx9;lx3lx10=lx3*lx10;

lx4lx1=lx4*lx1; lx4lx2=lx4*lx2; lx4lx3=lx4*lx3; lx4lx4=lx4*lx4;lx4lx5=lx4*lx5;lx4lx6=lx4*lx6;

lx4lx7=lx4*lx7;lx4lx8=lx4*lx8;lx4lx9=lx4*lx9;lx4lx10=lx4*lx10;

lx5lx1=lx5*lx1; lx5lx2=lx5*lx2; lx5lx3=lx5*lx3; lx5lx4=lx5*lx4;lx5lx5=lx5*lx5;lx5lx6=lx5*lx6;

lx5lx7=lx5*lx7;lx5lx8=lx5*lx8;lx5lx9=lx5*lx9;lx5lx10=lx5*lx10;

lx6lx1=lx6*lx1; lx6lx2=lx6*lx2; lx6lx3=lx6*lx3; lx6lx4=lx6*lx4;lx6lx5=lx6*lx5;lx6lx6=lx6*lx6;

lx6lx7=lx6*lx7;lx6lx8=lx6*lx8;lx6lx9=lx6*lx9;lx6lx10=lx6*lx10;

lx7lx1=lx7*lx1; lx7lx2=lx7*lx2; lx7lx3=lx7*lx3; lx7lx4=lx7*lx4;lx7lx5=lx7*lx5;lx7lx6=lx7*lx6;

lx7lx7=lx7*lx7;lx7lx8=lx7*lx8;lx7lx9=lx7*lx9;lx7lx10=lx7*lx10;

lx8lx1=lx8*lx1; lx8lx2=lx8*lx2; lx8lx3=lx8*lx3; lx8lx4=lx8*lx4;lx8lx5=lx8*lx5;lx8lx6=lx8*lx6;

lx8lx7=lx8*lx7;lx8lx8=lx8*lx8;lx8lx9=lx8*lx9;lx8lx10=lx8*lx10;

lx9lx1=lx9*lx1; lx9lx2=lx9*lx2; lx9lx3=lx9*lx3; lx9lx4=lx9*lx4;lx9lx5=lx9*lx5;lx9lx6=lx9*lx6;

lx9lx7=lx9*lx7;lx9lx8=lx9*lx8;lx9lx9=lx9*lx9;lx9lx10=lx9*lx10;

lx10lx1=lx10*lx1; lx10lx2=lx10*lx2; lx10lx3=lx10*lx3;

lx10lx4=lx10*lx4;lx10lx5=lx10*lx5;lx10lx6=lx10*lx6;

lx10lx7=lx10*lx7;lx10lx8=lx10*lx8;lx10lx9=lx10*lx9;lx10lx10=lx10*lx10;

cards;

69.6 17.1 4 28 1 57.75 7 249150 70 8.5 1

56.0 2.4 4 25 6 12.4 11 275500 58 8.5 1

157.5 2.0 7 23 6 10.76 13 154381 64 4 1

287.8 6.2 4 27 4 13.9 12 248666.75 52 6.5 1

689.8 26.2 3 20 6 0 13 743666.6667 54 6 1

179.0 35.5 3 23 6 0 13 409089 76 8.5 1

484.2 20.2 3 20 6 0 11 689833.3333 74 10 1

5 20 9

149.1 33.3 25 3 0 10 74 9 2

339.1 20.5 4 30 4 0 10 243212.5 58 7 1

226.6 2.7 5 30 6 0 7 367160 66 7 1

686.3 53.8 3 28 6 0 11 704944.3333 70 9.5 1

285.0 1.7 4 29 6 17.74 10 396441.75 74 7 1

110.8 3.4 3 21 9 24.12 14 398000 72 8.5 1

2.1 3.7 6 27 6 0 12 442555.6667 74 6 1

799.8 37.1 3 20 12 50 11 488333.3333 74 9 1

12.8 0.0 4 22 6 10 13 358091.75 40 8 1

507.1 7.7 3 22 12 0 12 331889 84 10 1

465.1 5.0 3 23 6 0 11 84 8 1

139.7 1.8 8 22 6 35 9 115270.875 80 9 1

318.2 10.2 7 23 6 35 11 266988 70 7 1

325.6 17.2 7 21 6 5 10 178811.8571 70 7 1

357.1 14.1 7 19 9 0 15 197785.7143 70 6 1

Page 84: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

71

414.6 28.2 5 20 8 489.2 12 372400 70 8 1

950.3 20.0 4 27 9 0 13 742041.75 66 10 1

234.4 7.6 5 29 9 100 9 725866.6 76 10 1

939.5 22.2 9 21 9 16 11 118627.7778 74 6.5 2

217.0 2.2 4 23 6 28.8 9 422000 86 10 1

452.6 47.1 8 31 6 4 11 241327 64 8 1

307.5 7.0 4 29 6 0 14 604525 64 8.5 1

263.2 5.9 5 32 6 0 13 433560 54 8 1

528.5 32.9 4 25 3 5.1 14 309104.2536.1 56 7 1

723.2 48.2 7 30 3 7.16 14 297142.8571 1.15 48 7 1

756.2 42.5 14 40 6 8.568 13 171214.2857 35.45 86 8 1

279.2 12.4 5 35 4 0.9 12 335516.6 5.25 70 5.5 1

492.3 43.3 5 25 6 0 11 418600 2.45 89.1 9 1

273.8 32.9 7 20 6 17.8 11 161952.4286 79.75 84 8.5 1

19.7 8.8 4 27 3 6 11 360458.25 14.35 75 8 1

301.3 30.1 4 28 4 10.875 12 383583.25 19 80 8 1

27.8 1.1 4 25 5 0.93 13 258625 26.15 84 10 1

364.6 2.8 3 19 6 11.325 13 568111 46.5 84 9 1

596.5 37.7 3 19 8 44 12 441805.3333 32.5 86 8.5 1

427.3 28.5 4 28 3 54 11 448916.5 7.3 62 7 1

47.5 1.4 3 22 6 5.9778 10 442972 10 84 9 1

84.8 7.8 3 18 4 7.16 20 351766.6667 2.45 58 9 1

53.4 3.1 3 18 4 3.8 14 470333.3333 21.05 70 8 1

364.7 31.0 5 25 4 21.27 8 362200 8.4 70 7 1

372.1 6.2 3 27 6 13.34 14 401944.3333 24.75 74 10 1

131.4 1.8 4 33 4 1.67 14 196875 25.85 68 9 1

211.8 1.2 5 21 4 1.14 13 181916.6 50.35 64 8.5 1

976.3 23.9 6 24 3 1.635 13 299055.5 13.7 82 8.5 1

28.7 2.8 3 20 6 6.844 10 273777.6667 22.4 86 10 1

160.8 1.7 3 28 3 25.175 10 474500 13.775 72 8.5 1

392.3 25.0 5 27 6 0 11 441733.2 80 9.5 1

42.7 1.1 8 45 5 4 13 361708.375 4.75 62.7 9 1

270.9 4.4 6 30 6 0.412 9 444166.6667 4.2 80 5 1

97.9 0.0 4 29 6 1.59 9 200875 22.82 80 8.5 1

787.8 12.5 5 26 6 1.96 12 450066.6 5 72.5 9 1

361.0 52.6 3 25 6 1.46 14 246333.3333 4.35 76 9 1

97.5 2.7 3 20 4 1.65 8 273500 16.8 88 8.5 1

1103.1 11.0 7 25 6 0.7248 8 191714.2857 17.9 97.5 7.5 1

;

PRoC reg;

model ly1 ly2 = x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10;

mtest x1,x2,x3,x4,x5,x6,x7,x8,x9,x10;

*mtest ly1-ly2, x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10;

proc reg;

model ly1 ly2 = x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10;

run; The SAS System 14:44 Thursday, January 13, 2014 40 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly1 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44

Page 85: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

72

Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 33.75434 3.37543 3.18 0.0058 Error 33 34.98336 1.06010 Corrected Total 43 68.73770 Root MSE 1.02961 R-Square 0.4911 Dependent Mean 5.37054 Adj R-Sq 0.3368 Coeff Var 19.17147 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 2.75132 1.71851 1.60 0.1189 x1 1 0.30100 0.10505 2.87 0.0072 x2 1 0.01331 0.04117 0.32 0.7485 x3 1 0.28094 0.11717 2.40 0.0223 x4 1 0.00868 0.01245 0.70 0.4906 x5 1 -0.00562 0.04695 -0.12 0.9054 x6 1 0.00000235 0.00000134 1.75 0.0886 x7 1 -0.00854 0.01014 -0.84 0.4060 x8 1 -0.01509 0.00759 -1.99 0.0553 x9 1 0.00455 0.01014 0.45 0.6564 x10 1 -0.00453 0.00115 -3.94 0.0004

The SAS System 14:44 Thursday, January 13, 2014 41 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly2 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 22.10748 2.21075 2.14 0.0489 Error 33 34.04124 1.03155 Corrected Total 43 56.14872 Root MSE 1.01565 R-Square 0.3937 Dependent Mean 2.31025 Adj R-Sq 0.2100 Coeff Var 43.96288 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 1.09709 1.69521 0.65 0.5220 x1 1 0.32734 0.10363 3.16 0.0034 x2 1 -0.01427 0.04061 -0.35 0.7276 x3 1 0.08183 0.11558 0.71 0.4839 x4 1 0.01723 0.01228 1.40 0.1697 x5 1 -0.01502 0.04631 -0.32 0.7478 x6 1 0.00000265 0.00000132 2.00 0.0533

Page 86: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

73

x7 1 -0.01197 0.01001 -1.20 0.2402 x8 1 -0.01344 0.00749 -1.79 0.0819 x9 1 -0.00113 0.01000 -0.11 0.9109 x10 1 -0.00263 0.00114 -2.32 0.0270 The SAS System 14:44 Thursday, January 13, 2014 42 The REG Procedure Model: MODEL1 Multivariate Test 1 Multivariate Statistics and F Approximations S=2 M=3.5 N=15 Statistic Value F Value Num DF Den DF Pr > F Wilks' Lambda 0.38955550 1.93 20 64 0.0252 Pillai's Trace 0.71262280 1.83 20 66 0.0355 Hotelling-Lawley Trace 1.30473372 2.04 20 50.35 0.0214 Roy's Greatest Root 1.05645586 3.49 10 33 0.0032 NOTE: F Statistic for Roy's Greatest Root is an upper bound. NOTE: F Statistic for Wilks' Lambda is exact. The SAS System 14:44 Thursday, January 13, 2014 43 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly1 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 33.75434 3.37543 3.18 0.0058 Error 33 34.98336 1.06010 Corrected Total 43 68.73770 Root MSE 1.02961 R-Square 0.4911 Dependent Mean 5.37054 Adj R-Sq 0.3368 Coeff Var 19.17147 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 2.75132 1.71851 1.60 0.1189 x1 1 0.30100 0.10505 2.87 0.0072 x2 1 0.01331 0.04117 0.32 0.7485 x3 1 0.28094 0.11717 2.40 0.0223 x4 1 0.00868 0.01245 0.70 0.4906 x5 1 -0.00562 0.04695 -0.12 0.9054 x6 1 0.00000235 0.00000134 1.75 0.0886 x7 1 -0.00854 0.01014 -0.84 0.4060 x8 1 -0.01509 0.00759 -1.99 0.0553 x9 1 0.00455 0.01014 0.45 0.6564 x10 1 -0.00453 0.00115 -3.94 0.0004

Page 87: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

74

The SAS System 14:44 Thursday, January 13, 2014 44 The REG Procedure Model: MODEL1 Dependent Variable: ly2 Number of Observations Read 44 Number of Observations Used 44 Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 22.10748 2.21075 2.14 0.0489 Error 33 34.04124 1.03155 Corrected Total 43 56.14872 Root MSE 1.01565 R-Square 0.3937 Dependent Mean 2.31025 Adj R-Sq 0.2100 Coeff Var 43.96288 Parameter Estimates Parameter Standard Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Intercept 1 1.09709 1.69521 0.65 0.5220 x1 1 0.32734 0.10363 3.16 0.0034 x2 1 -0.01427 0.04061 -0.35 0.7276 x3 1 0.08183 0.11558 0.71 0.4839 x4 1 0.01723 0.01228 1.40 0.1697 x5 1 -0.01502 0.04631 -0.32 0.7478 x6 1 0.00000265 0.00000132 2.00 0.0533 x7 1 -0.01197 0.01001 -1.20 0.2402 x8 1 -0.01344 0.00749 -1.79 0.0819 x9 1 -0.00113 0.01000 -0.11 0.9109 x10 1 -0.00263 0.00114 -2.32 0.0270

Page 88: PENGARUH PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN PENYULUHAN … · Sayur dan buah merupakan salah satu komponen diet yang sehat ... dan penyuluhan terhadap konsumsi sayur ... tidak menular (PTM)

75

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 5 Mei 1984 sebagai anak ke

empat dari pasangan Nandang Kusoy dan Nurlaela. Pendidikan Sarjana ditempuh di

Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2006. Pada Tahun 2011, penulis diterima di

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB dan

menamatkannya pada tahun 2014. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari

Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui

program beasiswa unggulan. Penulis bekerja sebagai staf administrasi pendidikan

dan asisten mata kuliah di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor.

Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul Faktor Risiko Kegemukan Pada

Wanita Dewasa Indonesia pada Jurnal Gizi dan Pangan Vol 8, No 1, Maret 2013.

Karya ilmiah tersebut juga terpilih untuk disajikan sebagai oral presentation pada

Seminar Nasional Pangan dan Gizi di Jakarta pada tanggal 27 Juni 2013. Karya

ilmiah dengan judul Ecological Risk Factors of Overweight Women in Indonesia:

Implications for Nutrition and Wellness Changing Behaviors disajikan dalam

bentuk poster presentation pada IUNS 20th International Congress of Nutrition di

Granada, Spanyol pada tanggal 15-20 September 2013. Satu artikel dengan judul

Nutrition Extension and Home Garden Intervention in Posyandu: Impact on

Nutrition Knowledge, Vegetable Consumption, and Intake of Vitamin A telah

diterima untuk diterbitkan (accepted) di Pakistan Journal of Nutrition pada tahun

2014. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S-2 penulis.