pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya …
TRANSCRIPT
1
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYAPEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO
KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA
MUH IQBAL105960118312
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
2
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYAPEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO
KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA
MUH IQBAL105960118312
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianStrata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
3
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai UpayaPemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Nama : Muh Iqbal
Nomor Stambuk : 105960118312
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Amruddin, S.Pt,M.Si. Khaeriyah Darwis, S.P,M.Si.
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
Ir H Saleh Molla.M.M. Amruddin .S.Pt,M.Si.
4
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi : Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai UpayaPemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Nama : Muh Iqbal
Nomor Stambuk : 105960118312
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Amruddin, S.Pt.M,SiKetua Sidang
2. Khaeriyah Darwis, S.P.M.SiSekretaris
3. Prof Dr Syafiuddin,M.SiAnggota
4. Syatir,S.P.M.SiAnggota
Tanggal Lulus : .......................................................................
5
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa adalah benar merupakan
hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Maret 2016
Muh Iqbal
105960118312
6
ABSTRAK
MUH IQBAL.105960118312. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai UpayaPemenuhan Kebutuhan Keluarga, di Desa Kanjilo Kecamatan BarombongKabupaten Gowa. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan KHAERIYAH DARWIS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan lahanpekarangan selama ini, dan bagaimana cara penduduk dalam pemanfaatan lahanpekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
Pengambilan populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yangmempunyai lahan pekarangan di Desa Kanjilo tersebut berjumlah 202 orang,sampel dalam penenlitian ini dilakukan secara simpel random sampling denganmengambil sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi, sehingga diperoleh 30responden sebagai sampel dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan analisisscoring.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan diDesa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, masuk dalam kategoribaik dengan range 66,7 dan interval 33,3, sehingga memiliki peluang untuk terusdipelihara dan dipertahankan dengan menggunakan pemanfaatan lahanpekarangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan keluarga.Teknik yang digunakandalam pemanfaatan lahan pekarangan sangat mudah, media tanam dan bahantanam yang mudah didapatkan. Dimanfaatkan lahan pekarangan dengan berbagaijenis tanaman sayuran, toga, dan rempah yang dapat memenuhi kebutuhankeluarga dalam sehari-hari dan mendatangkan keuntungan secara finansial bagipenduduk Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamban-Nya.Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyussunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang
terhormat:
1.Amruddin S.Pt.M.Si, selaku pembimbing I dan Khaeriyah Darwis,S.P .M.Si,
selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan penulis,sehingga skripsi dapat di selesaikan.
2.Bapak Ir.Saleh Molla,M,M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3.Bapak Amruddin, S.Pt.M.Si selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
8
4.Kedua orang tua ayahanda Muh Jufri dan ibunda Ernawati, dan adik-adikku
tercinta, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril
maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.Seluruh dosen jurusan agribisnis difakultas pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
6.Kepada pihak pemerintah Kecamatan Barombong khususnya Kepala Desa
Kanjilo beserta jajaranya yang telah mengisinkan penulis untuk melakukan
penelitian didaerah tersebut.
7.Semua pihak yang telah membantu penyunan skripsi ini dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak
yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang
membutuhkan.semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya,
Amin.
Makassar, Maret 2016
Muh Iqbal
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ........................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
I.PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 6
II.TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8
2.1 Lahan dan penggunaan lahan ................................................................ 8
2.2 klasifikasi areal lahan pekarangan ......................................................... 11
2.3 Pertumbuhan ekonomi pedesaan ........................................................... 12
2.4 Pemanfaatan pekarangan rumah ............................................................ 14
2.5 Partisipasi IRT dalam pemanfaatan lahan pekarangan .......................... 15
10
2.6 Manfaat dari pemanfaatan lahan pekarangan ........................................ 17
27 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 23
III.METODE PENELITIAN ........................................................................... 24
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 24
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel ............................................................ 24
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25
3.4 Sumber Data .......................................................................................... 26
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 27
3.6 Defenisi Operasional ............................................................................. 30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 32
4.1 Kondidi geografis .................................................................................. 32
4.2 Kondisi demografis ............................................................................... 33
4.3 Keadaan penduduk ................................................................................ 33
4.3.1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ................................. 33
4.3.2 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur .................................. 34
4.3.3 Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan ........................ 36
4.3.4 Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian ........................ 37
4.4 Kondisi pertanian ................................................................................... 39
4.5 Sarana dan prasarana .............................................................................. 40
V.HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 42
5.1 Identitas responden ................................................................................. 42
5.1.1 Tingkat umur responden ................................................................ 42
5.1.2 Tingkat pendidikan responden ........................................................ 44
5.1.3 Jumlah tanggungan keluarga responden ......................................... 45
11
5.1.4 Pengalaman berusahatani lahan pekarangan ................................. 46
5.1.5 Luas lahan pekarangan .................................................................. 48
5.2 Analisis pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upayapemenuhan kebutuhan keluarga .......................................................... 50
5.3 Hasil analisis pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upayapemenuhan kebutuhan keluarga ......................................................... 57
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 75
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 75
6.2 Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... vi
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12
DAFTAR TABEL
Nomor Teks halaman
1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ...................................... 33
2. Jumlah penduduk menurut golongan umur ......................................... 34
3. Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan ............................. 35
4. Jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian ............................ 37
5. Sebaran responden berdasarkan berdasarkan tingkat umur ................ 43
6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ........................... 44
7. Sebaran responden berdasarkan tanggungan keluarga ........................ 46
8. Sebaran responden berdasarkan pengalaman dalam memanfatkanlahan pekarangan ................................................................................. 47
9. Sebaran responden berdasarkan jumlah luas lahan pekarangan ......... 48
10. Sebaran responden berdasarkan hasil panen jenis tanaman ................ 51
11. Sebaran responden berdasarkan hasil penerimaan keuntungan hasilpanen ................................................................................................... 56
12. Persepsi responden terhadap pemanfaatan lahan pekarangan ............. 58
13. Persepsi responden berdasarkan jawaban sesuai ................................. 59
14. Persepsi responden berdasarkan jawaban netral ................................. 64
15. Persepsi responden berdasarkan jawaban tidak sesuai ........................ 68
16. Alternatif hasil jawaban responden .................................................... 71
17. Hasil akhir berdasarkan analisis scoring ............................................. 72
13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Koesioner pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhankebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan BarombongKabupaten Gowa .................................................................................. 76
2. Sebaran responden pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upayapemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo KecamatanBarombong Kabupatan Gowa ................................................................ 81
3. Sebaran responden berdasarkan modal dan jenis tanaman di DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ............................... 82
4. Sebaran responden berdasarkan jenis tanaman yang dimanfaatkan ...... 83
5. Hasil pemberian kriterian dan scor dari tiap responden ......................... 85
6. Cara mengolah data berdasarkan analisis scoring .................................. 86
7. Dokumentasi hasil penelitian pemanfaatan lahan pekarangan ............... 88
8. Peta lokasi penelitian .............................................................................. 92
9. Surat izin penelitian ................................................................................ 93
14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kondisi umum lahan di Indonesia semakin kritis khususnya lahan
pertanian. Lahan pertanian yang tadinya gembur subur dan kaya akan unsur-unsur
hara menjadi keras dan tandus, bahkan Indonesia tercatat dalam 10 besar Negara
yang miskin hara. Ironis sebuah negara agraris (pertanian) yang ternyata sebagian
besar lahannya dalam kondisi kritis.
Keras dan tandusnya lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh banyak
faktor yang utamanya adalah penumpukan bahan-bahan kimia sisa penggunaan
pupuk dan pestisida kimia (an-organik) sebelumnya yang tidak larut dan terikat
selama bertahun-tahun. Bahkan menurut penelitian terbaru, meskipun penggunaan
pupuk kimia dapat meningkatkan hasil panen secara signifikan, namun hasil
tersebut hanya bersifat temporer (sementara), sedangkan penggunaan pupuk kimia
secara membabi buta dandalam jangka panjang bukan saja mengeksploitasi unsur
hara yang terdapat pada tanah namun juga mengakibatkan lahan menjadi keras
dan menurun tingkat kesuburannya, hingga berujung menjadi padang pasir yang
gersang, juga mengurangi kualitas air tanah, serta membahayakan kesehatan
makhluk hidup lainnya termasuk manusia dan pelaku pertanian itu sendiri.
Itulah kondisi yang tengah dialami oleh lahan pertanian kita, dan secara
nyata hasil pertanian pun mengalami penurunan dari segi jumlah dan kualitas.
Sementara usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memberikan pupuk
15
kimia pada tanah yang keras tidak dapat diserap oleh tanaman secara optimal
(Keraf, 2010).
Tindak lanjut dari kekhawatiran tersebut kemudian terwujud dengan
terjunnya para pakar dan ilmuwan sosial dan pembangunan dibidang pertanian
terjun ke masyarakat Desa untuk mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya
kelestarian dan keberlanjutan pembangunan pertanian. Kelestarian yang dimaksud
adalah suatu aktivitas yang tujuannya untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan secara wajar. Wajar dalam arti kemajuan yang dicapai tidak
merusak lingkungan. Dengan demikian pembangunan pertanian yang dicita-
citakan adalah aktivitas pertanian yang senantiasa menjaga keselarasan dengan
alam sekitar dan dalam perspektif kemanusiaan adalah pembangunan yang
berhasil melestarikan fungsi pertanian sebagai sumber penghidupan bagi segenap
lapisan masyarakat tanpa mengenal adanya strata sosial .
Pembangunan pertanian yang selaras dengan lingkungan tercermin pada
rumah tangga petani. Aktivitas pertanian, termasuk dalam hal ini adalah
pemanfaatan lahan pekarangan dianggapnya sebagai upaya mereka untuk
senantiasa menjaga kelestarian lingkungan dan salah satu solusi terjadinya alih
fungsi lahan. Lahan yang ada disekitar pemukiman dimanfaatkan untuk
menghasilkan kebutuhan rumah tangga, tanpa harus bergantung pada komoditi
yang dijual pada pasar. Disinilah pentingnya tulisan ini, bahwa ternyata ditengah
kemajuan dan gempuran modernisasi berserta variabel pengikutnya, masih ada
masyarakat yang senantiasa berpikir dan bertindak untuk senantiasa menjaga
keseimbangan lingkungan.
16
Peningkatan jumlah penduduk menuntut penyediaan bahan pangan yang
cukup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan mulai dari rumah tangga.
Salah satu upaya memenuhi kebutuhan pangan dirumah tangga dapat
memanfaatkan pekarangan.
Pekarangan adalah taman rumah tradisional yang bersifat pribadi, yang
merupakan sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang erat antara manusia,
tanaman, dan hewan. Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari
lahan yang relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-
umbian, sayuran, buah-buahan, bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan
tangan serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun
ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat:
memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan
juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Pemanfaatan
pekarangan dapat memiliki manfaat : (1) Kemandirian pangan rumah tangga pada
suatu kawasan, (2) Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal, (3)
Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan,
hortikultura untuk masa yang akan datang, (4) Kesejahteraan petani dan
masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan Lestari, (5)
Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit
terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak,
unggas, ikan dan lainnya, (6) Antisipasi dampak perubahan iklim.
Berbagai program untuk mendukung ketahanan pangan telah banyak
diluncurkan. Beberapa dekade lalu sudah pernah diimplementasikan oleh
17
pemerintah melalui program PKK dan Dasa Wisma, namun sempat ditinggalkan.
kemudian berlanjut ke program ketahanan pangan dan gizi terpadu, melalui
program Plan International Indonesia. Sekarang mulai dicanangkan lagi
pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketersediaan pangan dan gizi
ditingkat rumah tangga.
Gerakan nasional kawasan rumah pangan lestari (KRPL) telah dilounching
Presiden tanggal 13 Januari 2012 di Pacitan Jawa Timur untuk direplikasikan
ditiap provinsi. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut.
“Model kawasan rumah pangan lestari” (M-KRPL) dengan prinsip pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi
keluarga. Ketiga program tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
meningkatkan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan meningkatkan pola
pangan harapan (PPH). Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
KRPL) terdapat komponen diversifikasi Pangan untuk penganekaragaman
konsumsi pangan dari bahan baku pangan lokal non beras untuk peningkatan gizi
keluarga.
Program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP),
gerakan perempuan untuk optimalisasi pekarangan (GPOP) dan model kawasan
rumah pangan lestari (M-KRPL) punya tujuan sama yaitu menggerakan
perempuan dan optimalisasi pekarangan.
Pemberdayaan pekarangan untuk menyediakan kebutuhan pangan dan gizi
keluarga untuk ditanami cabai keriting, cabai rawit, aneka sayuran, tanaman obat
dan tanaman hias, selebihnya dapat dijual untuk pendapatan keluarga. Model
18
kawasan rumah pangan lestari (M-KRPL) dalam pelaksanaannya perlu didukung
oleh instansi terkait, perangkat Desa dan elemen masyarakat.
Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari
keseluruhan luas lahan pertanian, dan khusus Provinsi Kalimantan Barat
mempunyai potensi lahan pekarangan sekitar 10 ribu ha. Luasan tersebut belum
termanfaatkan lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia
bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi khususnya
komoditas pangan.
Program pemanfaatan lahan pekarangan untuk memperkuat ketahanan
pangan mencapai 500 ribu ha yang akan diluncurkan oleh pemerintah pusat.
Pemanfaatan lahan pekarangan ini difokuskan pada tanaman yang menjadi
kebutuhan sehari-hari meliputi umbi-umbian, tanaman toga, produk hortikultura
seperti sayuran, cabai, tomat, dan perternakan/perikanan, sekaligus untuk
diversifikasi produk pangan masyarakat.
Selama ini masyarakat pedesaan khususnya masayarkat di Desa Kanjilo,
pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga
belum dapat berlangsung dalam waktu yang lama dan perkembangnnya hingga
sekarang masih dijumpai berbagai pergeseran. (Keraf,2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diurai sebelumnya, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
19
1. Bagaimana penggunaan lahan pekarangan penduduk selama ini di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong kabupaten Gowa ?
2. Bagaimana cara penduduk dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui penggunaan lahan pekarangan penduduk selama ini di Desa
Kanjilo Kecamtan Barombong Kabupaten Gowa.
2. Mengetahui cara penduduk dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Secara teoritis akademis, penelitian ini berguna sebagai syarat dalam
menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammsadiyah Makassar
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
petani yang mengusahakan lahan pekarangan pada khususnya
pemanfaatan lahan pekarangan dalam rangka memenuhi kebutuhan
keluarga.
20
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan merupakan lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukunganya, terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisik meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik
meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 2002).
Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh
berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik dimasa lalu maupun saat
sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau
tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan yang optimal
memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut
disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan
karakteristik dan kualitas lahannya, bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan
secara lestari dan berkesinambungan.
Menurut Jayadinata (2001) lahan merupakan tanah yang sudah ada
peruntukannya dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau
lembaga untuk dapat diusahakan.
Pada peta tanah atau peta sumber daya lahan, hal tersebut dinyatakan dalam
satuan peta yang dibedakan berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya terdiri atas
iklim, termasuk litologi, topografi/relief, tanah /atau hidrologi. Pemisahan satuan
21
lahan/tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi potensi atau
kesesuaian lahan bagi suatu tipe penggunaan lahan.
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang
dirinci ke dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu
atau lebih karakteristik lahan . Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai
hubungan satu sama lain didalam pengertian kualitas lahan. dan akan berpengaruh
terhadap jenis penggunaan dan pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang
berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap
karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi kehidupan manusia
(Christian dan Stewart, 2007). Secara lebih rinci, istilah lahan dapat didefinisikan
sebagai suatu wilayah dipermukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer
yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah
wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi,
tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia
dimasa lalu dan sekarang yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan
lahan oleh manusia pada saat sekarang dan dimasa mendatang (Brinkman dan
Smyth, 2001 dan FAO, 2002).
Lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas komponen
struktural yang sering disebut karakteristik lahan, dan komponen fungsional
yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan ini pada hakekatnya
merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat
kemampuan dan kesesuaian lahan (FAO, 2011).
22
Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang
terorganisir secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran
tertentu. Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai
sumberdaya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sys (2009) mengemukakan enam kelompok besar
sumberdaya lahan yang paling penting bagi pertanian, yaitu iklim, relief dan
formasi geologis, tanah, air, vegetasi, dan anasir artifisial (buatan).
Konteks pendekatan sistem untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
lahan, setiap komponen lahan atau sumberdaya lahan tersebut diatas dapat
dipandang sebagai suatu subsistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem
lahan. Selanjutnya setiap subsistem ini tersusun atas banyak bagian-bagiannya
atau karakteristi--karakteristiknya yang bersifat dinamis (Soemarno, 2010).
Penggunaan lahan menurut Arsyad (2003:207) penggunaan lahan (land use)
diartikan sebagai bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil
Sedangkan pengertian penggunaan lahan yang dikemukakan oleh Vink dalam
Sitorus (2004:176) yaitu setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber
daya lahan baik yang sifatnya tetap atau permanen ataupun merupakan daur yang
bertujuan memenuhi kebutuhan material maupun spiritual ataupun keduanya.
Menurut Arsyad (2003:2007) “Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan
lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat berupa
permukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan lain-lain.
23
Melihat pengertian penggunaan lahan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan lahan sangat berhubungan erat dengan budaya dan kegiatan
manusia terhadap sumber daya lahan. Sebagai hasil dari budaya manusia maka
penggunaan lahan sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan kehidupan
manusia dan budayanya.
2.2 Klasifikasi Area lahan Pekarangan
Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat
dibagi menjadi:
1. Daerah umum (public area). Taman yang kita buat dimaksudkan pada area
ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja
yang lewat didepan atau disekitar rumah kita.
2. Daerah kesibukan (service area). Taman yag kita buat pada area ini adalah
untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian,
mencuci piring atau lainnya. Pada area ini pun dapat ditanam tanaman
bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-
obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain. Biasanya daerah ini
diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu
pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula
tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu
atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil
bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain.
24
apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan,
terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.
1. Daerah pribadi (private area). Daerah ini kita buat taman yang khusus
untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman
hobbinya tempat “bertukang”, melakukan penelitian yang paling hemat,
aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan
disamping rumah.
2. Daerah famili (family area). Daerah ini dapat dibuat taman untuk
kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga
berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-
anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang
strategis dipekarangan bila pekarangannya luas (Irwan, 2008).
2.3 Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan
mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur
demografi masyarakat, karakteristik fisik/geografis pola kegiatan usaha pertanian
pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa dan karakteristik
kawasan pemukiman (Anonim 2014).
Fenomena kesenjangan perkembangan antar wilayah disuatu Negara,
meliputi wilayah-wilayah yang sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang
berkembang memicu kesenjangan sosial antar wilayah. Salah satu faktor terjadi
kesenjangan antara desa dan kota karena pembangunan ekonomi sebelumnya
25
cenderung bias kota Sebagai dampak pemberlakuan model pembangunan yang
bias perkotaan, sektor pertanian yang identik dengan ekonomi pedesaan
mengalami kemerosotan.
Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor industri dan jasa yang identik
dengan ekonomi perkotaan sektor pertanian menjadi semakin tertinggal. Untuk
mengatasi hal tersebut, setiap negara mencoba melakukan tindakan intervensi
untuk mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah dengan melakukan
pembangunan pedesaan.
Faktor-faktor kemiskinan yang terjadi dimasyarakat pedesaan cenderung
lebih bersifat struktural dibandingkan bersifat kultural. Dalam kasus ini,
masyarakat pedesaan diidentikkan dengan perilaku dan sikap yang dianggap
tradisional dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju dan
modern. Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat Desa dalam pembangunan
karena sulitnya masyarakat Desa menerima budaya modernisasi, sulit untuk
menerima teknologi baru, malas, dan tidak mempunyai motivasi yang kuat,
merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar, dan
budaya berbagi kemiskinan bersama.
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat
pondasi perekonimian Negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan
pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi
perubahan sosial, Desa sebagai basis perubahan. Dalam realisasinya,
pembangunan pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
digerakkan ke pedesaan sehingga Desa menjadi tempat yang menarik sebagai
26
tempat tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur Desa, seperti irigasi,
sarana dan prasarana transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan
dan sarana- sarana lain yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga
memungkinkan Desa maju dan berkembang ( Anonim, 2014 ).
2.4 Pemanfaatan Pekarangan Rumah Sebagai Upaya PemenuhanKebutuhan Keluarga
Hidup sehat merupakan dambaan bagi setiap individu, sebab hanya dalam
kondisi sehat orang bisa berfikir cemerlang dan tentu saja akan lebih produktif.
Pada sebagian kalangan masyarakat berkembang opini yang sudah cukup
mendalam bahwa, untuk bisa hidup sehat pasti diperlukan biaya yang tidak sedikit
karena tubuh memerlukan berbagai macam asupan gizi, baik yang diperoleh dari
produk/makanan impor maupun makanan-makanan yang telah siap saji.
Namun tidak demikian halnya bagi orang yang mau berbuat, tahu bagaimana
cara berbuat dan bagaimana berusaha memanfaatkan apa yang dimiliki, tentunya
opini tersebut dapat dipatahkan. Kunci murah dan mudah untuk dapat hidup sehat
sangatlah sederhana jika setiap orang mau meluangkan waktu untuk melakukan
pengelolaan dalam pekarangan rumah.
Jika dikelola dengan baik pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan keluarga seperti : sumber pangan dan juga sebagai sumber pendapatan.
Pemanfaatan lahan pekarangan baik didaerah pedesaan maupun perkotaan bisa
mendukung ketahanan pangan rumah tangga dengan memberdayakan potensi
disekitar lingkungan tempat tingal kita masing-masing. (Hidayat. D, 2013)
27
Usaha dipekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi
pekarangan, disamping dapat memenuhi ke butuhan komsumsi rumah tangga,juga
dapat memberikan sumbangan pendapatan keluarga antara 7% sampai dengan
45%, fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan:
1.Bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya
2.Sayur dan buah buahan
3.Rempah,bumbu-bumbu dan wangi-wangian
4.Obat keluarga
2.5 Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari puluhan bahkan ratusan ibu rumah tangga mulai tertarik
untuk memanfaatkan lahan pekarangan mereka. ini sebagai bentuk keberlanjutan
dari program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) berbasis
sumber daya lokal tahun 2010. Pada 2013 program itu antara lain
diimplementasikan melalui kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
melalaui konsep, kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). (Masnun,2013).
Faktor pendukung dari program ini adalah adanya partisipasi dari ibu-ibu
rumah tangga dalam pemanfaatan pekarangan rumah juga bantuan dari teman-
teman satu kelompok. Selain itu, ketersediaan lahan juga merupakan faktor yang
sangat mendukung akan keberhasilan program ini. (KKN P177,2016).
28
Ketika harga pangan merangkak naik, maka masyarakat pun mengeluh .
Terutama ibu rumah tangga, selaku pemegang cash rumah tangga. Mereka
merasakan betul bagaimana dampak kenaikan harga pangan terhadap pola alokasi
belanja harian. Ketika inflasi naik, maka harga sayuran, beras dan daging juga
naik. Apalagi kenaikan harga sayuran ini berkontribusi besar terhadap kenaikan-
indeks harga umum.
Dampak kenaikan harga itu makin dirasakan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki
pekerjaan, atau ibu-ibu yang berasal dari keluarga miskin. Biarpun kenyataannya,
secara umum orang-orang merasakan dampak kenaikan harga itu. Agaknya
kondisi ini tidaklah bakal bertambah parah, apabila ibu-ibu rumah tangga
memanfaatkan pekarangan rumah guna memenuhi kebutuhan terhadap sumber
karbohidrat, protein dan vitamin di Indonesia (Diyon,2015).
Gerakan ini sebetulnya sudah dilakukan sejak zaman Belanda dulu. Jika
perkarangan terbatas, bisa dibuatkan kandang ayam. Maka ayam beserta telurnya
dapat dijadikan sebagai sumber penjangga untuk memenuhi protein
keluarga. Begitu juga pada setumpak tanah, biasanya ditanam sayur-sayuran,
seperti kangkung, singkong, bayam, terong, cabai dan sejenisnya.
Gerakan ini ditujukan untuk memudahkan ibu-ibu agar bisa meniadakan
berbelanja. Petik pagi, siang dimasak untuk memenuhi asupan gizi rumah
tangga. Program ini jelas masih relevan untuk ditiru dan dilanjutkan secara lebih
fokus di daerah kita. Apalagi saat ini, di Negara-negara yang kekurangan lahan di
perkotaan, sistem penanaman memanfaatkan pekarangan hidroponik bisa menjadi
29
salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein dan vitamin rumah
tangga.
Bahkan sejumlah kajian berhasil mengungkapkan bahwa keluarga miskin
sekalipun dapat bertahan bila bisa mengoptimalkan penggunaan lahan
pekarangan. Apalagi dengan ketersediaan lahan pekarangan, kaum ibu dapat
bekerja disela-sela waktu tersisa untuk menanam sayuran. sebagai sumber
tambahan alokasi tenaga kerja rumah tangga untuk mengatasi masalah tambahan
keperluan rumah tangga. Program-program sederhana tersebut, sebenarnya dapat
dikelola dan diterapkan di Kota atau Kabupaten. Khususnya bagi rumah tangga
berlahan sempit dan punya pekarangan terbatas (Diyon, 2015).
2.6 Manfaat dari Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai UpayaPemenuhan Kebutuhan Keluarga
Sistem pekarangan pedesaan dengan ciri-ciri khas tersebut mempunyai
manfaat yang bermacam-macam dalam hal kegunaan dapat dikatakan
serbaguna/berfungsi ganda pada pemiliknya. Pekarangan merupakan bagian dari
rumah, maka tidaklah mengherankan apabila pekarangan erat hubungannya
dengan peri kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan masyarakat yang masih
tradisional dipedesaan umumnya, sistem pekarangan selain sebagai usaha, juga
dipandang sebagai upaya manusia menyatukan diri dengan alam guna menjaga
keserasian hubungan dengan lingkungan (Wahab, 2004).
Pekarangan pedesaan memiliki beberapa manfaat (Tandjung, 2006), yaitu :
1 .Sebagai warung hidup atau lumbung hidup
30
Tanaman pangan merupakan bagian terbesar yang diusahakan dalam sistem
pekarangan. Demikian pula tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan, misalnya
ubi jalar, ubi kayu, talas, (umbi-umbian), kacang tanah, kacang panjang,
kacang hijau, (kacang-kacangan), bayam, kangkung, sawi, cabai, , tomat,
cabe, pepaya, pisang, terong, alpokat, jambu, nanas, dan lain-lain.
2. Sebagai apotik hidup atau apotik hijau
Dimana tanaman yang ditanam dipekarangan dapat digunakan sebagai obat-
obatan. Sebagaimana obat-obatan moderen yang banyak dipakai untuk
mengobati penyakit, demikian pula obat-obatan tradisional, juga banyak
dipakai dan digalakkan, baik untuk keluhan ringan atau serangan yang
mendadak, atau dipakai oleh orang yang sugesti pada obat-obatan tradisional,
atau anti terhadap obat-obatan kimiawi. Tanaman obat-obatan, misalnya
kunyit, jahe, lempuyang, laos, jeruk nipis, kumis kucing, temu ireng, temu
lawak, kencur, lidah buaya, cocor bebek, dan lain-lain.
3.Sebagai sumber bahan industri rumah;
Misalnya pandan, bisa ditanam sebagai pagar hidup, kemudian daunnya
dimanfaatkan untuk tikar, bakul, hiasan-hiasan, dan lain-lain. demikian pula
bambu selain untuk bahan dinding rumah, juga dapat dibuat bakul dan alat-alat
rumah tangga lainnya. Tanaman kelapa dapat dibuat untuk bermacam-macam
keperluan, dari akar, batang, daun, dan buahnya.
31
Pemanfaatan lahan didasarkan pada beberapa aspek antara lain :
1. Ketersediaan lahan yang semakin sempit. Pengembangan pertanian memiliki
tantangan dalam hal ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin terbatas
akibat konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Berkurangnya lahan
pertanian karena konversi akan bersifat permanen terhadap turunnya produksi.
2. Semakin terbatasnya sumber air. Air merupakan sumberdaya yang utama
dalam proses produksi pertanian. Ketersediaan air yang menurun menyebabkan
upaya pertanian menjadi tidak optimal, baik untuk pemanfaatan lahan maupun
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.
3. Harga sarana produksi pertanian (saprotan) semakin mahal dan langka.
4. Terganggunya keseimbangan ekosistem akibat penerapan sistem pertanian
monokultur, sehingga dapat memacu terjadinya ledakan (outbreak) serangan
OPT.
Secara konseptual, pemanfaatan lahan pekarangan dapat memberikan berbagai
keuntungan yang berupa :
1. Meningkatkan penghasilan, karena dapat menghasilkan bahan pangan atau
bahan obat-obatan bahkan ternak untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam
rangka hidup sehat, murah dan mudah.
2. Menciptakan lingkungan yanag nyaman, sehat dan indah, sangat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, karena
pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian ekosistem yang sangat baik.
3. Tempat menyalurkan segala kreatifitas dan kesenangan ataupun hobi semua
anggota keluarga.
32
Pemanfaatan pekarangan dilakukan dengan berbagai tujuan dan pola atau
bentuk. Adapun langkah-langkah pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Persiapan Media Tanam
Persiapan media dapat dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma,
pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan. Namun rumah
tangga yang memiliki lahan sempit dapat memanfaatkan media tanam
alternative yang berupa pot dan vertikultur
2. Pemilihan Jenis Tanaman
Pemilihan jenis tanaman berdasarkan keperluan rumah tangga baik untuk obat
atau kesehatan (kunyit, jahe, temulawak, mengkudu) dan keperluan dapur
(cabe, tomat, sereh, sayuran,) serta pelengkap gizi keluarga (pepaya , pisang ,
jeruk dan lain-lain). Upayakan menanam beragam jenis tanaman dengan
maksud untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik
misalnya tanaman mengkudu yang memiliki bentuk daun yang lebar, tanaman
kencur dengan bentuk daun yang unik dan sebagainya. Beberapa jenis
sayuran yang dapat ditanam di pekarangan antara lain bayam, kangkung,
kemangi, kobis, sawi, seledri, bawang daun, bawang merah, cabai, buncis,
kacang-kacangan.
33
3. Tata Letak Tanaman
Pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup
sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari
bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti
buah-buahan dibagian sebelah barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis
tanaman yang besar tidak menaungi/menghalangi sinar matahari terhadap
tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu
diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari
serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara.
(Andhika, 2009) .
4. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal
yang harus selalu diperhatikan. Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa
aspek yang harus diperhatikan yaitu penyiangan, penyiraman, pemupukan
serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dengan
membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah
kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan
keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu
dikubur ke dalam tanah karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.
dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos.
Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting
terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk
selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi
34
lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab).
Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air dilahan
pekarangan adalah dengan membuat kolam tetapi umumnya tanaman
sayur disiram 1-2 kali perhari untuk tanaman sayur dalam pot.
Pemupukan bertujuan untuk memberikan suplai unsur hara tambahan pada
tanaman.
Sebaiknya bahan pupuk yang digunakan bersifat organik, misalnya
pupuk organik cair, kompos dan pupuk kandang. Pengendalian hama
penyakit lebih mudah dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan pekarangan
dengan tanaman sayur ini. Untuk tanaman dipot kemungkinan penularan
penyakit melalui akar jarang terjadi karena akar diabatasi oleh pot. Pada
lahan pekarangan yang sempit kita bisa mengendalikan hama dan penyakit
secara manual sehingga penggunaan bahan kimia dapat dibatasi. Hal ini
akan membuat sayuran yang dihasilkan dari pekarangan lebih sehat untuk
dikonsumsi, karena merupakan sayuran organik. (Andhika, 2009)
35
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pemanfaatan Lahan Pekarangan SebagaiUpaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Isu-isu pemanfaatanlahan pekarangan
Ibu RumahTangga
Lahan Pekarangan
Usaha tani lahanpekarangan
Jenis tanaman :1. Sayuran
2. Toga
3. Rempah
36
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Mengacu pada judul skripsi ini maka lokasi penelitian di Desa Kanjilo
Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, penelitian dilaksanakan selama satu
bulan, dari bulan Februari sampai Maret 2016.
3.2 Populasi Dan Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang mempunyai
lahan pekarangan yang ada di Desa Kanjilo tersebut berjumlah 202 orang. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan secara simpel random sampling dengan mengambil
sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi,sehingga diperoleh 30 responden
sebagai sampel dalam penelitian ini.
Menurut Arikunto (2006), mengenai teknik pengambilan sampel jika
populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi jika jumlah populasi
lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, jadi jumlah
sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 15% yaitu sebanyak 30 orang
responden.
37
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung keadaan responden dan keadaan yang terjadi dilokasi penelitian
yaitu di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara tanya jawab antara peneliti dengan informan yang telah dijadikan
sumber data.Wawan cara dilakukan dengan maksud untuk memperoleh
informasi secara langsung untuk dijadikan data yang tidak diperoleh dari
sumber data yang lain, wawancara baik dengan cara terstruktur maupun
tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan baik dengan
menetapkan sendiri masalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
maupun pertanyaan yang akan diajukan maupun pertanyaan yang
berkembang dalam waktu wawancara terjadi untuk memberi jawaban
terhadap pokok permasalahan.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara meneliti dokumen dokumen yang relevan dengan
permasalahan penelitian dengan teknik ini akan terkumpul data yang
diperoleh dari nara sumber tetapi terdapat pada berbagai sumber tertulis,
seperti dokumen-dokumen yang dikeluarkan pemerintah, laporan-laporan
dan arsip-arsip lainya, dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data-
38
data yang relevan dengan permasalahan penelitian yang tidak munkin
diperoleh dengan observasi dan interview. Dokumentasi dilakukan
dengan cara memilih dokumen-dokumen yang ada dan diambil data yang
relevan dengan permasalahan penelitian.
3.4 Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
dengan melakukan wawancara berdasarkan koesioner yang telah disiapkan
terlebih dahulu.
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
diperoleh atau dicatat oleh pihak lain atau terkait instansi atau lembaga lain (Balai
benih hortikultura, balai besar pelatihan dan pengemabangan pertanian).
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
dengan menggunakan alat analisis Scoring dengan pemberian nilai terhadap sifat
dari parameter terhadap suatu perkiraan kejadian, yaitu jumlah skor tertinggi x
jumlah banyaknya pertanyaan.
P. 1 Pengelolaan lahan menjaga atau meningkatkan akses antar generasi terhadap
sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil (B 1 = 40%)
P. 2 Stakeholder yang relevan memiliki hak dan kemampuan yang diakui untuk
mengelola hutan secara bersama dan adil (B 2 =30%)
39
P. 3 Kesehatan lahan, para pengelola lahan dan budayanya dapat diterima oleh
semua stakeholder (B 3 = 30%). Kesejahteraan manusia = [P. 1 (skor) x B 1] + [P.
2 (skor) x B 2] + [P. 3(skor) x B 3].
Panduan Cara Pemberian Skor, Seri No. 7
1. menilai kelestarian (sering secara kualitatif) contoh dan kasus-kasus yang
disediakan
2. memberikan skor untuk masing-masing kasus/contoh (berdasarkan indikator
tertentu)
3. menetapkan skor rata-rata untuk semua kasus yang dijadikan bukti dan yang
berkaitan dengan indikator dalam kriteria tertentu
4. mengalikan skor rata-rata dengan faktor bobot dalam K&I sosial; dan
5. merata-ratakan nilai yang diperoleh dalam langkah di atas, yang ditentukan
untuk setiap kriteria, untuk memberikan nilai bagi prinsip, dan akhirnyauntuk
set K&I sosial secara keseluruhan.
Cara Pemberian Skor
Pada halaman-halaman berikut ini, kami mulai dengan berbagai prinsip,
kriteria dan indikator dalam acuan K&I CIFOR yang terkait dengan isu-isu sosial.
Kami berasumsi bahwa dalam menilai kelestarian isu-isu sosial sama pentingnya
dengan isu-isu ekologi dan produksi. Dalam K&I sosial, kami telah memberikan
bobot (persentase) untuk masing-masing prinsip dan kami membagi persentase
tersebut untuk masing-masing prinsip dan kemudian membaginya lagi ke dalam
bobot kriteria.
40
Bobot ini diletakkan dalam tanda kurung setelah masing-masing prinsip
(total) dan masing-masing kriteria (bagian dari bobot total untuk prinsip). Bobot
ini diberikan berdasarkan perkiraan kualitatif tim kami dilapangan yang menguji
kriteria dan indikator serta metode untuk menilai bobot ini diberbagai negara.
Bobot ini mungkin perlu disesuaikan dengan keadaan lapangan yang berbeda.
Kami menyarankan para pengguna untuk tidak memperlakukan skor dan bobot ini
sebagai nilai mutlak.
Meskipun skor dan bobot yang kami hasilkan mewakili perkiraan terbaik
tentang bagaimana menilai isu-isu kelestarian pada saat ini, kami menyadari
bahwa hasil ini masih belum sempurna. Kami mohon para pengguna
memperhatikan hal ini. Bagian berikut ini menjelaskan cara memberikan skor
untuk kesimpulan kualitatif, dalam bagian (II) kami tunjukkan bagaimana
membuat lembar isian induk K&I – suatu alat untuk tetap melacak bahan-bahan
dari kasus yang Anda gunakan, untuk membantu agar anda melakukan penilaian
terhadap masing-masing indikator, sampai anda mencapai skor akhir dalam
penilaian anda. Kami juga menyajikan contoh-contoh atau berbagai kasus yang
telah diberi skor.
Yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk
memperoleh data kuantitatif. Dalam penelitian ini urutan pemberian skor
berdasarkan tingkatan jawaban yang diterima dari responden ( J. Supranto, hal
402, 2003 ), yaitu :
41
1. Untuk jawaban sesuai mendapat skor 3
2. Untuk jawaban netral mendapat skor 2
4. Untuk jawaban tidak sesuai mendapat skor 1
Yaitu mencari kesalahan-kesalahan didalam kuisioner tersebut misalnya
adanya ketidak serasian (in-consistency) didalam pengisian kuisioner beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan yaitu :
1. Kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang diajukan.
2. Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan.
3. Konsistensi jawaban responden
Yaitu Pemberian angka-angka tertentu terhadap kolom-kolom tertentu
yang menyangkut keterangan tertentu pula atau proses pemberian kode tertentu
terhadap aneka ragam jawaban dari kuisioner untuk dikelompokan dalam kategori
yang sama. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jawaban. Yaitu pemberian
nilai berupa angka pada jawaban pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif.
Dalam penelitian ini urutan pemberian skor yaitu pengelompokan data atas
jawaban-jawaban dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung dan dijumlahkan
dan disajikan dalam bentuk Tabel. Berdasar Tabel tersebut akan dipakai untuk
membuat data agar didapat hubungan atau pengaruh antara variabel-variabel yang
telah ada. Dari berbagai analisa kuantitatif diatas peneliti mengolah data dengan
menggunakan teknik scoring untuk memberi nilai pada jawaban kuisioner.
42
3.6 Defenisi Operasional
1. Penduduk adalah masyarakat yang mengusahakan pemanfaatan lahan
pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga.
2. Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang mengololah kebutuhan
keluarganya
3. Lahan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan diarea
pekarangan rumah.
4. Pekarangan merupakan sebidang tanah sekitar rumah yang mudah
diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhen kebutuhan
keluarga.
5. Pemanfaatan pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui
pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, sehingga akan menjamin
ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragamserta terus menerus, guna
pemenuhan kebutuhan gisi keluarga.
6. Responden adalah penduduk yang mengelola pemanfaatan lahan
pekarangan di Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa,
dan terpilih sebagai sampel (orang)
7. Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan faktor-faktor produksi
berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat
sebaik-baiknya.
8. Analisis scoring adalah suatu alat untuk memperhitungkan dan
menggabungkan beberapa rasio-rasio untuk memperoleh scor terhadap
jawaban.
43
9. Tanaman sayuran adalah semua jenis tanaman atau bagian tanaman yang bisa
diolah menjadi makanan.
10. Tanaman toga adalah tanaman obat keluarga yaitu tanaman hasil budidaya
rumah yang berkhasiat atau berfungsi sebagai obat, di mana semuanya itu
untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.
11. Tanaman rempah adalah tanaman yang beraroma atau berasa kuat yang
digunakan dalam jumlah kecil pada makanan sebagai perisa dalam
makanan.
44
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Kanjilo secara geografis berada diketinggian antara 3 sampai 4 m dpl
(diatas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam pertahun
antara 135 hari s/d 160 hari, serta suhu rata rata pertahun adalah 280 s/d 290 C.
Secara administrasi Desa Kanjilo terletak diwilayah Kecamtan Barombong
Kabupaten Gowa, yang merupakan Desa dari dua kelurahan dan 5 desa. Desa
Kanjilo secara administrasi dibatasi oleh wilayah Kotamadiya, Kabupaten dan
Kecamatan serta kelurahan dan Desa tetangga. Luas wilayah Desa Kanjilo 4,8 Km
terdiri dari sawah : 3,001.025 m, pemukiman :1.798.975 m.
Iklim dan curah hujan yaitu kegiatan-kegiatan daur kehidupan masyarakat
Desa, sangat dipengaruhi oleh siklus musim, seperti musim tanam menjelang
musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim paceklik bila musim
kemarau terlamtau panjang. Juga kegiatan atau peristiwa sosial seringkali
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa musim itu, seperti pesta adat dan perkawinan
setelah panen berhasil, merantau atau imigrasi ke kota ketika musim paceklik.
iklim dan ketersediaan air yaitu musim hujan berawal pada bulan November dan
berakhir pada bulan april. sedangkan musim kemarau mulai bulan Mei hingga
Oktober, pada bulan September sampai November suplai air menurun banyak
sawah dan tidak bisa ditanami,( kantor Desa Kanjilo).
45
4.2 Kondisi Demografis
Secara administrasi, Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa, berbatasan dengan:
1. Disebelah utara : Berbatasan dengan Desa Tamanyyeleng
2. Disebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Pakkabba Kecamatan
Galut, Kabupaten Takalar.
3. Disebelah barat : Berbatasan dengan Kelurahan Barombong
Kecamatan Tamalate Makassar.
4. Disebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Lembang Parang,
Kecamatan Barombong,( kantor Desa Kanjilo).
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu Negara atau
wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang
atau maju, bahkan suksenya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak
bisa terlepas dari peranan penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik,
budaya, dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik
maupun non fisik. Oleh karena kehadiran dan perananya sangat menentukan bagi
perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar. Jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
46
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Nama Dusun L P Jumlah Persentase dari JumlahPenduduk
1 Kanjilo 624 589 1213 17 %
2 Tangalla’ 819 879 1698 24 %
3 Bontomanai’ 521 541 1062 15 %
4 Camba 686 679 1365 19 %
5 Cilallang 274 272 546 8 %
6 Bilaji 587 608 1195 17 %
Total 3511 3568 7079 100 %
Persentase (%) 50 % 50 % 100 % 100 %
Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.
Pada Tabel 1. Menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang ada di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 3511 orang, berjenis kelamin perempuan sebanyak 3568 orang, dan
jumlah keseluruhan penduduk di Desa Kanjilo sebanyak 7079 orang.
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur
Keadaan penduduk berdasarkan umur di Desa Kanjilo terhitung mulai
angka bayi sampai lanjut usia. Keadaan umur penduduk di Desa Kanjilo masih
sangat potensi untuk mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masi
banyak didominasi oleh umur yang masi produktif, sehingga pola pikir untuk
mengembangkan usaha dibidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi
sampingan pada tahapan-tahapan usaha sampingan, jumlah penduduk berdasarkan
tingkat umur dapat dilihat pada Tabel 2.
47
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Kanjilo KecamatanBarombong Kabupaten Gowa
Umur KanJilo
TangNgala
BontoManai
CamBa
CilalLang Bilaji Jumlah Persen
tase6-12 203 225 175 211 72 176 1062 15,0013-15 83 88 65 73 31 56 396 5,5916-22 167 198 127 170 68 117 847 11,9623-45 403 644 362 505 186 504 2604 36,7846-60 118 205 143 164 71 120 821 11,59
61 keatas 68 123 68 60 49 54 422 5,96Jumlah 1213 1698 1062 1365 546 1195 7079 100%
Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.
Pada Tabel 2 menggambarkan jumlah penduduk berdasarkan golongan
umur mulai dari tingkat dusun sampai pada tingkat Desa, terlihat bahwa jumlah
penduduk yang masi produktif 2604 jiwa dan dari data sekunder 2127 jiwa
dengan rincian selisih yaitu 477 jiwa. jimlah umur balita 927 jiwa dari data
sekunder 763 jiwa, dengan rincian selisih 164 jiwa.
Perbandingan pada data hasil sensus KPM (Kader pemberdayaan
masyarakat) terlihat rata-rata selisih perbedaan ada beberapa cukup besar hal ini
mendorong pemerintah Desa Kanjilo untuk memperbaiki system administrasinya
dan melakukan cek ulang terhadap penyebab terjadinya selisih data penduduk
tersebut. sampai saat ini didapatkan kesimpulan sementara bahwa terjadinya
selisih tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain, banyaaknya pendatang
dari luar Desa yang tidak melaporkan ke datanganya, baik sifatnya permanen
maupun yang tinggal sementara, angka kelahiran dan kematian tidak tercatat, data
yang ada di Desa masih ada yang belum diperbaharui.
48
4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tumbuhnya keterampilan
kewirausahaan dan pada giliranya akan mendorong munculnya lapangan
pekerjaan baru. dengan demikian akan membantu program pemerintah untuk
pembukaan lapangan kerja berguna untuk mengatasi pengangguran. Pendidikan
akan biasanya mempertajam sitematika pikir atau pola pikir individu, selain itu
akan mempermudah menerima informasi yang lebih maju. dibawah ini tabel yang
menunjukkan tingkat rata-rata penduduk warga Desa Kanjilo.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Jenjang Pendidikan Jumlah Persentse dariJumlah penduduk
1 Tamat Sekolah SD 1754 24,77 %2 Tama Sekolah SLTP 697 9,85 %3 Tamat Sekolah SMA 874 12,34 %4 Tamat Perguruan Tinggi 140 1,97 %5 Masih Sekilah SD 925 13,06 %
Masih Sekolah SMP 425 6,00 %Masih Sekolah SMA/Kuliah 315 4,44 %
6 Belum Sekolah 926 13,08 %7 Tidak Tamat SD 389 5,49 %
Tidak Tamat SMP 81 1,14 %Tidak Tamat SMA 27 0,38 %
8 Tidak Sekolah 526 7,43 %Total 7079 100 %
Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015.
Dengan melihat Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan jenjang
pendidikan yang diurai disetiap Dusun mulai dari yang tidak tamat sekolah/tidak
49
memiliki Pendidikan sampai sampai pada yang tamat perguruan tinggi, dapatlah
disimpulkan bahwa taraf pendidikan warga masyarakat Desa Kanjilo sangat
rendah dari 7079 jiwa terdapat 1754 jiwa yang mampu menamatkan sekolahnya
pada tingkat sekolah dasar yang berarti 24,77 % dari jumlah penduduk, sementara
SMA yang menempati urutan ke dua dengan jumlah tamatan sebanyak 874 jiwa
dengan persentase 12,34 % dari jumlah penduduk, selanjutnya yang menempati
urutan ke tiga adalah SMP dengan 697 jiwa dengan persentase 9,85 % dari jumlah
penduduk, sedangkan yang mampu menyelesaikan sampai pada perguruan tinggi
hanya 140 jiwa dengan persentase 1,97 % dari jumlah penduduk Desa Kanjilo.
4.2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa kanjilo sangat beragam
dapat teridentifikasi kedalam bebrapa jenis pekerjaan / mata pencaharian, seperti
jualan, petani pemilik, petani penggarap, PNS, Polisi, TNI, buruh harian, tukang
kayu, tukang batu, wiraswasta, sopir, pelaut/pelayaran, tukang bengkel, nelayanan
,pensiunan, karyawan swasta, tukang becak, tukang ojek, sekuriti, pengumpul
barang bekas, honorer, tukang besi, pemborong, pedagang/pengusaha, arsitek dan
dosen. mata pencaharian kepala keluarga di Desa Kanjilo di jabarkan sebagai
berikut:
50
Tabel 4. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Mata Pencaharian Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase %Petani Penggarap 70 4%PNS 63 3%Polisi 2 0%TNI 4 0%Tukang Kayu 28 2%Tukang Batu 156 9%Wiraswasta 346 19%Sopir 44 2%Pelaut/Pelayaran 8 0%Tukang Bengkel 10 1%Nelayan 7 0%Pensiunan 9 0%Karyawan Swasta 67 4%Tukang Becak 11 1%Tukang ojek 16 1%Sekuriti 31 2%Pengumpul Barang Bekas 7 0%Honorer 4 0%Tukang Besi 1 0%Pemborong 3 0%Pedagang/Pengusaha 13 1%Arsitekq 1 0%Dosen 1 0%Jumlah 1808 100%
Sumber : Data Hasil Sensus (KPM) Desa Kanjilo 2015
Berdasarkan tabulasi data tersebut teridentifikasi di Desa Kanjilo Jumlah
Penduduk yang mempunyai mata pencaharian 25,54 % dari jumlah penduduk
secara keseluruhan.
Pekerjaan masyarakat Desa Kanjilo sebagian besar adalah buru harian
32% dan wiraswasta 19 % seperti petani pemilik 10% dari total jumlah
penduduk,dengan demikian dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat di Desa Kanjilo memiliki pekerjaan yang cukup rendah, masyarakat
kurang mendapatkan peluang kerja yang lebih baik, hal ini disebabkan karena
51
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terlihat dari hasil sensus yang di
laksanakan oleh KPM.
4.3 Kondisi Pertanian
Desa Kanjilo merupakan desa yang sangat subur yang dapat ditanami
berbagai macam tanaman baik tanaman pangan maupuan tanaman hortikultura
serta tanaman jangka panjang lainya. Desa Kanjilo memiliki areal persawahan
yang cukup luas dan subur dan merupakan penghasilan pokok petani, areal
persawahan ditanami padi 2 kali setahun dan sebagian areal pada musim kemarau
ditanami 1 kali palawija namun bukan hanya tanaman pangan saja yang
dibudidayakan tetapi sebagian lagi membudidayakan tanaman perkebunan seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan ( tanaman hortikultura) yang merupakan tanaman
selingan untuk menambah penghasislan keluarga.
Keadaan pertanian di Desa Kanjilo menyangkut tentang pola penggunaan
lahan terdiri dari kebung/ladang, pekarangan, sawah, hutan dan lain-lainya,
keadaan pertanian itu ditunjang juga dengan adanya kepeduliaan masyarakat
terhadap pengolahan pertanian didaerah tersebut, hal ini sangat berpengaruh
terhadap kemajuan suatu daerah.
Kecamatan Barombong berbatasan langsung dengan kabupaten Takalar
dan kota Makassar. merupakan tempat strategis pembangunan perumahan dan
peredaran hasil bumi di Kecamatan Barombong.
52
Desa Kanjilo secara umum kondisi lahanya gembur dan subur semua jenis
tanaman bisa tumbuh baik berupa tanaman padi, palawija, maupun tanaman
jangka panjang, aspek sumber daya alam di Desa Kanjilo yaitu :
1. Adanya sungai yang membagi dua Desa Kanjilo yang dimanfaatkan airnya
untuk bercocok tanaman sayuran.
2. Ada air irigasi tanah yang tersebar disetiap dusun dan dapat mengisi areal
persawahan tetapi masi kurang maksimal.
3. Sebagian areal persawahan dijadikan areal perumahan sehingga lahan
pertanian menyempit yang mengakibatkan produksi pertanian menurun.
4. Pekarangan warga sebagian besar masih luas, yang dimanfaatkan untuk
tanaman sayuran.
4.4 Sarana Dan Prasarana
1. Sarana jalanan dan transportasi
Sarana jalanan, di Desa Kanjilo sarana jalanan teridentifikasi dengan
empat jenis jalan yaitu jalan paving, jalan aspal, jalan tanah, dan jalan perkerasan
yang tersebar diseluruh wilayah Desa Kanjilo. terlihat bahwa sarana transportasi
jalan masih perlu ditingkatkan terutama pada jalan yang sering dilalui pada
pengangkutan hasil panen dan jalan poros lingkungan.
Sarana angkutan, sarana angkutan yang umum tersedia di Desa Kanjilo
beraneka macam yaitu, mobil mikrolet, motor (ojek), becak motor dan becak.
selain sarana angkutan umum sebagian masyarakat sudah memiliki sarana
53
angkutan sendiri seperti motor, mobil dan sepeda yang dijadikan transportasi
sendiri.
2. Sarana pengairan
Pertanian merupakan sektor yang sangat mendukung perekonomian
masyarakat, terlihat dari areal persawahan yang masih mendominasi secara
keseluruhan lahan yang ada di Desa Kanjilo yang walaupun sebagian dari areal
tersebut sudah menjadi areal perumahan.namun masih banyak masyarakat yang
menggarap sawah, namun mereka hanya sebatas menggarap bukan sebagai
pemilik sawah tersebut.
Secara keseluruhan Desa kanjilo mempunyai sarana pengairan (irigasi),
yang terdiri dari irigasi tehnis dan irigasi tanah. irigasi tersebut mengairi semua
areal persawahan yang ada di Desa Kanjilo.
3. Sarana pendidikan
Di desa kanjilo terdapat 6 gedung sekolah yang terdiri dari 1 SMP di
Dusun Bontomanai, 2 sekolah SD di Dusun Bontomanai dan Tangalla’ dan 3
sekolah TK di Dusun Bonto manai’, Tangalla’ dan Bilaji. Sekolah tersebut
merupakan sarana pendidikan yang ada di Desa kanjilo digunakan oleh warga
setempat maupun warga dari luar Desa ataupun dari luar Kecamatan.
4. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan merupakan salah satu sarana yang sangat penting dalam
masyarakat karena menyangkut kesehatan semua warga, kebersihan hidup dan
perilaku hidup sehat dan bersih. Puskesmas yang ada di Desa Kanjilo merupakan
54
salah satu fasilitas kesehatan terbesar yang ada di Kecamatan Barombong dan
merupakan sarana utama masyarakat untuk memeriksakan kesehatanya, yang
terletak tidak jauh dari kantor Camat dan kantor Desa yang merupakan jalan poros
yang dilalui kendaraan umum sehinggah mudah terjangkau oleh masyarakat.
5. Sarana layanan publik
Desa Kanjilo merupakan Desa yang terletak di Kota Kecamatan sehingga
banyak kantor-kantor layanan publik yaitu kantor Camat, kantor keramil, kantor
polsek, yang jarak satu dengan yanga lainya berjarak 100 s/d 500 m, dari kantor
Desa Kanjilo, sehingga masyarakat Desa Kanjilo mudah untuk mengakses tempat
pelayanan publik tersebut dengan mudah.
6. Sarana perumahan dan pemukiman
Perumahan penduduk di Desa Kanjilo dibangun pada jalur-jalur jalan
poros desa dan sebagian lainya dibangun di sekitar beberapa lorong jalan, jarak
rumah penduduk dengan rumaha yang satu dengan yang lainya saling berdekatan.
Kondisi pemikiman warga cukup padat apalagi sekarang sedang marak-maraknya
banyak lokasi yang sudah dibanguni perumahan yang bukan milik warga
setempat.
7. Sarana peribadatan dan keagamaan
Di Desa Kanjilo mayoritas penduduknya beragama islam, terlihat dari
banyaknya peribadatan dan keagamaan yang ada di Desa. Seperti mesjid dan
tempat-tempat pengajian (TK-TPA).
55
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas petani responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan
serta status dari petani tersebut. Identitas petani responden tersebut yang diuraikan
dalam pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek
keadaan petani yang diduga memiliki hubungan karakteristik petani dengan
kemampuan petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa. Informasi-informasi mengenai identitas petani responden
sangat penting untuk diketahui. Berbagai aspek karakteristik dapat dilihat dari
segi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman dalam
pemanfaatan lahan pekarangan.
5.1.1 Tingkat Umur Responden
Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam
kemampuan fisik dan pola fikir. Umumnya Ibu rumah tangga (penduduk) yang
berusia lebih muda cenderung lebih berani mengambil resiko jika dibandingkan
dengan petani (penduduk) berusia tua. Tingkat umur merupakan salah satu faktor
yang menentukan bagi penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan. Umur
sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir sehingga mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan dan daya serap informasi pengetahuan dan
penyuluhan.
56
Menurut Patong dan Soeharjo dalam skripsi Hasmiah (2010), umur
memiliki pengaruh bagi kemampuan fisik seseorang dalam mengelola usaha
taninya, usia produktif seseorang berada pada kisaran 15-54. Petani (penduduk)
yang muda relatif lebih mudah menerima dan melaksanakan petujuk-petunjuk
penyuluhan pertanian dibanding dengan umur yang lebih tua hal tersebut
dimungkinkan karena biasanya umur-umur yang lebih muda lebih mengadopsi
sesuatu yang baru. Selain itu juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
bekerja.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
umur responden, mulai 20 sampai 75 tahun penduduk yang memanfaatkan lahan
pekarangan, komposisi umur penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Usia(tahun) Jumlah(orang) Persentase (%)1 20-30 5 16,662 31-40 11 36,663 41-60 10 33,344 61-75 4 13,34
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah 2016
Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang memanfaatkan lahan
pekarangan, dengan jumlah responden terbanyak berada pada umur 31-40 tahun k
yang berjumlah 11 orang dengan persentase 36,66%. Melihat hal tersebut sangat
bagus karena umur yang masih sangat produktif mampu menyerap informasi
untuk sampai pada titik produktifitas yang memadai atau cukup, sedangkan
57
jumlah paling sedikit berada pada umur 61-75 tahun berjumlah 4 orang atau
13,34%. Maka dengan ini menunjukkan bahwa umur petani secara responden
sangat ditentukan pada kelompok umur 31- 40 ke atas. Sehingga umur merupakan
satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan produktif. Petani
yang berumur produktif pada umunya mempunyai kemampuan fisik dan
kemampuan kerja yang lebih besar sehingga lebih muda dalam menerima inovasi
baru (Patong dan Soeharjono,2010). Dengan demikian bahwa kelompok umur
petani responden yang ada di Desa Kanjilo Kecamatan Baromnong Kabupaten
Gowa dalam usia produktif.
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pola pengolahan
usaha tani. Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir petani dalam
pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan mengaplikasikan strategi
baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang optimal. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan responden terhadap pemanfaatan lahan pekarangan, maka
tabulasi data tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Tingkat pendidikan Jumlah(orang) Persentase (%)1 Sekolah Dasar 8 26,672 SLTP 8 26,673 SLTA 12 404 Sarjana 2 6,66
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo,2016
58
Tabel 6, terlihat bahwa tingkat pendidikan responden di Desa Kanjilo
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, cukup tinggi. ini menunjukkan bahwa
dilihat dari tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah sekolah
menengah atas/SLTA sebanyak 12 orang (40%),dan yang paling rendah adalah
Sarjana sebanyak 2 orang (6,66%). Jumlah responden berdasarkan tingkat
pendidikan adalah responden rata-rata memiliki kemampuan ekonomi yang
lemah/kurang mampu sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya. Semakin banyak
anggota keluarga yang yang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Disisi lain semakin banyak tanggungan
keluarga,akan membantu meringankan kegiatan usaha tani yang dilakukan, karena
sebagian besar petani masih menggunakan tenaga keluarga.
Hasil analisis data menunjukkan petani responden memiliki jumlah
tanggungan keluarga terdistribusi ke dalam beberapa kelas dari jumlah
tanggungan keluarga. Adapun klasifikasi jumlah keluarga yang ditanggung oleh
responden di Desa Kanjilo dapat dilihat pada Tabel 7.
59
Tabel 7. Sebaran Responden Berdaskan Tanggungan Keluarga di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Jumlah TanggunganKeluarga (orang)
Jumlah(orang) Persentase (%)
1 1-2 5 16,672 3-4 10 33,333 5-6 12 404 >7 3 10
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 7, menunjukkan bahwa responden memiliki tanggungan keluarga
terbanyak yaitu 5-6 sebanyak 12 responden atau (40%) dan jumlah responden
yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit antara 7-9 orang sebanyak 3
responden (10%)
5.1.4 Pengalaman Berusahatani Lahan Pekarangan
Pengalaman berusaha tani dapat diartikan sebagai suatu yang pernah
dijalani, dirasakan, ditanggung, oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani
dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan
usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan
keluarganya.
Pengalaman berusaha tani dapat menunjukkan keberhasilan seseorang
dalam mengola lahan pekarangan. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa yang
akan datang. Mereka yang masi berusia muda relatif belum berpengalaman,
sehingga untuk mengimbangi kekuranganya dia perlu dinamis sebaliknya mereka
yang sudah berusia tua banyak berpengalaman dalam berusaha sehingga sangat
berhati-hati dalam bertindak.
60
Pengalaman berusaha bagi responden dalam penelitian ini adalah
pengalaman mereka dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai suatu
kebutuhan keluarga dan mendatangkan keuntungan secara finansial. Untuk
mengetahui pengalaman berusaha tani responden dalam memanfaatkan lahan
pekarangan, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Dalam MemanfaatanLahan Pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong KabupatenGowa
No Pengalamanberusaha(tahun)
Jumlah(orang) Persentase(%)
1 1-3 13 43,42 4-5 11 36,63 6-7 3 104 8-10 3 10
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo,2016
Tabel 8, menunjukkan bahwa pengalaman responden dalam
memanfaatkan lahan pekarangan 1-3 tahun sebanyak 13 orang (43,4%),
pengalaman 4-5 tahun sebanyak 11 orang (36,6%), pengalaman 6-7 tahun
sebanyak 3 orang (10%), pengalaman 8-10 tahun sebanyak 3 orang (10%),dengan
demikian pengalaman mengelolah lahan pekarangan dapat menunjukkan
keberhasilan dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhaan
kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa,
karena didukung oleh keterampilan dalam proses pemanfaatan lahan pekarangan
yang kurang lebih telah dilakukan selama 5-10 tahun.
61
5.1.5 Luas Lahan Pekarangan
Luas lahan pekarangan akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu
usaha tani, karena erat hubunganya biaya yang dikeluarkan dan produksi yang
dihasilkan, semakin luas lahan, semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan.
Adapun luas lahan dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang dimiliki oleh
responden berkisar antara 0,1-0,4 ha yang secara rinci jumlah dan persentasenya
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan di DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Luas lahan (are) Jumlah (orang) Persentase (%)1 0,01 7 23,332 0,02 13 43,333 0,03 5 16,674 0,04 5 16,67
Jumlah 30 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 9, menunjukkan bahwa luas lahan pekarangan responden terbanyak
adalah luas areal 0,02 are sebanyak 13 orang (43,33%) dan luas lahan terendah
adalah luas areal 0,04 are sebanyak 5 orang (16,67%). Potensi lahan yang luas
jauh lebih menguntungkan karena banyaknya jumlah dan jenis tanaman yang
dapat diusahakan sehingga berdampak pada ketinggian hasil produksi, hasil
penelitian menunjukkan bahwa luas lahan responden umumnya dikelolah bersama
keluarga yang mengusahakan lahan pekarangan cukup besar.
62
5.2 Usaha Tani Lahan Pekarangan Di Desa Kanjilo Kecamatan BarombongKabupaten Gowa
Pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa. Ibu rumah tangga memanfaatkan lahan pekaranganya tanpa
menggunakan teknologi mesin, alat yang digunakan seadanya seperti cangkul,
parang. Persiapan media dilakukan dengan membersihkan lahan dari gulma,
pengolahan tanah, penanam, pemupukan, dan pemeliharaan.
Teknik pengairan untuk menyirami jenis tanaman yaitu dari sumber,
sumur, irigasi, dan air hujan, pemeliharaanya cukup mudah karena tiap hari ibu
rumah tangga bisa melihat keadaan tanamanya sehingga jarang dijumpai tanaman
yang rusak, hanya membersihkan gulma dan memperhatikan hama, ternak yang
sewaktu-waktu dapat merusak tanaman, maka setiap tanaman yang dibudidayakan
dipagar dengan pagar dari bambu, dan menggunakan jaring untuk mengelilingi
tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan lampiran 4. Menunjukkan bahwa Ibu rumah tangga
memanfaatkan lahan pekaranganya dengan menanami berbagai jenis tanaman
sayuran, jenis tanaman paling banyak dibudidayakan adalah jenis sayuran terong
dengan jumlah yang membudidayakan sebanyak 7 orang, jenis sayuran ini
banyak disukai penduduk, selain modal yang sedikit, cara pemeliharaanya yang
mudah yang mengandalkan air hujan dan termasuk jenis sayuran jangka panjang,
dapat bertahan lama untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat dipanen
selama dua kali seminggu, memberikan keuntungan secara ekonomis, sayur
terong semakin dipelihara dengan baik dan dipupuk secara rutin maka berproduksi
terus menerus meskipun usianya sudah lama.
63
Jenis tanaman yang paling sedikit dibudidayakan dilahan pekarangan yaitu
jenis pare belut, tomat, klorofil, kacang panjang, lidah buaya. Jenis tanaman
sayuran pare belut yang membudidayakanya hanya sedikit karena penduduk
menganggap bahwa jenis sayuran ini dalam persiapan penanaman dan
pemeliharaan yang susah, dan keuntungan yang didapatkan setelah panen hanya
sedikit, dan termasuk jenis sayuran yang kurang banyak digemari oleh sebagian
masyarakat dan pemeliharanya juga cukup susah.
Jenis tanaman tomat kurang dibudidayakan di Desa Kanjilo karena
penduduk menganggap bahwa persedian media penananman cukup susah dan
modal yang banyak, sementara jenis tanaman tomat tidak bisa bertahan didaerah
panas, dan akan mengakibatkan keuntungan yang dihasilkan tidak sesuai
keinginana ibu rumah tangga.
Jenis sayuran kacang panjang yang membudidayakan di Desa Kanjilo
hanya sedikit karena penduduk menganggap bahwa jenis sayuran ini persiapan
menanam dan pemeliharaanya cukup susah, dan keuntungan yang didapatkan
apabila dibudidayakan dilahan pekarangan hanya sedikit, paling cocok
membudidayakan jenis sayuran kacang panjang di sawah.
Jenis tanaman klorofil dan lidah buaya sedikit dibudidayakan karena
penduduk menganggap jenis tanaman ini hanya untuk kebutuhan keluarga dan
hanya dijadikan sebagai tanaman hiasan, dan penduduk membudidayakanya
hanya dengan jumlah sedikit. Jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan
pekarangan untuk kebutuhan keluarga dan untuk ekonomis dapat dilihat pada
Tabel 10.
64
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkam Hasil Panen Jenis Tanaman UntukKebutuhan Rumah Tangga dan Untuk EkonomisNama Untuk Rumah Tangga Untuk Ekonomis
Syamsinar Saenab Marlina Hasnah Reski dian Hasniah Masnah Maria Herlina Mirnawati Nur siah Ernawati Nur eni Ti'no' Hawani Sardina Hamdana Kasmawati Haliah Halija Sarianong Marlina Hayati Rosita Kanang Saharia Bulang Muliati Mina Ati Jumlah 24 11
Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 10. Menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan lahan
pekarangan untuk kebutuhan keluarga dan untuk ekonomis. Penduduk yang
memanfaatkan lahan pekaranganya yang mendapatkan keuntungan secara
ekonomis yaitu, responden Syamsinar memanfaatkan lahan pekarnganya dengan
jenis tanaman kemangi, luas lahan pekaranganya 1 are, modal yang dibutuhkan
untuk memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman kemangi yaitu
sebanyak Rp. 50.000. Pemeliharaan dan penyiramanya dilakukan dengan cara
65
yang mudah karena hanya memakai pengairan dari irigasi dan tadah hujan,
dipanen dengan cara bertahap tergantung dari jumlah banyaknya daun
kemanginya, dipasarkan dengan cara, pedagang pengumpul sayur yang secara
langsung mendatangi rumah mereka, dan dijual secara bertahap teknik
penjualanya dengan cara kemangi yang sudah dipanen diikat lalu dipasarkan
dengan harga Rp. 1000 perikat, hanya bisa dipanen sekali seminggu bahkan dua
kali sebulan, sekali panen dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 50.000,
dan kadang keuntungan yang didapatkan tidak menentu tergantung dari daun
kemanginya.
Responden Saenab memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
pare, luas lahan pekaranganya 3 are, modal yang dipakai dalam pemanfaatkan
lahan pekarangan dengan jenis tanaman pare, modal yaitu Rp.70.000.
Pemeliharaan dan persiapan alat dalam tanaman ini cukup susah karena harus
mempersiapkan tempat merambat pada tanaman pare, teknik pengairanya
menggunakan media sumur, air hujan, dipanen dengan cara bertahap sesuai
dengan jumlah buah yang dihasilkan, pemiliknya secara langsung menjual di
Pasar Panciro, dengan harga jual sebesar Rp.1000 perbuah keuntungan yang
didapatkan sekali panen sebesar Rp. 100.000. Tetapi kadang saat panen bisa
menurun dan bahkan bisa meningkat, jenis sayuran ini paling banyak dipanen
sampai 5 kali, setelah itu hasil panenya sudah menurun.
Responden Marlina memanfaatkan lahan pekaranganya dengan tanaman serei
dengan luas lahan pekarangan 4 are, dan modal yang dipakai dalam pemanfaatkan
lahan pekarangan tanaman serei tidak ada, hanya membutuhkan bibit dari tanamn
66
serei yang sudah ada, alat yang digunakan dalam pemanfaatan tanaman serei ini
hanya membutuhkan cangkul, teknik pengairan pun sangat mudah karena tanaman
serei hanya mengandalkan air tadah hujan dan sekali-kali disiram dari sumber air
sumur, panenya bisa bertahap atau secara langsung dan sekaligus, lalu dijual oleh
pemiliknya secara langsung di Pasar Panciro. Cara pemasaranya dijual di Pasar
Panciro dengan cara 5 batang perikat dengan harga Rp. 2000, keuntungan yang
didapatkan sekali panen sebesar Rp.100.000.
Responden Hasnah memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
kangkung dengan luas areal pekaranganya sebesar 4 are, dengan modal yang
dipakai dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung
yaitu Rp.100.000, alat yang digunakan cukup mudah didapatkan, hanya
menggunakan cangkul untuk menggemburkan media tanaman kangkung, teknik
pengairan mengandalkan air tadah hujan, dan air irigasi yang ada didepan
rumahnya. Proses panen pada tanaman kangkung dipanen secara sekaligus, paling
lama pemeliharaan selama 20 hari sudah bisa dipanen, cara pemasaranya yaitu
kangkung diikat sesuai harga lalu dipasarkan yaitu Rp.1000 dengan cara pedagang
pengumpul yang membeli secara langsung kepemilik tanamannya lalu dipasarkan
kepasar terdekat, keuntungan yang didapatkan sekali panen bisa mendapatkan
keuntungan sebesar Rp.200.000.
Responden Nursiah memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
ubi kayu, modal yang digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan
jenis tanaman ubi kayu tidak ada, karena dalam menanam ubi kayu hanya
membutuhkan batang ubi kayu yang sudah dipanen lalu ditanam kembali, hanya
67
menggunakan alat seperti cangkul dan parang, teknik pengairan hanya
mengandalkan air tadah hujan, panenya dilakukan dengan cara bersamaan dengan
cara sekali saja, cara penjualanya yaitu dijual perkarung dengan harga Rp.100.000
lalu dipasarkan secara langsung di Pasar terdekat. Keuntungan yang didapatkan
sekali panen sebesar Rp.200.000.
Responden Nur eni memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
serei dengan luas lahan pekaranganya 2 are, dan modal yang dipakai tidak ada
karena jenis tanaman serei bibit yang digunakan hanya menggunakan tanaman
serei yang sudah ada, alat yang digunakan seperti cangkul, teknik pengairan hanya
menggunakan air tadah hujan panen digunakan dengan cara bertahap, lalu
dipasarkan di Pasar tedekat. Keuntungan yang didapatkan sekali panen sebesar
Rp.150.000.
Responden Ti’no memanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman ubi
kayu dan terong, luas areal pekaranganya 4 are, modal yang dipakai dalam
pemanfaatan lahan pekarangamn dengan jenis tanaman ini sebanyak Rp. 30.000,
alat yang digunakan seperti cangkul, parang, teknik pengairan yang digunakan
mengandalkan air dari sumur, dan air tadah hujan, panen dilakukan secara
bertahap pemasaran dilakukan dengan cara hanya dijual didepan rumah.
Keuntungan yang didapatkan dalam sekali panen sebanyak Rp. 50.000.
Responden Kasmawati memanfaatkan lahan pekaranganya dengan cara
menanami tanaman pare belut, dengan luas lahan yaitu 4 are, modal yang dipakai
sebanyak Rp. 50.000, alat yang dipakai dalam memanfaatkan lahan pekarangan
dengan jenis tanaman ini yaitu cangkul, parang , bambut sebagai alat untuk
68
merambat pada tanaman pare belut ini teknik pengairan hanya mengandalkan air
tadah hujan dan dipelihara dengan cara yang mudah, dan saat panen dilakukan
secara bertahap sesuai pare yang sudah besar dan siap panen, dipasarkan dengan
cara pedagang pengumpul yang datang untuk membeli lalu dipasarkan di Pasar,
keuntungan sekali panen bisa mendapatkan Rp. 100.000 dengan dipanen sekali
seminggu.
Responden Halija memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
serei dengan luas lahan pekarangan 2 are, dan modal yang dipakai dalam
memanfaatkan lahan pekarangan berjumlah tidak ada karena bibit yang digunakan
hanya membutuhkan bibit tanaman yang sudah ada, alat yang digunakan dalam
pemanfaatan lahan pekarangan tanaman serei yaitu cangkul, dan teknik pengairan
bergantung pada air tadah hujan, air sumur, dipanen sekaligus dan bisa pula
dipanen secara bertahap dipasarkan dengan cara pedagang pengumpul datang
kerumah penduduk untuk membeli lalu dipasarkan di Pasar Panciro. Sekali panen
keuntungan yang didapatkan sebesar Rp. 100.000 bahkan bisa lebih.
Responden Hayati memanfaatkan lahan pekarangan dengan jenis tanaman
kankung dengan luas lahan 2 are dengan menggunakan modal sebanyak
Rp.50.000, alat yang digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan jenis
tanaman kankung alat yang digunakan seperti cangkul, teknik pengairan yang
digunakan yaitu air dari sumur dan irigasi yang ada didepan rumah penduduk
dipanen dengan cara sekaligus dengan lama waktu pemeliharaan paling lama 20
hari, lalu dipasarkan dengan cara, pedagang pengumpul yang datang membeli lalu
69
responden pasarakan di Pasar setempat keuntungan Rp. 50.000, tergantung dari
luas lahan, karena tanaman kangkung termasuk jenis tanaman yang murah.
Responden Kanang memanfaatkan lahan pekaranganya dengan jenis tanaman
serei dan kemangi luas areal lahan pekarangan 2 are dengan menggunakan modal
Rp. 30.000, karena tanaman serei hanya membutuhkan bibit dari tanaman serei
yang sudah ada, sementara bibit kemangi bisa dibeli ditoko tani terdekat, teknik
pengairan mengandalkan air tadah hujan dan dipanen secara sekaligus lalu
dipasarkan dengan cara dijual di Pasar terdekat. Keuntungan yang didapatka
sekali panen sebanyak Rp. 70.000. Jumlah persentase hasil penerimaan yang
didapatkan sekali panen dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Penerimaan Keuntungan Hasil PanenPemanfaatan Lahan Pekarangan di Desa Kanjilo KecamatanBarombong
No Penerimaan (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%)1 50.000-100.000 8 72,82 101.000-150.000 1 9,23 151.000-200.000 2 18,18
Jumlah 11 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Berdasarkan Tabel 11. Menunjukkan bahwa hasil penerimaan Ibu rumah
tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan, penerimaan terbanyak yaitu
Rp.50.00-100.000 dengan jumlah 8 orang ( 72,8%). Penerimaan Rp. 151.000-
200.000 dengan jumlah 2 orang (18,18%), dan penerimaan ibu rumah tangga
paling sedikit yaitu Rp.101.00 0- Rp.150.000 dengan jumlah 1 orang ( 9,2%).
Dan dapat dilihat bahwa jumlah ibu rumah tangga yang memenfaatkan lahan
pekarangan yang mendapat keuntungan ekonomis sebanyak 11 orang.
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga di
70
Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Yang telah dimanfaatkan
oleh Ibu rumah tangga, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat
menghasilkan keuntungan secara ekonomis.
Menurut Peny DH dan Benneth Ginting, 2000. Pekarangan bukan hanya
untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih dari pada itu adalah
guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis tanaman yang
bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayuran, buah-
buahan, obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu
dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan selebihnya bisa dijual. Pemanfaatan
pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman,
sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara
terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi
pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga
dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga secara ekonomis. secara
umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai
dengan 45%.
5.3 Hasil Analisis Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai UpayaPemenuhan Kebutuhan Keluarga
Berikut data yang telah diidentifikasi pendapat responden berdasarkan
hasil wawancara dari ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan,
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga dapat dilihat pada Tabel 12.
71
Tabel 12. Sebaran Responden Terhadap Pemanfaatan Lahan Pekarangan di DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
NO Pernyataan/Indikator JumlahRespondenSesuai Netral Tidak
sesuai3 2 1
1
Adanya dukungan kebijakanpemerintah dalam hal pemberian bibittanaman sehingga penduduk inginmemanfaatkan lahan pekarangan
- - 30 30
2Adanya lahan pekarangan yang bisadi manfaatkan untuk kebutuhankeluarga
27 3 - 30
3
Lahan pekarangan dapatmendatangkan keuntungan dalamperekonomian penduduk apabila ditanami berbagai jenis tanaman sepertisayuran,togah,dan rempah
15 7 8 30
4Tersedianya media tanam dan bahantanam yang mudah di dapatkanseperti lahan,bibit,air
27 2 1 30
5
Teknik yang di gunakan sangatmudah dengan penggunanpolibeg,pot,dan media lahanpekarangan secara langsung
23 6 1 30
6Kemauan masyarakat desa kanjilountuk memanfaatkan lahanpekaranganya
27 3 - 30
7
Dengan adanya pemanfaatan lahanpekarangan yang di tanami, dapatmemenuhi kebutuhan keluarga tanparepot lagi kepasar untuk membelikeperluanya
26 3 1 30
8Banyaknya penduduk yangmemanfaatkan lahan pekarangankarena memiliki lahan yang luas
21 5 4 30
9
Penduduk Desa Kanjilo lebihmemilih menggarap lahanpekaranganya di banding membelisayur di pasar
22 7 1 30
10Penduduk desa kanjilo beranggapanlahan pekarangan untuk di garap ataudi manfaatkan
25 5 - 30
Total 213 41 46
Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 12, menunjukkan bahwa hasil perhitungan persentase yang
diperoleh berdasarkan analisis scoring, menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan ke
72
responden jawaban yang paling banyak dihasilkan yaitu, jawaban sesuai dengan
jumlah 213, jawaban tidak sesuai dengan jumlah 46, sedangkan jawaban paling
rendah yaitu, jawaban netral, dengan jumlah 41.
Berikut data yang telah diidentifikasi pendapat responden berdasarkan
hasil wawancara dari ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan,
berdasarkan kritria jawaban sesuai dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban Sesuai di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Pertanyaan/Indikator Sesuai %
1Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberianbibit tanaman sehingga penduduk ingin memanfaatkan lahanpekarangan
- 0
2 Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untukkebutuhan keluarga 27 12,67
3Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalamperekonomian penduduk apabila ditanami berbagai jenistanaman seperti sayuran,togah,dan rempah
15 7,05
4 Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkan seperti lahan,bibit,air 27 12,67
5 Teknik yang digunakan sangat mudah dengan penggunanpolibag,pot,dan media lahan pekarangan secara langsung 23 10,79
6 Kemauan masyarakat Desa Kanjilo untuk memanfaatkanlahan pekaranganya 27 12,67
7Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami, dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagikepasar untuk membeli keperluanya
26 12,21
8 Banyaknya penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangankarena memiliki lahan yang luas 21 9,86
9 Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahanpekaranganya dibanding membeli sayur di pasar 22 10,34
10 Penduduk Desa Kanjilo beranggapan lahan pekarangan untukdigarap atau di manfaatkan 25 11,74
Total 213 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 13. Menunjukkan persepsi berdasarkan jawaban responden yang
dihasilkan dengan kriteria sesuai, dengan pernyataan sebagai berikut:
Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian bibit
tanaman sehingga ibu rumah tangga ingin memanfaatkan lahan pekarangan
73
dengan jumlah jawaban 0 dengan persentase 0%. Ibu rumah tangga yang
menjawab sesuai tidak ada karena pemanfaatan lahan pekarangan yang ada di
Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa penduduk memanfaatkan
lahan pekarangan tanpa adanya dukungan kebijakan dari pemerintah, penduduk
berinisiatif sendiri karena mereka menganggap lahan pekarangan mestinya
dimanfaatkan dengan tanaman sayuran untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dalam sehari-hari.
Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan
keluarga dengan jumlah jawaban 27 dengan persentase 12,67%. Penduduk yang
menjawab sesuai menganggap bahwa mereka menggarap/memanfaatkan lahan
pekaranganya karena mayoritas penduduk rata-rata memiliki lahan pekarangan
yang luas yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam jenis tanaman, sehingga
dalam pemanfaatan lahan pekarangan dapat tercermin pada rumah tangga,
kelestarian lingkungan dan salah satu solusi terjadinya dampak dari alih fungsi
lahan.
Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalam perekonomian
ibu rumah tangga apabila ditanami berbagai jenis tanaman seperti sayuran, toga,
dan rempah dengan jumlah jawaban 15 dengan persentase 7,05%. Penduduk yang
menjawab sesuai menganggap bahwa dengan adanya pemanfaatan lahan
pekarangan maka dapat mendatangkan keuntungan secara finasial, karena dapat
mengurangi pengeluaran perekonomian penduduk yang mana sebelumnya
mereka membeli sayur dipasar atau pedagang, dengan dilakukanya pemanfaatan
lahan pekarangan maka itu semua membantu mengurangi pengeluaran
74
perekonomian. Program pemanfaatan lahan pekarangan untuk memperkuat
ketahanan pangan yang difokuskan pada tanaman sehari-hari.
Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkan seperti
lahan, bibit, air dengan jumlah jawaban 27 dengan persentase 12,67%. Ibu rumah
tangga yang menjawab sesuai menganggap bahwa dalam memanfaatkan lahan
pekaranganya tidak terlalu repot dengan lahan, bibit, karena itu semua mudah
didapatkan tampa mengeluarkan modal yang banyak, bahkan dalam
memanfaatkan lahan pekarangan menanam jenis sayuran ada pula yang tampa
mengeluarkan modal karena bibit yang mudah didapatkan, seperti serei, talas dan
bibit-bibit lainya.
Teknik yang digunakan sangat mudah dengan penggunan polibag, pot, dan
media lahan pekarangan secara langsung dengan jumlah jawaban 23 dengan
persentase 10,79. Ibu rumah tangga yang menjawab sesuai menganggap bahwa
meskipun lahan pekarangan tidak terlalu luas tetapi banyak cara yang bisa
digunakan seperti dengan menggunakan pot, polibag, tetapi kebanyakan penduduk
memanfaatkan lahan pekaranganya dengan media lahan secara langsung.
Kemauan masyarakat Desa Kanjilo untuk memanfaatkan lahan
pekaranganya dengan jumlah jawaban 27 dengan persentase 12,67%. Ibu rumah
tangga yang menjawab sesuai menganggap bahwa mereka memanfaatkan lahan
pekaranganya karena atas dasar kemauan sendiri karena mereka menganggap
lahan pekarangan jika dikelolah dengan baik pekarangan rumah dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti sumber pangan dan juga
sebagai sumber pendapatan, pemanfaatan lahan pekarangan baik didaerah
75
pedesaan maupun perkotaan bisa mendukung ketahanan pangan rumah tangga
dengan memberdayakan potensi disekitar lingkungan.
Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami, dapat
memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasar untuk membeli
keperluanya dengan jumlah jawaban 26 dengan persentase 12,21%. Ibu rumah
tangga yang menjawab sesuai menganggap bahwa dengan memanfaatkan lahan
pekarangan dengan berbagai jenis tanaman sayuran, rempah, toga, maka
kebutuhan keluarga tepenuhi, apa yang di butuhkan sudah ada jadi tidak usa lagi
repot ke pasar dan mengeluarkan uang untuk membeli sayur.
Banyaknya ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan
karena memiliki lahan yang luas dengan jumlah jawaban 21 dengan persentase
9,86%. Penduduk yang menjawab sesuai menganggap sesuai karena penduduk
Desa Kanjilo rata-rata memiliki lahan pekarangan yang luas sehingga kebanyakan
penduduk menggarap lahan pekaranganya dan dijadikan kerjaan sampingan, dan
mayoritas penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan adalah ibu rumah
tangga. Untuk pekarangan yang luas tentu lebih bisa memilih jenis dan model
pengelolaan pekarangannya, namun bagi masyarakat yang pekarangannya sempit
dapat diterapkan sistim TAMBULAPOT (tanaman Buah/bumbu dalam pot). Bila
hal ini dapat kita lakukan dan mengaturnya sesuai dengan penataan eksterior
tentunya pekarangan rumah akan tampak asri dan juga bermanfaat untuk upaya
diversifikasi pangan dan gizi yang secara langsung dapat berkontribusi
mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan. Pemilihan
komoditi yang akan dikembangkan tentunya harus juga mempertimbangkan
76
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta pengembangannya secara
komersial berbasis pekarangan.
Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahan pekaranganya
dibanding membeli sayur dipasar dengan jumlah jawaban 21 dengan persentase
10,34%. Ibu rumah tangga yang menjawab sesuai lebih berinisiatif dan memeliki
kreatifitas yang tinggi untuk menggarap lahan pekaranganya dibanding untuk
membeli sayur di Pasar, karena pengetahuan penduduk Desa Kanjilo
kreatifitasnya akan tanaman, itu sangat tinggi karena kebanyakan penduduk Desa
Kanjilo adalah petani.
Ibu rumah tangga yang ada di Desa Kanjilo beranggapan lahan pekarangan
untuk digarap atau dimanfaatkan dengan jumlah jawaban 22 dengan persentase
11,74%. Penduduk mempunyai kreatifitas yang tinggi sehingga lebih menyukai
menggarap lahan pekaranganya sekalian ditata, jadi sekaligus mempunyai daya
tarik tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Menunjukkan bahwa hasil perhitungan persentase yang diperoleh
berdasarkan analisis scoring menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan ke
responden jumlah jawaban sesuai yang dihasilkan sebanyak 213.
Berikut data yang telah diidentifikasi pendapat responden berdasarkan
hasil wawancara dari penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan,
berdasarkan kritria jawaban netral dapat dilihat pada Tabel 14.
77
Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban Netral di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Pernyataan/Indikator Netral %
1Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberianbibit tanaman sehingga penduduk ingin memanfaatkan lahanpekarangan
- 0
2 Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untukkebutuhan keluarga 3 7,32
3Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalamperekonomian penduduk apabila ditanami berbagai jenistanaman seperti sayuran,togah,dan rempah
7 17,06
4 Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudahdidapatkan seperti lahan,bibit,air 2 4,89
5 Teknik yang di gunakan sangat mudah dengan penggunanpolibag,pot,dan media lahan pekarangan secara langsung 6 14,65
6 Kemauan masyarakat desa kanjilo untuk memanfaatkan lahanpekaranganya 3 7,32
7Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang di tanami,dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasaruntuk membeli keperluanya
3 7,32
8 Banyaknya penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangankarena memiliki lahan yang luas 5 12,19
9 Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahanpekaranganya dibanding membeli sayur di pasar 7 17,06
10 Penduduk desa kanjilo beranggapan lahan pekarangan untukdigarap atau di manfaatkan 5 12,19
Total 41 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
Tabel 14. Menunjukkan persepsi berdasarkan jawaban responden yang
dihasilkan dengan kriteria netral, dengan pernyataan sebagai berikut:
Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian bibit
tanaman sehingga penduduk ingin memanfaatkan lahan pekarangan dengan
jumlah jawaban 0 dengan persentase 0%. Ibu rumah tangga yang menjawab netral
tidak ada karena tidak adanya kebijakan dari pemerintah penduduk memanfaatkan
lahan pekaranganya atas dasar kemauan sendiri.
Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan
keluarga dengan jumlah jawaban 3 dengan persentase 7,32%. Ibu rumah tangga
78
yang menjawab netral menganggap bahwa meskipun lahan pekarangan itu ada
tetapi tidak dimanfaatkan maka kebutuhan keluarga otomatis tidak terpenuhi.
Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalam perekonomian
ibu rumah tangga apabila ditanami berbagai jenis tanaman seperti sayuran, togah,
dan rempah dengan jumlah jawaban 7 dengan persentase 17,06%. Penduduk yang
menjawab netral menganggap bahwa meskipun lahan pekarangan ditanami
berbagai jenis tanaman seperti sayuran, toga, rempah tetapi ada pula yang tidak
mendatangkan keuntungan dalam perekonomian tetapi hanya terpenuhi
kebutuhanya saja dalam sehari-hari.
Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkan
seperti lahan, bibit, air dengan jumlah jawaban 2 dengan persentase 4,89%. Ibu
rumah tangga yang menjawab netral menganggap bahwa ada jenis bibit tanaman
yang mudah didapatkan tanpa repot untuk membeli tetapi ada pula yang bisa
didapatkan dengan membelinya, dan penduduk mempunyai lahan pekarangan
yang luas tetapi air yang dibutuhkan jauh dan susah untuk dijangkau pada
tanaman.
Teknik yang digunakan sangat mudah dengan penggunan polibag, pot, dan
media lahan pekarangan secara langsung dengan jumlah jawaban 6 dengan
persentase 14,65%. Penduduk yang menjawab netral menganggap bahwa dengan
memanfaatkan lahan pekarangan menggunakan pot, polibag bisa dilakukan tetapi
tidak terlalu bagus karena cuma jenis tanaman kecil saja yg bisa dikembangkan
dan jumlah produksinya berbeda dengan lahan pekarangan secara langsung.
79
Kemauan masyarakat Desa Kanjilo untuk memanfaatkan lahan
pekaranganya dengan jumlah jawaban 3 dengan persentase 7,32%. Ibu rumah
tangga yang menjawab netral menganggap bahwa karena adanya dasar kemauan
ibu rumah tangga dan ada pula yang secara iseng saja tetapi malah mendapatkan
hasil.
Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami, dapat
memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasar untuk membeli
keperluanya dengan jumlah jawaban 3 dengan persentase 7,32%. Ibu rumah
tangga yang menjawab netral menganggap bahwa dengan memanfaatkan lahan
pekarangan dengan berbagai jenis tanaman kadang dapat memenuhi kebutuhan
keluarga apabila hasil produksinya baik, tetapi apabila hasil produksinya rusak
maka penduduk masih ke pasar untuk membeli sayur.
Banyaknya ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan
karena memiliki lahan yang luas dengan jumlah jawaban 5 dengan persentase
12,19%. Penduduk yang menjawab netral menganggap bahwa bukan hanya
penduduk yang mempunyai lahan pekarangan yang luas dapat memanfaatkan
lahan pekaranganya, tetapi ibu rumah tangga yang lahannya sempit juga bisa
memanfaatkan lahan pekaranganya.
Ibu rumah tangga yang ada di Desa Kanjilo lebih memilih menggarap
lahan pekaranganya dibanding membeli sayur di Pasar dengan jumlah jawaban 7
dengan persentase 17,06%. Penduduk yang menjawab netral menganggap bahwa
ibu rumah tangga memilih menggarap lahan pekaranganya untuk tidak lagi ke
Pasar membeli sayur bukan suatu alasan bagi mereka.
80
Ibu rumah tangga yang ada di Desa Kanjilo beranggapan lahan
pekarangan untuk digarap atau dimanfaatkan dengan jumlah jawaban 5 dengan
persentase 12,19%. Ibu rumah tangga yang menjawab netral menganggap bahwa
lahan pekarangan bisa dimanfaatkan dan bisa hanya dinikmati dengan cara
dibiarkan kosong tampa adanya tanaman, meskipun penduduk memanfatkan
lahan pekarangan tetapi jenis tanaman yang dibudidayakan tidak beraneka ragam,
sehingga ibu rumah tangga masih ke Pasar untuk membeli jenis sayuran yang lain.
Menunjukkan bahwa hasil perhitungan persentase yang diperoleh
berdasarkan analisis scoring menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan ke
responden jumlah jawaban netral yang dihasilkan sebanyak 41.
Berikut data yang telah diidentifikasi pendapat responden berdasarkan
hasil wawancara dari penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan, di Desa
Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa berdasarkan kritria jawaban
tidak sesuai dapat dilihat pada Tabel 15.
81
Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Jawaban Tidak Sesuai di DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Pernyataan/Indikator TidakSesuai %
1 Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian bibittanaman sehingga penduduk ingin memanfaatkan lahan pekarangan 30 65,22
2 Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhankeluarga - 0
3Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalamperekonomian penduduk apabila ditanami berbagai jenis tanamanseperti sayuran,togah,dan rempah
8 17,39
4 Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkanseperti lahan,bibit,air 1 2,17
5 Teknik yang digunakan sangat mudah dengan penggunan polibag,pot,dan media lahan pekarangan secara langsung 1 2,17
6 Kemauan masyarakat Desa Kanjilo untuk memanfaatkan lahanpekaranganya - 0
7Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang di tanami,dapat memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasar untukmembeli keperluanya
1 2,18
8 Banyaknya penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan karenamemiliki lahan yang luas 4 8,69
9 Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahanpekaranganya dibanding membeli sayur di pasar 1 2,18
10 Penduduk Desa Kanjilo beranggapan lahan pekarangan untukdigarap atau dimanfaatkan - 0
Total 46 100Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016 .
Tabel 15. Menunjukkan persepsi berdasarkan jawaban responden yang
menjawab tidak sesuai, dengan pernyataan sebagai berikut:
Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian bibit
tanaman sehingga ibu rumah tangga ingin memanfaatkan lahan pekarangan
dengan jumlah jawaban 30 dengan persentase 65,22%. Ibu rumah tangga
menjawab tidak sesuai karena mereka memanfaatkan lahan pekarangan tampa
adanya dukungan kebijakan dari pemerintah setempat. Ibu rumah tangga
memanfaatan lahan pekarangan atas dasar kemauan sendiri karena mayoritas
warga Desa Kanjilo adalah petani sehingga mereka hobi dalam bidang pertanian.
82
Adanya lahan pekarangan yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan
keluarga dengan jumlah jawaban 0 dengan persentase 0%. Responden yang
menjawab tidak sesuai adalah tidak ada, karena ibu rumah tangga rata-rata
mempunyai pekarangan yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, dan dapat mendatangkan keuntungan secara finansial
Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalam perekonomian
ibu rumah tangga apabila ditanami berbagai jenis tanaman seperti sayuran, togah,
dan rempah dengan jumlah jawaban 8 dengan persentase 17,39%. Penduduk yang
menjawab tidak sesuai karena pernyataan mereka meskipun mereka menanam
sayuran, tetapi mereka tidak menjualnya hanya untuk kebutuhan sehari-hari,
sehingga pemanfaatan lahan pekarangan tidak mendatangkan keuntungan secara
finansial bagi mereka.
Tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkan seperti
lahan, bibit, air, dengan jumlah jawaban 1 dengan persentase 2,17%. Ibu rumah
tangga yang menjawab tidak sesuai beranggapan bahwa dia mempunyai lahan
pekarangan tetapi bibit dan air mereka susah untuk mendapatkanya harus
membeli apa lagi kalau jenis tanaman sayuran, dan sumber air jauh dari lahan
pekaranganya.
Teknik yang digunakan sangat mudah dengan penggunan polibag, pot,
dan media lahan pekarangan secara langsung dengan jumlah jawaban 1 dengan
persentase 2,17%. Penduduk yang menjawab tidak sesuai beranggapan bahwa
apabila memanfaatkan lahan pekarangan dengan menggunakan media polibag dan
pot, mengatakan bahwa tidak cocok karena apabila mereka menanam jenis
83
tanaman yang ukuranyanya yang tinggi dan besar maka hasil produksi yang
dihasilkan kurang.
Kemauan masyarakat Desa Kanjilo untuk memanfaatkan lahan
pekaranganya dengan jumlah jawaban 0 dengan persentase 0%. Ibu rumah tangga
yang menjawab tidak sesuai jumlahnya tidak ada, karena memang ibu rumah
tangga Desa Kanjilo Kecamatan Barombong memanfaatkan lahan pekaranganya
karena kemauan sendiri, tidak ada paksaan atau arahan dari orang lain.
Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami, dapat
memenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasar untuk membeli
keperluanya dengan jumlah jawaban 1 dengan persentase 2,18%. Ibu rumah
tangga yang menjawab tidak sesuai menganggap bahwa adanya pemanfaatan
lahan pekarangan belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan keluarga apabila
jenis tanaman sayuran yang dia tanam tidak beraneka ragam, dan tentu saja ibu
rumah tangga masi ke Pasar untuk membeli keperluan berupa sayuran.
Banyaknya ibu rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangan
karena memiliki lahan yang luas dengan jumlah jawaban 4 dengan persentase
8,69%. Ibu rumah tangga yang menjawab tidak sesuai menganggap bahwa bukan
cuma ibu rumah tangga yang mempunyai lahan pekarangan yang luas yang dapat
memanfaatkan lahan pekaranganya tetapi yang lahan sempit dapat juga
memanfaatkan pekaranganya dengan disesuaikan teknik dan cara penggunaan
lahanya dengan menggunakan pot, polibag.
Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahan pekaranganya
dibanding membeli sayur di Pasar dengan jumlah jawaban 1 dengan persentase
84
2,18%. Penduduk yang menjawab tidak sesuai menganggap bahwa meskipun dia
memanfaatkan lahan pekaranganya dengan menanami jenis tanaman sayuran,
mereka masi membutuhkan jenis sayuran yang lain yang dijual di Pasar karena
apabila menggarap lahan pekarangan membutuhkan waktu lama untuk dapat
menikmatinya, sementara kalau dia membeli ke Pasar hanya membutuhkan waktu
yang tidak lama.
Ibu rumah tangga yang ada di Desa Kanjilo beranggapan lahan pekarangan
untuk digarap atau dimanfaatkan dengan jumlah jawaban 0 dengan persentase
0%. Penduduk yang menjawab tidak sesuai adalah tidak ada, karena penduduk
Desa Kanjilo menganggap bahwa lahan pekarangan memang untuk digarap dan
dimanfaatkan, karena apabila dimanfaatkan maka akan mendatangkan keuntungan
bagi ibu rumah tangga, dan mendatangkan keuntungan secara finansial.
Menunjukkan bahwa hasil perhitungan persentase yang diperoleh
berdasarkan analisis scoring menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan ke
responden jumlah jawaban tidak sesuai yang dihasilkan sebanyak 46.
Berikut data yang telah diidentifikasi berdasarkan Persepsi responden
dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
keluarga dari hasil jawaban sesuai, netral, dan tidak sesuai, dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16. Alternatif Hasil Jawaban Responden di Desa Kanjilo KecamatanBarombong Kabupaten Gowa
Alternatif Jawaban Jumlah Persentase %SesuaiNetralTidak Sesuai
2134146
7113,6615,34
Total 300 100%Sumber : Data Primer Desa Kanjilo,2016
85
Tabel 16. Menunjukkan bahwa jawaban terbanyak dari 30 responden dari
kriteria sesuai adalaah sebanyak 213 dengan persentase 71% jawaban dari
kriteria netral dari 30 responden adalah sebanyak 41 dengan persentase 13,66%,
dan jawaban dari 30 responden yang termasuk kriteria tidak sesuai adalah
sebanyak 46 dengan persentase 15,34%. Sehingga menghasilkan jumlah jawaban
sebanyak 300, dari pernyataan kesuluruhan responden.
Berikut data yang telah diidentifikasi berdasarkan hasil akhir analisis
scorinng dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan keluarga dapat dilihat pada Tabel 17 .
Tabel 17. Hasil Akhir Berdasarkan Analisis Scoring Pemanfaatan LahanPekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di DesaKanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
Hasil NilaiKategori 66,7Interval 33,3
Sumber : Data Primer Desa Kanjilo,2016
Tabel 17 menunjukkan bahwa Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
diperoleh hasil akhir yang menjelaskan bahwa Pendukuk Desa Kanjilo yang
memanfaatkan lahan pekarangan masuk dalam kategori baik, dengan hasil
kriteria penilain sebesar 66,7 dan jumlah interval sebesar 33,3, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan termasuk
banyak, karena rata-rata ibu rumah tangga mempunyai lahan yang luas yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan:
1.Bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya
2.sayur-sayuran
3.Rempah , bumbu , wangi-wangian dan obat keluarga
86
Jenis tanaman yang paling banyak dibudidayakan oleh penduduk Desa
Kanjilo adalah tanaman sayuran, seperti: kankung, terong, kemangi, pare, pare
belut, talas, kacang panjang, dan lain-lain. Ibu rumah tangga yang menggarap atau
memanfaatkan lahan pekarangan adalah ibu rumah tangga, dengan adanya
partisipasi dari ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan maka hal
ini mendukung keberhasilan potensi pekarangan yang ada di Desa Kanjilo selain
penduduk bertani dilahan sawahnya dia pula memanfaatkan lahan pekaranganya,
sebagai kerjaan sampingan, sehingga ibu rumah tangga mempunyai dua peranan,
selain berperan sebagai ketahan gisi dia juga berperan sebagai ketahanan pangan.
Teknik ini sangat mudah karena media yang di gunakan mudah didapatkan seperti
bibit, lahan pekarangan dan air.
Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Kanjilo
Kecamatan Barombong, ibu rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan keluarga,
bahkan dapat mendatangkan keuntungan secara finansial yang mana sebelumnya
dia membeli sayuran dipasar, dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan maka
semua itu terpenuhi, sehingga pengeluaran perekonomian keluarga dapat
berkurang,
Menurut (Hidayat,2013). Menyatakan bahwa manfaat dari pemanfaatan
lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga untuk
meningkatkan penghasilan, karena jika dikelolah dengan baik pekarangan rumah
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti bahan pangan atau
bahan obat-obatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, sehat dan indah,
sangat mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
87
lingkungan, karena pemanfaatan pekarangan merupakan pelestarian ekosistem
yang sangat baik, dan sebagai tempat menyalurkan segala kreatifitas dan
kesenangan ataupun hobi semua anggota keluarga.
Faktor pendukung dari pemanfaatan lahan pekarangan yaitu dengan adanya
partisipasi dari ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahan pekarangan rumah,
untuk menanam guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, puluhan baahkan
ratusan ibu rumah tangga mulai tertarik untuk memanfaatkan lahan pekaranganya
(Masnum,2013).
88
VI .KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa, berdasarkan analisis scoring yang digunakan hasil analisis data
yang dihasilkan masuk dalam kategori baik sesuai dengan potensi yang
memanfaatkan lahan pekarangan yang ada di Desa Kanjilo Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa. yaitu sebagai berikut :
a. Penggunaan lahan pekarangan selama ini di Desa Kanjilo Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa. Penggunaan lahan sudah dimanfaatkan sejak
dari dulu, ibu rumah tangga sudah memanfaatkan lahan pekaranganya karena
dianggap merupakan tempat bertani sampingan selain di sawah, sejak dari
dulu penduduk Desa Kanjilo sudah memanfaatkan lahan pekarangan karenan
merupakan hobbi dan kebiasaan bagi mereka.
b. Cara ibu rumah tangga memanfaatkan lahan pekarangan di Desa Kanjilo
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, dengan melakukan pemanfaatan
pekarangan dengan menanami berbagai jenis tanaman di lahan pekarangan
seperti sayuran, toga, dan rempah. Caranya dengan menggunakan media
lahan pekarangan secara langsung, pot, dan polibag. Jenis tanaman yang
banyak dibudidayakan seperti:, kemangi, serei, ubi kayu, talas, aneka sayuran,
dan jenis tanaman obat, yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
dijual untuk pendapatan keluarga, cara menaman di halaman rumah sangat
89
bermanfaat untuk mengurangi belanja keluarga, belanja dapur sayuran dapat
dihemat dengan menanam sayuran dihalaman rumah. Tumbuhan dihalaman
rumah selain menghasilkan sayuran dapur dan buah yang bagus juga akan
memperindah halaman. Apabila langkah para Ibu rumah tangga di Desa
Kanjilo yang belum memanfaatkan lahan pekarangan dan melakukan hal
yang sama, maka pangan di Desa Kanjilo akan tersedia cukup. Pemanfaatan
lahan pekarangan semakin meningkat sehingga pengembangan lahan
pekarangan memiliki peluang untuk dipertahankan dan terus di pelihara
dengan penggunaan teknik pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan keluarga.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan keluarga, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan keluarga, perlu adanya kebijakan dari pemerintah, dan kesadaran
penduduk Desa Kanjilo untuk memanfaatkan dan lebih meningkatkan potensi
lahan pekaranganya, agar program pemanfaatan lahan pekarangan dapat
memperkuat ketahanan pangan dan mendatangkan keuntungan secara
finansial yang lebih banyak.
b. Perlu adanya arahan yang intensif secara teknis dalam mengoptimalkan
penggunaan lahan pekarangan serta kemauan dari penduduk untuk melakukan
pemanfaatan lahan pekarangan sehingga hasil produksi dari pemanfaatan
90
lahan pekarangan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi
bahkan bisa mendapatkan keuntungan secaara finansial, agar penduduk Desa
Kanjilo lebih tertarik lagi untuk menggarap lahan pekaranganya, dan
dijadikan sebagai tempat untuk menyalurkan segala kreatifitas dan
kesenangan ataupun hobi dalam semua anggota keluarga.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2013. Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB.http://bkp.ntbprov.go.id/berita-165-pekarangan-sumber-gizi-keluarga.html.akses tanggal 17 Februari 2016
Anonim, 2015. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Artikel. Wartawan : Elfindri -Guru Besar Ekonomi SDM Fakultas Ekonomi Unand Editor : Riyon - 01April 2015 13:37 WIB. tanggal akses 17 Februari 2016.
Anonim. 2014. Pembangunan Pedesaan.wikipedia Indonesia.
Arikunto.2006.Metodologi Pertanian.Yogyakarta.Bina Aksara.
Andhika, 2009. Kebijakan dan program pembangunan Pertanian departemenpertanian. Jakarta.
Diyon, 2015. Strategi pengembangan.jurnal ekstensia volume 111.Februari.
FAO, 2002. Workshop on Tropical Rain Forest and Rehabilitation. FakultasKehutanan UGM. Yogyakarta
Hidayat 2013. Studi karakteristik dan fungsi pekarangan di Desa Pasir EurihKecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor. Skripsi IPB. Bogor.
Irwan, 2008. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman YangProduktif. Uripsantosowordpress.com diakses tanggal 28 Desember 2012.
Keraf, 2010 : “Tanaman Pekarangan dalam Usaha Meningkatkan KetahananRakyat Pedesaan”. Agro – Ekonomi. Maret 1978.
Kristanti. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Menjadi Taman YangProduktif. Uripsantosowordpress.com diakses tanggal 28 Februari 2016.
Masnum, 2013, Partisipasi ibu rumah tangga dalam pemanfaatan lahanpekarangan, Jakarta.
Rahayu, M dan Prawiroatmojo, 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan danPemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni, Sulawesi Selatan.Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT 6 (2) : 360-364.
Rangkuti. 2013. Strategi pengembangan.jakarta Penerbit Swadaya.Jakarta
Soemarno. 2010. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu.
92
Soemarwoto, 1981. Sistem Kebun-Talun : Suatau Sistem Pertanian HutanTradisional. Proseding Seminar Agroforestry dan PengendalianPerladangan. 19-21 November 1981. Jakarta.
Sumarnie, Priyono, Harahap dan Komarudin. 1993. Peningkatan produktivitasPekarangan di desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro, KabWonogiri Jawa Tengah. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDM 14 Juni1993.
Sumber data primer Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa 2011-2015.
Suswono, 2010. Strategi Pengembangan Pemanfaatan lahan Pekarangan,http://Skripsi.2011.blogspot.com/2010/11/Strategipengembangan.lahan.html.
93
KOESIONER PENELITIAN
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI UPAYA
PEMENUHAN KEBUTUHAN KELUARGA DI DESA KANJILO
KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA
1. Identitas responden :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Tanggungan keluarga :
Pengalaman usaha tani:
2. Berapa luas lahan pekarangan yang bapak/ibu miliki ?
Jawab :.........................................................................
3. Berapakah modal yang bapak /ibu butuhkan dalam pemanfaatan lahan
pekarangan ?
Jawab :........................................................................
4. Apakah pemanfaatan lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan
secara finansial ?
Jawab :..............................................................................
5. Jenis tanaman apakah yang di budidayakan di lahan pekarangan ?
Jawab:...............................................................................
94
Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban yang anda pilih atau yang paling
sesuai dengan pendapat anda.
Kriteria penelitian:
a. Sesuai : Diberi skor 3
b. Netral : Diberi skor 2
c. Tidak Sesuai : Diberi skor 1
1. Adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian bibit tanaman
sehingga penduduk ingin memanfaatkan lahan pekaranganya
a. Sesuai
b. Netral
c. Tidak Sesuai
2.Adanya lahan pekarangan yang bisa di manfaatkan/di garap untuk kebutuhan
keluarga
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
3.Lahan pekarangan dapat mendatangkan keuntungan dalam perekonomian
penduduk apabila di tanami berbagai jenis tanaman seperti sayuran,toga dan
rempah
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
95
4.tersedianya media tanam dan bahan tanam yang mudah didapatkan seperti
lahan, bibit, air
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
5.Teknik menanam yang digunakan sangat mudah dengan penggunaan pot,
polibeg, dan media lahan pekarangan secara langsung
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
6. Kemauan masyarakat desa kanjilo untuk memanfaatkan lahan pekaranganya
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
7. Dengan adanya pemanfaatan lahan pekarangan yang di tanami, dapatmemenuhi kebutuhan keluarga tanpa repot lagi kepasar untuk membelikeperluanya
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
96
8.Banyaknya penduduk yang memanfaatkan lahan pekarangan karena memiliki
lahan yang luas
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
9. Penduduk Desa Kanjilo lebih memilih menggarap lahan pekaranganya dibanding membeli sayur di pasar
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
10. Penduduk desa kanjilo beranggapan lahan pekarangan untuk di garap atau dimanfaatkan
a.Sesuai
b.Netral
c.Tidak Sesuai
97
Penilaian dengan pemberian scoring
No Klasifikasi Kriteria Scor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-Rata
98
Lampiran 1. Sebaran Responden Pemanfaatan Lahan Pekarangan Di Desa KanjiloKecamatan Barombong Kabupaten Gowa
No Nama Umur Tingkat Pengalaman Luas Jumlah
Responden Umur PendidikanBerusahatani
(THN)
lahanpekarangan
(Ha) Tanggungan1 Syamsinar 39 Smp 3 0,01 6
2 Saenab 40 Sd 10 0,03 3
3 Marlina 35 Sma 5 0,04 6
4 Hasnah 52 Smp 3 0,04 4
5 Reski dian 24 s1 3 0,01 6
6 Hasniah 58 Sma 4 0,02 4
7 Hasnah 45 Sma 5 0,01 7
8 Maria 47 SD 7 0,02 6
9 Herlina 45 SMA 3 0,01 5
10 Mirnawati 27 S1 6 0,01 2
11 Nur siah 38 SMA 2 0,04 5
12 Ernawati 39 SMA 5 0,02 4
13 Nur eni 35 SMA 2 0,02 2
14 Ti'no' 73 SD 8 0,04 2
15 Hawani 37 SMP 10 0,02 6
16 Sardina 36 SMP 2 0,03 4
17 Hamdana 48 SMA 5 0,02 4
18 Kasmawati 39 SMP 3 0,04 5
19 Haliah 37 SMA 1 0,03 5
20 Halija 73 SD 7 0,02 7
21 Sarianong 65 SD 5 0,02 2
22 Marlina 27 SMA 2 0,02 9
23 Hayati 53 SD 4 0,02 5
24 Rosita 38 SMA 3 0,02 5
25 Kanang 28 SMP 5 0,02 4
26 Saharia 56 SD 1 0,01 4
27 Bulang 29 SMA 1 0,01 2
28 Muliati 42 SMP 5 0,02 4
29 Mina 62 SD 5 0,03 6
30 Ati 44 SMP 4 0,03 4
Jumlah 1311 129 0,67 138Rata-rata 44 4 0,02 5
99
Lampiran 2. Sebaran Responden Berdasarkan Modal Dan Jenis Tanaman Di DesaKanjilo Kec.Barombong Kab.Gowa
NO Nama Modal (Rp) Jenis Tanaman1 Syamsinar Rp 50.000 Cemangi2 Saenab Rp 70.000 Pare belut3 Marlina Rp -. Serei4 Hasnah Rp 100.000 Kankung5 Reski Dian Sari Rp 50.000 Terong,cabai6 Hasniah Rp 50.000 Ubi kayu,terong7 Masnah Rp 30.000 Tomat,cabai8 Herlina Rp 20.000 Pecah
beling,klorofil9 Mardia Rp - Talas10 Mirnawati Rp 50.000 Terong11 Nur Siah Rp - Ubi kayu12 Ernawati Rp 20.000 Cabai13 Nur Eni Rp - Serei14 Ti’no’ Rp 30.000 Ubi kayu,terong15 Hawani Rp 30.000 Terong16 Sardina Rp 30.000 Kacang panjang17 Hamdana Rp 25.000 Pare18 Kasmawati Rp 50.000 Pare belut19 Haliah Rp - Kumis kucing,
lidah buaya20 Halija Rp - Serei21 Sarianong Rp - Ubi kayu22 Marlina Rp 50.000 Kankung, cabai23 Hayati Rp 50.000 Kankung24 Rosita Rp 30.000 Terong25 Kanang Rp 30.000 Serei dan
cemangi26 Saharia Rp - Kumis kucing27 Bulan Rp - Talas28 Muliyati Rp 30.000 Terong,
kangkung29 Mina Rp 50.000 Pare30 Ati Rp 20.000 Cabai
100
Keterangan Lampiran 3:
1 . Kangkung 5 . Kemangi 9. Serei 13. Kacang panjang
2 . Terong 6 . Ubi kayu 10 .talas 14. Lidah buaya
3 . Pare 7 . Cabai 11. Klorofil
4 . Pare belut 8 . Tomat 12.Kumis kucing
101
Lampiran 4. Hasil Pemberian Skor Dari Tiap Responden
NoResponden
Kriteria Scor
1 Sesuai 32 Sesuai 33 Sesuai 34 Sesuai 35 Netral 26 Netral 27 Netral 28 Netral 29 Netral 210 Sesuai 311 Sesuai 312 Netral 213 Netral 214 Sesuai 315 Sesuai 316 Sesuai 317 Sesuai 318 Netral 219 Sesuai 320 Sesuai 321 Netral 222 Sesuai 323 Sesuai 324 Sesuai 325 Netral 226 Netral 227 Netral 228 Sesuai 329 Netral 230 Sesuai 3
Jumlah 77Rata-rata 2,56
Max 3Min 2
88
2
78
102
Lampiran 5 . Cara Mengolah Data Berdasarkan Analisis Scoring
Rumus analisis scoring, berdasarkan kuesioner panduan penilaian dan
pemberian skoring dengan menggunakan pendekatan skala likert. Adapun
panduan penentuan penilaian dan skoringnya adalah sebagai berikut:
Rumus umum scoring :
Interval : Range (R/) Ktegori (K)
Range (R) : Skor tertinggi – skor terendah
Kategori (K) : 2 adalah banyaknya kriteria yang di susun pada kriteria
objektif suatu variabel , kategori yang baik dan kurang.
- Jumlah pilihan = 3
- Jumlah pertanyaan = 10
- Skoring tertinggi = 3
- Skoring terendah = 1
-Jumlah scor terendah = scoring terendah x pertanyaan
= 1 x 10 = 10
= 10/30 x 100% = 0,33 x 100%
= 33,33%
-Jumlah skor tertinggi = Scoring tertinggi x pertanyaan
= 3 x 10 = 30
= 30/30 x 100% =1 x 100%
= 100%
-Penentuan scoring pada kriteria objektif :
89
103
Rumus umum.
-Interval ( I ) = Range ( R ) / kategori ( K )
-Range ( R ) = skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 33,33%
= 66,7%
-Kategori ( 2 ) = 1. Baik
2. kurang
-Interval ( I ) = 66,7 / 2 = 33,3%
-Kriteria penilaian = skor tertinggi – interval
= 100% - 33,3%
= 66,7%
> 66,7% = Baik
< 66,7% = cukup
90
2
78
104
105
DOKUMENTASI :
Gambar Lahan Pekarangan Responden
Gambar 1. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kemangi
Gambar 2. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung
106
Gambar 3. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung
Gambar 4. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman teron
107
Gambar 5. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung danterong
Gambar 6. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman terong
108
Gambar 7. Wawancara dengan salah satu responden
Gambar 8. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung danubi kayu.
109
Gambar 9. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman pare
Gambar 10. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan jenis tanaman kangkung.
110
RIWAYAT HIDUP
Penul is dilahirkan di Limbung 15 September 1995 dari
a ayah Muh Jufri dan ibu Ernawati.Penulis merupakan
nak pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 1
B Bontonompo selatan lulus tahun 2012. pada tahun yang
sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melakukan kunjungan
dipengolahan Markisa dan di Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Makassar. Penulis juga pernah melaksanakan studi banding di provinsi Jawa dan
Bali, dan penulis juga pernah mendapatkan beasiswa berprestasi.
Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Agribisnis priode 2015-2016. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai
Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa.
83
Lampiran 3. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Tanaman Yang Dimanfaatkan Di Lahan PekaranganNama Jenis tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 JumlahSyamsinar 1Saenab 1Marlina 1Hasnah 1Reski dian 2Hasniah 2Masnah 2Maria 1Herlina 1Mirnawati 1Nur siah 1Ernawati 1Nur eni 1Ti'no' 2Hawani 1Sardina 1Hamdana 1Kasmawati 1Haliah 2Halija 1Sarianong 1Marlina 2Hayati 1Rosita 1Kanang 2Saharia 1Bulang 1Muliati 2Mina 1Ati 1
Total 4 7 3 1 2 4 5 1 4 2 1 2 1 1 38Sumber : Data Primer Desa Kanjilo, 2016
83