buku studi diet total survei konsumsi makanan · pdf filei buku studi diet total survei...

75
i BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah Nur Sapardin Tjetjep Syarif Hidajat Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN TAHUN 2014 Bolu Kembojo Pancake Durian Asem Pedas Ikan Patin Mie Sagu Roti Jala Kuah Kari

Upload: vanthien

Post on 22-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

i

BUKU STUDI DIET TOTAL

SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU

PROVINSI RIAU 2014

Tim Penulis :

Endi Ridwan

Marice Sihombing Aprildah Nur Sapardin Tjetjep Syarif Hidajat

Lembaga Penerbit BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

TAHUN 2014

Bolu Kembojo Pancake Durian

Asem Pedas Ikan Patin Mie Sagu Roti Jala Kuah Kari

Page 2: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

ii

Kata Pengantar

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan

karuniaNya, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014

Provinsi Riau SDT terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis

Cemaran Kimia Makanan (ACKM).

Pelaksanaan pengumpulan data SDT yang diawali SKMI 2014 di Provinsi Riau

dilakukan di bulan Mei - Juni 2014 di 12 kabupaten/kota. Sebanyak 74 enumerator disebar

di seluruh provinsi, dan 6 koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Balitbangkes dan

dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta satu orang penanggung jawab operasional Dinas

Kesehatan Provinsi. Sebanyak 1330 rumah tangga dan 5359 individu menjadi target

kunjungan dan wawancara. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data dilakukan terlebih

dahulu pelatihan koordinator klaster dan enumerator.

Proses manajemen data dimulai dari pengumpulan dan entri data ke komputer data

di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟ dilakukan oleh Tim Manajemen Data

(mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Masih terbatasnya ketersediaan komposisi zat

gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum dapat mencakup semua zat

gizi.

Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih

yang tulus atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh enumerator,

koordinator klaster, penanggung jawab operasional peneliti dari Dinas kesehatan Provinsi

serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan

BPS Provinsi Riau, para pakar dari Perguruan Tinggi, Para Dosen Poltekkes dan semua

pihak yang telah berpartisipasi mensukseskan SDT ini.

Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu

Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,

dalam menunjukkan karya baktinya.

Billahi taufiq walhidayah, wassalamu‟alaikum wr. wb.

Jakarta, Desember 2014

Kepala Pusat Teknologi Terapan

Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

(Dr. Siswanto,DTM,MHP )

Page 3: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

iii

Kata Sambutan

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia

Nya, kita dapat menyelesaikan Laporan Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014. SDT terdiri

dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan

(ACKM). SKMI dilaksanakan di 33 provinsi (Kalimantan Utara masih bergabung Kalimantan

Timur) sedangkan ACKM masih berupa proyek percontohan yang dilakukan di Yogyakarta.

Pelaksanaan SDT yang diawali uji coba kuesioner SKMI 2014 hingga pengumpulan data

dilakukan sejak bulan Maret- Juli 2014 di 33 provinsi. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan mengerahkan sekitar 2.372 enumerator yang menyebar di seluruh provinsi, 273

koordinator klaster yang terdiri dari peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) dan dosen Poltekkes Jurusan Gizi serta 134 Penanggung Jawab

Operasional Dinas Kesehatan Provinsi. Sebanyak 51.127 rumah tangga dapat dikunjungi

dan sebanyak 162.044 individu dapat di wawancara.

SDT telah menghasilkan informasi tentang macam hidangan, jenis bahan makanan yang

dikonsumsi dan beratnya serta jumlah zat gizi yang dikonsumsinya. Dari jenis dan berat

bahan makanan yang dikonsumsi dilakukan ACKM untuk mengetahui paparan dari

beberapa zat mungkin menyebabkan penyakit tidak menular. Masih terbatasnya

ketersediaan komposisi zat gizi dalam bahan makanan menyebabkan hasil SKMI belum

dapat mencakup semua zat gizi.

Proses manajemen data dimulai dari data dikumpulkan di lapangan, kemudian dilakukan

entry data ke komputer dilaksanakan di lapangan. Selanjutnya, proses „data cleaning‟

dilakukan oleh Tim Manajemen Data (mandat) dan Tim Teknis di Balitbangkes. Format data

dibuat untuk keperluan laporan SKMI di 33 provinsi dan ACKM di Yogyakarta. Proses

pengumpulan data, entri data dan khususnya data cleaning sungguh memerlukan ketelitian,

stamina, pikiran dan kesebaran tingkat tinggi. Demikian pula, rancangan laporan dan

khususnya rancangan tabel juga memerlukan pengalaman.

Data konsumsi makanan individu ini harus dapat „go international’. Oleh karena itu, data

perlu mengikuti format untuk harmonisasi internasional dalam FAO/WHO Chronic Individual

Food Consumption Database seperti yang sudah tersedia di Cina dan Jepang, serta sedang

dipersiapkan di Laos dan Myanmar. Data ini juga perlu harmonisasi kepentingan

Page 4: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

iv

stakeholders di bidang gizi dan keamanan pangan dalam format FAO/WHO Global

Individual Food Consumption data Tool (FAO/WHO GIFT).

Perkenankanlah kami menyampaikan penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus

atas semua kerja cerdas dan penuh dedikasi dari seluruh peneliti, litkayasa dan staf

Balitbangkes, rekan sekerja dari Badan Pusat Statistik (BPS), para pakar dari Perguruan

Tinggi, Para Dosen Poltekkes, Penanggung Jawab Operasional dari Jajaran Dinas

Kesehatan Provinsi, seluruh enumerator dan semua pihak yang telah berpartisipasi

mensukseskan SDT ini.

Secara khusus, perkenankan ucapan terima kasih kami dan para peneliti kepada Ibu

Menteri Kesehatan yang telah memberi kepercayaan kepada kita semua, anak bangsa,

dalam menunjukkan karya baktinya.

Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu‟alaikum Wr. wb.

Jakarta, Desember 2014 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI

Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)., MARS., DTM&H, DTCE

Page 5: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

v

Ringkasan Eksekutif

Studi Diet Total (SDT) 2014 adalah studi berbasis komunitas dengan sampel individu yang dapat mewakili provinsi dan nasional dengan menggunakan sub sampel Riskesdas 2013. SDT 2014 mencakup Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). SKMI merupakan kegiatan mengumpulkan infoirmasi konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI di Provinsi Riau.

Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang ditengarai berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, hasil SKMI menjadi bagian penting dari SDT.

SKMI bertujuan memperoleh data tentang pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan gizi masyarakat/penduduk, dan untuk menyediakan informasi untuk ACKM yaitu tentang cara dan proses memasak dan alat yang digunakan untuk memasak serta daftar bahan makanan. SKMI ini merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi makanan individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. .

Disain penelitian SKMI adalah potong lintang (cross-sectional) yang mencakup 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Blok Sensus yang berhasil ditemukan dan dikunjungi di provinsi Riau sebanyak 54 BS (100%) yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Target rumah tangga sebanyak 1330 RT,yang berhasil dikunjungi 1092 RT (82,1%). Sedangkan untuk ART 5359 orang,dan terdapat 4038 orang yang berhasil diwawancarai (75,3%). Metode yang digunakan dalam SKMI adalah metode yang telah digunakan di berbagai negara di dunia. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancar dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yangvdigunakan untuk memasak Hasil analisis SKMI di Provinsi Riau mencakup rerata konsumsi bahan makanan perorang perhari menurut kelompok makanan dan proporsi penduduk yang mengonsumsinya serta asupan energi dan zat gizi. Bahan makanan

Sumber karbohidrat. Pada kelompok serealia dan olahan, konsumsi beras adalah yang tertinggi yaitu 196,5 gram perorang perhari diikuti mie (25,5 gram). Beras dikonsumsi oleh semua (98,9%) penduduk sedangkan mie oleh 21,6 persen penduduk. Pada kelompok umbi dan olahan, kentang adalah yang tertinggi dikonsumsi yaitu 8,9 gram perorang perhari yang dikonsumsi oleh 10,5 persen penduduk diikuti oleh singkong 5,2 gram yang dikonsumsi oleh 7,3 persen penduduk.

Sumber protein. a) Protein nabati. Pada kelompok kacang-kacangan dan hasil olahannya, kacang kedelai dan olahan adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 28,6 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi kacang kedelai dan olahannya adalah 25,3 persen diikuti oleh kacang tanah dan olahan yaitu 1,5 gram perorang perhari yang dikonsumsi oleh 5,7 persen penduduk . b) Protein hewani. Kelompok ikan dan olahan, ikan air tawar merupakan yang dikonsumsi tertinggi yaitu 55,7 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi ikan air tawar adalah 20,4 persen, dikuti oleh ikan laut dengan konsumsi 40,9 gram yang dikonsumsi oleh penduduk sebanyak 22,9 persen.

Page 6: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

vi

Kelompok telur dan olahan, telur ayam merupakan yang terbanyak yaitu 20,6 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 33,5 persen. Kelompok daging dan olahannya, daging unggas adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 35,7 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi daging daging unggas adalah 20,6 persen. Pada kelompok jeroan dan olahannya, jenis jeroan unggas adalah yang dikonsumsi tertinggi yaitu 0,6 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 1,0 persen. Pada kelompok susu dan olahan, jenis susu bubuki adalah yang dikonsumsi terbanyak yaitu 6,3 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 32,3 persen sedangkan susu cair adalah 3,3 ml perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsinya adalah 2,2 persen.

Sumber lemak. Pada kelompok minyak, lemak dan olahan, jenis kelapa dan olahan merupakan yang tertinggi yaitu 19,8 gram perorang perhari dikonsumsi oleh 30,1 persen penduduk. Konsumsi terbanyak kedua adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yaitu 18,4 gram perorang perhari namun dikonsumsi oleh 93,7 persen penduduk.

Sumber air. Konsumsi kelompok air, air minum merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 1.353 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh semua 98,2 persen penduduk. Konsumsi terbanyak kedua adalah air minum bermerek yaitu 61,0 ml perorang perhari dan dionsumsi oleh 8,1 persen penduduk.

Sumber vitamin dan mineral. Pada kelompok sayur dan hasil olahannya, sayuran daun merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 45,7 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh 75,4 persen penduduk. Pada kelompok buah-buahan dan olahannya, mangga merupakan jenis yang terbanyak dikonsumsi yaitu 10,6 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi adalah 6,1 persen diikuti pisang (6,8 gram) dan penduduk yang mengonsumsinya 6,5 persen.

Konsumsi kelompok gula dan konfeksionari, gula merupakan jenis yang tertinggi dikonsumsi yaitu 14,2 gram perorang perhari dan penduduk yang mengonsumsi gula adalah 58,3 persen.

Konsumsi kelompok bumbu, bumbu basah merupakan jenis yang tertinggi dikonsumsi yaitu 24,8 gram perorang perhari yang dikonsumsi oleh 93,0 persen penduduk, diikuti garam (2,6 gram) dan terendah adalah vetsin/MSG/mecin (0,7 gram).

Konsumsi kelompok minuman jenis serbuk, kopi bubuk merupakan jenis yang dikonsumsi tertinggi yaitu 2,3 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh 12,6 persen penduduk. Sedangkan pada kelompok minuman jenis cair, minuman kemasan cairan merupakan yang tertinggi dikonsumsi yaitu 27 ml dan dikonsumsi oleh 11 persen penduduk.

Konsumsi kelompok makanan komposit, ayam goreng merupakan jenis makanan komposit yang tertinggi yaitu 0,9 gram perorang perhari dan hanya dikonsumsi oleh 0,6 persen penduduk.

Konsumsi kelompok suplemen, minuman multi vitamin merupakan jenis yang tertinggi dikonsumsi yaitu 0,03 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh 0,1 persen penduduk. Sementara itu, pada kelompok jamu, jamu pabrikan merupakan jenis yang dikonsumsi terbanyak yaitu 0,21 ml perorang perhari dan dikonsumsi oleh 0,1 persen penduduk.

Kecukupan dan asupan gizi

Energi. Rerata kecukupan energi perorang perhari menurut kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (97%) diikuti oleh kelompok umur 5-12 tahun laki-laki maupun perempuan yaitu 79 persen dan umur >55 tahun yaitu sekitar 75 persen. Kecukupan energi di perkotaan (75,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (69,0%). Proporsi penduduk dengan kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) tertinggi adalah 59,0 persen pada kelompok umur 13-18 tahun, proporsi dengan kecukupan energi kurang (70-<100% AKE) tertinggi adalah 58,2 persen yaitu pada kelompok umur 0-59 bulan,

Page 7: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

vii

proporsi penduduk dengan asupan energi cukup (≥100-<130% AKE) tertinggi adalah 16,5 persen juga pada kelompok umur 0-59 bulan dan proporsi penduduk dengan risiko kelebihan energi (≥130% AKE) yaitu 14,8 persen yaitu pada kelompok umur 0-59 bulan.

Protein. Rerata kecukupan protein perorang perhari menurut kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok umur 0-59 bulan (144,5%) diikuti oleh kelompok umur 5-12 tahun laki-laki maupun perempuan yaitu sekitar 125 persen dan umur 19-55 tahun yaitu sekitar 113 persen. Kecukupan protein di perkotaan (118,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (107,8%). Semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan semakin tinggi pula terpenuhinya kecukupan protein. Proporsi penduduk dengan kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) tertinggi adalah 45,1 persen pada kelompok umur 13-18 tahun, proporsi dengan kecukupan protein kurang (80-<100% AKP) tertinggi adalah 19,0 persen pada kelompok umur diatas 55 tahun, proporsi penduduk dengan asupan protein cukup (≥100-<130% AKP) tertinggi adalah 16,2 persen pada kelompok umur >55 tahun dan proporsi penduduk dengan kelebihan asupan protein (≥120% AKP) yaitu 52,5 persen terdapat pada kelompok umur 0-59 bulan.

Lemak. Asupan lemak perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 5 - 12 tahun yaitu 55,5 gram dan untuk perempuan juga pada kelompok umur 5 -12 tahun yaitu 57,7 gram. Asupan lemak di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan.

Karbohidrat. Asupan karbohidrat perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 1794 gram dan untuk perempuan juga pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 1521 gram.

Natrium. Asupan natrium perorang perhari tertinggi pada laki-laki adalah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1196 miligram dan untuk perempuan juga pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 1247 miligram. Proporsi penduduk dengan asupan natrium ≥ bahan makan2000 miligram di perkotaan (14,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (10,6%) dan tertinggi pada kuintil teratas (12,0 %) dan terendah pada kuintil terbawah (9,2%).

Gula, garam, dan lemak. Rerata konsumsi gula menurut kelompok umur, tertinggi pada kelompok umur diatas 55 tahun yaitu 17,5 gram perorang perhari, dan di perkotaan sebanyak 11,8 gram lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan yaitu 12,7 gram. Rerata konsumsi garam menurut kelompok umur, tertinggi pada kelompok umur diatas 55 tahun yaitu sebanyak 3 gram perorang perhari, diperkotaan sebanyak 2,5 gram lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan yaitu 2,9 gram. Rerata konsumsi minyak/lemak menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 19,6 gram perorang perhari, dan konsumsi minyak/lemak di perkotaan sama dengan di perdesaan yaitu 15 gram.

Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula ≥ 50 gram tertinggi pada kelompok umur diatas 55 tahun sebanyak 7,1 persen, di perkotaan sebanyak 2,8 persen lebih rendah lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sebanyak 4,4 persen. Proporsi penduduk dengan asupan natrium ≥ 2000 miligram di perkotaan sebanyak 14,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (10,6%).Tertinggi pada kuintil teratas (12,0%) dan terendah pada kuintil terbawah (9,2%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak ≥ 67 gram di perkotaan sebanyak 30,9 persen lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan sebanyak 20,2 persen dan terendah pada kuintil terbawah sebanyak 15,0 persen dan tertinggi pada kuintil teratas yaitu sebanyak 31,3 persen

.

Page 8: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

viii

Rekomendasi

Perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok agar tidak hanya tergantung kepada beras,mengingat beras masih tergantung kepada impor sedangkan sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) masih sedikit dikonsumsi oleh penduduk.

Mengingat sumbangan protein dari hasil laut relatif masih kurang dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu dilakukan kebijakan untuk peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk

Konsumsi sayuran secara proporsional cukup tinggi namun dalam rerata perlu peningkatan, sedangkan konsumsi buah relatif masih sedikit, maka perlu dirumuskan kebijakan promosi kesehatan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah baik melalui edukasi dibarengi dengan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga terjangkau.

Mengingat proporsi penduduk pada tingkat kecukupan energi dengan klasifikasi sangat kurang dan kurang masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan klasifikasi lebih. Sebaliknya proporsi penduduk dengan tingkat kecukupan protein dengan klasifikasi lebih sudah jauh lebih tinggi dibandingkan klasifikasi kurang, maka perlu penyuluhan pentingnya pemenuhan kecukupan energi agar asupan protein dapat berfungsi dengan baik

.Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam, natrium dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko akibat mengonsumsi gula, garam, dan minyak/lemak dan natrium melalui edukasi atau kampanye di media massa seperti koran dan radio..

Page 9: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

ix

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Kata Sambutan ..................................................................................................................... iii

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................. v

Daftar Isi ............................................................................................................................... ix

Daftar Tabel .......................................................................................................................... xi

Daftar Gambar .................................................................................................................... xiv

Daftar Ringkasan ................................................................................................................. xv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 17

1.1. Latar belakang .......................................................................................................... 17

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................................ 18

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................... 18

1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 18

1.4.1. Tujuan Umum .................................................................................................................. 18

1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................................................................. 18

1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 19

BAB 2. METODE PENELITIAN ........................................................................................... 20

2.1 Disain penelitian ........................................................................................................ 20

2.2 Tempat dan Waktu .................................................................................................... 20

2.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................. 20

2.3.1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ............................................................................................. 20

2.3.2. Cara Pemilihan Sampel.................................................................................................. 20

2.4. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................................. 20

2.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................................................................... 27

2.5.1 Instrumen ........................................................................................................................... 27

2.5.2. Cara Pengumpulan Data................................................................................................ 27

2.5.3 Proses wawancara ........................................................................................................... 28

2.5.4. Penimbangan Berat Badan............................................................................................ 29

2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 29

2.7. Pengawasan Kualitas Data ....................................................................................... 32

2.7.1. Analisis Data .................................................................................................................... 33

2.8. Izin penelitian............................................................................................................ 34

2.9. Pertimbangan etik penelitian. .................................................................................... 34

BAB 3. HASIL ..................................................................................................................... 35

Page 10: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

x

3.1. Geografis dan Administratif....................................................................................... 35

3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response Rates) ................................................... 35

3.3. Konsumsi Bahan Makanan menurut kelompok makanan ......................................... 37

3.4. Asupan dan Kecukupan Energi ............................................................................... 62

3.5. Asupan dan Kecukupan Protein ............................................................................... 65

3.6. Asupan Lemak.......................................................................................................... 68

3.8. Asupan Natrium ........................................................................................................ 69

3.9. Asupan gula, garam/natrium dan lemak ................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 73

Page 11: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xi

Daftar Tabel

Tabel 2.4.1 Variabel dan definisi operasional SKMI

20

Tabel 3.2.1 Distribusi BS, RT, dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota, Provinsi Riau 2014

35

Tabel 3.2.2 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (respone rate) menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

35

Tabel 3.3.1 Rerata konsumsi kelompok serealia dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

36

Tabel 3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok serealia dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

37

Tabel 3.3.3 Rerata konsumsi kelompok umbi dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

38

Tabel 3.3.4 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok umbi dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

3940

Tabel 3.3.5 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

39

Tabel 3.3.6 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

40

Tabel 3.3.7 Rerata konsumsi kelompok sayur dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

41

Tabel 3.3.8 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok sayur dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

41

Tabel 3.3.9 Rerata konsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

42

Tabel 3.3.10 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

43

Tabel 3.3.11 Rerata konsumsi kelompok daging dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

43

Tabel 3.3.12 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

44

Tabel 3.3.13 Rerata konsumsi kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

45

Tabel 3.3.14 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

45

Tabel 3.3.15 Rerata konsumsi kelompok ikan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

46

Page 12: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xii

Tabel 3.3.16 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

47

Tabel 3.3.17 Rerata konsumsi kelompok telur dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

47

Tabel 3.3.18 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

48

Tabel 3.3.19 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

498

Tabel 3.3.20 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

509

Tabel 3.3.21 Rerata konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

50

Tabel 3.3.22 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

50

Tabel 3.3.23 Rerata konsumsi gula dan konfeksionari perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

51

Tabel 3.3.24 Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur

52

Tabel 3.3.25 Rerata konsumsi kelompok bumbu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

52

Tabel 3.3.26 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

53

Tabel 3.3.27 Rerata konsumsi kelompok minuman perorang perhari menurut kelompok umur, provinsi riau 2014

54

Tabel 3.3.28 Presentasi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

54

Tabel 3.3.29 Rerata konsumsi kelompok makanan komposit perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

55

Tabel 3.3.30 Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

55

Tabel 3.3.31 Rerata konsumsi kelompok air perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

56

Tabel 3.3.32 Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur Provinsi Riau 2014

56

Tabel 3.3.33 Rerata konsumsi kelompok suplemen dan jamu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

57

Tabel 3.3.34 Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

58

Tabel 3.3.35 Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

58

Tabel 3.3.36 Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

59

Tabel 3.3.37 Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

60

Page 13: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xiii

Tabel 3.4.1 Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Riau, 2014

61

Tabel 3.4.2 Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

62

Tabel 3.4.3 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat kecukupan asupan energi, Provinsi Riau 2014

63

Tabel 3.5.1 Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, Provinsi Riau 2014

64

Tabel 3.5.2 Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

65

Tabel 3.5.3 Proporsi penduduk menurut karakteristik demografi dan status kepemilikan asset dan menurut tingkat kecukupan asupan protein, Provinsi Riau 2014

66

Tabel 3.6.1 Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

67

Tabel 3.7.1 Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

68

Tabel 3.8.1 Rerata asupan natrium penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal, Provinsi riau 2014

69

Tabel 3.9.1 Rerata Berat Gula, Garam, Minyak/Lemak yang Dikonsumsi Penduduk Usia ≥ 10 tahun Menurut Karakteristik, Provinsi Riau 2014

70

Tabel 3.9.2 Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium, lemak melebihi pesan Permenkes No.3 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

71

Page 14: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xiv

Daftar Gambar

Gambar 3.3.1

Rerata konsumsi kelompok serelia dan olahannya perorang perhari , Provinsi Riau 2014

37

Gambar 3.3.2 Rerata berat bahan makanan kelompok umbi dan olahannya yang dikonsumsi perorang perhari , Provinsi Riau 2014

38

Gambar 3.3.3 Rerata konsumsi kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari , Provinsi Riau 2014

40

Gambar 3.3.4 Rerata konsumsi kelompok buah- buahan dan olahannya perorang perhari , Provinsi Riau 2014

42

Gambar 3.3.5 Rerata konsumsi Kelompok Daging dan Olahannya yang Dikonsumsi Perorang Perhari, Provinsi Riau 2014

44

Gambar 3.3.6 Rerata konsumsdi kelompok ikan dan olahannya yang dikonsumsi perorang perhari , Provinsi Riau 2014

46

Gambar 3.3.7 Rerata konsumsi kelompok susu dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

49

Gambar 3.3.8 Rerata konsumsi kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari, Provinsi Riau 2014

51

Page 15: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xv

Daftar Ringkasan

ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan

ADI : Acceptable Daily Intake

AKG : Angka kecukupan Gizi

ART : Anggota Rumah Tangga

Badan PPSDMK : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Balita : Bawah Lima Tahun

Balitbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

BB : Berat Badan

BDD : Berat Dapat Dimakan

BPOM : Badan Pengawasan Obat dan Makanan

BPS : Badan Pusat Statistik

BS : Blok Sensus

BTP : Bahan Tambahan Pangan

DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan

DS SDT : Daftar Sampel Studi Diet Total

EFSA : European Food Safety Authority

FAO : Food and Agriculture Organization

FAO/WHO GIFT : FAO/WHO Global Individual Food Consumption Data Tool

JECFA : Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives

KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Korwil : Koordinator Wilayah

Lansia : Lanjut Usia

Mandat : Manajemen Data

MDG‟s : Millenium Development Goals

MSG : Mono Sodium Glutamat

PAM : Perusahaan Air Minum

Poltekkes : Politeknik Kesehatan

PSP : Persetujuan Sesudah Penjelasan

PTDI : Provisional Tolerable Daily Intake

PTM : Penyakit Tidak Menular

PTMI : Provisional Tolerable Montly Intake

PTWI : Provisional Tolerable Weekly Intake

RAN : Rencana Aksi Nasional

RSE : Relative Standard Error

RT : Rumah Tangga

Page 16: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

xvi

SDT : Studi Diet Total

SKMI : Survey Kesehatan Masyarakat Indonesia

TC : Training Centre

WHO : World Health Organization

Page 17: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

17

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) merupakan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data makanan yang dikonsumsi penduduk. Survei ini menjadi dasar bagi pelaksanaan Studi Diet Total (SDT). Studi Diet Total penting dilaksanakan karena berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas (2010), makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia belum sesuai dengan kebutuhan. Masih terdapat mayarakat yang kurang gizi, namun terdapat juga masyarakat yang menghadapi kelebihan gizi terutama di perkotaan.Konsumsi makanan dan atau minuman bergula, bergaram dan berlemak-jenuh tinggi disertai dengan konsumsi sayuran dan buah yang rendah, merupakan salah satu faktor risiko utama PTM terkait-gizi (Beaglehole et al, 2011). Selain itu tingkat pencemaran kimia pada bahan makanan dan minuman cukup tinggi ditemukan didaerah industri pertambangan dan pertanian hortikultura (Kemenkes 2012) berkaitan dengan penyakit tidak menular.

Data mortalitas menurut kelompok penyakit berdasarkan kajian hasil survei kesehatan nasional 1995-2007 (Atmarita, 2011) menunjukkan terjadinya pergeseran pola penyakit penyebab kematian pada berbagai golongan umur.Kasus kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, kanker dan diabetes melitus semakin meningkat dibandingkan dengan kasus kematian akibat penyakit menular. Angka kematian akibat penyakit diabetes melitus meningkat dari 1,1persen menjadi 2,1 persen, hipertensi dari 7,6 persen menjadi 9,5 persen, dan stroke dari 8,3 persen menjadi 12,1 persen (Depkes, 2008 dan Kemenkes, 2014). Prevalensi gizi kurang, kependekan dan prevalensi gizi lebih di tahun 2013 cenderung tidak berubah dibandingkan dengan tahun 2007.Masalah gizi lebih sangat berkaitan dengan kejadian PTM, sehingga peningkatan angka kematian akibat PTM diduga berhubungan erat dengan pola konsumsi pangan (bahan makanan atau minuman) yang mencakup jumlah, mutu dan keamanan.

Saat ini telah terdapat banyak data SDT yang berasal dari negara-negara yang telah melakukan studi ini, antara lain Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Kanada, Itali, Inggris, Perancis dan negara-negara Asia seperti Cina dan Malaysia. Saat ini SDT dilakukan di seluruh dunia dengan mengikuti pedoman umum yang dikembangkan oleh WHO terutama dari segi metode, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu informasi tingkat internasional yang terharmonisasi.Di Indonesia sampai saat ini belum pernah dilakukan SDT yang mencakup survei konsumsi pangan dan analisis senyawa kimia di dalam bahan pangan. Data konsumsi makanan tingkat nasional dari Susenas, Riskesdas 2007, dan Riskesdas 2010, belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelaksanaan SDT sesuai pedoman umum harmonisasi dari WHO. Data konsumsi dari Susenas merupakan hasil pendekatan dari biaya pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan sehingga tidak bisa menunjukkan jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Data konsumsi dalam Riskesdas 2007 juga merupakan data konsumsi rumah tangga, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan data kejadian penyakit yang mewakili data individu, sedangkan Riskesdas 2010 sudah mempunyai data konsumsi individu tetapi tidak memiliki informasi tentang proses pengolahan yang diperlukan dalam menyiapkan sampel bahan makanan untuk keperluan analisis senyawa kimia. Dengan tidak adanya data nasional kecukupan dan keamanan konsumsi pangan serta kajiaan risikonya, maka Indonesia belum memiliki data sebagai evidence basedyang dapat mewakili mayoritas penduduk Indonesia yang dapat digunakan sebagai informasi dalam forum-forum di tingkat internasional dan sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Sampai saat ini belum ada data konsumsi pangan terkini dan lengkap dengan cara pengolahan makanan dan data paparan senyawa kimia pada populasi yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat dihubungkan dan menjelaskan meningkatnya prevalensi PTM di

Page 18: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

18

Indonesia. Oleh karena itu untuk mendapatan data yang sangat penting ini, perlu dilakukan Studi Diet Total tingkat nasional.

SDT yang dilakukan pada tahun 2014-2015 mempunyai dua kegiatan yaitu kegiatan SKMI pada tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan data perubahan tingkat konsumsi gizi dan status gizi serta keragaman hidangan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan data Riskesdas 2010 dan kegiatan ACKM pada tahun 2015 untuk mengumpulkan data tingkat cemaran kimia dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk.

Oleh karena itu SDT dilaksanakan di Indonesia dimulai dengan kegiatan SKMI yang dilakukan di seluruh propinsi pada tahun 2014 termasuk di Provinsi Riau.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kejadian PTM semakin meningkat dari tahun ke tahun, demikian juga halnya dengan angka kematian yang diakibatkan PTM. Prevalensi masalah gizi tidak banyak mengalami perbaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Ada kecenderungan peningkatan prevalensi pendek (stunting), gizi kurang (underweight) dan kegemukan (obesity). Gambaran kesehatan dan gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan jumlah, mutu dan keamanan makanan yang dikonsumsinya dikenal dengan istilah “you are what you eat”. Prinsip ketahanan pangan bertumpu pada tiga hal, yaitu: tersedianya jumlah pangan yang cukup, bermutu dan aman bagi penduduk. Meningkatnya kejadian PTM dan tetap tingginya masalah gizi di Indonesia memberikan indikasi adanya masalah dalam makanan yang dikonsumsi oleh penduduk Indonesia baik dari segi jumlah, mutu maupun keamanannya.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian untuk SKMI 2014 Provinsi Riau yaitu :

1. Berapakah jumlah makanan dan bahan makanan yang dikonsumsi penduduk menurut jenis dan kelompok makanan di tingkat provinsi?

2. Berapa tingkat asupan zat gizi individu dari semua kelompok umur di tingkat provinsi?

3. Apa saja zat gizi yang konsumsinya kurang dan apa saja zat gizi yang konsumsinya lebih di tingkat provinsi?

4. Berapa jumlah garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di tingkat propinsi?

5. Makanan apa saja yang merupakan komponen sedikitnya 90 persen dari diet yang dikonsumsi penduduk di tingkat provinsi?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tersedianya data tentang kecukupan dan keamanan makanan yang di konsumsi oleh penduduk di Provinsi Riau

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Memperoleh informasi rerata berat bahan makanan yang dikonsumsi individu menurut jenis makanan dan kelompok makanan (food group) di Provinsi Riau

2. Memperoleh informasi tentang tingkat asupan zat gizi (makro dan mikronutrien) individu di Provinsi Riau

3. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi individu dibandingkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Provinsi Riau

Page 19: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

19

4. Memperoleh daftar makanan (food-list) yang merupakan representatif sedikitnya 90 persen diet penduduk di Provinsi Riau

5. Memperoleh konsumsi garam, gula dan minyak yang dikonsumsi penduduk di Provinsi Riau

1.5. Manfaat Penelitian

1. Mendapat informasi pola konsumsi bahan makanan penuduk diwilayah Provinsi Riau

2. Mendapat informasi konsumsi zat gizi penduduk di wilayah Provinsi Riau .

3. Memperoleh daftar makanan (food list) untuk keperluan Analisis Cemaran Kimia

makanan (ACKM) di Provinsi Riau

4. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan

Page 20: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

20

BAB 2. METODE PENELITIAN

2.1 Disain penelitian

Penelitian ini merupakan survei berskala nasional. Oleh karena itu disain SKMI 2014 di Provinsi Riau mengikuti disain nasional yaitu dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi, deskriptif dan analitik.

2.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Provinsi Riau dengan 12 kabupaten/kota pada tanggal 26 Mei 2014 sampai dengan 25 Juni 2014.

2.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam SKMI Provinsi Riau tahun 2014 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 12 kabupaten/kota. Besar sampel Provinsi Riau berdasarkan kerangka sampling nasional terpilih 54 blok sensus (BS) di 12 kabupaten/kota dan 1330 rumah tangga (RT) dengan perkiraan individu sebesar 5359.

2.3.1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Sampel adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013 dan semua anggota rumah tangga yang ada pada saat pengumpulan data SKMI di Provinsi Riau berlangsung. Kriteria eksklusi adalah rumah tangga tidak diambil datanya bila tidak memungkinkan untuk dikunjungi karena berbagai kendala; dan rumah tangga serta anggota rumah tangga yang menolak berpartisipasi dalam SKMI di Provinsi Riau.

2.3.2. Cara Pemilihan Sampel

Rumah tangga yang akan dikunjungi adalah rumah tangga yang menjadi sampel dalam Riskesdas 2013 di Provinsi Riau. Untuk mendapatkan sampel individu, rumah tangga di BS yang sudah dikunjungi Riskesdas 2013 akan diambil secara acak sebanyak 25 rumah tangga. Dalam satu rumah tangga terdapat rata-rata 4,5 individu

2.4. Variabel dan Definisi Operasional

Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada kuesioner, yaitu terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:

Tingkat Rumah Tangga

Blok I : Pengenalan Tempat

Blok II : Keterangan Rumah Tangga

Blok III : Keterangan Pengumpul Data

Blok IV : Keterangan Anggota Rumah Tangga

Blok V : Daftar Hidangan Makanan/Minuman yang Dimasak di RT (Quicklist)

Blok VI : Persiapan dan Cara Mengolah Makanan/Minuman di Rumat Tangga

Tingkat Individu

Blok VII :Keterangan Pengumpul Data

Blok VIII : Keterangan Individu

Blok IX : Daftar Makanan yang Dikonsumsi ART dalam Satu Hari Kemarin

Blok X : Konsumsi Makanan Individu Recall 1 x 24 Jam

Page 21: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

21

Tabel 2.4.1. Variabel dan Definisi Operasional SKMI

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

1 Zat Gizi Diperoleh dari DKBM berdasarkan berat bahan makanan yang dikonsumsi

Analisis DKBM Rasio Rerata dan standar deviasi

2 Konsumsi serealia Berat bahan makanan kelompok serealia yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

3 Konsumsi umbi-umbian

Berat bahan makanan kelompok umbi-umbian yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

4 Konsumsi kacang-kacangan, biji

Berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

5 Konsumsi sayuran Berat bahan makanan kelompok sayuran yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

6 Konsumsi buah Berat bahan makanan kelompok buah yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

7 Konsumsi daging Berat bahan makanan kelompok daging yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

8 Konsumsi jeroan/non daging

Berat bahan makanan kelompok jeroan, non daging yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

9 Konsumsi ikan Berat bahan makanan kelompok ikan yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

10 Konsumsi telur Berat bahan makanan kelompok telur yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

11 Konsumsi susu Berat bahan makanan kelompok susu yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

12 Konsumsi minyak, lemak

Berat bahan makanan kelompok minyak, lemak yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

13 Konsumsi gula, sirup, konfeksionari

Berat bahan makanan kelompok gula, sirup, konfeksionari yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

Page 22: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

22

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

14 Konsumsi bumbu Berat bahan makanan kelompok bumbu yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

15 Konsumsi minuman Berat bahan makanan kelompok minuman yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

16 Konsumsi makanan komposit

Berat bahan makanan kelompok makanan komposit yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

17 Konsumsi air Berat bahan makanan kelompok air yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

18 Konsumsi suplemen Berat bahan makanan kelompok suplemen yang dikonsumsi

Wawancara Rasio Rerata dan standar deviasi

19 Asupan energi Jumlah energi yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

20 Asupan protein Jumlah protein yang dikonsumsi Perhitungan berat bahan makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizinya

Rasio Rerata, standar deviasi dan proporsi

21 Tingkat Kecukupan Asupan Energi

Persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKE yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

Ordinal 1. < 70 % AKE 2. 70 -100% AKE 3. 100-130% AKE 4. >130% AKE

22 Tingkat Kecukupan Asupan Protein

Persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. AKP yang digunakan adalah didasarkan Permenkes No 75 Tahun 2013.

Ordinal 1. < 80 % AKP 2. 80 -100% AKP 3 100-120% AKP

4 >120% AKP

23 Asupan natrium Jumlah natrium yang dikonsumsi individu sehari kemarin

Dihitung berdasarkan kandungan natrium bahan makanan yang ada dalam DKBM

Rasio

24 Asupan lemak Jumlah lemak yang dikonsumsi individu sehari Dihitung berdasarkan Rasio

Page 23: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

23

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

kemarin kandungan lemak bahan makanan yang ada dalam DKBM

25 Asupan karbohidrat Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi individu sehari kemarin

Dihitung berdasarkan kandungan karbohidrat bahan makanan yang ada dalam DKBM

Rasio

26 Berat badan Berat badan seluruh responden, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia, baik perempuan dan laki-laki

Dengan menggunakan timbangan badan dengan ketelitian 0,1 kg

Ordinal

27 Makanan yang dikonsumsi ART

Nama makanan dan minuman yang dikonsumsi individu sesuai waktu dalam satu hari kemarin

Wawancara Nominal

28 Konsumsi makanan individu

Jenis bahan makanan/minuman yang dikonsumsi individu anggota rumah tangga baik yang dimasak di rumah maupun yang diperoleh/dibeli di luar rumah selama sehari kemarin

Wawancara dan penimbangan hidangan

Nominal

29 Kode Hidangan Kode hidangan menurut daftar makanan yang telah disiapkan dalam buku pedoman SKMI

Buku kode hidangan Nominal

30 Asal hidangan Bagaimana cara mendapatkan hidangan Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. dibeli 3. diberi

31 Nama dagang/merek Nama produk atau pembuat hidangan/makanan rumah tangga maupun pabrikan

Wawancara dan pengamatan

Nominal

32 Spesifikasi rasa Rasa yang tertera dalam kemasan pabrikan Wawancara dan pengamatan

Nominal

33 Alamat tempat makanan dijual

Alamat tempat hidangan /makanan yang dikonsumsi individu di luar

Wawancara Nominal

34. URT/porsi hidangan/makanan

Ukuran yang dipakai rumah tangga untuk menyatakan jumlah hidangan atau bahan makanan

Wawancara Ordinal sendok makan(sdm) sendok teh (sdt) centong, potong, biji, buah, piring

35. Sumber air Tempat memperoleh air yang digunakan untuk memasak dan minum

Wawancara Nominal

1.Air kemasan 2.Air isi ulang 3.Air ledeng/PDA

Page 24: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

24

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

4.Air ledeng eceran/beli 5.Sumur bor/pompa 6.Sumur gali terlindung 7.Mata air tak terlindung 8.Penampungan air Hujan 9.Air danau/sungai/irigasi 10.Tidak tahu

36 Perlakuan pada bahan makanan mentah

Tindakan yang dilakukan terhadap makanan yang dikonsumsi mentah

Wawancara Nominal 1.Dicuci dan dikupas 2.Dicuci, tidak dikupas 3.Tidak dicuci, dikupas 4.Tidak dicuci dan tidak dikupas 8.Tidak berlaku

37 Cara pengolahan Bagaimana cara hidangan/makanan tersebut dimasak yang paling berisiko terhadap adanya cemaran.

Wawancara Nominal 1.Bakar/asap 2.Goreng 3.Panggang/sangan/ sangrai 4.Rebus/Ungkep/presto 5.Tumis 6.Kukus 7.Seduh 9.Tidak diolah

38 Status responden terkini

Informasi atau keberadaan responden (KK dan ART) sebagai sampel individu SKMI 2014 pada saat pengumpulan data masih sama atau ada perubahan dibandingkan dengan data yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013.

Wawancara Nominal 1.Tidak ada perubahan 2.Ada perubahan 3.Meninggal 4.Pindah 5.Lahir 6.ART baru 7.Tidak pernah ada dalam RT (fiktif)

39 Umur Umur anggota rumah tangga Wawancara Nominal a. < 1 bln isikan hari b. < 5 thn isikan bulan c. >= 5 thn isikan tahun

40 Status Pekerjaan Pekerjaan utama anggota rumah tangga yang Wawancara Nominal 1.Tidak bekerja

Page 25: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

25

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

berumur diatas 10 tahun 2.Bekerja 3.Sekolah

41 Persiapan cara memasak makanan/minuman di rumahtangga

Diperoleh keterangan tentang asal, siapa yang memasak, berat bahan makanan, sumber air cara perlakuan dan pengolahan termasuk bahan bakar yang dipergunakan untuk memasak hidangan yang dimasak di rumah tangga

Wawancara

42 Bahan Dasar Alat Masak yang digunakan

Bahan dasar alat masak yang dipakai untuk memasak makanan dan minuman yang dikonsumsi keluarga. Contoh aluminium, gerabah, gelas

Wawancara/ pengamatan

Nominal 1.Aluminium 2.Seng 3.Besi 4.Kaca 5.Tanah/gerabah 6.Plastik 7.Keramik 8.Tembaga 9.Stainless steel 10.Enamel 11.Tidak pakai alat

43 Asal hidangan Asal bahan makanan/minuman tersebut diperoleh sebelum dimasak di rumah tangga

Wawancara Nominal 1.Di rumah tangga 2. Dibeli 3. Diberi

44 Air minum Jumlah air yang diminum individu selama satu hari (24 jam) kemarin

Wawancara Mililiter

45 Perlakuan pada bahan mentah

Perlakuan terhadap setiap rincian bahan makanan yang digunakan dalam proses pemasakan hidangan makanan/minuman di rumah tangga

Wawancara Nominal 1.Dicuci 2.Dikupas 3.tidak dicuci 4.Tidak dikupas 5.Tidak dicuci & tidak dikupas 7.Tidak berlaku

46 Pengolahan/pemasakan

Cara pengolahan dan pemasakan responden terhadap setiap hidangan yang dimasak di rumah tangga yang dapat menimbulkan cemaran dan rincian bahan makanannya

Nominal Kukus<tumis< rebus<panggang<goreng<bakar* *< makin kecil risiko

Page 26: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

26

No Variabel Penjelasan tentang variabel Metoda pengukuran Skala ukur Pengkategorian

47 Rincian bahan makanan

Rincian bahan sesuai resep yang digunakan dalam memasak hidangan makanan/minuman di rumah tangga termasuk bumbu dan air.

Wawancara Nominal

48 Siapa yang memasak

Orang yang memasak makanan atau minuman dari masing-masing makanan/minuman yang dimasak di rumah tangga

Wawancara Nominal 1. KK 2. Istri/suami 3. Anak kandung 4. Anak angkat/tiri 5. Menantu 6. Cucu 7. Orangtua/mertua 8. Famili lain 9. Pembantu 10. Lainnya

49 Merek Pabrik dalam Kemasan

Tulisan atau label yang dibuat oleh pabrik/industri yang berada pada pembungkus atau kemasan makanan jadi/pabrikan yang dikonsumsi responden yang dibuat di rumah tangga

Wawancara dan pengamatan

Page 27: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

27

2.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

2.5.1 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Riau–(dari Daftar Sampel Rumah Tangga yang sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)

2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu

3. Buku foto makanan

4. Timbangan makanan dan penggaris

5. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital

2.5.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penimbangan berat badan. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data : pengenalan tempat, keterangan rumah tangga dan anggota rumah tangga, daftar hidangan, keterangan individu, konsumsi makanan individu (recall 1x24 jam), Daftar makanan yang dikonsumsi 24 jam terakhir, URT/porsi serta sumber air. Wawancara dan penimbangan bahan makanan dilakukan untuk mengumpulkan data: berat rincian hidangan yang dimakan. Wawancara dan pengamatan dilakukan untuk mengambil data: persiapan, bahan dasar alat masak dan cara mengolah makanan dan keadaan biologis pada saat recall. Wawancara dan membeli bahan makanan dilakukan untuk mengambil data: jenis bahan makanan. Penimbangan menggunakan timbangan digital dilakukan untuk mengambil data berat badan dengan ketelitian 0,1 kg.

Wawancara

Pengumpulan data di tingkat rumah tangga dan individu dilakukan dengan metode wawancara secara tatap muka. Wawancara dilakukan oleh tenaga pengumpul data yang berlatar belakang pendidikan gizi dan telah mendapat pelatihan sebelum pengumpulan data dilakukan. Wawancara dengan menggunakan instrumen yaitu 2 kuesioner yang berbeda:

a. Kuesioner rumah-tangga, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.

b. Kuesioner individu, terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi jenis dan kuantitas (berat) makanan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah-tangga. Termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak individu juga dikumpulkan.

Tehnik wawancara

Tehnik wawancara untuk mengumpulkan data jenis dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode Recall 1 x 24 jam. Metode Recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang prinsipnya meminta responden mengingat kembali semua makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing (penggalian). Tehnik metode Recall yang digunakan adalah 5-Step Multiple-Pass Method secara detail diuraikan dalam buku pedoman umum dan buku pedoman pengisian kuesioner.

Page 28: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

28

Kunjungan ulangan Recall 1 x 24 jam hanya dipilih secara purposive 3 RT dalam 1 BS, RT yang dipilih yang dapat ditentukan dalam 3 hari pertama pengumpulan data dalam setiap BS.

2.5.3 Proses wawancara

Persiapan

Satu hari sebelum tim turun ke lapangan, ketua tim pengumpul data berkewajiban untuk memeriksa ulang semua rumah tangga di BS sesuai dengan DS-SDT Provinsi Riau sedangkan anggota tim lainnya mempersiapkan instrumen dan peralatan serta kalibrasi alat. Apabila rumah tangga tersebut sudah tidak ada karena berbagai alasan dan tidak mungkin dikunjungi, tidak perlu dicarikan penggantinya.Tim pengumpul data mengunjungi rumah tanggal terpilih untuk membuat janji kapan wawancara untuk pengumpulan data konsumsi dapat dilakukan. Hari Pengumpulan data

Wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara tenaga pengumpul data dan ART yang akan diwawancarai. Setelah memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan naskah penjelasan yang intinya menerangkan maksud dan tujuan survei dilakukan, penggunaan hasil, metoda yang digunakan, risiko yang ditimbulkan, manfaat termasuk kompensasi yang diberikan atau yang akan diterima sebagai pengganti terganggunya waktu responden karena harus diwawancarai, jaminan kerahasiaan, hak mengundurkan diri serta alamat kontak yang bisa dihubungi dan waktu yang dibutuhkan untuk wawancara.

Setelah diberikan waktu responden berfikir menerima atau menolak, kemudian ditanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Responden diminta untuk menanda tangai informed consent jika bersedia. Setelah itu apabila responden bersedia untuk diwawancarai, setiap responden diminta untuk menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Pewawancara melakukan penggalian informasi (probing) makanan dan minuman yang dikonsumsi dan rinci, untuk mendapatkan data yang akurat dan lengkap dengan cara membantu mengingat kembali makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari kemarin dengan tidak mengarahkan pertanyaan yang dapat menggiring responden ke suatu jawaban. Wawancara dapat dilakukan secara serempak pada suatu rumah tangga dimanasetiap anggota tim bertanya pada masing-masing individu yang hadir secara bersamaan atau dapat dilakukan satu demi satu jika ART tidak hadir secara bersamaan. Mekanisme wawancara dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang paling sesuai dilakukan pada rumah tangga tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, ada dua kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data, yaitu kuesioner yaitu rumah tangga dan individu. Untuk kuesioner rumah tangga, ART yang diwawancarai adalah ART yang paling mengerti tentang pengolahan makanan yang dilakukan di rumah tangga, biasanya adalah ibu. Untuk kuesioner individu, wawancara dilakukan kepada seluruh ART di dalam rumah tangga tersebut, termasuk bayi dan anak-anak. Untuk bayi, wawancara dilakukan terhadap ibu, sedangkan pada anak-anak berusia < 15 tahun, wawancara dilakukan dengan pendampingan.Akan terdapat ARTyang diwawancarai lebih dari sekali,yaitu sebagai responden kuesioner rumah tangga dan sebagai responden kuesioner individu, atau sebagai responden yang mewakili bayi. Keseluruhan proses pengambilan data akan memerlukan waktu selama kurang lebih 45 menit/orang untuk kuesioner individu, dan 45 menit untuk kuesioner rumah tangga, sehingga hal ini cukup menyita waktu responden. Setelah selesai wawancara, teliti lagi apa ada

Page 29: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

29

informasi yang kurang lengkap atau terlewatkan. Sebelum meninggalkan rumah responden, sebagai ucapan terima kasih dan pengganti terganggunya waktu responden, maka akan diberikan kompensasi (bahan kontak) berupa uang sebesar Rp.50.000 untuk setiap ART yang diwawancarai untuk kuesioner rumah tangga, dan Rp.20.000,- untuk setiap individu yang diwawancara.

Partisipasi responden bersifat sukarela tanpa paksaan, dan bila tidak berkenan dapat menolak, dan sewaktu-waktu selama proses pengumpulan data dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun.

2.5.4. Penimbangan Berat Badan

Penimbangan berat badan dilakukan dengan penimbangan berat badan dilakukan pada seluruh anggota rumah tangga menggunakan timbangan berat badan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 Kg. Rincian cara penimbangan berat badan terdapat di buku pedoman pengisian kuesioner.

2.6. Bahan dan Prosedur Pengumpulan Data

Bahan pengumpulan data yaitu berupa instrumen dan peralatan yang telah disebutkan diatas, dilengkapi juga dengan :

1. Daftar Sampel SDT (DS SDT) Provinsi Riau.– (dari Daftar Sampel Rumah Tangga sudah tersedia pada saat Riskesdas 2013)

2. Kuesioner RT dan Kuesioner Individu

3. Buku pedoman umum

4. Buku pedoman kode bahan pangan

5. Buku pedoman pengisian kode hidangan

6. Buku pedoman perkiraan jumlah garam dan penyerapan minyak goreng

7. Buku pedoman konversi berat matang-mentah, berat dapat dimakan (BDD) dan resep makanan siap saji dan jajanan

8. Buku foto makanan

9. Buku pedoman pengisian kuesioner

10. Buku pedoman pengorganisasian dan manajemen

11. Buku pedoman manajeman data

12. Timbangan makanandan penggaris

13. Peralatan antropometri timbangan berat badan digital

14. Peralatan manajemen data: Laptop, CD, flashdisk, program data entri

15. Perlengkapan lapangan enumerator: tas, payung, alat tulis, rompi, topi.

Page 30: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

30

Rekrutmen Petugas Pelaksanaan Pengumpulan

Data yang valid didapatkan dengan cara melakukan proses seleksi tenaga pengumpul data yang mempunyai keahlian khusus dengan latar belakang pendidikan ahli gizi (minimal D3 gizi). Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes dan Perguruan Tinggi dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Riau Persyaratan bagi petugas lapangan adalah sebagai berikut:

Laki-laki dan wanita lulusan D3 Gizi- S1 Gizi

Diutamakan yang mempunyai dasar pendidikan D3 Gizi (menyertakan fotokopi ijazah) dan yang sudah berpengalaman melakukan wawancara recall 24 jam(menyertakan fotokopi sertifikat/tanda bukti)

Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet

Menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)

Usia tidak lebih dari 40 tahun

Menyertakan surat keterangan berbadan sehat dari dokter

Menandatangani kontrak kerja (tidak hamil selama menjalani kontrak kerja) bersedia ditempatkan di lapangan.

Satu tim pengumpul data menangani tiga BS, oleh karena Provinsi Riau mempunyai 54 BS maka diperlukan sebanyak 18 tim dengan jumlah anggota 4 orang per tim.

Proses rekrutmen:

Proses rekrutmen di Provinsi Riau dilakukan dengan koordinasi antara Korwil 1 dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Peminat/pelamar menyampaikan dokumen persyaratan tersebut diatas ke alamat: Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk menjadi dokumentasi dan bahan dasar seleksi

Pelamar yang telah memenuhi semua dokumen persyaratan akan diberitahu dan diseleksi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

Dalam pelatihan tenaga, Dinas Kesehatan Provinsi Riau berkoordinasi dengan Badan Litbang Kesehatan

Tenaga enumerator yang telah terpilih dalam proses seleksi diharuskan mengikuti pelatihan selama 10 hari yang meliputi:

Latar belakang dan tujuan Studi Diet Total (SDT)

Metode SDT

Cara wawancara dan mengisi formulir/kuesioner

Penimbangan berat

Praktek lapangan

Cara kerja dan pembagian tugas di lapangan

Menyusun jadwal pelaksanaan pengumpulan data

Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dilaksanakan tanggal 6-8 mei 2014 diikuti oleh 30 orang yang berasal dari Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Politekkes Riau, Dinas Kesehatan Provinsi Riau dan Dinas Kabupaten/ Kota, bertempat di Hotel Winstar Jl. M. Ali 118 Pekanbaru, Riau

Training Center (TC) untuk pengumpul data rumah tangga dan individu dilaksanakan tanggal 13-22 Mei 2014, diikuti oleh 104 orang di Hotel Winstar Jl. M. Ali 118 Pekanbaru Riau.

Page 31: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

31

Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 26 Meri sampai dengan 26 Juni 2014

Pengumpulan data yang dilakukan di BS dilakukan oleh tim yang terdiri dari 4 orang yaitu:

1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan dan bertanggungjawab untuk melaksanakan data entry

3 orang pewawancara konsumsi makanan (recall 24 jam) sekaligus melakukan penimbangan berat badan

Setiap tim bertanggung jawab pada tiga BS yang akan diselesaikan dalam waktu 30 hari hari.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi RT dan BS yang terpilih. Kegiatan tenaga pengumpul data di RT yang dikunjungi adalah :

Melakukan wawancara dengan individu ART dari RT yang ada dalam daftar sampel Provinsi Riau

Mengisi kuesioner/formulir wawancara individu sesuai dengan pedoman

Melakukan konfirmasi komposit bahan makanan (jenis dan berat)

Melakukan penimbangan berat badan individu yang di wawancara

Melakukan data entry hasil wawancara

Melakukan editing dan cleaning data yang telah di entry

Mengirim data yang telah di edit/ di cleaning ke alamat yang telah ditetapkan oleh tim mandat

Bertanggung jawab pada barang-barang perlengkapan penelitian

Proses seleksi tenaga enumerator bekerjasama dengan Poltekkes, Perguruan Tinggi dan Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Koordinator Klaster

Petugas lapangan lainnya yang dibutuhkan adalah koordinator klaster, yang bertanggung jawab pada tim yang bertugas mengumpulkan data. Setiap koordinator klaster bertanggungjawab pada 2 kabupaten yang berdekatan.

Tugas penanggungjawab klaster

Mengikuti pelatihan Training of Trainer (TOT) selama 10 hari.

Melakukan pelatihan kepada tenaga pengumpul data

Melakukan koordinasi dengan tenaga pengumpul data dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.

Melakukan editing kuesioner yang telah diisi oleh petugas pengumpul data.

Syarat-syarat koordinator klaster :

Laki-laki atau perempuan

Berpendidikan S1/S2/S3 menyertakan fotocopi ijazah

Diutamakan yang berlatarbelakang pendidikan jurusan gizi dan atau yang sudah berpengalaman menjadi penanggungjawab teknis kabupaten/kota dalam Riskesdas

Mempunyai kemampuan mengoperasikan aplikasi office dan internet

Menyerahkan fotocopi KTP

Usia tidak lebih dari 55 tahun

Menyerahkan persetujuan/ijin atasan

Dokumen berkas lamaran diserahkan kepada Kordinator Wilayah (Korwil) yang menjadi penanggungjawab di Provinsi Riau dan Korwil akan berkoordinasi dengan Poltekkes (Politeknik Kesehatan) Riau

Page 32: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

32

Pelatihan petugas

Pelatihan direncanakan secara berjenjang. Pelatihan pertama yaitu melatih para koordinator klaster, yaitu koordinator yang bertanggung langsung kepada tim. Pelatihan dilaksanakan selama 10 hari, dengan materi semua bahan yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah pemaparan materi, praktek dikelas dan praktek di lapangan.

Koordinator klaster yang telah mendapatkan pelatihan (TOT) akan melakukan pelatihan kepada seluruh tim enumerator (TC) diwilayah kordinasinya. Selesai pelatihan tim enumerator langsung melaksanakan pengumpulan data.

Pelatihan Pengumpul dan Manajemen Data

Pelatihan pengumpul data ditujukan kepada enumerator yang direkrut sebagai pengumpul data dan penimbang berat badan. Dalam pelatihan ini termasuk juga pelatihan ketua tim pengumpul data serta mekanisme kerjasama tim pengumpul data.

Tujuan pelatihan pengumpul dan manajemen data di lapangan:

1. Untuk memperoleh keseragaman dalam pemahaman materi kuesioner, pemeriksaan, pengukuran, dan manajemen data.

2. Untuk memperoleh kesepakatan antar anggota tim mengenai pembagian tugas, jadual dan mekanisme pelaksanaan.

3. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengelolaan data di lapangan.

4. Untuk memperoleh kesepakatan tentang mekanisme pengaturan administrasi dan logistik.

Pelaksanaan di lapangan Pengumpulan data Provinsi Riau dilakukan oleh enumerator yang terbagi menjadi 18 tim. Masing-masing tim terdiri dari empat orang enumerator yang bertanggung jawab terhadap tiga BS. Tiga orang sebagai pengumpul data, satu orang bertanggung jawab untuk data entry. Satu enumerator setiap hari bertanggung jawab mengumpulkan data di satu rumah tangga.

Satu BS terdiri dari 25 rumahtangga dan dipilih secara acak 3 rumah tangga yang diwawancara ulang setidaknya satu minggu kemudian. Waktu yang diperlukan selama 8-10 hari. Dibutuhkan 6 orang koordinator klaster, masing-masing koordinator klaster bertanggung jawab terhadap 2 kabupatan/kota atau 5-6 BS. Sebelum tim dilepas untuk mengambil data, perlu dilakukan pengecekan ulang keberadaan RT (pemutakhiran), menyiapkan seluruh kelengkapan yang diperlukan yaitu kuesioner, alat tulis, perlengkapan lapangan, serta peralatan untuk menimbang.

Setiap selesai pengumpulan data, tim harus melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner; melakukan „data editing‟, melakukan „data entri‟; mengirimkan data setiap selesai „data entri‟ di setiap BS. Supervisi substansi dan administrasi dilakukan oleh tim Pusat dan tim korwil.

2.7. Pengawasan Kualitas Data

Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkan dilakukan beberapa kegiatan sebelum pengumpulan data (quality assurance), proses pengumpulan data (quality control) dan manjemen data sebagai berikut:

1. Penyediaan pedoman dan alat bantu wawancara, termasuk buku foto makanan, konversi bahan makanan matang ke mentah, perhitungan serapan minyak dan garam, perhitungan umur, timbangan makanan dan timbangan berat badan, serta pedoman editing dan entry data di lapangan

Page 33: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

33

2. Pelatihan bagi ketua pelaksana propinsi, koordinator klaster, dan petugas pengumpul data (enumerator) dalam teknik wawancara dan penggunaan alat bantu wawancara

3. Koordinator klaster melakukan supervisi/pendampingan dalam proses pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

4. Dilakukan editing data setiap hari setelah selesai pengumpulan data oleh enumerator yang dikoordinir oleh ketua tim, agar bila diperlukan konfirmasi ulang maka enumerator masih bisa mengunjungi ulang responden. Sebelum dientry ke komputer data sudah harus melalui proses editing.

5. Dilakukan spot-check (validasi data isian kuesioner) oleh koordinator klaster terhadap 6 RT dalam 1 Tim pengumpul data. Dilakukan pemeriksaan terhadap konsistensi data, data yang tidak masuk akal, dan kelengkapan informasi dalam kuesioner.

6. Setelah data selesai di entry di lapangan untuk setiap BS, harus dikirim ke Mandat Badan Litbangkes untuk segera dilakukan cek receiving dan batching, dan data cleaning agar bila diperlukan konfirmasi dapat segera menghubungi petugas di lapangan. Selain itu entry data juga dikirimkan ke koordinator klaster.

7. Koordinator klaster melakukan supervisi dan pendampingan terhadap pengumpulan data yang dilakukan oleh enumerator.

8. Semua kegiatan koster: supervisi/pendampingan, validasi data isian kuesioner enumerator, mengecek hasil entry dan form kontrol yang dilakukan enumerator dicatat dalam log book yang dikirimkan setiap 5 hari sekali ke Ketua Pelaksana provinsi dan Manajemen Data Pusat untuk dilakukan penggabungan, data cleaning dan pengolahan data.

2.7.1. Analisis Data

Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Data, Jakarta. Tim teknis akan melakukan analisis data didampingi oleh tim mandat untuk mengeluarkan output sesuai dengan dummy table yang telah dibuat.

Hasil wawancara recall makanan pada individu, diperoleh berat masing-masing bahan makanan yang dikonsumsi dalam satuan gram dan ml, kemudian setiap jenis bahan makanan dikelompokkan dalam 17 grup makanan menurut pengelompokkan ASEAN. yaitu:

1. Sereal dan hasil olahannya 2. Umbi-umbian dan hasil olahannya 3. Kacang-kacangan, biji 4. Sayuran dan hasil olahannya 5. Buah dan hasil olahannya 6. Daging dan hasil olahannya 7. Jeroan/non daging dan olahannya 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya 9. Telur dan hasil olahannya 10. Minyak, Lemak dan Olahannya 11. Susu dan hasil olahannya 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri 13. Bumbu dan olahannya 14. Minuman 15. Makanan komposit 16. Air 17. Suplemen

a. Sehubungan terbatasnya data zat gizi pada daftar komposisi bahan makanan, maka

hanya 5 jenis zat gizi yang dianalisi yaitu : 1. Energi 2. Protein

Page 34: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

34

3. Lemak 4. KH 5. Natrium

Hasil analisis oleh tim mandat pusat dikirim ke masing-masing provinsi untuk penyusun laporan

2.8. Izin penelitian.

Izin penelitian diajukan pada Depdagri Pusat diteruskan sampai Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan waktu penelitian. Izin penelitian yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Riau tercantum dalam surat No. 050/sekrebinprog/V/32014/2156 tanggal 23 Mei 2014.

2.9. Pertimbangan etik penelitian.

Pelaksanaan SDT tahun 2014, telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan nomorLB.02.01/5.2/KE.189/2014. Persetujuan etik, naskah penjelasan serta formulir Informed Consent (Persetujuan Setelah Penjelasan) dapat dilihat pada Lampiran.

Page 35: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

35

BAB 3. HASIL

3.1. Geografis dan Administratif.

Provinsi Riau di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Singapura dan Selat Malaka; di sebelah Selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.

Luas wilayah Provinsi Riau adalah 107.932,71 km2 yang terdiri dari pulau-pulau dan lautan. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut Cina Selatan. Memiliki Luas daratan 89.150,15 Km2 dan luas lautan 18.782,56 Km2, di daratan terdapat 15 (lima belas) sungai diantaranya ada 4 (empat) sungai dapat digunakan sebagai prasarana perhubungan, yaitu :

1. Sungai Siak (300 Km) dengan kedalamam 8 – 12 m,

2. Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m,

3. Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m

4. Sungai Indragiri (500 Km) dengan kedalaman 6 – 8 m.

Sungai-sungai tersebut membelah dari pegunungan dataran tinggi Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Malaka dan Laut Cina.

Total Jumlah Penduduk Provinsi Riau adalah 6.146.664 orang yang terdiri dari 3.159.267 orang penduduk laki-laki dan 2.987.397 orang penduduk perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk Provinsi Riau adalah 67,68 jiwa per Km2.

Gambaran status gizi penduduk di Provinsi Riau (Riskesdas 2013), menunjukkan bahwa, status gizi balita berdasarkan BB/U menunjukkan prevalensi gizi buruk sebesar 9 persen dan gizi kurang 13,5 persen, sedangkan berdasarkan TB/U menunjukkan bahwa balita pendek sebesar 34,1 persen, dan menurut BB/TB menunjukkan prevalensi anak kurus sebesar 15,6 persen.

Prevalensi status gizi remaja umur 13-15 tahun berdasarkan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) menunjukkan bahwa prevalensi remaja kurus sebesar 11,5 persen. Pada remaja umur 16-18 tahun menunjukkan bahwa prevalensi remaja kurus sebesar 7,9 persen. Prevalensi remaja gemuk adalah sebesar 2,4 persen dan obesitas sebesar 0,7 persen. Prevalensi dewasa umur >18 tahun kurus sebesar 8,8 persen.

Prevalensi penduduk dewasa dengan berat badan lebih sebesar 13,6 persen dan obesitas sebesar 14,1 persen. Prevalensi obesitas sentral penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 27,0 persen. Prevalensi risiko KEK wanita usia subur (WUS) yang hamil (15-49 tahun) sebesar 23,5 persen. Sedangkan prevalensi KEK pada WUS tidak hamil sebesar 15,2 persen.

3.2. Jumlah sampel yang terkumpul (Response Rates)

Dari 2080 BS terpilih untuk sampel SDT 2014, sampel terpilih di Provinsi Riau sebanyak 54 BS, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 54 BS (100%) tersebar di 10 kabupaten dan 2 kota (Tabel 3.2.1). Sampel RT sebanyak 1.330, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 1.092 RT (82,1%). Response rate (RR) rumah tangga yang tertinggi di Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu 97,3 persen. Sampel anggota RT sebanyak 5.359, yang berhasil ditemukan dan dikunjungi 4.038 ART (75,4%).

Page 36: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

36

Tabel 3.2.1 Distribusi BS, RT, dan ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut kabupaten/kota,

Provinsi Riau 2014

Kode Kabupaten/Kota BS RT ART

Target Dikunjungi Target RR (%) Target RR %)

1401 Kuantan Singingi 4 4 100 94,00 344 87,21

1402 Indragiri Hulu 5 5 124 93,55 512 80,86

1403 Indragiri Hilir 4 4 97 87,63 378 78,84

1404 Pelalawan 5 5 125 80,80 508 81,89

1405 Siak 4 4 99 84,85 385 80,78

1406 Kampar 5 5 125 88,00 545 75,78

1407 Rokan Hulu 5 5 122 88,52 474 89,03

1408 Bengkalis 4 4 89 82,02 360 80,56

1409 Rokan Hilir 5 5 124 91,94 495 83,43

1410 Kepulauan Meranti 3 3 75 97,33 300 83,67

1471 Kota Pekan Baru 6 6 150 40,00 605 37,85

1473 Kota Dumai 4 4 100 74,00 453 62,03

Provinsi Riau 54 54 1330 82,11 5359 75,35

Tabel 3.2.2 Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik, Provinsi Riau

2014

Karakteristik Jumlah (N=3.500)

N %

Jenis kelamin Laki-laki 1.797 51,3 Perempuan 1.703 48,7 Kelompok umur 0 – 59 bln 215 6,1 5 – 12 thn 527 15,1 13 – 18 th 464 13,3 19 – 55 thn 1.984 56,7 >55 thn 310 8,9 Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 934 26,7 Menengah bawah 612 17,5 Menengah 577 16,5 Menengah atas 648 18,5 Teratas 729 20,8

Distribusi ART yang dapat dikunjungi (response rate) menurut karakteristik di Provinsi Riau ditunjukkan dalam Tabel 3.2.2. Proporsi laki-laki dan perempuan yang dapat dikunjungi laki-laki lebih banyak yaitu 51,3 persen dibandingkan dengan perempuan 48,7 persen.. Jumlah individu kelompok 0 – 59 bulan adalah 215 (6,1%). Kelompok umur yang terbanyak dapat dikunjungi adalah 19 – 55 tahun yaitu 1.984 (56,7%) dan terendah adalah 0 – 59 bulan yaitu 215 (6,1%). Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok terbawah adalah yang terbanyak dikunjungi yaitu 934 (26,7%) dan terendah adalah kelompok menengah sebanyak 577 (16,5%).

Page 37: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

37

3.3. Konsumsi Bahan Makanan menurut kelompok makanan

Konsumsi bahan makanan individu diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden, makanan apa saja yang dikonsumsi 24 jam yang lalu dengan menggunakan metode recall 1x 24 jam. Berat makanan yang dikonsumsi adalah berat bahan makanan mentah- bersih, artinya sudah diperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan (edible). Semua makanan matang yang dikonsumsi dikonversikan untuk mendapatkan bahan makanan mentah dengan menggunakan buku pedoman konversi. Pengelompokkan bahan makanan dapat dilihat dalam Daftar Operasional Bahan Makanan.

Tabel 3.3.1 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahannya perorang perhari

menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Serealia dan Olahan (gram)

Beras Olahan Beras

Terigu Olahan Terigu Mie Jagung dan Olahan

Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bulan 71,8 52,0 5,5 19,6 3,2 11,1 12,5 23,3 14,6 39,9 0,4 5,0 2,5 9,8 110,5 71,3 5 -12 tahun 142,1 71,1 3,0 14,9 4,5 14,0 18,2 33,8 40,2 73,0 0,2 2,5 1,1 5,6 209,4 99,6 13 -18 tahun 189,9 99,7 3,2 15,0 4,3 14,0 8,6 22,1 35,3 72,8 0,3 3,4 1,0 6,1 242,6 122,2 19 -55 tahun 225,1 102,7 2,5 13,2 4,3 15,6 6,8 22,2 22,0 60,0 0,8 11,0 0,1 1,6 261,6 116,3 >55 tahun 202,1 98,5 0,6 5,8 3,3 11,7 7,7 22,2 15,9 46,2 0,4 4,8 0,0 0,0 230,0 110,9

Seluruh umur

166,2 84,8 3,0 13,7

3,9 13,3 10,8 24,7 25,6 58,4 0,4 5,4 0,9 4,6 210,8 104,1

Tabel 3.3.1 memperlihatkan bahwa konsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahannya ada pada semua kelompok umur. Konsumsi beras tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dengan rerata 225,1 gram perorang perhari, kelompok umur 0-59 bulan sudah mengonsumsi beras sebesar 71,8 gram. Untuk bahan makanan olahan beras didapati konsumsi pada kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 5,5 gram lebih tinggi dibandingkan pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu sebanyak 3,0 gram. Konsumsi bahan makanan terigu yang dikonsumsi pada semua kelompok umur hampir sama. Untuk olahan terigu yang terbanyak mengonsumsi adalah kelompok umur 5-12 tahun yaitu seberat 18,2 gram, begitu pula konsumsi mie, tertinggi juga pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 40,2 gram.

Page 38: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

38

Gambar 3.3.1

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.1 memperlihatkan bahwa banyaknya rerata konsumsi berat bahan makanan pada kelompok serealia dimulai dari yang tertinggi yaitu beras sebanyak 166,2 gram perorang perhari, mie 25,6 gram, olahan terigu 10,8 gram, tepung terigu sebanyak 3,9 gram, olahan beras 3,0 gram, dan yang terkecil adalah jagung dan olahannya sebanyak 0,4 gram

Tabel 3.3.2 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serelia dan olahannya

menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Serealia dan Olahan

Beras Olahan Beras

Terigu Olahan Terigu

Mie Jagung dan Olahan

Lainnya

0 – 59 bulan 86,0 10,2 10,2 36,7 17,7 0,9 8,4 5 – 12 tahun 99,6 7,0 17,1 40,6 34,3 1,7 5,1 13 – 18 tahun 99,4 6,9 15,3 19,2 27,2 1,5 3,9 19 – 55 tahun 99,7 5,8 13,3 13,2 18,4 2,0 0,6 > 55 tahun 100,0 3,2 11,9 16,1 14,5 1,3 0,0

Seluruh umur 97,0 6,6 13,6 25,2 22,4 1,5 3,6

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok serealia dan olahan di Provinsi Riau tertinggi adalah beras yaitu 97,0 persen, dan terendah adalah jagung dan olahannya sebesar 1,5 persen. Berdasarkan kelompok umur proporsi konsumsi beras tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun yaitu sebesar 100 persen dan terendah umur 0 – 59 bulan sebesar 86,0 persen. Proporsi konsumsi olahan beras tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (10,2%), dan terendah umur > 55 tahun (3,2 %). Proporsi konsumsi mie tertinggi pada kelompok umur 5 -12 tahun (34,3%) dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun (14,5 %). Lebih lengkap dapat di lihat pada tabel 3.3.2.

Page 39: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

39

Tabel 3.3.3 Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari menurut

kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Umbi dan olahan (g)

Singkong dan Olahan

Ubi jalar Kentang dan Olahan

Sagu dan Olahan

Umbi lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 1,3 5,9 0,07 1,3 11,0 39,3 0,08 1,05 1,06 11,08 13,6 42,6 5 – 12 tahun 6,5 27,5 0,62 9,9 8,7 34,4 0,90 12,37 0,00 0,00 16,8 49,8 13 – 18 tahun 6,8 31,9 2,85 40,3 9,4 43,0 0,31 4,79 0,16 3,22 19,5 66,3 19 – 55 tahun 5,5 35,6 1,04 13,2 9,2 39,6 0,51 12,62 0,10 4,35 16,4 57,6 > 55 tahun 1,5 14,4 2,17 15,7 5,4 31,1 0,46 11,05 1,43 16,01 10,9 43,9

Seluruh umur 5,2 31,4 1,26 18,7 8,9 38,6 0,51 11,28 0,27 6,51 16,2 55,9

Tabel 3.3.3 memperlihatkan konsumsi sagu dan olahannya mempunyai pola yang fluktuatif. Sagu mulai dikonsumsi pada kelompok umur 0- 59 bulan dan meningkat tajam dan merupakan konsumsi tertinggi pada kelompok umur 5 -12 tahun dengan rerata 0,90 gram perorang perhari dan turun drastis pada kelompok umur 13 -18 tahun menjadi 0,31 gram, dan merupakan konsumsi terendah. Konsumsi Ubi jalar dimulai pada kelompok umur 0-59 bulan dengan rerata 0,5 gram perorang perhari dan merupakan konsumsi terendah sedang yang tertinggi pada kelompok umur 13 - 18 tahun sebanyak 2,85 gram. Kentang dikonsumsi oleh semua kelompok umur, dengan rerata konsumsi 8,9 gram perorang perhari, terendah pada kelompok umur > 55 tahun yaitu 5,4 gram.

Gambar 3.3.2

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.2 memperlihatkan, rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok umbi dan hasil olahannya, terlihat bahwa konsumsi tertinggi dari kelompok umbi adalah kentang dan olahan sebanyak 8,9 gram perorang per hari, diikuti oleh singkong dan olahan sebanyak 5,2 gram, ubi jalar 1,27 gram dan umbi lainnya 0,26 gram.

Page 40: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

40

Tabel 3.3.4 Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahan menurut

kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Umbi dan olahan

Singkong dan Olahan

Ubi jalar Kentang dan Olahan

Sagu dan Olahan

Umbi lainnya

0 – 59 bulan 7,0 0,5 16,7 0,5 0,9 5 – 12 tahun 11,2 0,8 11,8 1,9 0,0 13 – 18 tahun 8,8 1,1 10,3 0,9 0,2 19 – 55 tahun 6,6 1,2 10,3 0,8 0,1 > 55 tahun 3,2 2,6 5,2 0,3 0,6

Seluruh umur 7,3 1,2 10,5 0,9 0,2

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok umbi dan olahannya menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 10,5 persen penduduk mengonsumsi kentang dan olahannya, diikuti singkong dan olahan (7,3 %), dan ubi jalar (1,2%). Sedangkan sagu dan olahannya hanya dikonsumsi oleh 0,9 persen penduduk. Selengkapnya disajikan pada tabel 3.3.4.

Tabel 3.3.5

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Kacang kacangan dan olahan (g)

Kacang Tanah dan Olahan

Kacang Kedelai dan Olahan

Biji-bijian dan Olahan

Kacang lainnya dan Olahan

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 1,3 12,1 8,4 25,7 0,00 0,00 0,3 2,3 10,0 32,5 5 – 12 tahun 2,4 14,5 25,9 68,2 0,21 2,07 0,2 2,5 28,8 69,0 13 – 18 tahun 1,5 6,6 32,2 85,1 0,48 5,29 0,1 1,7 34,3 85,4 19 – 55 tahun 1,2 6,6 30,4 75,9 0,49 13,66 0,4 7,2 32,5 77,7 > 55 tahun 2,3 14,2 30,1 81,0 0,04 0,92 0,4 2,5 32,7 84,9

Seluruh umur 1,5 9,4 28,6 74,6 0,38 10,49 0,4 5,6 30,8 76,4

Bahan makanan kelompok kacang kedelai dan hasil olahan mulai dikonsumsi anak balita (umur 0-59 bulan) dengan rerata sebesar 8,4 gram perorang perhari. Konsumsi meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun sebanyak 32,2 gram. Konsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompok umur 5 -12 tahun yaitu 2,4 gram dan terendah pada umur 19-55 tahun yaitu 1,2 gram. Konsumsi kacang lainnya dan olahan hanya dijumpai pada 4 kelompok umur dengan konsumsi terendah pada kelompok umur 13 – 18 tahun sebanyak 0,1 gram. Konsumsi biji-bijian dan dan olahan, dikonsumsi mulai pada kelompok umur 5 – 12 tahun 0,21 gram dan konsumsi tertinggi terdapat pada kelompok umur 19-55 tahun 0,49 gram. Secara rinci distribusi konsumsi bahan makanan kacang-kacangan menurut kelompok umur disajikan pada tabel 3.3.5.

Page 41: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

41

Gambar 3.3.3

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.3 memperlihatkan rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan hasil olahan terbesar adalah kacang kedelai dan olahannya sebanyak 28,6 gram perorang perhari, diikuti oleh kacang tanah dan olahan sebanyak 1,5 gram. Sedangkan konsumsi biji-bijian dan olahan hampir sama dengan konsumsi kacang lainnya dan olahan, masing-masing sebesar 0,38 dan 0,4 gram.

Tabel 3.3.6

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Kacang kacangan dan olahan

Kacang Tanah dan Olahan

Kacang Kedelai dan Olahan

Biji-bijian dan Olahan

Kacang lainnya dan Olahan

0 – 59 bulan 2,8 15,3 0,0 1,9 5 – 12 tahun 8,0 23,3 1,3 1,7 13 – 18 tahun 7,1 25,2 1,1 0,4 19 – 55 tahun 5,1 27,0 0,7 1,2 > 55 tahun 5,8 24,8 0.6 2,3

Seluruh umur 5,7 25,3 0,8 1,3

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok kacang-kacangan dan olahan di provinsi Riau tertinggi adalah kacang kedelai dan olahan yaitu 25,3 persen, dan terendah adalah biji-bijian dan olahan (1,3 %). Berdasarkan kelompok umur Presentasi konsumsi kacang kedelai dan olahan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 27,0% dan terendah pada kelompok umur 0 – 59 bulan (15,3%). Presentasi konsumsi kacang tanah dan olahan tertinggi pada kelompuk umur 5-12 tahun sebesar 8,0 persen dan terendah pada kelompok umur 0 – 59 bulan (2,8%). Selengkapnya disajikan dalam tabel 3.3.6

Page 42: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

42

Secara umum bahan makanan kelompok sayur dan hasil olahannya yang dikonsumsi responden pada umumnya terbanyak adalah sayuran daun dengan rerata sebesar 45,7 gram perorang perhari diikuti oleh sayuran buah /sayuran akar sebanyak 0,3 gram. Jenis sayuran polong dan sayuran lainnya tidak dikonsumsi oleh responden. Berdasarkan kelompok umur, rerata konsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19 – 55 tahun sebesar 54,7 gram dan konsumsi sayuran daun terendah pada kelompok umur 0 – 59 bulan yaitu 14,5 gram. Sayuran buah/sayuran akar hanya dikonsumsi pada 4 kelompok umur dalam jumlah sedikit antara 0,2 - 0,4 gram, sedangkan kelompok umur > 55 tahun tidak mengonsumsi sayuran buah/ sayuran akar. Hasil secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3.7.

Tabel 3.3.7

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Sayuran dan olahan (g)

Sayuran Daun Sayuran Buah/ Sayuran Akar

Sayuran Polong Sayuran lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 14,5 26,5 0,4 4,9 0,0 0,0 0,0 0,0 14,9 26,8 5 – 12 tahun 25,8 31,7 0,2 4,1 0,0 0,0 0,00 0,0 26,0 31,9 13 – 18 tahun 38,8 45,7 0,2 2,7 0,0 0,0 0,00 0,0 39,0 45,7 19 – 55 tahun 54,7 57,6 0,4 6,1 0,0 0,0 0,13 7,3 55,2 58,2 > 55 tahun 54,1 67,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,00 0,0 54,1 67,5

Seluruh umur 45,7 54,1 0,3 5,1 0,0 0,0 0,07 5,5 46,1 54,5

Tabel 3.3.8

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok sayur dan olahan

menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Sayuran dan olahan

Sayuran Daun

Sayuran Buah/ Sayuran Akar

Sayuran Polong

Sayuran lainnya

0 – 59 bulan 42,8 0,5 0,0 0,0 5 – 12 tahun 67,0 0,4 0,0 0,0 13 – 18 tahun 74,6 0,6 0,0 0,0 19 – 55 tahun 80,8 1,0 0,0 0,1 > 55 tahun 79,0 0,0 0,0 0,0

Seluruh umur 75,4 0,7 0,0 0,0

Sebagian besar penduduk sebanyak 75,4 persen, mengonsumsi sayuran daun dari jenis bahan makanan kelompok sayur dan olahan. Sayuran buah/sayuran akar dikonsumsi oleh sebagian kecil penduduk (0,7%). Berdasarkan kelompok umur proporsi konsumsi sayuran daun tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 80,8 persen dan terendah pada kelompok umur 0 – 59 bulan (42,8%). Proporsi konsumsi sayuran buah/sayuran akar tertinggi juga terdapat pada kelompuk umur 19 -55 tahun sebesar 1,0 persen dan pada

Page 43: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

43

kelompok umur > 55 tahun sudah tidak mengonsumsi sayuran buah/sayuran akar. Selengkapnya disajikan dalam tabel 3.3.8.

Tabel 3.3.9

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Buah buahan dan olahan (g)

Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah

Olahan Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bln 2,8 15,7 1,4 11,3 2,2 15,4 1,2 10,4 3,4 18,3 10,2 55,2 0,0 0,0 21,3 65,2 5 -12 thn 5,8 27,0 0,8 7,3 13,8 56,7 0,3 4,9 6,9 48,8 3,4 25,2 0,0 0,0 31,1 82,8 13 -18 thn 2,7 15,8 0,9 8,2 22,3 142,3 0,6 7,3 2,9 24,5 3,3 19,8 0,06 1,6 32,9 148,3 19 - 55 thn 7,9 36,1 1,7 11,8 11,7 56,9 2,1 23,9 4,0 29,3 5,7 38,8 0,07 2,3 33,1 90,5 >55 thn 10,1 40,8 1,3 9,9 5,4 32,3 0,6 7,0 0,3 5,8 4,4 27,6 0,00 0,0 22,1 59,9

Seluruh umur

6,8 32,4 1,4 10,6 12,3 71,6 1,4 18,6 3,9 30,8 5,2 35,4 0,05 1,8 31,0 95,8

Kelompok buah dan hasil olahan mulai dikonsumsi penduduk mulai umur 0-59 bulan. Buah pisang dikonsumsi pada semua kelompok umur dengan konsumsi tertinggi pada kelompok umur diatas 55 tahun yaitu sebesar 10,1 gram perorang perhari. Konsumsi pisang terendah terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun sebanyak 2,7 gram. Buah mangga dikonsumsi tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun sebesar 22,3 gram, kemudian diikuti oleh kelompok umur 5-12 tahun yaitu 13,8 gram dan kelompok umur 19-55 tahun sebesar 11,7 gram, konsumsi buah mangga terendah terdapat pada kelompok umur > 55 tahun yaitu 5,4 gram. Hasil secara rinci distribusi konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan hasil olahan dapat dilihat pada Tabel 3.3.9

Gambar 3.3.4

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok buah- buahan dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Page 44: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

44

Gambar 3.3.4 memperlihatkan bahwa konsumsi bahan makanan pada kelompok buah-buahan dan hasil olahan rerata perorang per hari cukup baik dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Rerata konsumsi buah tertinggi adalah buah mangga sebesar 12,3 gram perorang perhari, disusul buah pisang sebanyak 6,8 gram, buah lainnya sebesar 5,2 gram dan semangka sebesar 3,9 gram.

Tabel 3.3.10

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok buah- buahan dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Buah buahan dan olahan

Pisang Jeruk Mangga Pepaya Semangka Buah lainnya Buah

Olahan

0 – 59 bulan 3,7 2,3 3,7 1,4 3,3 6,0 0,0 5 – 12 tahun 6,1 1,9 7,2 0,6 2,5 3,4 0,0 13 – 18 tahun 3,9 3,0 6,5 0,9 1,9 3,7 0,2 19 – 55 tahun 7,2 3,5 6,3 1,4 2,5 5,2 0,1 > 55 tahun 8,7 4,5 3,5 0,6 0,3 4,8 0,0

Seluruh umur 6,5 3,2 6,1 1,1 2,3 4,8 0,1

Proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok buah-buahan dan olahannya terbanyak pada kelompok buah pisang sebanyak 6,5 persen. Kemudian diikuti oleh buah mangga (6,1%), buah lainnya (4,8%), jeruk (3,2 %) , semangka dan pepaya masing-masing sebesar 2,3 dan 1,1 persen. Berdasarkan kelompok umur, proporsi konsumsi buah pisang tertinggi pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 8,7 persen, diikuti oleh kelompok umur 19-55 tahun ((7,2%), kelompok umur 5-12 tahun dan kelompok umur 13-18 tahun masing-masing sebesar 6,1 dan 3,9 persen. Hasil secara rinci distribusi konsumsi bahan makanan kelompok buah-buahan dan hasil olahan dapat dilihat pada Tabel 3.3.10

Tabel 3.3.11

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Daging dan olahan (g)

Daging Unggas

Daging Sapi, Kerbau

Daging Kambing, domba

OlahanDaging Unggas

Olahan Daging sapi,Kerbau

Daging Babi dan Olahan

Daging Lainnya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bulan 28,7 80,7 2,1 21,2 0,0 0,0 1,1 6,9 1,2 14,6 0,0 0,0 0,0 0,0 33,0 85,6 5 -12 tahun 48,8 96,2 4,0 30,9 0,1 4,1 2,2 12,5 2,7 20,1 0,0 0,0 0,0 0,0 57,9 103,9 13 -18 tahun 32,1 77,5 6,9 49,2 0,3 6,9 0,3 4,2 2,2 19,6 0,0 0,0 0,0 0,0 41,9 91,5 19 -55 tahun 35,8 88,7 4,2 35,6 0,5 8,9 0,3 5,8 1,6 16,0 0,3 6,3 0,0 0,0 42,7 96,5 >55 tahun 22,9 67,6 2,8 23,2 0,4 8,3 0,1 1,1 0,1 1,2 0,0 0,0 0,0 0,0 26,3 74,2

Seluruh umur 35,7 86,5 4,3 35,5 0,4 7,7 0,6 7,0 1,7 16,4 0,2 4,8 0,0 0,0 42,8 94,9

Kelompok umur 0-59 bulan sudah mengonsumsi daging unggas sebanyak 28,7 gram perorang perhari, daging sapi, kerbau sebanyak 2,1 gram beserta olahannya, baik olahan daging unggas maupun olahan daging sapi, kerbau. Yang paling banyak mengonsumsi daging unggas adalah kelompok umur 5-12 bulan yaitu 48,8 gram. Konsumsi daging babi dan olahan hanya ditemukan pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu sebesar 0,3 gram.

Page 45: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

45

Konsumsi daging kambing domba tertinggi ditemukan pada kelompok umur 19 – 55 tahun sebesar 0,5 gram. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.3.11

Gambar 3.3.5

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahannya perorang perhari,

Provinsi Riau 2014

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok daging dan hasil olahan penduduk per orang hari menunjukkan bahwa konsumsi tertinggi terdapat pada daging unggas sebanyak 35,7 gram perorang perhari, diikuti daging sapi,kerbau 4,3 gram, olahan daging sapi, kerbau 1,7 gram, olahan daging unggas 0,6 gram dan daging kambing,domba 0,4 gram

Tabel 3.3.12

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Daging dan Olahan

Daging Unggas

Daging Sapi, Kerbau

Daging Kambing, domba

OlahanDaging Unggas

Olahan Daging sapi,Kerbau

Daging Babi dan Olahan

Daging Lainnya

0 – 59 bulan 16,3 0,9 0,0 2,3 1,9 0,0 0,0 5 – 12 tahun 27,5 2,3 0,0 4,7 3,6 0,0 0,0 13 – 18 tahun 21,1 2,4 0,2 1,1 2,4 0,0 0,0 19 – 55 tahun 20,2 2,1 0,4 0,5 1,8 0,3 0,0 > 55 tahun 13,9 2,3 0,3 0,3 0,6 0,0 0,0

Seluruh umur 20,6 2,1 0,3 1,3 2,1 0,1 0,0

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok daging dan olahan terbanyak pada daging unggas sebanyak 20,6 persen, kemudian diikuti oleh daging sapi, kerbau dan hasil olahnya sebanyak 2,1 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging kambing, domba hanya sebanyak 0,3 persen, terlalu kecil bila dibandingkan dengan proporsi penduduk yang mengonsumsi olahan daging unggas sebanyak 1,3 persen. Proporsi penduduk yang mengonsumsi daging unggas, tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (27,5%), diikuti oleh kelompok umur 13-18 tahun (21,1%) dan kelompok umur 19 – 55 tahun (20,2 %). Konsumsi daging kambing domba terdapat pada kelompok umur mulai dari

Page 46: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

46

13 tahun sampai > 55 tahun (0,3 %). Hasil distribusi konsumsi bahan makanan kelompok daging dan hasil olahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.12

Tabel 3.3.13

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Jeroan dan olahan (g)

Jeroan hewan berkaki empat

Jeroan Unggas Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 0,0 0,0 0,7 6,2 0,0 0,0 0,7 6,2 5 – 12 tahun 0,4 6,2 1,1 12,5 0,1 1,9 1,5 14,0 13 – 18 tahun 0,4 5,7 0,2 2,7 0,2 2,4 0,8 6,7 19 – 55 tahun 0,4 8,1 0,6 7,4 0,2 5,5 1,2 12,2 > 55 tahun 0,6 7,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,6 7,5

Seluruh umur 0,4 7,2 0,6 7,6 0,2 4,3 1,1 11,3

Konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan hasil olahan sangat bervariasi menurut kelompok umur. Rerata konsumsi jeroan tertinggi berasal dari jeroan unggas sebesar 0,6 gram perorang perhari dibandingkan dengan jeroan hewan berkaki empat sebesar 0,4 gram dan lainnya sebesar 0,2 gram. Jeroan unggas, mulai dikonsumsi penduduk umur 0- 59 bulan yaitu sebanyak 0,7 gram, sedangkan jeroan hewan berkaki empat mulai dikonsumsi penduduk umur 5 -12 tahun sebanyak 0,4 gram. Hasil secara rinci ditampilkan pada Tabel 3.3.13.

Tabel 3.3.14

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Jeroan dan Olahan

Jeroan hewan berkaki empat

Jeroan Unggas Lainnya

0 – 59 bulan 0,0 1,4 0,0 5 – 12 tahun 0,6 1,9 0,2 13 – 18 tahun 0,6 0,4 0,6 19 – 55 tahun 0,4 1,0 0,3 > 55 tahun 0,6 0,0 0,0

Seluruh umur 0,5 1,0 0,3

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan olahan terbanyak adalah jeroan unggas sebanyak 1,0 persen, dibandingkan dengan jeroan hewan berkaki empat sebanyak 0,5 persen dan lainnya yaitu 0,3 persen. Berdasarkan kelompok umur, proporsi konsumsi jeroan unggas tertinggi pada penduduk berumur 5-12 tahun (1,9%), kemudian penduduk balita, umur 0-59 bulan (1,4%) dan kelompok umur 19 – 55 tahun (1,0 %). Konsumsi jeroan hewan berkaki empat dikonsumsi oleh semua kelompok umur secara merata (0,5%).kecuali kelompok umur 0-59 bulan yang tidak mengonsumsi.

Page 47: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

47

Distribusi konsumsi bahan makanan kelompok jeroan dan hasil olahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.14

Tabel 3.3.15

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Ikan dan Olahan (g)

Ikan Laut Olahan Ikan Ikan Air Tawar Udang,

Kepiting dan Olahan

Cumi, Kerang,

Keong dan Olahan

Hewan Air lainnya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 17,1 57,7 7,4 36,0 37,1 112,5 3,0 16,0 0,3 3,7 0,0 0,0 64,9 123,5 5 – 12 tahun 37,2 86,7 11,7 29,7 47,0 141,2 2,9 17,6 0,4 4,3 0,0 0,0 99,2 152,6 13 – 18 tahun 39,0 85,5 13,0 30,3 57,0 175,0 6,5 34,0 0,7 6,9 0,0 0,0 116,3 179,9 19 – 55 tahun 43,2 102,0 17,5 37,6 59,0 166,9 5,1 28,1 1,1 9,9 0,0 0,0 125,9 178,9 > 55 tahun 51,9 102,0 15,2 28,5 60,4 141,0 3,3 24,0 1,1 10,3 0,0 0,0 132,0 152,1

Seluruh umur 40,9 95,7 15,2 34,9 55,7 159,4 4,7 26,8 0,9 8,6 0,0 0,0 117,4 170,8

Semua jenis yang disebutkan tadi dikonsumsi oleh semua kelompok umur. Konsumsi ikan air tawar dan ikan laut meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Kelompok umur 0-59 bulan mengonsumsi ikan air tawar sebanyak 37,1 gram perorang perhari, dan ikan laut 17,1 gram, sedangkan kelompok umur > 55 tahun mengonsumsi ikan air tawar 60,4gram dan ikan laut sebanyak 51,9 gram. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.15.

Gambar 3.3.6

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.6 memperlihatkan rerata konsumsi tertinggi untuk kelompok bahan makanan ikan dan hasil olahan adalah pada kelompok ikan tawar sebesar 55,7 gram perorang perhari, diikuti oleh ikan laut 40,9 gram, olahan ikan 15,2 gram , udang, kepiting dan olahan 4,7 gram dan cumi, kerang, keong dan olahan sebesar 0,9 gram.

Page 48: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

48

Tabel 3.3.16

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Ikan dan Olahan

Ikan Laut Olahan

Ikan Ikan Air Tawar

Udang, Kepiting dan

Olahan

Cumi, Kerang,

Keong dan Olahan

Hewan Air lainnya

0 – 59 bulan 13,0 14,9 14,0 5,1 0,9 0,0 5 – 12 tahun 22,6 25,2 18,2 5,1 0,9 0,0 13 – 18 tahun 22,6 28,9 17,9 7,8 1,5 0,0 19 – 55 tahun 23,4 32,9 21,5 6,5 1,6 0,0 > 55 tahun 27,1 33,2 25,2 3,5 1,6 0,0

Seluruh umur 22,9 30,1 20,4 6,1 1,4 0,0

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok ikan dan olahan terbanyak adalah kelompok olahan ikan sebanyak 30,1 persen, diikuti oleh ikan laut (22,9%), ikan air tawar (20,4%) kemudian kelompok udang ,kepiting dan olahan dan cumi, kerang, keong dan olahan. Berdasarkan kelompok umur, proporsi konsumsi bahan makanan kelompok ikan laut, olahan ikan dan ikan air tawar secara umum meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hanya konsumsi kelompok udang, kepiting dan olahan proporsi paling sedikit terdapat pada kelompok umur > 55 tahun ( 3,5%). Distribusi konsumsi bahan makanan kelompok ikan dan hasil olahan secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3.16.

Tabel 3.3.17

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Telur dan Olahan (g)

Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 20,5 33,3 0,5 4,2 0,00 0,00 0,4 5,0 21,4 33,4 5 – 12 tahun 22,2 35,8 0,1 3,0 0,00 0,00 0,4 5,5 22,8 36,0 13 – 18 tahun 21,3 35,5 0,3 4,5 0,00 0,00 0,2 3,3 21,8 35,6 19 – 55 tahun 21,1 40,0 0,4 5,7 0,02 0,86 0,2 5,1 21,7 40,6 > 55 tahun 13,6 33,2 0,0 0,0 0,00 0,00 0,6 7,3 14,2 33,7

Semua umur 20,6 37,9 0,3 4,8 0,01 0,65 0,3 5,2 21,2 38,3

Secara umum bahan makanan kelompok telur dan hasil olahan yang banyak dikonsumsi adalah telur ayam dan telur bebek, masing-masing sebanyak 20,6 gram dan 0,3 gram perorang perhari. Telur ayam dikonsumsi oleh semua kelompok umur dengan rerata konsumsi terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebanyak 13,6 gram, sedangkan telur bebek dikonsumsi oleh semua kelompok umur kecuali kelompok umur > 55 tahun. Telur lainnya dikonsumsi oleh semua kelompok umur dengan rerata konsumsi sebesar 0,3 gram. Hasil secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.3.17.

Page 49: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

49

Tabel 3.3.18

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahannya menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Telur dan Olahan

Telur Ayam Telur Bebek Olahan Telur Telur Lainnya

0 – 59 bulan 37,2 1,4 0,0 0,5 5 – 12 tahun 39,7 0,2 0,0 0,8 13 – 18 tahun 36,9 0,6 0,0 0,2 19 – 55 tahun 32,5 0,6 0,1 0,3 > 55 tahun 22,3 0,0 0,0 1,0

Seluruh umur 33,5 0,5 0,0 0,4

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok telur dan olahan didominasi oleh telur ayam sebanyak 33,5 persen. Sedangkan telur bebek dikonsumi penduduk dengan sebesar 0,5 persen diikuti telur lainnya (0,4%). Penduduk yang mengonsumsi telur ayam terdapat pada semua kelompok umur dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (39,7%) diikuti oleh kelomppok umur 0-59 bulan (37,2%), terendah terdapat pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 22,3 persen. Dapat dilihat lebih lanjut pada tabel 3.3.18.

Tabel 3.3.19

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Susu dan Olahan (g)

Susu Kental manis

Susu Bubuk Susu Cair Susu Formula

Balita

Susu Formula Khusus

Olahan Susu

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bulan 10,1 32,1 6,1 23,7 17,8 80,9 28,7 51,6 0,3 4,2 1,4 8,9 54,3 91,2 5 -12 tahun 3,4 12,7 1,7 8,9 11,0 50,9 0,7 8,3 0,0 0,0 1,6 10,2 15,0 53,7 13 -18 tahn 0,8 5,7 0,2 2,0 2,1 23,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 3,2 2,6 23,3 19 - 55 tahn 1,2 7,3 0,2 3,7 0,5 7,6 0,0 3,1 0,3 4,1 0,2 3,2 1,3 10,9 >55 tahun 0,9 5,2 0,0 0,2 0,0 0,3 0,0 0,9 0,7 4,9 0,0 0,0 0,8 5,2

Seluruh umur 3,3 12,6 1,6 7,7 6,3 32,5 5,9 12,8 0,3 2,6 0,7 5,1 14,8 36,9

Tabel 3.3.19 menunjukkan rerata total konsumsi berat bahan makanan kelompok susu dan hasil olahannya menurut jenis yang paling banyak dikonsumsi di semua kelompok umur adalah susu cair yaitu sebesar 3,3 gram perorang perhari diikuti oleh susu cair, susu formula balita, susu bubuk, olahan susu dan susu formula khusus. Untuk kelompok umur yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya terbesar adalah pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebanyak 54,3 gram . Adapun kelompok umur yang paling sedikit mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya adalah umur 55 tahun keatas.

Page 50: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

50

Gambar 3.3.7

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.7 memperlihatkan rerata berat bahan makanan kelompok susu dan olahan yang terbanyak dikonsumsi adalah susu cair 3,3 gram perorang perhari, diikuti oleh susu kental manis (2 g). Susu formula balita dikonsumsi sebesar 1,8 gram perhari

Tabel 3.3.20

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok susu dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

elompok Umur

Jenis Susu dan Olahan

Susu Kental manis

Susu Bubuk

Susu Cair Susu

Formula Balita

Susu Formula Khusus

Olahan Susu

0 – 59 bulan 13,5 8,8 8,4 32,6 0,5 2,8 5 – 12 tahun 9,7 6,8 6,1 0,8 0,0 3,8 13 – 18 tahun 3,9 1,5 1,5 0,0 0,0 1,3 19 – 55 tahun 4,2 0,8 0,9 0,3 0,7 0,6 > 55 tahun 3,9 1,0 0,6 0,3 2,6 0,0

Seluruh umur 5,5 2,3 2,2 2,3 0,7 1,2

Urutan proporsi bahan makanan kelompok susu dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi adalah susu kental manis yang dikonsumsi oleh 5,5 persen penduduk, diikuti oleh susu bubuk dan susu formula balita sebanyak 2,3 persen, susu cair 2,2 persen, olahan susu 1,2 persen, dan susu formula khusus 0,7 persen, dapat dilihat pada tabel 3.3.20

Page 51: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

51

Tabel 3.3.21

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Minyak, Lemak dan Olahan (g)

Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Kelapa

Kelapa dan Olahan

Minyak Lainnya, lemak dan Olahan

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 9,5 10,4 8,4 23,7 0,3 1,7 18,2 25,2 5 – 12 tahun 17,9 13,8 15,4 42,5 0,3 1,8 33,5 43,0 13 – 18 tahun 18,3 13,7 18,2 41,6 0,2 1,7 36,7 43,5 19 – 55 tahun 19,4 15,6 22,8 48,2 0,2 1,8 42,4 48,9 > 55 tahun 18,8 16,3 18,5 37,8 0,1 0,6 37,4 37,9

Seluruh umur 18,4 15,1 19,8 44,7 0,2 1,7 38,4 45,7

Berdasarkan tabel 3.3.21 diketahui bahwa rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahannya yang terbanyak adalah kelapa dan olahannya sbesar 19,8 gram perorang perhari, minyak kelapa sawit dan minyak olahan sebanyak 18,4 gram dan minyak lainnya, lemak dan olahan yaitu 0,2 gram. Penduduk yang paling banyak mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan ada pada kelompok umur 19-55 tahun yaitu 42,4 gram.

Tabel 3.3.22

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok minyak, lemak dan olahan menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Minyak, Lemak dan Olahan

Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kelapa

Kelapa dan Olahan

Minyak Lainnya, lemak dan Olahan

0 – 59 bulan 70,7 17,2 4,7 5 – 12 tahun 95,4 27,3 4,9 13 – 18 tahun 95,3 29,5 3,4 19 – 55 tahun 96,0 32,6 2,8 > 55 tahun 90,0 28,7 1,9

Seluruh umur 93,7 30,1 3,2

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan jenis minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada semua kelompok umur hampir sama besar, yang terkecil adalah kelompok umur 0-59 tahun yaitu 70,7 persen. Begitu pula pada jenis makanan kelapa dan olahannya, sedangkan untuk jenis makanan minyak lainnya, lemak dan olahannya proporsi terbesar ada pada kelompok umur rendah yaitu umur 5-12 tahun sebanyak 4,9 dan 0-59 tahun sebanyak 4,7 persen. Dapat dilihat pada tabel 3.3.22.

Page 52: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

52

Tabel 3.3.23

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Gula dan Konfeksionari (g)

Gula Permen Sirup Coklat Lainnya

(madu,Selai agar-agar, jely)

Total

Rerata SD Rerata

SD Rerata SD Rerata

SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bulan 4,8 10,0 0,8 3,1 0,0 0,0 0,4 3,9 1,7 15,3 7,8 18,4 5 -12 tahun 6,2 11,1 1,6 6,5 2,5 24,5 0,4 2,8 2,7 20,6 13,3 35,1 13 -18 tahun 6,3 9,8 0,6 3,0 0,2 6,4 0,1 0,6 2,3 21,3 9,5 24,6 19 -55 tahun 15,4 19,5 0,0 0,7 0,2 3,1 0,1 1,3 0,3 3,4 16,0 20,2 >55 tahun 17,5 19,4 0,1 0,4 0,0 0,0 0,0 0,2 0,2 1,7 17,7 19,5

Seluruh umur 12,3 17,5 0,4 3,0 0,5 10,1 0,1 1,8 1,0 12,1 14,4 23,7

Konsumsi gula cenderung meningkat sesuai kelompok umur, rerata total berat yang paling banyak dikonsumsi adalah 17,5 gram perorang perhari, yaitu pada kelompok umur > 55 tahun. Kelompok umur 5-12 tahun mengonsumsi jenis permen, sirup, coklat dan lainnya dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.23.

Gambar 3.3.8

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari perorang perhari, Provinsi Riau 2014

Gambar 3.3.8 menunjukkan, rerata konsumsi kelompok gula, sirup dan konfeksionari adalah sebesar 14,4 gram perorang perhari, yang paling banyak dikonsumsi adalah jenis bahan makanan gula sebesar 12,3 gram.

.

Page 53: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

53

Tabel 3.3.24

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Gula dan Konfeksionari

Gula Permen Sirup Coklat Lainnya

(madu,Selai agar-agar, jely)

0 – 59 bulan 30,2 7,9 0,0 1,4 6,0 5 – 12 tahun 42,5 11,4 1,5 3,0 4,0 13 – 18 tahun 42,9 5,6 0,4 0,6 1,9 19 – 55 tahun 66,2 0,9 0,7 0,6 2,1 > 55 tahun 77,4 1,9 0,0 0,0 1,0

Seluruh umur 58,3 3,6 0,7 0,9 2,5

Tabel 3.3.24 menunjukkan gula merupakan proporsi terbesar yang dikonsumsi untuk bahan makanan kelompok gula dan konfeksionari,, terbanyak pada kelompok umur 55 tahun keatas sebanyak 77,4 persen., kemudian diikuti permen sebesar 3,6 persen, lainnya (2,5%), coklat (0,9%) dan sirup (0,7%). Balita (umur 0-59 bulan) mempunyai proporsi terbesar untuk konsumsi jenis lainnya (madu, selai, agar-agar, jely) sebesar 6 persen.

Tabel 3.3.25

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Bumbu (g)

Garam Vetsin/ MSG/

Mecin Bumbu Instan

Bumbu Kering

Bumbu Basah

Bahan Tambahan

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 0,9 1,3 0,3 0,5 0,1 1,0 0,1 0,4 11,2 17,2 0,00 0,03 12,6 17,7 5 – 12 tahun 2,4 2,5 0,7 1,7 0,3 2,8 0,3 1,1 21,4 22,5 0,01 0,07 25,1 23,7 13 – 18 tahun 2,4 2,0 0,6 0,8 1,1 6,5 0,4 1,7 22,0 19,9 0,03 0,33 26,6 21,7 19 – 55 tahun 2,8 2,8 0,7 0,9 0,5 4,4 0,4 1,9 26,9 24,3 0,00 0,07 31,4 26,5 > 55 tahun 3,0 2,8 0,6 1,1 0,5 5,9 1,0 4,4 31,3 46,9 0,00 0,00 36,6 48,6

Seluruh umur 2,6 2,7 0,7 1,1 0,6 4,6 0,4 2,1 24,8 26,4 0,01 0,13 29,1 28,3

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok bumbu adalah 29,1 gram perorang perhari. Jenis bumbu basah adalah yang tertinggi dikonsumsi yaitu sebanyak 24,8 gram perorang perhari.Hal ini dikarenakan berat bumbu basah akan lebih besar dibandingkan jenis bumbu lainnya. Tidak banyak perbedaan konsumsi rerata berat pada setiap jenis bumbu untuk setiap kelompok umur, ada kecenderungan meningkat seiring bertambahnya usia. Kecuali pada bumbu instan dan bumbu tambahan yang dikonsumsi paling banyak pada kelompok umur 13-18 tahun. Dapat dilihat pada tabel 3.3.25.

Page 54: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

54

Tabel 3.3.26

Proporsi penduduk yang mengonsumsi bumbu menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Bumbu

Garam Vetsin/ MSG/

Mecin Bumbu Instan

Bumbu Kering

Bumbu Basah

Bahan Tambahan

0 – 59 bulan 77,7 47,0 6,5 11,2 66,5 0,5 5 – 12 tahun 95,8 58,6 12,1 17,8 93,7 1,5 13 – 18 tahun 97,4 63,6 12,1 18,5 92,2 2,2 19 – 55 tahun 98,3 64,8 9,8 18,7 95,6 0,8 > 55 tahun 95,5 60,3 8,1 23,5 94,5 0,0

Seluruh umur 96,3 62,2 10,1 18,5 93,0 1,0

Tabel 3.3.26 memperlihatkan proporsi penduduk yang mengonsumsi jenis bumbu tertinggi yaitu garam yang dikonsumsi oleh 96,3 persen penduduk, diikuti oleh bumbu basah (93%), vetsin (62,2%), bumbu kering (18,5%), bumbu instan (10,1) dan bumbu tambahan (1,0%). Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa proporsi balita yang mengonsumsi garam sebesar 77,7 persen, sedangkan kelompok umur lainnya di atas 90 persen. Konsumsi bumbu sudah di mulai saat usia balita (umur 0-59 bulan).

Rerata konsumsi berat bahan makanan kelompok minuman serbuk tertinggi adalah kopi yaitu sebanyak 2,3 gram perorang perhari, diikuti teh sebanyak 1,4 gram dan minuman serbuk lainnya 0,81 gram, kopi dan teh paling banyak dikonsumsi oleh kelompok umur 55 tahun keatas. Sedangkan konsumsi kelompok minuman cair terbanyak adalah minuman kemasan cairan yaitu sebesar 27 mililiter, diikuti oleh minuman berkarbonasi (3 mL), minuman cairan lainnya (1,9 mL dan minuman beralkohol (0,9 mL). Untuk jenis minuman beralkohol yang mengkonsumsi hanya pada kelompok umur 19-55 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.27.

Tabel 3.3.28 memperlihatkan proporsi penduduk terbesar yang mengonsumsi kelompok minuman dari jenis minuman serbuk adalah teh sebanyak 40,2 persen. Pada umumnya proporsi penduduk yang mengonsumsi kelompok minuman tersebut meningkat seiring bertambahnya umur. Untuk proporsi konsumsi kopi menurut kelompok umur dijumpai proporsi yang lebih besar pada kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 1,9 persen jika dibandingkan dengan kelompok umur 5-12 tahun yang hanya 0,9 persen..

Page 55: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

55

Tabel 3.3.27

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok minuman perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Minuman Serbuk (g) Jenis Minuman cairan (ml)

Teh Instan / Daun Kering

Kopi Bubuk Minuman Serbuk

Total

Minuman Kemasan Cairan

Minuman Berkarbonasi

Minuman Beralkohol

Minuman Lainnya

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 1,1 12,0 0,1 1,0 0,16 1,65 1,4 12,1 28 76 1 13 0,0 0,0 2,3 26,9 31,4 80,3 5 – 12 tahun 1,0 8,7 0,1 1,4 2,29 13,66 3,4 16,2 68 119 3 37 0,0 0,0 2,4 22,4 73,5 125,6 13 – 18 tahun 1,2 9,8 0,4 2,5 1,89 17,20 3,4 19,8 44 109 10 63 0,0 0,0 1,4 14,5 55,6 124,0 19 – 55 tahun 1,5 6,4 3,4 12,2 0,36 6,69 5,3 15,1 15 79 2 22 1,6 63,7 2,0 22,6 20,2 108,4 > 55 tahun 1,7 2,1 3,7 9,6 0,00 0,00 5,4 9,3 4 28 1 25 0,0 0,0 0,6 8,6 5,6 38,9

Seluruh umur 1,4 7,5 2,3 9,8 0,81 9,66 4,5 15,4 27 90 3 33 0,9 47,9 1,9 21,1 32,3 109,8

Tabel 3.3.28

Proporsi penduduk yang mengonsumsi minuman menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Minuman Serbuk Jenis Minuman cairan

Teh Instan / Daun Kering

Kopi Bubuk Minuman Serbuk

Minuman Kemasan Cairan

Minuman Berkarbonasi

Minuman Beralkohol

Minuman Lainnya

0 – 59 bulan 12,6 1,9 1,4 14 1 0 1 5 – 12 tahun 24,3 0,9 8,5 30 1 0 2 13 – 18 tahun 26,9 2,8 4,1 20 3 0 2 19 – 55 tahun 48,1 17,7 1,0 6 1 0 2 > 55 tahun 55,8 21,6 0,0 3 0 0 1

Seluruh umur 40,2 12,6 2,5 11 1 0 2

Page 56: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

56

Tabel 3.3.29

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok makanan komposit perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis MakananKomposit (g)

Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 1,6 15,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,6 15,3 5 – 12 tahun 0,3 5,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 5,5 13 – 18 tahun 0,4 4,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4 4,3 19 – 55 tahun 1,0 14,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 14,4 > 55 tahun 1,1 13,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1 13,0

Seluruh umur 0,9 12,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,9 12,4

Rerata tertinggi konsumsi kelompok makanan komposit pada semua kelompok umur adalah ayam goreng sebanyak 0,9 gram. perorang perhari. Sedangkan jenis makanan lain seperti pizza, burger, dan kentang goreng tidak ada yang mengonsumsinya atau terlalu sedikit penduduk yang mengonsumsinya. Konsumsi ayam goreng tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 1,6 gram, terendah pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 0,3 gram. Lebih lanjut dapat dilihat dari tabel 3.3.29.

Pada tabel 3.3.30 ditampilkan proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur pada penduduk di Provinsi Riau.

Tabel 3.3.30

Proporsi penduduk yang mengonsumsi makanan komposit menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Jenis Makanan Komposit

Ayam goreng Pizza Burger Kentang Goreng

0 – 59 bulan 1,4 0,0 0,0 0,0 5 – 12 tahun 0,2 0,0 0,0 0,0 13 – 18 tahun 0,9 0,0 0,0 0,0 19 – 55 tahun 0,6 0,0 0,0 0,0 > 55 tahun 0,6 0,0 0,0 0,0

Seluruh umur 0,6 0,0 0,0 0,0

Tabel di atas mengungkapkan bahwa proporsi penduduk di Provinsi Riau hanya mengonsumsi makanan komposit ayam goreng sekitar 0,6 persen. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi ayam goreng ada pada kelompok umur 0-59 bulan (1,4%), dan terendah pada kelompok umur 5-12 tahun (0,2%). Sementara itu, tidak ditemukan penduduk yang mengonsumsi jenis makanan komposit seperti pizza, burger, dan kentang goreng

.

Page 57: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

57

Tabel 3.3.31

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok sumber air perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Sumber Air (ml)

Air Minum Air Minum Kemasan

Bermerek

Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,

,minuman berkarbonasi,

berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman lain)

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 865 499 17 141 29 77 911 498 5 – 12 tahun 1036 495 58 218 71 124 1165 477 13 – 18 tahun 1131 585 70 247 55 123 1255 574 19 – 55 tahun 1525 761 69 347 19 107 1613 780 > 55 tahun 1458 695 35 247 5 37 1499 704

Seluruh umur 1353 723 61 301 31 108 1445 729

Tabel 3.3.31 memperlihatkan rerata konsumsi kelompok sumber air di provinsi Riau adalah 1.445 ml perorang perhari.Alr minum adalah yag dikonsumsi tertinggi yaitu sebesar 1353 mL perorang perhari, kemudian air minum kemasan bermerek (61 mL), dan terendah minuman cair kemasan pabrikan (31 mL). Rerata konsumsi air minum tertinggi pada penduduk kelompok umur 19-55 tahun (1525 mL) dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (865 mL). Rerata tertinggi konsumsi air minum kemasan bermerek pada penduduk yang berumur 13-18 tahun (70 mL), dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (17 mL). Rerata konsumsi minuman cair kemasan pabrikan tertinggi pada penduduk yang berumur 13-18 tahun (55 mL), dan terendah pada kelompok di atas 55 tahun (5 mL).

Tabel 3.3.32

Proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Sumber Air

Air Minum Air Minum Kemasan Bermerek

Minuman cair kemasan pabrikan (jus cair, kopi cair, teh cair,

,minuman berkarbonasi, berenergi, isotonik, beralkohol dan minuman

lain)

0 – 59 bulan 93,5 2,3 15,3 5 – 12 tahun 97,0 11,4 30,4 13 – 18 tahun 98,3 11,6 22,4 19 – 55 tahun 98,8 7,6 6,6 > 55 tahun 99,7 3,9 2,9

Seluruh umur 98,2 8,1 12,5

Data pada tabel 3.3.32 menyajikan proporsi penduduk yang mengonsumsi air menurut kelompok umur pada penduduk di Provinsi Riau. Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air minum berdasarkan sumber air adalah air minum sebanyak 98,2 persen, diikuti minuman cair kemasan pabrikan (12,5%), dan proporsi terendah adalah air minum

Page 58: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

58

kemasan bermerek (8,1%). Berdasarkan kelompok umur diketahui bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi air minum relatif sama sekitar 98 persen, kecuali pada kelompok umur 0-59 bulan sedikit lebih rendah (93,5 mL). Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi air kemasan bermerek terdapat pada kelompok umur 13-18 tahun (11,6%) dan 5-12 tahun (11,4%), dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (2,3%). Proporsi tertinggi penduduk yang mengonsumsi minuman cair kemasan pabrikan ada pada kelompok umur 5-12 tahun (30,4%), dan terendah pada kelompok umur di atas 55 tahun (2,9%).

Tabel 3.3.33

Rerata konsumsi bahan makanan kelompok suplemen dan jamu perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Suplemen Jamu

Multi Vitamin (mg)

Non Multi Vitamin (mg)

Minuman Suplemen

(ml)

Total Jamu Tradisional

(ml)

Jamu Pabrikan (mg)

Total

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 - 59 bulan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,48 0,02 0,48 0,18 4,21 0,00 0,00 0,18 4,21 5 -12 tahun 0,03 0,55 0,00 0,00 0,02 0,62 0,05 0,83 0,08 2,75 0,00 0,00 0,08 2,75 13 -18tahun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,47 30,66 1,47 30,66 19-55 tahun 0,00 0,00 0,01 0,25 0,00 0,21 0,01 0,32 0,29 6,54 0,02 0,71 0,31 6,58 >55 tahun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,20 0,01 0,20

Seluruh umur 0,03 0,21 0,01 0,19 0,01 0,31 0,02 0,42 0,19 5,15 0,21 11,18 0,40 12,30

Rerata konsumsi kelompok suplemen di Provinsi Riau, jenis minuman suplemen adalah sangat kecil 0,01 ml perorang perhari.sama dengan jenis multivitamin dan non multivitamin. (Tabel 3.3.33). Sedang rerata konsumsi antara jamu tradisional adalah 0,19 mL perorang perhari relatif tidak berbeda dengan jamu pabrikan sebesar 0,21 mL.. Rerata tertinggi konsumsi jamu tradisional pada penduduk yang berumur 19-55 tahun (0,29 mL), dan penduduk yang berumur 13-18 tahun dan diatas 55 tahun, tidak mengonsumsi jamu tradisional. Jamu pabrikan hanya dikonsumsi penduduk yang berumur 13-18 tahun, dan kelompok umur yang lain sangat kecil yang minum jamu pabrikan.

Page 59: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

59

Tabel 3.3.34

Proporsi penduduk yang mengonsumsi suplemen dan jamu menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Suplemen Jamu

Multi Vitamin

Non Multi Vitamin

Minuman Suplemen

Jamu Tradisional

Jamu Pabrikan

0 – 59 bulan 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 5 – 12 tahun 0,4 0,0 0,2 0,0 0,0 13 – 18 tahun 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 19 – 55 tahun 0,0 0,2 0,0 0,3 0,2 > 55 tahun 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3

Seluruh umur 0,1 0,1 0,0 0,1 0,1

Tabel 3.3.34 memperlihatkan bahwa proporsi penduduk yang mengonsumsi baik suplemen maupun jamu sangat kecil sekali, dan hanya kelompok umur tertentu yang mengonsumsi multi vitamin dan jamu. Suplemen multi vitamin hanya dikonsumsi penduduk pada kelompok umur 5-12 tahun saja, dimana proporsinya sangat rendah yaitu 0,4 persen. Sedang proporsi penduduk yang mengonsumsi non multi vitamin hanya pada kelompok umur 19-55 tahun (0,2%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi jamu tradisional sebesar 0,3 persen hanya pada kelompok umur 19-55 tahun, sedang proporsi penduduk yang mengonsumsi jamu pabrikan sebesar 0,2 persen masing masing pada kelompok umur 13-18 tahun dan 19-55 tahun. Proporsi penduduk yang mengonsumsi jamu pabrikan pada kelompok umur di atas 55 tahun sekitar 0,3 persen.

Tabel 3.3.35

Rerata konsumsi serelia, umbi/pati, kacang, sayur, buah, daging dan olahan perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Bahan Makanan (g)

Serealia dan Olahan

Umbi/pati dan Olahan

Kacang dan Olahan

Sayur dan Olahan

Buah dan Olahan

Daging dan Olahan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 110,5 71,3 13,6 42,6 10,1 32,5 14,9 26,8 21,3 65,2 33,0 85,6 5 – 12 tahun 209,4 99,6 16,8 49,8 28,8 69,0 26,1 31,9 31,1 82,8 57,9 103,9 13 – 18 tahun 242,6 122,2 19,5 66,3 34,3 85,4 39,0 45,7 32,9 148,3 41,9 91,5 19 – 55 tahun 261,6 116,3 16,4 57,6 32,5 77,7 55,2 58,2 33,1 90,5 42,7 96,5

> 55 tahun 230,0 110,9 11,0 44,0 32,7 84,9 54,1 67,5 22,1 60,0 26,3 74,2

Seluruh umur 210,8 104,1 16,2 55,9 30,8 76,4 46,1 54,5 31,1 95,8 42,8 94,9

Rerata bahan makanan yang tertinggi dikonsumsi penduduk di Riau adalah serealia dan olahannya sebanyak 210,8 gram perorang perhari, diikuti sayur dan olahannya sebanyak 46,1 gram, daging dan olahannya 42,8 gram, buah dan olahannya 31,1 gram, kacang dan olahannya 30,8 gram, dan terakhir umbi/pati dan olahannya 16,2 gram perorang perhari (Tabel 3.3.35).. Konsumsi serealia dan olahannya awalnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur, namun pada umur di atas 55 tahun konsumsi terlihat menurun sebanyak 351,0 gram. Rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi serealia dan olahannya ada pada kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 261,6 gram perorang perhari

Page 60: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

60

dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 110,5 gram. Rerata tertinggi konsumsi sayur dan olahannya ada pada kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 55,2 gram, dan terendah ada pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu 14,9 gram. Rerata tertinggi konsumsi daging dan olahannya ada pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 57,9 gram, dan terendah pada kelompok umur di atas 55 tahun yaitu sebanyak 26,3 gram. Rerata buah dan olahannya tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 33,1 gram, dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 21,3 gram. Rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi kacang dan olahannya ada pada kelompok umur 13-18 tahun 34,3 gram, terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 10,1 gram. Rerata tertinggi yang mengonsumsi umbi/pati dan olahannya ada pada kelompok umur 13-18 tahun, dan terendah 0-59 bulan yaitu sebanyak 13,6 gram.

Tabel 3.3.36

Rerata konsumsi jeroan, ikan, telur, susu, minyak, olahannya, gula dan konfeksionari perorang perhari, menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Bahan Makanan (g)

Jeroan dan Olahan

Ikan dan Olahan

Telur dan Olahan

Susu dan Olahan

Minyak dan Olahan

Gula dan Konfeksionari

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 0,7 6,2 64,9 123,5 21,4 33,4 54,3 91,2 18,2 25,2 7,8 18,4 5 – 12 tahun 1,5 14,0 99,2 152,6 22,8 36,0 15,0 53,7 33,5 43,0 13,3 35,1 13 – 18 tahun 0,8 6,7 116,3 179,9 21,8 35,6 2,6 23,3 36,7 43,5 9,5 24,6 19 – 55 tahun 1,2 12,2 125,9 178,9 21,7 40,6 1,3 11,0 42,4 48,9 16,0 20,2 > 55 tahun 0,6 7,5 132,0 152,1 14,2 33,7 0,8 5,2 37,4 37,9 17,7 19,5

Seluruh umur 1,1 11,3 117,4 170,8 21,2 38,3 6,7 35,4 38,4 45,7 14,4 23,7

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata konsumsi tertinggi adalah ikan dan olahan sebanyak 117,4 gram perorang perhari, kemudian diikuti minyak dan olahan sebanyak 38,4 gram, telur dan olahan 21,2 gram, gula dan konfeksionari 14,4 gram, susu dan olahan 6,7 gram, dan terendah adalah jeroan dan olahan 1,1 gram.

Rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi ikan adalah kelompok umur di atas 55 tahun sebesar 132 g perorang perhari, dan terendah kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 64,9 gram. Selanjutnya, rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi minyak dan olahan ada pada kelompok umur 19-55 tahun adalah 42,4 gram, dan rerata terendah pada kelompok umur 0-59 tahun yaitu 18,2 gram. Penduduk yang mengonsumsi telur dan olahannya, rerata konsumsinya relatif sama antar kelompok umur, kecuali pada kelompok umur di atas 55 tahun terlihat rendah sebanyak 14,2 gram. Rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi gula dan konfeksionari adalah kelompok umur di atas 55 tahun yaitu 17,7 gram perorang perhari, dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan adalah 7,8 gram. Penduduk yang mengonsumsi susu, rerata tertinggi terdapat pada kelompok umur 0-59 bulan sebesar 54,3 gram perorang perhari, dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 6,7 gram. Penduduk yang mengonsumsi jeroan dan olahan, rerata tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (1,5 g) hampir tidak berbeda dengan kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 1,2 gram, dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebanyak 0,6 gram, 0-59 bulan sebanyak 0,7 gram serta umur 13-18 tahun sebanyak 0,8 gram.

Page 61: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

61

Tabel 3.3.37

Rerata konsumsi bumbu, minuman, makanan komposit, air dan suplemen perorang perhari menurut kelompok umur, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Bahan Makanan

Bumbu Minuman serbuk (g)

Minuman cair (ml)

Makanan komposit (g)

Air (ml) Suplemen (g) Jamu (g)

Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 12,6 17,7 1,4 12,1 31,4 80,3 1,6 15,3 911 498 0,02 0,48 0,18 4,21

5 – 12 tahun 25,1 23,7 3,4 16,2 73,5 125,6 0,3 5,5 1165 477 0,05 0,83 0,08 2,75

13 – 18 tahun 26,6 21,7 3,4 19,8 55,6 124,0 0,4 4,3 1255 574 0,00 0,00 1,47 30,66

19 – 55 tahun 31,4 26,5 5,3 15,1 20,2 108,4 1,0 14,4 1613 780 0,01 0,32 0,31 6,58

> 55 tahun 36,6 48,6 5,4 9,3 5,6 38,9 1,1 13,0 1499 704 0,00 0,00 0,01 0,20

Seluruh umur 29,1 28,3 4,5 15,4 32,3 109,8 0,9 12,4 1445 729 0,02 0,42 0,40 12,30

Rerata tertinggi konsumsi bahan makanan pada penduduk adalah air yaitu 1445 ml perorang perhari, diikuti oleh minuman cair sebanyak 32,3 ml perorang perhari, bumbu sebanyak 29,1 gram perorang perhari, minuman serbuk sebanyak 4,5 gram, makanan komposit sebanyak 0,9 gram, jamu sebanyak 0,4 gram, dan suplemen sebanyak 0,02 gram. Rerata tertinggi konsumsi air pada penduduk dengan kelompok umur 19-55 tahun sebanyak 1613 ml dan terendah pada kelompok usia 0-59 bulan sebanyak 911 ml. Rerata tertinggi penduduk yang mengonsumsi minuman cair ada pada kelompok umur 5-12 tahun yaitu 73,5 ml dan terendah pada kelompok umur > 55 tahun sebesar 5,6 ml. Rerata tertinggi konsumsi bumbu pada penduduk dengan kelompok umur diatas 55 tahun sebanyak 36,6 gram, dan terendah pada kelompok umur 0-59 bulan sebanyak 12,6 gram. Hasil secara lengkap disajikan dalam tabel 3.3.37.

Page 62: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

62

3.4. Asupan dan Kecukupan Energi

Asupan energi didapatkan dari hasil analisis bahan makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan Database Komposisi Gizi Makanan-Minuman yang berasal dari berbagai database daftar komposisi makanan dari dalam dan luar negeri. Berdasarkan asupan energi yang diperoleh maka dapat dihitung kecukupan energi dengan menggunakan Angka Kecukupan Energi (AKE) dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) WNPG tahun 2013. Individu dikategorikan sebagai mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal apabila mengkonsumsi energi kurang dari 70 persen dari AKE

Tabel 3.4.1

Rerata asupan energi penduduk menurut kelompok umur jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Asupan Energi (Kkal)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 1124 444 1084 358 1097 387

Laki laki

5 – 12 tahun 1583 598 1450 531 1501 560 13 – 18 tahun 1564 688 1596 707 1583 699 19 – 55 tahun 1891 748 1729 652 1794 696 > 55 tahun 1779 565 1570 593 1647 590 Perempuan

5 – 12 tahun 1559 556 1430 484 1483 518 13 – 18 tahun 1630 704 1397 539 1490 619 19 – 55 tahun 1607 623 1463 566 1521 593 > 55 tahun 1455 576 1250 485 1329 530

Rerata asupan energi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, namun pada kelompok umur lebih dari 55 tahun terjadi penurunan konsumsi asupan energi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Rerata asupan energi, pada kelompok umur 19-55 tahun, laki laki lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Asupan energi pada penduduk perempuan, berusia 13-18 tahun, bertempat tinggal di perdesaan lebih rendah (1397 Kkal) dibandingkan dengan penduduk perempuan yang seusianya, tinggal diperkotaan (1630 Kkal). Berdasarkan tempat tinggal diketahui asupan energi penduduk yang berdomisili di perkotaan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di perdesaan.

Page 63: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

63

Tabel 3.4.2

Rerata kecukupan energi penduduk menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

Karakteristik Kecukupan Energi (% AKE)

Rerata SD

Kelompok Umur 0 – 59 bulan 97 26

Laki laki 5 – 12 tahun 79 31 13 – 18 tahun 62 27 19 – 55 tahun 69 27 > 55 tahun 76 27 Perempuan 5 – 12 tahun 79 28 13 – 18 tahun 70 29 19 – 55 tahun 71 28 > 55 tahun 75 29 Tempat Tinggal

Perkotaan 75 30 Perdesaan 69 27

Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah 66 25 Menengah Bawah 70 27 Menengah 68 28 Menengah atas 76 29 Teratas 78 31

Rerata kecukupan energi menurut karakterisitik di Provinsi Riau ditunjukkan pada Tabel 3.4.2. Rerata kecukupan energi pada anak balita (0-59 bulan) adalah yang tertinggi yaitu diatas 95 persen AKE . Rerata kecukupan energi kelompok umur diatas 5 tahun baik laki-laki maupun perempuan berkisar 79 persen AKE. Rerata kecukupan energi di perkotaan (75,0%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (69%) walaupun sama-sama berada di kisaran 70 persen AKE. Rerata kecukupan energi berdasarkan kuintil indeks kepemilikan menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi kuintil semakin berkurang defisit energi walaupun tidak berada diatas 80 persen AKE.

Page 64: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

64

Tabel 3.4.3

Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energi dan karakteristik , Provinsi Riau 2014

Karakteristik

Klasifjkasi tingkat kecukupan energi

< 70% AKE 70 - <100% AKE ≥100-<130% AKE ≥130% AKE

Kelompok Umur 0 – 59 bulan 10,4 58,2 16,5 14,8 5 – 12 tahun 36,2 43,7 13,6 6,5 13 – 18 tahun 59,0 27,9 9,8 3,4 19 – 55 tahun 55,7 30,8 10,1 3,4 > 55 tahun 48,3 32,1 15,5 4,1 Jenis Kelamin

Laki-laki 51,5 33,8 10,6 4,1 Perempuan 49,9 33,3 11,9 4,9

Tempat Tinggal Perkotaan 44,9 34,6 15,2 5,3 Perdesaan 54,6 32,8 8,7 3,9

Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah 59,1 30,1 7,7 3,1 Menengah Bawah 53,0 34,0 9,4 3,6 Menengah 55,9 31,8 9,7 2,6 Menengah atas 41,9 38,1 14,1 5,9 Teratas 42,1 35,0 16,0 6,9

Proporsi penduduk menurut tingkat kecukupan energi dan karakteristik di Provinsi Riau ditunjukkan pada Tabel 3.4.3. Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (< 70% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (10,4%), pada laki-laki (51,5%) tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan perempuan (49,9%), di perkotaan (44,9%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (54,6%) dan semakin tinggi kuintil semakin rendah proporsi penduduk dengan kekurangan energi. Proporsi tertinggi penduduk dengan klasifikasi tingkat kecukupan energi klasifikasi kurang (70-<100% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (58,2%), pada laki-laki (33,8%) tidak jauh berbeda dengan perempuan (33,8%), di perkotaan (34,6%) lebih tinggi dari pada di perdesaan (32,8%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi

klasifikasi cukup (100-<130% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (16,5%), pada laki-laki (10,6%) lebih rendah dibandingkan perempuan (11,9%), di perkotaan (15,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (8,7%) dan semakin tinggi kuintil semakin tinggi pula proporsi penduduk dengan energi cukup. Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan energi klasifikasi risiko kelebihan (≥ 130% AKE) pada kelompok umur 0-59 bulan (14,8%), pada laki-laki (4,1%) juga tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan perempuan (4,9%), di perkotaan (5,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (3,9%).

Page 65: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

65

3.5. Asupan dan Kecukupan Protein

Asupan protein diperoleh dari hasil analisis bahan makanan yang dikonsumsi individu

dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan. Berdasarkan asupan protein yang

diperoleh maka dapat dihitung kecukupan proteinnya dengan menggunakan Angka

Kecukupan Protein (AKP) dalam AKG WNPG tahun 2013. Individu dikategorikan sebagai

mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal apabila mengkonsumsi protein kurang

dari 80 persen dari AKP.

Tabel 3.5.1

Rerata asupan protein penduduk menurut kelompok umur , jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Asupan Protein (g)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bln 41,4 29,1 39,3 25,5 39,9 26,6

Laki laki

5 – 12 tahun 62,9 24,8 59,4 36,6 60,7 32,6 13 – 18 tahun 64,8 30,4 63,9 34,3 64,3 32,8 19 – 55 tahun 76,9 35,6 70,5 38,0 73,1 37,2 > 55 tahun 68,7 27,2 67,4 33,0 67,9 30,9 Perempuan

5 – 12 tahun 65,8 26,0 56,5 26,3 60,3 26,6 13 – 18 tahun 68,1 36,3 56,1 28,5 60,9 32,3 19 – 55 tahun 69,5 32,4 61,5 31,8 64,7 32,3 > 55 tahun 58,3 27,6 58,2 29,9 58,2 28,9

Rerata asupan protein menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Riau ditunjukkan pada Tabel 3.5.1.

Kelompok umur 19-55 tahun, laki laki, tinggal di perkotaan memiliki rerata asupan protein yang tinggi yaitu sebanyak 76,9 gram perkapita perhari dibandingkan kelompok umur yang lain. Demikian pula di perdesaan kelompok umur 19-55 tahun asupan proteinnya lebih tinggi yaitu 70,5 gram dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Bila diperhatikan data pada tabel di atas, rerata asupan protein antara kelompok umur relatif tidak berbeda baik pada laki laki maupun perempuan yang tinggal di perkotaan dan perdesaan.

Page 66: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

66

Tabel 3.5.2

Rerata kecukupan protein penduduk menurut karakteristik,Provinsi Riau 2014

Karakteristik Kecukupan Protein (% AKP)

Rerata SD

Kelompok Umur 0 – 59 bulan 144,5 87,1

Laki laki 5 – 12 tahun 126,0 73,2 13 – 18 tahun 92,9 47,6 19 – 55 tahun 113,9 57,6 > 55 tahun 106,0 48,3 Perempuan 5 – 12 tahun 121,1 59,4 13 – 18 tahun 95,5 50,7 19 – 55 tahun 114,0 56,8 > 55 tahun 102,8 50,9 Tempat Tinggal

Perkotaan 118,0 55,1 Perdesaan 107,8 59,1

Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah 99,0 49,6 Menengah Bawah 110,2 56,6 Menengah 102,9 52,6 Menengah atas 122,6 62,5 Teratas 127,2 62,7

Tabel 3.5.2 memperlihatkan bahwa antara penduduk laki laki dan penduduk perempuan dengan kelompok umur yang sama, rerata kecukupan proteinnya relatif tidak berbeda. Rerata kecukupan protein yang tertinggi adalah pada kelompok 0-59 bulan yaitu 144,5 persen AKP Rerata kecukupan protein pada penduduk laki-laki dan perempuan dengan kelompok umur 5-12 tahun cukup tinggi, masing-masing (126,0% dan 121,1%). Sedang yang terendah ada pada kelompok umur 13-18 tahun, baik pada laki laki maupun perempuan. (92,9% dan 95,5%). Rerata kecukupan protein lebih tinggi di perkotaan (118%) dari pada di perdesaan (107,8%). Rerata kecukupan protein menurut kuintil indeks kepemilikan memperlihatkan pola yang spesifik, yaitu semakin tinggi indeks kepemilikan, semakin tinggi persentase penduduk dengan kecukupan protein.

Page 67: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

67

Tabel 3.5.3

Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakteristik Provinsi Riau 2014

Karakteristik

Klasifikasi tingkat kecukupan protein

<80 AKP 80-<100 AKP ≥100-<120 AKP ≥120 AKP

Kelompok Umur 0 – 59 bulan 21,9 13,7 12,0 52,5 5 – 12 tahun 28,7 11,4 13,8 46,0 13 – 18 tahun 45,1 16,1 14,7 24,0 19 – 55 tahun 30,6 16,4 15,4 37,6 > 55 tahun 35,1 18,8 16,2 29,9 Jenis Kelamin

Laki-laki 32,2 15,0 14,4 38,4 Perempuan 31,9 16,7 15,7 35,7

Tempat Tinggal Perkotaan 26,0 16,0 16,5 41,5 Perdesaan 36,0 15,7 14,0 34,2

Kuintil indeks Kepemilikan Terbawah 40,9 15,7 14,2 29,2 Menengah Bawah 32,0 18,9 13,6 35,5 Menengah 36,8 18,6 16,3 28,3 Menengah atas 25,8 14,4 13,5 46,3 Teratas 22,6 12,4 17,7 47,3

Proporsi penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan protein dan karakterisitk di Provinsi

Riau ditunjukkan pada Tabel 3.5.3. Berdasarkan kelompok umur, proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kekurangan protein klasifikasi berat (< 80% AKP) pada kelompok umur 13-18 tahun (45,1%), pada laki-laki (32,2%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (31,9%), di perkotaan (26%) lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (36%) dan semakin tinggi kuintil semakin rendah proporsi penduduk dengan kekurangan protein sedang. Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kekurangan protein ringan (80-<100% AKP) pada kelompok umur >55 tahun (18,8%), pada laki-laki (15%) lebih rendah dibandingkan perempuan (16,7%), di perkotaan (16%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (15,7%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat protein klasifikasi cukup (≥100-<120% AKP) juga pada kelompok umur >55 tahun (16,2%), pada laki-laki (14,4%) lebih rendah dibandingkan perempuan (15,7%), di perkotaan (16,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (14%). Proporsi tertinggi penduduk dengan tingkat kecukupan protein klasifikasi

lebih (≥120% AKP) pada kelompok umur 0-59 bulan (52,5%), pada laki-laki (38,4%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (35,7%), di perkotaan (41,5%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (34,2%).

Page 68: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

68

3.6. Asupan Lemak

Data asupan lemak yang diperoleh dari konversi makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman, disajikan menurut kelompok umur

Tabel 3.6.1

Rerata asupan lemak penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Asupan Lemak (g)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 40,7 35,5 40,9 25,2 40,8 28,8

Laki laki

5 – 12 tahun 58,3 30,8 53,8 32,7 55,5 32,0 13 – 18 tahun 56,4 35,6 47,9 35,8 51,2 35,9 19 – 55 tahun 62,0 42,8 48,4 34,2 53,8 38,4 > 55 tahun 61,6 37,3 46,7 31,8 52,2 34,5 Perempuan

5 – 12 tahun 60,0 29,0 56,1 32,6 57,7 31,1 13 – 18 tahun 64,1 45,6 48,6 32,6 54,8 39,0 19 – 55 tahun 55,3 34,8 45,5 32,7 49,4 33,9 > 55 tahun 45,3 28,8 38,4 28,7 41,0 28,8

Berdasarkan tabel di atas diketahui rerata asupan lemak lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Pada penduduk laki laki di perkotaan terlihat bahwa antar kelompok umur relatif tidak berbeda rerata asupan lemak perorang per hari. Sedang penduduk laki laki di perdesaan, terlihat bahwa kelompok umur 5-12 tahun memiliki rerata asupan lemak yang cukup tinggi (53,8 gram) perorang perhari dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Sedang pada penduduk perempuan, baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan, terlihat bahwa semakin bertambah umur maka asupan lemak per orang per hari semakin rendah, terendah di perdesaan pada kelompok umur di atas 55 tahun (38,4 gram).

3.7. Asupan Karbohidrat

Data asupan karbohidrat diperoleh dari konversi makanan yang dikonsumsi individu dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman, disajikan menurut kelompok umur

Rerata asupan karbohidrat menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal di Provinsi Riau ditunjukkan pada Tabel 3.7.1.

Page 69: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

69

Tabel 3.7.1

Rerata asupan karbohidrat penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Asupan Karbohidrat (g)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 134,1 76,3 131,4 54,3 132,3 62,0

Laki laki

5 – 12 tahun 206,9 103,3 191,4 77,2 197,3 88,2 13 – 18 tahun 215,6 109,4 233,8 118,8 226,7 115,3 19 – 55 tahun 267,5 108,4 257,9 100,8 261,7 103,9 > 55 tahun 248,8 80,3 223,4 92,2 232,7 88,6 Perempuan

5 – 12 tahun 196,4 84,6 184,1 74,1 189,1 78,7 13 – 18 tahun 205,9 102,4 190,3 80,3 196,5 89,9 19 – 55 tahun 217,3 89,0 207,9 83,1 211,6 85,6 > 55 tahun 208,4 83,7 175,2 75,1 187,9 79,9

Asupan karbohidrat, awalnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur, namun terjadi penurunan asupan karbohidrat pada penduduk berusia di atas 55 tahun baik di perkotaan maupun di perdesaan. Asupan karbohidrat lebih tinggi pada penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan.

3.8. Asupan Natrium

Asupan natrium dari makanan diperoleh dengan menggunakan data base komposisi gizi makanan dan minuman dari bahan makanan yang dikonsumsi individu sehari-hari termasuk dari garam. Sumber utama asupannatrium berasal dari garam yang dikonsumsi di rumah tangga atau dari makanan pabrikan. Asupan natrium dianggap penting, karena asupan yang berlebihan berisiko terhadap penyakit hipertensi.

Page 70: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

70

Tabel 3.8.1 Rerata asupan natrium penduduk

menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal, Provinsi Riau 2014

Kelompok Umur

Asupan Natrium (mg)

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan

Perdesaan

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

0 – 59 bulan 728 777 756 627 747 677

Laki laki

5 – 12 tahun 1280 1053 1144 1140 1196 1108 13 – 18 tahun 1042 1029 1025 1070 1032 1052 19 – 55 tahun 1083 1195 939 1095 996 1137 > 55 tahun 1152 999 882 828 981 901 Perempuan

5 – 12 tahun 1044 807 1388 1400 1247 1203 13 – 18 tahun 1255 1434 1067 1104 1142 1246 19 – 55 tahun 980 968 839 931 895 948 > 55 tahun 768 624 573 551 648 586

Rerata asupan natrium menurut kelompok umur, jenis kelamin dan tempat tinggal ditunjukkan pada Tabel 3.8.1. Secara umum, rerata asupan natrium pada laki-laki tertinggi pada kelompok umur 5 – 12 tahun yaitu 1196 miligram perorang perhari, sedangkan pada perempuan terdapat pada kelompok umur yang sama sebesar 1247 miligram. Rerata asupan natrium kelompok usia 0-59 bulan, di perkotaan sebanyak 728,0 miligram lebih rendah dibandingkan dengan di perdesaan (756,0 mg).

Pada kelompok umur di atas 55 tahun, laki-laki dan bertempat tinggal di perkotaan rerata asupan natriumnya relatif tinggi dibandingkan dengan kelompok yang setara dengan usianya dan mengabaikan perbedaan jenis kelamin.

3.9. Asupan gula, garam/natrium dan lemak

Informasi kandungan gula, garam dan lemak dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 diperlukan karena dianggap dapat berisiko penyakit tidak menular yaitu hipertensi, stroke, diabetes dan serangan jantung. Risiko itu tinggi jika konsumsi gula total lebih 50 gram, natrium lebih 2000 miligram atau lemak lebih 67 gram perorang perhari.

Page 71: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

71

Tabel 3.9.1

Rerata konsumsi gula, garam, minyak/lemak perorang perhari menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

Karakteristik

Bahan Makanan (g)

Gula Garam Minyak/lemak

Rerata SD Rerata SD Rerata SD

Kelompok Umur

10 – 12 tahun 5,5 9,6 2,4 2,8 16,7 13,6 13 – 18 tahun 6,3 9,8 2,4 2,0 18,5 14,1 19 – 55 tahun 15,4 19,5 2,8 2,8 19,6 15,8 > 55 tahun 17,5 19,4 3,0 2,8 18,9 16,3

Tempat Tinggal

Perkotaan 12,6 18,1 2,5 2,3 19,2 15,7 Perdesaan 13,7 18,0 2,9 3,0 19,0 15,3

Kuintil indeks Kepemilikan

Terbawah 15,2 19,2 2,6 1,9 17,1 13,8 Menengah Bawah 12,6 16,5 2,6 2,1 19,3 14,5 Menengah 14,8 22,0 2,8 2,9 18,2 15,9 Menengah atas 12,8 17,5 2,6 2,1 19,2 16,9 Teratas 12,3 16,7 2,9 3,5 20,2 15,7

Tabel 3.9.1 menunjukkan bahwa, rerata konsumsi gula dan garam tertinggi pada penduduk dengan kelompok umur di atas 55 tahun (gula 17,5 gram dan garam 3,0 gram perorang perhari) dan terendah pada kelompok umur 10-12 tahun (5,5 gram dan 2,4 gram perorang perhari). Sementara rerata konsumsi minyak/lemak, tertinggi pada penduduk berumur 19-55 tahun yaitu 19,6 gram perorang perhari dan terendah pada penduduk berumur 10-12 tahun sebesar 16,7 gram. Berdasarkan tempat tinggal diketahui penduduk yang tinggal di perdesaan lebih tinggi rerata konsumsi gula, garam dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Sedang rerata konsumsi minyak/lemak relatif tidak berbeda antara penduduk yang tinggal di perdesaan dan perkotaan.

Menurut kuintil indeks kepemilikan, rerata konsumsi gula tertinggi pada penduduk kuintil terbawah yaitu 15,2 gram perorang perhari dan terendah pada penduduk kuintil teratas adalah sebanyak 12,3 gram. Rerata konsumsi garam tertinggi pada penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan teratas yaitu sebanyak 2,9 gram dan antar kuintil yang lain relatif tidak berbeda. Rerata konsumsi minyak/lemak tertinggi pada penduduk kuintil menengah atas sebesar 16,9 gram dan terendah pada penduduk kuintil terbawah sebesar 13,8 gram.

Page 72: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

72

Tabel 3.9.2

Proporsi penduduk mengonsumsi gula, natrium, lemak melebihi pesan Permenkes No.30 Tahun 2013 menurut karakteristik, Provinsi Riau 2014

Karakteristik Bahan makanan (%)

Gula ≥ 50 gram Natrium ≥2000 mg Lemak ≥ 67 gram

Kelompok umur 0 - 59 bln 0,5 5,5 16,4 6 - 12 thn 1,1 18,7 30,7 13 - 18 thn 0,0 15,8 24,9 19 - 55 thn 5,2 10,8 24,0 >55 thn 7,1 10,0 22,5 Tempat tinggal

Perkotaan 2,8 14,3 30,9 Perdesaan 4,4 10,6 20,2

Kuintil indeks kepemilikan Terbawah 4,9 9,2 15 Menengah bawah 4,4 10,7 20,2 Menengah 3,3 13,9 25,1 Menengah atas 3,4 16,0 33,6 Teratas 2,3 12,0 31,3

Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula 50 gram atau lebih tertinggi pada kelompok umur >55 tahun (7,1%) dan terendah pada kelompok 13-18 tahun (0%), di perkotaan (2,8%) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (4,4%) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9.2. Proporsi penduduk dengan asupan natrium ≥2000 miligram di perkotaan (14,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (10,6%) dan tertinggi pada kuintil menengah atas (16%) dan terendah pada kuintil terbawah (9,2%). Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak ≥67 gram di perkotaan (30,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (20,2%) dan terendah pada kuintil terbawah (15%) dan tertinggi pada kuintil menengah atas (33,6%).

Page 73: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

73

DAFTAR PUSTAKA

ATSDR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry). 1995. Public Health Statement Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. CDC. Tersedia pada [www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp69-c1-b.pdf].

Beaglehole R, Bonita R, Horton R, Adams C, Alleyne G, Asaria P, et al. 2011. Priority actions for the non-communicable crisis. Lancet377: 1438-47.

Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2008.

Djaja S, Irianto J, Mulyono L, Soemantri S. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia: Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Jakarta: Balitbangkes Depkes, 2002.

Duffey KJ, Gordon-Larsen P, Steffen LM, Jacobs Jr DR, Popkin BM. 2010. Drinking caloric beverages increases the risk of adverse cardiometabolic outcomes in the Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA) Study. Am J Clin Nutr 92: 954-9.

EFSA, 2009. General Principles for the collection of national food consumption data in the view of a pan European dietary survey. EFSA Journal 2009, 7(12): 1435.

IFST (Institute of Food Science and Technology). 3-MCPD and Glycidyl ester. 2014. Tersedia pada [www.ifst.org/science_technology_resources/for_food_professionals/ information_statements/3mcpd/].

Islam MR, Khan I, Hassan SMN, McEvoy M, D‟Este C, Attia J, et al. 2012. Association between type 2 diabetes and chronic arsenic exposure in drinking water: a cross sectional study in Bangladesh. Environ Health. 11: 38-45.

Jorhem L. “Chapter 9: Heavy Metals”. In: D‟Mello JPF, editor. 2003. Food Safety: Contaminants and Toxins. Wallingford: CABI Publishing, p. 199-215.

Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2010.

Larsson SC, Bergkvist L, Wolk A. 2006. Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a prospective study. Am J Clin Nutr 84: 1171-6.

Page 74: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

74

Montonen J, Järvinen R, Knekt P, Heliövaara M, Reunanen A. 2007. Consumption of sweetened beverages and intakes of fructose and glucose predict type 2 diabetes occurrence. J Nutr 137: 1447-54.

Smith LE, Stoltzfus RJ, Prendergast A. 2012. Food chain mycotoxin exposure, gut health, and impaired growth: a conceptual framework. Adv Nutr 3: 526-31.

Soetrisno USS, Atmarita, Jahari AB, Sandjaja, Mudjianto TT, Almasyhuri,et al. 2008. Total Diet Study: Pengembangan di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbangkes Depkes, 2008.

Takachi R, Inoue M, Shimazu T, Sasazuki S, Ishihara J, Sawada N, et al. 2010. Consumption of sodium and salted foods in relation to cancer and cardiovascular disease: the Japan Public Health Center-based Prospective Study. Am J Clin Nutr 91: 456-64.

Williams JH, Phillips TD, Jolly PE, Stiles JK, Jolly CM, Aggarwal D. 204. Human aflatoxicosis in developing countries: a review of toxicology, exposure, potential health consequences, and interventions. Am J Clin Nutr 80: 1106-22.

World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.

Ferraro, P. M., et al. 2013. "Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stones."Clinical Journal of the American Society of Nephrology.doI: 10.2215/CJN/11661112

Malik, V. S., et al. 2010. "Sugar-sweetened beverages and risk of metabolic syndrome and type 2 diabetes: a meta-analysis." Diabetes Care 33(11): 2477-2483.

Grace Wyshak, Rose E. Frisch, Carbonated beverages, dietary calcium, the dietary calcium/phosphorus ratio, and bone fractures in girls and boys, 1994. Journal of Adolescent Health, Volume 15, Issue 3, May, Pages 210-215, ISSN 1054-139X, http://dx.doi.org/10.1016/1054-139X(94)90506-1.

World Health Organization (WHO) &Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations andEuropean Food Safety Authority (EFSA). 2011. Towards a Hormonised Total Diet Study approach: a Guidance document. Geneva: WHO.

Almatsier Sunita. 2006. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nyoman Supariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. ECG, Jakarta.

Gibson Rosalind S. 2006. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition.

Page 75: BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN · PDF filei BUKU STUDI DIET TOTAL SURVEI KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU PROVINSI RIAU 2014 Tim Penulis : Endi Ridwan Marice Sihombing Aprildah

75