buku saku reformasi birokrasi badan ekonomi...

57
BUKU SAKU REFORMASI BIROKRASI BADAN EKONOMI KREATIF

Upload: others

Post on 26-Dec-2019

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BUKU SAKU REFORMASI BIROKRASI BADAN EKONOMI KREATIF

i 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga Road Map Reformasi Birokrasi Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF)

2015-2019 dapat diselesaikan, dengan semangat “Kita Sukseskan Target

Ekonomi Kreatif dalam RPJMN 2015-2019 melalui Pengembangan Ekonomi

Kreatif dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Akuntabel.”

Road Map Reformasi Birokrasi BEKRAF 2015-2019 disusun Undang-Un-

dang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005-2025; Peraturan Presiden (Perpres No. 2 tahun 2015 tentang

RPJMN 2015-2019; Perpres No. 81/2010 tentang Grand Design RB 2010- 2025; dan PerMENPANRB 11/2015 tentang Road Map RB 2015-2019.

Dalam penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi BEKRAF 2015-2019

sudah dilakukan asesmen organisasi terutama terkait gambaran birokrasi di

BEKRAF, harapan pemangku kepentingan (langkah ke-1); kondisi organisasi

yang diinginkan untuk mewujudkan target kinerja (langkah ke-2); dan identifikasi

permasalahan birokrasi (langkah ke-3) yang dimasukkan dalam Bab II. Berdasar-

kan permasalahan disusun agenda reformasi birokrasi, baik yang merupakan pri-

oritas nasional maupun rencana aksi BEKRAF yang meliputi 8 area perubahan

dan Quick Wins (langkah ke-4). Kegiatan, indikator (output dan outcome), Tahun

dan Rencana Capaian Output dan Outcome, dan penangung jawab pada mas-

ing-masing area perubahan terdapat Matrik Rencana Aksi Reformasi Birokrasi

BEKRAF 2015-2019.

Sebagai akhir kata, dalam rangka pencapaian visi BEKRAF dan target RP-

JMN 2015-2019 tentang Ekonomi Kreatif maka harus didukung oleh birokrasi

pemerintah yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang

baik dan profesional.

Tak lupa, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Road Map Reformasi Bi-

rokrasi BEKRAF 2015-2019.

Jakarta, 13 Februari 2019

Kepala Badan Ekonomi Kreatif

TTD

Triawan Munaf

i 3

Ringkasan Eksekutif

1. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sebagai suatu Lembaga Pemerin-

tah Non Kementerian yang dibentuk pada Januari 2015 namun diber-

ikan amanat yang besar dalam RPJMN 2015-2019 dalam mengkoor-

dinasikan akselerasi pertumbuhan ekonomi melalui kontribusi ekonmi

kreatif pada PDB nasional sebesar 12%, jumlah tenaga kerja 13 juta,

dan sektor ekspor produk Ekraf sebesar 10% pada Tahun 2019 (Bab I).

Untuk mencapai target diatas BEKRAF menyusun Road Map Reforma-

si Birokrasi 2015-2019 dengan mengacu pada kebijakan dan peraturan

khususnya Perpres No. 81/2010 tentang Grand Design RB 2010-2025

DAN PERMENPARRB 11 Tahun 2015 tentang Road Map RB 2015-2019.

2. Dalam penyusunan Road Map BEKRAF 2015-2019 sudah dilakukan ases-

men organisasi terutama terkait gambaran birokrasi di BEKRAF; harapan

pemangku kepentingan (langkah ke-1); kondisi organisasi yang diinginkan

untuk mewujudkan target kinerja (langkah ke-2); dan identifikasi permas-

alahan birokrasi di BEKRAF (langkah ke-3) yang dimasukkan dalam Bab II.

3. Berdasarkan permasalahan, disusun agenda reformasi birokrasi, baik yang

merupakan prioritas nasional maupun rencana aksi BEKRAF yang meliputi

8 area perubahan dan Quick Wins (langkah ke-4) dengan ikhtisar sebagai

berikut:

a. Kelembagaan: Penataan ulang terhadap positioning BEKRAF sebagai

institusi yang mengemban amanat besar dalam rangka pencapaian tar-

get RPJMNN

b. Peraturan/Perundang-undangan: Penyempurnaan berbagai peraturan

perundang-undangan yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tin-

dih, atau disharmoni dengan peraturan perundang-undangan lain.

c. Sumber Daya Manusia (SDM): pengelolaan manajemen SDM Aparatur

sehingga dapat ditentukan terkait kuantitas, kualitas, dan distribusi

pegawai menurut kebutuhan organisasi yang di’payungi’ dengan ke-

bijakan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk

teknis (juknis) sehingga efektif.

d. Tata Laksana: Proses bisnis cascading, mulai dari proses bisnis (&SOP)

level lembaga (LO) sampai dengan proses bisnis level eselon 3 atau

4 yang didukung implementasi teknologi informasi menuju e-govern-

ment yang handal.

3 3

e. Pengawasan: Implementasi manajemen risiko, penguatan APIP dan

whistleblowing system oleh partisipasi seluruh elemen termasuk mas-

yarakat dengan didukung implementasi teknologi informasi.

f. Akuntabilitas Kinerja: Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) sebagai pilar manajemen kinerja antara lain den-

gan tersedianya indikator kinerja yang selaras proses bisnis cascading

(mulai dari Lembaga/Lo sampai dengan eselon 3 atau 4 serta Sasaran

Kerja Pegawai/SKP), dengan instrumen pengukuran kinerja instansi

BEKRAF dan dilakukan review terhadap indikator kinerja tersebut;

Diimplementasikannya Dokumen/Perka untuk evaluasi atas pener-

apan SAKIP dan pencapaian kinerja organisasi yang meliputi peren-

canan kinerja, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, pelaporan kinerja

dan capaian kinerja yang didukung dengan pengembangan teknologi

informasi dalam manajemen kinerja tersebut.

g. Pelayanan: Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik berikut peraturan pelaksanaannya terma-

suk berfungsinya (deregulasi) dalam rangka mempercepat proses pe-

layanan; dukungan teknologi informasi; berfungsinya pelayanan Satu

Pintu, berfungsinya percepatan pelayanan menjadi maksimal 15 hari,

terimplementasinya penggunaan standar pelayanan dalam pelayanan

publik dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan publik.

h. Manajemen Perubahan: Diimplementasikannya nilai-nilai untuk me-

negakkan integritas; berfungsinya agen perubahan yang dapat men-

dorong terjadinya perubahan pola pikir; terbangunnya kesamaan

persepsi, komitmen, konsistensi serta keterlibatan dalam pelaksanaan

program dan kegiatan RB pada seluruh tingkatan pegawai BEKRAF.

i. Quick Win

• Quick Wins 2018: Peluncuran (launching) quick wins secara resmi

kepada stakeholders melalui pembentukan satgas penanganan

pengaduan pembajakan karya musik dan film dengan outcomes

berkurangnya pembajakan karya musik dan film.

• Quick Wins 2019: Penetapan quick wins secara resmi dilakukan

melalui Rapat Koordinasi (Rakor) Pimpinan yang dilaksanakan

di Ruang Rapat Bekraf Gedung Kementerian BUMN lantai 18

pada Senin, 18 Februari 2019. Quick Wins 2019 adalah Bantuan

Pemerintah (Banper). Banper merupakan program bantuan yang

diberikan untuk merevitalisasi ruang kreatif, sarana ruang kreat-

if, serta teknologi informasi dan komunikasi.

4 4

4. Kegiatan, indikator (output dan outcome), Tahun dan Rencana Capaian

Output dan Outcome, dan penanggung jawab pada masing-masing area

perubahan terdapat pada Matrik Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Badan

Ekonomi Kreatif 2015-2019

5 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 4

C. Sistematika 4

BAB II GAMBARAN BIROKRASI DI BADAN EKONOMI KREATIF

2.1 Gambaran Umum Birokrasi di Badan Ekonomi Kreatif 7

2.2 Kebutuhan/Harapan pemangku kepentingan 12

2.3 Permasalahan Birokrasi di BEKRAF 18

BAB III AGENDA REFORMASI BIROKRASI

3.1 Fokus Perubahan Reformasi Birokrasi 27

3.2 Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Badan Ekonomi Kreatif 30

2015-2019

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI

4.1 Monitoring 35

4.2 Evaluasi 36

BAB V PENUTUP 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pemba-

ngunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pada RPJPN 2005-2025

ditargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Tahun 2019

(akhir RPJMN 2015-2019) setidaknya bisa mencapai 7%. Oleh karena itu

pada RPJMN 2015-2019 terutama yang terkait dengan elemen Trisakti

Kemandirian Ekonomi (Nawa Cita ke-6 dan Nawa Cita ke-7) ditargetkan

tinggi termasuk ekonomi kreatif. Dalam RPMN 2015-2019 Buku I, Bab

6.6.8. Ekonomi Kreatif dimasukkan dalam kategori Akselerasi Pertumbu-

han Ekonomi dan ditargetkan memberikan kontribusi pada PDB Nasional

sebesar 12%, menyerap 13 juta tenaga kerja, dan kontribusi 10% terhadap

ekspor nasional pada akhir tahun 2019. Baseline Tahun 2014, ekonomi

kreatif berkontribusi sebesar 7,1% dari total PDB Indonesia, menyerap

tenaga kerja sebanyak 12 juta, dan berkontribusi terhadap ekspor sebesar

5,8%.

Gambar 1.1 Pencanangan Presiden Terhadap Era Ekonomi Kreatif

2

EKSPOR

PERTUMBUHAN TENAGA KERJA

3 4

Berdasarkan pertimbangan diatas, Presiden Joko Widodo merasa perlu un-

tuk membentuk suatu badan yang melaksanakan komunikasi dan koordina-

si terkait ekonomi kreatif dengan Lembaga Negara Kementerian, Lembaga

Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak lain yang

terkait; dan sekaligus merumuskan, menetapkan mengkoordinasikan dan

sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Untuk itulah pada tanggal

20 Januari 2015 ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Ten-

tang Badan Ekonomi Kreatif.

Badan Ekonomi Kreatif adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian

(LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubah-

an Atas Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi

Kreatif. Badan Ekonomi Kreatif berdasarkan Peraturan Presiden Nomor

6 Tahun 2015 mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumus-

kan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang

ekonomi kreatif (pasal 2) dan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan ko-

munikasi dan kordinasi dengan Lembaga Negara Kementerian, Lembaga

Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak lain yang

terkait; dan pelaksanaan fungsi lain yag ditugaskan Presiden yang terkait

ekonomi kreatif (pasal 3). Sedangkan pada Peraturan Presiden Nomor 72

Tahun 2015, Badan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas membantu Presiden

dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi ke-

bijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur,

desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film ani-

masi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni

pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio (pasal 2); dan menyeleng-

garakan fungsi: pelaksanaan komunikasi dan koordinasi dengan Lembaga

Negara Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah

Daerah dan pihak lain yang terkait; dan pelaksanaan fungsi lain yang ditu-

gaskan Presiden yang terkait ekonomi kreatif (pasal 3).

Mengingat target, tugas dan fungsi yang demikian berat maka diperlukan

organisasi dengan sumber daya organisasi yang memadai (SDM, kelem-

bagaan, fasilitas termasuk infrastruktur, dan anggaran) agar menghasilkan

kinerja sesuai yang diharapkan serta implementasi manajemen risiko, pen-

gelolaan birokrasi dan pengawasan yang baik. Untuk itu diperlukan suatu

perencanaan dan penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi BEKRAF

2015-2019.

4 4

Fenomena atau beberapa fakta yang mendasari diperlukannya penyusu-

nan Road Map Reformasi Birokrasi BEKRAF yaitu sebagai sebuah instansi

pemerintah yang baru berdiri yang semula urusan ekonomi kreatif menjadi

bagian dari Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif dihadapkan

pada masalah internal seperti:

• SDM yang belum memadai dari segi jumlah dan kualitas, karena ma-

sih barunya bidang ini menjadi perhatian yang serius dari pemerintah.

• Kelembagaan yang belum tepat guna dan tepat fungsi, masih belum

terselesaikan permasalahan tumpang tindih kewenangan dengan K/L

lain yang terkait dan belum ditemukannya bentuk kelembagaan dan

bentuk koordinasi yang ideal dalam mengelola ekonomi kreatif.

• Penataan regulasi yang belum baik, karena belum adanya payung hu-

kum ekonomi kreatif berikut instrumen pelaksanannya yang terinte-

grasi dan terkoordinasi.

• Penataan keuangan yang belum memadai, karena belum adanya best

practice pengelolaan keuangan bidang ekonomi kreatif yang dapat

dijadikan rujukan yang ideal.

B. Tujuan

Dalam rangka membangun tata kelola birokrasi yang baik di Badan Ekonomi

Kreatif sehingga Badan Ekonomi Kreatif mampu menjalankan tugas yang

diberikan kepadanya dan mampu memberikan kontribusi pada pembangu-

nan nasional, maka perlu disusun rencana pembangunan dan perbaikan bi-

rokrasi. Rencana pembangunan dan perbaikan dituangkan dalam dokumen

Road Map Reformasi Birokrasi Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019.

C. Sistematika

Bab Judul dan Isi

Ringkasan Eksekutif

Berisi uraian singkat substansi Road Map Reformasi Birokrasi

BEKRAF, yang mencakup gambaran kondisi saat ini, kondisi

yang diharapkan, prioritas program, kegiatan, Quick Wins,

rencana waktu pelaksanaan dan kriteria keberhasilan yang

ditetapkan.

BAB I Pendahuluan

Menguraikan latar belakang perlunya disusun Road Map

sebagai dasar perencanaan pelaksanaan reformasi birokrasi

di BEKRAF. Secara umum dan ringkas menguraikan isi dan

tujuan dari Road Map Reformasi Birokrasi di BEKRAF serta

sistematika penyusunannya.

BAB II Gambaran Birokrasi di Badan Ekonomi Kreatif

1. Gambaran Umum Birokrasi di Badan Ekonomi Kreatif

Menguraikan kondisi birokrasi BEKRAF saat ini dilihat:

pemerintahan bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nep-

otisme, kualitas pelayanan publik, kapasitas dan akunt-

abilitas kinerja. Penguraian kondisi mencakup hal-hal

yang sudah dicapai/sudah baik dan perlu terus dipertah-

ankan atau ditingkatkan, dan hal-hal yang masih perlu

disempurnakan.

2. Kebutuhan/Harapan Pemangku Kepentingan

Menguraikan gambaran profil birokrasi yang ingin dica-

pai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan sesuai

dengan harapan para pemangku kepentingan.

3. Permasalahan Birokrasi di BEKRAF

Menguraikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh

birokrasi pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan

harapan para pemangku kepentingan.

BAB III Agenda Reformasi Birokrasi

1. Fokus Perubahan Reformasi Birokrasi

Menguraikan fokus perubahan reformasi pada 8 area pe-

rubahan dan Quick Wins.

2. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Badan Ekonomi

Kreatif 2015-2019

Menguraikan kegiatan yang akan dilakukan sesuai den-

gan klasifikasi dalam program-program reformasi bi-

rokrasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015.

5

Dan kriteria dalam komponen model Penilaian Mandiri

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 1 Tahun 2012 yang berisi kegiatan, ind-

ikator (output dan outcome), Tahun dan Rencana Capa-

ian Output dan Outcome, dan penanggung jawab pada

masing-masing area perubahan.

BAB IV Monitoring dan Evaluasi

Menguraikan mekanisme monitoring dan evaluasi yang-

dilakukan dalam rangka menjamin konsistensi, efektivitas,

dan keberlanjutan serta dampaknya bagi masyarakat dari

pelaksanaan reformasi birokrasi di BEKRAF.

BAB V Penutup

6

7 7

BAB II

GAMBARAN BIROKRASI DI BADAN EKONOMI KREATIF

2.1 Gambaran Umum Birokrasi di Badan Ekonomi Kreatif

Sebagai sebuah instansi yang baru berdiri, terpisah dari Kementerian Pari-

wisata, Badan Ekonomi Kreatif harus melakukan pembangunan birokrasi

untuk memperkuat landasan berpijak dalam melaksanakan tugas dan fung-

sinya.

Berbagai area perubahan yang dalam waktu satu tahun ini berhasil diban-

gun antara lain:

a. Kelembagaan

- Terbentuknya Badan Ekonomi Kreatif sebagai Lembaga Pemerintah

Non Kementerian (LPNK) melalui Peraturan Presiden Nomor 6 Ta-

hun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 tentang Peruba-

han atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan

Ekonomi Kreatif

- Terbentuknya pengaturan Organisasi dan Tata Kerja di Badan

Ekonomi Kreatif melalui Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreat-

if Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Ekonomi Kreatif sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala

Badan Ekonomi Kreatif Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan atas

Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif

b. Peraturan Perundang-undangan

- Keluarnya Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan

Ekonomi Kreatif sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presi-

den Nomor 72 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presi-

den Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif;

- Keluarnya Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Ekonomi

Kreatif Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organ-

isasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif;

- Tercantumnya urusan bidang ekonomi kreatif dalam Lampiran huruf z

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

8 8

- Telah masuknya Rancangan Undang-undang Ekonomi Kreatif dalam

Program Legislasi Nasional 2015-2019 yang menjadi inisiatif DPD

pada 6 September 2014;

- Telah disusunnya Tim Koordinasi Percepatan Pengembangan dan

Pengendalian Kebijakan Ekonomi Kreatif Nasional (Tekrafnas) di

lingkungan BEKRAF untuk menginventarisasi kebutuhan kebijakan

yang diperlukan dalam pengembangan ekonomi kreatif nasional,

menginventarisasi permasalahan dan hambatan dalam pengemban-

gan kebijakan ekonomi kreatif nasional melakukan koordinasi, pem-

bahasan, dan pendalaman atas masukan dan usulan muatan/substan-

si rancangan kebijakan ekonomi kreatif nasional;

- Menyusun rancangan strategi dan kebijakan dalam rangka percepa-

tan perkembangan ekonomi kreatif nasional, melakukan sosialisasi

kebijakan ekonomi kreatif nasional, dan melakukan pengendalian

melalui pemantauan dan evaluasi pelaksanaan strategi dan kebijakan

percepatan pengembangan ekonomi kreatif nasional.

c. SDM

- Telah dilaksanakannya seleksi terbuka di Badan Ekonomi Kreatif un-

tuk Jabatan Pimpinan Tinggi dan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya,

sebagai pelaksanaan dari Amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Instruksi Presiden Nomor 3

Tahun 2015 tentang Percepatan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi

Pada Kementerian/Lembaga, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 ten-

tang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka Di

Lingkungan Instansi Pemerintah;

- Telah dilantiknya kepala Badan Ekonomi Kreatif melalui Kepres No-

mor 9/P Tahun 2015 tanggal 26 Januari 2015 tentang Pengangkatan

Kepala Badan Ekonomi Kreatif;

- Telah dilantiknya Sekretaris Utama dan Deputi di lingkungan Badan

Ekonomi Kreatif;

- Telah dilantiknya Pejabat Eselon 2, 3 dan 4 melalui Keputusan Kepala

Badan Ekonomi Kreatif no 7, 8 dan 9 Tahun 2015 tentang Pengang-

katan dalam Jabatan Struktural di Lingkungan Badan Ekonomi Kreatif

melalui Surat Tugas Nomor KP.105/94/15/Ro.3/IV/2015 tanggal 15

September 2015.

- Telah disusunnya Analis Jabatan di lingkungan Badan Ekonomi

Kreatif.

9 9

d. Tata laksana

- Telah disusunnya Pengaturan Organisasi dan Tata Kerja di Lingkun-

gan Badan Ekonomi Kreatif melalui Peraturan Kepala Badan Ekonomi

Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Ekonomi Kreatif sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 7 Tahun 2017 tentang Peru-

bahan atas Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif;

- Telah disusun Tim Penyusun Proses Bisnis, Standard Operating Pro-

cedure (SOP) dan Instruksi Kerja untuk masing-masing eselon 1 baik

Deputi maupun Sekretaris Utama;

- Telah disusunnya peraturan kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor

14 Tahun 2017 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas di Lingkungan

Badan Ekonomi Kreatif.

e. Pengawasan

- Telah terjalinnya kerjasama antara Badan Ekonomi Kreatif dengan

BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) melalui

penandatanganan Nota Kesepahaman nomor 01/NK/BEKRAF/XI/

2015 dan nomor MoU-18/K/D1/2015 tentang Penguatan Tata

Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Badan Ekonomi

Kreatif;

- Telah dimulainya pembuatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP), melalui pembentukan Satuan Tugas SPIP;

- Telah dilakukan penelaahan RKAKL 2016 Badan Ekonomi Kreatif

oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sesuai PMK Nomor

143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan

RKAKL dan Pengesahan DIPA;

- Pendampingan oleh BPKP dalam implementasi peningkatan kualitas

manajemen risiko;

- Pengembangan dan pelaksanaan manajemen pengelolaan keuangan

yang transparan dan akuntabel;

- Pengembangan sistem informasi pengawasan;

- Peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara

(probity audit, perbaikan kinerja dan verifikasi;

- Peningkatan kualitas dan kompetensi Aparat Pengawas Intern

Pemerintah.

10 10

f. Akuntabilitas Kinerja

- Telah ditetapkannya Tim Penyusun Renstra Badan Ekonomi Kreatif

2015-2019 oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif dan telah disele-

saikannya dokumen Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019 yang

disusun berdasarkan Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun

2014 tentang Penyusunan dan Penelaahan Renstra 2015-2019;

- Telah dilaksanakannya pendampingan oleh BPKP dalam

pengembangan dan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik;

- Pendampingan oleh BPKP dalam implementasi peningkatan kualitas

manajemen risiko;

- Pengembangan dan pelaksanaan manajemen pengelolaan keuangan

yang transparan dan akuntabel;

- Pengembangan sistem informasi pengawasan;

- Peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan kuangan negara ((pro-

bity audit, perbaikan kinerja dan verifikasi.

g. Pelayanan

- Telah dibentuknya Satuan Tugas Penanganan Pengaduan Pembaja-

kan Karya Musik dan Film melalui Keputusan Kepala Badan Ekonomi

Kreatif Nomor 5 Tahun 2015.

- Telah diluncurkan program Satu Pintu yang merupakan mekanisme

seleksi proposal pendukungan kegiatan ekonomi kreatif yang diaju-

kan kepada Badan Ekonomi Kreatif. Melalui system ini, seluruh pro-

posal yang masuk ditangani dan diseleksi oleh satu unit khusus di da-

lam manajemen Badan Ekonomi Kreatif. Satu Pintu bertujuan untuk

memudahkan proses yang efisien, transparan, akuntabel, dan tepat

sasaran. Melalui system daring Bekraf Satu Pintu ini, pelaku ekonomi

kreatif yang mengajukan proposal dan memeriksa status proses pro-

posal secara online. Program ini tertuang dalam Petunjuk Teknis Satu

Pintu.

- Telah dibuat program Bantuan Pemerintah (Banper) untuk revitalisasi

infrastruktur fisik ruang kreatif, sarana ruang kreatif, serta teknologi

informasi dan komunikasi. Hal ini sebagai upaya menumbuhkem-

bangkan inovasi dan kreativitas individu, komunitas dan masyarakat

umum serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui subsektor

ekonomi kreatif. Program ini diatur melalui Peraturan Kepala Badan

Ekonomi Kreatif Nomor 19 Tahun 2016 Pedoman Umum Penyaluran

Bantuan Pemerintah Di Lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

11 11

- Badan Ekonomi Kreatif telah meluncurkan program Bantuan Insentif

Pemerintah (BIP) yang tertuang dalam Petunjuk Teknis BIP. Bantuan

ini diberikan kepada pelaku ekonomi kreatif dan pengusaha rintisan

atau start up untuk mendorong pelaku ekonomi kreatif meningkat-

kan kapasitas usaha dan/atau produksi.

- Diluncurkannya Bekraf Information System on Mobile Application

(BISMA) yang merupakan aplikasi informasi kreatif yang dikembang-

kan Badan Ekonomi Kreatif untuk memajukan usaha kreatif nasion-

al. Pelaku kreatif yang tergabung akan mendapat informasi terbaru

mengenai kegiatan Badan Ekonomi Kreatif, menjadi prioritas sebagai

penerima bantuan, terhubung dengan jejaring usaha kreatif dan in-

vestor, serta menyediakan etalase untuk memasarkan usaha kreatif.

Program ini diatur melalui Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif

Nomor 19 Tahun 2016 Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemer-

intah Di Lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

- Telah diluncurkannya Bekraf’s IPR Info in Mobile Apps (BIIMA). Ap-

likasi ini menyajikan informasi mengenai hak kekayaan intelektual

(HKI) secara praktis dan dapat diakses dimanapun oleh masyarakat

secara umum dan/atau pelaku ekonomi kreatif secara khusus.

Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat memperoleh informasi perlind-

ungan HKI yang tepat bagi produk ekonomi kreatif yang dihasilkan.

Selain itu, ditampilkan pula informasi secara umum mengenai HKI un-

tuk memberi gambaran awal yang praktis dan mudah dipahami mas-

yarakat sebelum melangkah lebih lanjur ke proses pendaftaran atau

pencatatan kekayaan intelektual ke Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM.

- Telah diluncurkan program Travel Grant yang diberikan kepada

pelaku ekonomi kreatif yang akan tampil di luar negeri.

h. Manajemen Perubahan

- Telah dilaksanakannya sosialisasi tentang budaya kerja di lingkungan

Badan Ekonomi Kreatif oleh Sestama Badan Ekonomi Kreatif pada 21

Desember 2015;

- Telah disusunnya Tim Reformasi Birokrasi BEKRAF 2015-2019 dan

Tim Roadmap Reformasi Birokrasi BEKRAF 2015-2019 berdasarkan

PermenPAN & RB Nomor 11 Tahun 2015.

i. Quick Wins

Quick Wins 2018:

- Telah dibuatnya SOP penanganan pengaduan pembajakan karya

musik dan film.to

12 12

- Penanganan pengaduan pembajakan karya musik dan film.

13 13

Quick Wins 2019:

- Disahkannya Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 19

Tahun 2016 Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah Di

Lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

- Telah ditetapkan Petunjuk Teknis Banper 2019.

- Pengajuan dilakukan melalui website banper.bekraf.go.id atau dikirim

langsung ke Kantor Badan Ekonomi Kreatif Gedung Kementerian

BUMN lantai 17.

- Telah dibentuk Tim Penilai Teknis untuk menilai proposal yang masuk.

- Telah dibentuk Tim Pembantuan yang terdiri atas arsitek, quality sur-

veyor (QS), serta mechanical, electrical, and plumbing (MEP).

- Dibentuk Tim Pemeriksa Hasil Pekerjan Revitalisasi (PHPR) dan Tim

Pemeriksa Hasil Pekerjaan Revitalisasi Sarana (PHPS).

- Dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Lelang.

Berbagai upaya yang dilakukan tampaknya perlu diperkuat agar birokrasi

Badan Ekonomi Kreatif dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan

baik.

2.2 Kebutuhan/Harapan Pemangku Kepentingan

Para pemangku kepentingan Badan Ekonomi Kreatif antara lain: Presiden,

Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PAN

dan RB, Kementerian Keuangan, BPK, Kemenko Perekonomian, Badan Pu-

sat Statistik (BPS) dan Kementerian Pariwisata serta komunitas dan

asosiasi.

Harapan dari masing-masing pemangku kepentingan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

Pemangku Kepentingan Harapan

Presiden Tercapainya target yang tercantum dalam

RPJMN 2015-2019 khususnya Buku I Bab

6.6.8 Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi

melalui (1) Kontribusi Sektor Ekraf pada

PDB Nasional sebesar 12% pada tahun

2019, tenaga kerja sebesar 13 juta serta

ekspor produk Ekraf sebesar 10%.

Kementerian Keuangan Ketepatan penyusunan anggaran,

pengelolaan keuangan dan pelaporan.

14 14

Kementerian PP/Bappenas Ketepatan penyusunan rencana kerja

sesuai target-target nasional dalam

RPJMN 2015-2019.

Kementerian PAN dan RB Ketepatan struktur organisasi, SDM, tata

laksana, pelayanan publik, manajemen

kinerja dan pengawasan.

BPK Ketepatan penggunaan anggaran,

pelaporan anggaran, pengelolaan

keuangan, pengadaan barang dan jasa,

pengelolaan aset.

Kementerian Perekonomian Koordinasi Percepatan Pengembangan

Dan Pengendalian Kebijakan Ekonomi

Kreatif Nasional dalam rangka pencapaian

target Ekraf seperti yang diamanatkan

dalam RPJMN 2015-2019.

Badan Pusat Statistik Koordinasi Penyusunan Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan

data transaksinya.

Kementerian Pariwisata Koordinasi penyusunan pelaksanaan

RKAKL 2015 dan pelaporan AKIP 2015

(masa transisi dari RKAKL Kemenpar

menuju RKAKL BEKRAF).

Komunikasi dan Asosiasi Ketersediaan dan terjalinnya komunikasi

yang menampung aspirasi mereka dan

sinergi serta implementasi kegiatan.

Secara umum, harapan para pemangku kepentingan terhadap Badan

Ekonomi Kreatif adalah sebagai berikut:

• Kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah mendukung

pengembangan ekonomi kreatif. Koherensi kebijakan pemerintah

baik antara kebijakan kementerian/lembaga maupun pemerintah pu-

sat dan daerah terwujud. Kebijakan pemerintah menciptakan iklim

yang kondusif bagi terciptanya akselerasi perkembangan ekonomi

kreatif.

15 15

Terjadi koherensi dalam kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di

Indonesia: tidak tumpang tindih atau bertentangan dengan

peraturan-peraturan yang ada dan adanya penegakan hukum dari

peraturan-peraturan yang ada.

• Terjadinya peningkatan Orang Kreatif (OK) di sepanjang rantai nilai

yang dimulai dari tahap kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, hingga

konservasi.

- Agar orang kreatif dapat tetap tinggal dan berkarya di Tanah Air

melalui penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung (iklim

yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang) di dalam negeri.

- Agar kebijakan di bidang ekonomi kreatif dapat lebih terkoordinasi

dengan baik sehingga memudahkan pelayanan bagi insan/pekerja

kreatif di Tanah Air.

- Agar insan kreatif bertambah jumlahnya dan insan kreatif dapat

lebih produktif lagi dalam menghasilkan dan mengembangkan

karya-karya baru.

• Tersedianya pusat riset dan edukasi di bidang ekonomi kreatif.

• Tersedianya kemudahan akses permodalan bagi pelaku kreatif pemula.

• Terfasilitasinya ketersediaan sarana dan prasarana berkreasi bagi

pelaku kreatif nasional.

• Terfasilitasinya distribusi produk dan jasa kreatif di pasar dalam dan

luar negeri.

• Meningkatnya pelindungan karya-karya kreatif nasional dari

pembajakan

• Tersedianya regulasi yang mendukung pengembangan ekonomi

kreatif.

• Terciptanya ekosistem ekonomi kreatif.

Disamping harapan para pemangku kepentingan di atas, Badan Ekonomi Kreatif

juga diharapkan dapat memenuhi berbagai target nasional perbaikan tata kelola

pemerintahan yang diuraikan dalam RPJMN 2015-2019 berdasarkan kondisi

organisasi yang diinginkan agar dapat mewujudkan target kinerja yang harus

dicapai seperti apa yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019.

Kondisi organisasi yang diinginkan adalah suatu organisasi yang merumuskan,

menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi

kreatif dan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan komunikasi dan koordinasi

dengan Lembaga Negara Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kemente-

rian, Pemerintah Daerah, dan pihak lain yang terkait dan bertanggung jawab

langsung kepada Presiden.

16 16

Desain organisasi yang dibentuk memperhatikan mandat konstitusi dan berb-

agai peraturan perundang-undangan, perkembangan dan tantangan lingkungan

strategis di bidang pengembangan ekonomi kreatif, pergeseran dalam wacana

pengelolaan kepemerintahan (governance issues), kebijakan desentralisasi dan

otonomi daerah, serta prinsip reformasi birokrasi (penataan kelembagaan yang

efektif dan efisien). Fungsi Badan Ekonomi Kreatif yang paling mendasar adalah

melayani kepentingan rakyat (pelaku industri kreatif). Badan Ekonomi Kreatif

akan membentuk pemerintahan yang efektif melalui desain organisasi yang te-

pat fungsi dan tepat ukuran (right sizing), menghilangkan tumpang tindih tugas

dan fungsi dengan adanya kejelasan peran, tanggung jawab dan mekanisme

koordinasi (secara horisontal dan vertikal) dalam menjalankan program-program

Renstra BEKRAF 2015-2019.

Untuk menjalankan tugas dan fungsi diatas, BEKRAF mempunyai target Refor-

masi Birokrasi pada area perubahan sebagai berikut:

a. Kelembagaan, meliputi:

1) Evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN di Badan Ekonomi

Kreatif.

2) Mereview tugas dan fungsi serta organisasi Badan Ekonomi Kreatif

yang tepat fungsi dan ukuran.

b. Peraturan Perundang-undangan

1) Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-undangan

yang sedang diberlakukan.

2) Menyempurnakan/mengubah berbagai peraturan perundang-undan-

gan yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau dishar-

moni dengan peraturan perundang-undangan lain.

3) Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan perundang-un-

dangan yang dipandang menghambat pelayanan.

4) Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi

pelaksanaan kebijakan publik .

5) Pembentukan forum konsultasi publik dalam perumusan kebijakan.

6) Peningkatan kualitas kebijakan publik.

c. SDM

1) Perbaikan berkelanjutan sistem perencanaan kebutuhan pegawai

ASN di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

2) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem rekruitmen dan selek-

si secara transparan dan berbasis kompetensi di lingkungan Badan

Ekonomi Kreatif.

17 17

3) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem promosi secara terbuka

di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

4) Perumusan dan penetapan kebijakan pernanfaatan assessment cen-

ter.

5) Perumusan dan penetapan kebijakan penilaian kinerja pegawai di

Badan Ekonomi Kreatif.

6) Perumusan dan penetapan kebijakan reward and punishment berba-

sis kinerja di Badan Ekonomi Kreatif.

7) Pembangunan/pengembangan sistem informasi ASN di Badan

Ekonomi Kreatif.

8) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem pengkaderan pegawai

ASN di Badan Ekonomi Kreatif.

9) Perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan/pengembangan

database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi ASN di Badan

Ekonomi Kreatif.

10) Perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas diklat di

Badan Ekonomi Kreatif.

11) Penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan berbasis

kompetensi didukung oleh makin efektifnya pengawasan Oleh Komi-

si Aparatur Sipil Negara (KASN).

12) Menyusun dan menetapkan pola karier pegawai ASN.

13) Pengukuran gap competency antara pemangku jabatan dan syarat

kompetensi jabatan.

14) Penguatan sistem dan kualitas pendidikan dan pelatihan untuk men-

dukung kinerja.

15) Penetapan formasi dan pengadaan CPNS secara sangat selektif.

16) Penerapan sistem rekuritmen berbasis kompetensi.

17) Penyempurnaan sistem diklat untuk mendukung kinerja.

18) Sistem promosi terbuka dan penempatan dalam jabatan berbasis

kompetensi.

19) Sistem remunerasi berbasis kinerja.

20) Penguatan sistem reward and punishment secara fair.

21) Penguatan budaya integritas, budaya kinerja dan budaya melayani.

22) Penguatan sistem informasi kepegawaian.

23) Penerapan sistem manajemen kinerja pegawai.

24) Penetapan formasi dan pengadaan CPNS secara sangat selektif.

25) Penerapan sistem rekrutmen berbasis kompetensi.

26) Penyempurnaan sistem diklat untuk mendukung kinerja.

27) Sistem promosi terbuka dan penempatan dalam jabatan berbaisis

kompetensi.

18 18

d. Tatalaksana

1) Perluasan penerapan e-government yang terintegrasi dalam penye-

lenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Badan Ekonomi

Kreatif.

2) Penerapan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di Badan

Ekonomi Kreatif.

3) Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di

Badan Ekonomi Kreatif.

4) Penerapan sistem kearsipan yang handal di Badan Ekonomi Kreatif.

5) Penyempurnaan dan review bisnis proses (baik internal maupun den-

gan bisnis proses dengan instansi lain yang berkaitan dalam pengem-

bangan ekonomi kreatif).

6) Manajemen kearsipan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

e. Pengawasan

1) Pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat menuju Wilayah

Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM)

di Badan Ekonomi Kreatif.

2) Pelaksanaan pengendalian Gratifikasi di Badan Ekonomi Kreatif.

3) Pelaksanaan whistleblowing system di Badan Ekonomi Kreatif.

4) Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan di Badan Ekonomi

Kreatif.

5) Pembangunan SPIP di lingkungan unit kerja di Badan Ekonomi Kreat-

if.

6) Penanganan pengaduan masyarakat di Badan Ekonomi Kreatif.

7) Sinergi pengawasan internal dan eksternal.

8) Pengembangan sistem pengaduan terintegrasi.

9) Peningkatan kapasita kelembagaan dan SDM APIP.

f. Akuntabilitas Kerja

1) Pembangunan/pengembangan teknologi informasi dalam manaje-

men kinerja.

2) Penerapan SAKIP sebagai pilar manajemen kinerja.

3) Pelaporan kinerja instansi pemerintah secara terbuka.

g. Pelayanan

1) Penerapan pelayanan Satu Pintu di Badan Ekonomi Kreatif .

2) Penerapan standar pelayanan dan maklumat pelayanan

(Citizen charter).

3) Pengelolaan pengaduan.

4) Percepatan pelayanan menjadi maksimal 15 hari di Badan Ekonomi

19 19

Kreatif.

20 20

5) Deregulasi dalam rangka mempercepat proses pelayanan di Badan

Ekonomi Kreatif.

6) Pembangunan/pengembangan penggunaan teknologi informasi da-

lam pelayanan di Badan Ekonomi Kreatif.

7) Modernisasi sistem dan manajemen pelayanan publik.

8) Survei kepuasan pengguna layanan secara berkala.

9) Monitoring dan supervisi kinerja pelayanan publik.

h. Manajemen Perubahan

1) Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas.

2) Pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong terjadinya pe-

rubahan pola pikir.

3) Penguatan integritas.

2.3 Permasalahan Birokrasi di Badan Ekonomi Kreatif

Sebagai instansi yang baru berdiri Badan Ekonomi Kreatif masih banyak

menghadapi permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kelembagaan

1) Perlunya evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan Aparatur Sipil

Negara (ASN) Badan Ekonomi Kreatif.

2) Perlunya review tugas dan fungsi serta organisasi Badan Ekonomi

Kreatif yang tepat fungsi dan ukuran.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Perlunya penataan ulang terhadap positioning BEKRAF sebagai

institusi yang mengemban amanat besar dalam rangka pencapaian

target. Dikhawatirkan terjadi over institution terkaitnya banyakn-

ya lembaga yang menangani tiap-tiap bidang/subsektor ekonomi

kreatif (ada 16 sub sektor ekonomi kreatif). Sehingga belum diketa-

hui kelembagaan yang ‘tepat fungsi’ dan ‘tepat ukuran’ (right siz-

ing) dalam mengelola ekonomi kreatif. Sebagai contoh: Kedudukan

Kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif yang berbentuk LNPK yang

bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Pariwisata

(Menteri Pariwisata yang berada di bawah Menteri Koordinator

bidang Kemaritiman, sementara secara tugas dan fungsi Badan

Ekonomi Kreatif berkoordinasi dengan Menteri Koordinator bidang

Perekonomian), sehingga kesulitan dalam koordinasi dan penginte-

grasian program-program bidang ekonomi kreatif.

21 21

- Masih adanya fragmented dan tumpang tindih tugas pokok dan

fungsi bidang ekonomi kreatif dengan K/L lain (misalnya Kemend-

ikbud, Kemenperin, Kemen PU, dll).

- Perlunya peningkatan kapasitas kelembagaan dalam melak-

sanakan tugas pokok dan fungsi bidang ekonomi kreatif

b. Peraturan Perundang-undangan

1. Perlu evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-undan-

gan yang sedang diberlakukan.

2. Perlu penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan

yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau disharmoni

dengan peraturan perundang-undangan lain.

3. Perlu deregulasi untuk memangkas peraturan perundang-undangan

yang dipandang menghambat pelayanan.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Beberapa pengaturan untuk bidang-bidang ekonomi kreatif (ter-

dapat 16 subsektor) sehingga masih ada tumpang tindih, inkon-

sisten, tidak jelas, dan multitafsir. Masih banyaknya pengaturan

bidang ekonomi kreatif yang belum disesuaikan dengan dinamika

perubahan penyelenggaraan pemerintahan dan tuntutan

masyarakat.

- Perlu adanya payung hukum ekonomi kreatif untuk mengin-

tegrasikan semua sektor yang terlibat dalam pengembangan

ekonomi kreatif, selama ini kebijakan bidang ekonomi kreatif

masih tersebar dalam berbagai pengaturan sektoral (antara lain:

pengaturan “industri kreatif” sebagaimana diatur dalam pasal 43

ayat (l), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang

Perindustrian.

- Perlu adanya pemetaan bidang-bidang ekonomi kreatif itu sendiri,

misalnya terkait definisi: produk kreatif, orang kreatif, pengusaha

kreatif, insan kreatif, dan komunitas kreatif.

c. SDM

1. Perlunya perbaikan berkelanjutan sistem perencanaan kebutuhan

pegawai ASN di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

2. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan sistem rekruitmen

dan seleksi secara transparan dan berbasis kompetensi di lingkungan

Badan Ekonomi Kreatif.

3. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan sistem promosi secara

terbuka di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

22 22

4. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan assess-

ment center.

5. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan penilaian kinerja pega-

wai di Badan Ekonomi Kreatif.

6. Perumusan dan penetapan kebijakan reward and punishment berba-

sis kinerja di Badan Ekonomi Kreatif.

7. Perlunya pembangunan/pengembangan sistem informasi ASN di

Badan Ekonomi Kreatif.

8. Perlunya Perumusan dan penetapan kebijakan sistem pengkaderan

pegawai ASN di Badan Ekonomi Kreatif.

9. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan/

pengembangan database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi

ASN di Badan Ekonomi Kreatif.

10. Perlunya perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas

diklat di Badan Ekonomi Kreatif.

11. Perlunya penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan

berbasis kompetensi didukung oleh makin efektifnya pengawasan

oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).

12. Perlunya menyusun dan menetapkan pola karier pegawai ASN.

13. Perlunya pengukuran gap competency antara pemangku jabatan dan

syarat kompetensi jabatan.

14. Perlunya penguatan sistem dan kualitas pendidikan dan pelatihan

untuk mendukung kinerja.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Penataan sistem rekruitment pegawai yang terbuka, transparan,

akuntabel dan berbasis kompetensi.

- Pembuatan Analisis Jabatan (tersedianya uraian jabatan) dalam

rangka meningkatkan pemahaman dan penerapan atas uraian

jabatan yang mengandung tugas dan tanggung jawab dan kerja

yang harus diemban pegawai dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya.

- Pembuatan evaluasi jabatan (tersedianya Peringkat Jabatan).

- Pembuatan Standar Kompetensi Jabatan (tersedianya peta profil

kompetensi individu).

- Perlunya melakukan asesmen individu berdasarkan kompetensi

(tersedianya peta profil kompetensi individu) sehingga tersedianya

informasi yang komprehensif dan akurat untuk profil kompetensi

individu.

23 23

- Perlunya pembangunan/pengembangan database pegawai (ter-

sedianya database pegawai yang mutakhir dan akurat) sehingga

berjalannya sistem informasi pegawai yang akurat, transparan dan

akuntabel.

- Perlunya pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai yang

berbasis kompetensi sehingga berjalannya sistem diklat yang men-

gurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki oleh seorang

pegawai dengan kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan.

- Perlunya penataan pengelolaan Menejemen SDM Aparatur,

menunggu terselesaikannya ketentuan pelaksanaan dari UU ASN.

Oleh karena itu, belum dapat ditentukan terkait kuantitas, kualitas

dan distribusi pegawai menurut kebutuhan organisasi.

- Perlunya ditetapkannya tunjangan kinerja dengan mengukur-

prestasi kerja terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang sudah

ditetapkan.

d. Tatalaksana

1. Perlunya perluasan penerapan e-government yang terintegrasi

dałam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Badan

Ekonomi Kreatif.

2. Perlunya penerapan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di

Badan Ekonomi Kreatif.

3. Perlunya implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi

P u b l i k di Badan Ekonomi Kreatif.

4. Perlunya penerapan sistem kearsipan yang handal di Badan Ekonomi

Kreatif.

5. Perlunya penyempurnaan dan review bisnis proses.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Perlunya penggunaan teknologi informasi dalam proses penye-

lenggaraan manajemen pemerintahan di Badan Ekonomi Kreatif.

- Perlunya penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,

agar tersedianya dokumen SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi

yang disahkan sehingga terselenggaranya transparansi, akuntabilitas

dan standardisasi proses penyelenggaraan pemerintahan.

- Perlunya pembangunan atau pengembangan e-government.

- Perlunya perbaikan struktur organisasi, melalui benchmark dengan

K/L yang telah menetapkan standar tata laksana yang sejenis.

- Perlunya pembuatan atau perbaikan uraian pekerjaan

(job descriptions).

24 24

- Perlunya pembuatan proses bisnis cascading; mulai dari proses

bisnis level lembaga (LO) sampai dengan proses bisnis level eselon

3 atau 4. Pembuatan dan atau perbaikan tata laksana (business pro-

cess) didasarkan pada evaluasi atas tata laksana yang telah diim-

plementasikan (masukan internal maupun stakeholders ekonomi

kreatif) melalui antara lain: penurunan biaya, peningkatan kualitas

output, peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kecepatan

delivery. Pembuatan atau perbaikan Standard Operating Procedure

(SOP), termasuk di dalamnya perbaikan standar kinerja pelayanan,

melalui: penyederhanaan proses (streamlining/simplification), peng-

hilangan proses yang tidak perlu (elimination), pembuatan proses

yang sama sekali baru (reengineering), pengotomatisasian (automa-

tion)

e. Pengawasan

1. Perlunya pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat

menuju WBK/WBBM di Badan Ekonomi Kreatif.

2. Perlunya pelaksanaan pengendalian gratifikasi di Badan Ekonomi

Kreatif.

3. Perlunya pelaksanaan whistleblowing system di Badan Ekonomi

Kreatif.

4. Perlunya pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan di

Badan Ekonomi Kreatif.

5. Perlunya pembangunan SPIP di lingkungan unit kerja di Badan

Ekonomi Kreatif.

6. Perlunya penanganan pengaduan masyarakat di Badan Ekonomi

Kreatif.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Akan dilaksanakannya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan

negara, karena belum tersedianya jumlah SDM yang memiliki sert-

ifikat barang dan jasa pemerintah di lingkungan Badan Ekonomi

Kreatif.

- Akan dilaksanakannya pengelolaan keuangan negara karena belum

dibentuknya APIP dan Satgas SPIP.

- Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) agar

terjadinya peningkatan ketaatan, efisiensi, dan efektivitas pelak-

sanaan tugas dan fungsi, sehingga tercapainya tujuan organisasi

secara efektif dan efisien.

- Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

sebagai quality assurance dan consulting, agar berjalannya penge-

lolaan keuangan negara yang andal dan terpercaya.

25 25

- Penerapan e-procurement barang dan jasa serta impelementasi

program anti korupsi dengan tujuan untuk menurunkan tingkat

penyalahgunaan wewenang.

- Perlunya melaksanakan review dan evaluasi secara berkala dan

berkesinambungan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan

sampai dengan penyajiaan hasil pelaksanaan anggaran dalam

laporan keuangan.

- Perlunya melaksanakan inventarisasi pejabat di lingkungan Badan

Ekonomi Kreatif yang wajib menyusun dan melaporkan Laporan

Hasil Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) dalam rangka menginten-

sifkan program anti korupsi.

- Perlunya meningkatkan kompetensi aparat pengawas internal

agar mampu melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif dan

efisien.

f. Akuntabilitas Kerja

1. Perlunya pembangunan/pengembangan teknologi informasi dalam

manajemen kinerja.

2. Perlunya Penerapan SAKIP sebagai pilar manajemen kinerja.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Akan dibuat indikator kinerja yang selaras proses bisnis cascading

(mulai dari Lembaga/Lo sampai dengan eselon 3 atau 4, serta

Sasaran Kerja Pegawai/SKP), dengan instrumen pengukuran kin-

erja instansi Badan Ekonomi Kreatif dan dilakukan review terhadap

indikator kinerja yang akan dibuat tersebut.

- Akan ditenerapkannya sistem e-monev untuk pemantauan capaian

kinerja.

- Perlunya penguatan akuntabilitas kinerja instansi Badan Ekonomi

Kreatif, agar terjadinya peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja,

sehingga berjalannya sistem akuntabilitas kinerja organisasi Badan

Ekonomi Kreatif yang efektif.

- Perlunya pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi,

agar terbangunnya sistem yang mampu mendorong tercapainya

kinerja organisasi yang terukur.

- Perlunya Penyusunan Evaluasi atas penerapan Sistem Akuntabil-

itas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan pencapaian kinerja

organisasi yang meliputi perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,

evaluasi kinerja, pelaporan kinerja dan capaian kinerja.

26 26

g. Pelayanan

1. Perlunya penerapan pelayanan satu pintu di Badan Ekonomi Kreatif.

2. Perlunya percepatan pelayanan menjadi maksimal 15 hari di Badan

Ekonomi Kreatif.

3. Perlunya deregulasi dalam rangka mempercepat proses pelayanan di

Badan Ekonomi Kreatif.

4. Perlunya pembangunan/pengembangan penggunaan teknologi infor-

masi dałam pelayanan di Badan Ekonomi Kreatif.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Akan diakomodasinya kebutuhan pelayanan publik dari stake-

holders (insan/orang/pekerja/penguasa/komunitas kreatif) secara

transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau, dan memi-

liki kepastian (waktu, biaya, akurasi, dll).

- Akan dipenuhinya jumlah unit pelayanan yang telah memperoleh

standardisasi pelayanan internasional.

- Akan disediakannya penelitian terkait indeks kepuasan insan/

orang/pekerja/pengusaha kreatif terhadap pelayanan publik yang

disediakan oleh Badan Ekonomi Kreatif.

- Perlunya penerapan standar pelayanan pada unit kerja di Badan

Ekonomi Kreatif, agar terimplementasinya penggunaan standar

pelayanan dałam pelayanan publik, sehingga terselenggaranya pe-

layanan publik yang lebih cepat, lebih aman, lebih baik dan lebih

terjangkau.

- Perlunya partisipasi masyarakat dałam penyelenggaraan pe-

layanan publik agar terjadinya peningkatan partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

h. Manajemen Perubahan

1. Perlunya pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas.

2. Perlunya pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong ter-

jadinya perubahan pola piker.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Akan dilaksanakannya program-program manajemen perubahan

dalam rangka merubah pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture

set).

- Para birokrat akan sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien,

efektif , prodüktif dan profesional.

- Para birokrat akan benar-benar memiliki pola pikir yang melayani

masyarakat.

27 27

- Akan dicapai kinerja yang baik dan belum berorientasi pada hasil

(outcomes).

- Perlunya membuat rencana strategi manajemen perubahan (area

perubahan yang diinginkan, tim pengelola perubahan, waktu yang

dibutuhkan dan rencana anggaran) dan implementasinya (tahapan

pelaksanaan).

- Perlunya membangun instrumen pengelolaan perubahan (men-

gatur sistem pelaksanaan, sistem komunikasi, sistem monitor dan

evaluasi serta sistem pelaporan).

- Perlunya meningkatkan kapabilitas Tim Pengelola Perubahan atau

program Management Office (pelatihan keterampilan berkomunikasi,

menjadi fasilitator, menjadi motivator, menjadi mediator sampai

dengan pelatihan membiuat instrumen sosialisasi dan internalisasi

perubahan).

i. Quick Wins

1. Quick Wins 2017:

- Pembentukan satuan tugas pelayanan bagi pelaku ekonomi kreatif

nasional (touch point).

2. Quick Wins 2018:

- Mempersiapkan peluncuran (launching) quick wins secara resmi ke-

pada kepada stakeholders melalui pembentukan satgas penanganan

pengaduan pembajakan karya musik dan film berikut SOP penanga-

nan pengaduan tersebut, agar dapat dipantau dan diawasi dengan

baik.

3. Quick Wins 2019:

- Melakukan sosialisasi kepada komunitas, asosiasi, sanggar, maupun

pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk menyebarkan infor-

masi pengajuan Bantuan Pemerintah.

- Menyediakan call center dengan nomor 081281954619 dan

085717178131 untuk memudahkan komunitas, asosiasi, sanggar

dan pemerintah daerah untuk memperoleh informasi lebih jelas ter-

kait pengajuan Bantuan Pemerintah.

Dasar identifikasi permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

- Telah dibuatnya SOP penangangan pengaduan pembajakan karya

musik dan film.

- Membuat platform ekonomi kreatif sebagai sarana komunikasi in-

stansi dengan pemangku kepentingan.

- Pembentukan satuan tugas pelayanan bagi pelaku ekonomi kreatif

nasional (touch point).

- Pembuatan platform Bekraf.

28 28

- Melakukan penyusunan rencana kerja, jadwal kerja dan target

penyelesaian serta anggaran untuk program quick wins di BEKRAF,

melalui pembentukan Tim Kerja, Struktur/organisasi kerja.

- Mempersiapkan peluncuran (launching) quick wins secara resmi

kepada kepada stakeholders melalui pembentukan satgas penan-

ganan pengaduan pembajakan karya musik dan film berikut SOP

p e n a n g a n a n pengaduan tsb, agar dapat dipantau dan diawasi

dengan baik.

- Penyusunan Metode Monitoring dan evaluasi serta mekanisme

pelaporan.

- Bangunan ruang kreatif, sarana ruang kreatif, maupun teknologi

informasi dan komunikasi ruang kreatif masih terbatas.

- Tidak semua komunitas, asosisasi, sanggar, maupun pemerintah

daerah mengetahui program Bantuan Pemerintah.

- Dibutuhkan layanan informasi yang responsif apabila ada per-

tanyaan dari yang mengajukan proposal.

29 29

BAB III

AGENDA REFORMASI BIROKRASI

3.1 Fokus Perubahan Reformasi Birokrasi

Untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam birokrasi Badan Ekonomi

Kreatif disusun agenda dengan fokus perubahan reformasi birokrasi sebagai

berikut:

a. Kelembagaan

1. Melakukan evaluasi kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif.

2. Merancang struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan Badan

Ekonomi Kreatif.

3. Mengajukan restrukturisasi Badan Ekonomi Kreatif yang tepat fungsi

dan ukuran.

b. Peraturan Perundang-undangan

1. Melakukan evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundangun-

dangan yang sedang diberlakukan.

2. Melakukan penyempurnaan berbagai peraturan perundangundangan

yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau disharmonis

dengan peraturan perundang-undangan lain.

3. Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan perundang-

undangan yang dipandang menghambat pelayanan.

4. Membangun partisipasi publik ekonomi kreatif dalam perumusan

kebijakan.

c. SDM

1. Perbaikan berkelanjutan sistem perencanaan kebutuhan pegawai

ASN di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

2. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem rekrutmen dan seleksi

secara transparan dan berbasis kompetensi di lingkungan Badan

Ekonomi Kreatif.

3. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem promosi secara terbuka

di lingkungan Badan Ekonomi Kreatif.

4. Perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan assessment center.

5. Perumusan dan penetapan kebijakan penilaian kinerja pegawai di

Badan Ekonomi Kreatif.

6. Perumusan dan penetapan kebijakan reward and punishment berbasis

kinerja di Badan Ekonomi Kreatif.

30 30

7. Pembangunan/pengembangan sistem informasi ASN di Badan

Ekonomi Kreatif.

8. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem pengkaderan pegawai

ASN di Badan Ekonomi Kreatif.

9. Perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan/pengembangan

database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi ASN di Badan

Ekonomi Kreatif.

10. Perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas diklat di

Badan Ekonomi Kreatif.

11. Penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan berbasis

kompetensi.

12. Menyusun dan menetapkan pola karier pegawai ASN.

13. Pengukuran gap competency antara pemangku jabatan dan syarat

kompetensi jabatan.

14. Penguatan sistem dan kualitas pendidikan dan pelatihan untuk men-

dukung kinerja.

d. Tatalakasana

1. Perluasan penerapan e-government yang terintegrasi di Badan

Ekonomi Kreatif.

2. Penerapan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di Badan

Ekonomi Kreatif.

3. Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di

Badan Ekonomi Kreatif.

4. Penerapan sistem kearsipan yang handal di Badan Ekonomi Kreatif.

5. Penyempurnaan dan review bisnis proses yang sudah ada dan

perlunya pembuatan proses bisnis cascading; mulai dari proses bisnis

level lembaga (LO) sampai dengan proses bisnis level eselon 3 atau 4.

e. Pengawasan

1. Pembangunan unit kerja untuk memperoleh predikat menuju WBK/

WBBM di Badan Ekonomi Kreatif.

2. Pelaksanaan pengendalian gratifikasi di Badan Ekonomi Kreatif.

3. Pelaksanaan whistleblowing system di Badan Ekonomi Kreatif.

4. Pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan di Badan Ekonomi

Kreatif.

5. Pembangunan SPIP di lingkungan unit kerja di Badan Ekonomi Kreatif.

6. Penanganan pengaduan masyarakat di Badan Ekonomi Kreatif.

7. Peningkatan kapasitas APIP.

31 31

f. Akuntabilitas Kinerja

1. Pembangunan/pengembangan teknologi informasi dalam manaje-

men kinerja.

2. Penerapan SAKIP sebagai pilar manajemen kinerja.

3. Akan dibuatindikator kinerja yang selaras proses bisnis cascading

(mulai dari Lembaga/Lo sampai dengan eselon 3 atau 4, serta Sasaran

Kerja Pegawai/SKP)), dengan instrumen pengukuran kinerja instansi

BEKRAF dan dilakukan reviu terhadap Indikator kinerja vang akan

dibuat tersebut.

g. Pelayanan

1. Penerapan pelayanan satu Pintu di Badan Ekonomi Kreatif.

2. Penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan (Citizen

charter).

3. Percepatan pelayanan menjadi maksimal 15 hari di Badan Ekonomi

Kreatif.

4. Deregulasi dalam rangka mempercepat proses pelayanan di Badan

Ekonomi Kreatif.

5. Pembangunan/pengembangan penggunaan teknologi informasi

dalam pelayanan.

6. Survey kepuasan pengguna layanan.

h. Manajemen Perubahan

1. Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi yang secara berkala diriviu

untuk memperkuat pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan

Ekonomi Kreatif.

2. Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas.

3. Pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong terjadinya

p e r u b a h a n pola pikir.

4. Perlunya membangun instrumen pengelolaan perubahan (mengatur

sistem pelaksanaan, sistem komunikasi, sistem monitor dan evaluasi

serta sistem pelaporan).

32 32

3.2 Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Badan Ekonomi Kreatif

Untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam birokrasi Badan Ekonomi

Kreatif disusun agenda dengan fokus perubahan reformasi birokrasi sebagai

berikut:

33 33

8 Perumusandanpenetapan Jumlahperaturansistem 9'efektivitaspelaksanaan

kebijakansistem pengkaderanpegawalASN kebijakansistem peraturan

pengkaderanpegawalASN 8ekraf pengkaderanpegawalASN

9 Perumusan dan penetapan Jumlah peraturan 9' efektivitas pelaksanaan

kebijakan pemanfaatan/pengembangan kebiJakan peraturan

1

2

Perluasanpenerapane

govemmentyangterintegrasi

Penerapanefisiensi

DokumenrencanaPerlua:.an

penerapane-govemment

Bekraf

Jumlahperaturanpenerapan

9'pelak:.anaanrencana

Perlua:.anpenerapane-

overnment8ekraf

9'penerapanefisiensi

ldok/

penyelenggaraan

l eemertntahan

efisiensipenyelenggaraan

r>Pmerintahandi8ekraf

penyelenggaraan

r>Pmerintahandi8ekraf

peraturan

3 lmplementasiUndang Jumlahperaturan Jumlahaksespublikterhadap 1

undangKeterbukaan lmplementasiUndang informasidiBekraf peraturan

lnformasiPublik undangketerbukaan

/8kali

informasioublikdi8ekraf

4 Penerapansistemkearsipan Jumlahsistemkearsipanyang 9'efektivitaspelaksanaan lsistem/

lvanRhandal handaldiBekraf sistemkearsipan

5 Pembuatanprosesbisnis Dokurnen proses blsnis 9'efektivitasprosesbisnis ldok/

cascading;mulaidariproses 8ekraf Bekraf

bisnislevellembaga(tO)

sampaldenganprosesbisnls

leveleselon3atau4

6 Penvusunan SOP Oolr.umen SOP Bekraf 9' efektMtas SOP Bekraf tdok/ 809' 909' 100% Sestama

penyelenggaraantugasdan

fungsl

8ekraf 8ekraf

""

"'"

'""' ""'' "'" '""'

kuahtaspendtdikandan pendidikandanpelatihan kualltes pendldrkan dan ,...

8ekraf '""'

809' 909' 100% Sestama

pemanfaatan/pengembangan database profil kompe1ensi pemanfaatan/pengembangan / 70%

database profil kompe1ensi calon dan peJabat linggi ASN database prnfil kompetensi

calon dan peJabat llnggi ASN 8ekraf calon dan pejabat linggi ASN

8ekraf

10 Perumusandanpenetapan Jumlahperaturan 9'efektivitaspelaksanaan

kebijakanpengendalian pengendal!ankualitasdik1at kebijakanpengendahan peraturan

kuahtasd1klat ASN 8ekraf kualitasd1kla1ASN 8ekraf

11 Penerapansls1empromosl 9'pengislanjabatanyang 9'efektivitaspenglsian 100%

secaralerbuka,kompetitif d1lakukan melalui promosi jabatanyangdilakukan

danberbasiskompetensidi secaraterbuka,kompetitif melaluipromoslsecara

8EKRAF danberbasiskompe1ensi terbuka,kompetitifdan

8ekraf berbasls kompetensl Bekraf

11 Menyusundanmenetapllan Oolr.umenSusunandan 9'efektlvitaspenerapan tdok/

pola karier pegawa1 ASN tetapanpola karier Susunandantetapanpola

karlerASN 8ekraf

13 Pengukurangapcompetency Dokumenukurangop 9'pemanfaatanukurangop ldok/

antarapemangkujabatan competencyantara competencyantara dansyaratkompetensi pemangkujabatandansyarat pemangkujabatandansyarat

jabatan kompetensi Jabatan ASN kompetensi Jabatan ASN

14 Penguatansistemdan Dokumensistemdankualitas 9'pemanfaatansistemdan ldok/

""' .... 100% Sestama

pelatihanuntukmendukung untukmendukungkinerja pelatihanuntukmendukung

kiner"a ASN 8ekraf kinerL<ASN 8ekraf

'""'

""'

1 Pembangunanunitkerja

untukmemperolehpredikat

menuju WBK/WBBM

2 Pelak:.anaanpengendalian

gratifikasi

Jumlahyangdiajukan Jumlahunitkerjayang Sunit/5 lnspektur

memperoleh predrkat predikat menuju WBK/WBBM /5 unit/ menuju WBK/WBBM /9 9

lnstrumenuntukpelak:.anaan 9'efektivitaspemanfaat lnspektur

pengendaliangratifikasi instrumenpengendalian

3 Pelaksanaanwh1stleb/owing

ratifikasi

lnstrumenuntuk 9'efektivitaspemanfaat '2""' 100% 1nspektur

whlstleblowlngsystem lnstrumenwhlstleblowlng lnstrumen

4 Pelaksanaanpemantauan

svstem

lnstrumenpemantauan 9'efektMtaspemanfaat '2""' 100% lnspekwr

benturankepentlngan benturankepentlngan instrumenpemantauan benturenkecentlnaan

'""'

34 34

'

'

T•hund•nR•nc•n•C•p•l•n P1n1nuunc

ArH Puub•h•n/ K•ci•t•n r--�"-P-,--�-��-------,�=,�o_'r-";��=��oo= m=== =-=+�_w_b------i 05 Pembangunan5PIPdi

lingkunganunitkerja

6 Penangananpengaduan

mas arekat

7 PenlngkatanperanAparat

Pengawasanlntern

Pemerlntah(APIP)sebagal

qual/tyassurorn:edan

consulting

8 Pencananganzonaintegritas

danpenetapanunitkerja

yangdirencanakansebagai

menuju wllavah bebas darl

korups1(WBK)/wilayah

blrokrast bersih melevanl

IWBBM)

Dokumen penerapan 5PIP di % efektivitas pemanfaat 2 dok I

lingkunganunitkerJa Ookumenpenerapan5PIPdi

lim,kun anunitker"a

5istempengaduan %efektivitaspengelolaan lslstem/

mas arakat I oen aduan mawarakat 70%

Dokumenrencana %efektivltasrencana ldok/

penlngkatan peran APIP I ""nln katan ..,..,an APIP 70%

Jumlahtemuanmateriandl

Bekraf

Jumlahunitkerjayang

menerapkanzonaintegritas /Sunlt

lnspektur

lnspektur

100% lnspektur

lnspektur

F.Akunt1bi11tHKlntrJ1

1 Pembangunan/

pengembanganteknologi

tnfcrman dalam manajemen

kinera

2 PenerapanSAKIPsebagai

mlar manalemen ktnerla

3 Penyusunanpedoman

evaluasiAKIPdiBekraf

4 Pembangunansisteme-

SI stem lnfarmasl manajemen % efektivitas penerapan t sistem I 80% 90% 100% Sestama

kiner1a sistem 1nf0fmas1 manajemen 70%

krnerje

Dokumenpenyelerasanbisnis %efektivitaspenerapan Sdok/

roses cascadmg manalemen kjnerla

PedomanevaluasiAKIPdi %efektivitaspenerapan 2dok/

Bekraf evaluasikiner"a

Sisteme-monevBekraf %efektivitaspenerapan lslstem/ sistem e-monev Bekraf 70%

G.P1l•v1n1n

I Penerapanpelayanansalu Slstempelayanansatuplntu %efektivitaspenerapan tsistem/

pmtu Bekraf sistempelayanansatupmtu 70%

Bekraf

Penerapanstandarpelayanan Dokumenstandarpelayanan %efektivitaspenerapan ldok/

danmaklumatpelayanan stander petavanan

Dokumen maklumat %efektivitaspenerapan ldok/

eelavanan maklumat=la anan

3 Percepatanpelayanan Dokumenrencana %pemenuhanpelaksanaan ldok/

meruadrmakslmalIyharl percepatan pelayanan percepatanpelayanan

maks1mallShari

4 Deregulasldalamrangka Ookumenrencanaderegulasl Jumlahpaketkebijakan ldok/4 Spl" 12

mempercepatproses percepatan pelayanan pk, pk,

celeve nan maks!mallSharl

5 Pembangunan/ Ookumenrencana %efek1ivi1aspenerapan lsistem/

pengembanganpenggunaan pengembanganteknologi sistemlTdalampelayanan 70%

teknolo tmtormasr informas1dalamoela anan Bekraf

H.M•n1j1m1nP1rub.1h1n

I PembentukanTimReformasi nmreformasibirokrasi %efektivitaspelaksanaan ltim/

blrokrasaBekraf tu asTimRBBekraf 70%

Pengembangannilai-nilai Dokumenpenetapannila1- %tingkatpersepsi ldok/

untukmenegakkanintegritas nilaiintegritas pemahamanpegawai terhadapnilai

3 Pembentukanagen Penetapanagenperubahan %penerapanrencanaaksl lSK/

perubahanyangdapat agenperubahan

mendorcng terjadewa

oerubahan olaoikir

4 PembentukanT1m nmmanajemenperubahan %efektivitaspelaksanaan lSK/

ManajemenPerubahan tugastlmmanajemen

loerubahan

5 Penyusunandokumen Ookumenstrategl %efektlvltaspelaksanaan ldok/

35 35

strateglperubahan manajemenperubahandan rencanaperubahan

strate lkomunlkaslBekraf

33

c

( �

.

'

c

.";l' c

C"D'

"c' g"i' a"i' s:

\......_ .)

ac.. ' ro "i:: c. Q)

� � �a..

34

35

BAB IV MONITORING DAN

EVALUASI

4.1 Monitoring

Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan dalam tingkatan

lingkup unit/satuan kerja, lingkup kementerian/lembaga, dan pemerin-

tah daerah, serta lingkup nasional. Monitoring dilakukan untuk memper-

tahankan agar rencana aksi yang dituangkan dalam Road Map Reformasi

Birokrasi dapat berjalan sesuai dengan jadwal, target-target, dan tahapan

sebagaimana telah ditetapkan. Dari proses monitoring, berbagai hal yang

perlu dikoreksi dapat langsung dikoreksi pada saat kegiatan reformasi bi-

rokrasi dilaksanakan, sehingga tidak terjadi penyimpangan dari target-tar-

get yang telah ditentukan.

Pada lingkup unit/satuan kerja, monitoring dapat dilakukan melalui beber-

apa media sebagai berikut:

a. Pertemuan rutin dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk mem-

bahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan penyesuaian yang

perlu dilakukan untuk merespon permasalahan atau perkembangan

lingkungan strategis. Pertemuan ini penting mengingat reformasi bi-

rokrasi harus terus dimonitor oleh masing-masing pimpinan unit/sat-

uan kerja untuk menjaga keberlanjutannya. Pertemuan rutin dengan

pimpinan juga dilakukan pada unit/satuan kerja yang melaksanakan

Quick Wins, untuk membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi,

dan penyesuaian yang perlu dilakukan untuk merespon permasalah-

an atau perkembangan lingkungan strategis;

b. Pertemuan dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk merespon per-

masalahan yang harus cepat diselesaikan;

c. Survei terhadap kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

d. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana

diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;

e. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

Pada lingkup yang lebih besar, tingkat kementerian/lembaga dan pemerin-

tah daerah, monitoring dilakukan melalui beberapa media sebagai berikut:

a. Pertemuan rutin pada tingkat Tim Pengarah;

b. Pertemuan rutin pada tingkat Tim Pelaksana;

c. Pertemuan rutin pada tingkat Kelompok Kerja;

36

d. Survei kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

37

e. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana

diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;

f. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Birokrasi yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

4.2 Evaluasi

Evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di instansi pemerintah

dilakukan dalam rentang waktu tertentu yang ditentukan oleh masing

instansi pemerintah. Dalam lingkup instansi pemerintah pusat, evaluasi

dilakukan setiap enam bulan dan tahunan. Evaluasi dilakukan untuk menilai

kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara keseluruhan termasuk

tindak lanjut hasil monitoring yang dilakukan pada saat pelaksanaan

kegiatan.

Evaluasi dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari unit kerja sampai

pada tingkat instansi, sebagai berikut:

a. Evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat unit kerja yang dipimpin

oleh pimpinan unit/satuan kerja untuk membahas kemajuan, ham-

batan yang dihadapi, dan penyesuaian kegiatan yang perlu dilakukan

pada 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun ke depan, sehingga tidak ter-

jadi permasalahan yang sama atau dalam rangka merespon perkem-

bangan lingkungan strategis. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh

terhadap seluruh prioritas yang telah ditetapkan;

b. Evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi yang dipimpin

langsung oleh Ketua Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi;

c. Evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi yang dipimpin

langsung oleh Ketua Tim Pengarah Reformasi Birokrasi.

Berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan

dapat diperoleh dari:

a. Hasil-hasil monitoring;

b. Survei kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;

c. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana

diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;

d. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi

Birokrasi yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

Hasil evaluasi diharapkan dapat secara terus menerus memberikan masukan

terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di tahun-tahun berikutnya.

38

36

39

BAB V

PENUTUP

Birokrasi pemerintahan harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata

pemerintahan yang baik dan profesional. Birokrasi harus sepenuhnya mengab-

di pada kepentingan rakyat dan bekerja untuk memberikan pelayanan prima,

transparan, akuntabel dan bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme

(KKN). Semangat inilah yang mendasari pelaksanaan reformasi birokrasi pemer-

intah di Indonesia. Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah harus mampu

mendorong perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik pusat

maupun daerah. Kinerja akan meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara

keseluruhan, baik di pusat maupun di daerah. Motivasi akan muncul jika setiap

program/kegiatan yang dilaksanakan menghasilkan keluaran (output), nilai tam-

bah (value added), hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang lebih baik dari ta-

hun ke tahun, disertai dengan sistem reward and punishment yang dilaksanakan

secara konsisten dan berkelanjutan.

40

41

38

39