buku kadin_bab ii_perdagangan luar negeri

16
BUTIR - BUTIR PEMIKIRAN PERDAGANGAN INDONESIA 2009 – 2014 23 Persaingan bisnis di era perdagangan bebas menunjukkan perkembangan yang pesat sehingga seolah tidak ada batas antarnegara. Indonesia harus berkompetisi dengan negara lain di bidang perdagangan, baik negara maju maupun negara berkembang. Perdagangan bebas membuka peluang bagi produsen Indonesia untuk menjual produknya ke luar negeri dan sebaliknya memberi pilihan produk yang lebih banyak kepada masyarakat. Penganjur perdagangan bebas berargumen bahwa liberalisasi menguntungkan semua negara dan keseluruhan ekonomi di dunia. Setiap negara dapat berkonsentrasi untuk memproduksi barang tertentu dengan seefisien mungkin untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dunia. Peran pemerintah diharapkan sangat sedikit dalam perdagangan bebas dan seakan-akan ‘diharamkan’. Namun demikian, perdagangan bebas antar- negara yang tidak terkontrol oleh peran pemerintah dan negara dapat berakibat pada keadaan dimana pengusaha dalam negeri terutama sektor Usaha Kecil dan Menengah semakin terpuruk karena berkompetisi dengan pengusaha dari negara maju. Untuk itu tetap diperlukan peran pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, agar semua pelaku usaha dapat tetap bertahan dan bersaing satu sama lain secara sehat. Sistim perdagangan bebas meminta setiap negara membuka akses yang adil dan tidak diskriminatif terhadap satu sama lain. Akses terbuka ini menjadi tertutup jika terjadi ketimpangan teknologi dan informasi perdagangan sehingga dunia usaha negara berkembang seperti Indonesia menjadi dirugikan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dan daya beli yang terus meningkat sehingga menghasilkan potensi pasar yang sangat besar dan menarik minat pelaku usaha di luar negeri untuk masuk dan BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PERDAGANGAN LUAR NEGERI

TRANSCRIPT

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    23

    Persaingan bisnis di era perdagangan bebas menunjukkan perkembangan yang pesat sehingga seolah tidak ada batas antarnegara. Indonesia harus berkompetisi dengan negara lain di bidang perdagangan, baik negara maju maupun negara berkembang. Perdagangan bebas membuka peluang bagi produsen Indonesia untuk menjual produknya ke luar negeri dan sebaliknya memberi pilihan produk yang lebih banyak kepada masyarakat. Penganjur perdagangan bebas berargumen bahwa liberalisasi menguntungkan semua negara dan keseluruhan ekonomi di dunia. Setiap negara dapat berkonsentrasi untuk memproduksi barang tertentu dengan seefisien mungkin untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dunia.

    Peran pemerintah diharapkan sangat sedikit dalam perdagangan bebas dan seakan-akan diharamkan. Namun demikian, perdagangan bebas antar- negara yang tidak terkontrol oleh peran pemerintah dan negara dapat berakibat pada keadaan dimana pengusaha dalam negeri terutama sektor Usaha Kecil dan Menengah semakin terpuruk karena berkompetisi dengan pengusaha dari negara maju. Untuk itu tetap diperlukan peran pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, agar semua pelaku usaha dapat tetap bertahan dan bersaing satu sama lain secara sehat.

    Sistim perdagangan bebas meminta setiap negara membuka akses yang adil dan tidak diskriminatif terhadap satu sama lain. Akses terbuka ini menjadi tertutup jika terjadi ketimpangan teknologi dan informasi perdagangan sehingga dunia usaha negara berkembang seperti Indonesia menjadi dirugikan.

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dan daya beli yang terus meningkat sehingga menghasilkan potensi pasar yang sangat besar dan menarik minat pelaku usaha di luar negeri untuk masuk dan

    BAB IIPERDAGANGAN LUAR NEGERI

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    24

    mengembangkan pasar. Banyak perusahaan baru bermunculan dan para investor asing mulai menanamkan modalnya dan meramaikan kompetisi bisnis di Indonesia. Pengusaha dalam negeri bersaing dengan rekannya dari negara lain. Demikian pula, dalam berbisnis di luar negeri pengusaha Indonesia dapat ikut serta mengambil bagian. Kalau di dalam negeri pengusaha Indonesia sukar bersaing dengan pengusaha asing, maka dalam perdagangan dengan negara lain akan lebih berat untuk pengusaha Indonesia.

    Untuk dapat bersaing pada tingkat perdagangan dunia, maka dunia usaha dalam negeri harus tumbuh kuat. Untuk cepat tumbuh kuat tentu salah satunya diperlukan kebijakan pemerintah yang menguntungkan pengusaha dalam negeri. Meskipun perdagangan bebas berarti tidak ada batas negara, kebijakan yang menguntungkan masih dapat diciptakan dengan syarat tidak melawan hukum perdagangan bebas dunia.

    Kebijakan yang menguntungkan pengusaha dalam negeri dilakukan oleh negara maju sebagaimana sikap negara industri maju yang secara tidak langsung melakukan proteksi terhadap industri dalam negerinya melalui berbagai isu seperti isu lingkungan hidup, ketenagakerjaan dan lain-lain. Menghadapi perdagangan bebas dunia, maka kalangan dunia usaha juga perlu untuk mengambil sikap dalam menjaga keseimbangan dunia usaha dalam negeri dan luar negeri.

    A. PerubahanArahPerdaganganLuarNegeriDalam menjaga keseimbangan perdagangan dengan luar negeri diperlukan reformasi perdagangan. Tujuan reformasi perdagangan seperti yang diusahakan pemerintah tidak hanya membangun perekonomian yang berorientasi perdagangan namun juga sejauh mana aktivitas ekspor dan impor dapat: Membantu daya saing dan akses pengusaha Indonesia dalam

    perdagangan bebas dunia. Memengaruhi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    25

    Menimbulkan regional spillover bagi pembangunan daerah/kawasan. Mengurangi kandungan impor (import content) komoditi ekspor

    Indonesia.

    Tujuan reformasi perdagangan adalah membangun perekonomian yang berorientasi perdagangan untuk mencapai tambahan ekspor di masa datang di atas trend yang berlaku. Target jangka pendek dapat berupa menambah ekspor non-migas pada 2009 dan terus berkembang untuk pencapaian target jangka menengah selanjutnya pada tahun 2014. Di samping itu juga mengurangi ketergantungan perdagangan luar negeri Indonesia kepada negara tertentu seperti Amerika Serikat, sehingga keadaan ekonomi negera tersebut tidak terlalu memengaruhi perdagangan dan ekonomi Indonesia. Untuk itu dibutuhkan pasar alternatif baru perdagangan luar negeri Indonesia.

    Komitmen pemerintah yang perlu didukung adalah: Revitalisasi pertumbuhan ekspor produk utama Indonesia. Perundingan penghapusan proteksi produk ekspor Indonesia di

    pasar ekspor sampai tahun 2014. Dari 2006 sampai 2009, pemerintah menerapkan strategi standstill

    plus. Tidak membuat komitmen perdagangan baru di luar yang telah ada (APEC, AFTA, WTO) sampai tahun 2009.

    Dari 2010 sampai 2019, pemerintah secara bertahap bisa mengurangi proteksinya untuk memenuhi komitmen AFTA dan APEC yang sudah ada.

    Pemerintah perlu terus melakukan strategi perdagangan komprehensif yang dapat: Memberi peluang untuk pengembangan industri. Memperbaiki akses Indonesia di pasar utama dunia. Mendukung perdagangan internal dengan menghilangkan kendala

    (bottleneck) infrastruktur dan hambatan regional dalam perdagangan internal dan antardaerah.

    Menggalakkan dan mendiversifikasi produksi dan basis ekspor Indonesia ke wilayah tujuan ekspor yang baru.

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    26

    Memperbaiki formulasi dan koordinasi kebijakan perdagangan. Mendukung kebijakan perdagangan, industri, dan pertanian yang

    akan disatukan agar tercipta industri-industri berdaya saing.

    Ekspor Indonesia semakin meningkat dan menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi disamping konsumsi, karena komponen lain seperti investasi belum bisa diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Dengan ekspor, jaringan bisnis global akan terbangun dan kita selalu mengikuti perkembangan produk dan industri di pasar internasional. Kegiatan ekspor mendukung program nasional dalam memperoleh pendapatan devisa dalam US Dollar.

    Kunci sukses pemasaran ekspor meliputi: konsistensi kualitas produk, ketepatan waktu supply, pelayanan, dan pemenuhan komitmen bisnis. Pemasaran ekspor menghadapi tantangan di antaranya: persaingan pasar dunia, adanya era perdagangan bebas, pelayanan terhadap permintaan pasar yang sangat beragam, tahan terhadap perubahan seperti kenaikan harga energi, dan perlunya peningkatan daya saing.

    Beberapa upaya perbaikan iklim perdagangan tercermin dalam RPJMN 2005 - 2009 meliputi:1. Pengurangan biaya transaksi dan ekonomi biaya tinggi dengan

    penuntasan deregulasi, birokrasi, dan prosedur perijinan.2. Menjamin kepastian usaha & peningkatan penegakan hukum

    dengan tujuan mengurangi konflik antar pengusaha dan per-lindungan utama terhadap konsumen.

    3. Memperbaiki kebijakan Investasi melalui rumusan pengembangan kebijakan investasi ke depan.

    4. Harmonisasi peraturan perundangan antara Pusat dan Daerah.5. Peningkatan akses, perluasan pasar ekspor, dan penguatan kinerja

    eksportir atau calon eksportir. 6. Menciptakan iklim bagi kelancaran koleksi dan distribusi barang

    dan jasa perdagangan untuk mewujudkan perdagangan domestik yang kuat.

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    27

    Ada beberapa langkah pemerintah di bidang perdagangan antara lain: Program Pemerintah mengenai harmonisasi tarif jangka menengah

    pada bulan Februari 2006 menuju kepada tingkat tarif rendah dan standar, mengkhususkan pada kerangka penurunan tarif periode 2005-2010.

    Beberapa langkah non-tarif untuk kelompok produk pertanian. Upaya perbaikan fasilitasi perdagangan. National and ASEAN Single Window (satu jendela layanan pengurusan

    dokumen ekspor dan impor). Penyempurnaan seluruh peraturan dengan melakukan upaya

    standarisasi proses dokumentasi/bisnis menuju satu sistem. Prosedur ke-pelabuhanan harus terintegrasi dengan prosedur

    pengurusan perdagangan. Terwujudnya penggunaan sistim dokumen on line dan elektronik.

    Prospek dan tantangan pengembangan ekspor dapat dilihat dari: Melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia mengakibatkan

    menurunnya permintaan. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia seperti Cina, India,

    Korea dan Timur Tengah masih cukup tinggi, namun terkena pula imbas penurunan ekonomi dunia.

    Indonesia dapat memanfaatkan peluang dengan mengalihkan pasar ekspor ke pasar Asia.

    Harga komoditi seperti batubara, CPO, tembaga dan karet terus berfluktuasi.

    Saran dan masukan dari dunia usaha di antaranya: Mempercepat pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan

    internasional dan jalan raya (tol). Pemberian fasilitas kredit. Peningkatan promosi pada pasar (negara) lain. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan mengenai standar

    produk kepada eksportir Mengurangi pungutan liar.

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    28

    B. PromosiEksporDalam era perdagangan bebas dengan persaingan yang sangat ketat, peran promosi menjadi sangat penting. Setiap industri dapat melakukan promosi, baik melalui promosi langsung dalam iklan, pameran industri maupun melalui pemberian informasi. Biasanya hanya industri besar yang dapat melakukan promosi produk karena biaya promosi yang sangat tinggi di luar negeri. Oleh karena itu peran pemerintah akan selalu membantu pelaksanaan promosi dengan mengikutsertakan partisipasi industri. Dengan banyaknya saingan, promosi adalah sarana untuk mengenalkan produk sehingga terjadi penciptaan pasar.

    Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) sebagai institusi pemerintah dapat memberi fasilitas dan mendukung peningkatan ekspor nasional. Salah satunya adalah dengan penciptaan citra negara dan produk nasional di luar negeri. Institusi tersebut harus juga memfasilitasi transportasi produk nasional ke pasar di luar negeri. Penciptaan budaya ekspor juga harus mendapat perhatian lembaga ini. Lembaga ini juga memonitor aktivitas perdagangan luar negeri nasional. Dalam rangka promosi, harus dipelajari karakteristik masyarakat yang berpotensi menjadi pembeli. Karakteristik meliputi pola konsumsi, daya beli dan bahasa untuk berkomunikasi dengan konsumen. Hal ini perlu dipelajari oleh masing-masing industri dan institusi pemerintah yang menangani promosi perdagangan luar negeri.

    Sedangkan untuk sumber daya manusia, semua staf yang menangani ekspor di luar negeri, khususnya yang ditempatkan di kantor-kantor kedubes RI di luar negeri telah dibekali dengan keahlian bahasa lokal dimana mereka di tempatkan dan telah mendapatkan pembekalan pengetahuan bisnis yang cukup untuk menjual produk-produk Indonesia di luar negeri. Dari pengalaman, peningkatan sumber daya manusia tetap harus dipertahankan karena masih jauh dari harapan dan masih di bawah standar SDM negara lain.

    Promosi untuk mendukung ekspor Indonesia perlu disenergikan dengan usaha-usaha berikut:

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    29

    Pasar lndonesia harus kita jaga sendiri. Masuknya produk-produk luar negeri harus diwaspadai. Pemerintahan selalu melibatkan Kadin dalam peningkatan ekspor. Kinerja produk unggulan di monitor secara terus menerus dan

    ketat. Harus terus dilakukan prospek pasar alternatif baru dalam rangka

    pemasaran produk Indonesia Intelijen pasar terus ditingkatkan dalam mengantisipasi hal-hal

    yang tidak diinginkan seperti misalnya perdagangan tidak adil. Hak-hak pengusaha Indonesia di WTO hendaknya dapat dilindungi

    dari perdagangan tidak adil (seperti praktek-praktek dumping). Kedutaan besar di luar negeri menyediakan daftar kebutuhan

    barang/jasa dari negara setempat.

    Promosi industri dan ekspor di dalam dan di luar negeri perlu melibatkan lebih banyak industri dan pengusaha. Promosi luar negeri pemerintah meliputi kegiatan berupa: partisipasi pada pameran dagang luar negeri, pengiriman misi dagang, Indonesian Week di departement store luar negeri, pameran dalam rangka kunjungan Presiden ke luar negeri, dan dukungan terhadap Usaha Kecil dan Menengah.

    Promosi dalam negeri pemerintah meliputi kegiatan berupa: Trade Expo Indonesia, partisipasi pada Pameran Produk Ekspor Daerah dan pameran instansi terkait, pameran yang dilaksanakan Asosiasi, penerimaan misi dagang, Permanent Trade Display, Buyer Reception Desk (BRD), dan pelayanan permintaan hubungan dagang (Inquiry).

    International Trade Promotion Center (ITPC) dapat digunakan lebih efisien dengan melibatkan industri/pengusaha baik di ITPC yang telah ada di beberapa kota di dunia, yaitu: Osaka, Los Angeles, Dubai, Budapest, Johannesburg, Sao Paulo, Hamburg, Milan, Sydney, maupun di ITPC yang direncanakan dikembangkan pada tahun 2008 berada di: Shanghai, New York, Pusan, Mumbai, Marseille, Rotterdam, Santiago, Montreal, Mexico City, Jeddah dan Lagos

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    30

    C. ImporKegiatan impor harus tetap membantu daya saing dan akses pengusaha Indonesia dalam perdagangan bebas dunia. Di samping itu harus juga tetap menimbulkan regional spillover bagi pembangunan kawasan dan daerah. Usaha yang paling penting adalah mengurangi kandungan impor komoditi ekspor dan industri dalam negeri. Kegiatan impor harus juga dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

    Secara mikro kegiatan impor harus tetap memerhatikan kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan hidup, dan moral bangsa dengan tetap melindungi industri dalam negeri dan konsumen. Komitmen Indonesia sebagai anggota WTO harus tetap dipertahankan seiring dengan komitmen Indonesia terhadap konvensi lain yang diikuti, di antaranya: Konvensi tentang senjata kimia Konvensi Wina dan Protokol Montreal terkait pengawasan BPO Konvensi Basel terkait pengawasan limbah

    Beberapa ketentuan wajib dalam pelaksanaan impor yang harus tetap menjadi perhatian di antaranya:

    AngkaPengenalImportir(API) Pelaku usaha wajib memiliki API dalam melakukan importasi

    barang. NomorPengenalImportirKhusus(NPIK) Komoditi yang dikenakan wajib NPIK yaitu: Beras, gula, alas kaki,

    mainan anak TPT, barang elektronik, kedelai, dan jagung.

    Diharapkan adanya dukungan pemerintah dalam menyelesaikan agenda-agenda impor yang telah diusulkan sebelumnya. Agenda yang perlu terus diperhatikan adalah mengingkutsertakan para Usaha Kecil dan Menengah pada kegiatan impor dalam suasana perdagangan bebas.

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    31

    Pada tahun 1985 sampai dengan 1997 seluruh barang impor diperiksa oleh surveyor di pelabuhan muat sebelum dikapalkan (Pre Shipment Inspection). Pemeriksaan oleh Surveyor meliputi pemeriksaan: Nama atau Jenis barang, No Pos Tarip, Harga, Tarip Tambang, Volume, Bea Masuk, dan Pungutan Impor. Selama berlakunya Pre Shipment Inspection (PSI) kendala-kendala menjadi jauh berkurang. Pada periode tersebut tidak terjadi masuknya bahan peledak yang digunakan untuk pengeboman, senjata api, narkoba, dan unggas yang diduga mengandung virus flu burung.

    Dengan berlakunya Undang-undang No. 10/1995 tentang Kepabeanan, pada tahun 1997 Ditjen Bea Cukai melakukan pemeriksaan barang impor setelah tiba di pelabuhan tujuan dengan menggunakan sistem EDI yang mengatur pengeluaran barang impor melalui jalur hijau dan jalur merah. Pada jalur hijau tidak dilakukan pemeriksaan fisik, sedangkan yang melalui jalur merah dilakukan pemeriksaan fisik. Sistem ini mengandung kelemahan, karena tidak semua barang impor yang melalui jalur hijau dijamin kebenarannya sesuai dengan dokumen barang impor.

    Dengan jalur hijau yang tidak melalui pemeriksaan fisik, memungkinkan importir memasukan barang-barang seperti: Pakan ternak dari tepung tulang dan daging (MBM) yang diduga

    mengandung bibit penyakit sapi gila yang mengancam usaha unggas dan peternakan.

    Bahan-bahan kimia yang dapat disalah gunakan sebagai bahan peledak dan bom yang mengancam dan membahayakan keamanan.

    Daging ayam dan paha ayam beku yang mengandung penyakit serta jenis unggas, termasuk burung unta yang diduga mengandung virus flu burung.

    Bahan baku ekstasi yang dapat diproduksi menjadi narkoba secara ilegal.

    Penyelundupan senjata, mobil mewah dan tesktil.

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    32

    Hasil penelitian mengenai tidak diberlakukannya PSI menunjukkan bahwa sistem yang diberlakukan sekarang ini sangat beresiko tinggi terhadap perkembangan perekonomian Indonesia dan juga sangat rawan terhadap berbagai kemungkinan gangguan sektor keamanan seperti penyelundupan narkoba dan senjata. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) responden dari importir dan pelaku usaha di Indonesia menginginkan diberlakukan kembali PSI.

    Dengan memerhatikan berbagai kelemahan sistem pengawasan barang impor saat ini perlu dikaji kembali penerapan sistem Pre Shipment Inspection (PSI) karena memiliki keuntungan sebagai berikut:1. PSI akan menjamin kebenaran asal-usul barang 2. PSI bisa mengamankan penerimaan negara dari bea masuk dan

    pungutan-pungutan Impor.3. Mencegah terjadinya praktek under invoicing.4. PSI mampu menangkal penyelundupan.

    Berlakunya PSI tidak berarti menghapus kewenangan Ditjen Bea Cukai dalam melakukan pengawasan terhadap barang impor, karena untuk mencegah penyelundupan terhadap barang impor yang telah diperiksa di negara asal, aparat bea cukai dapat saja melakukan pemeriksaan ulang terhadap barang impor tersebut.

    DampakLiberalisasidanFree Trade Agreement terhadapImporDalam rangka liberalisasi perdagangan internasional, Indonesia berusaha ikut serta menciptakan sistem perdagangan Internasional yang terbuka, adil dan bebas dari hambatan tarif maupun non-tarif. Secara bertahap Indonesia telah mengurangi hambatan tarif berupa pengurangan maupun penghapusan bea masuk atas beberapa produk impor, di samping mengurangi hambatan non-tarif dengan menghapus dan mengurangi pengaturan tata niaga impor atas beberapa produk impor lainnya.

    Beberapa komoditi impor yang semula diatur tata niaganya, sekarang

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    33

    sudah dibebaskan dan dapat dilakukan oleh importir umum pemilik API (misalnya: bahan baku susu, bawang putih, bungkil kedelai, dan gandum). Sementara bea masuk untuk komoditi impor banyak mengalami penurunan, kecuali antara lain: perangkat makan dan perangkat dapur dari keramik.

    Tabel8REALISASIIMPORTH.20052007*

    (dalamJutaUS$)

    NO TAHUN MIGASNON-MIGAS

    TOTALIMPOR

    1 2005 17.457,7 40.243,2 57.700,9

    2 2006 18.975,1 42.103,0 61.078,3

    3 2007* 19.467,0 48.101,4 67.568,4

    *Sumber : BPS (diolah)

    Perkembangan impor selama periode 2005 - 2007 menunjukkan impor Non-Migas selalu lebih besar dari pada impor Migas. Total nilai impor pada tahun 2006 yang tercatat sebesar US $ 61,07 milyar, menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2005. Demikian juga impor non-migas pada tahun 2006 yang mencapai US $ 42,10 milyar menunjukan peningkatan sebesar 4,62 % dibandingkan dengan tahun 2005 (lihat tabel 8). Sampai November 2007 realisasi impor non-migas mencapai US $ 48,10 milyar atau meningkat 24,93 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006. Selama tahun 2005 2006 peran impor bahan baku rata-rata mencapai 77,42 %, barang modal 14,61 % dan barang konsumsi 7,96%. Selama tahun 2005 2006, peran impor bahan baku rata-rata mencapai 77,42 %, barang modal 14,61 % dan barang konsumsi 7,96%.

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    34

    Tabel9NilaiImporMenurutKelompokBarang

    (RibuanUS$)

    Sumber: Bank Indonesia (2008)

    ,

    ,

    ,

    ,

    mulia

    ,

    ,

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    35

    Pada Januari November 2007 peran impor bahan baku mencapai 76,03 %, barang modal 14,94 % dan barang konsumsi 8,99 %. Besarnya impor bahan baku selama periode 2005 2007 menunjukan ketergantungan Industri dalam Negeri pada bahan baku dari luar negeri. Impor Indonesia dalam Tabel9 terus meningkat dari US$ 58 milyar di tahun 2005 menjadi US$ 72 milyar di tahun 2007. Menurut kelompok barang, impor yang dominan adalah impor mesin dan pesawat mekanik, perlengkapan elektronik dan bagiannya mencapai lebih dari US$ 20 milyar. Angka ini melebihi nilai impor migas. Dominasi impor diikuti oleh kelompok barang produk kimia dan kelompok barang kendaraan, pesawat terbang, dan perlengkapannya. Dari kelompok barang, Indonesia secara teknologi sangat tergantung kepada teknologi luar negeri.

    Peningkatan impor pada tahun 2007 disebabkan oleh peningkatan berbagai komoditi seperti sereal sebesar 674, 44%, pesawat udara dan bagiannya sebesar 377,02 %, barang besi dan baja sebesar 120,23%, industri makanan sebesar 82,09%, serta besi dan baja sebesar 35,46%. Peningkatan nilai impor disebabkan terutama karena peningkatan harga. Beberapa komoditi yang turun volumenya adalah mesin dan pesawat mekanik sebesar 75,64%, mesin dan peralatan listrik sebesar 63,08%, bahan kimia organik sebesar 36,17%, serta plastik dan barang plastik sebesar 26,17%. Selanjutnya dijelaskan hal-hal yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang dihadapi kegiatan impor. Dari hasil survey, disimpulkan di antaranya: Masalah Grease Money yang semakin marak di mana-mana

    (mencapai Rp 3 Triliun/tahun) Infrastruktur yang belum mendukung kepentingan ekonomi (jalan

    darat dan pelabuhan laut/udara yang belum memadai). Diusulkan adanya jalan darat khusus ekonomi untuk trailer dan peti kemas.

    Penegakkan hukum yang belum memadai (penyelundupan dan pungutan-pungutan liar)

    Kurangnya tenaga trampil

    t

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    36

    Perizinan tumpang tindih (beberapa ijin untuk satu tujuan atau maksud)

    Tingginya pajak seperti PPH.

    Beberapa usulan di antaranya: 1. Pihak pengusaha tetap pada pendapatnya mengusulkan kembali

    diberlakukannya PSI tanpa mengabaikan peran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

    2. Tantangan Indonesia dalam hal investasi adalah bagaimana pihak investor mendapatkan pelayanan yang baik khususnya perizinan yang mudah, cepat, dan dengan biaya yang relatif murah.

    3. Sudah adanya gejala de-industrialisasi di Indonesia. Hal ini harus cepat dibenahi dan diatasi, mengingat industri manufaktur menyumbang peran besar pada APBN.

    4. Dunia usaha perlu memiliki potret, peta, dan potensi yang terkini dari masing-masing komoditi mulai dari sektor pertanian, agribisnis, kelautan, industri pengolahan, dan lain-lain, guna memudahkan dunia usaha dalam pembuatan perencanaan dan program aksinya kedepan.

    IsuStrategisBerbagai isu strategis dalam perdagangan luar negeri Indonesia terutama ekspor, terletak pada ketidakmampuan pelaku usaha nasional bersaing dengan pelaku usaha luar negeri, baik dari aspek kualitas komoditi maupun manajemen ekspor. Kemampuan permodalan dan teknologi untuk melaksanakan ekspor juga banyak dikalahkan dari pesaing luar negeri. Banyak barang Indonesia mendapat akses ke luar negeri dengan diakui sebagai komoditi dari negara lain.

    Selain itu ada beberapa isu strategis yang muncul dari tantangan eksternal di antaranya:

    Fluktuasi pertumbuhan permintaan dunia Peningkatan harga bahan bakar Risiko penurunan harga komoditi primer

  • B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    37

    Persaingan global yang semakin tajam, terutama dengan China dan Vietnam

    Hambatan non tarif (standar/SPS) semakin meningkat

    Isu strategis dari tantangan internal antara lain: Infrastruktur (jalan, logistik) Tenaga kerja Masalah penyelundupan Belum berkembangnya industri pendukung yang kompetitif Masih rendahnya nilai tambah dan mutu produk berbasis SDA Kurang apresiasi Masih terpengaruhi citra negatif produk dan negara

    Selain itu, perlu adanya keberpihakan negara terhadap pengembangan ekspor. Keberpihakan di sini memiliki pengertian bahwa regulasi harus melindungi pengusaha ekspor Indonesia, yang dikembangkan dengan prinsip perdagangan bebas dan tidak melanggar aturan dan konvensi yang ada. Pengembangan ekspor didukung secara nasional baik dari segi pengembangan komoditi maupun akses pasar di luar negeri agar keberlangsungan usaha mendapatkan dukungan yang kuat untuk bersaing dengan kompetisi yang kuat di luar negeri. Ekspor barang mentah perlu diganti dengan komoditi yang mendapat nilai tambah dibandingkan dengan hanya ekspor barang mentah.

    Selain itu, perlu adanya kebijakan negara terhadap pengembangan impor. Kebijakan di sini memiliki pengertian bahwa kebijakan impor itu harus melindungi industri Indonesia sehingga dapat bersaing dengan produk impor. Kebijakan dikembangkan dengan prinsip perdagangan bebas dan tidak melanggar aturan dan konvensi yang ada. Pengembangan kebijakan harus didukung secara nasional baik dari segi komoditi maupun ketidakadaan komoditi di dalam negeri sehingga keberlangsungan impor perlu dijaga agar tidak berpengaruh pada neraca pembayaran luar negeri. Pemerintah perlu mendorong produksi dalam negeri yang berkualitas dan kompetitif dengan komoditi luar negeri.

  • BAB II PERDAGANGAN LUAR NEGERI

    B U T I R - B U T I R P E M I K I R A N P E R D A G A N G A N I N D O N E S I A 2 0 0 9 2 0 1 4

    38

    D. RekomendasitentangPerdaganganLuarNegeri

    Dalam pengelolaan kebijakan dan strategi perdagangan luar negeri,

    direkomendasikan beberapa butir pemikiran sebagai berikut :

    1. Membukaaksespasarriil Pengelolaan kebijakan perdagangan luar negeri perlu lebih

    menekankan pada pembukaan akses pasar yang memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh produsen eksportir Indonesia.

    2. Meningkatkanpromosiekspor Promosi ekspor perlu di dorong berkelanjutan dan sinerginya

    dengan potensi produksi dalam negeri, terutama yang terkait dengan ekspor dari usaha kecil dan menengah.

    3. Meningkatkandayasaing Peningkatan daya saing menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan

    ekspor Indonesia, karenanya perlu di programkan upaya peningkatannya.

    4. MengembangkanUKM Usaha Kecil dan Menengah perlu difasilitasi untuk dapat

    melakukan kegiatan perdagangan internasional dalam rangka mengembangkan usahanya.

    5. Memerhatikanproduksidalamnegri Pengelolaan kebijakan impor perlu mengedepankan keberpihakan

    pada kepentingan nasional, khususnya keberlanjutan produksi di dalam negeri.