buku juknis_dak_2010.pdf

108

Click here to load reader

Upload: inspektura

Post on 01-Oct-2015

163 views

Category:

Documents


36 download

TRANSCRIPT

  • i

    KATA PENGANTAR

    Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi.

    DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2010 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2010.

    RKP Tahun 2010 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden RI Nomor 21 Tahun 2009, merupakan acuan bagi kementerian, lembaga Pemerintah-Non Departemen dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan.

    Pelaksanaan rencana tindak yang tertuang dalam RKP Tahun 2010, wajib mengikuti prinsip-prinsip pengarusutamaan: (1) partisipasi masyarakat; (2) pembangunan berkelanjutan; (3) gender; (4) tata pengelolaan yang baik; (5) kesenjangan antarwilayah dan percepatan pembanguan daerah tertinggal; (6) desentralisasi dan otonomi daerah; (7) padat karya; dan pembangunan yang berdimensi kepulauan. Disamping pengarusutamaan, pelaksanaan RKP Tahun 2010 setiap Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah wajib berperanserta untuk menyelesaikan isu-isu lintas sektoral sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan, yang meliputi isu lintas sektoral perlindungan anak, penanggulangan HIV dan AIDS serta perbaikan gizi.

    Pembangunan Kesehatan di dalam RKP Tahun 2010, termasuk dalam Prioritas 2 yakni Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, dengan fokus: (1) peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan; (2) percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit; (3) peningkatan ketersediaan obat dan tenaga kesehatan; (4) peningkatan jaminan pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan.

    Harapan Saya selaku Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatu II, DAK Bidang Kesehatan dapat memberikan daya ungkit yang nyata terhadap prioritas dan fokus pemerintah dalam pembangunan di bidang kesehatan.

    Kewajiban bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam pembangunan kesehatan yakni menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas, salah satunya melalui pembiayaan yang bersumber dari DAK Bidang Kesehatan.

    DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010, diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk peningkatan pelayanan kesehatan dasar, yakni untuk kegiatan: (1) Pembangunan Puskesmas; (2) Pembangunan Puskesmas Perawatan; (3) Pembangunan Pos Kesehatan Desa; (4) Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan; (5) Pengadaan Kendaraan R-2 untuk Bidan Desa; (6) Pengadaan Obat generik dalam rangka memenuhi kebutuhan obat generik pada pelayanan kesehatan dasar.

  • ii

    Khusus untuk Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran kabupaten/kota akhir tahun 2008 dan tahun 2009, dapat dimanfaatkan untuk pembangunan baru/pengadaan sarana instalasi farmasi di kabupaten/kota, pengadaan alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta rehabilitasi puskesmas dan jaringannya.

    Sedangkan untuk peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota antara lain: (1) Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; (2) Pemenuhan Peralatan Unit Transfusi Darah RS (UTD RS) dan Bank Darah RS (BDRS); (3) Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat RS (IGD RS); (4) Peningkatan Sarana Prasarana dan Pengadaan Peralatan Kesehatan Untuk Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di RS; dan (5) Pengadaan peralatan pemeriksaan Kultur M. tuberculosis di BLK provinsi.

    Buku petunjuk teknis penggunaan DAK Bidang kesehatan ini, akan menguraikan secara teknis pemanfaatan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010.

    Diharapkan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 ini, dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah guna terselenggaranya pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan dengan baik sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan hidayah serta memberikan petunjuk dan kekuatan bagi kita dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Indonesia yang kita cintai.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 vi

    DAFTAR ISI

    Halaman KATA PENGANTAR ........ i DAFTAR ISI Vi DAFTAR SINGKATAN . Viii BAB I PENDAHULUAN .. 1

    A. LATAR BELAKANG .......... 1 B. TUJUAN .. 4 1. UMUM . 2. KHUSUS.. C. RUANG LINGKUP............ 4 D. PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN................................. 5 1. PENGALOKASIAN . 2. PENYALURAN . BAB II KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN 6 A. KEBIJAKAN PENGGUNAAN . 6 1. KEBIJAKAN UMUM .. 6 2. KEBIJAKAN KHUSUS .. 7 B. TARGET CAPAIAN SASARAN TAHUN 2010 8 BAB III PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS . 9 A. PERENCANAAN 9 B. PELAKSANAAN TEKNIS . 9 1. PELAKSANAAN ............. 9 2. REVISI DAK 9 BAB IV MENU DAK BIDANG KESEHATAN TA 2010....... 10 A. PELAYANAN KESEHATAN PRIMER 10 1. POS KESEHATAN DESA . 10 2. PUSKESMAS.... 12 3. PUSKESMAS PERAWATAN .. 15 4. PUSKESMAS KELILING... 19 5. KENDARAAN OPERASIONAL R-2 BIDAN DESA.................... 20 6. PEMBANGUNAN BARU INSTALASI FARMASI DAN

    PENGADAAN SARANA PENDUKUNG INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA

    21

    7. PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN. 23 B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN. 1. PENINGKATAN FASILITAS TEMPAT TIDUR KELAS III

    RUMAH SAKIT............................ 25

    2. PEMENUHAN PERALATAN UNIT TRANSFUSI DARAH RUMAH SAKIT DAN BANK DARAH RUMAH SAKIT .

    27

    3. PENINGKATAN FASILITAS INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DALAM MENDUKUNG SAFE

    COMMUNITY

    31

    4. PENINGKATAN SARANA PRASARANA DAN PENGADAAN PERALATAN KESEHATAN UNTUK PROGRAM PONEK DI RUMAH SAKIT .............................................

    37

    5. PENGADAAN PERALATAN PEMERIKSAAN KULTUR MYCO-BACTERIUM TUBERCULOSIS DI BALAI LABORATORIUM KESEHATAN...................................................

    43

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 vii

    Halaman

    BAB V PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN .. 45 A. PEMANTAUAN DAN EVALUASI . 45 B. PELAPORAN. 46 1. JENIS PELAPORAN .. 46 2. ALUR PELAPORAN 46

    BAB VI PENUTUP .... 52

    LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................

    LAMPIRAN 1 DEFINISI OPERASIONAL LAMPIRAN 2 STANDAR PERALATAN DAN LOGISTIK POS KESEHATAN DESA

    (POSKESDES)

    LAMPIRAN 3 DAFTAR NAMA PULAU-PULAU TERLUAR BERPENDUDUK RI

    YANG BERBATASAN DENGAN NEGARA TETANGGA

    LAMPIRAN 4 DAFTAR 101 PUSKESMAS PRIORITAS PROGRAM YANKES DTPK

    LAMPIRAN 5 DATA 183 KABUPATEN TERTINGGAL DAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR

    LAMPIRAN 6 RUANG KONSULTASI GIZI LAMPIRAN 7 DENAH DAPUR GIZI

    LAMPIRAN 8 PERALATAN PUSKESMAS DENGAN RAWAT INAP SET

    PERALATAN PONED

    LAMPIRAN 9 STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT

    LAMPIRAN 10 MEKANISME PENGAJUAN REVISI DAK BIDANG KESEHATAN 2010 UNTUK PROPINSI/KABUPATEN/KOTA YANG TERKENA

    BENCANA

    LAMPIRAN 11 ALOKASI DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2010 SUB BIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR

    LAMPIRAN 12 ALOKASI DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2010 SUB BIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN PROVINSI

    LAMPIRAN 13 ALOKASI DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2010 SUB BIDANG PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN KABUPATEN KOTA

    LAMPIRAN 14 DATA KABUPATEN/KOTA YANG MEMEPEROLEH ALOKASI PEMBANGUNAN BARU INSTALASI FARMASI DAN PENGADAAN

    SARANA PENDUKUNG INSTALASI FARMASI

    LAMPIRAN 15 BAGIAN YANG DAPAT DIHUBUNGI UNTUK KONSULTASI

    JUKNIS DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN 2010

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 viii

    DAFTAR SINGKATAN 1. ASDP : Angkutan Sungai, Danau dan Perairan

    2. BDRS : Bank Darah Rumah Sakit

    3. BLK : Balai Laboratorium Kesehatan

    4. BOR : Bed Occupancy Rate

    5. CPAP : Continuous Positive Airway Pressure

    6. Datas : Daerah Perbatasan

    7. Dacil : Daerah Terpencil

    8. DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse

    9. DTPK : Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan

    10. HCU : High Care Unit

    11. ICU : Intensive Care Unit

    12. IFW : Indeks Fiskal Wilayah

    13. IGD : Instalasi Gawat Darurat

    14. IMLTD : Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah

    15. IT : Indeks Teknis

    16. KB : Keluarga Berencana

    17. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

    18. Polindes : Pondok Bersalin Desa

    19. UKBM : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

    20. PMI : Palang Merah Indonesia

    21. Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

    22. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

    23. PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar

    24. PONEK : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif

    25. Pusling : Puskesmas Keliling

    26. Pustu : Puskesmas Pembantu

    27. RS : Rumah Sakit

    28. SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

    29. SPGDT : Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu

    30. UTD RS : Unit Transfusi Darah Rumah Sakit

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan laki laki (responsif gender).

    Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Di dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

    Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

    Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat target yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu target 4 (menurunkan angka kematian anak), target 5 (meningkatkan kesehatan ibu) dan target 6 (memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya), serta 2 target lainnya yang tidak terkait langsung yaitu target 1 (memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem) dan target 3 (mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan). Departemen Kesehatan telah menyusun strategi untuk pencapaian target-target tersebut.

    Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, perlu adanya pembiayaan kesehatan, yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 2

    Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Pada Pasal 171 dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji, besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal sebesar 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.

    Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

    Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), pemerintah pusat memberikan anggaran pada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan prioritas nasional.

    DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2010 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2010.

    RKP Tahun 2010 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden RI Nomor 21 Tahun 2009, merupakan acuan bagi kementerian, lembaga Pemerintah-Non Departemen dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan.

    Pelaksanaan rencana tindak yang tertuang dalam RKP Tahun 2010, wajib mengikuti prinsip-prinsip pengarusutamaan: (1) partisipasi masyarakat; (2) pembangunan berkelanjutan; (3) gender; (4) tata pengelolaan yang baik; (5) kesenjangan antarwilayah dan percepatan pembangunan daerah tertinggal; (6) desentralisasi dan otonomi daerah; (7) padat karya; dan pembangunan yang berdimensi kepulauan. Disamping pengarusutamaan, pelaksanaan RKP Tahun 2010 setiap Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib berperanserta untuk menyelesaikan isu-isu lintas sektoral sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan, yang meliputi isu lintas sektoral seperti perlindungan anak, penanggulangan HIV dan AIDS serta perbaikan gizi.

    Pembangunan Kesehatan di dalam RKP Tahun 2010, termasuk dalam Prioritas 2 yakni Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, dengan fokus: (1) peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan; (2) percepatan penurunan angka kematian ibu dan anak, perbaikan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit; (3) peningkatan ketersediaan obat dan tenaga kesehatan; (4) peningkatan jaminan pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 3

    DAK Bidang Kesehatan tahun 2010 difokuskan pada pelayanan kesehatan primer (Puskesmas dan jaringannya) khususnya pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Disamping itu digunakan untuk pelayanan kesehatan rujukan (RS Provinsi/Kabupaten/Kota dan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi), pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota dan Instalasi Farmasi terutama untuk Kabupaten/Kota pemekaran.

    Pada pelaksanaannya tahun 2010 ini, DAK pelayanan kesehatan primer diprioritaskan untuk Pembangunan Puskesmas, Pembangunan Puskesmas Perawatan, Pembangunan Pos Kesehatan Desa, Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan, Pengadaan Kendaraan R-2 untuk Bidan Desa, Pembangunan baru/pengadaan sarana instalasi farmasi di Kabupaten/Kota pemekaran baru.

    Pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota antara lain: (1) Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; (2) Pemenuhan peralatan Unit Transfusi Darah RS (UTD RS) dan Bank Darah RS (BDRS); (3) Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat RS (IGD RS); (4) Peningkatan Sarana Prasarana dan Pengadaan Peralatan Kesehatan Untuk Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di RS; dan (5) Pengadaan peralatan pemeriksaan Kultur M. tuberculosis di BLK provinsi.

    Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 digunakan juga untuk pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada pelayanan kesehatan primer di Kabupaten/Kota.

    DAK Bidang kesehatan dapat juga digunakan untuk membangun fasilitas pelayanan kesehatan primer sebagai akibat dari pemekaran suatu daerah maupun untuk dapat mengatasi suatu permasalahan kesehatan, sebagai dampak perubahan lingkungan/pembangunan dan pertimbangan politik untuk keutuhan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    Buku Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 berisi penjelasan rinci pemanfaatan DAK, dilengkapi informasi dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di daerah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.07/2009 tentang Alokasi dan Pedoman Umum Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2010.

    Selanjutnya buku petunjuk teknis ini menjadi pedoman pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 4

    B. TUJUAN

    1. Umum

    Membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2010.

    2. Khusus

    Meningkatkan pemerataan, jangkauan dan mutu sarana pelayanan kesehatan primer, kesehatan rujukan dan pendukungnya di provinsi/kabupaten/kota

    C. RUANG LINGKUP

    DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 diarahkan untuk kegiatan :

    1. Pembangunan Puskesmas 2. Pembangunan Puskesmas Perawatan 3. Pembangunan Pos Kesehatan Desa 4. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan 5. Pengadaan Kendaraan R-2 untuk Bidan Desa 6. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan, dapat dimanfaatkan untuk

    peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota antara lain: (1) Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; (2) Pemenuhan Peralatan Unit Transfusi Darah RS (UTD RS) dan Bank Darah RS (BDRS); (3) Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat RS (IGD RS); (4) Peningkatan Sarana Prasarana dan Pengadaan Peralatan Kesehatan Untuk Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di RS; dan (5) Pengadaan peralatan pemeriksaan Kultur M. tuberculosis di BLK provinsi.

    7. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer

    Pengadaan peralatan kesehatan dasar dan rehabilitasi puskesmas yang telah ada, hanya diperkenankan untuk Daerah Otonomi Baru (DOB) akhir tahun 2008 dan tahun 2009 (12 kabupaten/kota) pemekaran baru.

    Pembangunan baru pada butir 1, 2 dan 3 tersebut satu paket termasuk penyediaan alat kesehatan dan non kesehatan serta rumah dinas petugas puskesmas (bila belum ada), sehiingga diharapkan pada tahun 2011 puskesmas tersebut sudah dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 5

    D. PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN

    1. Pengalokasian

    Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK

    Penentuan kelayakan daerah penerima DAK menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 50% dan IT (Indeks Teknis) dengan bobot 50%.

    b. Penentuan besaran alokasi DAK masing masing daerah.

    1) Penentuan besaran alokasi daerah penerima DAK menggunakan IFW dengan bobot 20% dan IT dengan bobot 80%.

    2) IFW ditentukan berdasarkan Kriteria Umum dan Kriteria Khusus merupakan kewenangan dari Departemen Keuangan, sedangkan IT ditentukan berdasarkan data dan indeks teknis merupakan kewenangan dari Departemen Kesehatan.

    3) Usulan ruang lingkup kegiatan dan besaran alokasi DAK kemudian dibahas dan diputuskan bersama antara pemerintah dengan Panitia Kerja Belanja Transfer ke Daerah DPR RI.

    4) Kaidah-kaidah mengenai mekanisme pengalokasian DAK dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005.

    2. Penyaluran

    DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2010 disalurkan melalui mekanisme transfer yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan dan ketentuan peraturan yang berlaku lainnya.

    a. Penyediaan sarana prasarana pelayanan kesehatan primer dan pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan untuk kabupaten/kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    b. Penyediaan sarana prasarana dan peralatan kesehatan untuk pelayanan kesehatan rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus Provinsi/Kabupaten/Kota dan SKPD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 6

    BAB II

    KEBIJAKAN DAK BIDANG KESEHATAN TA 2010

    A. KEBIJAKAN PENGGUNAAN

    1. Kebijakan Umum

    a. DAK Bidang Kesehatan merupakan bantuan kepada daerah tertentu, untuk mendanai dukungan pelayanan kesehatan yang merupakan kewenangan dan tanggung jawab daerah ke arah peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.

    b. DAK Bidang Kesehatan membantu daerah untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan.

    c. DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 difokuskan pada pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan.

    1) Pelayanan kesehatan primer yang meliputi pembangunan puskesmas, pembangunan puskesmas perawatan, pembangunan pos kesehatan desa, pengadaan puskesmas keliling perairan, pengadaan kendaraan R-2 untuk Bidan Desa, Pembangunan baru/pengadaan sarana instalasi farmasi di Kabupaten/Kota pemekaran baru, serta pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada pelayanan kesehatan primer.

    2) Pelayanan kesehatan rujukan dalam rangka peningkatan fasilitas rumah sakit provinsi, kabupaten/kota antara lain: (1) Peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS; (2) Pemenuhan peralatan Unit Transfusi Darah RS (UTD RS) dan Bank Darah RS (BDRS); (3) Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat RS (IGD RS); (4) Peningkatan Sarana Prasarana dan Pengadaan Peralatan Kesehatan Untuk Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di RS; dan (5) Pengadaan peralatan pemeriksaan Kultur M. tuberculosis di BLK provinsi.

    d. Gubernur/Bupati/Walikota diberikan kewenangan mengusulkan kepada Menteri Kesehatan tentang perubahan pemanfaatan ruang lingkup kegiatan DAK Bidang Kesehatan sebagai akibat terjadinya bencana.

    e. Dalam pelaksanaan kegiatan, pemerintah daerah harus menyediakan pembiayaan yang bersumber dari daerah untuk dana pendamping, biaya operasional, biaya pemeliharaan/perawatan sarana dan peralatan kesehatan, ketersediaan tenaga pelaksana, serta aspek lainnya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Kesehatan.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 7

    f. Alokasi pagu anggaran DAK Bidang Kesehatan, terdiri dari anggaran untuk sarana dan prasarana pelayanan kesehatan primer termasuk Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta sarana pelayanan kesehatan rujukan di provinsi/kabupaten/ kota.

    g. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap anggaran sarana pelayanan kesehatan primer dan pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan serta Direktur RS Umum atau Khusus Provinsi/Kabupaten/Kota/ dan Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi bertanggung jawab terhadap anggaran untuk sarana pelayanan kesehatan rujukan.

    2. Kebijakan Khusus

    Penggunaan DAK Bidang Kesehatan diprioritaskan untuk :

    a. Mendukung pencapaian target MDGs no 1,3,4,5 dan 6 (memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS, TBC, malaria serta penyakit menular lainnya).

    b. Mendukung pelaksanaan program pengembangan Desa Siaga melalui pembangunan Poskesdes atau peningkatan Polindes menjadi Poskesdes.

    c. Mendukung peningkatan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan primer di Puskesmas dan jaringannya serta pembangunan baru/pengadaan sarana instalasi farmasi kabupaten/kota bagi DOB (12 kabupaten/ kota pemekaran baru) akhir tahun 2008 dan tahun 2009.

    d. Mengadakan Obat dan Perbekalan Kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada pelayanan kesehatan primer di kabupaten/kota.

    e. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan termasuk pulau-pulau kecil terluar atau daerah pemekaran.

    f. Mempercepat pelaksanaan rehabilitasi sarana pelayanan kesehatan primer akibat terjadinya suatu bencana.

    g. Meningkatkan fasilitas tempat tidur kelas III RS.;

    h. Meningkatkan fasilitas Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS guna mendukung safe community.

    i. Pemenuhan Peralatan Unit Transfusi Darah RS (UTD RS) dan Bank Darah RS

    j. Meningkatkan Sarana Prasarana dan Pengadaan Peralatan Kesehatan Untuk Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di RS

    k. Memerangi penyakit TBC melalui pengadaan peralatan pemeriksaan Kultur M. tuberculosis di BLK provinsi.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 8

    B. TARGET CAPAIAN SASARAN TAHUN 2010

    1. Tersedianya Poskesdes pada 70.000 Desa. 2. Tersedianya Puskesmas pada setiap Kecamatan. 3. Tersedianya Puskesmas pada setiap minimal 30.000 penduduk. 4. Tersedianya Puskesmas Perawatan Mampu PONED sebanyak 4 buah pada

    setiap Kabupaten/Kota. 5. Tersedianya kendaraan Roda 2 untuk bidan Poskesdes. 6. Tersedianya Dapur Gizi yang memenuhi syarat pada setiap pembangunan baru

    Puskesmas Perawatan. 7. Tersedianya Puskesmas Keliling Perairan untuk puskesmas di daerah kepulauan,

    aliran sungai, danau, rawa atau perairan yang pelayanannya perlu dijangkau dengan Puskesmas Keliling perairan.

    8. Tersedianya fasilitas tempat tidur kelas III di rumah sakit umum atau khusus provinsi/kabupaten/kota dalam rangka mendukung program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

    9. Tersedianya Peralatan Unit Transfusi Darah (UTDRS) dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) untuk setiap Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota.

    10. Tersedianya bangunan dan peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD-RS) untuk setiap Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota.

    11. Tersedianya fasilitas sarana, prasarana dan peralatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit provinsi/ kabupaten/kota.

    12. Tersedianya peralatan pemeriksaan kultur M. tuberculosis di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi.

    13. Tersedianya Obat dan Perbekalan Kesehatan di setiap sarana Pelayanan Kesehatan Dasar.

    14. Tersedianya alokasi anggaran obat di sarana pelayanan pemerintah (pusat dan daerah) Rp. 9.000,-/kapita/tahun.

    15. Tersedianya sarana instalasi farmasi di 31 kabupaten/kota dan sarana pendukung instalasi farmasi di 31 kabupaten/kota

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 9

    BAB III

    PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS

    DAK BIDANG KESEHATAN TA 2010

    A. PERENCANAAN

    Sesuai dengan UU No 32 tahun 2004 pasal 162, Pemerintah dan Pemerintah Daerah (provinsi/kabupaten/kota) harus saling berkoordinasi dalam penyusunan kegiatannya.

    Satuan kerja (satker) yang mendapatkan DAK Bidang Kesehatan dalam menyusun perencanaan kegiatan dan evaluasi RAPBD Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi.

    Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010.

    Salinan RKA yang telah disusun dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan pada Menteri Kesehatan up Sekretaris Jenderal dan tembusan disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik serta Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagai bahan untuk melakukan perencanaan, monitoring dan evaluasi.

    B. PELAKSANAAN TEKNIS

    1. Pelaksanaan

    Pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan 2010 harus mengacu pada Petujuk Teknis DAK Bidang Kesehatan 2010 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes).

    Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan 2010 yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan 2010 menjadi tanggung jawab Kepala Daerah dan SKPD yang bersangkutan.

    2. Revisi DAK

    Perubahan menu dan alokasi DAK antar subbidang (Bidang Pelayanan Kesehatan Primer, Obat dan Rujukan) dapat dilakukan apabila di daerah tersebut terjadi kondisi force major/bencana nasional (gempa bumi, tsunami, dll)

    Mekanisme pengajuan sebagaimana terlampir pada lampiran 10

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 10

    BAB IV

    MENU DAK BIDANG KESEHATAN TA 2010

    A. PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

    1. POS KESEHATAN DESA

    a. Pembangunan Baru

    Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan sekaligus mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat desa. Walaupun Poskesdes adalah UKBM tetapi karena kemampuan masyarakat sebagian besar terbatas, maka pemerintah membantu pembangunan fisik Poskesdes dan Poskesdes dibangun dengan mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut:

    1) Persyaratan Umum

    Pembangunan baru Poskesdes adalah pada setiap desa yang belum ada bangunan Poskesdes dengan persyaratan.

    a. Masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya. b. Tersedia tanah/lahan yang tidak bermasalah c. Lokasi Poskesdes :

    (1) Mempertimbangkan ketersediaan lahan yang berada di tengah pemukiman.

    (2) Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi). (3) Mempertimbangkan keamanan petugas kesehatan. (4) Mempertimbangkan jarak dari fasilitas pelayanan kesehatan

    yang ada.

    2) Persyaratan Teknis

    a. Luas bangunan: ( sesuai dengan pedoman Pusat Sarana ) (1) Luas ruangan/bangunan sesuai dengan kondisi tanah setempat

    dengan memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan kesetaraan gender lakilaki dan perempuan.

    (2) Jumlah ruangan dan sarana yang dibutuhkan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dilaksanakan.

    (3) Pembangunan baru Poskesdes dapat menggunakan bahan bangunan yang berasal dari daerah setempat.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 11

    b. Denah tata-ruang Rancangan tata-ruang/bangunan Poskesdes agar tetap

    memperhatikan fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan keadilan dan kesetaraaan gender.

    c. Peralatan kesehatan Kebutuhan jenis dan jumlah peralatan minimal Poskesdes mengacu

    pada lampiran 2. d. Acuan Poskesdes

    Kebutuhan jenis dan jumlah peralatan minimal Poskesdes mengacu pada buku Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2006.

    b. Pengalihan Polindes menjadi Poskesdes

    Pembangunan Poskesdes dapat berasal dari pengalihan bangunan Pondok Bersalin Desa (Polindes). Pembangunan fisik yang dilaksanakan terbatas pada penambahan bagian Polindes yang sudah ada.

    1. Persyaratan Umum

    Polindes yang sudah ada di desa ditingkatkan menjadi Poskesdes

    2. Persyaratan Teknis

    a) Luas lahan dan bangunan Penambahan ruangan tergantung jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan. Guna meningkatkan fungsi pelayanannya, luas lahan yang diperlukan untuk peningkatan Polindes menjadi Poskesdes, minimal dengan rincian kebutuhan tata ruangnya adalah sebagai berikut : (1) Ruang untuk fungsi pelayanan dan atau administrasi. (2) Ruang untuk tempat tinggal tenaga kesehatan.

    b) Penambahan ruangan pada Pengalihan Polindes menjadi Poskesdes dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat.

    c) Denah tata-ruang

    Rancangan tata-ruang/bangunan Poskesdes agar tetap memperhatikan fungsinya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan keadilan dan kesetaraaan gender.

    c. Peralatan kesehatan

    Kebutuhan jenis dan jumlah peralatan minimal Poskesdes mengacu pada lampiran 2.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 12

    d. Acuan Poskesdes

    Kebutuhan jenis dan jumlah peralatan minimal Poskesdes mengacu pada buku Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2006.

    2. PUSKESMAS

    a. Pembangunan Baru

    Pembangunan Puskesmas dapat dari baru atau peningkatan puskesmas pembantu. Pembangunan Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Pembangunan baru Puskesmas tersebut satu paket termasuk penyediaan alat kesehatan dan non kesehatan serta rumah dinas petugas Puskesmas (bila belum ada).

    1) Persyaratan Umum

    a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada : (1) Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan. (2) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas. (3) Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000

    penduduk per kecamatan (4) Wilayah kerja sangat luas. (5) Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam,

    jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/Wilayah, atau terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan.

    b) Lokasi Puskesmas : (1) Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun

    sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya. (2) Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah.

    c) Persyaratan Puskesmas : (1) Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas (2) Tenaga kesehatan disediakan oleh Pemerintah Daerah

    2) Persyaratan Teknis

    a) Luas lahan dan bangunan Luas lahan, jumlah dan luas ruangan tergantung jenis pelayanan kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal.

    b) Denah tata-ruang

    (1) Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 13

    keadilan dan kesetaraan gender dengan mengacu pada Buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Tahun 2007.

    (2) Setiap pembangunan Puskesmas baru perlu dilengkapi Ruang Konsultasi (terlampir)

    (3) Puskesmas harus mempertimbangkan nilai - nilai privasi dari pasien

    b. Peningkatan Puskesmas Pembantu menjadi Puskesmas

    Pembangunan Puskesmas baru dapat berasal dari peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu), Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas tersebut termasuk penyediaan alat kesehatan dan rumah dinas petugas Puskesmas.

    Persyaratan umum dan teknis Pembangunan Puskesmas baru dari peningkatan Puskesmas Pembantu sama dengan persyaratan umum dan teknis pembangunan baru Puskesmas.

    c. Rehabilitasi Fisik Puskesmas Rehabilitasi Puskesmas hanya terbatas pada rehabilitasi berat bagi Puskesmas di Kabupaten/Kota Daerah Otonomi Baru, Puskesmas rusak akibat Bencana dan Puskesmas di Perbatasan dengan negara tetangga dan Pulau-Pulau kecil terluar. Rehabilitasi Puskesmas ditujukan menunjang dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas, rehabilitasi fisik dapat dilaksanakan pada bangunan yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Persyaratan Umum a) Puskesmas dengan kondisi rusak berat terutama pada :

    (1) daerah pemekaran baru (2) Puskesmas di perbatasan, pulau-pulau kecil terluar (3) Puskesmas yang rusak karena bencana alam pada tahun berjalan

    dan 1 (satu) tahun sebelumnya b) Untuk peningkatan mutu pelayanan.

    2) Persyaratan Teknis

    a) Denah tata-ruang bangunan mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.

    b) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 14

    d. Perluasan Puskesmas Guna menunjang dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas, dapat dilaksanakan perluasan fisik bagunan Puskesmas. Perluasan dilaksanakan pada bangunan yang membutuhkan perluasan berupa penambahan ruangan, perluasan ruangan. Persyaratan perluasan fisik, adalah sebagai berikut :

    1) Persyaratan Umum Adanya kebutuhan : a) Tambahan ruangan untuk meningkatkan pelayanan agar lebih optimal. b) Peningkatan pelayanan akan tetapi tidak memungkinkan untuk

    peningkatan menjadi Puskesmas Perawatan.

    2) Persyaratan Teknis a) Luas lahan dan bangunan

    Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dibutuhkan. Perluasan sarana fisik bangunan, antara lain berupa penambahan ruangan untuk :

    (1) Pelayanan Gawat Darurat / emergency. (2) Pelayanan laboratorium yang dilengkapi dengan kran air serta

    pembuangan air kotor. (3) Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan sebagai upaya promotif dan

    preventif. (4) Pelayanan penyuluhan dan ruang pertemuan sebagai upaya

    promotif dan penggalangan kemitraan dengan berbagai pihak terkait serta dapat digunakan untuk kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas.

    Luas ruangan / bangunan disesuaikan kondisi setempat dengan tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan dan mengacu pada pedoman yang ada.

    b) Denah tata-ruang

    Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program.

    c) Perluasan dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh

    wilayah setempat.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 15

    d) Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008 serta lampiran pedoman yang disempurnakan.

    3. PUSKESMAS PERAWATAN

    a. Pembangunan Baru

    Pembangunan baru Puskesmas Perawatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang perlu dirawat. Pembangunan baru Puskesmas Perawatan terutama diprioritaskan untuk wilayah tertinggal, terpencil, kepulauan dan perbatasan. Pembangunan Puskesmas Perawatan tersebut termasuk peralatan kesehatan dan rumah dinas petugas kesehatan Puskesmas, penyediaan sarana dan peralatan perawatan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar) serta dapur gizi.

    1) Persyaratan Umum

    a) Pembangunan baru Puskesmas Perawatan, diutamakan di wilayah terpencil, tertinggal, kepulauan dan perbatasan dengan negara lain dengan target (101 Puskesmas terlampir).

    b) Lokasi bangunan baru Puskesmas Perawatan di lokasi strategis c) Lokasi Puskesmas berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 jam ke

    Rumah Sakit. d) Pembangunan Puskesmas baru agar mempertimbangkan keberadaan

    tenaga. e) Kabupaten pemekaran yang belum memiliki Rumah Sakit.

    2) Persyaratan Teknis

    a) Luas lahan dan bangunan Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dilaksanakan, dengan luas sesuai ketentuan. Pembangunan Puskesmas Perawatan, sarana dan peralatan PONED, rumah dokter dan rumah petugas kesehatan harus berada dalam satu lokasi.

    b) Denah tata-ruang (1) Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi

    sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan laki-laki dan perempuan keadilan dan kesetaraan gender, mengacu pada buku pedoman tata ruang puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 16

    Masyarakat Tahun 2007 serta lampiran pedoman yang di sempurnakan dan pedoman program

    (2) Setiap Puskesmas Perawatan harus dilengkapi Dapur Gizi dan peralatannya yang mengacu pada lampiran 7.

    (3) Setiap Puskesmas Perawatan harus dilengkapi Ruang Konsultasi. (4) Setiap Puskesmas Perawatan harus dilengkapi dengan UGD yang

    dapat memberikan pelayanan PONED. Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.

    (5) Puskesmas Perawatan harus mempertimbangkan nilai nilai privasi dari pasien.

    (6) Khusus wilayah terpencil dan kepulauan, Ruang Rawat Inap minimal 2 tempat tidur. Denah tata-ruang mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program.

    c) Peralatan kesehatan

    Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008 serta lampiran Pedoman yang disempurnakan.

    b. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan Mampu

    PONED Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan mampu PONED, dilaksanakan dalam rangka pengembangan pelayanan dan rujukan kesehatan. Setiap peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan mampu PONED dilengkapi dengan penyediaan alat dan rumah dinas dokter/paramedis (bila belum ada).

    1) Persyaratan Umum

    a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas Perawatan, antara lain pada : (1) Puskesmas di wilayah terpencil, tertinggal, kepulauan, perbatasan

    (dengan negara lain, tepi jalan raya atau daerah pengembangan) . (2) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah Sakit. (3) Peningkatan kebutuhan akan pelayanan rujukan tetapi daerah

    belum mampu membangun Rumah Sakit. b) Lokasi Puskesmas :

    (1) Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan. (2) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dengan menggunakan sarana

    transportasi yang tersedia.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 17

    (3) Pada jalur lalu lintas ramai dan rawan kecelakaan, prioritas pada Lintas Sumatera, Jalur Pantura, Trans Sulawesi, Trans Kalimantan.

    (4) Berdekatan dengan embarkasi haji, pelabuhan laut (transito). (5) Daerah pariwisata dan kawasan industri. (6) Daerah dengan jumlah kematian ibu dan jumlah kematian bayi

    tinggi. c) Persyaratan Puskesmas :

    (1) Kunjungan Puskesmas tinggi. (2) Tidak digunakan untuk menjadikan Puskesmas Perawatan pra

    Rumah Sakit. (3) Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas. (4) Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemerintah Daerah. (5) Telah tersedia tenaga kesehatan yang telah mengikuti

    penanganan kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal Emergency di Tingkat Pelayanan Dasar (PONED).

    (6) Jumlah kematian ibu dan bayi tinggi. (7) Letaknya strategis dari Puskesmas di sekitarnya.

    2) Persyaratan Teknis

    1) Luas lahan dan bangunan

    Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dilaksanakan (mengacu kepada Pedoman Tata Ruang Puskesmas). Peningkatan dilakukan antara lain dengan : (1) Menambah ruang sesuai dengan jenis pelayanan yang

    dibutuhkan dan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. (2) Membangun rumah dokter dan/atau dokter gigi bila belum ada. (3) Membangun rumah petugas kesehatan (perawat, bidan) bila

    belum ada. (4) Sedapat mungkin Puskesmas, rumah dokter dan rumah petugas

    kesehatan dalam satu lokasi.

    2) Denah tata-ruang pada pembangunan baru Puskesmas Perawatan mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007.

    3) Peralatan kesehatan mengacu pada pembangunan baru Puskesmas Perawatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan Puskesmas Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008.

    4) Setiap Puskesmas Perawatan harus dilengkapi dengan UGD yang dapat memberikan pelayanan PONED. Pelayanan PONED mengacu pada buku acuan pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat Tahun 2007.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 18

    c. Rehabilitasi (khusus DOB dan 12 kabupaten pemekaran baru, pasca bencana dan Puskesmas di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar)

    Rehabilitasi Puskesmas Perawatan menunjang serta meningkatkan pelayanan secara optimal di Puskesmas Perawatan, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas Perawatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Persyaratan Umum

    Puskesmas Perawatan dengan kondisi rusak berat terutama pada : a) Daerah pemekaran baru b) Puskesmas di perbatasan, pulau-pulau kecil terluar c) Puskesmas rusak akibat mengalami bencana alam pada tahun

    berjalan dan 1 (satu) tahun sebelumnya d) Untuk peningkatan mutu pelayanan

    2) Persyaratan Teknis

    a) Denah tata-ruang bangunan mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007. b) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan

    oleh wilayah setempat.

    d. Perluasan

    Perluasan Puskesmas Perawatan menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas, perlu adanya perluasan fisik. Perluasan dilaksanakan pada bangunan/sarana yang membutuhkan perluasan. Persyaratan perluasan fisik, adalah sebagai berikut :

    1) Persyaratan Umum Adanya kebutuhan : a) Tambahan ruangan untuk meningkatkan pelayanan agar lebih

    optimal. b) Peningkatan pelayanan akan tetapi tidak untuk menjadi Rumah Sakit.

    2) Persyaratan Teknis a) Luas lahan dan bangunan

    Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/kegiatan yang dibutuhkan. Perluasan sarana fisik bangunan, antara lain berupa penambahan ruangan untuk :

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 19

    (1) Pelayanan Gawat Darurat / emergency. (2) Pelayanan laboratorium yang dilengkapi dengan kran air serta

    pembuangan air kotor. (3) Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan sebagai upaya promotif

    dan preventif. (4) Pelayanan penyuluhan dan ruang pertemuan sebagai upaya

    promotif dan penggalangan kemitraan dengan berbagai pihak terkait serta dapat digunakan untuk kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas.

    (5) Dapur Gizi Luas ruangan/bangunan disesuaikan kondisi setempat dengan tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan dan mengacu pada pedoman yang ada.

    b) Denah tata-ruang

    Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan dan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program.

    c) Perluasan dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh

    wilayah setempat. d) Peralatan kesehatan mengacu pada pembangunan baru Puskesmas

    Perawatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan Puskesmas Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008.

    4. PUSKESMAS KELILING PERAIRAN

    Dalam rangka memperluas, memperlancar dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas di daerah kepulauan, aliran sungai dan daerah perairan lain serta menunjang pelaksanaan rujukan medis dan kesehatan, maka perlu diadakan Puskesmas Keliling Perairan.

    a. Persyaratan Umum

    1) Kebutuhan akan adanya Puskesmas Keliling Perairan diharapkan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: a) Untuk mendukung pelayanan dan memperluas jangkauan pelayanan

    Puskesmas. b) Kondisi geografis wilayah kerja Puskesmas terdiri dari perairan baik

    kepulauan, danau, rawa atau sungai. 2) Pemerintah Daerah setempat agar menyediakan perlindungan jiwa

    melalui asuransi, bagi petugas pelaksana.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 20

    3) Puskesmas Keliling Perairan yang diadakan agar direncanakan dan disesuaikan dengan fungsi serta kondisi perairan setempat.

    4) Proses persiapan dan pengadaannya dilaksanakan dengan kerjasama lintas sektor terkait.

    5) Puskesmas Keliling Perairan agar dilengkapi dengan alat keselamatan petugas dan alat komunikasi dalam pelayaran.

    6) Pemerintah Daerah menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan serta dermaga.

    b. Persyaratan Teknis :

    1) Spesifikasi teknis, disesuaikan dengan kebutuhan wilayah kerja setempat, setelah mengadakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten.

    2) Bentuk, desain, material dan mesin perahu/kapal disesuaikan dengan peraturan pelayaran dan harus disesuaikan dengan kondisi daerah.

    3) Bentuk, desain perahu/kapal dapat menampung fungsi yang direncanakan.

    4) Kendaraan Puskesmas Keliling Perairan harus memenuhi aksesibilitas/ kemudahan bagi pasien.

    5) Peralatan kesehatan sesuai dengan jenis pelayanan yang direncanakan mengacu pada buku Pedoman Peralatan Puskesmas, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008.

    5. KENDARAAN OPERASIONAL RODA DUA UNTUK BIDAN DESA

    Tujuan pengadaan kendaraan operasional roda dua adalah untuk meningkatkan mobilitas bidan desa dalam upaya memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengadaan kendaraan operasional roda dua harus memperhatikan persyaratan berikut ini : a. Persyaratan Umum

    Alokasi pengadaan diprioritaskan bagi bidan desa yang sudah bertugas dan bertempat tinggal di desa tersebut untuk menunjang sarana transportasi.

    b. Persyaratan Teknis 1) Pengadaan sepeda motor dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang

    berlaku. 2) Jenis dan spesifikasi teknis serta jumlah sepeda motor, disesuaikan

    dengan kebutuhan pengguna, spesifik wilayah kerja. 3) Mempertimbangkan ketersediaan layanan perawatan dan suku cadang.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 21

    6. PEMBANGUNAN BARU INSTALASI FARMASI DAN PENGADAAN SARANA PENDUKUNG INSTALASI FARMASI KABUPATEN/KOTA

    Pembangunan baru Instalasi Farmasi dan Pengadaan sarana pendukung

    Instalasi Farmasi dilaksanakan dalam rangka menjamin khasiat dan mutu obat

    dan perbekalan kesehatan. Hal ini dilakukan agar akses masyarakat terhadap

    obat atau pelayanan kesehatan semakin luas dan mudah.

    Instalasi Farmasi adalah Unit pengelola obat atau unit pengelola teknis yang

    mengelola obat dan perbekalan kesehatan. Sarana pendukung Instalasi Farmasi

    adalah sarana yang berfungsi untuk mendukung proses pengelolaan obat dan

    perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi.

    a. Persyaratan Umum

    1) Pembangunan Baru Instalasi Farmasi

    a) Kebutuhan akan adanya Instalasi Farmasi diprioritaskan untuk :

    (1) 12 Kabupaten/Kota pemekaran baru akhir tahun 2008 dan Tahun

    2009. (Lampiran 14).

    (2) 19 Kabupaten/Kota yang belum mempunyai Instalasi Farmasi dan

    termasuk dalam Prioritas dalam Rekomendasi Menteri Keuangan

    tentang Keseimbangan Pendanaan di daerah dalam rangka

    Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2010.

    (lampiran 14).

    b) Mempunyai lahan yang telah siap bangun (pembebasan, sertifikat

    tanah, pemerataan dan pemadatan merupakan tanggung jawab

    pemerintah daerah).

    2) Pengadaan Sarana Pendukung Instalasi Farmasi

    a) Kebutuhan akan adanya sarana pendukung Instalasi Farmasi

    diprioritaskan untuk :

    (1) 12 Kabupaten/Kota pemekaran baru akhir tahun 2008 dan tahun

    2009. (Lampiran 14).

    (2) 19 Kabupaten/Kota yang belum mempunyai Instalasi Farmasi dan

    termasuk dalam Prioritas dalam Rekomendasi Menteri Keuangan

    tentang Keseimbangan Pendanaan di daerah dalam rangka

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 22

    Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2010.

    (Lampiran 14).

    b) Pengadaan sarana pendukung Instalasi Farmasi dilakukan

    berdasarkan analisa kebutuhan, pertimbangan operasional serta

    kondisi dan letak geografis/topografi daerah.

    b. Persyaratan Teknis

    1) Pembangunan Baru Instalasi Farmasi

    a) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan daerah

    berupa volume obat dan perbekalan kesehatan yang harus

    disediakan.

    b) Membuat usulan pembangunan dengan melampirkan master plan,

    gambar/blok plan, unit cost (per M2) dan RAB, Unit cost masing-

    masing daerah ditetapkan oleh Kanwil PU Pemda setempat dan

    ditandatangani oleh Kepala Dinas dan diketahui oleh Bupati/Walikota

    setempat.

    c) Membuat surat pernyataan kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan

    yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh

    Bupati/Walikota.

    d) Proses pembangunan harus mengacu kepada peraturan perundang-

    undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang

    berlaku.

    e) Denah tata ruang

    Rencana tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai

    sarana penyimpanan obat publik dan perbekalan kesehatan serta

    mengacu pada buku Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan

    Perbekalan Kesehatan.

    2) Sarana Pendukung Instalasi Farmasi

    a) Sarana pendukung Instalasi Farmasi hanya berupa sarana

    penyimpan vaksin, yaitu Cold Chain (Vaksin Cooler dan Genset) dan

    sarana distribusi (kendaraan mobil roda empat, kendaraan sepeda

    bermotor roda dua dan perahu bermotor).

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 23

    b) Membuat usulan pengadaan sarana pendukung Instalasi Farmasi

    dengan melampirkan RAB dan Unit Cost yang ditandatangani oleh

    Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh Bupati/Walikota setempat

    c) Membuat surat pernyataan kesanggupan Pelaksanaan Pengadaan

    yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh

    Bupati/Walikota.

    d) Proses pengadaan harus mengacu kepada peraturan perundang-

    undangan serta aturan perubahan dan aturan turunannya yang

    berlaku.

    e) Pengadaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Kab/Kota

    disesuaikan dengan kebutuhan, mengacu pada Standar Sarana

    Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

    c. Acuan

    1) Standar Sarana Penyimpanan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

    2) Rekomendasi Menteri Keuangan tentang Keseimbangan Pendanaan di daerah dalam rangka Perencanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan TA 2010.

    7. PENGADAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

    Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.

    Obat dan perbekalan kesehatan yang disediakan meliputi obat, perbekalan kesehatan, reagensia dan vaksin di luar imunisasi dasar yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar (PKD) serta kekurangan obat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Malaria, Filariasis, PES, Antraks, Tuberkulosis, Diare, Kecacingan, Kusta, Frambusia, ISPA, AIDS dan PMS) serta Program Gizi dan Kesehatan Ibu Anak dari yang telah disediakan melalui APBN Kementerian Kesehatan RI.

    a. Persyaratan Umum

    1) Alokasi anggaran diprioritaskan dan ditentukan berdasarkan biaya perkapita obat serta jumlah penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota.

    2) Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan dalam DAK Bidang Kesehatan 2010 Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar harus dipergunakan sesuai dengan menu Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang terdapat dalam Petunjuk Teknis DAK Bidang Kesehatan TA 2010 dan tidak diperkenan pengalihan alokasi anggaran obat dan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 24

    perbekalan kesehatan ke kegiatan lainnya termasuk pembiayaan operasional Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

    b. Persyaratan Teknis

    1) Dalam pemenuhan kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan, daerah

    melakukan penelahaan terhadap penyakit menular atau tidak menular

    yang memiliki angka kesakitan (morbidity) dan atau angka kematian

    (mortality) yang tinggi.

    2) Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan diprioritaskan terhadap

    obat-obatan hasil penelahaan daerah untuk pelayanan kesehatan dasar.

    3) Membuat usulan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang

    ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh

    Bupati/Walikota setempat

    4) Membuat surat pernyataan kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang

    ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan diketahui oleh

    Bupati/Walikota.

    5) Pemilihan jenis obat dan perbekalan kesehatan dan vaksin di luar

    imunisasi dasar agar mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional

    (DOEN) tahun 2008 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina

    Kefarmasian dan Alat Kesehatan perihal Daftar Obat dan Perbekalan

    Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yang berlaku.

    6) Proses pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan agar memperhatikan

    dan mengacu pada SK Menkes RI tentang Harga Obat Generik, Pedoman

    Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk

    Pelayanan Kesehatan Dasar dan peraturan perundang-undangan serta

    aturan perubahan dan aturan turunannya yang berlaku

    c. Acuan

    1) Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) Tahun 2008.

    2) SK Menteri Kesehatan RI tentang Harga Obat Generik yang berlaku.

    3) Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan

    untuk Pelayanan Kesehatan Dasar

    4) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

    perihal Daftar Obat dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan

    Kesehatan Dasar yang berlaku.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 25

    B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

    1. PENINGKATAN FASILITAS TEMPAT TIDUR KELAS III RUMAH SAKIT

    Rumah Sakit yang mendapatkan paket peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III adalah Rumah Sakit milik pemerintah daerah provinsi maupun milik pemerintah daerah kabupaten/kota yang melaksanakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan memberikan usulannya ke Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dengan mempertimbangkan : a) Bed Occupancy Rate (BOR) kelas III RS; b) Rasio tempat tidur yang dipergunakan untuk kelas III dibandingkan dengan total tempat tidur RS; c) Jumlah tempat tidur yang digunakan untuk kelas III RS; d) Jenis menu yang diusulkan oleh RS ke Ditjen Bina Pelayanan Medik (untuk tempat tidur set kelas III saja, atau untuk bangunan fisik ruang rawat inap kelas III saja, atau kedua-duanya); dan e) Sudah pernah atau belum RS memperoleh alokasi DAK untuk menu fasilitas tempat tidur kelas III RS.

    a. Persyaratan Umum

    Masih tersedianya lahan untuk peningkatan fasilitas tempat tidur kelas III RS.

    b. Persyaratan Teknis

    1) Luas Lahan dan Tata Ruang Bangunan

    Pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III RS harus memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan serta alur pelayanan untuk kelancaran dalam pelayanan pasien. Oleh karena itu setiap pembangunan/rehabilitasi ruang rawat inap kelas III yang baik, berisi 8 (delapan) set tempat tidur yang dilengkapi fasilitas penunjang antara lain : selasar, 2 (dua) buah kamar mandi, 2 (dua) buah wastafel serta 2 (dua) buah ceiling fan. Bila direncanakan membangun/merehabilitasi lebih dari 4 (empat) ruang rawat inap kelas III, pada setiap pembangunan/rehabilitasi 4 (empat) ruang rawat inap ( dengan jumlah tempat tidur 32 buah ) atau kelipatannya, maka perlu dibangun 1 (satu) ruang perawat (Nurse Station) yang dilengkapi dengan ruang-ruang pendukungnya.

    Adapun contoh ukuran luas ruangan bangunan tersebut di atas adalah

    sebagai berikut :

    a) Ruang Rawat Inap Kelas III

    Ruang rawat inap kelas III 8 x 9 m2 = 72 m2

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 26

    2 buah kamar mandi @ 2 x 3 m2 = 12 m2 Selasar 8 x 2.5 m2 = 20 m2

    Total luas bangunan yang dibutuhkan = 104 m2

    b) Ruang Perawat (Nurse Station)

    1 Ruang kerja perawat 3 x 3 m2 = 9 m2 1 Ruang istirahat petugas 3 x 3 m2 = 9 m2 1 Kamar mandi petugas 2 x 1.5 m2 = 3 m2

    Total luas bangunan yang dibutuhkan = 21 m2

    Apabila luas lahan yang dimiliki Rumah Sakit terbatas, maka pembangunan/rehabilitasi tersebut disesuaikan dengan kondisi setempat dan tetap memperhatikan acuan ketentuan pembangunan ruang pelayanan kesehatan.

    2) Spesifikasi Teknis Bangunan

    a) Ruang Rawat Inap Kelas III Lantai terbuat dari keramik kualitas satu (KW1) Dinding tembok bata berplester dan dicat Atap dari genting dengan plafon Ruang rawat inap dilengkapi dengan 2 buah wastafel dari

    keramik serta 2 buah keran dan saluran pembuangan Kamar mandi berlantai keramik kasar (tidak licin) dilengkapi 1

    bak mandi, 1 closet duduk dan 1 gantungan infus b) Ruang Perawat (Nurse Station)

    Lantai terbuat dari keramik kualitas satu (KW1) Dinding tembok bata berplester dan dicat Atap dari genting dengan plafon Ruang kerja perawat dilengkapi dengan 1 buah wastafel dari

    keramik serta 1 buah keran dan saluran pembuangan

    Kamar mandi berlantai keramik kasar (tidak licin) dilengkapi 1 bak mandi dan 1 closet duduk

    3) Peralatan kesehatan

    Peralatan kesehatan yang ada pada setiap ruang rawat inap kelas III RS berisi 8 set tempat tidur, di mana setiap set tempat tidur terdiri dari : a) 1 buah tempat tidur dengan kelengkapannya (matras, bantal dan

    guling) b) 1 buah nakas c) 1 buah tiang infus

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 27

    Adapun persyaratan teknis peralatan kesehatan tersebut harus memenuhi seluruh kriteria di bawah ini : 1) Berkualitas 2) Kebutuhan dan pemanfaatannya sesuai dengan situasi dan kondisi

    setempat 3) Keamanan 4) Kenyamanan 5) Kemudahan dalam pengoperasionalan/pemakaian 6) Kemudahan dalam pemeliharaan 7) Kemudahan dalam perbaikan

    2. PEMENUHAN PERALATAN UNIT TRANSFUSI DARAH RUMAH SAKIT

    (UTDRS) DAN BANK DARAH RUMAH SAKIT (BDRS)

    Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) adalah salah satu instalasi di RS yang mempunyai peran sebagai penyedia darah transfusi yang aman (lulus uji saring / screening Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah/IMLTD) dengan tugas antara lain melakukan rekruitmen donor sukarela, melakukan seleksi donor, melakukan penyadapan darah donor, melakukan uji saring /screening terhadap penyakit (IMLTD), melakukan penyimpanan darah sebagai persediaan, melakukan pemeriksaan golongan darah, uji silang serasi (crossmatch), mengirim darah transfusi yang telah aman ke bagian lain / ruangan lain yang membutuhkan, memantau reaksi transfusi yang terjadi serta melakukan pencatatan dan pelaporan. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah bagian / unit kerja di rumah sakit yang melaksanakan manajemen pelayanan transfusi darah di rumah sakit. Fungsi BDRS adalah sebagai pelaksana dan penanggung jawab pemenuhan kebutuhan darah, penyimpanan darah yang aman serta melaksanakan uji silang serasi dan merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan serta bekerjasama dengan UTD setempat sebagai pemasok darah yang aman. Agar UTDRS dan BDRS dapat berfungsi dengan optimal, maka perlu didukung dengan peralatan yang berkualitas dan memenuhi standar.

    a. Persyaratan Umum

    Pemenuhan kebutuhan peralatan UTDRS dan BDRS mengacu pada persyaratan umum sebagai berikut : 1) Pembangunan baru dan renovasi UTDRS melalui DAK 2008. 2) UTDRS yang didirikan melalui DAK 2008 dan belum mendapat alokasi

    peralatan melalui APBN 2008. 3) BDRS yang didirikan melalui dana lain seperti dana APBD,DAK dan lain-

    lain. 4) Biaya operasional dan pemeliharaan UTD diusulkan oleh RS setempat

    melalui APBD atau sumber lainnya.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 28

    5) Dinas Kesehatan setempat mempunyai sistem pengawasan dan pembinaan pelayanan transfusi darah.

    6) Lokasi berada di tempat yang strategis bagi ruang-ruang perawatan dan ruang emergensi serta ruang operasi.

    7) Dalam melaksanakan perannya UTDRS harus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dalam jejaring pelayanan darah kabupaten/ kota serta merupakan bagian dari jejaring pelayanan darah Provinsinya.

    8) Sesuai Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980 tentang Transfusi Darah dimana Pelayanan Darah harus bersifat nirlaba, oleh karena itu Biaya Pengganti Pengolahan Darah tidak dijadikan sumber Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) atau profit center di RS.

    b. Persyaratan Teknis

    Mengingat pelayanan darah mempunyai resiko cukup tinggi, maka peralatan UTDRS dan BDRS harus memiliki kualitas tinggi dengan purna jual yang terjamin.

    Standar minimal peralatan dan bahan habis pakai untuk UTDRS adalah sebagai berikut :

    1) Peralatan seleksi donor dan IMLTD

    Hemoscale : 1 unit Hemoglobinometer : 1 unit Hand sealer : 2 unit Tempat tidur donor : 2 unit Stetoskop dewasa : 2 unit Spygmomanometer air raksa : 2 unit Timbangan badan : 2 unit

    2) Peralatan penunjang laboratorium

    Plasma extractor : 1 unit Dry incubator : 1 unit Serological centrifuge : 1 unit Serological rotator : 1 unit Adjustable M/C Micropipete - Ukuran 5 50 l : 1 unit - Ukuran 50 200 l : 1 unit Mikroskop binokuler elektrik : 1 unit Peralatan pemeriksaaan uji silang metode gel test / magnet (microplate) : 1 unit Peralatan laboratorium lain : 2 paket

    (Paket terdiri dari : Pasteur pipet plastic, labu semprot, rak tabung, tabung ukuran 12 x 75 mm, tabung ukuran 5

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 29

    mm, hematokrit tube, beker glass, sarung tangan, lab jas, blood grouping plate, baskom cuci, gunting stainless steel, klem lab, gelas melamin, object glass, micro pipet yellow type)

    3) Distribusi cool box untuk mobile unit (25-50 ktg) : 2 unit untuk ruangan (2-5 ktg) : 2 unit

    4) Penyimpan reagen dan darah

    Blood bank refrigerator : 1 unit Medical refrigerator : 1 unit

    5) Bahan Habis Pakai a) Kantong darah

    - Single bag 250 ml/350ml : sesuai kebutuhan - Transfer bag : sesuai kebutuhan

    b) Reagen Anti-HCV : 1 paket HbsAg : 1 paket Golongan darah ABO, Rhesus dan uji silang

    metode 3 fase dengan bovine albumin 22% dan coombs serum : 1 paket

    Sifilis : 1 paket Reagen untuk pemeriksaan uji silang

    metode gel test/ magnet (microplate) : 1 paket HIV/AIDS : 1 paket Larutan CuSO4 dengan BJ 1,053 : 1 paket NaCl 0,9 % : 1 paket Cairan desinfectant : 1 paket Aquabidest : 1 paket

    6) Peralatan kantor : 1 paket (Paket terdiri dari : meja kantor, meja komputer, komputer/Lap Top, printer, white board, kursi kantor, AC).

    7) Peralatan Pengganti Listrik Besarnya kapasitas generator set, disesuaikan dengan peralatan yang digunakan.

    Standar minimal peralatan dan bahan habis pakai untuk BDRS adalah sebagai berikut :

    1) Stetoskop dewasa : 1 unit 2) Spygmomanometer air raksa : 1 unit 3) Peralatan penunjang laboratorium

    Peralatan laboratorium lain : 1 paket (Paket terdiri dari : Pasteur pipet plastic, labu semprot, rak tabung, tabung ukuran 12 x 75 mm, tabung ukuran 5 mm, hematokrit tube, beker glass, sarung tangan, lab jas, blood grouping

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 30

    plate, baskom cuci, gunting stainless steel, klem lab, gelas melamin, object glass, micro pipet yellow type)

    4) Distribusi cool box untuk mobile unit (25-50 ktg) : 2 unit untuk ruangan (2-5 ktg) : 4 unit

    5) Penyimpan reagen dan darah Blood bank refrigerator : 1 unit Medical refrigerator : 1 unit

    6) Bahan Habis Pakai Reagen

    Golongan darah ABO, Rhesus dan uji silang metode 3 fase dengan bovine albumin 22% dan coombs serum : 1 paket Reagen untuk pemeriksaan uji silang

    metode gel test / magnet (microplate) : 1 paket Cairan desinfectant : 1 paket Aquabidest : 1 paket

    7) Peralatan kantor : 1 paket (Paket terdiri dari : meja kantor, meja komputer, komputer/Lap Top, printer, white board, kursi kantor, AC).

    8) Peralatan Pengganti Listrik Besarnya kapasitas generator set, disesuaikan dengan peralatan yang digunakan.

    c. Acuan

    1) Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1980 tentang Transfusi darah 2) Permenkes No. 478/Menkes/Per/X/1990 tentang Upaya Kesehatan di

    Bidang Transfusi Darah 3) Kepmenkes No. 622/Menkes/SK/VII/1992 tentang Kewajiban

    Pemeriksaan HIV pada donor darah. 4) Kepmenkes No. 423/Menkes/SK/IV/2007, tentang Peningkatan kualitas

    dan akses pelayanan darah. 5) Keputusan Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI No. 1147/Yan

    Med/RSKS/1991 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Menteri Kesehatan No. 478/Menkes/Per/X/1990.

    6) Buku Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) 7) Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Pelayanan Darah Oleh Dinas

    Kesehatan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 31

    3. PENINGKATAN FASILITAS INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DALAM MENDUKUNG SAFE COMMUNITY Safe Community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.

    Sebagai pengejewantahan dari konsep Safe Community maka dikembangkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Secara umum SPGDT menyangkut penanganan penderita gawat darurat pra RS (ditengah masyarakat, Poskesdes, Puskesmas, selama dalam transport) , RS (instalasi Gawat Darurat-HCU-ICU-kamar jenazah) dan Antar RS.

    Pada fase Rumah Sakit unsur utama yang perlu dilakukan penguatan adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai ujung tombak pelayanan pasien di RS.

    Secara umum keberadaan IGD Rumah Sakit bertujuan untuk : a. Mencegah Kematian dan kecacatan b. Menerima rujukan pasien atau merujuk pasien baik secara horizontal

    maupun vertical c. Melakukan penanggulangan korban bencana massal yang terjadi di dalam

    dan di luar RS d. Melakukan penanganan kasus true dan false emergency e. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan

    penderita gawat darurat melalui pendidikan, menyelenggarakan berbagai kursus yang berhubungan dengan basic dan advaced life support.

    1. Persyaratan Umum

    Peningkatan fasilitas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit untuk mendukung safe community, adalah Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit Khusus milik pemerintah daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota), yang telah menyampaikan usulan.

    2. Persyaratan Teknis Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat RS mengacu pada SK Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit , dan disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan dana dengan prioritas sebagai berikut :

    a. Pengadaan Peralatan Kesehatan

    1) Alat kesehatan yang dapat digunakan untuk mendiagnosa, menangani,

    memonitor dan mengevakuasi (melakukan rujukan) serta peralatan

    pendukung untuk penanggulangan penderita gawat darurat :

    a) Trauma

    b) Non Trauma

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 32

    (1) Kegawatdaruratan Jantung

    (2) Kegawatdaruratan Penyakit Dalam

    (3) Kegawatdaruratan Kebidanan

    (4) Kegawatdaruratan Anak dan Neonatus

    (5) Kegawatdaruratan Neurologi, psikiatri, dll.

    Dengan prioritas pada alat yang sifatnya bergerak/portable.

    2) Jenis peralatan diprioritaskan adalah medis sebagai berikut :

    JENIS ALAT FUNGSI ALAT KET.

    A. DIAGNOSA

    UMUM

    1 Kit Pemeriksaan Sederhana

    Minimal berisi Tensimeter, Stetoskop, Reflex Hammer, Thermometer, Tongue Spatel dan Opthalmoskop. Alat yang berfungsi untuk membantu melakukan initial assessment dan sekunder assessment pada kasus gawat darurat.

    Membantu menegakkan diagnosa dengan cepat untuk mengetahui problem kegawatdaruratan yang dialami oleh penderita.

    2

    Examination Lamp Alat bantu penerangan untuk pemeriksaan.

    Selain untuk diagnosa, alat ini juga dipergunakan untuk memberikan penerangan pada saat melakukan tindakan.

    KHUSUS

    3 EKG 12 Channel Alat yang berfungsi untuk membantu menegakkan dignosa adanya potensi atau kelainan ritme jantung yang mengancam jiwa.

    Alat-alat tersebut sangat penting sebab alat tersebut sangat dibutuhkan untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi diagnosa

    JENIS ALAT FUNGSI ALAT KET.

    4 Mobile X Ray Alat yang dapat memberikan gambaran bagian dalam tubuh, terutama paru-paru dan tulang.

    Dengan bentuk yang mobile sangat memudahkan untuk dipindahkan dan mengambil foto Ro penderita dengan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 33

    mudah

    5 Doppler Alat yang dapat membantu mendeteksi bunyi detak jantung janin (untuk diagnosa gawat darurat janin)

    6 Glukometer with stick Alat yang dapat mengukur kadar gula darah dengan cepat

    Dengan alat ini maka pengukuran kadar Glukosa darah pasien Hiper/Hipo glikemia bisa cepat diketahui

    B. TINDAKAN :

    AIRWAY

    7 Emergency Resuscitation kit

    Alat untuk membantu membuka, membersihkan dan mempertahankan jalan napas, serta memberikan bantuan napas secara manual yang sifatnya non invasif s/d invasif berbagai ukuran (untuk dewasa-anak bayi/neonatus)

    Alat tersebut harus tersedia di IGD mengingat sumbatan jalan napas merupakan penyebab kematian tercepat.

    8 Suction Pump

    9 Neck Collar

    BREATHING

    10 Oksigen Consentrator

    Alat yang dapat menjamin ketersidiaan oksigen medis dengan mengambil udara luar untuk dipurifikasi

    Alat tersebut sangat penting mengingat seringnya terjadi kehabisan oksigen medis di IGD

    11 Nebulizer Alat yang sifatnya non invasif yang dapat memberikan cairan obat kedalam paru-paru

    Biasanya digunakan untuk pasien sesak napas akibat asma atau sesak lainnya

    JENIS ALAT FUNGSI ALAT KET.

    12 Ventilator transport

    Alat yang dapat memberikan pernapasan bantuan dengan kontrol elektrik yang sifatnya mobile

    Alat tersebut sangat dibutuhkan untuk menangani sesak napas yang berat

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 34

    seperti flu burung dan karena sifatnya mobile dapat di gunakan selama dalam transportasi dalam rujukan pasien

    CIRCULATION 13 Minor surgery set Alat yang dapat digunakan

    untuk menghentikan perdarahan dan menangani luka

    Alat-alat tersebut juga dapat digunakan untuk bedah minor yang lain

    14 Siringe pump

    Alat yang dapat digunakan untuk memberikan cairan, antibiotik, anestetic regional intravena dengan tingkat akurasi yang tinggi

    15 Infusion pump

    C. MONITOR

    16 Pulse Oksimeter Alat untuk memonitor kondisi pasien gawat darurat yang sedang diobservasi intensif (alat sederhana dan yang komplit)

    Dapat berfungsi juga untuk memantau perkembangan teraphi

    17 Vital sign/ Bed Side monitor

    JENIS ALAT FUNGSI ALAT KET.

    D. GAWAT DARURAT KHUSUS

    JANTUNG 18 Defibrilator Alat yang dapat mengatasi

    gangguan ritme jantung Pada Kasus VT/VF (serangan jantung, kecepatan dalam memberikan DC Shock) sangat menentukan hasil akhir penanganan

    ANAK NEONATUS 19

    Infant Warmer

    Alat yang berfungsi untuk memberikan kondisi suhu dan kelembaban yang terkontrol.

    Infat warmer berupa selimut sehingga dapat dipasang sambil melakukan

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 35

    tindakan seperti saat RJP

    20 Inkubator

    KEBIDANAN 21 Meja Ginekologi Meja yang dapat berfungsi

    untuk melakukan tindakan kebidanan.

    22 Partus set Alat untuk membantu persalinan normal

    23 Vacuum set Alat yang dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan bagian kepala bayi yang tidak dapat dekeluarkan dengan proses persalinan normal

    24 Kuret Set Alat yang dapat digunakan untuk tindakan kuretase

    25 Sectiosesarian set Alat yang dapat digunakan untuk melakukan operasi cesar

    BEDAH

    26 Electrosurgical cauter

    Alat yang berfungsi untuk melakukan penyayatan, pemotongan saat pembedahan dengan frekwensi tinggi dan efek thermal

    Alat ini juga dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan

    27 Meja Operasi Alat untuk mensupport pasien saat operasi sehingga mendapatkan posisi yang tepat sesuai kebutuhan tindakan

    Alat untuk pembedahan yang bisa di akses 24 jam harus tersedia di Rumah Sakit, mengingat banyaknya kasus gawat darurat yang butuh operasi segera (cito operasi)

    28 Lampu operasi mobile

    Alat bantu penerangan saat operasi, tidak menimbulkan panas dan mudah dipindahkan

    29 Mesin Anestesia Alat untuk melakukan tindakan pembiusan total

    30 Major Surgery set Instrument yang dapat digunakan untuk operasi besar

    TINDAKAN KHUSUS LAINNYA

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 36

    31 THT Set Instrumen yang dapat

    digunakan untuk melakukan tindakan gawat darurat pada

    THT

    Sering digunakan

    untuk mengeluarkan

    Corpus Alienum

    32 Head Lamp Alat bantu penerangan yang dipasangkan pada kepala

    Sering digunakan pada pemeriksaan

    THT

    E. PERALATAN MEDIS PENDUKUNG

    33 Emergency

    Strecher

    Alat untuk memindahkan pasien

    dari UGD keruangan

    34 Sterizator kering Alat untuk mensterilkan peralatan bedah melalui kondisi

    ruang yang dapat diatur dengan menggunakan tekanan

    uap

    35 Automatic Flm Processor

    Alat untuk melakukan proses pencucian film yang telah

    disinari sinar X secara otomatis

    3) Rumah sakit dapat mengusulkan prioritas alat kesehatan lainnya

    diluar point 2 dan SK Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009

    tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit, dengan

    pertimbangan:

    (1) Alat tersebut sudah terpenuhi (2) Pada rumah sakit khusus (RSK) seperti RS Jiwa, RS Ibu dan Anak,

    RS Paru, RS Kusta, RS Orthopedi dll atau di rumah sakit umum (RSU) yang mengembangkan program unggulan tertentu dalam jenis pelayanan gawat darurat.

    4) Jika terdapat pertimbangan khusus lain maka rumah sakit dapat

    mengusulkan peralatan penunjang lainnya dalam mendukung pelayanan

    gawat darurat di Rumah Sakit, misalnya Generator Set untuk IGD guna

    menjamin ketersediaan listrik selama melakukan berbagai tindakan

    kegawatdaruratan medik.

    b. Pembangunan / Penyesuaian Bangunan IGD Rumah Sakit dapat melakukan pembangunan baru atau penyesuaian bangunan IGD sehingga memenuhi persyaratan minimal sbb :

    1) Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana .

    2) Lokasi Gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda tanda yang jelas dari dalam dan dari luar Rumah Sakit.

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 37

    3) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan / pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level 1 dan 2.

    4) Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan : untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan dengan jalan ambulans harus membuat ramp).

    5) Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar. 6) Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2

    ambulans (sesuai dengan beban RS) 7) Susunan Ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar

    dan tidak ada cross infection, dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.

    8) Area dekontaminasi ditempatkan didepan / diluar IGD atau terpisah dengan IGD.

    9) Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar. 10) Harus mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien. 11) Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat).

    4. PENINGKATAN SARANA PRASARANA DAN PENGADAAN PERALATAN KESEHATAN UNTUK PROGRAM PONEK DI RUMAH SAKIT

    Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi.

    Program PONEK 24 jam di RS Kab/Kota merupakan program yang sangat berperan dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensinya, sarana, prasarana dan peralatan. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu tenaga kesehatan memerlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan prilaku Tim PONEK dalam pelayanan kepada pasien. Sedangkan untuk mendukung pelayanan diperlukan peningkatan sarana, prasarana dan peralatan di Rumah Sakit PONEK Kriteria Rumah Sakit PONEK yang berhak menerima bantuan:

    a. Persyaratan Umum

    1) Telah memiliki minimal 1 orang dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan 1 orang dokter Spesialis Anak.

    2) Memiliki sarana BDRS atau UTD RS/PMI diwilayahnya

    b. Persyaratan Teknis

    1) Peningkatan Sarana dan Prasarana

  • BA

    K

    T I HUS

    AD

    A

    Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2010 38

    Adapun luasan itu adalah :

    a. Ruangan Maternal

    1. Tiga Kamar Bersalin = 48 m2

    2. Dua kamar mandi (@4 m2) = 8 m2

    3. Kamar periksa (3m X 4m) = 12 m2

    4. Ruang Perawatan (4 TT @ 8 m2) = 32 m2

    5. Ruang Isolasi untuk kasus Infeksi ( 2 TT @ 12 m2) = 24 m2

    6. Ruang Perawatan Intensif/Eklampsia/Sepsis ( 2 TT @ 8 m2) = 16 m2

    7. Ruang Tindakan operasi kecil/darurat/one day care( 2 TT@12 m2) = 24 m2

    8. Nurse station(4m x 4m) = 16 m2

    9. Ruang jaga dokter (3m x 5m) = 15 m2

    10. Ruang jaga bidan (2 TT @ 6 m2) = 12 m2

    11. Dua toilet/ kamar mandi staff (@ 2 x 2,25 m2) = 9 m2

    12 Ruang obat (Depo Farmasi ruangan) = 6 m2

    13 Gudang Peralatan (2m x 1m) = 2 m2

    14 Ruang Kotor (tempat cuci peralatan) = 8 m2

    15 Pantry (2m x 2m) = 4 m2

    Total = 236 m2

    b. Ruang Neonatal

    1 Unit Perawatan Khusus = 20 m2

    2 Ruang Laktasi = 6 m2

    3 Ruang pencucian inkubator = 6 m2

    4 Nurse Station (4m x 4m) = 16 m2

    5 Ruang Jaga Bidan (2TT @ 6 m2) = 12 m2

    6 Dua Toile