bukan cuma-sekedar "bukan sustainable consumption behaviour"

3
BUKAN CUMA SEKEDAR “BUKAN SUSTAINABLE CONSUMPTION BEHAVIOR” Artikel oleh : Lili Andajani Workshop yang saya ikuti selama enam hari ini benar-benar membawa kesegaran dan menyebabkan idealisme saya dapat terjaga (ya amplop……!). Bagaimana tidak, disini saya bertemu dengan berbagai guru dari beberapa daerah di Indonesia dengan berbagai situasi serta kesulitan yang mereka temui. Saya sering merasa, saya sendiri yang mengalami kesulitan dan berat dalam memikul tantangan, tetapi ternyata orang lain di luar sana mengalami hal- hal yang lebih dari pada yang saya rasakan. Workshop ini bertemakan “Prepare Young Generations to Become Actors of Change Towards More Sustainable Consumption Behaviors”….. tema yang berat. Bagaimana tidak berat, menghimbau buang sampah pada tempatnya saja harus terus…terus…. dan terus. Andaikata mulut ini buatan pabrik, barangkali spare partnya harus ganti bolak balik. Untung saja buatan yang Maha Kuasa, jadi masih awet berada di tempatnya dan berfungsi baik. (he…he…he…) Nah, dalam kesempatan ini, beberapa guru dari Kalimantan mensharingkan betapa sulitnya prasarana di sekolah mereka. Mereka mengeluh, tetapi hal ini tidak membuat mereka patah arang. Saya

Upload: lili-andajani

Post on 22-Jun-2015

112 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUKAN CUMA SEKEDAR

“BUKAN SUSTAINABLE CONSUMPTION BEHAVIOR”

Artikel oleh : Lili Andajani

Workshop yang saya ikuti selama enam hari ini benar-benar membawa kesegaran dan

menyebabkan idealisme saya dapat terjaga (ya amplop……!). Bagaimana tidak, disini saya

bertemu dengan berbagai guru dari beberapa daerah di Indonesia dengan berbagai situasi serta

kesulitan yang mereka temui. Saya sering merasa, saya sendiri yang mengalami kesulitan dan

berat dalam memikul tantangan, tetapi ternyata orang lain di luar sana mengalami hal-hal yang

lebih dari pada yang saya rasakan.

Workshop ini bertemakan “Prepare Young Generations to Become Actors of Change

Towards More Sustainable Consumption Behaviors”….. tema yang berat. Bagaimana tidak

berat, menghimbau buang sampah pada tempatnya saja harus terus…terus…. dan terus.

Andaikata mulut ini buatan pabrik, barangkali spare partnya harus ganti bolak balik. Untung

saja buatan yang Maha Kuasa, jadi masih awet berada di tempatnya dan berfungsi baik. (he…

he…he…)

Nah, dalam kesempatan ini, beberapa guru dari Kalimantan mensharingkan betapa

sulitnya prasarana di sekolah mereka. Mereka mengeluh, tetapi hal ini tidak membuat mereka

patah arang. Saya perhatikan presentasi mereka tentang sekolahnya, ternyata mereka

mengajar dengan cara yang menarik. Alam sekitar menjadi media yang aktual untuk

pengajaran.

Ketika di sessi diskusi saya share-kan bahwa sekolah saya dalam program menghemat

energi, yang berkenaan dengan penggunaan batu bara. Dimana saya pikir, bukankan

Kalimantan gudangnya batu bara ? Dan saya menawarkan agar siswa-siswa kami dapat saling

berkomunikasi (lewat FB tentunya), agar masing-masing siswa mendapatkan kesadaran

pentingnya menghemat sumber daya alam. Disitu nanti siswa Stanislaus dapat mendengarkan

langsung bagaimana kekhawatiran siswa di Kalimantan tentang tanah dan sumber daya alam

mereka. Sehingga berikutnya kalau sesama generasi muda berkomunikasi, akan timbul saling

pengertian di antara mereka. Jadi siswa yang di sini, janganlah berfoya-foya dengan energi yang

dikiranya berlimpah ruah. Tetapi jawaban yang saya dapatkan membuat saya shock. “Ibu….

Jangankan akses internet, signal hp di daerah kami belum ada…. Bahkan listrik di tempat kami

juga belum ada….” Astaga naga…. MAAF…..BERIBU MAAF….. hal ini sungguh diluar pikiran saya.

Saya pikir Indonesia adil, makmur dan sentausa…. Ternyata belum ???? Gudang batu bara ???

Tidak ada listrik ???? Oh !!!!!

Itulah yang terjadi. Berikutnya, yang terpikir oleh saya, kalau di daerah asalnya batu

bara saja tidak ada listrik….. sementara di sini, di mana tidak digali batu bara, kami berfoya-foya

listrik…. Berkeluh kesah mahalnya BBM dan TDL, bukankan ini suatu ketidak adilan ? Jadi

penggunaan listrik yang seenaknya, bukan Cuma sekedar “bukan sustainable consumption

behavior” bahkan juga BERDOSA besar. Ini bukan perkara punya uang atau tidak punya uang,

tetapi setiap orang memiliki hak untuk dapat hidup secara berkualitas. Dimana, bukan berarti

orang yang memiliki uang berhak memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari pada yang tidak

punya uang. Bukankan bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (eh…. Apa bener nih

pasal bunyinya begini…? Hehehehe…)

Nah, semuanya saja…. Ayo hemat energi….. ayo bangun solidaritas sosial pada rekan-

rekan kita yang belum menikmati energi….. (Cheers … Lili)