budidaya padi

44
BUDIDAYA PADI (Oryza sativa L.) DAN SELADA ( Lactuca sativa) ORGANIK Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan I Organik Disusun Oleh : KELOMPOK 2 Amanda Elfas Reliandio 150510120071 Agus Fahmi Siregar 150510120072 Yusrina Imaniar 150510120073 Aida Fitira 150510120074 Nugrah Ridho M 150510120075 Alexander Ambarita 150510120077 Kelas Agroteknologi D PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 1

Upload: meuthia-khanza

Post on 15-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

budidaya tanaman padi

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Padi

BUDIDAYA PADI (Oryza sativa L.) DAN SELADA (Lactuca sativa) ORGANIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan I Organik

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Amanda Elfas Reliandio 150510120071

Agus Fahmi Siregar 150510120072

Yusrina Imaniar 150510120073

Aida Fitira 150510120074

Nugrah Ridho M 150510120075

Alexander Ambarita 150510120077

Kelas Agroteknologi D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR

2015

1

Page 2: Budidaya Padi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya kami

berhasil menyelesaikan makalah yang telah kami susun sebelumnya berdasarkan

apa yang telah kami dapatkan dari perkuliah dan ditambah beberapa sumber

terpercaya yang kami anggap relevan untuk melengkapi isi makalah ini.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan

oleh dosen jurusan Agroteknologi dalam mata kuliah Sistem Pertanian

Berkelanjutan I Organik. Makalah ini membahas mengenai proses budidaya

pertanian organik dari mulai pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen

dan pasca panen pada tanaman pangan yaitu padi, dan sayuran daun yaitu selada.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

baik dalam kandungan materi maupun cara penyusunannya. Oleh karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran agar menjadi pelajaran bagi kami lebih baik

untuk kedepannya.

Jatinangor, 2 Mei 2015

Penyusun,

ii

Page 3: Budidaya Padi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................iii

DAFTAR TABEL.....................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

1.1 Latar belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan ............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3

2.1 Botani dan Morfologi Padi.................................................................3

2.2 Syarat tumbuh tanaman padi..............................................................4

2.3 Botani dan Morfologi Selada.............................................................5

2.4 Syarat tumbuh tanaman selada...........................................................6

2.5 Pertanian Organik...............................................................................7

BAB III ISI ............................................................................................9

3.1 Pertanian Organik pada Padi..............................................................9

3.1.1 Pertanian Padi Organik Metode SRI (System Rice Intensification)....................................................................................10

3.1.2 Budidaya Padi Organik dengan SRI (System Rice Intensification)....................................................................................12

3.2.Pertanian Organik pada Selada.........................................................21

3.2.1 Budidaya Selada Organik Krop (Heading Lettuce)...................22

BAB IV PENUTUP..................................................................................24

4.1 Kesimpulan.......................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................25

iii

Page 4: Budidaya Padi

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Perbedaan sistem tanam padi organik denhan sistem konvensonal.....11

iv

Page 5: Budidaya Padi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Jumlah populasi penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya, maka

pemenuhan terhadap produksi pangan pun juga harus ditingkatkan untuk

mencukupi kebutuhan didalam negeri. Sistem pertanian di Indonesia dalam

upayanya memenuhi kebutuhan pangan umumnya masih menggunakan teknik

konvensional yang apabila terus berlanjut akan menyebabkan terjadinya

percepatan kerusakan sumber daya, eksploitasi lingkungan seperti degradasi lahan

dan pencemaran oleh residu kimia pada tanah dan air. Dengan demikian,

diperlukan suatu pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan masukan

teknologi rendah input luar atau LEISA (Low Eksternal Input Sustainable

Agriculture). Alernatif untuk menciptakan pembangunan pertanian yang

berkelanjutan adalah dengan gerakan ”kembali ke alam” yaitu sistem pertanian

organik.

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan pabrik. Tujuan

utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama

bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak

merusak lingkungan (Nurhidayati,dkk,2008). Dewasa ini, pertanian sudah

diarahkan untuk mengembangkan usaha produktif yang sustainable

(berkelanjutan) dan selaras dengan lingkungan yang dalam prakteknya

mengurangi atau bahkan tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat

mencemari baik tanah, air, dan lingkungan pertanian yang dalam jangka panjang

akan memberikan dampak negatif terhadap manusia.

Budidaya pertanian organik sudah mulai diterapkan pada berbagai

tanaman di Indonesia, baik itu tanaman pangan dan tanaman sayuran. Tanaman

padi mempunyai peranan penting sebagai makanan pokok masyarakat. Menurut

Syam tahun 2008 di tengah gencarnya gerakan Peningkatan Produksi Beras

Nasional (P2BN) yang dicanangkan pemerintah akhir-akhir ini, sebagian kalangan

meyakini pemenuhan kebutuhan beras nasional bisa diatasi dengan budi daya padi

1

Page 6: Budidaya Padi

organik, baik melalui SRI (System of Rice Intensification) maupun cara budi daya

organik lainnya. Budidaya yang sepenuhnya menggunakan bahan organik sebagai

masukan ini mereka yakini mampu memberi produk yang lebih aman bagi

kesehatan dan lingkungan dan hasil panen yang lebih tinggi.

Budidaya tanaman sayuran, pada umumnya juga sudah diarahkan kepada

pertanian organik yang meminimalisis penggunaan input bahan-bahan kimia,

salah satunya adalah pada tanaman selada. Selada merupakan salah satu tanaman

sayuran eksotis yang memiliki harga ekonomi yang tinggi. Kebutuhan akan

komoditi selada semakin meningkat sejalan dengan tingkat kesadaran masyarakat

akan pentingnya gizi keluarga. Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat

pembangun tubuh, dengan kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak

dan baik untuk kesehatan masyarakat. Dengan penerapan budidaya organik pada

selada diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan input yang

berlebihan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas tanaman selada.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan

memahami bagaumana budidaya pertanian organik pada tanaman padi dan

tanaman selada.

2

Page 7: Budidaya Padi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Padi

Klasifikasi Ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Keluarga : Graminae (Poaceae)

Genus : Oryza Linn

Spesies : Oryza sativa L.

Menurut Aak (1995), tanaman padi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu :

1. Bagian Vegetatif

a) Akar, merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan

zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas

tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar tunggang,

akar serabut, akar rambut dan akar tajuk.

b) Batang, padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Tinggi batang berkisar

antara 107-115 cm dan warna batangya hijau

c) Anakan, tanaman padi akan membentuk rumpun dengan anakannya,

biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan

terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan

seterusnya. Umumnya padi mempunyai anakan produktif sekitar 14-17

batang.

d) Daun, ciri khas daun padi adalah sisik dan telinga daun. Daun padi dibagi

menjadi beberapa bagian yakni helaian daun, pelepah daun, dan lidah

daun. Daun berwarna hijau, muka daun sebelah bawah kasar, posisi daun

tegak dan daun benderanya tegak

3

Page 8: Budidaya Padi

2. Bagian Generatif

a. Malai, merupakan sekumpulan bunga padi (Spikelet) yang keluar dari

buku paling atas. Bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua.

Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara

menanamnya.

Buah padi (Gabah), merupakan ovary yang sudah masak, bersatu dengan palea.

Buah ini adalah hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-

bagian seperti embrio (lembaga), endosperm, dan bekatul. Bentuk gabah padi

Ciherang adalah panjang ramping dan warna gabah kuning bersih. Gabah yang

sudah dibersihkan kulitnya disebut dengan beras. Beras mengandung berbagai zat

makanan yang penting untuk tubuh, antara lain : karbohidrat, protein, lemak, serat

kasar, abu, dan vitamin.

2.2 Syarat tumbuh tanaman padi

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-

270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin

berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur

yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7. Kondisi tanah yang

baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh oleh beberapa

faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas

tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta

kanopinas modifikasi system alam oleh kegiatan manusia ( Suparyono et.al., 1997

) Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang

kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan

diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang ketebalan lapisan atasnya 18-22 cm dengan pH 4,0-7,0. Faktor iklim

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi disuatu

daerah melalui perbedaan curah hujan, suhu, kelembaban udara, sinar matahari,

kecepatan angin dan perbedaan gas dalam atmosfer. Rata – rata curah hujan yang

baik adalah 200 mm/bulan atau 1500 – 2000 mm/tahun.

4

Page 9: Budidaya Padi

2.3 Botani dan Morfologi Selada

Klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L

Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran

tinggi (pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk daerah

penanaman selada karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang

mendukung pertumbuhan yang optimal pada tanaman selada.

Morfologi tanamaan selada terdiri dri akar, batang, daun, dan bunga yang

memiliki sifat seperti dibawah ini

a) Akar

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman

20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap

oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi

(Rukmana, 1994).

b) Daun

Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam,

bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun

yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki

tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan

halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak

5

Page 10: Budidaya Padi

manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15

cm (Wicaksono, 2008).

c) Batang

Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek

dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat

dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang

selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada

batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

d) Bunga

Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga

bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar

bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak

muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang

dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap

krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak

(Ashari, 1995).

e) Biji

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,

berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan

lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan

dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

2.4 Syarat tumbuh tanaman selada

Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500-2.000

m dpl dan suhu rata-rata 15º-20º C. Pertmbuhan optimum terjadi pada tanah yang

subur banyak mengandung humus, mengandung pasir atau lumpur dan pada

pH.tanah 5-6.5 (Sumpena,TN)

6

Page 11: Budidaya Padi

2.5 Pertanian Organik

Pertanian organik menurut International Federation of Organic

Agriculture Movements/IFOAM (2005) didefinisikan sebagai sistem produksi

pertanian yang

holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas

agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang

cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah sistem pertanian

yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversitas, siklus biologi dan

aktivitas biologi tanah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penggunaan sistem pertanian organik

menurut IFOAM antara lain: 1) mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam

sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna,

tanah, tanaman serta hewan; 2) memberikan jaminan yang semakin baik bagi para

produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan

hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh

penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat,

dan 3) memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

Pertanian organik menurut IFOAM merupakan sistem manajemen

produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan

hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Pertanian

organik di sisi lain juga berusaha meningkatkan kesehatan dan produktivitas di

antara flora, fauna, dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang

menyebabkan kerusakan sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai

pertanian organik, sebaliknya sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan

dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam

kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat

sertifikasi organik.

Kementerian Pertanian (2007) dalam Road Map Pengembangan Pertanian

Organik 2008-2015 mengemukakan, bahwa pertanian organik dalam praktiknya

dilakukan dengan cara, antara lain: 1) menghindari penggunaan benih/bibit hasil

7

Page 12: Budidaya Padi

rekayasa genetika (GMO = genetically modified organism); 2) menghindari

penggunaan pestisida kimia sintetis (pengendalian gulma, hama, dan penyakit

dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman); 3) menghindari

penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis

kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan

menambahkan pupuk kandang dan batuan mineral alami serta penanaman legum

dan rotasi tanaman); dan 4) menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan

aditif sintetis dalam makanan ternak.

Cara-cara pertanian organik di setiap negara bervariasi, akan tetapi pada

dasarnya pertanian organik mempunyai tujuan yang sama yaitu merupakan usaha

perlindungan tanah, penganekaragaman hayati, dan memberikan kesempatan

kepada binatang ternak dan unggas untuk merumput di alam terbuka (Kerr, 2009).

Penelitian yang dilakukan di beberapa negara yang membandingkan pertanian

organik dan pertanian konvensional sebagian besar menyatakan bahwa

keuntungan yang didapat dari pertanian organik lebih besar daripada keuntungan

yang diperoleh dari pertanian konvensional, hal ini disebabkan karena pertanian

organik tidak banyak menggunakan biaya untuk pembelian pupuk, pestisida

kimia, dan input pertanian lain, di samping itu produk organik dijual dengan harga

yang lebih tinggi dari produk pertanian konvensional (Greer et al., 2008).

Pertanian organik berdasarkan beberapa konsep dan definisi yang telah

dijelaskan di atas dapat disimpulkan sebagai sistem usahatani yang mengelola

sumber daya alam secara bijaksana, holistik, dan terpadu untuk memenuhi

kebutuhan manusia khususnya pangan dengan memanfaatkan bahan-bahan

organik secara alami sebagai “input dalam” pertanian tanpa “input luar” tinggi

yang bersifat kimiawi, sehingga mampu menjaga lingkungan serta mendorong

terwujudnya pertanian yang berkelanjutan dengan prinsip atau hubungan timbal

balik.

8

Page 13: Budidaya Padi

BAB III

ISI

3.1 Pertanian Organik pada Padi

Indonesia masih termasuk pengimpor beras, meskipun hasil panen rata-

rata nasional sudah tergolong tinggi diantara negara tropis di Asia. Namun, untuk

memenuhi kebutuhan nasional yang tinggi, Indonesia menghadapi kesulitan pada

aspek lahan, dimana lahan mengalami penurunan, baik diakibatkan oleh

kerusakan lahan maupun alih fungsi lahan.

Kerusakan lahan dapat diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia yang

mencemari tanah dan air. Bahan kimia tersebut dapat berupa bahan kimia

pertanian seperti pestisida dan pupuk yang anorganik atau sintetis. Penggunaan

pestisida dan pupuk kimia sintetis yang tidak pada dosis yang tepat atau

penggunaan secara berlebihan dapat menjadi racun bagi tanah dan mengakibatkan

kerusakan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini

adalah dengan beralih ke pertanian organik. Saat ini kesadaran masyarakat akan

pertanian organik sudah semakin tinggi. Selain karena faktor kesehatan, dimana

terjadi dampak negatif akibat adanya residu pestisida dan pupuk kimia anorganik

pada tubuh seperti timbulnya penyakit, juga karena faktor lingkungan yang sudah

membutuhkan perhatian intensif. Oleh karena itu, diperlukan budidaya padi

organik yang tidak hanya sehat bagi konsumen tapi juga dapat memelihara

lingkungan.

Padi organik adalah padi yang disahkan oleh suatu badan independen,

ditanamdan diolahmenurut standar yang telah ditetapkan. Pada umumnya padi

organik harusmemenuhi persyaratan berikut:

1. Tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia sepanjang budi daya dan

pengolahannya.

2. Kesuburan tanah dipelihara secara alami, antara lainmelalui penanaman

tanaman penutup (cover crop) dan penggunaan pupuk kandang yang

dikomposkan serta sisa tanaman.

9

Page 14: Budidaya Padi

3. Tanaman dirotasikan untuk menghindari penanaman komoditas yang sama

secara terus-menerus.

4. Pemanfaatan bahan nonkimia, seperti musuh alami untuk menekan

serangan hama dan penyakit tanaman serta penyebaran jerami untuk

menekan gulma.

(IRRI 2007 dalam Syam 2008)

Salah satu negara yang mengembangkan padi organik adalah Thailand.

Pemerintah Thailand mendorong pengembangan padi organik di negara itu dan

melalui Biro Standar Pangan dan Komoditas Pertanian Thailand telahmenetapkan

ketentuan berikut bagi padi organik:

1. Produksi bebas dari pestisida dan pupuk kimia dan bebas dari organisme

rekayasa genetik (GMO .genetically modified organism).

2. Kualitas air dan tanah untuk produksi komoditas terpelihara dengan baik.

3. Konservasi biodiversitas serta pemeliharaan keseimbangan dan

keberlanjutan sistem ekologis.

4. Fitosanitari dan peduli akan kesehatan petani dan konsumen.

5. Pencegahan ledakan hama dan penyakit tanamanmelalui peningkatan

kesehatan tanaman.

6. Sertifikasi dan produk yang dapat ditelusuri.

(Vainruk 2005 dalam Syam 2008)

3.1.1 Pertanian Padi Organik Metode SRI (System Rice Intensification)

Budidaya yang dilakukan pada padi organik dapat melalui dua cara, yaitu

cara biasa atau konvensional dan metode SRI (System Rice Intensification). SRI

adalah budidaya tanaman padi organik yang dilakukan secara intensif dan efisien

dengan proses menejemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan

tanah, tanaman dan airPada dasarnya budidaya padi organik secara konvensional

dilakukan dengan cara yang sama dengan budidaya biasa yang non organik, hanya

saja pada pertanian padi organik tidak menggunakan bahan kimia sintetis. Saat ini,

budidaya padi organik lebih cenderung berkembang dengan metode SRI atau

(System Rice Intensification).

10

Page 15: Budidaya Padi

Pertanian padi organik metode SRI dianggap lebih baik, karena mampu

menghemat benih, hemat air, dan tidak mencemari lingkungan. Pupuk yang

digunakan dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat diperoleh dengan

cara memanfaatkan apa yang ada di lingkungan. Pestisida nabati dan pupuk

biasanya dibuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman atau mikroorganisme.

Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran

hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator

MOL. Berikut ini adalah tabel perbedaan metode SRI dan konvensional.

Tabel 1. Perbedaan sistem tanam padi organik denhan sistem konvensonal

Sumber :Mutakin, 2009.

Prinsip Penanaman SRI :

- Penanaman bibit muda;

- Penanaman bibit tunggal dan jarak antar tanaman yang lebar;

- Penanaman segera untuk menghindari trauma pada bibit;

- Penanaman dangkal;

- Lahan sawah tidak terus menerus direndam air;

- Penyiangan mekanis;

- Menjaga keseimbangan biologi tanah.

SRI memiliki beberapa keuntungan yang tidak dimiliki cara bertani organik biasa,

keuntungan tersebut antara lain:

11

Page 16: Budidaya Padi

1. Lebih hemat air, karena tanah tidak lagi digenagi air. Hal ini sangat

membantu bagi petani di daerah yang lahannya kekurangan air.

2. Lebih hemat benih, karena dari kebutuhan benih yang tadinya setiap

lobang tanam bisa 3-5 bibit maka pada cara SRI yang hanya 1 untuk satu

lobang tanam akan menghemat benih sekitar 17 kg/hektar.

3. Lebih hemat pupuk organik. Bila pada bertani organik biasa pupuk akan

mengalami penyusutan sehingga diperlukan pupuk susulan yang banyak.

Pada cara SRI pupuk akan lebih mudah diserap oleh tanah dan

kebutuhannya tidak terlalu banyak.

4. Tidak terlalu sering melakukan penyiangan. Artinya kelebihan tersebut

akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh petani.

(Nursinah dan Taryadi, 2009)

Hambatan-hambatan yang dapat menghambat pertanian SRI adalah sebagai

berikut :

1. Benih yang sudah ditanam masih sangat rentan, bila terjadi hujan lebat

dikhawatirkan akan hanyut. Hal ini dapa dihindari maka pada saat

penyemaian benih dihindari musim hujan

2. Kemampuan dan pemahaman petani yang kurang adaftif terhadap inovasi

baru. Kendala ini dapat diatasi dengan mengoptimalkan tugas penyuluh

pertanian dengan mengadakan pelatihan lepada petani agar paham

tenatang SRI.

3.1.2 Budidaya Padi Organik dengan SRI (System Rice Intensification)

1. Penyiapan Benih

Sebelum penanaman, benih diseleksi terlebih dahulu dengan air garam.

Air garam dipersiapkan dengan menguji telur terlebih dahulu. Apabila kandungan

garam untuk pengujian sudah cukup, telur yang bermutu bagus akan

mengambang, hal ini dikarenakan berat jenis telur menjadi lebih rendah dibanding

dengan air. Benih kemudian dimasukkan ke dalam air garam tersebut. Benih yang

dipilih adalah benih yang tenggelam. Setelah itu, benih yang tenggelam dan

artinya berkualitas baik tersebut dicuci dengan air bersih untuk membebaskan

12

Page 17: Budidaya Padi

benih dari garam yang mungkin menempel pada benih, kemudian benih direndam

dalam air biasa selama 24 jam. Benih yang sudah direndam kemudian diperam

sekitar 36 jam, dengan dibungkus karung goni atau kain basah. Setelah muncul

akar pendek atau sudah berkecambah, benih dapat disemai atau ditebar.

2. Penyemaian

Penyemaian dari benih padi yang sudah muncul akar dapat dilakukan di

sawah, ladang, atau dalam wadah yang diberi alas plastik atau daun pisang. Media

persemaian bukan tanah sawah, tetapi dapat berupa campuran antara tanah darat

dan kompos menggunakan perbandingan 2:1 atau 1:1. Media persemaian juga

dapat ditambah dengan arang sekam untuk menambah kegemburan media

persemaian sehingga ketika dipindah tanamkan dapat meminimalisir resiko

kerusakan akar.

Apabila penyemaian dilakukan di sawah, tempat penyemaian dibuat

menjadi berupa tegalan/guludan seperti untuk penanaman sayuran dengan

ketinggian tanahnya sekitar 15 cm, lebar sebaiknya sekitar 125 cm dan seluruh

pinggirannya ditahan dengan papan, triplek atau batang pisang untuk mencegah

erosi. Benih yang sudah ditebar sebaiknya kemudian ditutup lagi dengan lapisan

tipis tanah atau kompos atau abu bakar untuk mempertahankan kelembabannya

kemudian ditutup lagi dengan jerami atau daun kelapa untuk menghindari

dimakan burung dan gangguan dari air hujan sampai tumbuh tunas dengan tinggi

sekitar 1 cm. Untuk perawatan dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore. benih

siap di tanam ke sawah saat usianya belum mencapai 15 hari dan sebaiknya antara

umur 8-10 hari setelah tebar yaitu saat baru memiliki dua helai daun.

3. Penyiapan Lahan

Lahan sawah yang akan ditanami digenangi terlebih dahulu selama

beberapa hari agar tanah menjadi lunak. Setelah penggenangan, tanah dibajak,

yaitu kegiatan membalikkan tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan kecil

juga menghancurkan gulma. Bila diperlukan setelah pembajakan pertama lahan

sawah dibiarkan tergenang beberapa hari dan kemudian dilakukan pembajakan

kedua. Kedalaman dari pelumpuran lahan turut menentukan pertumbuhan

13

Page 18: Budidaya Padi

tanaman dan sebaiknya kedalaman pelumpuran tersebut setidaknya mencapai 30

cm.

Apabila diperlukan, pematang sawah dapat diperbaiki untuk menghindari

kebocoran dan tidak ditumbuhi tanaman liar. Perbaikan pematang juga dilakukan

untuk menghindari tikus yang dapat bersarang di pematang sawah. Setelah itu

kompos ditebar di lahan sebelum dilakukan penggaruan, sehingga pada saat

dilakukan penggaruan kompos dapat bercampur dengan tanah sawah. Kompos

harus tercampur secara merata pada tanah dan tidak terbuang karena terbawa

aliran air. Jumlah kompos yang cukup ideal adalah sebanyak 1 kg untuk setiap 1

m2 luas lahan. Penggaruan selain untuk makin memperhalus butiran tanah

sehingga menjadi lumpur juga sekaligus bertujuanuntuk meratakan lahan.

Lahan kemudian diratakan. Perataan lahan ini penting karena lahan harus

rata dan datar sehingga mudah dalam pengaturan air untuk diberikan sesuai

keperluan tanaman, tidak melimpah di satu bagian saja. Area penanaman padi

juga dibuat dalam baris-baris atau petakan yang dipisahkan dengan jalur

pengairan dengan lebar petakan sekitar 2m agar memudahkan dan meratakan

rembesan air ke seluruh area tanaman padi selain untuk lebih memudahkan saat

penanaman. Pekerjaan terakhir di lahan untuk persiapan penanaman adalah

pembuatan tanda lokasi penanaman bibit yang berjarak minimal 25 cm atau lebih

(pencaplakan). Dengan teraturnya penanaman padi akan memudahkan dalam

penyiangan secara mekanis pada waktu pemeliharaan. Penandaan titik penanaman

ini selain dengan membuat garis-garis di tanah menggunakan alat yang bisa dibuat

secara sederhana dari kayu atau bambu dapat juga menggunakan tali yang diberi

tanda.

4. Penanaman

Penanaman bibit dilakukan dengan hati-hati. Bibit yang ditanam di persemaian

sawah atau ladang diambil dengan cara dikeduk bagian bawah tanahnya sehingga

tanahnya ikut terbawa. Kemudian tempatkan kumpulan bibit ini dalam suatu

wadah misalkan pelepah pisang, bambu atau lainnya untuk di bawa ke tempat

penanaman. Pemindahan harus dilakukan secepat mungkin dalam waktu sekitar

14

Page 19: Budidaya Padi

15-30 menit untuk menghindari trauma dan shok. Untuk bibit yang ditanam

menggunakan wadah akan lebih mudah membawanya ke tempat penanaman.

Ciri bibit yang sehat untuk penanaman adalah lebih tinggi/ besar dan daunnya

lebih tegak ke atas atau daunnya tidak terlalu terkulai. Penanaman padi dilakukan

secara dangkal dan hanya cukup satu sampai 3 bibit untuk satu titik. Bibit

ditanamkan dengan menggesernya di atas permukaan tanah, yang lebih mudah

menggunakan jari jempol dan telunjuk. Sisa dari bibit dapat ditanam tunggal

dibagian terluar diantara tanaman padi lainnya dari tiap petakan sebagai cadangan

bila di kemudian hari ada tanaman yang tidak baik tumbuhnya. Penyulaman

dilakukan menggunakan tanaman yang disiapkan sebagai cadangan di antara

tanaman utama atau mengambil dari rumpun yang sewaktu ditanam berasal dari 2

atau 3 bibit.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan untuk padi adalah sebagai berikut :

a. Pengaturan air agar hanya macak-macak atau mengalir di saluran air saja,

perendaman lahan selama beberapa saat dilakukan bila lahan sawah

terlihat kering dan adanya retakan halus pada tanah.

b. Penanganan gulma dilakukan dengan penyiangan mekanis sampai gulma

tersebut tercabut dari tanah untuk kemudian dibenamkan menggunakan

tangan atau kaki sedalam mungkin agar tidak mampu tumbuh lagi.

Sebelum penyiangan tanah sebaiknya direndam untuk melunakkan tanah

dan setelah dilakukan penyiangan air kembali dibuang dan sawah dalam

keadaan macak-macak.

c. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik dari gulma maka

perlu dilakukan penyemprotan MOL (mikro-organisma lokal) setelah

proses penyiangan. Penyemprotan MOL di arahkan ke tanah bukan ke

tanaman karena maksudnya adalah penambahan jumlah bakteri pengurai

ke dalam tanah untuk melakukan proses dekomposisi bahan organik. MOL

ini dapat juga di campur dengan pupuk organik cair (POC) untuk

memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah. Konsentrasi larutan

untuk penyemprotan baik MOL, POC maupun campuran MOL dan POC

15

Page 20: Budidaya Padi

jangan terlalu pekat untuk menghindari terjadinya proses dekomposisi

yang berlebihan pada tanah yang mengakibatkan akan menguningnya

tanaman untuk sementara karena unsur N yang ada dipergunakan oleh

bakteri pengurai untuk aktivitasnya.

d. Penyemprotan POC kaya N dapat dilakukan pada usia padi 20 hari setelah

semai (hss), 30 hss, 40 hss dan 50 hss. Namun penyemprotan POC kaya N

ini dapat dilakukan kapanpun juga bila diperlukan pada kondisi padi

terlihat mengalami kahat/kekurangan N dengan gejala daun menguning

terutama antara 40 hss – 60 hss. Gabungan POC kaya P dan K

disemprotkan 2 atau 3 kali saat padi sudah memasuki usia sekitar 70 hss

untuk memperbaiki kualitas pengisian gabah dengan interval

penyemprotan 10 hari. Frekuensi penyemprotan POC dapat disesuaikan

dengan kondisi di lapangan berdasarkan pengamatan dari pertumbuhan

tanaman. Penyemprotan POC atau MOL harus dilakukan dalam kondisi

lahan tidak tergenang dan diusahakan pada saat padi mulai berbunga

penyemprotan POC sudah dihentikan agar tidak mengganggu proses

penyerbukan.

e. Penanganan organisma pengganggu tanaman (OPT) berupahama/penyakit

dilakukan dengan penggunaan atau penyemprotan pestisida

nabati/pestisida organik lokal (POL) yang diarahkan ke tanaman.

Penyemprotan dapat dilakukan sebagai usaha preventif/pencegahan secara

berkala ataupun untuk penanggulangan.

Hama dan Penyakit Tanaman Padi

a. Hama

- Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)

1. Hama putih (Nymphula depunctalis)

Gejala penyerangan : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik

yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Hama

ini dapat dikendalikan dengan pengaturan air yang baik, penggunaan bibit

sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun.

2. Padi trip (Trips oryzae)

16

Page 21: Budidaya Padi

Gejala penyerangan : daun menggulung dan berwarna kuning sampai

kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah

tidak berisi.

3. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu; Spodoptera litura,

berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)

Gejala penyerangan : ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal

tulang-tulang daun.

- Hama Lahan Sawah

1. Tikus

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan spesies dominan pada pertanaman

padi. Selain itu, dapat pula ditemukan tikus semak R. Exulans. Penanganan pada

hama tikus adalah sebagai berikut :

a. Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat

- Membersihkan dan memperbaiki lingkungan di sekitar areal pertanaman

padi.

- Memperkecil ukuran pematang sawah (tinggi dan lebar + 30 cm) dapat

menghambat perkembangan populasi tikus karena tikus tidak nyaman

untuk membuat sarang.

b. Kultur teknis

- Pengaturan pola tanam. Pada lahan sawah irigasi dilakukan pergiliran

tanaman, seperti: padi-padi-palawija, padi-padi-bera, padi-palawija ikan-

padi. Ini akan mengakibatkan terganggunya siklus hidup tikus akibat

terbatasnya ketersediaan makanan.

- Pengaturan waktu tanam. Penanaman padi sawah yang serentak pada satu

hamparan (minimal 100 hektar) dapat meminimalkan kerusakan karena

serangannya tidak terkonsentrasi pada satu lokasi tetapi tersebar sehingga

kerusakan rata-rata akan lebih rendah.

- Pengaturan jarak tanam. Bertujuan menciptakan lingkungan terbuka

sehingga tikus tidak merasa puas dalam mencari makanan.

- Penanaman padi agak jarang atau sistem tanam jajar legowo kurang

disukai oleh tikus sawah (suasana terang) karena takut adanya musuh

alami (predator).

17

Page 22: Budidaya Padi

c. Biologi

Tanaman perangkap adalah padi yang ditanam pada lahan berukuran

20x20 m atau 50x50 m di tengah hamparan. Penanaman dilakukan 3

minggu lebih awal, pada saat petani disekitarnya membuat pesemaian.

Tanaman perangkap dipagar dengan plastik setinggi 60 cm, disetiap sisi

pagar ditaruh satu unit perangkap bubu berukuran 25x25x60 cm. Di

sekeliling tanaman perangkap dibuat parit agar bagian bawah pagar selalu

tergenang air, sehingga tikus diharapkan tidak dapat melubangi pagar atau

menggali lubang di bawah pagar.

2. Penggerek Batang

Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah;

Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang padi

bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata),

dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Kerusakan tanaman

yang diakibatkan oleh semua jenis hama penggerek batang adalah sama, yaitu

matinya pucuk tanaman pada stadia vegetatif (sundep) dan malai yang keluar

hampa pada stadia generatif (beluk). Pengendaliannya adalah:

- Panen padi sawah dengan cara memotong tunggul jerami rendah supaya

hidup larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman

tertinggal dan membusuk bersama jerami.

- Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur

pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai, karena hama

penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi

sejak di pesamaian.

3. Wereng Coklat

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) memiliki tingkat kemampuan

reproduksi yang tinggi jika keseimbangan populasinya terganggu oleh penanaman

varietas peka dan perubahan iklim (curah hujan). Wereng coklat mampu merusak

tanaman padi dalam skala luas pada waktu yang relatif singkat. Wereng coklat dan

wereng punggung putih (Sogatella furcifera H.) seringkali menyerang tanaman

secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif.

18

Page 23: Budidaya Padi

Pengendaliannya adalah gunakan berbagai cara pengendalian, mulai dari

penyiapan lahan, tanam jajar legowo, pengairan inttermitten. Bila populasi hama

dibawah ambang ekonomi, gunakan insektisida botani atau jamur ento-

mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana).

4. Siput murbei atau keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)

Kerusakan terjadi ketika tanaman masih muda. Pengendalian dapat

dilakukan secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan

telur dan keong mas baik dipesemaian atau di pertanaman secara bersama-sama,

membersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung, dan mengembalakan

itik setelah panen. Pengendalian juga dapat dengan memberikan pemupukan P dan

K sebelum tanam dengan pupuk organik cair. Mengambil keong mas atau telur

untuk dimusnahkan. Memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring

siput, serta mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya;

5. Walang sangit (Leptocoriza acuta)

Hama walang sangit Menyerang buah padi yang masak susu dan

menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna

coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi

berbintik-bintik hitam. Pengendalian secara kultur teknis dengan bertanam

serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur,

melepas musuh alami seperti jangkrik;

6. Kepik hijau (Nezara viridula)

Hama kepik hijau menyerang batang dan buah padi. Pada batang tanaman

terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan

dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian dapat dengan

mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya.

b. Penyakit

1. Bercak daun coklat

Disebabkan oleh jamur Helmintosporium oryzae). Jamur menyerang

pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji

berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji

19

Page 24: Budidaya Padi

kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian yang dapat dilakukan

merendam benih di dalam air panas dan pemupukan berimbang.

2. Blast

Penyebabnya jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku

pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabkan daun, gelang buku,

tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan

makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Untuk mengendalikan

penyakit ini dapat dengan membakar sisa jerami, menggenangi sawah

3. Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot)

Penyebab penyakit adalah jamur Cercospora oryzae. Gejala penyerangan adalah

jamur ini menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau bercak-bercak

sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan

pengisian biji terhambat.

4. Busuk pelepah daun

Penyebab penyakit adalah jamur Rhizoctonia sp. Jamur ini menyerang

daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk

anakan dan menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak

terlalu merugikan secara ekonomi.

5. Penyakit kresek/hawar daun

Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae). Jamur ini

menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun,

garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.

Serangan menyebabkan gagal panen.

6. Penyakit fusarium

Penyebabnya adalah jamur Fusarium moniliforme. Jamur menyerang

malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun

terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu

parah.

7. Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streak

20

Page 25: Budidaya Padi

Penyebabnya bakteri X. Translucens, menyerang daun dan titik tumbuh.

Terdapat garis basah berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga daun

seperti terbakar.

8. Penyakit tungro dan wereng hijau

Wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) umumnya tidak langsung

merusak tanaman padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus

tungro. Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman serentak, Buat

persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng gondok. Buang

tanaman padi yang terinfeksi agar tidak menjadi sumber virus.

Selain dari pengendalian secara kultur teknis dengan perenggangan jarak

tanam, sanitasi, pemupukan pada dosis yang tepat, penggunaan musuh alami, dan

pengendalian mekanis, dapat juga digunakan pestisida organik yang terbuat dari

nabati sesuai dengan hama atau penyakit yang menyerang.

6. Pemanenan

Panen dilakukan saat padi mencapai umur panen sesuai deskripsi untuk

masing-masing varietas dihitung dari saat tebar/semai di penyemaian atau sekitar

30-35 hari setelah berbunga atau ketika sekitar 90% padi sudah menguning.

3.2.Pertanian Organik pada Selada

Selada merupakan tanaman sayuran daun yang tumbuh dengan baik di

dataran tinggi. Tanaman sayuran semusim ini tidak kalah penting dengan tanaman

sayuran lainnya. Menurut para vegetarian, selada tidak hanya membuat tubuh

sehat karena tidak mengandung lemak namun juga dapat menghaluskan kulit

(Litbang Jambi, 2009). Sayuran selada biasa digunakan sebagai makanan lalapan,

salad, maupun kreasi makanan sayuran lainnya. Konsumsi sayuran selada di

Indonesia termasuk yang cukup tinggi namun selada dari pertanian modern yang

beredar di pasaran termasuk yang kurang layak untuk di konsumsi karena

mengandung banyak residu pestisida dilihat dari praktik budidaya yang kurang

sehat.

21

Page 26: Budidaya Padi

Pada pertanian modern input yang diberikan untuk pembentukan dan

perkembangan daun selada berasal dari bahan kimia sintetis yang akan

meninggalkan residu bahan kimia pada sayuran selada, disamping itu cara

mengkonsumsi sayuran selada secara mentah dapat berakibat fatal dan berdampak

buruk bagi kesehatan tubuh. Pertanian organik menjadi solusi dalam

menghasilkan sayuran selada yang baik bagi kesehatan karena tidak mengandung

zat kimia sintetis dan aman dikonsumsi bagi tubuh.

3.2.1 Budidaya Selada Organik Krop (Heading Lettuce)

1. Kebutuhan benih

Kebutuhan benih pada selada jenis krop sama dengan selada jenis mentega

yakni + 400 gram benih/ha.

2. Pengolahan Lahan

Sebelum penanaman dilakukan pengolahan lahan yakni dengan

mencangkul dan membolak-balikkan tanah sedalam 20-30 cm supaya gembur dan

hama penyakit didalam tanah dikurangi dengan sinar matahari. Selanjutnya dibuat

bedengan dengan lebar 100 cm dan tinggi 30 cm, untuk panjang disesuaikan

dengan keadaan lahan. Bentuk bedeng membujur dari timur ke barat agar

mendapat sinar matahari penuh.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menanam benih yang sudah disemai dengan

umur sekitar 3-4 minggu atau sudah memiliki sekitar 4-5 helai daun. Tanaman

dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam sekitar 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm.

4. Pemeliharaan

Pemupukan

Pada praktik pertanian organik maupun non organik, pemberian pupuk

sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman

selada. Pemberian pupuk dilakukan 3 hari sebelum penanaman. Pemberian pupuk

kompos berupa kotoran hewan diberikan sekitar 20 ton/ha. Cara pemberian pupuk

22

Page 27: Budidaya Padi

yakni dengan menyampurkan pada lahan penanaman dan diaduk rata dengan

tanah.

Penyiraman dan Penyiangan

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari setiap hari yakni pagi dan sore.

Penyiraman dilakukan dengan cara semprot (spray), penyiraman berfungsi juga

menjaga kelembaban tanah namun tidak sampai tergenang air karena dapat

menjadi sarang penyakit.

Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau pada saat dibutuhkan (gulma

tumbuh banyak).

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering ditemui pada tanaman selada adalah hama pemakan

daun seperti ulat daun dan belalang. Cara pengendaliannya dapat dilakukan secara

mekanik, jika cara mekanik sulit dilakukan misalnya pada belalang maka dapat

dilakukan penyemprotan pestisida nabati. Pestisida nabati yang dapat digunakan

adalah bawang putih karena dapat bersifat sebagai repellent juga dapat berfungsi

sebagai insektisida, nematisida, fungisida dan antibiotik (Litbang Bengkulu,

2013).

Penyakit yang sering menyerang tanaman kubis adalah bercak hitam daun

dan cacar daun. Cara pengendaliannya adalah dengan menjaga kelembaban tanah

dan iklim mikro pada pertanaman selada.

5. Panen dan Pasca Panen

Selada dapat dipanen pada umur + 2 bulan. Ciri-ciri tanaman selada yang

dapat dipanen adalah daun lebar dan besar, daun sudah banyak dan lebat serta

berwarna hijau cerah. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang bawah

tanaman. Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat tanaman masih segar.

Untuk menjaga kualitas tanaman selada maka tanaman selesai dipanen

dapat langsung dipasarkan. Jika akan disimpan terlebih dahulu maka dapat

direndam bagian bawah tanaman untuk menjaga kesegarannya.

23

Page 28: Budidaya Padi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

24

Page 29: Budidaya Padi

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1995. Berbudidaya Tanaman Padi. Kanisisus, Yogyakarta

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Budidaya Selada Semi

Organik. Jambi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2013. Petunjuk Teknis

Pembuatan Pestisida Nabati. ISBN 978-602-9064-13-1. Bengkulu.

Kurniadiningsih, Yanti. 2012. Evaluasi Untung Rugi Penerapan Metode SRI

(System of Rice Intensification) Di D.I. Cihea Kabupaten Cianjur Jawa

Barat. Diakses pada laman http://www.ftsl.itb.ac.id/wp-

content/uploads/2012/07/95009304-Yanti-Kurniadiningsih.pdf pada

tanggal 1 Mei 2015 pukul 07.27 WIB

Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Tanpa Tahun. Padi (Oryza sativa). Diakses pada website

www.ristek.go.id pada 29 April 2015 pukul 17.25 WIB.

Mutakin, Jenal. 2012. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI

(System Rice Intensification). Diakses pada laman

http://www.mb.ipb.ac.id/uploads/File/Artikel/2012/ARTIKEL%2520SRI

.pdf

Nursinah, Is Zunaini. Taryadi. 2009. Penerapan SRI (System of Rice

Intensification) Sebagai Alternatif Budidaya Padi Organik. Diakses pada

laman berikut pada tanggal 1 Mei 2015 pukul 08.20 WIB.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=19672&val=1236

Nurhidayati., Istirochah P., Anis S., Djuhar.,dan i Abd. Basit . 2008.Pertanian

Organik (e-book). Diakses melalui http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/

pada 01 Mei 2015

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pacapanen.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

25

Page 30: Budidaya Padi

Rubetzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. Institut Teknologi

Bandung. Bandung.

Sumpena,U.TN. Budidaya Selada. Balai Penelitian Dan Pengembangan

Pertanian Kementrian Pertanian. Diakses melalui

http://balitsa.litbang.pertanian.go.id pada 01 Mei 2015

Suparyono, dkk., 1997. Budidaya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta

Syam,M.2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras. Iptek

Tanaman Pangan Vol. 3 No. 1. Diakese melalui

http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-Mahyuddin.pdf pada 01 Mei

2015

Syam, Mahyuddin. 2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi

Beras. Diakses pada laman http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-

Mahyuddin.pdf pada 30 April 2015 pukul 18.18 WIB

Wicaksono, A. 2008. Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada. Skripsi . Fakultas Politeknik Kesehatan. Yogyakarta.

26