buat yang pengen belajar

5
Nama : Adi fatma maulana Nim : 1102120117 Matkul : Prinsip Ekonomi Islam Sistem ekonomi menurut pandangan Islam mencakup pembahasan tentang tata cara perolehan harta kekayaan dan pemanfaatannya baik untuk kegiatan konsumsi maupun distribusi. Dengan membaca dan meneliti hukum-hukum syara’ yang menyangkut masalah ekonomi tersebut, nampak bahwa Islam telah telah menjelaskan bagaimana seharusnya harta kekayaan (barang dan jasa) diperoleh, juga menjelaskan bagaimana manusia mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta serta bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada. Inilah yang sesungguhnya dianggap oleh Islam sebagai masalah ekonomi bagi suatu masyarakat. Ketika membahas sistem ekonomi, Islam hanya membahas masalah bagaimana cara memperoleh harta kekayaan, masalah mengelola harta kekayaan yang dilakukan manusia, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di tengah-tengah mereka. Atas dasar ini, maka asas yang dipergunakan untuk membangun sistem ekonomi menurut Islam berdiri di atas tiga pilar (fundamental) yakni : bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (tamalluk), pengelolaan (tasharruf) kepemilikan, serta distribusi kekayaan di tengah masyarakat. PILAR PERTAMA : KEPEMILIKAN (PROPERTY/TAMALLUK) Harta pada hakikatnya merupakan milik Allah SWT. Allah SWT kemudian memberikan izin kepada manusia untuk memanfaatkan harta tersebut. Dengan demikian, posisi manusia hanya sebagai pelaku atas izin yang diberikan kepadanya. Konsekuensinya, setiap kepemilikan serta sebab atau cara kepemilikan hanya ditentukan berdasarkan ketetapan dari As-Syari’ yaitu Allah SWT. Melalui hukum-hukum Islam, Allah memberikan sejumlah aturan mengenai cara dan kepemilikan yang dapat dilakukan oleh manusia. Kepemilikan atas harta tidak ditentukan oleh jenis harta yang dapat dimiliki ataupun berdasarkan dari karakter dasarnya apakah memberikan manfaat atau tidak. Harta yang bermanfaat menurut pandangan manusia tidak menjadikan dasar untuk dimiliki. Karena, terdapat banyak benda yang kelihatannya

Upload: enjela-jewelf

Post on 05-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

SSSSSSSSSSS

TRANSCRIPT

Page 1: Buat Yang Pengen Belajar

Nama : Adi fatma maulana Nim : 1102120117 Matkul : Prinsip Ekonomi Islam

Sistem ekonomi menurut pandangan Islam mencakup pembahasan tentang tata cara perolehan harta kekayaan dan pemanfaatannya baik untuk kegiatan konsumsi maupun distribusi.  Dengan membaca dan meneliti hukum-hukum syara’ yang menyangkut masalah ekonomi tersebut, nampak bahwa Islam telah telah menjelaskan bagaimana seharusnya harta kekayaan (barang dan jasa) diperoleh, juga menjelaskan bagaimana manusia mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta serta bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada. Inilah yang sesungguhnya dianggap oleh Islam sebagai masalah ekonomi bagi suatu masyarakat.

Ketika membahas sistem ekonomi, Islam hanya membahas masalah bagaimana cara memperoleh harta kekayaan, masalah mengelola harta kekayaan yang dilakukan manusia, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di tengah-tengah mereka.  Atas dasar ini, maka asas yang dipergunakan untuk membangun sistem ekonomi menurut Islam berdiri di atas tiga pilar (fundamental) yakni : bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (tamalluk), pengelolaan (tasharruf) kepemilikan, serta distribusi kekayaan di tengah masyarakat.

PILAR PERTAMA :  KEPEMILIKAN (PROPERTY/TAMALLUK)Harta pada hakikatnya merupakan milik Allah SWT. Allah SWT kemudian

memberikan izin kepada manusia untuk memanfaatkan harta tersebut. Dengan demikian, posisi manusia hanya sebagai pelaku atas izin yang diberikan kepadanya. Konsekuensinya, setiap kepemilikan serta sebab atau cara kepemilikan hanya ditentukan berdasarkan ketetapan dari As-Syari’ yaitu Allah SWT. Melalui hukum-hukum Islam, Allah memberikan sejumlah aturan mengenai cara dan kepemilikan yang dapat dilakukan oleh manusia.

Kepemilikan atas harta tidak ditentukan oleh jenis harta yang dapat dimiliki ataupun berdasarkan dari karakter dasarnya apakah memberikan manfaat atau tidak. Harta yang bermanfaat menurut pandangan manusia tidak menjadikan dasar untuk dimiliki. Karena, terdapat banyak benda yang kelihatannya bermanfaat namun dilarang oleh Islam untuk dimiliki seperti daging babi dan harta hasil riba.

Sistem Islam mengatur bahwa tidak seluruh jenis harta dapat dimiliki oleh manusia secara bebas. Beberapa di antaranya dilarang kepemilikannya seperti barang haram atau barang yang harus dimiliki dan dimanfaatkan secara bersama.

Dalam berbagai nash, Allah SWT telah memberikan penjelasan tentang izin memiliki beberapa jenis harta benda dan melarang memiliki jenis harta benda yang lain.  Allah SWT juga memberikan izin terhadap beberapa transaksi muamalah serta melarang bentuk-bentuk transaksi muamalah yang lain. Dalam satu segi, Allah SWT telah memberi izin untuk memiliki benda-benda yang dihalalkan oleh Allah SWT sekaligus memanfaatkannya. Allah SWT pun memberi izin terhadap transaksi jual-beli dan ijarah serta aktivitas bertani dan berburu serta memiliki dan memanfaatkan benda yang dihasilkan darinya. Di lain segi, Allah SWT melarang setiap muslim untuk memiliki apalagi memanfaatkan harta yang diharamkan oleh Allah seperti minuman keras dan babi. Begitu pula Allah SWT melarang seluruh komponen masyarakat Islam untuk memiliki harta hasil riba dan perjudian.

Kepemilikan (property) menurut pandangan Islam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :(a)      Kepemilikan Individu (private property/Milkiyatu Al-Fardiyah);Kepemilikan

individu adalah hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun manfaat (utility) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang

Page 2: Buat Yang Pengen Belajar

tersebut, serta memperoleh kompensasi –-baik karena barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli-– dari barang tersebut.  Terhadap jenis kepemilikan ini, setiap orang bisa memiliki kekayaan dengan sebab-sebab (cara-cara) kepemilikan tertentu.

Hak pemilikan individu ini dijaga dan ditetapkan berdasarkan syariat Islam.  Adapun sebab-sebab pemilikan yang menjadikan individu legal memiliki sesuatu adalah : bekerja, waris, kebutuhan harta untuk menyambung hidup, pemberian negara kepada rakyat, pemberian, atau berjual beli dan melakukan syarikah sesuai dengan aturan Islam.Negara harus melindungi hak pemilikan individu ini. Syariat Islam mengharuskan negara menjatuhkan hukuman bagi siapa saja yang melanggar hak pemilikan individual tadi seperti pencurian dan kecurangan.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta kalian dan anak-anak kalian melalikan kalian dari mengingat Allah SWT,” (QS Al Munafiqun : 9)“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.  Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”  (QS. Al Maidah : 38).

Rasulullah SAW bahkan membolehkan setiap individu untuk mempertahankan hartanya yang sah meski sampai nyawa melayang. 

Imam Turmudzi meriwayatkan : “Siapa saja yang terbunuh karena membela harta maka ia syahid.” 

(b)      Kepemilikan Umum (collective property/Milkiyatu Al-Aamah);Kepemilikan umum adalah izin As-Syari’ kepada suatu komunitas untuk secara bersama-sama memanfaatkan benda.  Sedangkan benda-benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh As-Syari’ bahwa benda-benda tersebut untuk suatu komunitas, dimana mereka masing-masing saling membutuhkan. As-Syari’ melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh seseorang akan sekelompok kecil orang.Pemilikan umum ini ada 3 jenis utama, yaitu :1.       Manfaat kolektif seluruh masyarakat di mana kehidupan sehari-hari masyarakat

tidak terlepas darinya. Rasulullah SAW bersabda : “Manusia berserikat dalam tiga perkara : air, rumput, dan api”  Air, rumput, dan api merupakan benda yang pertama kali dijadikan oleh Rasulullah SAW dibolehkan pemanfaatannya bagi seluruh masyarakat serta dijadikannya sebagai milik bersama.  Hadits di atas tidak berarti terbatas kepada 3 benda itu saja melainkan mencakup seluruh kebutuhan urgen masyarakat sehari-hari.  Termasuk di dalamnya adalah sungai, laut, danau, hutan, gas dan minyak bumi.  Hal ini didasarkan pada peristiwa yang terjadi pada jaman Rasulullah SAW.  Beliau mengijinkan para sahabat di Khaibar dan thaif memiliki sumur masing-masing sebagai milik pribadi.  Mereka minum dari situ, demikian pula menyiram kebun dan memberi minum hewan. Padahal dalam hadits pertama tadi disebutkan bahwa air merupakan milik umum.  Dan faktanya, sumur yang diperbolehkan dimiliki itu memang kecil-kecil dan kehidupan masyarakat tidak tergantung kepadanya.  Jadi, kompromi kedua hadits qouli dan fi’litadi menunjukkan bahwa sesuatu merupakan milik umum bila sesuatu itu merupakan barang yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.  Atau dengan kata lain yang menguasai hajat hidup masyarakat.

2.       Barang-barang yang tabiatnya tidak mungkin dimiliki secara individual.Rasulullah SAW bersabda : “Mina merupakan hidangan (manakh) bagi siapa saja yang melewati.”  Dengan melihat realitas Mina dan jalan umum ditemukan bahwa hakikat pembentukannya tidak mungkin dimiliki oleh perseorangan.  Mina merupakan

Page 3: Buat Yang Pengen Belajar

tempat singgah para jamaah haji sekaligus tempat melakukan syi’ar-syi’ar ibadah haji bagi seluruh kaum muslimin.  Jadi, tabiat pembentukannya tidak mungkin dimiliki oleh individual.  Demikian pula halnya dengan jalan umum.  Dengan demikian segala hal yang tabiatnya tidak memungkinkan dimiliki secara individual merupakan milik umum. Berdasarkan hal ini, laut, sungai, teluk, jalan umum, terusan (seperti Suez), padang umum, dan masjid merupakan milik umum.

3.  Areal yang luas dan tak terhitung banyaknya.      Areal yang kecil dan terbatas merupakan pemilikan individu.  Dulu Rasulullah SAW

pernah memberikan lahan garam kepada Abyadh bin Hammal.  Kemudian para sahabat menanyakan apakah beliau tahu bahwa tempat tersebut berproduksi banyak tak terbatas. Akhirnya Rasulullah SAW sebagai kepala negara saat itu membatalkan pemberian kepada salah seorang rakyatnya itu.  Hal ini menunjukkan segala sesuatu yang jumlahnya banyak atau tak terbatas merupakan milik umum.  Misalnya, tambang emas, perak, minyak, posfat, dan sebagainya.Pemanfaatan kepemilikan umum adalah sebagai berikut:Pertama, apabila mudah bagi orang per orang untuk memanfaatkannya secara langsung seperti air, rumput, pohon, jalan umum, laut, sungai, dan sebagainya maka setiap individu boleh memanfaatkannya secara langsung. Setiap individu hanya diperkenankan sekedar mengambil manfaatnya dan bukan memilikinya.Kedua, apabila tidak mudah bagi perorangan untuk mengambil manfaat darinya secara langsung seperti gas dan minyak maka negaralah yang melakukan produksinya sebagai wakil dari seluruh kaum muslimin. Pendapatannya dimasukkan ke baitul mal (kas negara) untuk kepentingan masyarakat.

 (c)      Kepemilikan Negara (state property/Milkiyatu Ad-Daulah);Kepemilikan negara

adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslimin yang pengelolaannya menjadi wewenang khalifah, dimana dia bisa mengkhususkan sesuatu kepada sebagian kaum muslimin, sesuai dengan kebijakannya.  Makna pengelolaan oleh khalifah ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki khalifah untuk mengelolanya semisal harta fai’, kharaj, jizyah dan sebagainya. Kalau pemilikan umum tidak boleh diberikan oleh negara kepada seseorang untuk dimiliki, barang milik negara boleh diserahkan kepada salah satu rakyatnya yang membutuhkan (iqtha’).

Termasuk dalam katagori ini adalah padang pasir, gunung, pantai, tanah mati yang tidak dihidupkan secara individual; bithaih (tanah yang tenggelam tertutup air); showafi (semua tanah di tempat futuhat yang tak bertuan atau milik penguasa negara sebelumnya yang ditetapkan oleh kepala negara/khalifah menjadi milik baitul mal; dan setiap bangunan yang dibangun oleh negara dan dananya berasal dari baitul mal, khusunya berkaitan dengan struktur negara.

Sumber : https://izzunz.wordpress.com/2009/01/21/tiga-pilar-sistem-ekonomi-islam-1/